Dampak Keberadaan Turis Arab Terhadap Dinamika Sosial Ekonomi Komunitas
DAMPAK KEBERADAAN TURIS ARAB TERHADAP
DINAMIKA SOSIAL EKONOMI KOMUNITAS
(Kasus Desa Tugu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor)
MELLY AMALIA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI THESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa thesis berjudul Dampak Keberadaan Turis
Arab Terhadap Dinamika Sosial Ekonomi Komunitas adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
thesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Melly Amalia
NIM I353110101
RINGKASAN
MELLY AMALIA. Dampak Keberadaan Turis Arab Terhadap Dinamika Sosial
Ekonomi Komunitas. Dibimbing oleh TITIK SUMARTI dan NURMALA
KATRINA PANDJAITAN.
Keberadaan turis Arab di Desa tugu memberikan dampak terhadap
dinamika sosial-ekonomi komunitas. Kegiatan pariwisata di daerah Puncak –
Kabupaten Bogor telah mendorong peningkatan ekonomi dan pergeseran pola
nafkah komunitas Desa Tugu dari sektor pertanian ke sektor pariwisata. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana dampak dari keberadaan turis Arab
terhadap perkembangan sosial ekonomi komunitas Tugu. Desa Tugu merupakan
desa yang menjadi pusat berkumpulnya turis asal Timur Tengah khususnya asal
Arab Saudi, keberadaan mereka keberadaan mereka telah memberikan peluang
usaha dan kerja baru di sektor pariwisata bagi komunitas.
Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif dan didukung oleh data
kuantitatif. Melalui pendekatan studi kasus diharapkan mampu menjawab atas
munculnya permasalahan terkait dengan keberadaan turis Arab. Teknik
pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dan kuesioner terhadap
sejumlah informan dan subjek kasus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penerimaan positif dari
komunitas atas keberadaan turis Arab. Penerimaan yang baik ini dapat
mempengaruhi pola kunjungan turis Arab di Desa Tugu. Keberadaan turis Arab
tidak bisa dilepaskan dari kebutuhan mereka terhadap pemenuhan sandang,
pangan dan papan. Oleh karena itu, di Desa Tugu kemudian berkembang peluang
usaha di bidang jasa, seperti travel, rental mobil, mini market, home stay dan
sebagainya. Peluang usaha tersebut kemudian menimbulkan peluang kerja seperti
hadamah (tukang masak), pelayan, supir, ojek dan lain-lain. Peluang kerja yang
tersedia dipengaruhi pula oleh jaringan kekerabatan, sehingga mempermudah
partisipasi komunitas terhadap pekerjaan dan norma yang terkait dengan jaringan
tersebut melekat pada hubungan kerja. Perkembangan pariwisata di Puncak tidak
hanya menjadi dominasi laki-laki saja, perempuan juga mendapatkan ruang untuk
bisa berpartisipasi, pada dunia kerja tersebut. Laki-laki bekerja sebagai
supir/guide, tukang ojek, penjaga vila dan petani, sementara itu perempuan hanya
mengerjakan pekerjaan yang berkaitan dengan wilayah domestik, seperti menjadi
tukang masak, pelayan, pengemasan, kasir dan lain sebagainya. Walaupun posisi
perempuan pada dunia kerja masih berada pada ranah feminitas, tetapi kontribusi
perempuan dalam ekonomi keluarga tidak hanya sebagai pelengkap tetapi juga
sebagai sumber penghasilan utama keluarga.
Kata kunci : pariwisata, dinamika sosial-ekonomi, komunitas
SUMMARY
MELLY AMALIA. Impact the presence of Arab Tourist to the socio-economic
dynamic of the community. Supervised by TITIK SUMARTI and NURMALA
KATRINA PANDJAITAN.
The presence of Arab tourists in the community of Tugu has an impact on
the socio-economy dynamic of the community. Tourism activities in the area of
Puncak - Bogor has encourage the economy and shifting livelihood of Tugu
communities from the agricultural sector to the tourism sector. This study aims to
analyze the extent to which the impact of the presence of Arab tourists to the
socio-economy development of the Tugu community. Tugu village is a village
that became the central gathering of tourists from the Middle East, especially from
Saudi Arabia, where they were able to change economy of the Tugu community.
This study uses qualitative approach and supported by quantitative data.
Through a case study approach is expected to answer to the emerging problems
associated with the presence of Arab tourists. Data collection technique using indepth interview and questionnaire to a number of informant and subject case.
The results showed that a positive acceptance from the community over the
presence of Arab tourists. Good acceptance of this will affect the pattern of tourist
arrival form Arabic in Tugu village. The presence of Arab tourists can not be
separated from the tourist need as food, clothing and house. Therefore, in the
village of Tugu then developing business opportunities in the field of services,
such as travel, car rental, mini market, home stay and so on. Business
opportunities that then lead to job opportunities as hadamah (cook), maid, driver,
motorcycles and others. Available job opportunities also influenced by kinship
networks, making it easier to work and community participation norms associated
with the network attached to the employment relationship. The development of
Puncak tourism, not only a dominant men only, women also get space to be able
to participate, in the working world. Men working as a driver / guide, a
motorcycle, a guard villas and farmers, while the women just doing work related
to the domestic sphere, such as cook, waiter, packaging, cashier and others.
Although the position of women in the workforce is still in the realm of femininity,
but the economic contribution of women in the family are not only
complementary but also as a major source of family income.
Keywords : tourism, socio-economic dynamic, community
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2011
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
DAMPAK KEBERADAAN TURIS ARAB TERHADAP
DINAMIKA SOSIAL EKONOMI KOMUNITAS
(Kasus Desa Tugu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor)
MELLY AMALIA
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Sosiologi Pedesaan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Penguji pada Ujian Tertutup: Dr. Ir. Rilus A. Kinseng, MA.
Judul Tesis : Dampak Keberadaan Turis Arab Terhadap Dinamika Sosial
Ekonomi Komunitas
Nama
: Melly Amalia
NIM
: I353110101
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Dr.Titik Sumarti, MS
Ketua
Dr.Nurmala K Pandjaitan, MS., DEA
Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Sosiologi Pedesaan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr.Ir Arya Hadi Dharmawan, M.Sc.Agr
Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr
Tanggal Ujian: 18 Juli 2014
(tanggal pelaksanaan ujian tesis)
Tanggal Lulus:
(tanggal penandatanganan tesis
oleh Dekan Sekolah
Pascasarjana)
PRAKATA
Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu
wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema
yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2013 ini ialah
pariwisata, dengan judul Dampak Keberadaan Turis Arab Terhadap Dinamika
Sosial Ekonomi Komunitas.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan Tesis ini tidak akan
terwujud tanpa adanya bantuan dan bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak.
Maka tidak lupa penilis haturkan banyak terima kasih kepada :
1. Dr.Ir Arya Hadi Dharmawan, M.Sc.Agr, selaku Ketua Program Studi
Sosiologi Pedesaan
2. Dr. Titik Sumarti, MS, selaku ketua pembimbing
3. Dr. Nurmala K Pandjaitan, MS.DEA, selaku pembimbing
4. Dr. Ir. Rilus A. Kinseng, MA, selaku penguji
5. Asep Nawawi, selaku Kepala Desa Tugu Utara
6. Dahi, selaku Sekertaris Desa Tugu Selatan
7. Warga Desa Tugu Utara dan Tugu Selatan
8. Almarhum Bapak E. Syamsu dan Ibu Etty Rohaety, selaku orang tua yang
selalu memberikan semangat dan motivasi yang luar biasa.
9. Irwan Setiawan, Dhevi Noviandi dan Dhian Herdian, selaku kakak-kakak
yang terus mendukung penulis dalam penyelesaian studi.
10. Teman-teman seperjuangan SPDer 2011 : Amir Mahmud, Doni Saputra,
Elok Ponco Mulyo Utami,Isma Rosyida, Meifita Diha, Nining Erlina,
Nyimas Nadya Izana, Rai Sita, Riri Amandaria, Risman Buamona,
Syahdin Ridwan, Syaiful Bahri, dan Prima Yustitia Islami.
Semoga tesis ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014
Melly Amalia
DAFTAR ISI
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
Sikap dan Pengukuran Sikap
Perubahan Sosial - Budaya Komunitas Tugu
Pariwisata dan Pola Aktifitas Nafkah Masyarakat Pedesaan
Jaringan Norma dan Hubungan Sosial
Perubahan Peran dan Posisi Perempuan
Kerangka Pemikiran
5
6
8
11
14
18
19
3
METODE
Metode Penelitian
Tempat dan Waktu Penelitian
Metode Pengumpulan Data
Ruang Lingkup Penelitian
19
21
22
22
23
4
GAMBARAN KOMUNITAS TUGU
Kondisi Topografi
Kondisi Demografi
Kondisi Sosial - Budaya
Kondisi Ekonomi
Sejarah Keberadaan Turis Arab
23
24
25
26
26
28
5
DINAMIKA NORMA DAN SIKAP KOMUNITAS TERHADAP
KEBERADAAN TURIS ARAB
32
DINAMIKA NAFKAH KOMUNITAS DAN JARINGAN EKONOMI
YANG TERBENTUK
38
6
1
1
2
4
4
7
DINAMIKA PERAN DAN POSISI PEREMPUAN DALAM EKONOMI
KELUARGA
62
9
DAMPAK KEBERADAAN TURIS ARAB TERHADAP DINAMIKA
SOSIAL – EKONOMI
67
10 SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
71
71
72
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1 Pedoman Wawancara
Lampiran 2 Dokomentasi Penelitian
73
76
79
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
Daftar Nama Subjek Kasus
Daftar Nama Informan
Mata Pencaharian Pokok Komunitas Tugu Pada Tahun 2012
Tingkat Pendidikan Komunitas Desa Tugu Utara dan Selatan
Sarana Pendidikan Formal di Desa Tugu
Tingkat Penerimaan Komunitas Terhadap Keberadaan Turis Arab
Jenis Usaha yang Terdapat di Warung Kaleng Berdasarkan Kepemilikan
dan Tenaga Kerja
Jenis Usaha yang Terdapat di Warung Kaleng dan Serapan Tenaga Kerja
20
20
25
25
26
34
43
46
DAFTAR GAMBAR
1
Peta desa Tugu
24
DAFTAR BAGAN
1
2
3
4
5
Kerangka Konseptual
Tahapan Aliran Pendapatan Komunitas Tugu
Jaringan Kerja Duaan Ganda Berlapis Al-Shl
Jaringan Organisasi Komunitas Tugu
Pola Jaringan Ekonomi Keluarga Bapak. Hsn
18
44
54
56
61
DAFTAR MATRIKS
1
2
Metode Pengumpulan Data
Tahapan Sikap Komunitas Terhadap Turis Arab
21
36
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan pariwisata di Indonesia semakin hari semakin meningkat, hal
tersebut ditunjukkan oleh jumlah kunjungan turis asing yang datang ke Indonesia
mengalami kenaikan seperti yang telah dilansir oleh www.metrotvnews.com, pada
tanggal 1 Agusutus 2013, yang menyatakan pada periode Januari – Juni2013
terjadi kenaikan sebesar 7,2 persen jika dibandingkan dengan tahun 2012 pada
periode yang sama. Hal ini juga dinyatakan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif Indonesia, bahwa kunjungan turis mancanegara ke Indonesia mengalami
kenaikan dari 3.876.310 orang pada tahun 2012 menjadi 4.154.478 pada tahun
2013.
Kawasan Puncak adalah salah satu tempat wisata yang terletak di wilayah
tengahKabupaten Bogor, dan memiliki banyak daya tarik bagi para turis. Kondisi
alam yang sejuk dan banyak menawarkan berbagai macam objek pariwisata
seperti kebun binatang Taman Safari, Talaga Warna, Wisata Agro Gunung Mas,
Taman Matahari dan lain-lain, menjadi keistimewaan tersendiri. Setiap musim
liburan tiba Kawasan Puncak selalu dipadati oleh turis domestik dan
mancanegara. Berdasarkan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Bogor 2013, pada tahun 2011 jumlah turis baik yang berasal dari dalam negeri
maupun luar negeri mencapai 1.476.887 orang (47,21 persen), dan meningkat
pada tahun 2012 sebesar 174.359 (5,57 persen) menjadi 1.651.246 orang (52,79
persen).
Keberadaan Kawasan Puncak bukan hanya menjadi monopoli konsumsi
turis domestik saja, tetapi juga menjadi salah satu tujuan wisata bagi para turis
asing. Hal ini bisa kita lihat dari keberadaan turis-turis asal Timur Tengah yang
berada di kawasan desa Tugu. Menurut keterangan Sekretaris Desa Tugu Utara,
bahwa sebetulnya di desa Tugu tidak hanya ada turis asal Timur Tengah tetapi
juga terdapat imigran asal Timur Tengah.
Mereka dapat dibedakan menjadi dua, yaitu imigran dan turis Arab. Pertama,
imigranmerupakan orang-orang yang berasal dari negara-negara konflik seperti
Afganistan, Iran, Irak, Syria dan Sri Langka.Mereka adalah orang-orang yang
akan mencari suaka ke Australia memasuki perairan Indonesia secara illegal dan
di tampung oleh lembaga PBB yang mengurusi pengungsi seperti UNHCR 1
(United Nations High Commissioner for Refugees) dan IOM 2 (International
Organzation for Migration).
Kedua, turis Arab Saudi yang sedang berlibur ke Indonesia.Kedatangan
mereka ke untuk menghindari musim panasyang suhunya mencapai 50oC, juga
disebabkan oleh musim haji, karena pada musim itu Negara Arab Saudi dipenuhi
oleh jama‟ah yang menunaikan ibadah haji, bagi warganya kondisi tersebut
dianggap tidak nyaman, sehingga mereka memilih berlibur ke negara lain.
Indonesia di pilih sebagai tujuan berlibur dengan alasan kesamaan latar
belakang agama dan biaya hidup yang relatif murah, dibandingkan dengan negara
1
UNHCR bertugas untuk menentukan status imigran
IOM adalah konsorsium beranggotakan ratusan negara yang memiliki misi kemanusiaan pada
migran atau pengungsi antaranegara. IOM bertugas memberikan jaminan keselamatan selama
bermigrasi.
2
2
lain. Desa Tugu merupakan salah satu wilayah di Puncak, Bogor – Jawa Barat
yang banyak disinggahi turis Arab. Awalnya menurut Ddn (35) kedatangan
mereka ke Desa Tugu karena mereka menyewa salah satu vila, milik hadromi
(orang Indonesia keturunan Arab). Kemudian, mereka merekomendasikan Desa
Tugu kepada kerabat mereka yang hendak berlibur di Kawasan Puncak,
Bogor.Sejak saat itu hingga sekarang, Desa Tugu sangat identik dengan
keberadaan turis Arab.
Pada periode 2012 menurut Passenger Exit Survey, Departemen Budaya dan
Pariwisata, wisatawan asal Arab Saudi menghabiskan uangnya di Indonesia
sebesar 1.424,47 US$. Hal ini berarti dengan pengeluaran tersebut telah
memberikan kontribusi bagi perekonomian masyarakat Indonesia, hal tersebut
ditunjukkan dengan pendapatan negara mencapai 193,40 juta US$.
Keberadaan turis Arab di Kawasan Puncak ternyata memberikan dampak
pada perputaran uang yang cukup besar seperti yang dikatakan oleh mantan
Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Bogor (2011) :
“perputaran uang di kawasan puncak mencapai triliunan,
sehingga terjadi pertumbuhan ekonomi yang luar biasa disana,
jadi tidak bisa kita hilangkan”.
Menurut Dmd (43), salah satu pegawai dinas kebudayaan dan pariwisata
kabupaten Cibinong, target pendapatan asli daerah (PAD) wisata pada tahun
2012 sebesar Rp. 375.000.000,- per tahun, sedangkan PAD wisata pada tahun
2013 sebesar Rp. 298.000.000,- per tahun. Kawasan Puncak setiap tahun menjadi
kawasan penyumbang PAD terbesar, yakni sekitar 20 persen dari total PAD
wisata yang masuk. Puncak merupakan salah satu kawasan yang mampu
melibatkan masyarakat sekitar dalam perputaran roda ekonomi. Menurut Dy
(50), pada daerah-daerah tertentu di Kawasan Puncak banyak ditemui berbagai
sarana dan prasarana yang menjadi daya tarik para turis. Secara sosial
keberadaan turis memberikan pengaruh terhadap nilai dan norma yang berlaku di
komunitas. Secara ekonomi, timbulnya peluang usaha dan kerja bagi
komunitas.Melemahnya nilai dan norma di komunitas mengakibatkan
munculnya usaha-usaha yang dinilai negatif oleh masyarakat secara umum,
seperti : warung remang-remang, vila yang disewakan untuk kegiatan prostitusi
dan munculnya kegiatan prostitusi itu sendiri.
Berdasarkan temuan tersebut, peneliti ingin melihat bagaimana dampak
keberadaan turis Arab terhadap dinamika sosial – ekonomi komunitas Desa Tugu.
Perumusan Masalah
Saat ini salah satu bagian dari Kawasan Puncak yaitu Desa Tugu banyak
dikunjungi bahkan di huni oleh turis yang berasal dari Arab Saudi. Kehadiran
turis Arab memberikan dampak pada aktifitas ekonomi baru komunitas setempat.
Masyarakat yang awalnya bermata pencaharian sebagai petani, karena banyak
tersedianya lahan pertanian, namun seiring dengan pertumbuhan penduduk yang
semakin banyak dan semakin banyaknya pembangunan vila menyebabkan
terjadinya pergeseran lahan pertanian menjadi lahan pemukiman. Pola mata
pencahariannya pun berubah dari petani kini menjadi penjaga vila. Hal senada
3
diakui oleh Nng (55) sebagai warga setempat, yang mengaku jika beliau adalah
warga asli yang sedari kecil tinggal di desa tersebut, ayahnya dahulu memiliki
lahan pertanian yang cukup luas. Namun, kemudian dijual dan kini lahan
tersebut sudah berbentuk rumah dan vila.
Selain perubahan alih fungsi lahan dari pertanian menjadi rumah dan vila
yang disewakan, maka di Desa Tugu juga berkembang rumah makan khas Timur
Tengah, money changer, mini market dan lain-lain. Tentunya kehadiran berbagai
usaha tersebut dan kehadiran turis-turis di sekitar Desa Tugu akan memberikan
dampak bagi masyarakat desa, bukan hanya dampak ekonomi, tetapi memberikan
dampak sosial. Interaksi yang terjadi dalam kehidupan keseharian antara turis
Arab dan masyarakat setempat akan mempengaruhi norma dan sikap komunitas
terhadap keberadaan turis Arab. Bagi komunitas Tugu keberadaan turis Arab
memberikan pemasukan secara ekonomi, tetapi disisi lain keberadaan mereka
melanggar norma dan akidah yang diyakini oleh komunitas. Oleh karena itu perlu
ditelaah bagaimana dinamika norma dan sikap terhadap keberadaan turis Arab di
komunitas ?
Keberadaan turis Arab telah membawa perubahan ekonomi komunitas desa
Tugu. Kedatangan mereka tidak hanya sekedar berlibur, ada juga kedatangannya
untuk berinvestasi dan mengembangkan bisnisnya di Indonesia. Hal ini ditandai
dengan adanya peluang usaha yang terbuka bagi masyarakat sekitar. Semakin
banyak turis Arab yang datang, semakin besar pula keinginan mereka untuk
mendapatkan kebutuhannya. Kebutuhan tersebut berkaitan dengan pola konsumsi
terhadap barang dan jasa, berdasarkan kebutuhannya itu pada akhirnya
memberikan peluang bagi masyarakat untuk wirausaha. Namun, sebagian besar
usaha yang ada adalah usaha yang dimiliki oleh orang-orang diluar komunitas.
Motel, Hotel, villa sampai pada rental mobil, warnet, toko-toko yang menjual
barang-barang kebutuhan khas arab pun tersedia di sana, money changer, bahkan
café-café khas arab. Perputaran uang di kawasan ini pun menjadi cepat karena
uang yang dikeluarkan oleh turis-turis ini selama berlibur, dalam saru hari mereka
sanggup mengeluarkan uang satu sampai lima juta rupiah. Sehingga kedatangan
mereka bagi warga sekitar telah memberikan keberkahan tersendiri.Selain itu
berbagai kebutuhan turis akan memunculkan pula peluang usaha bagi masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hubungan yang awalnya sosial bisa berubah
menjadi hubungan yang bersifat komersial. Oleh karena itu muncul pertanyaan
bagaimanakah keberadaan turis Arab menimbulkan dinamika nafkah komunitas
dan jaringan ekonomi yang terbentuk ?
Munculnya bentuk aktivitas nafkah baru, memberikan peluang bagi
perempuan untuk ikut serta dalam aktivitas tersebut, sehingga timbul pertanyaan
bagaimana dinamika peran dan posisi perempuan dalam ekonomi keluarga ?
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah diatas maka
pertanyaan penelilitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana dinamika norma dan sikap komunitas terhadap keberadaan
turis Arab di DesaTugu?
2. Bagaimana dinamikanafkah komunitas dan jaringan ekonomi yang
terbentuk akibat keberadaan turis Arab?
3. Bagaimana dinamika peran dan posisi perempuan dalam ekonomi
keluarga akibat munculnya nafkah baru ?
4
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak keberadaan turis
Arab terhadap perkembangan ekonomi sosial, dan secara khusus tujuan
penelitiannya adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis dinamika norma dan sikap komunitas terhadap keberadaan
turis Arab di DesaTugu.
2. Menganalisis dinamika nafkah komunitas dan jaringan ekonomi yang
terbentuk akibat keberadaan turis Arab.
3. Menganalisis dinamika peran dan posisi perempuan dalam ekonomi
keluarga akibat munculnya nafkah baru.
Manfaat Penelitian
Secara umum hasil penelitian ini mampu memberikan kontribusi pada
pihak-pihak yang memiliki wewenang mengatasi permasalahan ini dan
memberikan acuan bagi para pembuat kebijakan dalam hal kaitannya merancang
pemecahan masalah terkait dengan keberadaan orang asing yang diduga akan
memberikan pengaruh terhadap masyarakat.
5
2 TINJAUAN PUSTAKA
Dinamika Sosial – Ekonomi
Perubahan sosial mencakup berbagai perubahan atau modifikasi pada
seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, seperti aspek proses sosial, pola sosial,
bentuk-bentuk sosial serta pola-pola hubungan yang menjadi standar
perilaku.Perubahan pada setiap individu belum tentu juga mempengaruhi
perubahan masyarakat secara keseluruhan. Sehingga perubahan yang terjadi pada
individu tidak bisa dipakai untuk menarik kesimpulan pada tingkat organisasi atau
masyarakat.
Menurut Lauer (1989) Konsep perubahan di lingkup masyarakat berkaitan
dengan sistem stratifikasi yang didalamnya terkait unsur kekuasaan, struktur yang
mencakup status dan peran, sedangkan dalam ranah organisasi perubahan terjadi
pada struktur kekuasaannya, perubahan dalam individu berkaitan dengan sikap
yaitu berupa keyakinan mengenai berbagai persoalan dan aspirasi.
Perubahan bisa terjadi secara eksogen dan endogen. Eksogen adalah
sumber-sumber perubahan yang berasal dari luar seperti gaya hidup, budaya, dll.
Sedangkan endogen adalah sumber-sumber perubahan yang berasal dari
masyarakat itu sendiri, seperti membuat inovasi.
Perubahan selalu menghasilkan sesuatu yang baru atau juga memodifikasi
dari bentuk yang lama tanpa menghilangkan ciri-ciri lama. Terkadang masyarakat
berada dalam kondisi dillematis atau pada posisi dualisme, dimana disatu sisi
mereka ingin mempertahankan budayanya, tetapi disisi lain mereka tidak bisa
menghindar dari masuknya budaya baru. Budaya setempat mampu mempengaruhi
kelancaran proses perubahan sosial yang terjadi.
Menurut Davis dan Moore (1975) bahwa perubahan sosial merupakan
bagian dari perubahan kebudayaan. Perubahan dalam kebudayaan mencakup
semua bagiannya yaitu : kesenian. Ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, bahkan
perubahan-perubahan dalam bentuk serta aturan-aturan organisasi sosial.
Perubahan pada dasarnya hal yang lumrah terjadi pada kehidupan manusia.
Manusia yang selalu dinamis sehingga tidaklah heran jika dalam kehidupannya
terjadi perubahan, terutama perubahan dalam struktur sosial masyarakat.
Perubahan sosial menurut Harper (1989) merupakan suatu pergantian yang
signifikan mengenai struktur sosial dalam kurun waktu tertentu. Perubahan
struktur sosial dalam masyarakat terdiri dari :
a. Perubahan personal,
b. Perubahan dalam cara bagian-bagian struktur sosial berhubungan,
c. Perubahan dalam fungsi-fungsi struktur, berkaitan dengan apaya yang
dilakukan masyarakat dan bagaimana masyarakat tersebut melakukannya,
d. Perubahan dalam struktur yang berbeda, dan
e. Kemunculan struktur baru.
Perubahan dapat dibedakan menjadi berbagai macam bentuk perubahan,
diantaranya :
a. Perubahan yang cepat dan perubahan yang lambat
b. Perubahan besar dan perubahan kecil
c. Perubahan yang dikehendaki atau perubahan yang tidak dikehendaki
6
Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan. Perubahan
sosial meliputi perubahan usia, tingkat kelahiran dan penurunan rasa kekeluargaan
anatara masyarakat, sebagai akibat terjadinya arus mobilitas manusia dan
modernisasi. Perubahan sosial bisa dianalisis berdasarkan cirri-cirinya,
diantaranya :
a. Tidak ada masyarakat yang terhenti perkembangannya
b. Perubahan yang terjadi pada lembaga tertentu mampu diikuti oleh
perubahan lembaga lainnya
c. Perubahan yang terjadi begitu cepat bisa menyebabkan disorganisasi
d. Perubahan tidak dibatasi pada aspek kebendaan
Perubahan kebudayaan adalah suatu keadaan dalam masyarakat yang terjadi
karena ketidak-sesuaian diantara unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda
sehingga tercapai keadaan yang tidak serasi fungsinya bagi kehidupan. Perubahan
mencakup semua bagian yaitu : kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi bahkan
terhadap aturan-aturan organisasi sosial. Perubahan kebudayaan akan berjalan
terus tergantung dari dinamika masyarakatnya.
Menurut Sumardjan (1974), perubahan kebudayaan adalah segala perubahan
pada lembaga-lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat yang
mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap dan polapola prilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Perubahan kebudayaan bisa dikatakan sebagai perubahan yang terjadi dalam
sistem ide yang dimiliki bersama warga masyarakat berupa aturan-aturan, normanorma, juga teknologi, selera, rasa keindahan (kesenian) dan bahasa. Perubahan
yang terjadi disebabkan oleh beberapa hal :
a. Sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri
b. Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup
Norma dan Sikap
Norma
Norma yang terbentuk dalam masyarakat menurut Soekanto (1982),
mempunyai kekuatan yang mengikat dan berbeda-beda sesuai dengan bagaimana
masyarakat memaknai norma tersebut. Masyarakat yang komitmen dan
memegang norma yang kuat cenderung tidak akan melanggar norma yang
berlaku, sebaliknya ketika norma yang terbentuk lemah akan dengan mudah
norma dilanggar. Kekuatan norma terdiri dari cara (usage), kebiasaan (folkways),
tata kelakuan (mores) dan adat-istiadat (custom).
Cara (usage) berkaitan dengan pola hubungan dalam masyarakat, apabila
melakukan penyimpangan dan melanggar, hukumannya hanya sekadar celaan.
Misalnya ketika orang Arab Saudi tidak bersikap sopan, pasti warga sekitar akan
mencemooh orang tersebut dengan umpatan-umpatan.
Kebiasaan (folkways) merupakan perilaku yang diulang-ulang, ketika
semua orang sudah menyepakati bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang
dianggap wajar, tentunya tidak akan menjadi masalah, tetapi sebaliknya jika
kebiasaan yang dilakukannya tidak sewajarnya tentu akan dinilai sebagai
7
penyimpangan. Kebiasaan akan dikatakan sebagai norma yang mengatur maka
kebiasaan tersebut merupakan tata kelakuan (mores).
Tata kelakukan (custom) menjadi dasar adanya adat istiadat, adat istiadat
secara tidak langsung mengikat masyarkat untuk berpedoman pada ketentuanketentuan adat. Ketika ada yang melanggar sanksinya tidaklah main-main.
Norma sosial yang berlaku dimasyarakat pada akhirnya akan menjadi bagian dari
lembaga kemasyarakatan, yang nantinya akan membentuk pola hubungan sosial
dalam suatu masyarakat.
Pengertian Sikap Sosial
Sikap dalam bahasa Inggris disebut attitude yang digunakan untuk
menunjuk suatu status mental seseorang. Sikap merupakan suatu hal yang bisa
menentukan sifat, hakikat, baik perbuatan sekarang maupun perbuatan yang
akan datang. Sikap adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan nyata
dalam kegiatan-kegiatan sosial. Jadi sikap sosial merupakan kesadaran individu
yang menentukan perbuatan yang nyata, yang berulang-ulang terhadap objek
sosial.
Menurut Thurstone (1946) sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang
bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologi. Thomas
(2000)menyatakan bahwa sikap seseorang selalu diarahkan terhadap sesuatu hal
atau sesuatu objek tertentu. Pada dasarnya tidak ada satu sikap yang tanpa objek,
misalnya terkait sikap masyarakat terhadap adanya turis Arab di lingkungannya.
Sikap suka atau tidak suka dapat ditunjukkan ketika objeknya dianggap sesuai
atau tidak dengan norma yang berlaku.
Sikap merupakan sebuah reaksi terhadap objek, sehingga tidak bisa berdiri
sendiri dan selalu berhubungan dengan objek. Terdapat tiga komponen sikap
sebagai aspek penting, diantaranya :
a. Kognitif : pengetahuan, kepercayaan atau pikiran yang didasari pada
informasi, yang berhubungan dengan objek.
b. Afektif : menunjuk pada dimensi emosional dari sikap, yaitu emosi yang
berhubungan dengan objek.
c. Konatif : melibatkan predisposisi untuk bertindak terhadap tujuan
Sikap sosial bisa ditunjukkan dengan sikap positif dan sikap negatif. Sikap
positif ditandai dengan dukungan terhadap objek, dengan cara memperlihatkan
atau menunjukkan hal postif terhadap objek sikapnya, karena dianggap sesuai
dengan nilai dan norma yang berlaku. Dan sebaliknya sikap negatif ditunjukkan
dengan melakukan penolakan terhadap objek sikap karena dianggap tidak sesuai
dengan nilai dan norma yang berlaku.
Sikap memiliki fungsi diantaranya : pertama, fungsi skema, dimana
berfungsi sebagai kerangka kerja mental sehingga kita bisa menginterpretasikan
berbagai informasi. Sikap mempengaruhi persepsi dan pemikiran manusia
terhadap isu, orang objek atau kelompok yang lebih kuat. Kedua, fungsi
pengetahuan, dimungkinkan manusia mampu mengekspresikan nilai-nilai atau
keyakinannya sebagai ekspresi atau identitas. Ketiga, fungsi mempertahankan
ego, untuk melindungi seseorang dari informasi yang tidak diinginkan tentang
dirinya. Dan keempat, fungsi sebagai motivasi yang bisa menimbulkan
kekaguman.
8
Dimensi sikap menurut Sax (1980) terdiri dari arah, intensitas, keluasan,
konsistensi dan spontanitas. Berikut penjelasan mengenai dimensi sikap :
1) Arah melihat sikap dalam dua ranah positif dan negatif.
2) Intensitas melihat kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu belum
tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda.
3) Keluasan melihat kesetujuan atau ketidak-setujuan terhadap suatu objek
sikap dapat hanya sebagian atau keseluruhan.
4) Konsistensi melihat kesesuaian antara pernyataan sikap yang
dikemukakan dengan responnya terhadap objek sikap. Konsisntensi sikap
diperlihatkan oleh kesesuaian sikap antar waktu.
5) Spontanitas melihat sikap dikatakan memiliki spontanitas yang tinggi
apabila dinyatakan secara terbuka tanpa desakan.
Sikap merupakan hasil dari interaksi manusia dengan lingkungannya,
sehingga sikap tidak bersifat statis melainkan dinamis. Sikap diperoleh juga dari
hasil belajar, oleh karena itu sikap akan mengalami perubahan. Menurut Walgito
(1980) perubahan sikap dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor
internal, yaitu cara individu dalam menanggapi dunia luarnya dengan selektif
sehingga tidak semua yang datang akan diterima atau ditolak. Faktor eksternal,
yaitu keadaan yang ada di luar individu yang merupakan stimulus untuk
membentuk atau mengubah sikap. Dapat disimpulkan jika pembentukan dan
perubahan sikap ditentukan oleh proses yang dialami individu baik berasal dari
luar maupun dari dalam hidup manusia.
Penerimaan masyarakat terhadap masyarakat lain di daerah pariwisata
dipengaruhi oleh sikap mereka terhadap keberadaan wisatawan. Terkait dengan
pariwisata sikap masyarakat terhadap kehadiran turis dipengaruhi oleh berbagai
macam tahapan. Menurut Doxey (1976) dalam teori irritation index, tahapantahapan sikap masyarakat lokal terhadap wisatawan, diantaranya :
1. Euphoria. Kedatangan wisatawan diterima dengan baik, dengan sejuta
harapan.
2. Apathy. Masyarakat menerima wisatawan sebagai sesuatu yang lumrah,
dan hubungan antara masyarakat dengan wisatawan didomonasi oleh
hubungan komesial.
3. Annoyance. Titik kejenuhan sudah hampir dicapai, dan masyarakat mulai
merasa terganggu dengan kehadiran wisatawan.
4. Antagonism. Masyarakat secara terbuka sudah menunjukkan
ketidaksenangannya, dan melihat wisatawan sebagai sumber masalah.
Pengukuran Sikap
Sikap dapat diukur dengan menggunakan pengukuran sikap secara
langsung dan pengukuran sikap secara tidak langsung. Pengukuran sikap secara
langsung subjek telitinya langsung dimintai pendapat terkait mengenai sikapnya
terhadap objek yang diteliti. Pengukuran sikap secara langsung dibedakan
menjadi :
1) Pengukuran sikap langsung tidak terstruktur
Pada pegukuran sikap langsung tidak terstruktur tidak
membutuhkan waktu yang lama, karena peneliti hanya cukup melakukan
9
observasi langsung atau wanwancara yang kemudian hasilnya bisa
langsung disimpulkan.
2) Pengukuran sikap langsungberstruktur
a. Skala Bogardus
b. Thrustone
c. Likert
Melalui pengukuran sikap secara tidak langsung, peneliti dapat memberikan
gambaran-gambaran kepada subjek, dimana subjek diminta untuk menceritakan
apa-apa yang ia lihat dari gambaran tersebut.
Pariwisata, Dinamika Nafkah dan Jaringan Ekonomi Masyarakat Pedesaan
Pengertian Pariwisata
Pariwisata diartikan sebagai proses berpergian sementara oleh seseorang
atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan seseorang
melakukan aktifitas wisata disebabkan oleh berbagai kepentingan, seperti
sekadar ingin tahu dan menambah pengalaman.
Tujuan pariwisata menurut Soemanto (2010) dalam undang-undang no. 9
tahun 1990 adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat,
juga memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan menciptakan
lapangan pekerjaan serta mendorong pembangunan daerah. Pariwisata
mempunyai keterkaitan ekonomi yang sangat erat dengan banyak sektor. Dimana
peranan pariwisata mempengaruhi pendapatan daerah dan penyerapan terhadap
tenaga kerja.
Daya tarik wisata meliputi alam dan budaya. Wisata alam biasanya
menawarkan keberagaman dan keindahan flora dan fauna. Sedangkan untuk
wisata budaya menyajikan warisan budaya yang masih ada, yang merupakan
budaya-budaya tradisional, seperti museum, candi, keraton, tari-tarian dan lainlain.
Berkembangnya pariwisata tidak bisa dilepaskan oleh wisatawan, karena
wisatawan merupakan salah satu pelaku pariwisata. Cohen (1979) membedakan
wisatawan menjadi lima tipologi sebagai berikut :
1. Existensial, yaitu wisatawan yang meninggalkan kehidupan sehari-hari
dan menjadi „pelarian‟ untuk mengembangkan kebutuhan spiritual.
Mereka bergabung dengan masyarakat lokal.
2. Experimental, yaitu wisatawan yang mencari gaya hidup yang berbeda
dengan yang selama ini dilakoni, dengan cara mengikuti pola hidup
masyarakat yang dikunjungi. Wisatawan ini mengalami asimilasi
dengan masyarakat lokal.
3. Experiental, yaitu wisatawan yang mencari makna pada kehidupan
masyarakat lokal, dan menikmati keaslian kehidupan lokal.
4. Diversionary, yaitu wisatawan yang mencari pelarian dari kehidupan
rutin yang membosankan. Mereka mencari fasilitas rekreasi dan
memerlukan fasilitas berstandar internasional.
5. Recreational, yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan wisata
sebagai bagian dari usaha menghibur diri atau relaksasi, umumnya
memulihkan kembali semangat (fisik dan mentalnya). Mereka mencari
10
lingkungan yang menyenangkan, umumnya tidak mementingkan
keaslian.
Seseorang melakukan perjalanan pariwisata dipengaruhi oleh faktor
pendorong dan penarik. Sesuatu yang mendorong seseorang melakukan
perjalanan pariwisata menurut Jackson (1989), terdiri dari delapan faktor, yaitu :
1) ego enhancement, 2) ritual inversion, 3) pilgrimage, 4) religion, 5) health, 6)
education, 7) perceived authenticity, dan 8) conventions/conferences. Sedangkan
yang menjadi faktor penarik, yaitu :1) location climate, 2) national promotion, 3)
retail advertising, 4) wholesale marketing, 5) special events, 6) incentive
schemes, 7) visiting friends, 8) visiting relatives, 9) tourist attraction, 10) culture,
dan 11) natural environment man-made environtment.
Banyaknya turis yang mendatangi suatu wilayah, itu terjadi karena adanya
daya tarik wisata. Daya tarik wisata dapat meliputi alam dan budaya. Wisata
alam biasanya menawarkan keberagaman dan keindahan flora dan fauna.
Sedangkan untuk wisata budaya menyajikan warisan budaya yang masih ada,
yang merupakan budaya-budaya tradisional, seperti museum, candi, keraton,
tari-tarian dan lain-lain.
Pariwisata membawa berbagai peluang baru bagi masyarakat dan
mendorong berbagai bentuk perubahan sosial (Harrison, 1992). Sharpley (1994)
berpendapat pariwisata menyebabkan masyarakat lokal mengadopsi bahasa asing,
masyarakat membuat stereotip tentang pelaku wisatawan, serta memberikan
peluang kerja dan menyebabkan kaum muda pindah ke lokasi di mana pariwisata
berkembang.
Perkembangan pariwisata menurut James (2004), memiliki kritik yang
biasanya terfokus pada lingkungan, sosial dan budaya yang berpotensial
mengarah pada hal yang negatif pada komunitas lokal. Selain itu juga,
berpengaruh pada hilangnya identitas dan budaya komunitas, menimbulkan
konflik dalam masyarakat tradisional berkaitan dengan kepemilikan lahan dan
sumber daya alam serta bertambahnya aktifitas antisosial, seperti kriminal dan
prostitusi. Berpengaruh juga pada migrasi dan berkaitan dengan distribusi
pendapatan antara desa asal dengan desa yang disinggahi.
Dinamika Nafkah Masyarakat Pedesaan
Terjadinya perkembangan pada sistem nafkah merupakan sebab dari
terjadinya perubahan sosial yang terjadi pada lingkup komunitas, dan
menyebabkan terjadinya ketimpangan akses terhadap sumber-sumber nafkah yang
ada. Menurut Ellis (2000) hal demikian menyebabkan terjadinya perluasan
terhadap sistem nafkah dipedesaan. Sistem nafkah terdiri dari aset (modal alam,
modal fisik, modal manusia, modal sosial dan modal finansial), aktifitas dan akses
(kelembagaan, hubungan sosial dan organisasi).
1. Aset
Asset digambarkan sebagai persediaan modal yang digunakan untuk bertahan
hidup manusia.
a. Modal alam merupakan sumber daya alam (tanah, air dan pohon) yang
diperlukan manusia agar supaya mampu bertahan hidup.
b. Modal fisik merupakan aset yang dibawa kedalam proses produksi, seperti,
alat, mesin dan tanah.
11
c. Modal manusia mengacu pada kerja yang tersedia bagi rumah tangga,
modal manusia juga merupakan kemampuan manusia untuk melakukan
kerjasama satu sama lain.
d. Modal Sosial mengacu pada hubungan sosial antara orang menghasilkan
hasil yang produktif (Szreter, 2000). Modal sosial menurut Portes (2000)
terbagi menjadi dua, yaitu modal sosial dalam bentuk individu dan modal
sosial dalam bentuk kolektif. Sedangkan menurut Putnam dalam Lubis
(2001), modal sosial mengacu pada organisasi sosial dengan jaringan
sosial, norma dan kepercayaan sosial yang dapat menjembatani terciptanya
kerjasama dalam komunitas sehingga terjadi kerjasama yang
menguntungkan. Norma dan jaringan sosial yang disepakati akan
mempengaruhi kualitas kehidupan masyarakat dan kualitas kinerja
lembaga-lembaga sosial. Hubungan sosial yang telah tercipta tersebut
menghasilkan kemajuan pada komunitas.
e. Modal Finansial mengacu kepada kepemilikan uang yang dapat
mengakses produksi atau barang konsumsi dan akses terhadap kredit.
Kepemilikan uang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
bahkan berinvestasi, selain itu pinjaman yang diperoleh dapat digunakan
untuk berbagai macam tujuan.
2. Aktifitas
Aktifitas terdiri dari sumber daya alam dan bukan sumber daya alam. Sumber
daya alam meliputi kegiatan mengumpulkan kebutuhan yang berasal dari
hutan, menanam bahan makanan, menanam bukan makanan, memelihara
ternak dan pastoralisasi, kegiatan non-farm meliputi membuat bata, penenunan,
mengumpulkan jerami, dan lain-lain. Kegiatan yang berbasis bukan sumber
daya alam meliputi perdagangan di pedesaan, layanan pedesaan, manufaktur
di pedesaan, jasa pengiriman uang, dan bentuk transfer lainnya seperti pensuin.
3. Akses
Institusi, hubungan sosial dan organisasi merupakan media penting dalam
sistem nafkah yang mencakup lembaga baik yang menghambat atau
memfasilitasi pelaksanaan dari kemampuan dan pilihan oleh individu atau
rumah tangga.
a. Institusi
Institusi merupakan aturan formal, konvensi, dan kode informal dari sikap,
meliputi kendala dari interaksi sosial.
b. Hubungan Sosial
Hubungan sosial berkaitan dengan posisi sosial dari individu dan rumah
tangga dengan masyarakat. Dalam hal ini posisi sosial meliputi jenis
kelamin, kasta, kelas usia, etnik dan agama.
c. Organisasi
Organisasi merupakan grup dari individu yang saling terikat satu sama lain
dalam tujuan bersama untuk mencapai tujuan. Organisasi meliputi agen
pemerintah, badan administratif, NGOs, asosiasi dan perusahaan pribadi.
Sistem nafkah memberikan mempengaruhi strategi nafkah pada rumah
tangga. Strategi sendiri bisa diartikan sebagai upaya yang dilakukan dengan
memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada, sehingga individu mampu
12
mempertahankan kehidupannya. Strategi nafkah pada individu dan rumah tangga
akan mempengaruhi dinamika kehidupan rumah tangga, yang kemudian
mempengaruhi kehidupan sosial. Keberagaman aktifitas nafkah menurut Sconez
(1998) dapat digolongkan berdasarkan strategi nafkah, yaitu :
1) Rekayasa sumber nafkah pertanian, yang merupakan usaha pemanfaatan
sektor pertanian agar lebih efektif dan efisien baik melalui penambahan
input eksternal berupa tenaga kerja atau teknologi (intensifikasi) maupun
dengan memperluas lahan garapan pertanian (ekstensifikasi).
2) Pola nafkah ganda yang merupakan usaha yang dilakukan dengan cara
mencari pekerjaan lain selain sektor pertanian untuk menambah
pendapatan (diversifikasi pekerjaan).
3) Rekayasa spasial merupakan usaha yang dilakukan dengan cara
mobilisasi atau perpindahan penduduk baik secara permanen maupun
sirkuler (migrasi).
Seiring dengan apa yang diungkapkan Sconez, Dharmawan (2001) yang
melakukan penelitian di daerah pegunungan di Jawa Barat, membuktikan bahwa
ketika jumlah penduduk semakin padat maka strategi nafkah yang terjadi berbasis
pada diversifikasi sumber nafkah diluar pertanian, melalui alokasi pembagian
tenaga kerja keluarga..
Strategi nafkah secara umum menurut Dharmawan (2006) dapat
diklasifikasikan ke dalam dua bentuk :
1. Normatif
Strategi nafkah normatif dapat dilakukan melalui basis kegiatan sosial
ekonomi yang tergolong kedalam kegiatan positif, seperti kegiatan
produksi, sistem pertukaran, migrasi, maupun strategi sosial dengan
membangun jaringan sosial, disebut juga “peaceful ways” atau sah
dalam melakukan strategi nafkah.
2. Ilegal
Strategi nafkah ilegal termasuk didalamnya berbagai tindakan sosial
ekonomi yang melanggar hukum dan ilegal, seperti penipuan,
perampokan, pelacuran dan sebagainya. Kategori ini juga disebut
sebagai “non peaceful”, karena cara yang ditempuh biasanya
menggunakan cara kekerasan/kriminal.
Strategi nafkah yang dibangun oleh individu dan rumah tangga akan
mempengaruhi dinamika kehidupan sosial dan rumah tangga akan mempengaruhi
dinamika kehidupan sosial pada lingkup masyarakat, sebaliknya dinamika
kehidupan masyarakat akan menentukan strategi yang dibangun di tingkat
individu dan rumahtangga.
Strategi nafkah bisa berarti sebagai cara bertahan hidup ataupun
memperbaiki status kehidupan. Strategi nafkah adalah taktik dan aksi yang
dibangun oleh individu ataupun kelompok dalam rangka mempertahankan
kehidupan mereka dengan tetap memperhatikan eksistensi infrastruktur sosial,
struktur sosial dan sistem nilai budaya yang berlaku. Menurut Farrington (1999)
dalam Dharmawan (2007) terdapat lima sumber nafkah yang dapat dimanfaatkan
pada masyarakat pedesaan untuk mempertahankan hidupnya, yaitu : modal
keuangan, modal fisik, modal alam, modal manusia, dan modal sosial.
13
Penduduk
setempat
mendapatkan
penghasilan
tambahan
dari
berkembanganya pariwisata puncak, dari tingkatannya yang kecil hingga yang
besar, ini menunjukkan jika industri pariwisata puncak memberikan pengaruh
terhadap usaha atau upaya menghasilkan sistem nafkah baru, misalnya pengemis,
ojek payung, penjaga vila, pedagang, dan lain-lain. Segala macam potensi
pendukung pariwisata ada disini, sehingga sangat disayangkan jika warga sekitar
tidak memanfaatkan potensi yang ada. Yang menikmati terbuka lebarnya sistem
nafkah baru bukan hanya warga sekitar, tetapi juga memberikan keleluasaan bagi
masyarakat luar daerah untuk berinvestasi di kampung Tugu. Ini menunjukkan
minimnya kesadaran dari warga sekitar dalam upaya memanfaatkan potensi
wilayah/lingkungannya, yang padahal mampu memberikan sumber penghasilan
tambahan bagi rumah tangganya.
Masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya harus berusaha dan
terlibat dalam kegiatan ekonomi. Salah satu upaya masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya dengan cara bekerja sesuai dengan kondisi lingkungannya.
Masyarakat agraris cenderung bekerja pada bidang pertanian sebagai petani,
masyarakat nelayan bekerja pada bidang kelautan, dan masyarakat industri akan
bekerja mengisi bidang industri. Menurut Ellis (2000) mata pencaharian seseorang
akan dipengaruhi oleh pendapatan, lembaga-lembaga sosial, relasi gender, hakhak kepemilikan yang diperlukan guna mendukung dan menjamin kehidupan.
Bekerja merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk mendapatkan
nafkah. Bekerja menurut Badan Pusat Statistik diartikan sebagai kegiatan
melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh
penghasilan atau keuntungan paling sedikit selama satu jam dalam seminggu,
bekerja selama satu jam tersebut harus dilakukan berturut-turut tanpa terputus.
Kegiatan bekerja mencakup kondisi sedang bekerja atau mempunyai pekerjaan
tetapi untuk sementara waktu tidak bekerja, seperti cuti, sakit, menunggu panen
dan sebagainya. Adanya sistem nafkah baru memberikan peluang kesempatan
kerja bagi masyarakat sekitar, kesempatan kerja timbul karena adanya investasi
dan usaha untuk memperluas kesempatan kerja.
Minimnya penghasilan utama keluarga mengakibatkan banyak rumah
tangga melakukan atau mencari pekerjaan alternatif, baik yang dilakukan laki-laki
maupun perempuan bahkan dilakukan oleh anak-anaknya sendiri, hal tersebut
dilakukan sebagai upaya mensejahterakan rumah tangganya. Sayogyo (1982)
berpendapat terdapat sistem nafkah ganda pada rumah tangga, diantaranya pada
rumah tangga lapisan atas, pola nafkah ganda merupakan strategi akumulasi
modal dan lebih bersifat ekspansi usaha. Lapisan menengah, hanya sebagai upaya
konsolidasi untuk mengembangkan ekonomi rumah tangga. Lapisan bawah,
merupakan strategi bertahan hidup pada tingkat subsistensi dan sebagai upaya
untuk keluar dari kemiskinan.
Jadi dapat disimpulkan dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya
manusia memerlukan upaya-upaya pemenuhan kebutuhan melalui pengembangan
bahkan perluasan strategi nafkah baru, atau yang biasa juga disebut sebagai
strategi nafkah ganda. Selain mata pencaharian utamanya, strategi nafkah baru
dijadikan alternatif untuk keberlangsungan hidup manusia, maka tidaklah heran
jika dalam upaya tersebut melibatkan keluarga inti, misalnya istri dan anak-anak.
14
Jaringan Sosial – Ekonomi
Jaringan sosial digambarkan oleh Granovetter (1974) sebagai keterlekatan
perilaku ekonomi dalam hubungan sosial dapat dijelaskan melalui jaringan sosial
yang terjadi dalam kehidupan ekonomi. Jaringan sosial memberikan hubungan
antara aktor dengan kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi memberikan peluang
individu untuk terlibat didalamnya sebagai pelaku ekonomi, sehingga
memudahkan seseorang untuk lebih mengetahui terdapatnya peluang terbukanya
pekerjaan.
Melalui jaringan manusia satu dengan yang lainnya saling memberi tahu,
menginformasikan, mengingatkan, serta membantu dalam melaksanakan atau
mengatasi suatu masalah. Jaringan sangat dibutuhkan sebagai alat untuk
mengatasi segala macam masalah pada komunitas. Jaringan mempermudah
seseorang untuk mendapatkan peluang usaha maupun peluang kerja. Jaringan
menurut Lawang (2005) dapat dibedakan berdasarkan:
1. Hubungan antar personal
Hubungan yang terjadi adalah hubungan pada dua orang (dyadic) yang
bersifat intens dan dalam prinsip pertukaran sosial.
2. Hubungan antara individu dan instusi
Menurut Putnam (1993) keanggotaan warga dalam beberapa institusi
memungkinkannya untuk mengatasi pelbagai masalah.
Jadi secara ekonomi jaringan sangat dibutuhkan, berkaitan dengan
informasi mengenai adanya peluang-peluang yang mengarahkan pada kegiatan
ekonomi. Menurut Smelser dan Swedberg (2005) jaringan dapat mempengaruhi
kegiatan ekonomi, diantaranya :
1. Jaringan mewakili hubungan infornal antara lapangan kerja dengan pasar
tenaga kerja yang menghasilkan hubungan kerja. Ikatan sosial dan
pertukaran ekonomi dapat saling terjalin, sehingga tujuan aktifitasnya
kearah persahabatan, reputasi dan kepercayaan,
2. Jaringan juga merupakan pertukaran formal, baik dalam bentuk aset atau
ketentuan sumberdaya antara dua pihak atau lebih yang memerlukan
interaksi yang sedang berlangsung dalam rangka untuk memperoleh nilai
dari pertukaran tersebut, hubungan yang terjadi bersifat saling
ketergantungan sehingga membutuhkan kontrol formal,
3. Jaringan dalam bentuk relasi dengan pemerintah, terkait dengan
peraturan dimana pasar dan lingkungan sering berubah.
Jaringan sosial memusatkan perhatiannya pada struktur mikro hingga
makro, yang mana terjadi keterikatan antara aktornya, baik secara individu,
kelompok bahkan masyarakat. Hal ini memberikan peluang terhadap akses
sumber daya yang berbeda pada setiap aktornya. Granovetter (1973)
membedakan ikatan menjadi ikatan kuat dan ikatan lemah. Ikatan kuat
digambarkan sebagai sesuatu yang penting, misal dengan adanya ikatan yang
kuat antara penduduk desa, menyebabkan nilai-nilai toleransi masih berjalan.
Ikatan lemah digambarkan sebagai hal yang tidak penting namun memberikan
pengaruh penting pada sebuah ikatan, misalnya keberadaan turis Timur Tengah
akan menjadi kuat apabila ada penghubung yang menjembatani yaitu misalnya
orang yang bisa bahasa Arab sebagai mediator orang Timur Tengah dengan
15
masyarakat disekitar. Menurut Wellman (1983) teori jaringan memiliki prinsip
diantaranya :
a) Ikatan antara aktor biasanya adalah simetris baik dalam kadar maupun
intensitasnya.
b) Ikatan antara individu harus dianalisis dalam konteks struktur jaringan
lebih luas.
c) Terstrukturnya ikatan sosial menimbulkan berbagai jenis jaringan
nonacak.
d) Adanya kelompok jaringan menyebabkan terciptanya hubungan silang
antara kelompok jaringan maupun antara individu.
e) Ada ikatan asimetris antara unsur-unsur di dalam sebuah sistem jaringan
dengan akibat bahwa sumber daya yang terbatas akan terdistribusi secara
tidak merata.
f) Distribusi yang t
DINAMIKA SOSIAL EKONOMI KOMUNITAS
(Kasus Desa Tugu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor)
MELLY AMALIA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI THESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa thesis berjudul Dampak Keberadaan Turis
Arab Terhadap Dinamika Sosial Ekonomi Komunitas adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
thesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Melly Amalia
NIM I353110101
RINGKASAN
MELLY AMALIA. Dampak Keberadaan Turis Arab Terhadap Dinamika Sosial
Ekonomi Komunitas. Dibimbing oleh TITIK SUMARTI dan NURMALA
KATRINA PANDJAITAN.
Keberadaan turis Arab di Desa tugu memberikan dampak terhadap
dinamika sosial-ekonomi komunitas. Kegiatan pariwisata di daerah Puncak –
Kabupaten Bogor telah mendorong peningkatan ekonomi dan pergeseran pola
nafkah komunitas Desa Tugu dari sektor pertanian ke sektor pariwisata. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana dampak dari keberadaan turis Arab
terhadap perkembangan sosial ekonomi komunitas Tugu. Desa Tugu merupakan
desa yang menjadi pusat berkumpulnya turis asal Timur Tengah khususnya asal
Arab Saudi, keberadaan mereka keberadaan mereka telah memberikan peluang
usaha dan kerja baru di sektor pariwisata bagi komunitas.
Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif dan didukung oleh data
kuantitatif. Melalui pendekatan studi kasus diharapkan mampu menjawab atas
munculnya permasalahan terkait dengan keberadaan turis Arab. Teknik
pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dan kuesioner terhadap
sejumlah informan dan subjek kasus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penerimaan positif dari
komunitas atas keberadaan turis Arab. Penerimaan yang baik ini dapat
mempengaruhi pola kunjungan turis Arab di Desa Tugu. Keberadaan turis Arab
tidak bisa dilepaskan dari kebutuhan mereka terhadap pemenuhan sandang,
pangan dan papan. Oleh karena itu, di Desa Tugu kemudian berkembang peluang
usaha di bidang jasa, seperti travel, rental mobil, mini market, home stay dan
sebagainya. Peluang usaha tersebut kemudian menimbulkan peluang kerja seperti
hadamah (tukang masak), pelayan, supir, ojek dan lain-lain. Peluang kerja yang
tersedia dipengaruhi pula oleh jaringan kekerabatan, sehingga mempermudah
partisipasi komunitas terhadap pekerjaan dan norma yang terkait dengan jaringan
tersebut melekat pada hubungan kerja. Perkembangan pariwisata di Puncak tidak
hanya menjadi dominasi laki-laki saja, perempuan juga mendapatkan ruang untuk
bisa berpartisipasi, pada dunia kerja tersebut. Laki-laki bekerja sebagai
supir/guide, tukang ojek, penjaga vila dan petani, sementara itu perempuan hanya
mengerjakan pekerjaan yang berkaitan dengan wilayah domestik, seperti menjadi
tukang masak, pelayan, pengemasan, kasir dan lain sebagainya. Walaupun posisi
perempuan pada dunia kerja masih berada pada ranah feminitas, tetapi kontribusi
perempuan dalam ekonomi keluarga tidak hanya sebagai pelengkap tetapi juga
sebagai sumber penghasilan utama keluarga.
Kata kunci : pariwisata, dinamika sosial-ekonomi, komunitas
SUMMARY
MELLY AMALIA. Impact the presence of Arab Tourist to the socio-economic
dynamic of the community. Supervised by TITIK SUMARTI and NURMALA
KATRINA PANDJAITAN.
The presence of Arab tourists in the community of Tugu has an impact on
the socio-economy dynamic of the community. Tourism activities in the area of
Puncak - Bogor has encourage the economy and shifting livelihood of Tugu
communities from the agricultural sector to the tourism sector. This study aims to
analyze the extent to which the impact of the presence of Arab tourists to the
socio-economy development of the Tugu community. Tugu village is a village
that became the central gathering of tourists from the Middle East, especially from
Saudi Arabia, where they were able to change economy of the Tugu community.
This study uses qualitative approach and supported by quantitative data.
Through a case study approach is expected to answer to the emerging problems
associated with the presence of Arab tourists. Data collection technique using indepth interview and questionnaire to a number of informant and subject case.
The results showed that a positive acceptance from the community over the
presence of Arab tourists. Good acceptance of this will affect the pattern of tourist
arrival form Arabic in Tugu village. The presence of Arab tourists can not be
separated from the tourist need as food, clothing and house. Therefore, in the
village of Tugu then developing business opportunities in the field of services,
such as travel, car rental, mini market, home stay and so on. Business
opportunities that then lead to job opportunities as hadamah (cook), maid, driver,
motorcycles and others. Available job opportunities also influenced by kinship
networks, making it easier to work and community participation norms associated
with the network attached to the employment relationship. The development of
Puncak tourism, not only a dominant men only, women also get space to be able
to participate, in the working world. Men working as a driver / guide, a
motorcycle, a guard villas and farmers, while the women just doing work related
to the domestic sphere, such as cook, waiter, packaging, cashier and others.
Although the position of women in the workforce is still in the realm of femininity,
but the economic contribution of women in the family are not only
complementary but also as a major source of family income.
Keywords : tourism, socio-economic dynamic, community
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2011
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
DAMPAK KEBERADAAN TURIS ARAB TERHADAP
DINAMIKA SOSIAL EKONOMI KOMUNITAS
(Kasus Desa Tugu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor)
MELLY AMALIA
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Sosiologi Pedesaan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Penguji pada Ujian Tertutup: Dr. Ir. Rilus A. Kinseng, MA.
Judul Tesis : Dampak Keberadaan Turis Arab Terhadap Dinamika Sosial
Ekonomi Komunitas
Nama
: Melly Amalia
NIM
: I353110101
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Dr.Titik Sumarti, MS
Ketua
Dr.Nurmala K Pandjaitan, MS., DEA
Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Sosiologi Pedesaan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr.Ir Arya Hadi Dharmawan, M.Sc.Agr
Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr
Tanggal Ujian: 18 Juli 2014
(tanggal pelaksanaan ujian tesis)
Tanggal Lulus:
(tanggal penandatanganan tesis
oleh Dekan Sekolah
Pascasarjana)
PRAKATA
Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu
wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema
yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2013 ini ialah
pariwisata, dengan judul Dampak Keberadaan Turis Arab Terhadap Dinamika
Sosial Ekonomi Komunitas.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan Tesis ini tidak akan
terwujud tanpa adanya bantuan dan bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak.
Maka tidak lupa penilis haturkan banyak terima kasih kepada :
1. Dr.Ir Arya Hadi Dharmawan, M.Sc.Agr, selaku Ketua Program Studi
Sosiologi Pedesaan
2. Dr. Titik Sumarti, MS, selaku ketua pembimbing
3. Dr. Nurmala K Pandjaitan, MS.DEA, selaku pembimbing
4. Dr. Ir. Rilus A. Kinseng, MA, selaku penguji
5. Asep Nawawi, selaku Kepala Desa Tugu Utara
6. Dahi, selaku Sekertaris Desa Tugu Selatan
7. Warga Desa Tugu Utara dan Tugu Selatan
8. Almarhum Bapak E. Syamsu dan Ibu Etty Rohaety, selaku orang tua yang
selalu memberikan semangat dan motivasi yang luar biasa.
9. Irwan Setiawan, Dhevi Noviandi dan Dhian Herdian, selaku kakak-kakak
yang terus mendukung penulis dalam penyelesaian studi.
10. Teman-teman seperjuangan SPDer 2011 : Amir Mahmud, Doni Saputra,
Elok Ponco Mulyo Utami,Isma Rosyida, Meifita Diha, Nining Erlina,
Nyimas Nadya Izana, Rai Sita, Riri Amandaria, Risman Buamona,
Syahdin Ridwan, Syaiful Bahri, dan Prima Yustitia Islami.
Semoga tesis ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014
Melly Amalia
DAFTAR ISI
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
Sikap dan Pengukuran Sikap
Perubahan Sosial - Budaya Komunitas Tugu
Pariwisata dan Pola Aktifitas Nafkah Masyarakat Pedesaan
Jaringan Norma dan Hubungan Sosial
Perubahan Peran dan Posisi Perempuan
Kerangka Pemikiran
5
6
8
11
14
18
19
3
METODE
Metode Penelitian
Tempat dan Waktu Penelitian
Metode Pengumpulan Data
Ruang Lingkup Penelitian
19
21
22
22
23
4
GAMBARAN KOMUNITAS TUGU
Kondisi Topografi
Kondisi Demografi
Kondisi Sosial - Budaya
Kondisi Ekonomi
Sejarah Keberadaan Turis Arab
23
24
25
26
26
28
5
DINAMIKA NORMA DAN SIKAP KOMUNITAS TERHADAP
KEBERADAAN TURIS ARAB
32
DINAMIKA NAFKAH KOMUNITAS DAN JARINGAN EKONOMI
YANG TERBENTUK
38
6
1
1
2
4
4
7
DINAMIKA PERAN DAN POSISI PEREMPUAN DALAM EKONOMI
KELUARGA
62
9
DAMPAK KEBERADAAN TURIS ARAB TERHADAP DINAMIKA
SOSIAL – EKONOMI
67
10 SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
71
71
72
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1 Pedoman Wawancara
Lampiran 2 Dokomentasi Penelitian
73
76
79
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
Daftar Nama Subjek Kasus
Daftar Nama Informan
Mata Pencaharian Pokok Komunitas Tugu Pada Tahun 2012
Tingkat Pendidikan Komunitas Desa Tugu Utara dan Selatan
Sarana Pendidikan Formal di Desa Tugu
Tingkat Penerimaan Komunitas Terhadap Keberadaan Turis Arab
Jenis Usaha yang Terdapat di Warung Kaleng Berdasarkan Kepemilikan
dan Tenaga Kerja
Jenis Usaha yang Terdapat di Warung Kaleng dan Serapan Tenaga Kerja
20
20
25
25
26
34
43
46
DAFTAR GAMBAR
1
Peta desa Tugu
24
DAFTAR BAGAN
1
2
3
4
5
Kerangka Konseptual
Tahapan Aliran Pendapatan Komunitas Tugu
Jaringan Kerja Duaan Ganda Berlapis Al-Shl
Jaringan Organisasi Komunitas Tugu
Pola Jaringan Ekonomi Keluarga Bapak. Hsn
18
44
54
56
61
DAFTAR MATRIKS
1
2
Metode Pengumpulan Data
Tahapan Sikap Komunitas Terhadap Turis Arab
21
36
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan pariwisata di Indonesia semakin hari semakin meningkat, hal
tersebut ditunjukkan oleh jumlah kunjungan turis asing yang datang ke Indonesia
mengalami kenaikan seperti yang telah dilansir oleh www.metrotvnews.com, pada
tanggal 1 Agusutus 2013, yang menyatakan pada periode Januari – Juni2013
terjadi kenaikan sebesar 7,2 persen jika dibandingkan dengan tahun 2012 pada
periode yang sama. Hal ini juga dinyatakan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif Indonesia, bahwa kunjungan turis mancanegara ke Indonesia mengalami
kenaikan dari 3.876.310 orang pada tahun 2012 menjadi 4.154.478 pada tahun
2013.
Kawasan Puncak adalah salah satu tempat wisata yang terletak di wilayah
tengahKabupaten Bogor, dan memiliki banyak daya tarik bagi para turis. Kondisi
alam yang sejuk dan banyak menawarkan berbagai macam objek pariwisata
seperti kebun binatang Taman Safari, Talaga Warna, Wisata Agro Gunung Mas,
Taman Matahari dan lain-lain, menjadi keistimewaan tersendiri. Setiap musim
liburan tiba Kawasan Puncak selalu dipadati oleh turis domestik dan
mancanegara. Berdasarkan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Bogor 2013, pada tahun 2011 jumlah turis baik yang berasal dari dalam negeri
maupun luar negeri mencapai 1.476.887 orang (47,21 persen), dan meningkat
pada tahun 2012 sebesar 174.359 (5,57 persen) menjadi 1.651.246 orang (52,79
persen).
Keberadaan Kawasan Puncak bukan hanya menjadi monopoli konsumsi
turis domestik saja, tetapi juga menjadi salah satu tujuan wisata bagi para turis
asing. Hal ini bisa kita lihat dari keberadaan turis-turis asal Timur Tengah yang
berada di kawasan desa Tugu. Menurut keterangan Sekretaris Desa Tugu Utara,
bahwa sebetulnya di desa Tugu tidak hanya ada turis asal Timur Tengah tetapi
juga terdapat imigran asal Timur Tengah.
Mereka dapat dibedakan menjadi dua, yaitu imigran dan turis Arab. Pertama,
imigranmerupakan orang-orang yang berasal dari negara-negara konflik seperti
Afganistan, Iran, Irak, Syria dan Sri Langka.Mereka adalah orang-orang yang
akan mencari suaka ke Australia memasuki perairan Indonesia secara illegal dan
di tampung oleh lembaga PBB yang mengurusi pengungsi seperti UNHCR 1
(United Nations High Commissioner for Refugees) dan IOM 2 (International
Organzation for Migration).
Kedua, turis Arab Saudi yang sedang berlibur ke Indonesia.Kedatangan
mereka ke untuk menghindari musim panasyang suhunya mencapai 50oC, juga
disebabkan oleh musim haji, karena pada musim itu Negara Arab Saudi dipenuhi
oleh jama‟ah yang menunaikan ibadah haji, bagi warganya kondisi tersebut
dianggap tidak nyaman, sehingga mereka memilih berlibur ke negara lain.
Indonesia di pilih sebagai tujuan berlibur dengan alasan kesamaan latar
belakang agama dan biaya hidup yang relatif murah, dibandingkan dengan negara
1
UNHCR bertugas untuk menentukan status imigran
IOM adalah konsorsium beranggotakan ratusan negara yang memiliki misi kemanusiaan pada
migran atau pengungsi antaranegara. IOM bertugas memberikan jaminan keselamatan selama
bermigrasi.
2
2
lain. Desa Tugu merupakan salah satu wilayah di Puncak, Bogor – Jawa Barat
yang banyak disinggahi turis Arab. Awalnya menurut Ddn (35) kedatangan
mereka ke Desa Tugu karena mereka menyewa salah satu vila, milik hadromi
(orang Indonesia keturunan Arab). Kemudian, mereka merekomendasikan Desa
Tugu kepada kerabat mereka yang hendak berlibur di Kawasan Puncak,
Bogor.Sejak saat itu hingga sekarang, Desa Tugu sangat identik dengan
keberadaan turis Arab.
Pada periode 2012 menurut Passenger Exit Survey, Departemen Budaya dan
Pariwisata, wisatawan asal Arab Saudi menghabiskan uangnya di Indonesia
sebesar 1.424,47 US$. Hal ini berarti dengan pengeluaran tersebut telah
memberikan kontribusi bagi perekonomian masyarakat Indonesia, hal tersebut
ditunjukkan dengan pendapatan negara mencapai 193,40 juta US$.
Keberadaan turis Arab di Kawasan Puncak ternyata memberikan dampak
pada perputaran uang yang cukup besar seperti yang dikatakan oleh mantan
Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Bogor (2011) :
“perputaran uang di kawasan puncak mencapai triliunan,
sehingga terjadi pertumbuhan ekonomi yang luar biasa disana,
jadi tidak bisa kita hilangkan”.
Menurut Dmd (43), salah satu pegawai dinas kebudayaan dan pariwisata
kabupaten Cibinong, target pendapatan asli daerah (PAD) wisata pada tahun
2012 sebesar Rp. 375.000.000,- per tahun, sedangkan PAD wisata pada tahun
2013 sebesar Rp. 298.000.000,- per tahun. Kawasan Puncak setiap tahun menjadi
kawasan penyumbang PAD terbesar, yakni sekitar 20 persen dari total PAD
wisata yang masuk. Puncak merupakan salah satu kawasan yang mampu
melibatkan masyarakat sekitar dalam perputaran roda ekonomi. Menurut Dy
(50), pada daerah-daerah tertentu di Kawasan Puncak banyak ditemui berbagai
sarana dan prasarana yang menjadi daya tarik para turis. Secara sosial
keberadaan turis memberikan pengaruh terhadap nilai dan norma yang berlaku di
komunitas. Secara ekonomi, timbulnya peluang usaha dan kerja bagi
komunitas.Melemahnya nilai dan norma di komunitas mengakibatkan
munculnya usaha-usaha yang dinilai negatif oleh masyarakat secara umum,
seperti : warung remang-remang, vila yang disewakan untuk kegiatan prostitusi
dan munculnya kegiatan prostitusi itu sendiri.
Berdasarkan temuan tersebut, peneliti ingin melihat bagaimana dampak
keberadaan turis Arab terhadap dinamika sosial – ekonomi komunitas Desa Tugu.
Perumusan Masalah
Saat ini salah satu bagian dari Kawasan Puncak yaitu Desa Tugu banyak
dikunjungi bahkan di huni oleh turis yang berasal dari Arab Saudi. Kehadiran
turis Arab memberikan dampak pada aktifitas ekonomi baru komunitas setempat.
Masyarakat yang awalnya bermata pencaharian sebagai petani, karena banyak
tersedianya lahan pertanian, namun seiring dengan pertumbuhan penduduk yang
semakin banyak dan semakin banyaknya pembangunan vila menyebabkan
terjadinya pergeseran lahan pertanian menjadi lahan pemukiman. Pola mata
pencahariannya pun berubah dari petani kini menjadi penjaga vila. Hal senada
3
diakui oleh Nng (55) sebagai warga setempat, yang mengaku jika beliau adalah
warga asli yang sedari kecil tinggal di desa tersebut, ayahnya dahulu memiliki
lahan pertanian yang cukup luas. Namun, kemudian dijual dan kini lahan
tersebut sudah berbentuk rumah dan vila.
Selain perubahan alih fungsi lahan dari pertanian menjadi rumah dan vila
yang disewakan, maka di Desa Tugu juga berkembang rumah makan khas Timur
Tengah, money changer, mini market dan lain-lain. Tentunya kehadiran berbagai
usaha tersebut dan kehadiran turis-turis di sekitar Desa Tugu akan memberikan
dampak bagi masyarakat desa, bukan hanya dampak ekonomi, tetapi memberikan
dampak sosial. Interaksi yang terjadi dalam kehidupan keseharian antara turis
Arab dan masyarakat setempat akan mempengaruhi norma dan sikap komunitas
terhadap keberadaan turis Arab. Bagi komunitas Tugu keberadaan turis Arab
memberikan pemasukan secara ekonomi, tetapi disisi lain keberadaan mereka
melanggar norma dan akidah yang diyakini oleh komunitas. Oleh karena itu perlu
ditelaah bagaimana dinamika norma dan sikap terhadap keberadaan turis Arab di
komunitas ?
Keberadaan turis Arab telah membawa perubahan ekonomi komunitas desa
Tugu. Kedatangan mereka tidak hanya sekedar berlibur, ada juga kedatangannya
untuk berinvestasi dan mengembangkan bisnisnya di Indonesia. Hal ini ditandai
dengan adanya peluang usaha yang terbuka bagi masyarakat sekitar. Semakin
banyak turis Arab yang datang, semakin besar pula keinginan mereka untuk
mendapatkan kebutuhannya. Kebutuhan tersebut berkaitan dengan pola konsumsi
terhadap barang dan jasa, berdasarkan kebutuhannya itu pada akhirnya
memberikan peluang bagi masyarakat untuk wirausaha. Namun, sebagian besar
usaha yang ada adalah usaha yang dimiliki oleh orang-orang diluar komunitas.
Motel, Hotel, villa sampai pada rental mobil, warnet, toko-toko yang menjual
barang-barang kebutuhan khas arab pun tersedia di sana, money changer, bahkan
café-café khas arab. Perputaran uang di kawasan ini pun menjadi cepat karena
uang yang dikeluarkan oleh turis-turis ini selama berlibur, dalam saru hari mereka
sanggup mengeluarkan uang satu sampai lima juta rupiah. Sehingga kedatangan
mereka bagi warga sekitar telah memberikan keberkahan tersendiri.Selain itu
berbagai kebutuhan turis akan memunculkan pula peluang usaha bagi masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hubungan yang awalnya sosial bisa berubah
menjadi hubungan yang bersifat komersial. Oleh karena itu muncul pertanyaan
bagaimanakah keberadaan turis Arab menimbulkan dinamika nafkah komunitas
dan jaringan ekonomi yang terbentuk ?
Munculnya bentuk aktivitas nafkah baru, memberikan peluang bagi
perempuan untuk ikut serta dalam aktivitas tersebut, sehingga timbul pertanyaan
bagaimana dinamika peran dan posisi perempuan dalam ekonomi keluarga ?
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah diatas maka
pertanyaan penelilitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana dinamika norma dan sikap komunitas terhadap keberadaan
turis Arab di DesaTugu?
2. Bagaimana dinamikanafkah komunitas dan jaringan ekonomi yang
terbentuk akibat keberadaan turis Arab?
3. Bagaimana dinamika peran dan posisi perempuan dalam ekonomi
keluarga akibat munculnya nafkah baru ?
4
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak keberadaan turis
Arab terhadap perkembangan ekonomi sosial, dan secara khusus tujuan
penelitiannya adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis dinamika norma dan sikap komunitas terhadap keberadaan
turis Arab di DesaTugu.
2. Menganalisis dinamika nafkah komunitas dan jaringan ekonomi yang
terbentuk akibat keberadaan turis Arab.
3. Menganalisis dinamika peran dan posisi perempuan dalam ekonomi
keluarga akibat munculnya nafkah baru.
Manfaat Penelitian
Secara umum hasil penelitian ini mampu memberikan kontribusi pada
pihak-pihak yang memiliki wewenang mengatasi permasalahan ini dan
memberikan acuan bagi para pembuat kebijakan dalam hal kaitannya merancang
pemecahan masalah terkait dengan keberadaan orang asing yang diduga akan
memberikan pengaruh terhadap masyarakat.
5
2 TINJAUAN PUSTAKA
Dinamika Sosial – Ekonomi
Perubahan sosial mencakup berbagai perubahan atau modifikasi pada
seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, seperti aspek proses sosial, pola sosial,
bentuk-bentuk sosial serta pola-pola hubungan yang menjadi standar
perilaku.Perubahan pada setiap individu belum tentu juga mempengaruhi
perubahan masyarakat secara keseluruhan. Sehingga perubahan yang terjadi pada
individu tidak bisa dipakai untuk menarik kesimpulan pada tingkat organisasi atau
masyarakat.
Menurut Lauer (1989) Konsep perubahan di lingkup masyarakat berkaitan
dengan sistem stratifikasi yang didalamnya terkait unsur kekuasaan, struktur yang
mencakup status dan peran, sedangkan dalam ranah organisasi perubahan terjadi
pada struktur kekuasaannya, perubahan dalam individu berkaitan dengan sikap
yaitu berupa keyakinan mengenai berbagai persoalan dan aspirasi.
Perubahan bisa terjadi secara eksogen dan endogen. Eksogen adalah
sumber-sumber perubahan yang berasal dari luar seperti gaya hidup, budaya, dll.
Sedangkan endogen adalah sumber-sumber perubahan yang berasal dari
masyarakat itu sendiri, seperti membuat inovasi.
Perubahan selalu menghasilkan sesuatu yang baru atau juga memodifikasi
dari bentuk yang lama tanpa menghilangkan ciri-ciri lama. Terkadang masyarakat
berada dalam kondisi dillematis atau pada posisi dualisme, dimana disatu sisi
mereka ingin mempertahankan budayanya, tetapi disisi lain mereka tidak bisa
menghindar dari masuknya budaya baru. Budaya setempat mampu mempengaruhi
kelancaran proses perubahan sosial yang terjadi.
Menurut Davis dan Moore (1975) bahwa perubahan sosial merupakan
bagian dari perubahan kebudayaan. Perubahan dalam kebudayaan mencakup
semua bagiannya yaitu : kesenian. Ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, bahkan
perubahan-perubahan dalam bentuk serta aturan-aturan organisasi sosial.
Perubahan pada dasarnya hal yang lumrah terjadi pada kehidupan manusia.
Manusia yang selalu dinamis sehingga tidaklah heran jika dalam kehidupannya
terjadi perubahan, terutama perubahan dalam struktur sosial masyarakat.
Perubahan sosial menurut Harper (1989) merupakan suatu pergantian yang
signifikan mengenai struktur sosial dalam kurun waktu tertentu. Perubahan
struktur sosial dalam masyarakat terdiri dari :
a. Perubahan personal,
b. Perubahan dalam cara bagian-bagian struktur sosial berhubungan,
c. Perubahan dalam fungsi-fungsi struktur, berkaitan dengan apaya yang
dilakukan masyarakat dan bagaimana masyarakat tersebut melakukannya,
d. Perubahan dalam struktur yang berbeda, dan
e. Kemunculan struktur baru.
Perubahan dapat dibedakan menjadi berbagai macam bentuk perubahan,
diantaranya :
a. Perubahan yang cepat dan perubahan yang lambat
b. Perubahan besar dan perubahan kecil
c. Perubahan yang dikehendaki atau perubahan yang tidak dikehendaki
6
Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan. Perubahan
sosial meliputi perubahan usia, tingkat kelahiran dan penurunan rasa kekeluargaan
anatara masyarakat, sebagai akibat terjadinya arus mobilitas manusia dan
modernisasi. Perubahan sosial bisa dianalisis berdasarkan cirri-cirinya,
diantaranya :
a. Tidak ada masyarakat yang terhenti perkembangannya
b. Perubahan yang terjadi pada lembaga tertentu mampu diikuti oleh
perubahan lembaga lainnya
c. Perubahan yang terjadi begitu cepat bisa menyebabkan disorganisasi
d. Perubahan tidak dibatasi pada aspek kebendaan
Perubahan kebudayaan adalah suatu keadaan dalam masyarakat yang terjadi
karena ketidak-sesuaian diantara unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda
sehingga tercapai keadaan yang tidak serasi fungsinya bagi kehidupan. Perubahan
mencakup semua bagian yaitu : kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi bahkan
terhadap aturan-aturan organisasi sosial. Perubahan kebudayaan akan berjalan
terus tergantung dari dinamika masyarakatnya.
Menurut Sumardjan (1974), perubahan kebudayaan adalah segala perubahan
pada lembaga-lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat yang
mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap dan polapola prilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Perubahan kebudayaan bisa dikatakan sebagai perubahan yang terjadi dalam
sistem ide yang dimiliki bersama warga masyarakat berupa aturan-aturan, normanorma, juga teknologi, selera, rasa keindahan (kesenian) dan bahasa. Perubahan
yang terjadi disebabkan oleh beberapa hal :
a. Sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri
b. Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup
Norma dan Sikap
Norma
Norma yang terbentuk dalam masyarakat menurut Soekanto (1982),
mempunyai kekuatan yang mengikat dan berbeda-beda sesuai dengan bagaimana
masyarakat memaknai norma tersebut. Masyarakat yang komitmen dan
memegang norma yang kuat cenderung tidak akan melanggar norma yang
berlaku, sebaliknya ketika norma yang terbentuk lemah akan dengan mudah
norma dilanggar. Kekuatan norma terdiri dari cara (usage), kebiasaan (folkways),
tata kelakuan (mores) dan adat-istiadat (custom).
Cara (usage) berkaitan dengan pola hubungan dalam masyarakat, apabila
melakukan penyimpangan dan melanggar, hukumannya hanya sekadar celaan.
Misalnya ketika orang Arab Saudi tidak bersikap sopan, pasti warga sekitar akan
mencemooh orang tersebut dengan umpatan-umpatan.
Kebiasaan (folkways) merupakan perilaku yang diulang-ulang, ketika
semua orang sudah menyepakati bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang
dianggap wajar, tentunya tidak akan menjadi masalah, tetapi sebaliknya jika
kebiasaan yang dilakukannya tidak sewajarnya tentu akan dinilai sebagai
7
penyimpangan. Kebiasaan akan dikatakan sebagai norma yang mengatur maka
kebiasaan tersebut merupakan tata kelakuan (mores).
Tata kelakukan (custom) menjadi dasar adanya adat istiadat, adat istiadat
secara tidak langsung mengikat masyarkat untuk berpedoman pada ketentuanketentuan adat. Ketika ada yang melanggar sanksinya tidaklah main-main.
Norma sosial yang berlaku dimasyarakat pada akhirnya akan menjadi bagian dari
lembaga kemasyarakatan, yang nantinya akan membentuk pola hubungan sosial
dalam suatu masyarakat.
Pengertian Sikap Sosial
Sikap dalam bahasa Inggris disebut attitude yang digunakan untuk
menunjuk suatu status mental seseorang. Sikap merupakan suatu hal yang bisa
menentukan sifat, hakikat, baik perbuatan sekarang maupun perbuatan yang
akan datang. Sikap adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan nyata
dalam kegiatan-kegiatan sosial. Jadi sikap sosial merupakan kesadaran individu
yang menentukan perbuatan yang nyata, yang berulang-ulang terhadap objek
sosial.
Menurut Thurstone (1946) sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang
bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologi. Thomas
(2000)menyatakan bahwa sikap seseorang selalu diarahkan terhadap sesuatu hal
atau sesuatu objek tertentu. Pada dasarnya tidak ada satu sikap yang tanpa objek,
misalnya terkait sikap masyarakat terhadap adanya turis Arab di lingkungannya.
Sikap suka atau tidak suka dapat ditunjukkan ketika objeknya dianggap sesuai
atau tidak dengan norma yang berlaku.
Sikap merupakan sebuah reaksi terhadap objek, sehingga tidak bisa berdiri
sendiri dan selalu berhubungan dengan objek. Terdapat tiga komponen sikap
sebagai aspek penting, diantaranya :
a. Kognitif : pengetahuan, kepercayaan atau pikiran yang didasari pada
informasi, yang berhubungan dengan objek.
b. Afektif : menunjuk pada dimensi emosional dari sikap, yaitu emosi yang
berhubungan dengan objek.
c. Konatif : melibatkan predisposisi untuk bertindak terhadap tujuan
Sikap sosial bisa ditunjukkan dengan sikap positif dan sikap negatif. Sikap
positif ditandai dengan dukungan terhadap objek, dengan cara memperlihatkan
atau menunjukkan hal postif terhadap objek sikapnya, karena dianggap sesuai
dengan nilai dan norma yang berlaku. Dan sebaliknya sikap negatif ditunjukkan
dengan melakukan penolakan terhadap objek sikap karena dianggap tidak sesuai
dengan nilai dan norma yang berlaku.
Sikap memiliki fungsi diantaranya : pertama, fungsi skema, dimana
berfungsi sebagai kerangka kerja mental sehingga kita bisa menginterpretasikan
berbagai informasi. Sikap mempengaruhi persepsi dan pemikiran manusia
terhadap isu, orang objek atau kelompok yang lebih kuat. Kedua, fungsi
pengetahuan, dimungkinkan manusia mampu mengekspresikan nilai-nilai atau
keyakinannya sebagai ekspresi atau identitas. Ketiga, fungsi mempertahankan
ego, untuk melindungi seseorang dari informasi yang tidak diinginkan tentang
dirinya. Dan keempat, fungsi sebagai motivasi yang bisa menimbulkan
kekaguman.
8
Dimensi sikap menurut Sax (1980) terdiri dari arah, intensitas, keluasan,
konsistensi dan spontanitas. Berikut penjelasan mengenai dimensi sikap :
1) Arah melihat sikap dalam dua ranah positif dan negatif.
2) Intensitas melihat kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu belum
tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda.
3) Keluasan melihat kesetujuan atau ketidak-setujuan terhadap suatu objek
sikap dapat hanya sebagian atau keseluruhan.
4) Konsistensi melihat kesesuaian antara pernyataan sikap yang
dikemukakan dengan responnya terhadap objek sikap. Konsisntensi sikap
diperlihatkan oleh kesesuaian sikap antar waktu.
5) Spontanitas melihat sikap dikatakan memiliki spontanitas yang tinggi
apabila dinyatakan secara terbuka tanpa desakan.
Sikap merupakan hasil dari interaksi manusia dengan lingkungannya,
sehingga sikap tidak bersifat statis melainkan dinamis. Sikap diperoleh juga dari
hasil belajar, oleh karena itu sikap akan mengalami perubahan. Menurut Walgito
(1980) perubahan sikap dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor
internal, yaitu cara individu dalam menanggapi dunia luarnya dengan selektif
sehingga tidak semua yang datang akan diterima atau ditolak. Faktor eksternal,
yaitu keadaan yang ada di luar individu yang merupakan stimulus untuk
membentuk atau mengubah sikap. Dapat disimpulkan jika pembentukan dan
perubahan sikap ditentukan oleh proses yang dialami individu baik berasal dari
luar maupun dari dalam hidup manusia.
Penerimaan masyarakat terhadap masyarakat lain di daerah pariwisata
dipengaruhi oleh sikap mereka terhadap keberadaan wisatawan. Terkait dengan
pariwisata sikap masyarakat terhadap kehadiran turis dipengaruhi oleh berbagai
macam tahapan. Menurut Doxey (1976) dalam teori irritation index, tahapantahapan sikap masyarakat lokal terhadap wisatawan, diantaranya :
1. Euphoria. Kedatangan wisatawan diterima dengan baik, dengan sejuta
harapan.
2. Apathy. Masyarakat menerima wisatawan sebagai sesuatu yang lumrah,
dan hubungan antara masyarakat dengan wisatawan didomonasi oleh
hubungan komesial.
3. Annoyance. Titik kejenuhan sudah hampir dicapai, dan masyarakat mulai
merasa terganggu dengan kehadiran wisatawan.
4. Antagonism. Masyarakat secara terbuka sudah menunjukkan
ketidaksenangannya, dan melihat wisatawan sebagai sumber masalah.
Pengukuran Sikap
Sikap dapat diukur dengan menggunakan pengukuran sikap secara
langsung dan pengukuran sikap secara tidak langsung. Pengukuran sikap secara
langsung subjek telitinya langsung dimintai pendapat terkait mengenai sikapnya
terhadap objek yang diteliti. Pengukuran sikap secara langsung dibedakan
menjadi :
1) Pengukuran sikap langsung tidak terstruktur
Pada pegukuran sikap langsung tidak terstruktur tidak
membutuhkan waktu yang lama, karena peneliti hanya cukup melakukan
9
observasi langsung atau wanwancara yang kemudian hasilnya bisa
langsung disimpulkan.
2) Pengukuran sikap langsungberstruktur
a. Skala Bogardus
b. Thrustone
c. Likert
Melalui pengukuran sikap secara tidak langsung, peneliti dapat memberikan
gambaran-gambaran kepada subjek, dimana subjek diminta untuk menceritakan
apa-apa yang ia lihat dari gambaran tersebut.
Pariwisata, Dinamika Nafkah dan Jaringan Ekonomi Masyarakat Pedesaan
Pengertian Pariwisata
Pariwisata diartikan sebagai proses berpergian sementara oleh seseorang
atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan seseorang
melakukan aktifitas wisata disebabkan oleh berbagai kepentingan, seperti
sekadar ingin tahu dan menambah pengalaman.
Tujuan pariwisata menurut Soemanto (2010) dalam undang-undang no. 9
tahun 1990 adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat,
juga memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan menciptakan
lapangan pekerjaan serta mendorong pembangunan daerah. Pariwisata
mempunyai keterkaitan ekonomi yang sangat erat dengan banyak sektor. Dimana
peranan pariwisata mempengaruhi pendapatan daerah dan penyerapan terhadap
tenaga kerja.
Daya tarik wisata meliputi alam dan budaya. Wisata alam biasanya
menawarkan keberagaman dan keindahan flora dan fauna. Sedangkan untuk
wisata budaya menyajikan warisan budaya yang masih ada, yang merupakan
budaya-budaya tradisional, seperti museum, candi, keraton, tari-tarian dan lainlain.
Berkembangnya pariwisata tidak bisa dilepaskan oleh wisatawan, karena
wisatawan merupakan salah satu pelaku pariwisata. Cohen (1979) membedakan
wisatawan menjadi lima tipologi sebagai berikut :
1. Existensial, yaitu wisatawan yang meninggalkan kehidupan sehari-hari
dan menjadi „pelarian‟ untuk mengembangkan kebutuhan spiritual.
Mereka bergabung dengan masyarakat lokal.
2. Experimental, yaitu wisatawan yang mencari gaya hidup yang berbeda
dengan yang selama ini dilakoni, dengan cara mengikuti pola hidup
masyarakat yang dikunjungi. Wisatawan ini mengalami asimilasi
dengan masyarakat lokal.
3. Experiental, yaitu wisatawan yang mencari makna pada kehidupan
masyarakat lokal, dan menikmati keaslian kehidupan lokal.
4. Diversionary, yaitu wisatawan yang mencari pelarian dari kehidupan
rutin yang membosankan. Mereka mencari fasilitas rekreasi dan
memerlukan fasilitas berstandar internasional.
5. Recreational, yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan wisata
sebagai bagian dari usaha menghibur diri atau relaksasi, umumnya
memulihkan kembali semangat (fisik dan mentalnya). Mereka mencari
10
lingkungan yang menyenangkan, umumnya tidak mementingkan
keaslian.
Seseorang melakukan perjalanan pariwisata dipengaruhi oleh faktor
pendorong dan penarik. Sesuatu yang mendorong seseorang melakukan
perjalanan pariwisata menurut Jackson (1989), terdiri dari delapan faktor, yaitu :
1) ego enhancement, 2) ritual inversion, 3) pilgrimage, 4) religion, 5) health, 6)
education, 7) perceived authenticity, dan 8) conventions/conferences. Sedangkan
yang menjadi faktor penarik, yaitu :1) location climate, 2) national promotion, 3)
retail advertising, 4) wholesale marketing, 5) special events, 6) incentive
schemes, 7) visiting friends, 8) visiting relatives, 9) tourist attraction, 10) culture,
dan 11) natural environment man-made environtment.
Banyaknya turis yang mendatangi suatu wilayah, itu terjadi karena adanya
daya tarik wisata. Daya tarik wisata dapat meliputi alam dan budaya. Wisata
alam biasanya menawarkan keberagaman dan keindahan flora dan fauna.
Sedangkan untuk wisata budaya menyajikan warisan budaya yang masih ada,
yang merupakan budaya-budaya tradisional, seperti museum, candi, keraton,
tari-tarian dan lain-lain.
Pariwisata membawa berbagai peluang baru bagi masyarakat dan
mendorong berbagai bentuk perubahan sosial (Harrison, 1992). Sharpley (1994)
berpendapat pariwisata menyebabkan masyarakat lokal mengadopsi bahasa asing,
masyarakat membuat stereotip tentang pelaku wisatawan, serta memberikan
peluang kerja dan menyebabkan kaum muda pindah ke lokasi di mana pariwisata
berkembang.
Perkembangan pariwisata menurut James (2004), memiliki kritik yang
biasanya terfokus pada lingkungan, sosial dan budaya yang berpotensial
mengarah pada hal yang negatif pada komunitas lokal. Selain itu juga,
berpengaruh pada hilangnya identitas dan budaya komunitas, menimbulkan
konflik dalam masyarakat tradisional berkaitan dengan kepemilikan lahan dan
sumber daya alam serta bertambahnya aktifitas antisosial, seperti kriminal dan
prostitusi. Berpengaruh juga pada migrasi dan berkaitan dengan distribusi
pendapatan antara desa asal dengan desa yang disinggahi.
Dinamika Nafkah Masyarakat Pedesaan
Terjadinya perkembangan pada sistem nafkah merupakan sebab dari
terjadinya perubahan sosial yang terjadi pada lingkup komunitas, dan
menyebabkan terjadinya ketimpangan akses terhadap sumber-sumber nafkah yang
ada. Menurut Ellis (2000) hal demikian menyebabkan terjadinya perluasan
terhadap sistem nafkah dipedesaan. Sistem nafkah terdiri dari aset (modal alam,
modal fisik, modal manusia, modal sosial dan modal finansial), aktifitas dan akses
(kelembagaan, hubungan sosial dan organisasi).
1. Aset
Asset digambarkan sebagai persediaan modal yang digunakan untuk bertahan
hidup manusia.
a. Modal alam merupakan sumber daya alam (tanah, air dan pohon) yang
diperlukan manusia agar supaya mampu bertahan hidup.
b. Modal fisik merupakan aset yang dibawa kedalam proses produksi, seperti,
alat, mesin dan tanah.
11
c. Modal manusia mengacu pada kerja yang tersedia bagi rumah tangga,
modal manusia juga merupakan kemampuan manusia untuk melakukan
kerjasama satu sama lain.
d. Modal Sosial mengacu pada hubungan sosial antara orang menghasilkan
hasil yang produktif (Szreter, 2000). Modal sosial menurut Portes (2000)
terbagi menjadi dua, yaitu modal sosial dalam bentuk individu dan modal
sosial dalam bentuk kolektif. Sedangkan menurut Putnam dalam Lubis
(2001), modal sosial mengacu pada organisasi sosial dengan jaringan
sosial, norma dan kepercayaan sosial yang dapat menjembatani terciptanya
kerjasama dalam komunitas sehingga terjadi kerjasama yang
menguntungkan. Norma dan jaringan sosial yang disepakati akan
mempengaruhi kualitas kehidupan masyarakat dan kualitas kinerja
lembaga-lembaga sosial. Hubungan sosial yang telah tercipta tersebut
menghasilkan kemajuan pada komunitas.
e. Modal Finansial mengacu kepada kepemilikan uang yang dapat
mengakses produksi atau barang konsumsi dan akses terhadap kredit.
Kepemilikan uang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
bahkan berinvestasi, selain itu pinjaman yang diperoleh dapat digunakan
untuk berbagai macam tujuan.
2. Aktifitas
Aktifitas terdiri dari sumber daya alam dan bukan sumber daya alam. Sumber
daya alam meliputi kegiatan mengumpulkan kebutuhan yang berasal dari
hutan, menanam bahan makanan, menanam bukan makanan, memelihara
ternak dan pastoralisasi, kegiatan non-farm meliputi membuat bata, penenunan,
mengumpulkan jerami, dan lain-lain. Kegiatan yang berbasis bukan sumber
daya alam meliputi perdagangan di pedesaan, layanan pedesaan, manufaktur
di pedesaan, jasa pengiriman uang, dan bentuk transfer lainnya seperti pensuin.
3. Akses
Institusi, hubungan sosial dan organisasi merupakan media penting dalam
sistem nafkah yang mencakup lembaga baik yang menghambat atau
memfasilitasi pelaksanaan dari kemampuan dan pilihan oleh individu atau
rumah tangga.
a. Institusi
Institusi merupakan aturan formal, konvensi, dan kode informal dari sikap,
meliputi kendala dari interaksi sosial.
b. Hubungan Sosial
Hubungan sosial berkaitan dengan posisi sosial dari individu dan rumah
tangga dengan masyarakat. Dalam hal ini posisi sosial meliputi jenis
kelamin, kasta, kelas usia, etnik dan agama.
c. Organisasi
Organisasi merupakan grup dari individu yang saling terikat satu sama lain
dalam tujuan bersama untuk mencapai tujuan. Organisasi meliputi agen
pemerintah, badan administratif, NGOs, asosiasi dan perusahaan pribadi.
Sistem nafkah memberikan mempengaruhi strategi nafkah pada rumah
tangga. Strategi sendiri bisa diartikan sebagai upaya yang dilakukan dengan
memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada, sehingga individu mampu
12
mempertahankan kehidupannya. Strategi nafkah pada individu dan rumah tangga
akan mempengaruhi dinamika kehidupan rumah tangga, yang kemudian
mempengaruhi kehidupan sosial. Keberagaman aktifitas nafkah menurut Sconez
(1998) dapat digolongkan berdasarkan strategi nafkah, yaitu :
1) Rekayasa sumber nafkah pertanian, yang merupakan usaha pemanfaatan
sektor pertanian agar lebih efektif dan efisien baik melalui penambahan
input eksternal berupa tenaga kerja atau teknologi (intensifikasi) maupun
dengan memperluas lahan garapan pertanian (ekstensifikasi).
2) Pola nafkah ganda yang merupakan usaha yang dilakukan dengan cara
mencari pekerjaan lain selain sektor pertanian untuk menambah
pendapatan (diversifikasi pekerjaan).
3) Rekayasa spasial merupakan usaha yang dilakukan dengan cara
mobilisasi atau perpindahan penduduk baik secara permanen maupun
sirkuler (migrasi).
Seiring dengan apa yang diungkapkan Sconez, Dharmawan (2001) yang
melakukan penelitian di daerah pegunungan di Jawa Barat, membuktikan bahwa
ketika jumlah penduduk semakin padat maka strategi nafkah yang terjadi berbasis
pada diversifikasi sumber nafkah diluar pertanian, melalui alokasi pembagian
tenaga kerja keluarga..
Strategi nafkah secara umum menurut Dharmawan (2006) dapat
diklasifikasikan ke dalam dua bentuk :
1. Normatif
Strategi nafkah normatif dapat dilakukan melalui basis kegiatan sosial
ekonomi yang tergolong kedalam kegiatan positif, seperti kegiatan
produksi, sistem pertukaran, migrasi, maupun strategi sosial dengan
membangun jaringan sosial, disebut juga “peaceful ways” atau sah
dalam melakukan strategi nafkah.
2. Ilegal
Strategi nafkah ilegal termasuk didalamnya berbagai tindakan sosial
ekonomi yang melanggar hukum dan ilegal, seperti penipuan,
perampokan, pelacuran dan sebagainya. Kategori ini juga disebut
sebagai “non peaceful”, karena cara yang ditempuh biasanya
menggunakan cara kekerasan/kriminal.
Strategi nafkah yang dibangun oleh individu dan rumah tangga akan
mempengaruhi dinamika kehidupan sosial dan rumah tangga akan mempengaruhi
dinamika kehidupan sosial pada lingkup masyarakat, sebaliknya dinamika
kehidupan masyarakat akan menentukan strategi yang dibangun di tingkat
individu dan rumahtangga.
Strategi nafkah bisa berarti sebagai cara bertahan hidup ataupun
memperbaiki status kehidupan. Strategi nafkah adalah taktik dan aksi yang
dibangun oleh individu ataupun kelompok dalam rangka mempertahankan
kehidupan mereka dengan tetap memperhatikan eksistensi infrastruktur sosial,
struktur sosial dan sistem nilai budaya yang berlaku. Menurut Farrington (1999)
dalam Dharmawan (2007) terdapat lima sumber nafkah yang dapat dimanfaatkan
pada masyarakat pedesaan untuk mempertahankan hidupnya, yaitu : modal
keuangan, modal fisik, modal alam, modal manusia, dan modal sosial.
13
Penduduk
setempat
mendapatkan
penghasilan
tambahan
dari
berkembanganya pariwisata puncak, dari tingkatannya yang kecil hingga yang
besar, ini menunjukkan jika industri pariwisata puncak memberikan pengaruh
terhadap usaha atau upaya menghasilkan sistem nafkah baru, misalnya pengemis,
ojek payung, penjaga vila, pedagang, dan lain-lain. Segala macam potensi
pendukung pariwisata ada disini, sehingga sangat disayangkan jika warga sekitar
tidak memanfaatkan potensi yang ada. Yang menikmati terbuka lebarnya sistem
nafkah baru bukan hanya warga sekitar, tetapi juga memberikan keleluasaan bagi
masyarakat luar daerah untuk berinvestasi di kampung Tugu. Ini menunjukkan
minimnya kesadaran dari warga sekitar dalam upaya memanfaatkan potensi
wilayah/lingkungannya, yang padahal mampu memberikan sumber penghasilan
tambahan bagi rumah tangganya.
Masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya harus berusaha dan
terlibat dalam kegiatan ekonomi. Salah satu upaya masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya dengan cara bekerja sesuai dengan kondisi lingkungannya.
Masyarakat agraris cenderung bekerja pada bidang pertanian sebagai petani,
masyarakat nelayan bekerja pada bidang kelautan, dan masyarakat industri akan
bekerja mengisi bidang industri. Menurut Ellis (2000) mata pencaharian seseorang
akan dipengaruhi oleh pendapatan, lembaga-lembaga sosial, relasi gender, hakhak kepemilikan yang diperlukan guna mendukung dan menjamin kehidupan.
Bekerja merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk mendapatkan
nafkah. Bekerja menurut Badan Pusat Statistik diartikan sebagai kegiatan
melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh
penghasilan atau keuntungan paling sedikit selama satu jam dalam seminggu,
bekerja selama satu jam tersebut harus dilakukan berturut-turut tanpa terputus.
Kegiatan bekerja mencakup kondisi sedang bekerja atau mempunyai pekerjaan
tetapi untuk sementara waktu tidak bekerja, seperti cuti, sakit, menunggu panen
dan sebagainya. Adanya sistem nafkah baru memberikan peluang kesempatan
kerja bagi masyarakat sekitar, kesempatan kerja timbul karena adanya investasi
dan usaha untuk memperluas kesempatan kerja.
Minimnya penghasilan utama keluarga mengakibatkan banyak rumah
tangga melakukan atau mencari pekerjaan alternatif, baik yang dilakukan laki-laki
maupun perempuan bahkan dilakukan oleh anak-anaknya sendiri, hal tersebut
dilakukan sebagai upaya mensejahterakan rumah tangganya. Sayogyo (1982)
berpendapat terdapat sistem nafkah ganda pada rumah tangga, diantaranya pada
rumah tangga lapisan atas, pola nafkah ganda merupakan strategi akumulasi
modal dan lebih bersifat ekspansi usaha. Lapisan menengah, hanya sebagai upaya
konsolidasi untuk mengembangkan ekonomi rumah tangga. Lapisan bawah,
merupakan strategi bertahan hidup pada tingkat subsistensi dan sebagai upaya
untuk keluar dari kemiskinan.
Jadi dapat disimpulkan dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya
manusia memerlukan upaya-upaya pemenuhan kebutuhan melalui pengembangan
bahkan perluasan strategi nafkah baru, atau yang biasa juga disebut sebagai
strategi nafkah ganda. Selain mata pencaharian utamanya, strategi nafkah baru
dijadikan alternatif untuk keberlangsungan hidup manusia, maka tidaklah heran
jika dalam upaya tersebut melibatkan keluarga inti, misalnya istri dan anak-anak.
14
Jaringan Sosial – Ekonomi
Jaringan sosial digambarkan oleh Granovetter (1974) sebagai keterlekatan
perilaku ekonomi dalam hubungan sosial dapat dijelaskan melalui jaringan sosial
yang terjadi dalam kehidupan ekonomi. Jaringan sosial memberikan hubungan
antara aktor dengan kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi memberikan peluang
individu untuk terlibat didalamnya sebagai pelaku ekonomi, sehingga
memudahkan seseorang untuk lebih mengetahui terdapatnya peluang terbukanya
pekerjaan.
Melalui jaringan manusia satu dengan yang lainnya saling memberi tahu,
menginformasikan, mengingatkan, serta membantu dalam melaksanakan atau
mengatasi suatu masalah. Jaringan sangat dibutuhkan sebagai alat untuk
mengatasi segala macam masalah pada komunitas. Jaringan mempermudah
seseorang untuk mendapatkan peluang usaha maupun peluang kerja. Jaringan
menurut Lawang (2005) dapat dibedakan berdasarkan:
1. Hubungan antar personal
Hubungan yang terjadi adalah hubungan pada dua orang (dyadic) yang
bersifat intens dan dalam prinsip pertukaran sosial.
2. Hubungan antara individu dan instusi
Menurut Putnam (1993) keanggotaan warga dalam beberapa institusi
memungkinkannya untuk mengatasi pelbagai masalah.
Jadi secara ekonomi jaringan sangat dibutuhkan, berkaitan dengan
informasi mengenai adanya peluang-peluang yang mengarahkan pada kegiatan
ekonomi. Menurut Smelser dan Swedberg (2005) jaringan dapat mempengaruhi
kegiatan ekonomi, diantaranya :
1. Jaringan mewakili hubungan infornal antara lapangan kerja dengan pasar
tenaga kerja yang menghasilkan hubungan kerja. Ikatan sosial dan
pertukaran ekonomi dapat saling terjalin, sehingga tujuan aktifitasnya
kearah persahabatan, reputasi dan kepercayaan,
2. Jaringan juga merupakan pertukaran formal, baik dalam bentuk aset atau
ketentuan sumberdaya antara dua pihak atau lebih yang memerlukan
interaksi yang sedang berlangsung dalam rangka untuk memperoleh nilai
dari pertukaran tersebut, hubungan yang terjadi bersifat saling
ketergantungan sehingga membutuhkan kontrol formal,
3. Jaringan dalam bentuk relasi dengan pemerintah, terkait dengan
peraturan dimana pasar dan lingkungan sering berubah.
Jaringan sosial memusatkan perhatiannya pada struktur mikro hingga
makro, yang mana terjadi keterikatan antara aktornya, baik secara individu,
kelompok bahkan masyarakat. Hal ini memberikan peluang terhadap akses
sumber daya yang berbeda pada setiap aktornya. Granovetter (1973)
membedakan ikatan menjadi ikatan kuat dan ikatan lemah. Ikatan kuat
digambarkan sebagai sesuatu yang penting, misal dengan adanya ikatan yang
kuat antara penduduk desa, menyebabkan nilai-nilai toleransi masih berjalan.
Ikatan lemah digambarkan sebagai hal yang tidak penting namun memberikan
pengaruh penting pada sebuah ikatan, misalnya keberadaan turis Timur Tengah
akan menjadi kuat apabila ada penghubung yang menjembatani yaitu misalnya
orang yang bisa bahasa Arab sebagai mediator orang Timur Tengah dengan
15
masyarakat disekitar. Menurut Wellman (1983) teori jaringan memiliki prinsip
diantaranya :
a) Ikatan antara aktor biasanya adalah simetris baik dalam kadar maupun
intensitasnya.
b) Ikatan antara individu harus dianalisis dalam konteks struktur jaringan
lebih luas.
c) Terstrukturnya ikatan sosial menimbulkan berbagai jenis jaringan
nonacak.
d) Adanya kelompok jaringan menyebabkan terciptanya hubungan silang
antara kelompok jaringan maupun antara individu.
e) Ada ikatan asimetris antara unsur-unsur di dalam sebuah sistem jaringan
dengan akibat bahwa sumber daya yang terbatas akan terdistribusi secara
tidak merata.
f) Distribusi yang t