Dinamika Ekonomi Masyarakat Arab di Bata

Dinamika Ekonomi Masyarakat Arab di Batavia Tahun 1900- 1942

Akhmad Yusuf 1

Abstrak

Sejak awal abad ke-17 Batavia yang dahulu dikenal dengan nama Sunda Kelapa lalu menjadi Jayakarta kemudian menjadi Batavia sudah berkembang menjadi sebuah pelabuhan dagang yang menjalankan aktivitas perniagaan. Batavia merupakan pusat kota pemerintahan Hindia Belanda sejak tahun 1619 –1942. Sepanjang sejarah kolonial, administrasi dan daftar statistik pemerintah kolonial membagi-bagi penduduk menurut bangsanya dan secara khusus memisahkan masyarakat Cina dan Arab dari golongan pribumi.Batavia memiliki lokasi geografis sangat strategis, Batavia sangat cocok untuk dijadikan pusat kegiatan ekonomi di Asia. Selain sebagai tempat berkumpulnya kapal-kapal, Batavia selanjutnya juga berfungsi sebagai salah satu kota pelabuhan utama dalam jaringan perdagangan Asia. Dalam beberapa catatan sejarah bahwa golongan Arab dan Cina masuk wilayah Nusantara dan berasimilasi dengan masyarakat pribumi hingga menjadi ‘peranakan’ atau orang-orang keturunan yang lahir di Nusantara, namun oleh pemerintah dipaksakan dengan alasan unt uk ‘melindungi’ kaum pribumi. Khususnya pedagang; tetapi pasti juga dengan alasan politik dan ekonomi. Kebanyakan dari para pedagang ini membentuk sebuah mata rantai atau jaringan perdagangan yang terjalin antar sesama komunitas. Sudah sejak lama masyarakatArab meninggalkan tanah air mereka di Hadhramaut (Yaman Selatan) yang tandus,untuk memperbaiki hidup.Mereka berdiaspora ke berbagai belahan dunia, termasuk ke Nusantara. Untuk berdagang dan menyebarkan agama Islam kepada penduduk setempat.

Kata Kunci : Arab, Hadhramaut, Jaringan Ekonomi, Perdagangan, Batavia, 1900-1942.

Abstract

Since the beginning of 17th century, Batavia which was known as Sunda Kelapa then Jayakarta then Batavia, had been a trading city which manykinds of trading activities were there. Batavia was a centre of dutch east indies government since 1619-1942. Along the colonial history, administration and statistic data of colonial government categorized their people based on their nations and, specifically, separated the Chinese and Arabs from the natives.Batavia had a strategic geography, Batavia was the best site for economic activites in Asia. Not only as a site for ships to anchor, Batavia was also functioning as one of the main port towns in Asia trading network. Depend on historical records the Chinese and Arabs kept entering the Nusantara and assimilated theirselves with the natives as ‘offspring’ or descendants who were born in Nusantara, however the government forced them to be separated with reason to protect the natives.Especially the traders, which the other political and economic reasons were included as well. Majority of the traders created trader cycles or networks which were consolidated within the community. Since a long time ago the Arabs left their hometowns in the dry Hadhramaut (South Yemen), including to Nusantara to make livings. They went overseas diasporically. They did trading and teaching religions to natives.

Keywords: Arabs, Hadhramaut, Networking Economy, Trade, Batavia, 1900-1942.

1 Pusat Studi Indonesia-Arab (PSIA)

84 Vol. XI No.1, Januari 2016

A. Pendahuluan

dan

sementara orang Hadhramaut secara massal datang ke Timur

sekitarnya),

Dari segi geografis, wilayah Asia Jauh, yakni ke Nusantara pada tahun-tahun Tenggara merupakan salah satu tempat

terakhir abad ke-18, 5 mereka mulai banyak yang strategis dalam bidang pelayaran dan

menetap di pulau Jawa setelah tahun 1859. perdagangan internasional. Letaknya yang

Kedatangan masyarakat Arab dari strategis, karena berada di antara Samudera

Hadhramaut terjadi sejak pembukaan Hindia

Terusan Suez pada 1869. Pembukaan menyebabkan wilayah Asia Tenggara

dan Laut

Cina Selatan

Terusan Suez ini turut memperlancar sebagai tempat persilangan sistem lalu

perdagangan Asia-Eropa, lintas laut yang menghubungkan antara

hubungan

pembukaan Terusan Suez pun membuat benua Timur dan Barat dengan Selat

pemerintah kolonial banyak melakukan Malaka sebagai jalur penghubung utama.

impor mesin-mesin dan perlengkapan Hubungan dagang pun terjadi antara para

modern untuk meningkatkan produksi pedagang Asia Tenggara dan para

perkebunan dan pabrik gula. Perluasan pedagang internasional, yang di antaranya

2 produksitanaman ekspor dan impor barang- berasal dari Cina, Arab dan India. barang dari Eropa ini kemudian

Masyarakat Arab yang bermukim di mengakibatkan perdagangan internasional Nusantara sebagian besar berasal dari

semakin ramai di Nusantara. 6 Hadhramaut, dan sebagian lagi ada yang

Menurut data statistik hasil sensus berasal dari Muscat, tepian Teluk Persia,

3 khusus dan rinci yang dilaksanakan pada Yaman, Hijaz, Mesir atau dari Pantai

tahun 1885, bahwa di Jawa dan Madura Timur Afrika. Pada awalnya dari mereka

tercatat jumlah penduduk keturunan Arab jarang ada yang menetap, kalaupun ada

yang menetap di Nusantara baik orang yang menetap langsung membaur dengan

Arab yang lahir di Arab maupun yang lahir masyarakat Arab dari Hadhramaut lainnya.

di Nusantara sebanyak 10.888 orang. 7 Hal Sebagian adalah pengembara atau

ini disebabkan oleh eksodus besar-besaran petualang yang dalam waktu singkat

4 pasca tahun 1870, di mana pelayaran mereka pergi lagi. dengan kapal uap antara Timur Jauh dan

Menurut penelitian Van den Berg, Arab mengalami perkembangan yang pesat masyarakat Arab memang sudah lama

sehingga memudahkan migrasi masyarakat hadir dan bermukim di Nusantara, sejak

Arab dari Hadhramaut ke Nusantara. abad ke-17 beberapa orang sudah datang

Sebenarnya jika kita cermati ada secara terpisah untuk mengadu nasib di

beberapa alasan masyarakat Arab datang ke Timur Jauh (wilayah negara-negara Asia

Nusantara. Selain dengan motif untuk yang jauh dari Eropa, seperti Cina, Jepang

mencari penghidupan yang lebih layak

2 J.C. Van Leur, Indonesian Trade and Society: Arab yang berasal dari sekitar Yerusalem. Mereka Essays in Asia Social and Economic History , terj.

memeluk agama Khatolik. Lihat, Van den Berg, J.S. Holmes dan R. van Marie, (Bandung: Van

Orang Arab di Nusantara , h. 10. Hoeve/Sumur Bandung, 1960), h. 3.

5 Van den Berg,Orang Arab di Nusantara, h. 95- 3 Tampaknya di Hadramaut Hijaz biasa disebut

“Syam”, artinya “Suriah”. Lihat LWC Van den 6 Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Berg, Orang Arab di Nusantara, terj. Rahayu

Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia jilid IV, Hidayat, (Jakarta: Komunitas Bambu, 2010), bagian

(Jakarta: Balai Pustaka, 1993), h. 122. pendahuluan, h. 1.

7 Van den Berg, Orang Arab di Nusantara, h. 96-97. 4 Dalam penelitiannya Van den Berg menyebutkan,

di Singapura dan Batavia datang beberapa musafir

Akhmad Yusuf : Dinamika Ekonomi … 85

daripada di negeri asal mereka, juga untuk Mereka bermukim di kota –kota besar berniaga dan menyebarkan agama Islam.

Nusantara seperti Surabaya, Batavia, dan Dengan bertambahnya penduduk warga

Pekalongan. Keberadaan mereka kemudian keturunan seperti Arab juga Cina selain

dikelompokkan pada sebuah wilayah, Eropa, membuat masyarakat pribumi

komunitas –komunitas asing melakukan hubungan sosial perekonomian

seperti

lainnya. Berdasarkan dari negeri asalnya dengan masyarakat pendatang tersebut.

penduduk Arab di bentuk dari empat Masyarakat Arab merupakan sebuah

golongan yang berbeda, yaitu; Syarif, Sayid komunitas minoritas di Nusantara yang 13 dan Habib merupakan kelas tertinggi

dikategorikan sebagai golongan Vreemde yang artinya bangsawan, tinggi, ini adalah Oosterlingen atau orang Timur Jauh

sebutan yang diberikan kepada keturunan bersama dengan masyarakat Cina dan

Nabi Muhammad. Syekh dan Gabili Timur Asing lainnya yang mana dapat

golongan menengah. dilihat dari statistik kependudukan

merupakan

Sedangkan Masakin merupakan golongan masyarakat Arab di Nusantara.

terendah. Terdiri dari para pedagang kecil, Pada awal abad ke-19 tercatat sekitar 14 buruh, pelayan dan budak. Dari

400 orang Arab dan Moor tinggal di pengelompokkan golongan-golongan Arab Batavia. 8 Jumlah orang Arab secara

tersebut, sebenarnya yang memiliki eksplisit baru disebutkan pada 1859, yakni

keleluasaan dalam menjalin hubungan 312 orang, sebagian besar tinggal di kota

dengan etnis lain ialah dari kalangan Syarif, dan sebagian kecil lainnya tinggal di

Sayid, dan Habib. Sehingga mempunyai

pengaruh yang cukup kuat dalam aktivitas Tangerang. Pada tahun 1870 jumlah

Meester Cornelis 9 , Buitenzorg 10 , dan

perdagangan di Nusantara. mereka berlipat tiga kali lebih. Selanjutnya pada tahun 1885 Batavia menampung

B. Pembahasan

1.448 penduduk Arab, 972 di antaranya

lahir di Hindia Belanda. 11 Antara 1900-

1. Lapangan Bisnis Perdagangan dan

1930 minoritas Arab bertambah dari 2.245

Jasa

menjadi 5.231, artinya 7 persen lebih dari Sepanjang akhir abad ke-19 dan awal keseluruhan populasi Arab di Hindia

abad ke-20 di Hadhramaut sana, satu- Belanda. 12 Begitu pun setelahnya dari masa

satunya hasil panen pertanian yang bernilai 1930-1942 tidak begitu ada perubahan

komersial adalah tembakau Hamumi, yang yang signifikan terhadap jumlah populasi

tumbuh di sekitar kota Ghayl Ba Wazir mereka.

dekat Shihr dan madu yang di produksi di Wadi Daw’an. Hasil panen lain yang di

8 Thomas Stamford Raffles, The History of Java. 12 Veth, P. J. Java; Geographisch, Ethnologisch, Jilid I, terj. Eko Prasetyanigrum, Maryati Agustin

Historisch . Jilid 4, (Harleem: Bohn, 1907), h. 20. dan Idda Qoryati Mahbubah. (London: Black,

Lihat pula, Volkstelling 1930. Jilid 7, (Batavia: Parbury and Allen, 1817), h. 63.

Landsdrukkerij, 1935), h. 95. 9 Meester Cornelis sekarang merupakan sebuah

13 M. Hasyim Assegaf, Derita Putri-Putri Nabi Studi daerah di Kotamadya Jakarta Timur yang bernama

Historis Kafa’ah Syarifah, (Bandung: PT. Remaja Jatinegara.

Rosdakarya, 2000), h. 200-203. Lihat pula Al-Habib 10 Buitenzorg saat ini telah menjadi sebuah nama

Alwi bin Thahir Al-Haddad, Sejarah Masuknya kota di Jawa Barat, yaitu; Kota Bogor.

Islam di Timur Jauh , Terj; S. Dhiya Shahab, 11 L.W.C. van den Berg, Le Hadramout et les

(Jakarta: Lentera Basritama, 1997), h. 59. colonies arabes dans l’archipel indien, (Batavia:

14 Van den Berg, Orang Arab di Nusantara, h. 33- Imprimerie du Gouvernement, 1886), h. 105.

86 Vol. XI No.1, Januari 2016

konsumsi di dalam negeri meliputi kurma, diterimanya lalu dia akan menjadi millet (sejenis varietas padi-padian),

pedagang mandiri sama halnya dengan lucerne 17 (sejenis rumput makanan hewan), pedagang Cina.

gandum dan wijen. Beberapa jenis sayuran Sebagian masyarakat Arab ini akan seperti ubi jalar, bawang merah, bawang

hadir sebagai pedagang perantara dengan putih, labu dan wortel tumbuh dalam

membeli barang impor dari firma Eropa jumlah kecil; serta buah mencakup jeruk

yang besar dan menjualnya kembali ke nipis, pisang dan pawpaws. Sumber

pedagang lain atau konsumen Indonesia. makanan domestik lainnya yang utama

Umumnya komoditas utama yang adalah ikan. Seluruh hal tersebut

diperdagangkan adalah tekstil. Komoditas menjelaskan bahwa perdagangan eksternal

perdagangan lain mencakup barang selalu lebih berarti dalam mendukung

manufaktur Eropa seperti jam, produk besi kehidupan penduduk di wilayah itu

dan baja sedangkan komoditas dari Timur dibandingkan produksi domestiknya. 15 Tengah misalnya kurma, ghee, sajadah dan

Atas alasan itulah pada akhirnya yang kemudian meningkat nilainya di abad sebagian dari mereka berhijrah ke Asia

ke-20 adalah buku-buku agama Islam. Tenggara dalam hal ini termasuk Indonesia

Apabila ia tinggal di tempat tertentu di luar untuk mencoba berdagang dan mencari

pulau Jawa, kemungkinan juga dia peruntungan lebih baik, yang tidak dapat

membawa barang dagangan lokal khusus

disediakan di tanah airnya sendiri. 18 Seperti seperti produk hutan dan kuda. halnya masyarakat Arab di Nusantara,

Kehidupan ekonomi mereka semakin masyarakat Arab di Batavia juga pada

berkembang ketika seorang Arab telah umumnya sebagian besar dari mereka

mengumpulkan modal yang cukup. adalah pedagang. Usaha mereka dilakukan

Meskipun diperintahkan dalam Al- Qur’an dengan modal yang mungkin bisa di bilang

untuk menentang riba, namun sebagian dari sangat kecil. Hampir semua imigran

mereka hanya sebagian kecil ada yang Hadhrami bekerja dan berkembang

mulai meminjamkan uang dengan tingkat awalnya melalui usaha perdagangan.

bunga yang tinggi. Jika dia merupakan L.W.C van den Berg mendeskripsikan pola

sebagian dari sedikit orang yang beruntung, yang khas di akhir abad ke-19, yakni

setelah beberapa tahun bekerja keras orang pendatang baru Arab di Indonesia akan

Arab dapat mengembangkan kekayaan. bekerja sebagai asisten toko atau pedagang

Salah satu caranya dalam bentuk investasi kecil atas nama suatu sanak keluarga atau

properti di salah satu kota besar di kenalan yang telah menjadi penduduk di

Nusantara, semisal di Batavia ini. Sebagian daerah jajahan. Seorang Arab yang telah mendapatkan modal yang dikumpulkan sendiri secara bertahap dari gaji yang

15 W.H. Ingrams, A Report on the Social, Economic, from the Hadramawt to East Africa and Indonesia, and Political Condition of the Hadhramaut ,

c. 1200 to 1900 ,”

(London: Colonial No. 123, 1937), h. 8-9 dan 50-56. 17 Natalie Mobini Kesheh, Hadhrami Awakening: Dalam

Kebangkitan Hadhrami.. , h. 16. Awakening; Kebangkitan Hadhrami di Indonesia ,

Natalie Mobini Kesheh,

Hadhrami

18 W. G. Clarence Smith, Horse Trading; The terj. Ita Mutiara dan Andri, (Jakarta: Akbar Media

economic role of Arabs in the Lesser Sunda Islands, Eka Sarana, 2007), h. 10-11.

c. 1800-1940. Dalam Hubb de Jonge and Nico 16 Dari penyebaran kaum Hadhrami di seputar

Kaptein, “Trancending Borders Arabs, politics, Samudera Hindia, lihat B. G. Martin, “Migration

trade and Islam in Southeast Asia ”, (Leiden: KITLV Press, 2002), h. 143-158.

Akhmad Yusuf : Dinamika Ekonomi … 87

mereka juga dapat dikatakan tuan tanah warisan dalam bentuk ladang yang hanya karena luas tanah yang dimilikinya. 19 dapat dijual kepada orang sebangsanya.

Seorang Arab yang memperoleh Karena itu, investasi di desa hanya dapat kekayaan jarang meneruskan usahanya

dijual kepada orang sebangsa. Akibatnya, dengan semua yang diperolehnya.

investasi oleh orang Arab di desa dapat Dibandingkan dengan taraf hidup

dikatakan dilarang. Nilai semua gedung masyarakat Arab yang rendah, jumlah uang

milik orang Arab di daerah jajahan Belanda yang relatif minim sudah merupakan

sekitar 11 juta gulden. Di Batavia 2,5 juta, kekayaan bagi mereka. Mereka tidak

Semarang sekitar 1 juta, Surabaya sekitar 3 seperti masyarakat Eropa yang mendirikan

juta, Palembang sekitar 2,5 juta dan rumah dagang besar dan tetap bereputasi

Pontianak kurang lebih 2 juta. Di daerah baik meskipun para pendirinya sudah

jajahan Inggris, diperkirakan gedung milik mengundurkan diri. Bahkan dalam hukum

Arab mencapai 5 juta, yang 4 juta paling Islam sama sekali tidak mengatur

tidak adalah milik masyarakat Arab yang perusahaan-perusahaan 21 yang bermukim di Singapura.

menggunakan nama kolektif dan mengenai Meskipun demikian, sebagian besar status sosial dari rumah dagang pada

orang Arab yang memiliki bangunan tetap umumnya.

meminati perdagangan dan menggunakan Meskipun mengakui sejumlah jenis

sebagian dari modalnya untuk dipinjamkan asosiasi

sebagai modal kepada rekan dagangnya, melakukan usahanya dan menandatangani

orang Cina dan Pribumi. Dahulu sebelum atas namanya sendiri dan bila berada dalam

memasuki abad ke-20 ini, mereka suka juga asosiasi, atas nama rekan usahanya. 20 Ciri

membeli kapal-kapal besar, namun cara pribadi di dalam usaha itu bertentangan

investasi itu sekarang sudah kurang dengan pendirian usaha dagang yang

menguntungkan. Mereka yang masih eksistensinya legal di luar para pemiliknya.

memilikinya berusaha melepaskannya Ciri tersebut merupakan syarat utama agar

tanpa terlalu banyak merugi. sebuah rumah dagang diakui dan dapat

Masyarakat Arab di Nusantara, dikenal bertahan lama.

sebagai sosok pedagang dan pekerja keras. Mengenai modal tak bergerak di dalam

Dapat dikatakan bahwa komunitas ini perdagangan yang sebenarnya, masyarakat

merupakan salah satu pesaing kuat Arab lebih suka menginvestasikan pada

golongan Cina dalam menguasai pasar gedung-gedung atau mereka membelinya

apapun, meski pada awal kedatangannya untuk kemudian dikontrakkan. Pada

mereka lebih banyak berdagang rempah wilayah-wilayah Nusantara termasuk

dan persewaan properti, namun seiring Batavia yang berada di bawah kekuasaan

waktu banyak pula masyarakat Arab yang pemerintah Hindia Belanda, kaum Pribumi

menekuni bidang-bidang lainnya, terutama lazimnya hanya mempunyai hak memiliki

garmen dan meubel.

19 L.W.C. Van den Berg, Le Hadramout et les berusaha bersama, misalnya “empat saudara al- colonies arabes dans l’archipel indien. (Batavia:

Habsyi”, “keluarga dari al-Baghdadi”, dan Impremerie du Gouvernement, 1886), h. 134-158.

sebagainya. Tentu saja, hakikat sosialnya tetap tidak 20 Pada tahun-tahun terakhir ini, dua atau tiga kali

berubah.

seorang notaris di Batavia membujuk klien Arabnya 21 L.W.C van den Berg,Orang Arab di Nusantara, untuk menandatangani kontrak perusahaan, supaya

terj. Rahayu Hidayat, (Jakarta: Komunitas Bambu, mempunyai status sosial. Yang terjadi mereka,

2010), h. 124.

menggunakan sebuah nama untuk rekan-rekan yang

88 Vol. XI No.1, Januari 2016

Awal abad ke-19 merupakan puncak dan minuman beralkohol yang memang perdagangan

dilarang dalam Islam.

Nusantara, dimana mereka memiliki Selain itu masyarakat Arab juga hubungan dagang dengan Maskat dan

terkenal karena sering meribakan uang, Mekkah. 22 Tak hanya menguasai pasar-

meskipun dalam hukum Islam termasuk pasar besar, wilayah perdagangan mereka

dosa besar, bukannya tidak populer di bahkan menembus desa-desa hingga

kalangan orang Arab di Nusantara hampir pernah mendapatkan larangan dari

tidak ada kapitalis Arab yang belum pernah Pemerintah Kolonial bagi orang Arab

sekalipun meminjamkan uang dengan riba, untuk berdagang di pedesaan.

meskipun itu hanya merupakan usaha Komoditi utama dalam perdagangan

pelengkap. Memang jumlah mereka yang Arab adalah cita katun (bazz) dan katun

profesinya hanya meribakan uang sangat India ( qumāsy) yang diimpor dari Eropa.

terbatas dan sebagian besar di antaranya Perdagangan cita itu jauh melampaui

berusaha menutupi usaha yang tidak halal perdagangan komoditi lain yang dilakukan

itu dengan transaksi tersamar. Memang oleh golongan Arab. Dimana-mana

agaknya terlihat sangat kasat mata terdapat perdagangan cita, sedangkan

mengenai hal itu, namun pembelian dengan perdagangan komoditi lain hanya ada di

hak penjual untuk membeli kembali dan beberapa tempat.

penjualan barang secara kredit yang Komoditi yang menduduki peringkat

harganya setinggi langit merupakan praktik kedua adalah berlian dan batu permata

yang paling lazim. Semua transaksi lainnya. Di Batavia, tidak kurang dari tujuh

oleh perjanjian orang Arab berusaha di bidang itu. Mereka

tersebut diperkuat

tambahan seperti kontrak penyitaan, tidak memiliki toko seperti jauh hari di

pemotongan sebagian pinjaman sebagai Eropa, mereka pun tidak menjual

jaminan, pasal pembatalan kontrak atau perhiasan, mereka hanya menjual batu 23 solidaritas dari pihak peminjam.

permata. Barang berharga itu tidak Selain perdagangan, pelayaran juga dijajakan seperti halnya cita katun dan

bisa disebutkan sebagai salah satu sarana katun India, pembeliannya pun dari

kehidupan masyarakat Arab. Sangat sedikit golongan yang lebih terhormat atau dari

orang Arab yang menjadi kelasi, nahkoda golongan ekonomi kuat.

( nawkhadsā), mualim (mu’illim) dan kerani Peringkat ketiga diduduki beraneka

( krānī) kapal-kapal besar memang orang komoditi impor dari Eropa, barang-barang

Arab, namun awak yang selebihnya terdiri dari emas dan perak, arloji, makanan yang

dari pelaut Pribumi. Jarang dijumpai diawetkan, barang-barang dari logam,

nahkoda Arab yang tidak menjalankan senjata, setra, tembikar, gerendel, dan

kapal rekan sebangsanya dan jarang pula berbagai barang dari baja, besi, atau

kapal Arab yang dijalankan oleh nahkoda lembaga, rempah-rempah, cerutu, minyak 24 berkebangsaan lain.

tanah dan sebagainya. Meski demikian Pada sejumlah kapal Arab terdapat mereka menolak untuk berjualan anggur

mualim Eropa berijazah resmi untuk

22 Lihat antara lain P.J. Veth, Borneo’s buah milik Pribumi, yang dijalankan oleh nahkoda Westerafdeling , Jil.I, hlm.371.

Arab. Pada tahun yang sama, ada enam nahkoda 23 Van den Berg,Orang Arab di Nusantara, h. 125-

Pribumi dan seorang Cina yang menjalankan kapal 126.

Arab.

24 Pada tahun 1885, hanya ada satu kapal yang dimiliki orang Eropa, satu lagi milik Cina dan dua

Akhmad Yusuf : Dinamika Ekonomi … 89

memenuhi persyaratan para penyewa pada awal abad ke-19 dengan syarat Eropa yang mengasuransikan kapal Arab

pemiliknya menjamin kepada penduduk itu. Pelaut Arab tidak pernah menjalani

Pribumi kepemilikan ladang, kebun dan tujuan untuk memperoleh ijazah pelayaran

tempat tinggal mereka secara turun- dan mereka juga tidak mengasuransikan

temurun. Meskipun demikian, kepemilikan kapal mereka selama tidak dituntut oleh

disesuaikan dengan penyewanya. 25 keuntungan pemiliknya, untuk menjadi Usaha pelayaran itu terus maju, setelah

turun-temurun

sumber penghasilan yang utama. Pemilik perdagangan dan kemakmuran kaum

Arab hampir tidak mengurusi untuk Pribumi berkembang berkat konsolidasi

keperluannya sendiri.

dominasi Eropa. Pelayaran Arab mencapai Di samping tuan-tuan tanah itu, masih masa gemilang antara tahun 1845-1855.

ada beberapa masyarakat Arab di Batavia Dalam periode itulah hampir semua

yang memiliki kavling-kavling kecil untuk pengusaha

mengelola lahan pertanian tersebut atas keuntungan yang sangat besar, namun

pelayaran

memperoleh

persetujuan petani pemilik tanah dengan setelah itu mulai mundur karena

sistem bagi hasil. Pada umumnya, di dalam perkembangan pelayaran dengan kapal api

pengaturan dan pengelolaan tanah-tanah di Nusantara yang menjadi pesaing tak

mereka, seperti juga dalam perdagangan, sebanding bagi pelayaran dengan kapal

sikap pelit mereka selalu jadi hambatan. layar. Pelayaran dengan kapal api dikuasai

Hampir semua berusaha mengambil oleh Eropa. Baru tahun-tahun terakhir abad

keuntungan sebesar-besarnya dari tanah ke-19 orang Arab dan Cina mulai turut

mereka, tanpa berpikir untuk menjaga mutu ambil bagian, namun masih dalam skala

tanah dengan cara-cara yang ilmiah. yang sangat kecil. Kapal-kapal api Arab ini

Ketakutan akan pengeluaran sesaat di antaranya melayani rute Singapura-

membuat mereka buta bahwa tanahnya Jeddah khususnya mengangkut para

memberikan bunga sesuai apa yang jama’ah haji, para pemilik kapal-kapal itu

dipinjamkannya. Maka tanah-tanah orang memiliki agen-agen mereka di beberapa

Arab pada umumnya memberi kesan pelabuhan Nusantara yang diambil dari 27 kurang subur. Berikut ini adalah

para pedagang Arab. 26 gambaran penghasilan dari sektor pertanian Pertanian Arab terbatas dalam koloni-

di Nusantara pada tahun 1926. koloni di Batavia, Pontianak dan Singapura. Kecuali keturunanya yang

Pengahasilan Pertanian, 1926 28 berdarah campuran, jarang ada orang Arab

Kelas

Persen Penghasilan

yang memegang sektor ini. Sama halnya

rakyat (f.)

dengan aristokrat Pribumi, orang Arab di Nusantara tampaknya menganggap kerja tani tidak sesuai dengan harkat mereka. Pada Keresidenan Batavia sejumlah masyarakat Arab memiliki tanah luas yang disesuaikan oleh pemerintah khususnya

25 Diketahui bahwa kontrak asuransi dianggap umat 27 Van den Berg, Orang Arab di Nusantara, h. 135- Islam sebagai kekurangpercayaan terhadap Tuhan,

lagipula hukum Islam tidak mengakuinya. 28 J.S. Furnivall, Hindia Belanda Studi tentang 26 Van den Berg,Orang Arab di Nusantara, h. 127-

Ekonomi Majemuk, terj. Samsudin Berlian, 134-135.

(Jakarta: Freedom Institute, 2009), hal. 422.

90 Vol. XI No.1, Januari 2016

Pemilik tanah:

Tani Meijer Ranneft, Belastingdruk, hal. 10.

Profesi pengrajin yang sebenarnya hampir tidak masuk hitungan. Pekerjaan itu hampir

masyarakat Arab campuran. Di sekitar Batavia, terdapat sebuah lembaga litografi milik sayid U ṣman bin Abd Allah bin Yahya. Di Palembang, sayid yang lain

memiliki sebuah percetakan. Kemudian, di

Kegiatan menenun benang orang

Nusantara ada lima ahli jam, tiga pengrajin 29 Arab perak, empat tukang kayu, seorang tukang

jahit, seorang pembuat limun dan seorang masinis di kapal api milik pemerintah di kerajaan landak (pantai barat Borneo) beberapa Arab campuran berprofesi pencari intan. Dari Pasuruan, Bangil, Buleleng (Bali) dan Aceh dilaporkan bahwa beberapa Arab campuran bahkan menjadi penggotong mayat. Di dekat Batavia

Hadhramaut memiliki pabrik bata ( mīfā) yang cukup besar dan dua atau tiga orang Arab campuran memiliki pabrik batik. Terakhir, di Bangil, seorang Arab campuran menjadi tukang pijit.

30 Aktivitas orang Arab

2. Relasi Bisnis : Pemerintah Kolonial, Tionghoa, dan Pribumi

29 http://media-kitlv.nl/all-

30 http://media-kitlv.nl/all-

media/indeling/detail/form/advanced/start/2?q_sear media/indeling/detail/form/advanced/start/6?q_sear ch_beschrijving=arabieren&q_facet_beginjaar=190

ch_beschrijving=arabieren&q_facet_beginjaar=190 0-1942 diakses pada tanggal : 24 Desember 2014.

0-1942 diakses pada tanggal : 24 Desember 2014.

Akhmad Yusuf : Dinamika Ekonomi … 91

Golongan etnis Cina sering kali perhatian sejumlah besar masyarakat Cina diidentikkan sebagai golongan yang

kelahiran Indonesia 32 .

mempunyai peranan penting dalam perekonomian di Indonesia. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari adanya kenyataan bahwa mereka telah mulai merintis usaha- usaha di bidang perekonomian sejak dahulu dan keberhasilan mereka ditunjang oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut berasal dari berbagai pihak, baik pihak mereka sendiri, pihak pemerintah Hindia Belanda maupun dari pihak pribumi

Indonesia. 31 Menurut beberapa ahli, golongan etnis

Cina Peranakan mempunyai satu karakter tersendiri. Skinner misalnya berpendapat bahwa ada satu karakter yang menonjol

dari etnis Cina Peranakan yaitu mereka

Pedagang Buah di Perumahan Eropa

Batavia Tahun 1930 33 mementingkan kerajinan, kehematan,

menekankan sistem

nilai

yang

pengandalan pada diri sendiri, semangat Berbeda dengan Skinner, Mely G. Tan berusaha dan keterampilan. Ada dua istilah

membedakan antara Cina Peranakan dan golongan Cina di Indonesia, menurut

Cina Totok dalam bidang pemilihan bidang Charles K. Coppel dan Leo Suryadinata.

pekerjaan yang ternyata pemilihan itu Pertama istilah Cina Peranakan termasuk

mencerminkan perbedaan yang mencolok dalam pengertian keturunan campuran ras,

dalam orientasi nilai. Kalangan Cina Totok digunakan untuk menunjukkan perbedaan

lebih menghargai kekayaan, kehematan, yang kontras dengan Cina Totok yang

kerja, kepercayaan pada diri sendiri dan memiliki darah Cina murni. Kedua istilah

keberanian daripada kaum peranakan yang Peranakan dipakai untuk membedakan

lebih menghargai penikmatan hidup, waktu orang Cina kelahiran Indonesia dari Totok

senggang, kedudukan sosial dan perasaan yang lahir di negeri Cina dan istilah ini juga

terjamin. 34 Karakter yang menonjol ini untuk menunjukkan imigran Cina yang

agaknya terbentuk dari perantauan, situasi khusus berkembang di Pulau Jawa. Ketiga

yang merekan hadapi di perantauan istilah Peranakan untuk menunjukkan

mengakibatkan mereka harus mengambil masyrakat dan kebudayaan Cina yang

sikap agar bisa bertahan. berkembang di antara imigran-imigran

Pusat perdagangan yang besar dari baru yang telah dipengaruhi oleh

golongan Arab di Nusantara adalah nasionalisme abad ke-20 yang menarik

Batavia, Semarang, Surabaya dan

31 Seminar Sejarah Nasional IV, Sub Tema 33 Koleksi: Tropenmuseum DinamikaPertumbuhan

Indonesia . (Jakarta: DEPDIKBUD Direktorat http://phesolo.wordpress.com diakses pada tanggal : Sejarah dan Nilai Tradisional, 1991), h. 192-193.

24 Desember 2014.

32 Coppel dan Leo Suryadinata, “An Historical 34 Mely G. Tan, (ed.), Golongan Etnis Tionghoa di Survey” dalam majalah Far Eastern History, No. 2,

Indonesia, h.11.

September 1970.

92 Vol. XI No.1, Januari 2016

Singapura. Di tempat-tempat itulah mereka Lain- 7.4 8, 36. 7, 1.95 9, membeli barang dalam jumlah besar atau

24 70 12 68 7.60 65 kecil komoditi impor kemudian dijual

lain

6 9 eceran di dalam toko mereka kepada

Juml 85. 10 46 10 20.2 10 pedagang Arab, Cina, atau Pribumi yang

ah 32 0, 9.9 0, 79.6 0, tidak memiliki kredit pada rumah dagang

1 00 35 00 42 00 Eropa.

Data sensus penduduk tahun 1930

Tabel Distribusi Berdasarkan Mata

menunjukkan bahwa 57,7 persen orang

Pencaharian di Indonesia Pada Tahun

Cina hidup dari perdagangan dan 20,8 1930 35 persen berkecimpung di dunia industri.

Mata Eropa Cina

Pribumi

Sedangkan 72,7 persen orang Arab bermata

Penc Ju % Ju % Jum %

pencaharian dari berdagang dan hanya 10,6

ahari ml ml

lah

persen yang hidup di sektor industri. 36

an

ah ah Walaupun mempunyai karakteristik serta Prod 18. 22 14 30 14.1 69 latar belakang yang berbeda, mereka bisa

uksi

disebut sebagai “minoritas pedagang” Baha 0 3 88 3 58 9 (trading minorities ) atau “minoritas

n perantara” (middlemen minorities). 37 Ment

Pola hidup pedagang Arab ini

ah kemungkinan terpelihara dengan baik Indus 4.6 5, 93. 20 2.10 10 sampai abad ke-20. Catatan yang dihimpun

tri

dari periode 1912 sampai 1919

8 0 9 8 menunjukkan bahwa meskipun terjadi Trans 10. 12 12, 2, 290. 1. kekacauan yang disebabkan Perang Dunia porta 98 ,8 75 72 740 43 Pertama, orang Arab baru yang datang dan

si

5 8 4 mengajukan permohonan izin masuk ke

Perda 11. 13 17 36 1.09 5,

Jawa berjumlah total 1.121 jiwa. Sekitar 75 gang 41 ,3 1.9 ,6 0.86 33 persen adalah pedagang yang saat

an

5 8 79 0 8 kedatangannya di Nusantara memiliki

antara seratus dan seribu lima ratus gulden ta

Swas 11. 13 7.1 1, 150. 0,

29 ,2 61 52 227 74 tunai dengan cara menjual barang

0 3 (terutama yang terkenal madu Daw’an) Pega 20. 24 3,0 0, 491. 2,

senilai seratus sampai seribu dua ratus wai

73 ,3 39 65 911 43 gulden. 18 persen lebih jauh menjamin Nege 1 0 dukungan anggota keluarga yang telah

ri tinggal di Nusantara, melalui siapa mereka

35 Sumber: Leo Suryadinata, op.cit., h. 78.Lihat 37 Charles A. Coppel, “Arab and Chinese Minority juga: Seminar Sejarah Nasional IV, Sub Tema

Groups in Java”, dalam kumpulan karangannya, Dinamika

Studying Ethnic Chinese in Indonesia (Singapore: Indonesia . (Jakarta: DEPDIKBUD Direktorat

Singapore Society of Asian Studies, 2002), h. 98-99. Sejarah dan Nilai Tradisional, 1991), h. 200.

Seperti di kutip Suratmin dan Didi Kwartanada, 36 Didi Kwartanada, “Dari ‘Timur Asing’ ke ‘Orang

Biografi A.R. Baswedan Membangun Bangsa dan Indonesia’: Pemuda Tionghoa dan Arab dalam

Merajut keindonesiaan, (Jakarta: PT. Kompas Pergerakan Nasional (1900- 1942)”, Prisma Vol. 30,

Media Nusantara, 2014), h. 15. No. 2 (2011), hlm. 42-43.

Akhmad Yusuf : Dinamika Ekonomi … 93

mendapat akses modal dagang hanya 7 ada buku catatan yang teratur dan tentu saja persen yang datang tanpa modal berarti. 38 di sana tidak dikenal rekening orang yang

Gambaran ini memperkuat dugaan bahwa digunakan dalam perdagangan Eropa. Perlu pada awal abad ke-20 mayoritas imigran

pula ditambahkan bahwa perdagangan di Arab memiliki uang atau hubungan

Hadhramaut yang cukup berhasil jarang keluarga di Nusantara.

berpindah tempat, sedangkan sebagian Kontak usaha dagang bersama di antara

besar orang Arab di Nusantara adalah suku, masyarakat Arab lazimnya dilakukan

golongan menengah kecil atau Sayid, secara lisan dan modal yang ditanamkan

artinya orang-orang yang tidak mengenal dalam setiap perusahaan selalu sangat

bidang usaha. Jadi jelas mengapa kecil. Misalnya, modal 100.000 gulden

ditandai oleh dibagi di antara 20 sampai 30 perusahaan.

perdagangan

Arab

ketidaktahuan akan peraturan perdagangan Jadi mitra usahanya paling-paling penjaja

seperti pengguna buku catatan dagang. keliling atau pemilik toko kecil. Tidak ada

Menurut van den Berg di Batavia, orang Arab

yang mau berisiko kiranya tidak lebih dari lima atau enam menanamkan modal besar di dalam satu

orang Arab yang buku catatannya perusahaan. 39 memenuhi syarat. Karena tahu apabila

mereka harus modal merupakan kelemahan terbesar

Dapat dikatakan bahwa kekurangan

mengalami

pailit

menunjukkan buku catatan dagang. Mereka dalam perdagangan Arab. Kelemahan itu

membuatnya sebisanya dengan bantuan ditambah lagi dengan mudahnya rumah-

catatan mereka, apabila mereka melihat rumah dagang Eropa memberikan kredit

bahwa kebangkrutan tak terhindarkan atau kepada siapapun yang mengenakan sorban.

mereka hanya menyusun catatan biasa yang Saat mengenal masyarakat Arab yang

tidak mungkin disusun neracanya, kecuali sebenarnya tidak memiliki apapun, mampu

pailitnya. Karena sembilan diantara setiap bulan membeli barang dagangan

sepuluh pengusaha yang pailit tidak seharga 20.000 gulden secara kredit. Jika

mampu menyusun buku catatan dagang usahanya maju, ia mampu membayar

secara Eropa, sangat sulit bagi pengadilan cicilannya, namun jika mereka hanya dapat

memutuskan apakah ada menjual barangnya dengan merugi, mereka

untuk

penyelewengan atau tidak. Akibatnya berusaha

ancaman hukuman yang tertera di dalam pembayaran kredit, dengan harapan harga

meminta

penangguhan

pidana terhadap barang itu akan segera naik. Jika harapan

kitab

hukum

kebangkrutan, biasanya tidak berdaya itu 40 kandas, mereka berupaya guna.

memperpanjang tunggakan,

Masyarakat Arab punya tradisi bisnis di membayar para kreditor yang paling

dengan

perantauannya, begitu pun dengan mereka mendesak dengan barang dagangan dibeli

yang ada di Batavia. Tiga bersaudara secara kredit di tempat lain. Cara seperti itu

keturunan Arab dari Padang, Sumatera sama dengan gali lubang tutup lubang dan

Barat, tiba di Batavia pada 1920-an. akan berakhir dengan pailit.

Semuanya pengusaha, harta mereka Pailit orang Arab yang cukup khas

berlimpah hasil warisan orang tua dan dapat diketahui bahwa di Hadhramaut tidak

berbisnis. Namun misi utama mereka di

38 Directore of Justice to Governor General , 26 39 Van den Berg,Orang Arab di Nusantara, h. 127- April, 1919, mr. 1015/19, terdapat dalam vb. 26 Juni

1919, no. 16, MK, ARA. 40 Van den Beerg, Orang Arab di Nusantara, h. 128.

94 Vol. XI No.1, Januari 2016

Batavia adalah bukan untuk berbisnis melainkan memperkenalkan tradisi musik dan sandiwara khas mereka kepada warga Batavia. 41

Menurut Mudrik bin Shahab, Selain berjiwa bisnis, mereka Sayid Idrus, Sayid Syehan, dan Sayid Abubakar, juga berjiwa seni; senang hiburan mereka termasuk klan bin Shahab yang masih ada hubungan darah

dengan Ali Menteng. 42 Mereka di Batavia bisa tinggal bersama kerabat, bisa pula di

luar kampung Arab. Pemerintah kolonial telah menghapus wijken stelsel dan

44 Pedagang Arab passenstelsel pada

Shahab

bersaudara memilih tinggal di Sawah Besar sembari menjalankan bisnis di Sumatera. Mereka juga membeli sebidang tanah untuk gedung pentas, rombongan mereka tampil secara teratur dan permanen di gedung itu.

Faktor-faktor yang mendorong etnis Cina menjadi pedagang antara lain adalah adanya

peraturan-peraturanyang dikeluarkan oleh pemerintah Hindia Belanda

masyarakat Cina dan memusatkan mereka

di daerah-daerah tertentu sama halnya Pedagang Cina 45 dengan orang Arab atau Timur Asing lainnya yang harus memiliki passen stelsel untuk bepergian keluar kota dan aturan- aturanyang memaksa untuk mereka bertempat tinggal di daerah-daerah tertentu. Dalam kenyataannya pemukiman mereka di Jawa disebut “Pecinan”. Daerah pemukiman itu kemudian berkembang menjadi pusat perdagangan yang besar pengaruhnya terhadap kehidupan ekonomi

pasar. 43

41 Hendaru T. Hanggoro, “Berbisnis di Rantau”, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, 1991), h. Historia , Nomor 15. Tahun II, 2013, h. 44.

198-199.

42 Hanggoro, “Berbisnis di Rantau”…, h. 44. 44 COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Een_koransc 43 Tan Giok Lan, The Chinese of Sukabumi, hal. 4-

hool_met_leraar_en_leerling_TMnr_60009392 11. Dan lihat pula dalam Seminar Sejarah Nasional

diakses pada : 24 Desember 2014 IV, Sub Tema DinamikaPertumbuhan Ekonomi

45 COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Chi Bangsa

Indonesia. (Jakarta:

DEPDIKBUD

nese_handelaar_TMnr_60012417 diakses pada : 24 Desember 2014.

Akhmad Yusuf : Dinamika Ekonomi … 95

mobilitas para pedagang Cina untuk beroperasi langsung ke pasar-pasar desa sebagai supplier jadi bukan pedagang yang langsung berhadapan langsung dengan konsumen lokal. Sebaliknya dalam arus barang perdagangan dari desa ke kota pun peranan para pedagang perantara Cina pun cukup besar untuk diperhitungkan, terutama hasil-hasil pertanian ekspor seperti tembakau, cengkeh dan lada. 47

Tabel Pembagian Pekerjaan Cina Totok dan Peranakan di Jawa Tahun 1930

Pedagang Cina

(dalam %) 48

Pekerjaan

Totok Peranakan

Produksi

bahan mentah Industri

Negeri Lain-lain

Pedagang Pribumi

Dari tabel tersebut dapat kita lihat Peranan dan pengaruh pedagang Cina

bahwa besarnya peranan etnis Cina dalam tak hanya terbatas di perkotaan saja tetapi

perekonomian waktu itu dan kuatnya posisi juga memasuki jaringan hubungan

pedagang perantara Cina dalam struktur perekonomian kota dengan desa-desa di

perekonomian yang berorientasi kepada sekitarnya. Arus barang perdagangan dari

pasar bebas atau perekonomian liberal.Dari kota ke desa atau sebaliknya dapat

posisi kunci ini mereka dapat memperluas dikatakan dikuasai oleh para pedagang

jaringan kontak-kontak perdagangannya, perantara Cina ini. Pedagang-pedagang

lebih jauh kearah peminjaman uang, pasar di desa biasanya mengambil barang

perdagangan besar-besaran dan pembelian dagangannya dari pedagang-pedagang

bahan-bahan pokok untuk pemasaran perantara Cina di kota tersebut. Bahkan tak

ekspor meskipun mereka hanya berhasil berarti menutup kemungkinan bagi

mendapat sedikit jalan kearah sektor-sektor

46 COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Een 48 Sumber: Leo Suryadinata, Pribumi Indonesians _man_uit_Batavia_met_pikolan_voor_het_transpor

The Chinese Minority and China , h. 80.Lihat juga: t_van_zijn_warong_TMnr_60009385 diakses pada

Seminar Sejarah Nasional IV, Sub Tema : 24 Desember 2014.

Ekonomi Bangsa 47 Seminar Sejarah Nasional IV, Sub Tema

DinamikaPertumbuhan

Indonesia . (Jakarta: DEPDIKBUD Direktorat DinamikaPertumbuhan

Sejarah dan Nilai Tradisional, 1991), h. 197. Indonesia . (Jakarta: DEPDIKBUD Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, 1991), h. 199.

Ekonomi

Bangsa

96 Vol. XI No.1, Januari 2016

kehidupan ekonomi yang dikuasai oleh pedagang pribumi. Perdagangan menetap orang-orang

dibagi tiga jenis, yaitu warung, pasar dan perkebunan, impor-ekspor, perdagangan 50 toko.

Belanda,

misalnya

besar dan perbank-kan sampai berakhirnya

distribusi terutama masa penjajahan. 49 Golongan etnis Cina di

Perdagangan

menjual barang-barang seperti tekstil, samping pekerjaan itumampu memainkan

makanan dan minuman, barang-barang peranannya sebagai golongan menengah

kelontong, beras, gula dan juga hasil dalam struktur perekonomian kolonial

produksi dalam negeri. Perdagangan Belanda, dimana peranan pedagang

koleksi terutama membeli hasil kerajinan perantara mempunyai peranan penting di

tangan rumah tangga, hasil-hasil tanaman dalamnya.

dagang seperti kopra, kapok, singkong, Pada masa itu perdagangan dapat di

jagung, beras dan kulit. Perdagangan bagi menjadi tiga jenis yaitu, perdagangan

kelontong terutama menjual barang-barang besar yang pada umumnya dikuasai oleh

keperluan sehari-hari seperti kaca, hasil perusahaan swasta Belanda, perdagangan

kerajinan tangan yang diimpor dari Cina, kecil yang pada umumnya dikuasai oleh

atau benang. Perdagangan jalanan terutama pedagang pribumi dan pedagang perantara

menjual kebutuhan pangan penduduk sebagai penghubung antara perdagangan

seperti daging atau ikan. besar dan perdagangan kecil yang pada

Pedagang-pedagang kelontong ini umumnya dikuasai oleh golongan Timur

biasanya menjajakan barang-barang jadi Asing dan pribumi.

dan barang-barang klontongan. Mereka Perdagangan besar adalah suatu cabang

tidak hanya berkeliling di kota-kota saja, perdagangan yang mengurus ekspor-impor;

tetapi sering pula ke desa-desa dan perdagangan kecil adalah suatu cabang

kampung-kampung untuk menawarkan perdagangan yang membeli barang

kepada penduduk. dagangan dari tangan kedua atau ketiga

barang-barangnya

Terkadang mereka menyewa kuli pribumi untuk kemudian dijual langsung ke tangan

untuk memikul barang-barang mereka konsumen.

Perdagangan

perantara

dengan pikulan.

mempunyai dua fungsi, yaitu perdagangan distribusi terutama menyebarkan barang- barang konsumsi yang diimpor dari luar negeri. Perdagangan koleksi terutama berfungsi untuk mengumpulkan hasil-hasil tanaman dagang dari petani langsung atau melalui pedagang kecil untuk diteruskan kepada pedagang besar. Perdagangan kecil sendiri dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu perdagangan keliling dan perdagangan menetap. Perdagangan keliling juga dapat dibagi dalam dua bagian yaitu perdagangan kelontong yang pada umumnya dikuasai

oleh pedagang Cina, dan pedagang jalanan yang pada umumnya dikuasai oleh

49 Victor Purcell, The Chinese in Southeast Asia,h.

50 Liem

Twan Djie,

De Distribueerende 47.

Tusschenhandel der Chinezen op Java , h. 4-11.

Akhmad Yusuf : Dinamika Ekonomi … 97

Penjual makanan di Batavia 51

Penjual Kue 54

Tukang Barang 52

Penjual Sayuran 53

Penjual Limun 55

51 http://media-kitlv.nl/all- earch_beschrijving=batavia&q_facet_beginjaar=19 media/indeling/detail/form/advanced/start/486?q_s

00-1942 diakses pada : 26 Desember 2014. earch_beschrijving=batavia&q_facet_beginjaar=19

54 http://media-kitlv.nl/all-

00-1942 diakses pada : 26 Desember 2014. media/indeling/detail/form/advanced/start/787?q_s 52 http://media-kitlv.nl/all-

earch_beschrijving=batavia&q_facet_beginjaar=19 media/indeling/detail/form/advanced/start/75?q_se

00-1942 diakses pada : 26 Desember 2014 arch_beschrijving=batavia&q_facet_beginjaar=190

55 http://media-kitlv.nl/all-

0-1942 diakses pada : 26 Desember 2014. media/indeling/detail/form/advanced/start/55?q_se 53 http://media-kitlv.nl/all-

arch_beschrijving=batavia&q_facet_beginjaar=190 media/indeling/detail/form/advanced/start/102?q_s

0-1942 diakses pada : 26 Desember 2014

98 Vol. XI No.1, Januari 2016

dilakukan oleh pedagang-pedagang besar yang membuka beberapa cabang di luar negeri. Barang-barang yang diimpor kemudian disalurkan kepada masyarakat melalui agen penyalur perusahaan mereka sendiri atau melalui langganan tetap mereka.

yang menunjang keberhasilan pedagang etnis Cina ialah; pertama , tumbuhnya mobilitas idealisme dalam bentuk untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih baik daripada yang mereka peroleh selama ini. Kedua, untuk menjawab tantangan itu, ajaran itu, ajaran Konfusianisme memberikan saluran guna merumuskan

Faktor-faktor

pandangan-pandangannya tentang dunia sebab pada dasarnya ajaran Konfusianisme lebih banyak mengatur

56 Penjual Minuman Tebu Tahun 1915 hubungan horizontal dan memberikan landasan moral bagi lembaga horizontal

tersebut. Ketiga, pandangan tentang dunia Seperti telah disebutkan diatas

tersebut ternyata meberikan peluang bagi perdagangan perantara pada umumnya

munculnya etos kerja seperti keuletan dikuasai oleh golongan Timur Asing dan

mereka dalam berusaha, rajin, tekun dan pribumi, namun dalam hal ini yang paling

giat bekerja. Keempat, adanya modal yang menonjol adalah etnis Cina. Mengapa

cukup dan juga disebabkan karena faktor- perdagangan perantara didominasi etnis

faktor lain yang berasal dari pihak pribumi Cina? Kalau kita lihat pada kenyataannya

dan pemerintah Hindia Belanda. Dari pihak orang Indonesia umumnya khususnya

pribumi misalnya saja kurangnya modal orang Jawa itu sangat sedikit yang memiliki

pedagang pribumi sehingga mereka sukar jiwa dagang. Kebanyakan dari mereka

bersaing dengan pedagang Cina. Kelima, adalah petani yang kebutuhannya tidak

pedagang-pedagang Cina hanya dapat seberapa besar itu dicukupinya sejauh

mengembangkan usahanya di daerah- mungkin dengan usaha sendiri sehingga

daerah yang penduduknya lebih condong hampir-hampir tidak berkembang suatu

57 untuk bercocok tanam. Keenam, faktor dari golongan pedagang. pemerintah Hindia Belanda antara lain

adalah memberi kedudukan lebih tinggi menjadi penyalur barang-barang yang

kepada golongan non pribumi (Cina) diimpor oleh perusahaan Belanda, mereka

daripada golongan pribumi. 58 juga mengimpor barang-barang kerajinan

Pengaruh dalam masyarakat Indonesia, dari Siam. Impor beras dari Siam dan

bagaimanapun pedagang-pedagang Cina barang-barang kerajinan dari Cina terutama

itu beroperasi dalam segala sendi

56 www.kitlv.nl diakses pada : 26 Desember 2014. 58 Seminar Sejarah Nasional IV, Sub Tema 57 “Apakah

Pertumbuhan Ekonomi Bangsa pedagang?”Peroendingan, 25 November 1936, h.

Indonesia . (Jakarta: DEPDIKBUD Direktorat 10.

Sejarah dan Nilai Tradisional, 1991), h. 207.

Akhmad Yusuf : Dinamika Ekonomi … 99

kehidupan di Indonesia. Pengaruh tersebut menampilkan pertunjukkan seni dari negeri dapat ditelusuri melalui kebijakan ekonomi

asalnya, yaitu Hadhramaut atau Timur dan politik pemerintah Hindia Belanda dan

Banyak orang menyukai kemudian memusatkan perhatian terhadap

Tengah.

penampilan mereka dan menyebutnya akibat-akibat

sebagai Komedi Bangsawan. Seperti yang Kebijakan ekonomi pemerintah Hindia

yang

ditimbulkannya.

dikatakan oleh Alwi Shihab, karena Belanda di satu pihak mendukung

kesenian ini awal mulanya muncul dari masuknya modal-modal swasta Belanda di

Istana-istana bangsawan. Seperti Istana bidang 60 perkebunan, pertambangan, Deli di Medan, dan Istana Siak di Riau.

transportasi, industri, sedangkan dipihak Lama-lama sandiwara ini berkembang, lain menjadikan pedagang-pedagang etnis

penontonnya selalu membludak. Shahab Cina sebagai sarana untuk melakukan

terpikir juga untuk penetrasi ke dalam masyarakat Indonesia.

bersaudara

mengembangkan bisnis di Batavia. Mereka Penetrasi dengan memakai pedagang

membangun pertokoan di sepanjang jalan golongan etnis Cina itu tampaknya

menuju teater. Bahkan mereka membuka bertujuan untuk melumpuhkan basis

bioskop di gedung yang sama pada 1930- perekonomian sabagai sarana mobilitas

an. Ini bisnis baru bagi keturunan Arab di vertikal dari masyarakat Indonesia

Batavia. Mereka mendobrak dominasi terutama di Jawa. Perdagangan sebagai

pengusaha Tionghoa.Bioskop itu namanya basis mobilitas memungkinkan timbulnya

Alhambra, yang didirikan oleh tiga orang kelas menengah yang mempunyai

bersaudara dari keluarga Shahab: Sayid kesempatan

Idrus, Sayid Syehan, dan Sayid Abubakar. pembaharuan atau perubahan sosial politik

untuk

mengadakan

Bioskop itu hampir seluruhnya memutar menggantikan struktur sosial yang

film-film dari Mesir. Berbeda dengan monolistik, priyayi dan wong cilik. 59 Dari

bioskop lain yang sering memutar film kenyataan yang ditemukan kelas pedagang 61 Tiongkok dan Barat.

dari kalangan pribumi itu kebanyakan Urusan impor film bukan masalah berasal dari kalangan Islam yang tersebar di

besar, Shahab bersaudara punya jaringan sepanjang pantai Pulau Jawa. Dengan

sampai ke Mesir. Film-film itu ternyata demikian pengaruh pedagang Cina itu

memikat warga Betawi, yang datang hampir dapat dikatakan meluas ke seluruh