TA : Pembuatan Film Extreme Road Movie Berjudul "The Power Of Love".

(1)

TUGAS AKHIR

Nama : Haekal Ridho Afandi

NIM : 09.51016.0023

Program Studi : DIV Komputer Multimedia

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA


(2)

Karsam, MA., Ph.D. dosen pembimbing 1 Thomas Hanandry D., M.T. dosen pembimbing 2

1

Program DIV Komputer Multimedia Kata Kunci: Film, Extreme, Road Movie, Cinta, Persahabatan, Keluarga

Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan Tugas Akhir ini adalah dapat membuat film bergenre road movie. Film ini menggunakan extreme view yang berisi informasi dan mengabadikan keindahan tempat yang dilalui oleh seseorang dalam perjalanannya. Film ini menggunakan metode kualitatif.

Dalam film ini cerita yang diangkat adalah kisah perjalanan seseorang. Hal ini dilatar belakangi oleh kebiasaan sehari-hari ketika pulang kampung atau mudik, mereka kurang memperhatikan keindahan alam yang mereka lalui. Padahal banyak tempat wisata yang memiliki nilai-nilai budaya dan ciri khas yang unik serta panorama yang indah, sepanjang jalan yang dilalui. Sebenarnya selain pulang kampung mereka juga bisa sambil berwisata.

Film adalah rangkaian gambar yang bergerak membentuk suatu cerita yang biasa disebut movie atau video media. Film mempunyai beberapa fungsi diantaranya adalah menjadi media ekspresi artistik, yaitu menjadi alat bagi seniman-seniman film (sineas) untuk mengutarakan ide lewat suatu wawasan keindahan.

Road movie bisa menjadi rekaman perjalanan yang menarik bagi penonton, karena salah satu kelebihan genre road movie yaitu dapat menonjolkan keindahan dan budaya beberapa tempat secara langsung dengan tidak menimbulkan kesan bahwa itu semua hanya tempelan karena lebih baik jika langsung shooting ditempat yang diinginkan dari pada menyeting tempat menyerupainya aslinya.

Dengan pembuatan tugas akhir film yang bergenre road movie ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas perfilman di Indonesia supaya lebih berkembang dan mengalami peningkatan kualitas baik dalam hal teknik maupun konsep, serta dapat memperlihatkan kekayan alam di kota-kota seluruh Indonesia, dapat juga sebagai ajang untuk promosi wisata kota sebagai keindahan kebudayaan ke seluruh dunia.


(3)

xi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... . xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Batasan Masalah ... 4

1.4 Tujuan ... 5

1.5 Manfaat ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

2.1 Film ... 6

2.2 Jenis Film dan Genre Film ... 7

2.3 Struktur Road Movie ... 9

2.4 Film Genre Adventure ... 11

2.5 Angle ... 13

2.6 Tipe Angle Kamera ... 13

2.7 Macam-Macam Angle Kamera ... 14

2.8 Extreme Angle ... 20 Halaman


(4)

xii

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA ... 34

3.1 Metodologi ... 34

3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.3 Teknik Analisis Data ... 42

3.4 Perancangan Karya ... 43

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA ... 57

4.1 Pra Produksi ... 57

4.2 Produksi ... 61

4.2 Pasca Produksi ... 64

BAB V PENUTUP ... 79

5.1 Kesimpulan ... 79

5.2 Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80

BIODATA PENULIS ... 84


(5)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Normal Angle ... 15

Gambar 2.2 High Camera Angle ... 16

Gambar 2.3 Low Angle ... 16

Gambar 2.4 Bird Eye View ... 17

Gambar 2.5 Subjective Camera Angle ... 17

Gambar 2.6 Objective Camera Angle ... 18

Gambar 2.7 Extreme Angle ... 18

Gambar 2.8 Extreme Angle ... 19

Gambar 2.9 Extreme Angle ... 19

Gambar 2.10 Extreme Angle ... 19

Gambar 2.11 Close Up ... 21

Gambar 2.12 Medium Close Up ... 21

Gambar 2.13 Big Close Up ... 22

Gambar 2.14 Extreme Close Up ... 22

Gambar 2.15 Medium Shot ... 23

Gambar 2.16 Knee Shot ... 23

Gambar 2.17 Full Shot ... 24

Gambar 2.18 Total Shot ... 24

Gambar 2.19 Establish Shot ... 25

Gambar 2.20 One Shot ... 25

Gambar 2.21 Over Shoulder Shot ... 26 Halaman


(6)

xiv

Gambar 2.22 Over The Shoulder Shot ... 26

Gambar 2.23 Long Shot ... 27

Gambar 2.24 Extreme Long Shot ... 27

Gambar 2.25 Medium Long Shot ... 28

Gambar 2.26 Extreme Wide Shot ... 29

Gambar 2.27 Very Wide Shot ... 29

Gambar 2.28 Wide Shot ... 30

Gambar 3.1 poster Punk In Love ... 37

Gambar 3.2 poster 5 cm ... 38

Gambar 3.3 penarikan kesimpulan ... 43

Gambar 3.4 Bagan perancangan ... 44

Gambar 3.5 Storyboard “The Power of Love” ... 48

Gambar 3.6 Sketsa Pin “The Power of Love” ... 48

Gambar 3.7 Sketsa Poster “The Power of Love”... 48

Gambar 4.1 pra produksi ... 55

Gambar 4.2 Pemeran Evan ... 57

Gambar 4.3 Pemeran Andin ... 57

Gambar 4.4 Pemeran Dipa ... 58

Gambar 4.5 Proses reading pemain ... 59

Gambar 4.6 Proses pengambilan gambar ... 59

Gambar 4.7 Proses penataan stock shoot ... 63

Gambar 4.8 Proses Colour Grading ... 64


(7)

xv

Gambar 4.10 Proses rendering ... 65

Gambar 4.11 Scene 02 ... 66

Gambar 4.12 Scene 04 ... 66

Gambar 4.13 Scene 07 ... 67

Gambar 4.14 Scene 10 ... 67

Gambar 4.15 Scene 12 ... 68

Gambar 4.16 Scene 14 ... 68

Gambar 4.17 Scene 15 ... 69

Gambar 4.18 Scene 22 ... 69

Gambar 4.19 Scene 24 ... 70

Gambar 4.20 Scene 25 ... 70

Gambar 4.21 Scene 27 ... 71

Gambar 4.22 Scene 27 ... 71

Gambar 4.23 Scene 28 ... 72

Gambar 4.24 Desain Pin ... 73

Gambar 4.25 Desain pada Botol ... 73

Gambar 4.26 Desain Stiker ... 73

Gambar 4.27 Desain pada Baju ... 74


(8)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data Informan ... 39 Tabel 3.2 Analisis STP ... 46 Tabel 3.3 Analisis Konsep Cerita ... 47


(9)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Storyboard ... 82 Lampiran 2. Skenario ... 92


(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan Tugas Akhir ini adalah dapat membuat film bergenre road movie. Film ini menggunakan extreme view yang berisi informasi dan mengabadikan keindahan tempat yang dilalui oleh seseorang dalam perjalanannya. Hal ini dilatar belakangi oleh alumni program studi DIV Komputer Multimedia dari angkatan 2007 hingga kini belum ada yang membuat Tugas Akhir Fim bergenre Road Movie. Selain itu setelah penulis mencari data tentang genre film dari tahun 1990 hingga sekarang hanya ada 5 film (http://filmindonesia.or.id). Data tersebut seperti pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Genre fim road movie

No. Tahun Tayang Jumlah Film Umum Jumlah Film road movie

1 1990 110 1

2 1991 60 0

3 1992 31 0

4 1993 25 0

5 1994 33 0

6 1995 21 0

7 1996 34 0

8 1997 31 0

9 1998 4 0

10 1999 4 0

11 2000 11 0

12 2001 3 0

13 2002 14 0

14 2003 15 0

15 2004 33 0

16 2005 25 0


(11)

18 2007 52 0

19 2008 89 0

20 2009 84 1

21 2010 86 0

22 2011 86 0

23 2012 85 2

Dari data pada tabel 1.1, bisa dijelaskan bahwa genre road movie dalam sinema Indonesia terhitung sedikit. Contoh yang beredar adalah “Rayya” dan “Mama Cake”. Tahun 2006 ada Tiga Hari untuk Selamanya” karya Riri Riza. Tahun 1990 ada “Cinta dalam Sepotong Roti” karya Garin Nugroho. Dari data ini maka penulis akan membuat film bergenre road movie. Dalam film ini cerita yang diangkat adalah kisah perjalanan seseorang. Hal ini dilatar belakangi oleh kebiasaan sehari-hari ketika pulang kampung atau mudik, mereka kurang memperhatikan keindahan alam yang mereka lalui. Padahal banyak tempat wisata yang memiliki nilai-nilai budaya dan ciri khas yang unik serta panorama yang indah, sepanjang jalan yang dilalui. Sebenarnya selain pulang kampung mereka juga bisa sambil berwisata.

Berwisata merupakan salah satu bentuk kegiatan perjalanan yang sering dilakukakan oleh sebagian orang yang gemar berpergian ke tempat-tempat wisata tertentu yang diyakininya tempat tersebut sangat menarik untuk dikunjungi. Bagi mereka yang gemar berwisata, tentunya tempat-tempat tersebut akan selalu diingat dalam pikiran mereka karena tempat tersebut adalah bagian dari tujuan kunjungan mereka. Namun, hal ini akan menjadi berbeda ketika kondisi ini diberikan kepada mereka yang tidak menikmati sebuah perjalanan ketika hendak berwisata. Tanpa disadari mereka telah melewati tempat-tempat yang menjadi


(12)

jalur utama mereka dan cenderung tidak peduli dengan apa yang terjadi pada keadaan di sekitarnya. Padahal di setiap tempat yang mereka lewati terdapat cerita sejarah yang unik di setiap tempat dan ciri khas yang berbeda-beda. Kisah perjalanan ini dapat diabadikan dalam bentuk film.

Menurut Javandalanta (2011: 1) film adalah rangkaian gambar yang bergerak membentuk suatu cerita yang biasa disebut movie atau video media. Film mempunyai beberapa fungsi diantaranya adalah menjadi media ekspresi artistik, yaitu menjadi alat bagi seniman-seniman film (sineas) untuk mengutarakan ide lewat suatu wawasan keindahan.

Kemampuan para sineas untuk membuat film sangat luas. Film yang dibuat oleh para sineas seharusnya bukan sekedar barang dagangan, barang pertunjukkan atau hanya barang seni, melainkan juga karya ekspresi diri sebagai hasil penjelajahan dan pergulatan terhadap kehidupan manusia sebagai pelestarian nilai-nilai budaya Indonesia. Selain itu genre film yang dibuat juga harus berkembang, salah satunya adalah genre road movie.

Road movie bisa menjadi rekaman perjalanan yang menarik bagi penonton, karena salah satu kelebihan genre road movie yaitu dapat menonjolkan keindahan dan budaya beberapa tempat secara langsung dengan tidak menimbulkan kesan bahwa itu semua hanya tempelan (Editorpilem, 2011), karena lebih baik jika langsung shooting ditempat yang diinginkan dari pada menyeting tempat menyerupai aslinya.

Dengan pembuatan tugas akhir film yang bergenre road movie ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas perfilman di Indonesia supaya lebih


(13)

berkembang dan mengalami peningkatan kualitas baik dalam hal teknik maupun konsep, serta dapat memperlihatkan kekayan alam di kota-kota seluruh Indonesia, serta sebagai ajang untuk promosi wisata kota sebagai keindahan kebudayaan ke seluruh dunia.

Maka dalam tugas akhir ini diambil judul Pembuatan Film Extreme Road Movie Berjudul “THE POWER OF LOVE”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah dalam pembuatan film ini, yaitu:

1. Bagaimana menggabungkan film bergenre road movie dengan extrime view? 2. Bagaimana membuat film yang dapat memberikan informasi dan

mengabadikan kisah perjalanan seorang anak mencari bapak kandungnya dari Surabaya ke Ngawi dan tersesat sampai ke Yogyakarta?

1.3 Batasan Masalah

Dalam tugas ahir ini, agar masalah tidak meluas maka yang dikerjakan hanya berfokus pada:

1. Membuat film bergenre road movie yang dapat mengabadikan kisah perjalanan seorang anak mencari bapak kandungnya dari Surabaya ke Ngawi dan tersesat sampai Yogyakarta.


(14)

1.4Tujuan

Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan yang dicapai pada Tugas Akhir ini adalah:

1. Membuat film bergenre road movie yang dapat mengabadikan kisah perjalanan seorang anak mencari bapak kandungnya dari Surabaya ke Ngawi dan tersesat sampai Yogyakarta.

2. Menggabungkan film road movie dengan extreme view. 3. Meningkatkan kemampuan penulis dalam membuat film.

1.5Manfaat

Tugas Akhir ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1. Mengimplementasikan ilmu yang diperoleh selama belajar di Program Studi DIV Komputer Multimedia STIKOM Surabaya.

2. Menjadi sarana mahasiswa untuk belajar mengeksperimen teknik membuat film.


(15)

6 2.1Film

Istilah film awalnya dimaksudkan untuk menyebut media penyimpanan gambar atau biasa disebut Celluloid, yaitu lembaran plastik yang dilapisi oleh Emulsi (lapisan kimiawi peka cahaya). Bertitik tolak dari situ, maka film dalam arti tayangan audio-visual dipahami sebagai potongan-potongan gambar bergerak. Kecepatan perputaran potongan-potongan gambar itu dalam satu detik adalah 24 gambar (24-25 frame per second/fps). Berdasarkan banyak pengertian “film” semuanya mengerucut pada suatu pengertian yang universal (Javandalasta, 2011:1).

Selanjutnya Javandalasta (2011:1) menjelaskan bahwa film adalah rangkaian gambar yang bergerak membentuk suatu cerita atau juga biasa disebut Movie atau Video. Film, secara kolektif, sering disebut „Sinema‟. Gambar-hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan, dan juga bisnis, yang diperankan oleh tokoh-tokoh sesuai karakter direkam dari benda/lensa (kamera) atau animasi. Ada banyak sekali keistimewaan media film, diantaranya:

1. Film dapat menghadirkan pengaruh emosional yang kuat, sanggup menghubungkan penonton dengan kisah-kisah personal.

2. Film dapat mengilustrasi kontras visual secara langsung.

3. Film dapat berkomunikasi dengan para penontonnya tanpa batas menjangkau luas ke dalam prespektif pemikiran.


(16)

4. Film dapat memotifasi penonton untuk membuat perubahan.

5. Film dapat sebagai alat yang mampu menghubungkan penonton dengan pengalaman yang terpampang melalui bahasa gambar (Javandalasta, 2011:1).

Menurut Tim Dirks (Cinema In Edutech, 2011) film adalah media komunikasi massa yaitu alat penyampaian berbagai jenis pesan dalam peradaban modern ini. Film menjadi media ekspresi artistik, yaitu menjadi alat bagi seniman-seniman film untuk mengutarakan ide lewat suatu wawasan keindahan. Kemampuan film mengungkapkan sesuatu benar-benar tak terbatas, apresiasi yang seimbang dapat menempatkan pandangan. Seharusnya film bukan sekedar barang dagangan, atau hanya barang seni, melainkan juga karya ekspresi kebudayaan sebagai hasil penjelajahan dan pergulatan terhadap kehidupan manusia, tetapi sekarang yang terjadi kenyataannya lain atau justru sebaliknya.

Penuturan film adalah sebuah rangkaian dari kesinambungan citra (image) yang berubah yang menggambarkan kejadian-kejadian dari skenario-sekenario film cerita dilengkapi dengan tipe dari shot yang dibutuhkan untuk tiap adegan dalam suatu sequence (Joseph, 1986: 6).

2.2 Jenis Film dan Genre Film

Menurut Panca Javandalasta (2011: 2-3), secara umum jenis film dikelompokkan menjadi:


(17)

Dokumenter adalah sebutan yang diberikan untuk film pertama karya Lumire Bersaudara yang berkisah tentang perjalanan (travelogues) yang dibuat sekitar tahun 1980-an.

2. Film Panjang (Feature-Length Films)

Film panjang adalah film cerita fiksi yang berdurasi lebih dari 60menit. Umumnya berkisar antara 90-100 menit.

3. Film Cerita Pendek (Short Films)

Kalau dalam karya tulis kita mengenal adanya cerita pendek atau cerpen, maka di dalam dunia perfilman dikenal juga yang namanya film pendek. Yang dimaksud film pendek di sini artinya sebuah karya film cerita fiksi yang berdurasi kurang dari 60 menit.

Genre film menurut (Cinema In Edutech: 2011) antara lain :

1. Film Laga (Action), Film ini biasanya berisi adegan-adegan berkelahi yang menggunakan kekeuatan fisik atau supranatural. Dari sini bisa didapat turunan genre seperti; Girls with gun movie, Heroic Bloodshet, dan lainnya. 2. Film Komedi (Comedy), Unsur utama dalam film ini adalah komedi yang

kadang tidak memperhatikan logika cerita. Dari sini didapat turunan genre seperti; Anarchic Comedy, Comedy Horor, Comedy of Remarriage atau komedi drama.

3. Film Kriminal (Crime), Jenis film ini berfokus pada kehidupan seorang pelaku kriminal. Biasanya yang diangkat adalah para kriminal kelas dunia yang telah melegenda. Dari sini baru bisa didapat turunan genre seperti ; Crimme Thrillers, film Noir, dan lainnya.


(18)

4. Film Dokumenter (Documentary), Jenis film dokumenter biasanya lebih dikategorikan sebagai film yang memotret suatu kisah secara nyata tanpa dibungkus suatu karakter atau setting fiktif. Dari sini bisa didapat turunan genre seperti; Docu Drama, Doku Fiction, dan lainnya.

5. Film Fantasy (Fantacy), Jenis film ini biasanya didominasi oleh situasi yang biasa atau cenderung aneh. Misalnya cerita-cerita tentang ilmu sihir, naga dan kehidupan peri. Dari sini bisa didapat turunan genre seperti ; High Fantasy, sword, dan sorcery.

6. Film Horor (Horror), Jenis film ini menghibur penontonnya dengan mengaduk-aduk rasa takut dan ngeri. Ceritanya selalu melibatkan kematian dan alam gaib. Dari sini bisa didapat turunan genre seperti; Cannibal Movie, J-Horror, K-Horror.

7. Film Petualangan (Adventure), Jenis film ini biasanya berisi tentnag cerita seorang tokoh yang melakukan perjalanan, memecahkan teka-teki, atau bergerak dari titik A ke titik B sepanjang film. Dari sini dapat didapatkan turunan genre ; Road movie.

2.3 Genre Film Adventure

Film Adventure adalah cerita menarik, dengan pengalaman baru atau new experiences. Film petualangan yang sangat mirip dengan genre film action, dalam arti bahwa mereka dirancang untuk memberikan tindakan penuh, pengalaman energik untuk penonton film. Dari pada penekanan dominan pada kekerasan dan pertempuran yang ditemukan dalam film aksi, namun, penampilan film Adventure


(19)

bisa hidup melalui perjalanan, penaklukan, eksplorasi, penciptaan kerajaan, perjuangan dan situasi yang dihadapi karakter utama, tokoh-tokoh sejarah yang sebenarnya atau protagonis. Film Adventure yang dimaksudkan untuk menarik terutama untuk laki-laki, membuat laki-laki bintang utama heroik selama bertahun-tahun. Para pahlawan pemberani, patriotik, atau altruistik sering berperang karena keyakinan mereka, berjuang untuk kebebasan, atau mengatasi ketidakadilan.

Film petualangan dapat menyertakan film serial dan kacamata sejarah (mirip dengan genre film epos), pencarian atau ekspedisi untuk benua yang hilang, "hutan" dan "padang pasir" epos, berburu harta karun, dan quests, bencana film, dan perjalanan heroik atau mencari yang tidak diketahui. Film petualangan sering diatur dalam suatu periode sejarah, dan mungkin termasuk cerita diadaptasi dari pahlawan petualangan sejarah atau sastra (Robin Hood, Tarzan, dan Zorro misalnya), raja, pertempuran, pemberontakan, atau pembajakan menurut web filmsite.com, turunannya dari Adventure adalah Road Movie (anneahira.com/ jenis-jenis-film.htm).

Road Movie menurut web tentang genre film dan turunan (Filmsite, 2012), dijelaskan bahwa satu hal yang mereka semua miliki kesamaan: sebuah perjalanan episodic atau quest di jalan terbuka (atau jejak yang belum ditemukan), untuk mencari melarikan diri atau untuk terlibat dalam pencarian untuk beberapa jenis tujuan, baik tujuan yang berbeda atau pencapaian cinta, kebebasan, mobilitas, penebusan, menemukan atau menemukan kembali (psikologis atau spiritual). Jalan sering difungsikan sebagai ajang pengujian atau ajang pembuktian bagi


(20)

karakter utama. telah menjadi pokok dari film-film Amerika dari awal, dan telah berkisar di genre dari Western, komedi, gangster/kejahatan film, drama, dan film action-adventure.

Dari pemjelasan di atas dapat disimpulkan road movie adalah genre film yang dimana sang karakter utama melakukan perjalanan tetapi perbedanya dengan film adventure adalah konflik di dalam film tersebut, maksudnya road movie menggunakan action hanya sebagai penunjang untuk menyelesaikan masalahnya sedangkan adventure hampir dari seluruh film pasti ada adegan action-nya.

2.4 Struktur Road Movie

Seperti yang diketahui, salah satu ciri road movie yang paling kuat adalah cerita berlangsung dalam sebuah perjalanan dan selalu menyinggung tentang realita yang ada di sekitar yang lagi hangat-hangatnya. Menurut Hendra Veejay dalam web (http:// www.editorpilem.com) dijelaskan bahwa ada pola-pola standar yang biasa dipakai dalam film berjenis ini, antara lain:

1. Setelah bertemu dengan tujuannya, tokohnya akan pulang dan menerapkan segala hal yang ditemuinya di perjalanan untuk hidup selanjutnya.

2. Pada akhir perjalanan, tokoh justru menemukan rumah baru dan mendiami tempat itu.

3. Perjalanan terus berlangsung tanpa akhir.

4. Dalam perjalanan, tokoh menemukan fakta bahwa dia tidak bisa pulang, maka dia memilih mati.


(21)

Dengan struktur standar seperti ini, maka sebenarnya genre road movie tidak terbatas pada film yang menunjukkan perjalanan si tokoh dengan mobil saja, sebab yang penting adalah perjalanannya itu sendiri, di sini sudah tidak penting kendaraan apa yang digunakan si tokoh. Atau kalau mengacu pada kalimat para penggemarnya, film ini biasa digambarkan dengan : "This isn’t about the destination, this is about the journey". Beberapa contoh genre road movie yang terkenal adalah : The Wizard of Oz (sutradara Victor Fleming pada tahun 1939), Apocalypse Now (sutradara Francis Ford Coppola pada tahun 1979, Dumb and Dumber (sutradara Peter Farelly pada tahun 1994), Saving Private Ryan (sutradara Steven Spielberg pada tahun 1998), The Dream Catcher (sutradara Edward A. Radtke pada tahun 1999), Children of Men (sutradara Alfonso Cuaron pada tahun 2006).

Dalam road movie mobilitas merupakan elemen kunci, tak saja mobilitas perjalanan protagonis, tapi juga identitas bangsa dan budaya di sekitar protagonis. Konon, para eksekutif Hollywood baru sadar akan potensi road movie ketika Bonnie and Clyde dan Easy Rider sukses di akhir 60an. Padahal, kisah-kisah perjalanan sudah ada di Hollywood sejak tahun 30an, baik dalam wujud film kriminal, drama, roman, hingga komedi. Negara seluas Amerika Serikat memiliki kekayaan budaya dan alam, yang sangat ideal apabila dimasukkan ke dalam film. Tak heran kalau kemudian road movie dianggap menjadi genre tersendiri di sana (filmindonesia.or.id).


(22)

2.5 Angle

Sebuah film terbentuk dari sekian banyak shot (Imanjaya, 2006: 4). Tiap shot membutuhkan penempatan kamera pada posisi yang paling baik bagi pandangan penonton, bagi tata set dan action pada suatu saat tertentu dalam perjalanan cerita. Menempatkan kamera pada suatu posisi menentukan angle dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Pemecah-mecahan sekian banyak problema dalam memilih angle kamera, mungkin bisa dicapai melalui suatu analisa yang mendalam dari tuntutan cerita. Melalui pengalaman, keputusan penentuan angle demikian itu dapat dibuat hanya secara intuitif saja. Angle kamera menentukan sudut pandang penonton serta wilayah yang bisa diliput pada suatu shot. Tiap kali kamera akan dipindahkan ke “setup” yang baru, dua pertanyaan harus dijawab: 1. Apa sudut pandang terbaik untuk memfilemkan adegan atau kejadian ini? 2. Berapa banyak wilayah yang harus disertakan didalam shot ini?

Pemilihan angle kamera yang seksama akan bisa mempertinggi visualitas drama dari cerita. Pemilihan sudut pandang kamera secara serabutan bisa merusak atau membingungkan penonton dengan pelukisan adegan sedemikian rupa hingga maknanya sulit difahami. Sebab itu, memilih angle kamera merupakan faktor yang amat penting dalam membangun sebuah gambar dariinteres yang berkesinambungan (Biran, 1986: 4).

2.6 Tipe Angle Kamera

Tipe angle kamera dibagi jadi dua yaitu: 1. Angle kamera objektif


(23)

Kamera objektif adalah melakukan penembakan dari garis sisi titik pandang. Penonton menyaksikan peristiwa dilihatnya melalui mata pengamat yang tersembunyi, seperti mata seseorang yang mencuri pandang. Juru kamera dan sutradara seringkali dalam menata kemera objektifnya menggunakan titik pandang penonton. Karena peristiwa yang mereka sajikan dilayar putih bukan sudut pandang siapapun yang berada dalam adegan film, maka kamera objektif tidak mewakili siapapun. Orang yang di filmkan akan nampak tidak menyadari adanya kamera dan tidak pernah memandang ke arah lensan (Biran, 1986: 9).

2. Angel kamera subjektif

Kamera subjektif membuat perekaman film dari titik pandang seseorang. Penonton berpartisipasi dalam peristiwa yang disaksikanya sebagai pengalaman pribadinya. Penonton ditempatkan di dalam film, baik dia sendiri sebagai peserta aktif, atau bergantian tempat dengan seseorang pemain dalam film dan menyaksikan kejadian yang berlangsung melalui matanya. Penonton juga dilibatkan dalam film, manakala seseorang pelaku dalam adegan memandang ke lensa yakni karena terjadi hubungan pemain dan penonton melalui pandang memandang (Biran, 1986: 10).

2.7 Macam-Macam Angle Kamera

Ada berbagai macam sudut pandang berdasarkan posisi kamera terhadap subjek. Angle adalah sudut pengambilan gambar. Istilah angle ini berlaku baik dalam pengambilan gambar foto maupun video. Penentuan angle secara tepat akan


(24)

menghasilkan shot yang baik. Angle dapat mempengaruhi emosi dan psikologi penonton, karena shot yang dihasilkan bisa bersifat objektif dan subjektif (Biran, 1986: 8), sebagai berikut:

1. Normal Angle

Normal angle atau eye level adalah sudut standar atau normal. Pada sudut ini, kamera diletakkan sejajar dengan objek. Efek yang ditimbulkan dari sudut pandang ini adalah pandangan normal atau seperti kita melihat langsung ke objek dengan mata kita (Imanjaya, 2006).

Gambar 2.1 Normal Camera Angle (Sumber: dokumen pribadi) 2. High Camera Angle

High angle dipakai ketika kita mengambil gambar dari sudut tinggi. Letak kamera lebih tinggi dari pada objek sehingga kamera menunduk ke bawah. Angle ini menimbulkan efek kecil atau luas. Apabila pada model, maka wajah akan tampak lebar dan kaki kecil (Imanjaya, 2006).


(25)

Gambar 2.2 High Camera Angle (Sumber: http://thebeginnerslens.com) 3. Low Camera Angle

Low angle dipakai ketika kita mengamnbil gambar dari sudut rendah. Letak kamera berada dibawah objek (point of interest). Efek yang ditimbulkan dari sudut pandang ini adalah kesan besar atau raksasa (Imanjaya, 2006).

Gambar 2.3 Low Camera Angle (Sumber: http://ernalina.wordpress.com/) 4. Bird Eye View

Bird eye dipakai ketika kita mengambil gambar dari sudut super tinggi dan jarak jauh. Biasanya dipakai ketika ingin mendapatkan efek keramaian


(26)

(keramaian di pasar misalnya) atau luas (gurun). Untuk mendapatkan gambar seperti ini, perlu berada di tempat yang tinggi (puncak gunung, bukit) atau bila dalam video biasa memakai helicopter atau jimmy jeep. Efek ini disebut bird eye karna gambar yang di dapat seperti penglihatan burung ketika terbang diangkasa (Imanjaya, 2006).

Gambar 2.4 Bird Eye View (Smber: http://www.77agency.com) 5. Subjective Camera Angle

Subjective Camera Angle adalah tehnik pengambilan di mana kamera berusaha melibatkan penonton dalam peristiwa. Seolah-olah lensa kamera sebagai mata si penonton atau salah satu pelaku dalam adegan (Imanjaya, 2006).

Gambar 2.5 Subjective Camera Angle (Sumber: http://productionrepublic.co.ke)


(27)

6. Objective Camera Angle

Objective Camera Angle adalah tehnik pengambilan di mana kamera menyajikan sesuai dengan kenyataannya (Imanjaya, 2006).

Gambar 2.6 Objective Camera Angle (Sumber: http://dcairns.wordpress.com/) 7. Extreme Angle

Extreme Angle adalah penempatan kameradan lebih khusus, penggunaan dan dampak dari sudut film yang ekstrim (Imanjaya, 2006).

Gambar 2.7 Extreme Angle (Sumber: http://photo.net/)


(28)

Gambar 2.8 Extreme Angle (Sumber: http://www.densecrack.com)

Gambar 2.9 Extreme Angle

(Sumber: http://j-haynesphotography.blogspot.com)

Gambar 2.10 Extreme Angle


(29)

2.8 Extreme Angle

Ada ratusan cara untuk menyampaikan ide-ide dalam film, dialog hanyalah salah satunya. Setiap sutradara film saat ini memiliki konvensi film mereka yang sangat kuat yang dapat mendorong pengalaman sinematik dari film mereka ke tingkat yang baru. Ini tentang mengambil keuntungan dari potensi yang luar biasa dari cerita media film dan meningkatkan itu dengan seluk-beluk penempatan kamera, komposisi, pencahayaan, gerak, dan mengedit. Beroperasi bahkan pada tingkat sedikit dari bawah sadar, teknik ini pergi jauh dalam memanipulasi emosi dan pengembangan karakter menarik penonton ke tingkat yang lebih tinggi. Salah satu teknik sinematik yang lebih jelas yang difokuskan arsitektur dan film, adalah penempatan kamera dan lebih khusus, penggunaan dan dampak dari sudut film yang ekstrim. Definisi ini akan mengasosiasikan dengan 'ekstrim' kata yang berhubungan dengan sudut pandang kamera adalah: tidak konvensional, cara melihat dunia, dan tidak familiar. Ini mencakup, namun tidak terbatas pada, close-up yang ekstrim, high-angle, low-angle, sudut pandang jelas pada umumnya dan merupakan versi dari bagian dramatik angle (Imanjaya, 2006), semua itu ditunjang dari pengambilan gambar seperti berikut:

1. CU (Close Up)

CU adalah shot yang menampilkan dari batas bahu sampai atas kepala (Imanjaya, 2006).


(30)

Gambar 2.11 CU (Close Up)

(Sumber: http://fotografiprofesional.blogspot.com) 2. MCU (Medium Close Up)

MCU adalah shot yang menampilkan sebatas dada sampai atas kepala (Imanjaya, 2006).

Gambar 2.12 MCU (Medium Close Up) (Sumber: http://thesassyrabbit.blogspot.com)


(31)

3. BCU (Big Close Up)

BCU adalah shot yang menampilkan bagian tubuh atau benda tertentu sehingga tampak besar. Misal : wajah manusia sebatas dagu sampai dahi (Imanjaya, 2006).

Gambar 2.13 BCU (Big Close Up) (Sumber: http://www.pixelwit.com)

4. ECU (Extreme Close Up)

ECU adalah shot yang menampilkan detail obyek. Misalnya mata, hidung, atau telinga (Imanjaya, 2006).

Gambar 2.14 ECU (Extreme Close Up) (Sumber: http://ashannahdixon.wordpress.com)


(32)

5. MS (Medium Shot)

MS adalah pengambilan dari jarak sedang, jika objeknya orang maka yang terlihat hanya separuh badannya saja (dari perut/pinggang keatas) (Imanjaya, 2006).

Gambar 2.15 MS (Medium Shot)

(Sumber: illustratinggraphicnovel.blogspot.com) 6. KS(Knee Shot)

KS adalah pengambilan gambar objek dari kepala hingga lutut (Imanjaya, 2012).

Gambar 2.16 KS (Knee Shot) (Sumber: http://www.aviator.com)


(33)

7. FS (Full Shot)

FS adalah shot yang menampilkan sebatas pinggang sampai atas kepala (Imanjaya, 2006).

Gambar 2.17 FS (Full Shot) (Sumber: http://www.aviator.com)

8. TS (Total Shot)

Shot yang menampilkan keseluruhan obyek (cecep, 2007).

Gambar 2.18 FS (Total Shot) (Sumber: http://willmusic.ca)


(34)

9. ES (Establish Shot)

ES adalah shot yang menampilkan keseluruhan pemandangan atau suatu tempat untuk memberi orientasi tempat di mana peristiwa atau adegan itu terjadi (Imanjaya, 2006).

Gambar 2.19 ES (Establish Shot) (Sumber: http://filmandtvtvac.blogspot.com) 10. 1S (One Shot)

IS adalah pengambilan gambar satu objek (Imanjaya, 2006).

Gambar 2.20 1S (One Shot) (Sumber: http://boringpittsburgh.com)


(35)

11. OSS (Over Shoulder Shot)

OSS adalah pengambilan gambar dimana kamera berada di belakang bahu salah satu pelaku, dan bahu si pelaku tampak atau kelihatan dalam frame. Obyek utama tampak menghadap kamera dengan latar depan bahu lawan main (Imanjaya, 2006).

Gambar 2.21 OSS (Over Shoulder Shot) (Sumber: http://raisedonhd.wordpress.com) 12. OTS (Over The Shoulder Shot)

Shooting Untuk mengambil gambar actor melalui pundak actor yang lain,digunakan ketika para actor saling bertatapan muka satu sama lain. Contoh salah satu actor berbicara kepada actor yang lain sedangkan yang lain mendengarkan (http://webee88.wordpress.com/2009/07/01/videografi-teknik-kamera-video-dan-pengambilan-gambar/).

Gambar 2.22 OTS (Over The Shoulder Shot) (Sumber: http://jackcotton-as-ms.blogspot.com)


(36)

13.LS (Long Shot)

LS adalah shot sangat jauh, menyajikan bidang pandangan yang lebih dekat dibandingkan dengan ELS, obyek masih didominasi oleh latar belakang yang lebih luas (Imanjaya, 2006).

Gambar 2.23 LS (Long Shot)

(Sumber: http://kerstenlcooper.wordpress.com/) 14. ELS ( Extreme Long Shot)

ELS adalah shot sangat jauh, menyajikan bidang pandangan yang sangat luas, kamera mengambil keseluruhan pandangan. Obyek utama dan obyek lainnya nampak sangat kecil dalam hubungannya dengan latar belakang (Imanjaya, 2006).

Gambar 2.24 ELS (Extreme Long Shot)


(37)

15. MLS (Medium Long Shot)

MLS adalah shooting dilakukan dari jarak jauh, tetapi tidak sejauh establish shot. digunakan untuk penekanan terhadap lingkungan sekitar atau setting dalam scene (Agus Rasta, 2011).

Gambar 2.25 MLS (Medium Long Shot)

(Sumber: http://aslukeparker.blogspot.com/2012/09/close-upmediumlong-shots.html)

16. EWS (Extreme Wide Shoot)

Dalam tembakan lebar ekstrim, pandangan ini sangat jauh dari subyek yang terkadang bahkan tidak terlihat. Titik tembakan ini adalah untuk menunjukkan lingkungan subjek. EWS ini sering digunakan sebagai "ditembak membangun". Tembakan pertama dari adegan baru yang dirancang untuk menunjukkan penonton dimana tindakan berlangsung. Hal ini juga berguna dalam adegan dimana tindakan sangat menyebar keluar. Sebagai contoh, dalam sebuah film perang tembakan lebar yang ekstrim dapat menunjukkan skala EWS action. EWS juga dikenal sebagai tembakan panjang tambahan atau tembakan panjang ekstrim (XLS akronim) (Imanjaya, 2006).


(38)

Gambar 2.26 EWS (Extreme Wide Shot) (Sumber: http://wainlqegs.wordpress.com) 17. VWS (Very Wide Shoot)

Tembakan yang sangat luas lebih dekat kesubjek dari sebuah tembakan lebar yang ekstrim, tetapi masih jauh lebih jauh dari pada tembakan lebar. Subjek terlihat di sini tapi hanya (dalam kasus iniitu laki-laki bersandar pagar). Penekanannya sangat banyak pada menempatkan dia dilingkungannya. Hal ini sering bekerja sebagai tembakan membangun, di mana penonton ditunjukkan seluruh pengaturan sehingga mereka dapat menyesuaikan diri. The VWS juga memungkinkan banyak ruang untuk tindakan untuk mengambil tempat, atau untuk beberapa mata pelajaran untuk muncul di layar (Imanjaya, 2008).

Gambar 2.27 EWS (Very Wide Shot) (Sumber: https://quack.varndean.ac.uk)


(39)

18. WS (Wide Shoot)

Dalam tembakan lebar, subjek memakan full frame. Dalam kasus ini, kaki anak itu hampir di bagian bawah frame dan kepalanya hampir di bagian atas. Jelas subjek tidak mengambil seluruh lebardan tinggi frame, karena ini adalah sedekat kita bisa mendapatkan tanpa kehilangan bagian dari dirinya. Jumlah kecil ruangan di atas dan di bawah subjek dapat dianggap sebagai ruang pengaman-Anda tidak ingin memotong bagian atas kepala off. Hal ini juga akan terlihat tidak nyaman jika kaki dan kepalanya berada tepat dibagian atas dan bawah frame. Seperti jenis tembakan banyak, tembakan lebar berarti hal yang berbeda untuk orang yang berbeda. Namun tembakan lebar tampaknya lebih menderita dari berbagai interpretasi dari pada jenis lainnya. Banyak orang mengambil WS untuk berarti sesuatu yang lebih luas (Imanjaya, 2006).

Gambar 2.28 WS (Wide Shot)

(Sumber: http://catsasmedia.wordpress.com/) 19. MS (Mid Shoot)

Tembakan pertengahan menunjukkan beberapa bagian dari subyek secara lebih rinci, sementara masih menunjukkan cukup bagi penonton untuk merasa


(40)

seolah-olah mereka melihat seluruh subyek. MS adalah tepat ketika subjek berbicara tanpa emosi terlalu banyak atau konsentrasi yang intens. Ia juga bekerja dengan baik ketika tujuannya adalah untuk menyampaikan informasi, yang mengapa sering digunakan oleh presenter berita televisi. Sering dilihat cerita dimulai dengan MS dari wartawan (memberikan informasi), diikuti oleh tembakan lebih dekat dari subyek wawancara (memberikan reaksi dan emosi). Selain sebagai tembakan, nyaman emosional netral, tembakan pertengahan memungkinkan ruang untu kgerakan tangan dan sedikit gerakan (Biran, 2006).

Bukan hanya pengambilan shot yang berperan penting dalam film pergerakan kamera juga sangat berpengaruh dalam membuat sebuat film (asiarayustianod usskolastika.wordpress.com), diantaranya sebagai berikut:

1. Pan, Panning

Panning adalah gerakan kamera secara horizontal (mendatar) dari kiri ke kanan atau sebaliknya

a. Pan right (kamera bergerak memutar ke kanan) b. Pan left (kamera bergerak memutar ke kiri) 2. Tilt, Tilting

Tilting adalah gerakan kamera secara vertical,mendongak dari bawah ke atas atau sebaliknya.

a. Tilt up : mendongak ke atas b. Tilt down : mendongak ke bawah


(41)

3. Dolly, Track

Dolly track adalah gerakan di atas tripot atau dolly mendekati atau menjauhi subyek.

a. Dolly in : mendekati subyek b. Dolly out : menjauhi subyek 4. Pedestal

Pedestal adalah gerakan kamera di atas pedestal yang bisa dinaik turunkan. Sekarang ini banyak digunakan Porta-Jip Traveller.

a. Pedestal up : kamera dinaikan b. Pedestal down : kamera diturunkan 5. Crab

Crab adalah gerakan kamera secara lateral atau menyamping, berjalan sejajar dengan subyek yang sedang berjalan.

a. Crab left (bergerak ke kiri) b. Crab right ( bergerak ke kanan) 6. Arc

Arc adalah gerakan kamera memutar mengitari obyek dari kiri ke kanan atau sebaliknya.

7. Framing[In/Out]

Framing adalah gerakan yang di lakukan oleh objek untuk memasuki [in] atau keluar [out] framing shot.


(42)

8. Crane Shot

Crane Shot merupakan gerakan kamera yang di pasang pada alat bantu mesin beroda dan bergerak sendiri bersamaan kameramen,baik mendekati maupun menjauhi objek.

9. Fading[In/Out]

Fading in/ out merupakan pergantian gambar secara perlahan-lahan. Apabila gambar baru masuk mengantikan gambar yang ada di sebut fade in,sedangkan jika gambar yang ada perlahan-lahan menghilang dan di gantikan gambar baru di sebut fade out.

10. Follow

Follow adalah pengambilan gambar di lakukan dengan cara mengikuti objek dalam bergerak searah.

11. Zooming

Zooming adalah gerakan lensa zoom mendekati atau menjauhi obyek secara optic, dengan mengubah panjang fokal lensa dari sudut pandang sempit ke sudutpandang lebar atau sebaliknya.

a. Zoom in : mendekatkan obyek dari long shot ke close up b. Zoom out : menjauhkan obyek dari close up ke long shot


(43)

34

Dalam proses Tugas Akhir ini akan dijelaskan metode yang digunakan dalam pembuatan film yang berjudul The Power Of Love. Proses pembuatan Film berjudul The Power Of Love ini terbagi dalam pengambilan dan pengolahan data serta proses perancangan karya, berikut ini uraian penelitian dari metode yang digunakan.

3.1 Metodologi

Bidang kajian multimedia, boleh dikatakan sebagai disiplin ilmu baru, jika dibanding dengan ilmu-ilmu seni lainnya. Oleh karena itu metode yang dilakukan dalam proses pembuatan Tugas Akhir ini, menggunakan gabungan dari metode-metode yang sudah ada pada ilmu lain.

Pada perkuliahan Metodologi Penelitian oleh Karsam dalam (Yolanda, 2012) dijelaskan bahwa, metode penelitian memiliki ruang yang sangat luas. Dilihat dari jenis penelitian, maka penelitian dapat dibedakan menjadi 3 klasifikasi, yaitu penelitian aplikatif, penelitian maksud, dan penelitian berdasarkan jenis informasi. Pada penelitian aplikatif, terdapat 2 jenis penelitian, yaitu penelitian murni dan terapan. Dalam Tugas Akhir, penulis menggunakan penelitian terapan. Penelitian terapan adalah penelitian yang hasilnya dapat digunakan langsung untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Namun sebagai dasar pemahaman dalam penyelesaian Tugas Akhir ini dibutuhkan pula penelitian berdasarkan jenis informasi dimana di dalamnya terdapat metode penelitian kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif digunakan sebagai dasar


(44)

pemikiran untuk memecahkan masalah yang bersumber pada literatur-literatur. Metode kuantitatif dilakukan untuk menentukan alternative terpilih berdasarkan data kualitatif melalui survey.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan kebutuhan peneliti dalam Pembuatan Film Bergenre Road Movie dengan Extreme Angle Berjudul “THE POWER OF LOVE”, teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data antara lain:

1. Studi Literatur

Studi Literatur merupakan mengambil ilmu dari buku-buku yang mendukung dan sesuai dengan film pendek dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini terutama yang berkaitan dengan road movie. Studi pustaka yang dilakukan adalah melalui buku rujukan mengenai road movie, pembuatan film dan skenario.

Berikut berupakan beberapa buku yang digunakan dalam menyelesaikan Tugas Akhir yaitu:

a. The Road Movie Book (1997) oleh Steven Cohan dan Ina Rae Hark (2010) yang berisi tentang pengetahuan dasar mengenai film dengan genre road movie.

b. 5 hari mahir bikin film (2011) oleh Panca Javandalasta yang berisikan cara dan tahapan membuat film dengan mudah.

c. “Extreme views” (1987) oleh REV. F. F. Trench, A.M., yang berisikan tentang tehnik extreme view.


(45)

d. Angle, kontiniti, editing, close up, komposisi, angle dalam sinematografi (1986) yang berisikan tentang angle, editing, komposisi dan film.

Setelah melakukan studi literature, maka hasil yang didapat dari jurnal

“extreme views: (on religious doctrines)” oleh Jeremy Vineyard adalah

menemukan extreme angle yang merupakan versi dari bagian dramatic yang dibagi menjadi dua yaitu, extreme low angle dan extreme high angle yang digunakan untuk pembuatan film road movie yang merupakan turunan dari genre adventure.

2. Studi Eksisting

Dalam perancangan dan Pembuatan Film Bergenre Road Movie dengan

Extreme Angle Berjudul “THE POWER OF LOVE” peneliti melakukan

studi eksisting, dengan melakukan pengamatan selama 3 bulan sebagai sample pada beberapa film bergenre Road Movie dan Angle pada setiap film tersebut, antara lain:

a. Film Indonesia berjudul Punk in love (2009)

Pada kajian studi eksisting ini, film Indonesia berjudul “Punk in love”

merupakan karya yang akan dikaji. Punk in love merupakan film panjang yang bergenre Road movie. Dipilihnya karya ini karena penggunaan genre yang sama dengan genre pada film pendek yang akan dibuat. Gambar 2.1 merupakan poster dari film “Punk in love”.


(46)

Gambar 3.1 poster Punk In Love (Sumber: http://filmindonesia.or.id)

Pada film ini memperlihatkan perjalanan seorang tokoh utama mencapai tujuan, hanya saja di film ini menambahkan komedi didalamnya.

b. Film Indonesia berjudul 5cm (2013)

5CM. merupakan film yang menceritakan kisah lima sahabat yang mengadakan acara ketika mereka sepakat bertemu lagi. Film ini menggunakan view camera yang tidak biasa dan memperlihatkan pemandangan bromo dengan sangat indahnya. Dimana kamera diletakkan diatas, dibawah, bahkan masuk kedalam air.


(47)

Gambar 3.2 5 cm.

(Sumber: http://filmindonesia.or.id)

Film ini bercerita tentang persahabatan lima orang yang mengalamai kebosanan karena sudah bersahabat selama 10 tahun. Mereka menyepakati sebuah perjanjian dimana selama 3 bulan mereka gak boleh sang bertemu bahkan saling sapa pun tidak di perbolehkan, ketika sudah melewati 3 bulan mereka berlibur di semeru diman tempat mencapai puncaknya itu sangat sulit, dan view yang dipakai sangat extrime dikarenakan memperlihatkan keindahan dan susah payahnya mereka mencapai puncak dan penontok akan di buai dengan angle camera yang sangat memukau.

Setelah melakukan studi eksisting, maka ada beberapa data yang diperoleh. Dalam film “Road Movie” yang merupakan turunan dari genre adventure, data yang diambil adalah mendapatkan alur film yang


(48)

mengisahkan seseorang menuju ke suatu tempat tujuan dan dapat menyelesaikan masalahnya.

Dalam film “5 CM” dan “Punk in love”, data yang bisa diambil adalah perjalanan tempat yang bagus, alur cerita yang menarik tentang sebuah persahabatan menjadi cinta dan pengambilan sudut kamera yang extreme.

3. Wawancara

Metode wawancara ini dilakukan langsung kepada narasumber untuk mendapatkan informasi-informasi lebih dalam mengenai film bergenre Road movie yang berjudul “Pembuatan Film Extreme Road Movie berjudul “THE POWER OF LOVE”’.

Wawancara dilakukan untuk memastikan bahwa data yang didapat dari literatur atau survey sesuai dan dapat dipakai sebagai acuan, data yang mendasari pembuatan film ini yang sesuai dengan judul. Dalam Tugas Akhir ini di lakukan wawancara pada:

Tabel 3.1 Data Informan

No Nama Profesi Keterangan

1. Thomas Hanandry Dewanto, M.T

Dosen Animasi Ruang Animasi 2. Abdul Aziz, S, Sn,. M.

Med.Kom

Dosen fotografi lanjutan

Ruang dosen 3. Sutikno, S.Kom Dosen Fotografi Ruang dosen

4. Bembi Dosen Videografi B401

5. Tosan Dosen Videografi Ruang

Videografi 6. Yuyung Abdi Fotografer Jawapos Seminar

STIKOM 7. Andrew Evan C.,Psi Psikolog Konsultan


(49)

Hasil wawancara dengan Pak Thomas selaku dosen pengajar animasi di ruang animasi grafis di STIKOM Surabaya tanggal 27 September 2012 dan dijelaskan bahwa :

“Dxtreme angle itu kamera yang gak lazim seperti adegan berantem kamera terpasang di tangan jadi seolah2 penonton merasa di pukul atau adegan kissing kamera mungkin di taruh di dalem mulut supaya kelihatan semua rongga mulut atau bisa juga ketika berjalan kamera terpasang di mata kaki”. Hasil wawancara dengan Pak Aziz selaku dosen pengajar photograph di multimedia STIKOM Surabaya pada tanggal 6 November dihasilkan bahwa : “Angle itu sudut pandang pengambilan, extreme itu menggunakan komposisi, angle itu hanya dari atas, bawah, normal, kanan, dan kiri sedangkan extreme angle tidak ada tetapi extrim itu sesuatu yang kusus.”

Hasil wawancara dengan Pak Sutikno selaku dosen pengajar photograph di multimedia STIKOM Surabaya pada tanggal 6 November dihasilkan bahwa : “Extreme angle itu tidak ada yang ada hanya extreme tempat dan extreme komposisi, namun jika ada buku tahun 1977 yang menyatakan extreme angle itu dari atas atau dari bawah itu tidak bisa disalahkan karena extreme yang dimaksud tersebut pada tahun itu memang jarang dipakai tetapi untuk zaman sekarang itu semua orang bisa melakukan karena perkembangan teknologi sudah maju dan angle tersebut bisa dilakukan semua orang”

Hasil wawancara dengan Pak Bembi selaku dosen pengajar video dan film di STIKOM Surabaya pada tanggal 19 November dihasilkan bahwa:


(50)

"menurut saya extreme angle itu sudut pandang yang tidak pada mata normal, seperti dari atas atau dari bawah, bisa juga melalui lensa kamera menurut saya penggunaan lensa lebar juga bisa termasuk didalam extreme angle karena sudah beda dari sudut pandang dan hasil rekaman yang selama ini ada".

Hasil wawancara dengan Pak Tosan selaku dosen pengajar video dan film di STIKOM Surabaya pada tanggal 30 November 2012 dihasilkan bahwa: “Beda Advancure dan road movie tipis sekali yang jelas road movie adalah film yang menceritakan perjalanan dalam arti sebenarnya (bukan perjalanan hidup) dimana selama kisah perjalanan itu penonton di ajak lebih dekat dengan karakter utama”

Hasil wawancara dengan Yuyung Abdi selaku fotografer Jawapos di seminar STIKOM pada tanggal 12 November 2012 dihasilkan bahwa:

“Fotografi HI menitik beratkan di expresi dan gerak kalaupun menggunakan angle extreme seperti foto dari atas dan memperlihatkan luasnya foto dari bersama (wide) dan hanya satu orangyang berexpresi sedih diantara yang lain”

Hasil wawancara dengan Andrew Evan selaku psikolog pada tanggal 22 Desember 2012 dihasilkan bahwa:

“Jika memang memakai cerita seorang anak yang memiliki apartemen sendiri ketika orang tuannya berada di satu kota harus ada permasalahan yang timbul karena terasa janggal di ilmu psikolog dimana tidak ada masalah kenapa harus beda tempat tinggal kalau satu kota, dan ketika


(51)

mencari ayah kandungnya kemungkinan terjadi ketika dia melihat sendiri kalau bapaknya tirinya mengecewakan dirinya

Jadi inti semua wawancara bisa ditarik kesimpulan kalau road movie itu beda tipis dengan advancure, untuk cerita di dalam film harus di perhatikan jangan membuat ahirnya tetapi juga di pikirkan sebabnya, dan untuk extrime angle itu tidak ada di fotografi tetapi di film bisa saja di taruh atas dan bawah juga bisa bergati lensa dan tempat yang extreme. Setelah semua data lengkap, barulah kemudian perancangan karya tercipta.

3.3 Teknik Analisis Data

Pada buku pembuatan film pendek tugas akhir (Kurniasari, 2013) dikatakan bahwa ada beberapa elemen penting dalam analisis data yaitu, analisis data kualitatif yang perlu terus diingat oleh setiap peneliti dalam melakukan kegiatan. Setelah dilakukan analisa pada studi literatur, studi eksisting dan wawancara, maka dilakukan verifikasi data.

Pada langkah verifikasi yang dilakukan adalah menarik kesimpulan. Kesimpulan inilah yang digunakan dalam merancang konsep tugas akhir ini.


(52)

Gambar 3.3 Penarikan Kesimpulan

Dari studi literatur didapatkan kata kunci terciptanya sudut kamera yang membuat sang tokoh yang menjadi gagah atau sebaliknya. Dari studi eksisting didapatkan kata kunci film dengan genre road movie dapat digabung dengan sudut kamera yang ekstrem. Dari wawancara didapatkan kata kunci pencarian ayah kandung dikarenakan mengalami ketakutan yang berlebihan atau traumatic. Dari ketiga teknik pengumpulan data didapatkan kata kunci utama perjalanan dramatic yang terjadi karena ketakutan yang berlebihan.

3.4 Perancangan Karya

Dalam proses pra produksi ada beberapa tahap perancangan. Tahap disini adalah perencanaan agar produksi sesuai dengan urutan yang ada dan berjalan seperti yang diinginkan oleh produser. Berikut gambar 3.4 bagan tahap perancangan Pembuatan Film Bergenre Road Movie dengan Extreme Angle


(53)

Gambar 3.4 Bagan Perancangan

Tahap perancangan disini meliputi beberapa masalah yang ada kemudian diolah menjadi data yang pada akhirnya menjadi sebuah konsep cerita. Dari konsep cerita ini, warna dan jenis huruf dapat ditentukan. Dalam cerita terdapat beberapa unsur, yaitu tokoh dan alur cerita. Dalam film ini terdapat nara sumber sebagai sumber data, cerita dan alurnya. Dari cerita, kemudian didapat kesimpulan tentang kostum, setting atau aturan lokasi dan alur dialog/adegannya. Setelah semua data lengkap dan cerita akurat kemudian dikembangkan menjadi sinopsis,


(54)

naskah, dan storyboard. Bila tahap perancangan tersebut sudah lengkap, barulah produksi bisa dimulai.

3.4.1 Pra Produksi

Dalam perancangan agar masalah dalam pembuatan film road movie terpecahkan, dibuatlah bagan yang mempunyai alur produksi pembuatan film tersebut. Alur yang dirangkai dari pra produksi, produksi, hingga pasca produksi. Di dalam rancangan pra produksi terdapat bagan yang dibuat untuk mempermudah alur produksi. Setelah rancangan pra produksi dibuat, dilanjut pembuatan film tersebut di bagian produksi.

1. Ide dan konsep

Berdasarkan bagan perancangan karya di atas, tahap pertama dalam pembuatan film ini yaitu pencarian ide. Berawal dari melihat film tentang perjalanan yang selalu memukau melihat suatu keganjilan film yang bertema perjalanan di Indonesia sangat jarang.

Eksperimen membuat film bergenre Road Movie ini akan digabung dengan extreme angle, extreme movement, dan extreme tempat akan menambah hal baru dalam pengambilan gambar dalam satu frame.

Lalu tercetus ide membuat film dengan genre yang jarang digunakan yaitu Road Movie. Seperti yang telah dijelaskan di bab II, salah satu ciri film bergenre Road Movie adalah melakukan perjalaanan mencapai tujuan dalam perjalanan tersebut seorang tokohnya mengalami perubahan hidup yang kelak berguna untuk kehidupannya.


(55)

Dari ide tersebut dikembangkan menjadi cerita utuh mengenai perjalanan seseorang dari yang berkelakuan buruk berubah menjadi lebih baik. Tokoh ini akan mengalami perubahan kondisi. Rahasia dari orang tua yang membuat tokoh ini penasaran lalu mencari kebenaran.

a. Analisa STP (Segmenting, Targeting, Positioning)

Analisa STP (Segmentation, Targeting, positioning) sangat penting untuk menentukan target audience. Segmentation dan targeting merupakan pembagian target audience berdasarkan letak geografis, segi demografis, serta segi psikografis. Sedangkan positioning merupakan penempatan karya dalam fungsinya untuk audience.

Tabel 3.2 STP (Segmentasi, Targeting, Positioning)

STP URAIAN

Segmentasi

&

Targeting

Geografis Wilayah pemasaran film ini adalah perkotaan

Demografis

Usia: 18- 24 Remaja dan Dewasa Gender: Laki-laki dan Perempuan Pekerjaan: Pelajar atau Profesional

Psikografis

Mayoritas penikmat film memiliki gaya hidup modern

Positioning

Film yang bercerita seseorang yang mencari bapak kandungnya diposisikan Sebagai tontonan dan wadah motifator untuk penikmat film


(56)

b. Analisa Konsep Cerita.

Berikut merupakan beberapa konsep cerita yang akan digunakan dalam film ini:

1) Seorang anak yang mencari bapak kandung dengan memakai harta orang tua tiri untuk mencari ayah kandungnya setelah menemukan surat yang di sembunyikan orang tua tirinya bahwa dia semenjak kecil di adobsi.

2) Seorang anak yang menerima kabar kalau ibunya sudah meninggal dan menenerima surat yang berisi rahasia dimana dia bukan anak kandung bapak yang dia anggap hero,dan mencari bapak kandungnya untuk meminta penjelasan.

3) Seseorang yang mencari cinta pertamanya ketika dia kecil di sebuah desa yang dulu dia pernah tinggali bersama dengan wanita tersebut,karena janji masa kecil tersebut dia mencari wanita tersebut Tabel 3.3 Analisis Konsep Cerita

Konsep psikolog remaja kameramen Orang tua Total

1 1 1 2 2 6

2 3 2 3 3 11


(57)

2. Karakter

Berikut merupakan karakter dan penjelasan mengenai karakter tersebut: a. Evan

Evan adalah mahasiswa yang memuluskan semua urusan dengan uang karena orang tuanya yang memang kaya, tapi dia bukan orang yang sombong dan tidak menghargai waktu dan wanita. tetapi dia diberi kabar mencengangkan kalau bapak yang dianggapnya pahlawan ternyata bapak tirinya, dia merasa harus mencari jawabannya dan melakukan perjalanan menemukan bapak kandungnya, karena bapak tirinya tenyata memiliki keluarga baru.

b. Dipa

Seorang yang ceplas-cepos seenaknya sendiri, supel dan berjiwa nasionalis tinggi, dia posesif terhadap adiknya karena dia tidak mau terjadi apa-apa terhadap adiknya karena dia trauma adiknya melakukan perbuatan yang bodoh.

c. Andin

Andin adalah seorang wanita yang mandiri dan tomboi dikarenakan sikap kakaknya yang selalu mengekang dirinya, dia juga orang yang berpegang teguh dimana jika dia memiliki keinginan harus tercapai.

3. Sinopsis

Dia seorang yang hidupnya serba berkecukupan. Dia dikelilingi wanita-wanita yang suka kepadanya, dia juga bisa menyelesaikan masalahnya


(58)

dengan caranya sendiri dan dia orang yang hidupnya sangan berbeda dari kebanyakan remaja seusianya, namanya evan anak keluarga yang serba kecukupan. Tapi itu berubah ketika sesorang menghampirinya dan ternyata itu pengacara ibunya, memberikan kotak kayu juga memberikan kabar duka kalau ibunya meninggal. Evan hanya terdiam dan tidak percaya kalau ibunya telah meninggal, dia kembali ke kerumunan temen-temennya dan membuka kotak itu ternyata isinya hanya sebuah foto, mainan kayu dan sepucuk surat dari ibunya. Surat itu mengatakan kalau evan bukan anak kandung bapak yang selama ini dianggapnya pahlawan. Evan tidak percaya tetapi pada suatu ketika temen Evan melihat kalau dia melihat orangtuanya di parkiran Sutos dan lagi hamil, padahal ibunya sudah meninggal, Evan hanya terdiam, tidak menghiraukan perkataan temennya tetapi dilain hari temennya melihat bapaknya dan cewek yang dilihatnya di Sutos Evan menunggu dan ternyata benar yang temennya katakan akhirnya dia memutuskan berangkat mencari bapak kandungnya karena sudah kecewa sama bapak yang dianggapnya pahlawan ternyata hanya sampah. Dia mencari ke Ngawi tetapi Evan ketiduran sampai Jogja dia membeli tiket lagi dan ingin menyimpan di dompetnya, ternyata dia kecopetan lalu secara respon mengejar sampai bertemu dua kakak beradik yang lagi jalan-jalan di taman sari. Pencopet itu menabrak Dipa dan Andin melihat Evan dan mengejar Evan ketika mau tertangkap Evan di tendang dari belakang oleh Andin dan Dipa menghampiri lalu menengur adiknya. Dipa bertanya kepada Evan kenapa mengejar orang itu lalu Evan melihat dompetnya ternyata tidak


(59)

ada yang tersisa dan Dipa juga Andin meninggalkannya, Tetapi Evan menegur Andin dan Dipa bertanya di mana bisa jual hanphon, Dipa simpati dan menawarkan tumpangan karena dia juga mau pulang ke Surabaya. Di perjalanan mengambil mobil, Evan dan Dipa mengakrapkan diri menanyakan hal-hal yang membuat Evan ke Ngawi tetapi Dipa percaya begitu aja ketika di perjalanan Evan sangat kelaparan sampai bunyi dan Dipa menawarkan makan bareng di Solo Evan berterima kasih sekali tetapi masalah barusan di mulai karena ketika Andin mau kebelang Dipa memberi obat tidur di minuman adiknya, Evan hanya melihat dengan penuh tandatanya dan mereka makan, setelah makan mereka melanjutkan perjalaanan tetapi evan disuruh Dipa menyetir mobilnya karena dipa lelah tetapi adiknya marah kenapa bukan dia yang di suruh menyetir karena Dipa gak mau adiknya yang nyetir mangkanya dipa menyeretnya masuk mobil dan susana pun tidak meyenangkan. Evan hanya melihat Andin yang mulai tertidur mungkin karena obat yang di beri Dipa, lalu Evan melihat Andin tertidur dan bertanya kenapa melakuakan itu terhadap adiknya. Dipa mengutarakan keluh kesahnya kenapa adiknya bisa di Jogja dan kenapa dia tidak mau adiknya yang menyetir.ketika sampai palur Dipa tertidur dan Evan tiba-tiba ditodong pisau sama Andin. Andin hanya ingin kesarangan tapi Dipa menolaknya ahirnya Andin meminta dia yang yetir, Evan menuruti dan berbicara dengan Andin kenapa melakukan itu, ahirnya mereka berdua semakin akrap. Ketika di pom buat beli minum Evan menawarkan diri kalau dia aja yang nyetir tapi tetap ke tujuan Andin yaitu


(60)

ke sarangan, Dipa tertidur karena dia terkena obat tidurnya sendiri dan mereka melanjutkan perjalanan tetapi mampir di Sarangan disaat yang tak terduga Dipa bangun dan marah karena jalur tercepat tidak lewat sini, Evan dan Andin saling melindungi Dipa sangat marah ke adiknya kenapa gak mau menuruti kemauannya ahirnya Andin ikut marah dan mengungkapkan apa yang dirasakan kalau dia gak mau di tekan dia bukan anak kecil lagi. Dipa hanya tertunduk terdiam dan Evan tidak melihat jalan dan tiba-tiba dipa melihat sesuatu di depan dan membelokaan setir mobil ke bahu jalan dan terjadilah bencana itu. Andin keluar mobil dan milih pergi dari hadapan Dipa lalu Evan disuruh Dipa untuk menjaga dan memberi pengertian ke Andin. Dipa sendiri membetulkan mobilnya akibat kecelakakan kecil. Ternyata Evan dan Andin di Grojokan sewu mereka semakin akrap setelah mereka puas Andin tidak marah mereka balik kekaknya ketika balik Evan menyuruh Andin untuk sabar dan menerima kakaknya dan perjalaanan berlanjut ke sarangan dan ternyata Dipa menyetujui kalau menginap di Sarangaan dan tidak egois. Esok harinya perjalaanan lanjut dengan perasaan baru ketika Andin bangun Evan melihgat foto lama yang dia bawa dan Dipa menanyakan lalu Evan mengungkapkan semua yang terjadibahwa dia mencari bapak kandungnya bukan menjenguk kakek yang sakit. Dipa malah seneng melihat Evan yang jujur, ahirnya Dipa memmutuskan membantu sampai tuntas mereka mulai mencari dari pasar dan di mana banyak kerumunan orang dan mereka menemukan alamat itu tetapi mobil dipa bermasalah jadinya Evan di suruh Dipa mencari sendiri dan nanti kalau


(61)

menemukan bengkel Dipa dan Andin menyusul, ketika Evan keluar melihat Dipa mendorong mobil sendiri Evan merasakan dia gak bisa kalau gak tanpa mereka jadi dia memutuskan barengan ke rumah yang dituju oleh Evan. Ketika sampai sana memang benar kalua yang tinggal di sana itu nama keluarga yang ada di foto yang dia bawa, ahirnya orang yang ditunggu muncul semua pertanyaan Evan dikepala terjawab dan ahirnya Evan bersama bapak kandungnya.

4. Skenario

Skenario adalah naskah tulis untuk sandiwara, film, atau sinetron secara rinci dari adegan-adegan yang disusun (Atmowiloto, 2011: 178). Dari skenario dapat diketahui soal jalan cerita, bukan hanya soal karakterisasi pemain, melainkan juga gambaran perkiraan pembiayaan, atau bahkan kira-kira siapa yang akan memainkan.

01.EXT – SIANG – STASIUN Stasiun Gubeng di Surabaya. 02. INT – SIANG - STASIUN

Suara cerobong asap dan gesekan pada rel kereta api. Aktifitas keramaian pengguna kereta api yang lalu-lalang, penjual yang menadahkan jualannya, petugas kereta api yang bekerja melayani pembeli tiket, menjaga loket peron dan menunggu kereta yang lewat.

EVAN (V.O)

Pernahkah kita sadari, apa yang kita tahu selama ini, kadang tidak pernah kita ketahui secara jelas. Jika hal itu muncul, bersiaplah dengan segala kondisi.

Bahkan dalam kondisi terburuk sekalipun.

Untuk orang yang malas dengan teka-teki ini, aku merasa bodoh. Namun aku tidak menyesal. Ada harga yang harus dibayar Untuk semua kenangan dan


(62)

teka-teki ini. Apalagi hal ini berhubungan dengan siapa aku sebenarnya.

Sayup terdengar pengumuman dari pengeras suara, kereta menuju Jogjakarta. Evan berdiri. Merapikan bawa’annya. Menuju gerbong kereta Jogja.

EVAN (V.O)

Rasanya ingin tertawa miris. Baru kemarin aku hura-hura menikmati hidup. Kini keadaan berbanding terbalik. Hingga tercetus pertanyaan, apakah caraku benar

dalam menikmati hidup? Evan menghentikan langkah.

[kamera fokus ke punggung, lalu pindah fokus ke kereta yang sedang lewat] ZOOM OUT: 03.INT – PAGI – KAMAR

5. Storyboard

Storyboard adalah gambaran untuk dijadikan acuan saat melakukan pengambilan gambar. Storyboard di sini meliputi gambar atau arahan sudut kamera, dan alur cerita. Storyboard berfungsi untuk memudahkan proses pengambilan gambar. Selain itu, storyboard juga memudahkan dalam alur proses editing. Storyboard dalam Tugas Akhir ini seperti pada gambar 3.5. sementara storyboard yang lengkap ada pada lampiran.


(63)

Gambar 3.5 storyboard “The Power of Love

6. Publikasi 1. Pin


(64)

a. Konsep

Pada pin dikonsep dengan penggunakan font di judul film. Dengan

penambahan tagline “Extreme Road Movie

b. Sketsa

Gambar 3.6 Sketsa pin “The Power of Love

2. Poster a. Konsep

Pada poster ini berkisah tentang 3 orang yang melakukan pejalanan. Pada bagian bawah terdapat jalan raya yang mengerucut. Hal ini

menggambarkan arah yang difokuskan pada judul “The Power of


(65)

b. Sketsa


(66)

57 BAB IV

IMPLEMENTASI KARYA

Pada bab ini akan dijelaskan tentang implementasi karya sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya. Untuk lebih jelasnya maka akan diuraikan tentang proses produksi dan pasca produksi dalam film exteme road movie berjudul “The Power of Love”, sebagai berikut:

4.1 Pra-produksi


(67)

Gambar di atas merupakan alur perancangan untuk pra produksi dalam menyelesaikan film ini. Berikut merupakan tahap-tahap alur perancangan pra produksi:

1. Tahap pertama dalam pembuatan film pendek ini yaitu pencarian ide. Ide dapat diperoleh dari gambar dan foto, penelitian, brainstorming, pengamatan terhadap orang maupun hewan serta tempat dan benda, alur cerita yang sudah ada (Wright, 2005: 39-43).

Berawal dari seringnya menonton film di bioskop mau pun meminjam DVD/VCD di rental dan menemukan fakta bahwa jarangnya genre film Indonesia adalah Road Movie.

Lalu tercetus ide membuat film dengan genre yang jarang digunakan yaitu Road Movie. Seperti yang telah dijelaskan di bab II, salah satu ciri film bergenre Road Movie adalah perjalanan mencari sesuatu atau menemukan orang di suatu tempat dan menempuh segala rintangan yang membuatnya semakin membaik di ahir film. Proses pencarian sesuatu menceritakan perkara dari awal hingga mencapai akhir membutuhkan durasi yang lama. Apalagi jika film itu menceritakan tentang seorang yang mencari sesuatu dan banyak kendala didalamnya masalah external dan internal

Eksperimen membuat film pendek bergenre Road Movie akan ditambah dengan Extreme view atau angle agar film terkesan lebih dramatis dan memberi suasana beda didalam angle film bergenre Road Movie. Data berasal dari kesimpulan studi literatur, studi eksisting dan wawancara. Kesimpulan ini kemudian dijadikan penguat cerita.


(68)

2. Kemudian dibuat beberapa cerita yang kemudian dianalisis. Pada bab III telah diketahui cerita yang terpilih. Berikut merupakan cerita yang terpilih:

“Seorang anak yang menerima kabar kalau ibunya sudah meninggal dan menenerima surat yang berisi rahasia dimana dia bukan anak kandung bapak yang dia anggap hero,dan mencari bapak kandungnya untuk meminta penjelasan. “

Lalu cerita dikembangkan menjadi sebuah sinopsis.

3. Dari sinopsis, cerita berkembang menjadi skenario dan storyboard. Pada skenario dapat diketahui karakter yang akan diperankan oleh talent dan lokasi yang akan digunakan sebagai setting. Sedangkan pada storyboard dapat diketahui shot list yang akan digunakan.

4. Untuk mencari talent yang pas untuk memrankan karakter pada film pendek, dilakukan casting. Berikut merupakan pemeran dalam film pendek ini.

NO KARAKTER GAMBAR

1 Evan adalah mahasiswa sebuah kampus di surabaya, hidupnya jauh dari orang tua tetapi hidupnya berkecukupan tetapi evan mendapat kabar kalau ibunya meninggal dan memberi tau rahasia yang dipendam ibunya bahwa dia bukan anak ayah kandung bapak yang dianggapnya panutan karena bapaknya memang

baik terhadap evan. Gambar 4.2 Pemeran Rizal 2 Andin adalah adik dari evan sifatnya

yang seenaknya membuat keluarganya khawatir termasuk kakaknya, dia berkeinginan yang sangat besar dan harus tercapai walaupun itu dengan cara yang tidak lazim dalam mencapai tujuannya


(69)

3 Dipa adalah kakak dari andin dia seorang kakak yang takut adiknya terjadi apa-apa sehingga sifatnya yang mengekang membuat andin berontak karena dipa tidak sadar sifatnya yang takut tersebut membuat adiknya tertekan dan muak terhadap sikap dipa.

Gambar 4.4 Pemeran Trio

5. Ketika skenario siap difilmkan, maka yang dilakukan adalah membuat script breakdown. Script breakdown adalah uraian tiap adegan dalam skenario menjadi daftar berisi sejumlah informasi tentang seegala hal yang dibutuhkan untuk keperluan syuting (Effendi, 2009: 17). Hal ini dibuat agar tidak terjadi pembengkakan dana dan waktu yang terbuang percuma.

Ketika script breakdown telah selesai dibuat, maka jadwal syuting dapat disusun berdasarkan pengelompokan sejumlah informasi yang diperoleh dari script breakdown. Informasi yang dimaksud adalah setting lokasi, waktu, dan talent. Pengambilan gambar bisa saja tidak dilakukan urut sesuai dengan skenario. Sepertinya yang terjadi di hari pertama pengambilan gambar, scene di Surabaya di lakukan ketika si di luar kota Surabaya selesai di ambil. Hal ini dilakukan karena memudahkan pengaturan jadwal dalam shoting.


(70)

4.2 Produksi

Pada proses pra produksi, telah dilakukan persiapan menjelang produksi. Sebelum melakukan proses pengambilan gambar, pemain perlu berlatih dialog yang lebih sering disebut proses reading. Hal ini sering dilakukan sebelum pengambilan gambar sebagai pengingat dialog untuk pemain.

Gambar 4.5 proses reading pemain

Gambar 4.8 adalah gambaran proses reading yang dilakukan para pemain sebelum pengambilan gambar di rumah untuk flashback

Setelah melakukan persiapan dalam proses pra produksi, dimulainya tahap pengambilan gambar.


(71)

Berikut merupakan resume pengambilan gambar selama satu minggu. Lama pengerjaan mengalami kemunduran dari script break down dikarenakan cuaca di kota-kota yang disinggahi yang berubah-ubah.

1. Hari pertama: Take Evan berangkat dari Surabaya menuju Ngawi tapi ketiduran dan kecopetan di stasiun Jogja dan ketemu Dipa dan Andin, karena hujan jadi mundur satu hari untuk take di jogja, malam hari briefing untuk planning besok harinya.

2. Hari kedua: Pengambilan gambar di lakukan di Jogja setelah merasa cukup langsung break dan terus besok paginya ke Solo, malam hari briefing untuk planning besok harinya.

3. Hari ketiga: scene di Solo di kerjakan siang hari karena pagi dibuat perjalanan menuju Jogja ke Solo, melakukan take di Kraton Solo dikarenakan hujan mendadak shoting di berhentikan sejenak sampai suasana mendukung. Ketika 20 menit menunggu hujan berhenti dan angin mulai stabil syuting dilanjutkan sampai jam 17:20 setelah itu kembali ke penginapan, malam hari briefing untuk planning besok harinya.

4. Hari keempat: Hari ini berangkat pagi dan shoting perjalanan di Sarangan sampai malam hari karena diseting datang Sarangan malam hari setelah terambil kembali kepenginapan dan istirahat, mulai take jam 03:00 untuk record matahari terbit.


(72)

5. Hari kelima: mulai perjalanan ke Ngawi dan take di mulai jam 18:00 untuk shoting flashback Evan.

6. Hari keenam: Pada hari itu pengambilan gambar dilakukan di pasar, rumah kakek, dan dialog di jalan raya.

7. Hari ketujuh: membuat foto poster dan take dialog di dalam mobil.

8. Hari kedelapan: take di kampus seharian di STIKOM, kelas dan parkiran.

9. Hari kesembilan: take di aparteman

10. Hari kesepuluh: take di cafe malam hari

Hasil video dari kamera DSLR dipindah ke perangkat komputer untuk diolah sedemikian rupa. Jika menggunakan kamera rekam biasa, hasil gambar tersimpan dalam memori harus dipindahkan dengan mengcopy terlebih dahulu tetapi bila menggunakan kamera DSLR, kita hanya perlu memindahkannya dengan kabel data atau sambungan usb dari kartu memori.

Dalam pembuatan film pendek berjudul ”The Power of Love” ini menggunakan berbagai macam peralatan sinematrografi sederhana yaitu :

1. Camera DSLR dengan kemampuan merekam video

2. Lensa 18-105mm, lensa 80-400mm, lensa 55mm ,lensa 500mm dan fix 50mm 3. Microphone dan boomer

4. Tripod dan Monopod 5. Komputer editing 6. Memori kamera


(73)

Beberapa variasi shot yang digunakan dan diterapkan dalam film pendek ini diantaranya adalah Extreme Long Shot, Long Shot, Medium Shot, Medium Close Up, Close Up, Extreme Close Up. Untuk pergerakan kamera menggunakan Panning, Tilting dan Zooming. Sedangkan untuk sudut pengambilan gambar yang digunakan Eye Level, Low Angle dan High Angle.

4.3 Proses Pasca produksi

Pada tahapan pasca produksi ini silakukan proses editing dan spesial efek dengan beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu:

1. Proses pemilihan video

Proses awal dimana menyeleksi beberapa stock shoot yang telah diambil. Materi pemilihan berdasarkan kelayakan gambar secara visual dan audio. 2. Proses Penataan stock shoot

Proses ini dilakukan dengan bantuan software editing video. Setelah dilakukan pemilihan video stock shoot, proses selanjutnya adalah penataan yang mengacu kepada skenario.


(74)

Gambar 4.7 Proses penataan stock shoot

Untuk menata suatu scene, stock shot dihubungkan satu dengan yang lain. Sebuah scene disusun mulai dengan sebuah long shot, dilanjutkan dengan sebuah close up dan diakhiri dengan sebuah long shot lagi atau cut away. Tetapi kebiasaan ini sekarang sudah tidak lagi ditaati secara ketat. Yang tetap dipertahankan orang dalam membuat scene, bukan lagi shot- shotnya, tetapi arti scene itu sendiri.

3. Proses Colour Grading

Dalam proses ini adalah proses merubah atau memodifikasi warna terhadap gambar sehingga menimbulkan kesan tertentu. Pemilihan warna digunakan untuk membedakan flashback atau tidak.


(75)

Gambar 4.8 Proses Colour Grading

4. Sound Editing

Dalam proses ini penambahan backsound dilakukan guna mendukung tatanan visual.

Gambar 4.9 proses sound editing

Proses sound editing pada film pendek ini menggunakan musik free lisence yang didapat dari berbagai situs musik di internet. Pada prosesnya sound dalam film ini terbagi menjadi 2 chanel dimana chanel pertama berisikan suara asli yang dihasilkan dari gambar dan chanel kedua adalah suara tambahan yang diberikan.


(76)

5. Rendering

Proses rendering adalah proses akhir dari pasca produksi dimana semua proses editing stock shoot disatukan menjadi sebuah format media. Dalam proses rendering memiliki pengaturan tersendiri sesuai hasil yang diinginkan. Sedangkan dalam film berjudul “The Power of Love” menggunakan format media AVI.

Gambar 4.10 proses rendering

6. Hasil Akhir

Dari hasil produksi dan editing, berikut merupakan cuplikan scene-scene yang sesuai dengan rumusan masalah.


(77)

a. Scene 02

Gambar 4.11 Scene 02

Pada scene 02, terdapat gambar evan bersama wanita yang dekat dengannya

b. Scene 04

Gambar 4.12 Scene 04

Pada scene 04, terdapat gambar wanita sedang berenang ketika menemani evan.


(78)

c. Scene 07

Gambar 4.13 scene 07

Pada scene 7, Evan kecopetan di stasiun dan mengejarnya.

d. Scene 10

Gambar 4.14 scene 10

Pada scene ini, Evan ditawari Dipa bareng karena Dipa juga mau kembali ke Surabaya.


(79)

e. Scene 12

Gambar 4.15 scene 12

Pada scene ini, Dipa meminta Evan menyetir menuju ke Surabaya.

f. Scene 14

Gambar 4.16 scene 14

Pada scene ini, Evan ditodong Andin untuk minggir dari kemudi karena Andin mau ke tempat tujuannya.


(1)

3 BBM 2 mobil menuju

surabaya-jogja-tawangmangu sarangan- ngawi-surabaya 1 2 650.000 1.300.000 4 Akomodasi 5 orang perjalanan surabaya jogja 1 5 50.000 250.000 5 Penginapan selama 2 hari untuk 11 orang 2 5 350.000 3.500.000 6 Akomodasi 11 orang selama 2 hari di jogja 2 11 45.000 990.000 7 Sewa andhong di Malioboro jogja 1 2 100.000 200.000 8 Penginapan selama 1 hari untuk 11 orang di

solo 1 5 350.000 1.750.000

9 Akomodasi 11 orang selama 1 hari di solo 1 11 45.000 495.000 10 Penginapan selama 1 hari untuk 11 orang di

Sarangan 1 5 200.000 1.000.000

11 Akomodasi 11 orang selama 1 hari di

Tawangmangu dan sarangan 1 11 45.000 495.000

12 Akomodasi 11 orang selama 2 hari di Ngawi 2 11 45.000 990.000 13 Sewa Apartement pertama di Pakuwon 1 1 1.500.000 1.500.000 14 Akomodasi 5 orang di Apartement pertama 1 1 250.000 250.000 15 Sewa Apartement kedua di ………. 1 1 800.000 800.000 16 Akomodasi 5 orang di Apartement kedua 1 1 250.000 250.000

17 Pengambilan gambar di kenjeran 1 2 200.000 400.000

Sub Total 15.170.000

C. PASCA PRODUCTION

1 Hardisk Ekternal 1 TeraByte 1 1 950.000 950.000

2 Suvenir dan gantungan kunci , stiker ( empat

macam) 1 50 35.000 1.750.000

3 Pameran 1 1 500.000 500.000


(2)

79

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari laporan ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Pembuatan film pendek ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu tahap pra produksi, tahap produksi, dan tahap pasca produksi. Dalam proses pengerjaan ketiga tahap tersebut, diperlukan suatu perencanaan alur kerja terlebih dahulu, agar tidak terjadi kesalahan ketika melakukan proses pembuatan.

2. Dengan melakukan observasi dan wawancara, membantu dalam proses produksi dalam pembuatan film ini.

3. Pembuatan film dengan genre road movie ini dilakukan dibanyak lokasi yang berbeda seperti Yogyakarta, Solo, dan Ngawi.

4. Pembuatan film dengan genre road movie membutuhkan banyak kru.

5.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat dibangun dari pembuatan film ini yaitu:

1. Menggunakan talent yang berasal dari dunia teater akan lebih mengeksplor cerita lewat mimik dan gesture tubuh.

2. Saat proses produksi, penggunakan boomer sangat membantu dalam pengambilan suara.

3. Musik latar belakang dapat di arrange sendiri, sehingga tidak perlu mengambil dari musik orang lain, walaupun free.


(3)

80

DAFTAR PUSTAKA

Sumber buku:

Biran, Yusa, Misbach. 1986. Angle, Konstiniti, Editing, Close up, Komposisi

dalam Sinematografi. Jakarta: Yayasan Citra.

Biran, Yusa, Misbach, 2006. Teknik Menulis Skenario Film Cerita. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya dan PT. Demi Gisela Citra Pro.

Dirgagunarsa, S. 1999. Pengantar Psikologi. Jakarta: Mutiara. Imanjaya, Ekky. 2006. A-Z About Film Indonesia. Bandung: Mizan

Javandalasta, Panca. 2011. 5 Hari Mahir Bikin Film. Jakarta: Java Pustaka Group Kristanto, J. 2005. Katalog Film Indonesia, 1926-2005, Jakarta, PT.Grafiasari

Mukti.

Kurniasari, Ira. 2013. Bagan Perancangan Karya. FILM PENDEK BERJUDUL

PERCAYA. Tugas Akhir. Surabaya: STIKOM

Mabruri, Anton. 2010. Manajemen Produksi Program Acara Televisi. Depok: Mind 8 Publising House.

Okky, Yolanda. 2012. Metodologi Penelitian. 31. Tugas Akhir. Surabaya: STIKOM.

Pratista, Hilman. 2008. Memahami Film. Jakarta: Homerian Pustaka.

Saroenggalo, Tino, 2008. Dongeng Sebuah Produksi Film. Jakarta: PT. Grasindo Szasz, T. (1997). The myth of mental illness. In E. RB, Ethics of Psychiatry (pp.

27-31). New York: Promerheus Book.

Wright, J. A. 2005. Animation Writing and Development : From Script

Development to Pitch. USA: Focal Press.

Zaharuddin G. Djalle. 2006. The Making of 3D Animation Movie using 3D Studio


(4)

81

Sumber internet:

Ananda. 2012. Videograffi teknik kamera dan pengambilan gambar. http://webee88.wordpress.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Ahira, Anne. 2011. Jenis-Jenis Film. www.anneahira.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Blake, Andy. 2012. Subject Camera Angle. http://productionrepublic.co.ke. Diakses tanggal 27 Agustus 2013

Bofinger. 2011. Medium Shot. illustratinggraphicnovel.blogspot.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2013

Coleman. 2012. Objective Camera Angle. http://dcairns.wordpress.com/ Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Colunga, Nando. 2009. Eye Bird View. http://www.77agency.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Cotton, Jack. 2011. Macam-Macam Shot. http://jackcotton-as-ms.blogspot.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Demetri. 2012. Macam-Macam Variasi Shot. http://aslukeparker.blogspot.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Geare. 2011. Extreme Angle. http://www.densecrack.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Goodman. 2009. Extreme Angle. http://photo.net/. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Hambleton. 2009. Variation of Shot. http://kerstenlcooper.wordpress.com/. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Helmina. 2011. Variation of Shot. https://quack.varndean.ac.uk. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Hugrant. 2012. Low Camera Angle. http://ernalina.wordpress.com/. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Jackman. 2013. Extreme Angle. http://j-haynesphotography.blogspot.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.


(5)

Jackson. 2011. Full Shot. http://www.aviator.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Jegbufume. 2012. Wide Shot. Retrieved Agustus 27, 2013, from: http://boringpittsburgh.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Jeremy. 2010. Variation of Shot. http://wainlqegs.wordpress.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Lefrant, James. 2010. High Camera Angle. http://thebeginnerslens.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Mulyono. 2011. Poster Film Indonesia. http://filmindonesia.or.id. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Nessbit. 2008. Variation of Shot. http://raisedonhd.wordpress.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Putra, Harmoko. 2009. Establish Shot. http://filmandtvtvac.blogspot.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Gali, Putri. 2012. Wide Shot. http://catsasmedia.wordpress.com/. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Rector. 2011. Shot Type. http://mclarkemedia.wordpress.com/2010/10/21/shot-types/. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Rendra, Aji. 2012. Close Up. http://fotografiprofesional.blogspot.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Richey. 2012. Big Close Up. http://www.pixelwit.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Ross, Carrie. 2011. Total Shot. http://willmusic.ca. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Schoeppner. 2011. Extreme Close Up. http://ashannahdixon.wordpress.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Tim, Dirks. 2011. Wide Shot. https://quack.varndean.ac.uk. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.


(6)

83

Travis. 2011. Medium Close Up. http://thesassyrabbit.blogspot.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Veejay, Hendra. 2011. Sedikit Tentang Genre road Movie. http://ashannahdixon.wordpress.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2013