Produktivitas penyadapan damar mata kucing pada berbagai jumlah dan kedalaman koakan di krui pesisir barat lampung

PRODUKTIVITAS PENYADAPAN DAMAR MATA KUCING
PADA BERBAGAI JUMLAH DAN KEDALAMAN KOAKAN
DI KRUI PESISIR BARAT LAMPUNG

DEDY ANGGARA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produktivitas
Penyadapan Damar Mata Kucing pada Berbagai Jumlah dan Kedalaman Koakan
di Krui Pesisir Barat Lampung adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014
Dedy Anggara
NIM E14100033

ABSTRAK
DEDY ANGGARA. Produktivitas Penyadapan Damar Mata Kucing pada
Berbagai Jumlah dan Kedalaman Koakan di Krui Pesisir Barat Lampung.
Dibimbing oleh GUNAWAN SANTOSA.
Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) di kawasan hutan rakyat
dapat menambah pendapatan masyarakat sekitar hutan. Masyarakat Desa Gunung
Kemala Kecamatan Way Krui Kabupaten Pesisir Barat Lampung menyadap getah
damar dari pohon meranti yang menghasilkan Damar Mata Kucing. Penelitian
mengenai hubungan antara diameter pohon dengan jumlah koakan dan kedalaman
koakan adalah suatu upaya untuk mengetahui produktivitas getah damar yang
dihasilkan. Penelitian dilakukan pada areal kebun meranti milik warga dengan
populasi 100 pohon contoh meranti pada 4 lokasi yang berbeda. Setiap lokasi
diambil 25 pohon contoh berdasarkan kriteria khusus untuk memenuhi tujuan
penelitian (Purposive Sampling). Kriteria yang digunakan adalah pohon yang

sehat, telah disadap dan memiliki diameter minimal 30 cm. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa jumlah koakan dan kedalaman koakan mempengaruhi
produktivitas getah damar. Bertambahnya diameter batang pohon akan membuat
jumlah koakan dan kedalaman koakan semakin meningkat sehingga produktivitas
getah pun akan semakin tinggi.
Kata kunci: damar mata kucing, Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), hutan rakyat

ABSTRACT
DEDY ANGGARA. The Productivity of Damar Mata Kucing Tapping on
Various Number and Depth of Quarre in Krui Pesisir Barat Lampung. Supervised
by GUNAWAN SANTOSA.
Utilization of Non-Timber Forest Products (NTFPs) in the community forest
area can add the earnings of the people around the forest. People near Gunung
Kemala Village Way Krui District of Pesisir Barat District Lampung sap tap resin
from meranti trees producing Damar Mata Kucing. Research on the relationship
between number of quarre and quarre depth to tree diameter is an attempt to
determine the productivity of gum resin produced. The study was conducted on
100 meranti trees owned by local people in 4 different locations. On each location
25 sample trees were selected based on special criteria to achieve the research
objectives (Purposive Sampling). The criterias used, are trees should be healthy,

been tapped and has a minimum diameter of 30 cm. The results showed that
number and depth of quarre affect the productivity of resin. The increasing
diameter of the tree trunk will increase the number and depth of quarre so that the
productivity of resin will increase.
Keywords: damar mata kucing, Non Timber Forest Products (NTFPs), community
forests

PRODUKTIVITAS PENYADAPAN DAMAR MATA KUCING
PADA BERBAGAI JUMLAH DAN KEDALAMAN KOAKAN
DI KRUI PESISIR BARAT LAMPUNG

DEDY ANGGARA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Produktivitas Penyadapan Damar Mata Kucing pada Berbagai
Jumlah dan Kedalaman Koakan di Krui Pesisir Barat Lampung
Nama
: Dedy Anggara
NIM
: E14100033

Disetujui oleh

Dr Ir Gunawan Santosa, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, MSc F Trop
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juni 2014 ini ialah
produktivitas damar mata kucing, dengan judul Produktivitas Penyadapan Damar
Mata Kucing pada Berbagai Jumlah dan Kedalaman Koakan di Krui Pesisir Barat
Lampung.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Gunawan Santosa, MS
selaku pembimbing. Terima kasih kepada Bapak Sirad dan Bapak Indra Gunawan
selaku pemilik kebun damar mata kucing di lokasi penelitian yang telah
membantu selama pengumpulan data. Penghargaan penulis sampaikan ungkapan
terima kasih kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih
sayangnya. Terima kasih kepada keluarga besar Manajemen Hutan 47, Fakultas
Kehutanan IPB angkatan 47. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
keluarga Wisma Sawit 47 dan Intan Nurhajah yang senantiasa selalu mendukung
dan memotivasi. Penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.

Bogor, Oktober 2014
Dedy Anggara

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

2

METODE

2

Waktu dan Tempat Penelitian

2


Alat dan Bahan

2

Metode Pengumpulan Data

2

Analisis Data

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

4

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

4


Damar

5

Produktivitas Damar Mata Kucing

6

Produktivitas Damar pada Berbagai Jumlah Koakan dan Kedalaman Koakan 7
Hubungan Diameter Batang Pohon dengan Jumlah Koakan

7

Hubungan Diameter Batang Pohon dengan Kedalaman Koakan

9

Hubungan Diameter Batang Pohon dengan Produksi Getah
SIMPULAN DAN SARAN


11
12

Simpulan

12

Saran

13

DAFTAR PUSTAKA

13

LAMPIRAN

14

RIWAYAT HIDUP


17

DAFTAR TABEL
1 Statistik deskriptif 100 pohon contoh dengan jumlah dan kedalaman
koakan berdasarkan diameter dan sebaran produktivitas getah
2 Persamaan regresi diameter dengan jumlah koakan per pohon
3 Persamaan regresi diameter dengan kedalaman koakan per pohon
4 Persamaan regresi diameter dengan produksi getah meranti per pohon

6
8
9
11

DAFTAR GAMBAR
1 Aktifitas pemanenan damar
2 Grafik produktivitas damar pada: (2.a) kelompok jumlah koakan; (2.b)
kelompok kedalaman koakan
3 Hubungan diameter batang pohon dengan jumlah koakan per pohon
4 Hubungan diameter batang pohon dengan kedalaman koakan per pohon
5 Hubungan diameter batang pohon dengan produksi getah meranti per
pohon

5
7
9
10
12

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil analisis regresi diameter batang pohon dengan jumlah koakan
meranti
2 Hasil analisis regresi diameter batang pohon dengan kedalaman koakan
meranti
3 Hasil analisis regresi diameter batang pohon dengan produksi getah
meranti

14
15
16

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor kehutanan memiliki peranan yang cukup besar bagi pemasukan
devisa negara. Selain hasil hutan kayu, hasil hutan bukan kayu juga memiliki
peranan yang tidak kalah pentingnya. Oleh karena itu perlu adanya pengelolaan
hasil hutan bukan kayu (HHBK), mengingat potensi Indonesia dari segi hasil
hutan bukan kayunya cukup besar, misalnya getah, rotan dan kulit. Salah satu
HHBK yang mulai mengalami peningkatan permintaan berbagai industri adalah
damar. Hutan rakyat ialah hutan yang tumbuh di atas tanah milik dengan luasan
minimal 0.25 ha, hutan tersebut sebagaimana dikelola oleh rakyat untuk
mengkombinasikan tanaman perkayuan dengan tanaman pangan/palawija yang
lebih dikenal dengan nama agroforestry (Dephut 1992).
Hutan rakyat yang terdapat di Desa Gunung Kemala Kecamatan Way Krui
Kabupaten Pesisir Barat Lampung menyadap getah dari pohon meranti yang lebih
dikenal dalam perdagangan dengan nama damar mata kucing. Pengelolaan pohon
meranti di Krui dilakukan dengan pemanenan damar secara manual yakni
menggunakan metode koakan. Metode koakan yang digunakan sebagai teknik
pemanenan getah meranti harus memperhatikan faktor-faktor produktivitas getah
diantaranya jumlah dan kedalaman koakan. Pohon yang disadap oleh petani ialah
pohon meranti yang dianggap sudah cukup umur dan memiliki diameter minimal
30 cm.
Penyadapan yang dilakukan untuk mendapatkan hasil getah yang maksimal
maka petani membuat sadapan (koakan) yang banyak dengan kedalaman koakan
yang dalam pada masing–masing pohon. Jumlah koakan yang banyak pada pohon
akan meningkatkan produktivitas getah namun secara tidak langsung pohon yang
memiliki diameter relatif kecil dengan jumlah sadapan yang banyak dan
kedalaman koakan sangat dalam maka akan merusak keadaan fisik pohon.
Kerusakan pada fisik pohon meranti akibat penyadapan yang berlebihan dapat
menimbulkan penyakit dan menyebabkan kematian atau tumbang. Penyadapan
pohon meranti yang dilakukan oleh petani di Krui bahwa keadaan pohon yang
disadap sangat memprihatinkan. Karena permasalahan tersebut cukup kompleks
maka perlu mendapatkan perhatian yang lebih, dengan melakukan penelitian dan
analisis untuk mengetahui produktivitas penyadapan getah dan hubungan antara
diameter batang pohon dengan jumlah koakan dan kedalaman koakan pada pohon
meranti. Salah satu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antar
variabel yang mempengaruhi produksi getah yaitu dengan melakukan pengamatan
dan pengukuran jumlah koakan dan kedalaman koakan setiap pohon.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui produktivitas penyadapan getah meranti
2. Mengetahui hubungan antara diameter batang pohon dengan jumlah
koakan, kedalaman koakan dan produktivitas getah meranti

2
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu petani masyarakat Krui
dalam mengelola kebun damar dengan memperhatikan teknik penyadapan yang
baik menyangkut kedalaman koakan dan banyaknya koakan per pohon.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Hutan Rakyat Desa Gunung Kemala Kecamatan
Way Krui Kabupaten Pesisir Barat Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Juni sampai dengan Agustus 2014.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah pita ukur, kapak
bilah kecil (patil), penggaris 30 cm, timbangan digital, parang, plastik bening
muatan 2 kg, tally sheet, kalkulator, alat tulis dan papan jalan, paku, palu, label
pohon, dan pohon meranti.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data sekunder
Metode yang dilakukan merupakan kegiatan pengumpulan informasi
mengenai kondisi umum lokasi penelitian, serta informasi sistem pengelolaan
kebun damar oleh masyarakat setempat.
Pengumpulan data primer
Pengumpulan data primer yang dilakukan yaitu menggunakan 100 pohon
contoh sebagaimana untuk menggambarkan populasi yang sebenarnya pada 4
lokasi yang berbeda. Lokasi tersebut yaitu repong damar pada petak Atar Baru 1
yang memiliki luasan ±2.5 ha, Atar Baru 2 dengan luasan 2.0 ha, Way Karang
dengan luasan 2.0 ha dan Atar Sikuk dengan luasan ±2.0 ha. Setiap lokasi diambil
25 pohon contoh berdasarkan kriteria khusus untuk memenuhi tujuan penelitian
(Purposive Sampling). Kriteria yang digunakan adalah pohon yang sehat, telah
disadap dan memiliki diameter minimal 30 cm.
Prosedur Kerja
1.
2.

Adapun prosedur kerja penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahap yaitu:
Pada masing-masing pohon contoh diberi label sebagai tanda akan dilakukan
penelitian
Menghitung jumlah koakan dan mengukur kedalaman koakan per pohon
dengan menggunakan penggaris 30 cm

3
3.

4.
5.
6.
7.

Setiap pohon dilakukan pemanenan getah dimaksudkan untuk mendapatkan
luka baru pada bidang sadap yang akan dijadikan awal hitungan produksi
getah
Masing-masing pohon contoh dilakukan pemanenan getah yang berumur 1
minggu dengan periode pemanenan 4 kali
Melakukan penimbangan getah yang dihasilkan setiap pohon per minggu
dengan periode 4 kali penimbangan
Mencatat hasil timbangan getah kedalam thally sheet
Menghitung nilai rata-rata produktivitas getah dalam 4 kali periode
pemanenan
Analisis Data

Analisis Statistika Deskriptif
Jumlah pohon contoh yang digunakan adalah sebanyak 100 pohon meranti.
Tujuan dari analisis statistika deskriptif adalah untuk mengetahui keragaman
diameter batang pohon, jumlah koakan, kedalaman koakan serta sebaran
produktivitas getah damar dengan cara mencari: nilai minimum, nilai maksimum,
nilai median, nilai modus, nilai rata-rata, dan nilai simpangan baku. Analisis ini
menggunakan Software SPSS16.
Model hubungan antara diameter dengan jumlah koakan dan diameter
dengan kedalaman koakan serta diameter dengan produksi getah
Analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan diameter dengan
jumlah koakan dan hubungan diameter dengan kedalaman koakan serta hubungan
diameter dengan produksi getah digunakan analisis regresi linier sederhana
dengan persamaan sebagai berikut:
Y = a + bX
keterangan:
Y
: jumlah koakan (koakan), dan kedalaman koakan (cm) serta produksi
getah (gram/pohon/minggu)
a
: intersep
b
: koefisien regresi
X
: diameter pohon
Koefisien arah regresi linier dinyatakan dengan huruf b yang juga
menyatakan perubahan rata-rata variabel Y untuk setiap variabel X sebesar satu
bagian. Maksudnya ialah bila nilai b positif, maka variabel Y akan mengalami
kenaikan atau pertambahan. Sebaliknya bila b negatif, maka variabel Y akan
mengalami penurunan. Penyusunan model regresi menggunakan keseluruhan
pohon contoh. Penyusunan model regresi menggunakan Software Microsoft excel
dan Softwere SPSS 16.

4
Analisis sidik ragam
Hubungan antara diameter batang dengan jumlah koakan dan hubungan
diameter dengan kedalaman koakan serta hubungan diameter dengan produksi
getah, dilakukan sidik ragam dengan uji F dengan selang kepercayaan 95% (α =
0.05). Data diolah dengan menggunakan perangkat lunak statistika SPSS 16
dengan kaidah :
a. Nilai P-value lebih dari α (0.05) maka dapat disimpulkan bahwa diameter
batang pohon tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap jumlah
koakan, kedalaman koakan dan produktivitas getah.
b. Nilai P-value kurang dari α (0.05) maka dapat disimpulkan bahwa
diameter batang pohon mempunyai hubungan yang signifikan terhadap
jumlah koakan, kedalaman koakan dan produktivitas getah.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Damar mata kucing dengan produksi damar tertinggi dihasilkan dari
Kecamatan Pesisir Tengah yang beribukota di Krui. Luas wilayah Kecamatan
Pesisir Tengah mencapai 169.3 km2 dan berbatasan dengan kecamatan Pesisir
Utara di sebelah utara, Kecamatan Pesisir Selatan di selatan, dan Kecamatan Balik
Bukit di sebelah timurnya. Sebelah timur merupakan perbatasan berbukit-bukit
yang merupakan punggung pegunungan Bukit Barisan dengan luas 75% lahan
bergunung-gunung, dan hanya 25% yang merupakan dataran pantai di pesisir
Samudera Indonesia (Suharjito et al. 2000).
Kegiatan penelitian ini dilakukan pada lokasi yang terletak di Hutan Rakyat
bertempatan di Pekon Gunung Kemala Kecamatan Way Krui Kabupaten Pesisir
Barat Lampung. Penelitian dilaksanakan pada 4 lokasi yang berbeda yaitu Atar
Baru 1, Atar Baru 2, Way Karang dan Atar Sikuk dengan jumlah keseluruhan 100
jenis tegakan yang sama yaitu meranti. Repong damar yang di kelola oleh
masyarakat Krui berada pada daerah dataran yang berbukuit dan bergelombang
dengan ketinggian terletak pada 250 - 475 meter dpl dan berbatasan langsung
dengan sisi barat pegunungan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).
Jenis tegakan meranti sebagian besar ialah tanaman masyarakat Krui sejak
zaman belanda sudah dibudidayakan hingga sekarang. Pemanfaatan hasil hutan
sebagian besar dihasilkan dari pohon damar mata kucing, penyadapan getah yang
dilakukan oleh masyarakat setempat secara intensif umumnya tidak ada standar
untuk penentuan jumlah dan kedalaman koakan (pepat) sehingga menyebabkan
kerusakan pohon yang tinggi. Hal ini menyebabkan pendapatan getah yang
dihasilkan menurun karena banyak pohon yang tumbang.

5
Damar
Damar adalah istilah yang umum digunakan di Indonesia untuk menamakan
resin dari pohon yang termasuk famili Dipterocarpaceae dan beberapa suku
pohon hutan lainnya. Damar mata kucing merupakan salah satu resin dari famili
Dipterocarpaceae berupa HHBK yang diperoleh dari penyadapan pohon meranti.
Potensi damar ini yang cukup tinggi dan dikenal di Indonesia yang sebagian besar
tersebar di luar pulau Jawa yang salah satunya Krui Kabupaten Pesisir barat.
Damar mata kucing merupakan eksudat dari salah satu jenis pohon meranti yang
memiliki potensi tinggi, selain pemanfaatan kayunya juga salah satu pohon
penghasil getah, dimana hasil olahan resin yang disadap dari batang meranti biasa
disebut damar. Damar dapat digunakan untuk berbagai industri cat, vernis,
kemenyan dan lain-lain.
Pohon dari famili Dipterocarpaceae dominan tumbuh di hutan dataran
rendah asia tenggara, oleh sebab itu damar merupakan jenis resin yang lazim
dikenal di Indonesia bagian barat (Levang dan Wiyono 1992). Menurut Michon et
al. (2000) mengatakan bahwa terdapat dua macam damar yang dikenal umum
berdasarkan kualitas yang berbeda. Pertama adalah damar batu, yaitu damar
bermutu rendah bewarna cokelat kehitaman yang keluar dengan sendirinya dari
pohon yang terluka. Gumpalan-gumpalan yang jatuh sendirinya di sekitar pangkal
pohon dan terkubur di dalam tanah dapat dikumpulkan dan dimanfaatkan yang
bernilai ekonomis. Kedua, adalah damar mata kucing yaitu damar yang bening
atau kekuningan yang bermutu tinggi, sebanding dengan kopal yang diperoleh
dengan cara pelukaan kulit pohon. Sekitar 40 spesies dari genus Shorea dan
Hopea ialah penghasil damar mata kucing, diantaranya yang terbaik adalah
Shorea javanica dan Hopea dryobalanoides.

Gambar 1 Aktifitas pemanenan damar

6
Produktivitas Damar Mata Kucing
Penelitian ini dilakukan pada tegakan meranti yang memiliki jumlah dan
kedalaman koakan yang beragam berdasarkan diameter. Berdasarkan hasil
penelitian ini jumlah koakan pada pohon meranti sangat mempengaruhi
banyaknya getah yang dihasilkan, sedangkan kedalaman koakan sedikit
mempengaruhi getah yang dihasilkan oleh pohon tersebut. Getah merupakan hasil
eksudat dari fisiologis pohon, berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses
fisiologis pohon maka akan mempengaruhi jumlah produksi getah yang dihasilkan.
Menurut Doan (1997) terdapat beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi
produktivitas getah yaitu faktor biologi, tempat tumbuh, dan faktor perlakuan
terhadap pohon. Tabel 1 berikut memperlihatkan pengaruh dari variabel jumlah
koakan dan kedalaman koakan dengan diameter pohon dan sebaran produktivitas
getah dari 100 pohon contoh.
Tabel 1 Statistik deskriptif 100 pohon contoh dengan jumlah dan kedalaman
koakan berdasarkan diameter dan sebaran produktivitas getah
meranti
Statistik
Diameter
Jumlah
Kedalaman
Produktivitas
pohon
koakan/pohon
koakan
getah
(cm)
(koakan)
(cm)
(g/pohon/minggu)
Minimum
31.5
2.0
2.0
9.3
Maksimum
121.2
101.0
15.0
763.5
Rata-rata
56.8
25.1
6.0
313.5
Median
49.5
18.5
6.0
279.1
Modus
44.0
11.0
7.0
75.0
Simpangan baku
21.7
19.1
2.3
199.4
Tabel 1 merupakan hasil pengukuran terhadap 100 pohon contoh di
lapangan yakni memiliki diameter pohon yang berkisar antara 31.5-121.2 cm
dengan rata-rata 56.8 cm, median 49.5 cm, modus 44 cm, dan simpangan baku
sebesar 21.7 cm. Jumlah koakan yang dihitung dari 100 pohon contoh didapatkan
kisaran antara 2 hingga 101 koakan per pohon dengan rata-rata 25.1 koakan,
median 18.5 koakan, modus 11 koakan, dan simpangan baku dari jumlah koakan
sebesar 19.1 koakan per pohon. Kedalaman koakan pada seluruh pohon contoh
berkisar antara 2 hingga 15 cm yang memiliki rata-rata 6.0 cm, median 6.0 cm,
modus 7.0 cm, dan simpangan baku 2.3 cm. Produktivitas getah meranti yang
didapatkan dari pemanenan selama 4 minggu dengan periode panen 1 kali
seminggu berkisar antara 9.3-763.5 g/pohon/minggu. Produktivitas rata-rata dari
keseluruhan pohon contoh yaitu 313.5 g/pohon/minggu, dengan median 279.1
g/pohon/minggu, modus 75 g/pohon/minggu, dan simpangan baku 199.4
g/pohon/minggu. Hasil ini menunjukkan bahwa produksi getah per pohon dengan
waktu 1 minggu sangat dipengaruhi oleh jumlah koakan dan kedalaman koakan
pada pohon tersebut.

7
Produktivitas Damar pada Berbagai Jumlah Koakan dan Kedalaman
Koakan

Kelompok jumlah koakan
(a)

Gambar 2

produksi getah
(g/minggu)

800
600
400
200
0
(2-11)
(12-21)
(22-31)
(32-41)
(42-51)
(52-61)
(62-71)
(72-81)
(82-91)
(92-101)

produksi getah
(g/minggu)

Produktivitas getah damar pada berbagai jumlah koakan dan kedalaman
koakan dapat di lihat pada Gambar 2.a dan Gambar 2.b. Apabila kedua variabel
ini dibandingkan maka dapat dilihat produktivitas yang ditunjukkan oleh grafik
jumlah koakan sangat berpengaruh terhadap produksi getah, hal ini dapat
dibuktikan semakin meningkatnya jumlah koakan pada diameter tertentu maka
produktivitas yang dihasilkan juga akan meningkat secara signifikan.
Bertambahnya kedalaman koakan maka produktivitas getah akan semakin
meningkat, tetapi terlihat pada selang kedalaman koakan 11-13 cm produksi getah
menurun.

600
500
400
300
200
100
0

Kelompok kedalaman koakan
(cm) (b)

Produktivitas getah damar pada: kelompok jumlah koakan (a) ;
kelompok kedalaman koakan (b)

Gambar 2 menjelaskan pengaruh dan hubungan antara jumlah koakan
dengan kedalaman koakan terhadap produktivitas getah damar mata kucing.
Jumlah koakan menunjukkan produktivitas rata-rata dengan kelompok jumlah
koakan pada setiap pohon dari 100 pohon contoh cenderung meningkat. Hal ini
dapat disebabkan kemampuan pohon untuk menghasilkan getah dengan jumlah
yang banyak ketika pohon tersebut terdapat jumlah pelukaan yang banyak.
Seperti halnya kedalaman koakan yang menunjukkan pengaruh terhadap
produktivitas getah, semakin dalam koakan maka produksi getah akan cendrung
meningkat. Menurut Pandit dan Hikmat (2002) saluran getah pada meranti putih
umumnya menyebar menurut garis tangensial dan berisi getah yang berwarna
putih. Oleh sebab itu dalamnya koakan yang dibuat oleh petani akan semakin
dalam untuk mendapatkan getah yang banyak.

Hubungan Diameter Batang Pohon dengan Jumlah Koakan
Duryat (2006) mengatakan bahwa pohon meranti yang karakteristiknya
dalam keadaan sehat maka semakin besar diameter batang akan semakin
meningkat jumlah koakan yang dibuat pada bidang batang pohon. Jumlah koakan
juga sangat dipengaruhi oleh kesehatan pohon, sehingga semakin banyak koakan

8
pada batang pohon maka produksi getah damar akan semakin meningkat.
Pelukaan pada pohon yang dilakukan secara terus menerus akan mengganggu
proses perkembangan diameter pada pohon. Hal ini terjadi karena dengan
bertambahnya umur maka pohon akan tumbuh semakin kuat dalam jangka waktu
yang lama dan kemudian akan berangsur menjadi lemah. Ketika proses kehidupan
pohon menjadi lambat maka berpengaruh terhadap kemampuan pohon untuk
penyembuhan luka dan tidak mampu bertahan terhadap hama maupun penyakit.
Jumlah koakan merupakan peubah yang berpengaruh nyata terhadap
produktivitas getah damar pada semua kelas diameter pohon. Koakan pada pohon
meranti dibuat dengan bentuk, ukuran, dan jarak antar koakan yang cukup
seragam umumnya koakan berbentuk segitiga sama sisi dan jarak antar koakan
secara vertikal kurang lebih 50 cm. perbedaan dari jumlah koakan setiap pohon
juga dipengaruhi oleh diameter dan kesehatan batang. Hasil analisis regresi untuk
mengetahui hubungan diameter dengan jumlah koakan pada tegakan meranti
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Persamaan regresi diameter dengan jumlah koakan per pohon
Faktor
Diameter batang

Variabel
Jumlah koakan

Persamaan regresi
Y = -18.523 + 0.768X

R
0.875


0.766

Y = jumlah koakan per pohon; X = diameter batang; R = koefisien korelasi; R2 = koefisien determinasi

Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai konstanta (a) sebesar -18.523, maka
besarnya variabel rata-rata jumlah koakan dipengaruhi oleh diameter, maka ratarata jumlah koakan sebesar -18.523. Koefisien regresi sebesar 0.768, berarti
diameter mempunyai hubungan positif atau searah dengan rata-rata jumlah
koakan, karena koefisien regresi bernilai positif. Setiap peningkatan 1 satuan
diameter maka akan berpengaruh terhadap peningkatan rata-rata jumlah koakan
sebesar 0.768 satuan. Begitu juga sebaliknya setiap penurunan diameter sebesar 1
satuan akan berpengaruh terhadap penurunan rata-rata jumlah koakan sebesar
0.768 satuan. Nilai koefisien korelasi diperoleh sebesar 0.875, hal ini
menunjukkan adanya hubungan positif antara diameter dengan jumlah koakan,
jika dilihat dari nilai korelasi hubungan variabel tersebut termasuk kategori sangat
tinggi, sehingga diameter memiliki hubungan sangat kuat terhadap kenaikan
jumlah koakan. Nilai koefisien determinasi sebesar 0.766 menunjukkan
kemampuan variabel diameter dalam mempengaruhi variabel jumlah koakan
sebesar 76.6%, sedangkan sisanya sebesar 23.4% dipengaruhi oleh faktor lain
selain diameter.
Hasil uji ANOVA dengan tingkat kepercayaan 95 % menunjukkan bahwa
jumlah koakan mempunyai hubungan nyata terhadap diameter batang pohon
dengan nilai Sig sebesar 0.000 (P-value < 0.05) artinya diameter batang pohon
mempunyai hubungan yang signifikan terhadap jumlah koakan, sehingga
hipotesis dari diameter pohon diterima dengan memberikan hubungan nyata
terhadap jumlah koakan.
Produksi getah meranti dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu faktor
tersebut ialah keberagaman jumlah koakan setiap diameter batang pohon.
Berdasarkan diameter batang pohon yang berbeda akan menentukan jumlah
koakan yang dibuat, berikut hubungan diameter batang pohon dengan jumlah
koakan yang disajikan pada Gambar 3.

Jumlah Koakan (koakan/pohon)

9

120
100
80
60
40
20
0
0

20

40

60
80
Diameter (cm)

100

120

140

Gambar 3 Hubungan diameter batang pohon terhadap jumlah koakan per pohon
Gambar 3 menunjukkan bahwa semakin besar diameter batang pohon
maka jumlah koakan akan semakin meningkat, akan tetapi pada diameter 94 (cm)100 (cm) jumlah koakan mengalami penurunan, hal ini disebabkan pada diameter
tersebut sedang mengalami pembaharuan koakan sehingga jumlah koakan yang
ada masih relatif sedikit dan banyaknya koakan yang dibuat merupakan penilaian
atau persepsi dari petani.
Hubungan Diameter Batang Pohon dengan Kedalaman Koakan
Kedalaman koakan ialah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
produktivitas getah damar dan kesehatan pohon damar. Menurut informasi petani
setempat penyadapan yang dilakukan dengan teknik sederhana dan manual
membuat beberapa pohon damar terserang penyakit dan tumbang akibat sadapan
tersebut terlalu dalam. Penyadapan tersebut dilakukan secara subjektif oleh petani
setempat. Hasil analisis regresi untuk mengetahui hubungan diameter batang
pohon terhadap jumlah koakan disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Persamaan regresi diameter dengan kedalaman koakan per pohon
Faktor
Diameter batang

Variabel
Kedalaman
koakan

Persamaan regresi
Y = -0.0014x2 + 0.2105x
- 0.7564

R



0.359

0.1292

Y = kedalaman koakan per pohon; X = diameter batang; R = koefisien korelasi; R2 = koefisien determinasi

Tabel 3 menjelaskan bahwa diameter batang pohon menunjukkan adanya
hubungan terhadap kedalaman koakan tanaman meranti. Koefisien regresi sebesar
0.359, berarti diameter mempunyai hubungan positif atau searah dengan rata-rata
kedalaman, karena koefisien regresi bernilai positif. Nilai koefisien korelasi
diperoleh sebesar 0.359, hal ini berarti adanya hubungan positif antara diameter
dengan kedalaman, namun jika dilihat dari nilai korelasi hubungan variabel
tersebut termasuk kategori sangat rendah. Dengan demikian berarti diameter

10
memiliki hubungan sangat lemah terhadap kenaikan kedalaman koakan. Nilai
koefisien determinasi sebesar 0.1292, hal ini berarti kemampuan variabel diameter
dalam menunjukkan suatu adanya hubungan terhadap variabel kedalaman koakan
sebesar 13%, sedangkan sisanya sebesar 87% dipengaruhi oleh faktor lain selain
diameter.
Berdasarkan pengujian ANOVA dengan tingkat kepercayaan 95 %
menunjukkan bahwa diameter batang pohon mempunyai hubungan nyata terhadap
kedalaman koakan, hal ini dikarenakan nilai Sig 0.001 (P-value < 0.05) artinya
diameter batang pohon mempunyai hubungan yang signifikan terhadap jumlah
koakan, sehingga hipotesis dari diameter batang pohon diterima dengan
memberikan hubungan nyata terhadap kedalaman koakan, akan tetapi hubungan
yang ditunjukkan variabel kedalaman koakan cendrung lemah. Berdasarkan
diameter batang pohon yang berbeda akan menentukan kedalaman koakan yang
dibuat, berikut hubungan diameter batang pohon terhadap kedalaman koakan yang
disajikan pada Gambar 4.

Kedalaman koakan (cm/pohon)

16
14
12
10
8
6
4
2
0
0

20

40

60
80
Diameter (cm)

100

120

140

Gambar 4 Hubungan diameter batang pohon terhadap kedalaman koakan
per pohon
Gambar 4 dilihat dari garis yang dibentuk oleh model regresi menunjukkan
bahwa semakin meningkatnya diameter batang pohon tidak memberikan
hubungan yang kuat terhadap meningkatnya kedalaman koakan. Hal ini dapat
dilihat dari penyebaran kedalaman koakan yang kedalamanya paling dalam yaitu
pada diameter 65 cm sedangkan kedalaman koakan pada diameter 121.2 cm lebih
rendah. Kedalaman koakan yang berbeda-beda dapat disebabkan oleh tidak ada
suatu standar kedalaman koakan terhadap diameter oleh petani, petani hanya
melakukan penyadapan menurut pendapat masing-masing petani. Berdasarkan
informasi yang didapatkan dari pemilik pohon meranti penentuan kedalaman
koakan tersebut selain sebagai pembaharuan luka untuk memotong saluran getah,
juga menyesuaikan dengan kenyamanan untuk pijakan saat pemanenan getah
dilakukan.

11
Hubungan Diameter Batang Pohon dengan Produksi Getah
Prodiktivitas getah dapat diprediksi dengan berbagai faktor yang
mempengaruhinya, salah satu faktor tersebut ialah diameter. Diameter merupakan
faktor yang sangat menentukan untuk pembuatan sadapan untuk menghasilkan
getah. Menurut Becking (1994), jenis pohon meranti yang menghasilkan damar
mata kucing ditanam terutama untuk getah atau damarnya, yang dapat dihasilkan
sesudah umur 30 tahun dan diameter batang mencapai sekitar 30 cm dengan
panjang daur 50 tahun. Hasil analisis regresi untuk mengetahui hubungan
diameter batang pohon terhadap produksi getah disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Persamaan regresi diameter dengan produksi getah meranti per pohon
Faktor
Diameter batang

Variabel
Produksi getah

Persamaan regresi
Y = -79.894 + 6.924X

R
0.755


0.570

Y = produksi getah per pohon; X = diameter batang; R = koefisien korelasi; R2 = koefisien determinasi

Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai konstanta (a) sebesar -79.894,
menunjukkan besarnya variabel rata-rata produksi getah yang dipengaruhi oleh
diameter. Koefisien regresi sebesar 6.924, berarti diameter mempunyai hubungan
positif atau searah dengan rata-rata produksi getah, karena koefisien regresi
bernilai positif. Setiap peningkatan 1 satuan diameter maka akan berpengaruh
terhadap peningkatan rata-rata produksi getah sebesar 6.924 satuan. Begitu juga
sebaliknya setiap penurunan diameter sebesar 1 satuan akan berpengaruh terhadap
penurunan rata-rata produksi getah sebesar 6.924 satuan. Nilai koefisien korelasi
diperoleh sebesar 0.755, hal ini berarti adanya hubungan positif antara diameter
dengan produksi getah, jika dilihat dari nilai korelasi hubungan variabel tersebut
termasuk kategori sangat tinggi. Dengan demikian berarti diameter memiliki
hubungan sangat kuat terhadap kenaikan produksi getah. Nilai koefisien
determinasi sebesar 0.570, hal ini menunjukkan kemampuan variabel diameter
dalam mempengaruhi variabel produksi getah sebesar 57.0%, sedangkan sisanya
sebesar 43.0% dipengaruhi oleh faktor lain selain diameter.
Hasil uji ANOVA dengan tingkat kepercayaan 95 % menunjukkan bahwa
diameter batang mempunyai hubungan nyata terhadap produksi getah damar,
dengan demikian nilai Sig sebesar 0.000 (p-value < 0.05) artinya diameter batang
pohon berpengaruh signifikan terhadap produksi getah damar. Sehingga hipotesis
dari diameter batang diterima dengan memberikan hubungan nyata terhadap
produktivitas getah damar.
Berdasarkan diameter batang pohon yang berbeda akan menentukan
produksi getah damar yang dihasilkan, berikut hubungan diameter batang pohon
dengan produksi getah meranti yang disajikan pada Gambar 5.

12

Produksi getah (g/pohon/minggu)

900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
0

20

40

60
80
Diameter (cm)

100

120

140

Gambar 5 Hubungan diameter batang pohon dengan produksi getah per pohon
Gambar 5 menunjukkan bahwa semakin besar diameter batang pohon maka
produksi getah damar akan semakin meningkat. Adanya pertumbuhan diameter
batang pohon, maka permukaan batang semakin luas sehingga untuk pembuatan
koakan akan semakin bertambah dan produktivitas getah damar akan semakin
meningkat. Menurut Doan (2007), produktivitas pada getah pinus juga
dipengaruhi oleh faktor tempat tumbuh pohon dan perlakuan yang diberikan
terhadap pohon seperti cara penyadapannya. oleh karena itu pohon yang tumbuh
pada lahan dengan bonita yang besar dapat menghasilkan getah dalam jumlah
yang banyak jika dibandingkan dengan pohon yang tumbuh pada lahan yang
memiliki bonita kecil (Doan 2007). Produktivitas getah meranti juga dapat
dipengaruhi oleh jenis pohon meranti tersebut, menurut petani setempat
menyatakan bahwa terdapat jenis meranti diantaranya memiliki getah yang bening
mengkilau dan putih pekat. Getah meranti yang bening mengkilau umumnya
memiliki produktivitas yang lebih besar dibandingkan dengan pohon meranti yang
getahnya berwarna putih pekat.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Meningkatnya jumlah koakan dan kedalaman koakan pada batang pohon
meranti maka produktivitas getah akan semakin meningkat. Bertambahnya
diameter pada batang pohon maka jumlah koakan akan semakin meningkat
sehingga produktivitas getah akan semakin meningkat. Produktivitas getah adalah
313.5 g/pohon/minggu dengan diameter pohon rata-rata 56.8 cm, jumlah koakan
sebanyak 26 koakan dan kedalaman koakan 6.0 cm. Besarnya diameter batang
pohon menunjukkan adanya hubungan terhadap besarnya tingkat kedalaman
koakan.

13
Saran
Perlu penelitian lebih lanjut mengenai penentuan jumlah koakan dan
kedalaman koakan yang optimum pada berbagai diameter batang pohon meranti
untuk mendapatkan hasil produksi getah yang optimum.

DAFTAR PUSTAKA
Becking JH. 1994. 28 Industrie houtsoorten op Java. Manuscript. Bogor (ID):
Balai Penyelidikan Kehutanan.
[DEPHUT] Departemen Kehutanan. 1999. Panduan Kehutanan Indonesia. Jakarta
(ID): DEPHUT.
Doan ANG. 2007. Ciri-ciri fisik pinus (Pinus Merkusii Jungh et de Vriese) banyak
menghasilkan getah dan pengaruh pemberian stimulansia serta kelas umur
terhadap produksi getah pinus di RPH Sawangan dan RPH Kemiri, KPH
Kedu Selatan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah [skripsi]. Bogor (ID):
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Duryat. 2006. Dimensi tegakan dan pengaruh tempat tumbuh terhadap produksi
damar mata kucing (Shorea javanica K. et. V) di Krui Lampung Barat
[tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Pandit IKN, Hikmat R. 2002. Anatomi Kayu: Kayu Sebagai Bahan Baku. Bogor
(ID): Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB.
Levang P, Wiyono. 1992. Agro-ekonomi Pahmungan, Penengahan, Balai Kencana
di Krui Lampung. Field Report. ORSTOM/ BIOTROP. Bogor. Indonesia.
Michon G, De Foresta H, Kusworo A, Djatmoko WA. 2000. Ketika Kebun
Berupa Hutan Agroforest Khas Indonesia Sebuah Sumbangan Masyarakat.
Bogor (ID): International Centre For Research In Agroforestry.
Suharjito D, Azis K, Wibowo A, Martua TS, Santi E. 2000. Karakteristik
Pengelolaan Hutan Berbasiskan Masyarakat. Yogyakarta (ID): Aditya
Media.

14
Lampiran 1 Hasil analisis regresi diameter batang pohon dengan jumlah koakan
meranti
Model

R

R
Square

Adjusted R
Square

1
.875a 0.766
0.764
a. Predictors: (Constant), Diamater batang
b. Dependent Variable: Jumlah koakan

Std. Error of the
Estimate
9.27563

ANOVAb
Model
Df
Sum of Squares
Mean Square
Regression
1
27642.912
27642.912
1 Residual
98
8431.648
86.037
Total
99
36074.560
a. Predictors: (Constant), Diameter
b. Dependent Variable: Jumlah koakan

Model

Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B

Std. Error

(Constant) -18.523 2.605
Jumlah
0.768
0.043
koakan
a. Dependent Variable: Jumlah koakan
1

DurbinWatson
1.833

F
321.290

t

Sig.
0.000

Sig.

Beta
-7.109

0.000

0.875 17.925

0.000

15
Lampiran 2 Hasil analisis regresi diameter batang pohon dengan kedalamann
koakan meranti
Model

R

R
Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1
.359a 0.1292
0.111
a. Predictors: (Constant), Diameter
b. Dependent Variable: Kedalaman koakan

2.1585

ANOVAb
Model
df
Mean Square
Sum of Squares
Regression
67.03
2
33.51
1 Residual
451.96
97
4.66
Total
518.99
99
a. Predictors: (Constant), Diameter
b. Dependent Variable: Kedalaman koakan

Intercept
X
X2

Coefficients
-0.756
0.210
-0.001

Standard Error
1.79
0.06
0.00039

F
7.193

t Stat
-0.42
3.74
-3.56

Sig.
0.001

P-value
0.67
0.00
0.00

16
Lampiran 3 Hasil analisis regresi diameter batang pohon dengan produksi getah
meranti
Model

R

R
Square

Adjusted R
Square

1
0.755a
0.570
0.566
a. Predictors: (Constant), Diameter
b. Dependent Variable: Produksi getah
ANOVAb
df
1
98
99

Model
Sum of Squares
Regression
2244752.664
1 Residual
1692723.883
Total
3937476.547
a. Predictors: (Constant),
Diameter
b. Dependent Variable: Produksi getah

Model

Durbin watson

131.43

2.259

Mean Square
2244752.664
17272.693

Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B

Std. Error

(Constant) -79.894 36.917
Diameter
6.924
0.607
a. Dependent Variable: Produksi getah
1

Std. Error of the
Estimate

F
Sig.
129.960 0.000

T

Sig.

Beta
-2.164
0.755 11.400

0.033
0.000

17

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Krui, 07 Agustus 1992 dari pasangan Drs. Usman dan
Ermarita. Penulis adalah anak ke-3 dari 4 bersaudara. Tahun 2010 penulis telah
menyelesaikan sekolah menengah atas dari SMA Negeri 1 Pesisir Tengah Krui
Kabupaten Pesisir Barat dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk perguruan
tinggi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB atau
USMI dan diterima di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.
Selama menuntut ilmu di IPB, penulis mengikuti organisasi Himpunan
Profesi Foerest Management Student Club (FMSC). Saat mengikuti organisasi di
FMSC, penulis tergabung dalam keanggotaan bagian pemanfaatan hasil hutan dan
penulis pernah mengikuti kepanitian yaitu menjabat sebagai ketua pelaksana acara
Aksi Lingkungan yang diselenggarakan pertama di FMSC tahun 2013. Penulis
juga pernah tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Badminton IPB.
Penulis telah melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Huatan (PPEH) di
Kamojang-Sancang, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan
Gunung Walat (HPGW) Sukabumi. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang
(PKL) di IUPHHK-HT PT Lestari Asri Jaya (LAJ) Jambi. Untuk memperoleh
gelar Sarjana Kehutanan penulis menyelesaikan tugas akhir Skripsi dengan judul
“Produktivitas Penyadapan Damar Mata Kucing pada Berbagai Jumlah dan
Kedalaman Koakan di Krui Pesisir Barat Lampung” di bawah bimbingan Dr Ir
Gunawan Santosa, MS.