5
ternyata berdampak terhadap kualitas fisik permukiman di kecamatan Pasar Kliwon. Kecamatan ini secara umum kurang ideal apabila ditinjau dari segi
persyaratan kualitas lingkungan fisik permukimannya, hal ini dapat dilihat dengan dijumpainya beberapa kawasan yang relatif kumuh, limbah rumah tangga baik
limbah padat maupun cair yang tidak dikelola dengan baik, tata letak bangunan dengan sistim drainase yang jelek sehingga sering terjadi banjir banyak, jenis
bangunannya yang dapat dikatan sebagai bangunan yang tidak layak huni atau tidak sesuai dengan kapasitas tempat tinggal, fenomena-fenomena tersebut banyak
dijumpai terutama di kelirahan yaitu Sangkrah, Joyosuran dan Pasar Kliwon. Berdasar uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang kualitas lingkungan fisik dengan judul penelitian adalah: ANALISIS LINGKUNGAN PERMUKIMAN FISIK MELALUI CITRA
IKONOS TAHUN 2001 DI KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKARTA.
1.2. Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis mencoba merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana agihan lingkungan fisik permukiman di daerah penelitian?
2. Bagaimanakan pengaruh distribusi fasilitas–fasilitas sosial, ekonomi,
pendidikan dan sarana transportasi terhadap kualitas lingkungan fisik permukiman di daerah penelitian?
3. Faktor dominan apa sajakah yang mempengaruhi perbedaan agihan kualitas
lingkungan fisik permukiman didaerah penelitian?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan: 1.
Mengetahui agihan kualitas lingkungan fisik permukiman di daerah penelitian.
6
2. Mengetahui pengaruh distribusi fasilitas sosial, ekonomi, pendidikan dan
transportasi terhadap kualitas lingkungan fisik permukiman. 3.
Mengetahui faktor-faktor dominan yang mempengaruhi adanya perbedaan
agihan kualitas lingkungan fisik permukiman di daerah penelitian
1.4. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk: 1. Sebagai syarat untuk memenuhi derajat Strata Satu Fakultas Geografi
Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2. Menambah kegunaan dan atau pemahaman terhadap penginderaan jauh
khususnya Citra IKONOS dalam bidang intrepetasi kualitas lingkungan fisik permukiman.
3. Sebagai bahan masukan kepada bidang perencanaan kota dan pengelola kota dalam melaksanakan pembangunan permukiman serta prioritas
penanggulangan masalah kualitas lingkungan fisik permukiman di Kecamatan
Pasar Kliwon Kota Surakarta.
1.5. Telaah Pustaka dan Penelitian Sebelumnya
5.1. Telaah Pustaka 5.1.1. Lingkungan
Lingkungan adalah ruang yang ditempati mahluk hidup bersamaan dengan benda tak hidup didalamnya. Manusia mempunyai lingkungan dimana
manusia tersebut hidup dan bertempat tinggal Otto Soemarwoto, 1994 dalam Bernadeta S, 2005. Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997
“Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya”. Lingkungan dapat di bedakan menjadi tiga komponen
yaitu lingkungan fisik, biologi dan sosial. Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang
7
berupa benda-benda yang mati yang terdiri dari air, udara, lahan, energi, dan bahan mineral yang terkandung di dalamnya. Lingkungan biologi atau lingkungan
hayati, yaitu lingkungan yang berupa benda-benda hidup, terdiri dari unsur-unsur hewan, tumbuhan dan bahan baku hayati. Lingkungan sosial yaitu lingkungan
yang unsur-unsurnya terdiri dan sistem sosial, ekonomi, budaya dan kesejahteraan masyarakat, Darsono, 1995, dalam Indrastuti, 2002.
5.1.2. Permukiman Dilihat dari segi bahasa permukiman berasal dari kata mukim yang
mendapat imbuhan per-an yang berarti tempat bermukim dalam hal ini rumah yang mana pengertian permukiman secara luas mempunyai arti perihal tempat
tinggal atau segala sesuatu yang berkaitan dengan tempat tinggal atau perumahan. Geografi sebagai satu kesatuan studi, melihat satu kesatuan komponen
alamiah dan komponen insaniah pada ruang tertentu dipermukaan bumi dengan mengkaji faktor alam dan faktor manusia yang membentuk integrasi keruangan
diwilayah yang bersangkutan. Ruang dalam hal ini geosfer sebagai tempat mahluk hidup melakukan aktifitasnya dalam melakukan interaksi dengan lingkungan dan
Permukiman adalah bagian permukaan bumi yang dihuni oleh manusia yang meliputi pula segala prasarana dan sarana yang menunjang kehidupan penduduk
yang menjadi satu kesatuan dengan tempat tinggal yang bersangkutan. Menurutnya faktor fisik yang mempengaruhi pertumbuhan permukiman penduduk
adalah keadaan tanah, keadaan iklim, morfologi, topografi, kondisi hidrologi, dan sumberdaya yang lainya, Nursid Sumaadmaja,1981 dalam Sugiharto, 2004.
Definisi dari permukiman Satllement menurut Bintarto, 1997 adalah suatu tempat atau daerah dimana penduduk berkumpul bersama dimana mereka
membangun rumah, jalan dan sebagainya guna kepentingan mereka. Batasan satllement atau Permukiman adalah kelompok-kelompok
manusia berdasarkan satuan tempat tinggal atau kediaman, mencakup fasilitas- fasilitasnya seperti bangunan rumah, serta jalur jalan yang melayani manusia
8
tersebut. Dalam batasan ini mengacu permukiman, yakni tempat tinggal yang merupakan hasil proses sekelompok orang yang menempati suatu wilayah.
5.1.3. Lingkungan Permukiman Dilihat dari etimologi, istilah lingkungan permukiman merupakan
gabungan dari dua kata yaitu lingkungan dan permukiman, dimana lingkungan itu sendiri menurut Otto sumarwoto, 1994 adalah ruang yang ditempati oleh mahluk
hidup bersama benda tak hidup didalamnya. Sedangkan istilah permukiman settlement sendiri sering kali masih dikacaukan dengan istilah pemukiman.
Namun, kedua kata terjemahan dari settlement tersebut mengacu pada pengertian tempat tinggal atau tempat kediaman manusia, hanya saja sebenarnya dua istilah
itu dapat dibedakan secara tegas, yakni permukiman adalah tempat bermukim atau tegasnya tempat untuk bertempat tinggal, sedangkan pemukiman adalah cara
memukim atau hal memukim atau tegasnya cara atau hal menempati tempat tinggal. Dengan demikian dapat diartikan bahwa Lingkungan Fisik Permukiman
merupakan suatu ruang permukaan bumi yang ditempati mahluk hidup dan benda tak hidup yang memiliki sarana dan prasarana guna menunjang kehidupannya
yang meliputi semua jenis tempat perlindungan settlers buatan manusia itu sendiri seperti tempat kediaman, gudang, bengkel,sekolah, gereja, took, depot, dan
lain-lain atau dengan kata lain semua bentuk bangunan rumah secara fisik
5.1.4. Penginderaan Jauh dan Citra IKONOS Penginderaan jauh sebagai salah satu disiplin ilmu, telah banyak banyak
dimanfaatkan dalam berbagai bidang penelitian dengan tema yang beragam. Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang
obyek, daerah, atau gejala dengan cara menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah, atau gejala
yang dikaji. Lillesand and Kiefer, 1979. Hal ini berkaitan dengan metode atau cara pengumpulan data atau informasi yang dilakukan oleh media. Media yang
9
digunakan untuk pengumpulan data ini adalah sensor yang biasa dipasang pada wahana digunakan untuk mengindera objek di permukaan bumi. Hasil
pengumpulan tersebut menghasilkan suatu data yang berupa gambaran obyek dipermukaan bumi yang disebut citra penginderaan jauh. Salah satu produk data
penginderaan jauh yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra IKONOS. IKONOS adalah satelit yang diluncurkan bulan September 1999 dan
menyediakan data untuk tujuan komersial Amerika Serikat pada awal 2000. Satelit ini memiliki orbit Sun-Synchronous yang hampir polar dengan sudut
inklinasi sebesar 98,1 derajat dan lebar sapuan 11 km Gerlach, 2000 dalam harumi, 2004. Keistimewaan utama dari satelit dengan ketinggian orbit mencapai
681 kilometer adalah kemampuanya yang dapat membedakan ukuran terkecil hingga 1 meter diatas permukaan bumi , citra yang dihasilkan memiliki kualitas
pictorial yang sangat baik seperti foto udara dan memiliki resolusi temporal 1 hingga 3 hari sesuai dengan kebutuhan. Satelit ini disebut juga Agile Platform
artinya satelit ini dapat memposisikan dirinya untuk merekam permukaan bumi pada area yang diinginkan. Karakteristik citra IKONOS dimana sensor satelit
IKONOS yang berupa kamera digital dengan kemampuan menghasilkan citra pankromatik dan multispektral.Untuk lebih jelasnya akan kelebihan dan
kekurangan dari pada citra ikonos dapat di lihat dari tabel 1.2. dibawah ini. Tabel 1.2. Keunggulan dan Kelemahan Citra Ikonos
Keunggulan Citra IK O
NOS
Kemampuan Cakupan Luas Luas Area Yang Direkam
Kemampuan Resolusi Spatial Kemampuan Skala Citra Satelit
Identifikasi Obyek 11 Km x 11 Km
1 m dan 4 m 1 :2500
Skala LokalDetail
Kendala Citra IKONOS
Jenis Sensor Satelit Tutupan Awan
Kemampuan Pengambilan Area Pasif tidak dapat menembus awan
Maksimum 20 Dianggap Berhasil Segi Empat dan Lebar Minimum 5 Km
Sumber : Sutanto 1986
10
Satelit IKONOS yang namanya diambil dari bahasa yunani yaitu “eye- khos-nos” yang berarti gambar, merupakan era baru dalam dunia penginderaan
jauh. IKONOS merupakan satelit beresolusi tinggi pertama yang merupakan satelit komersial yang dapat digunakan oleh masyarakat luas. Satelit ini dirancang
untuk beroperasi selama 7 tahun. Sumber energi satelit ini dihasilkan oleh 3 buah sollar array yang menghasilkan daya sebesar 1100 watt. Satelit IKONOS
dilengkapi memori dengan kapasitas mencapai 64 gigabyte sebagai media penyimpanan data. Data hasil rekaman disimpan dalam memory, kemudian
ditransfer kestasiun penerima dibumi dengan kemampuan transfer sebesar 320 Megabyte per detik Gerlach, 2000 dalam Bernadeta 2005.
Kamera yang dipasang pada satelit IKONOS dibuat oleh perusahaan kamera Eastman Kodak Company in Rochester, yang bermarkas di New York,
USA. Kamera ini memiliki sensor pankromatik yang menghasilkan citra dengan resolusi spatial 1 meter dan sensor multispektral dengan resolusi spatial 4 meter.
Satelit IKONOS memiliki sensor berupa system kamera digital yang mampu menghasilkan citra pankromatik dan multispektral. Resolusi spasialnya
adalah 1 meter untuk citra mode pankromatik dan 4 meter untuk citra mode multispektral. Tipe dan saluran citra IKONOS disajikan pada tabel 1.2. Sensor
IKONOS mampu menghasilkan citra dengan resousi radiometrik 8 bit maupun 11 bit sehingga memiliki variasi keabuanuntuk pankromatik dan warna untuk
multispektral yang lebih baik gambar yang dihasilkan lebih tajam sebagai akibat banyaknya variasi warna yang dimiliki. Proses perekamanya dipermukaan bumi,
sensor satelit IKONOS menggunakan 4 band yang menghasilkan data citra mode multispektral dan 1 band untuk citra pankromatiknya.
Tabel. 1.3. Band – band Spektral Sensor Ikonos Tipe
Band saluran Julat spectral µm
Resolusi Spatial m
Pankromatik 1
0,45 - 0,90 1
Multispektral 1 biru 2 hijau
3 merah 4 Inframerah dekat
0,45 – 0,53 0,52 – 0,61
0,64 – 0,72 0,77 – 0,88
4 4
4 4
Sumber : Gerlach 1983 dalam Harumi 2004
11
Kamera digital satelit IKONOS memiliki panjang fokus 10 meter yang dilengkapi dengan 3 buah cermin anastigmat dengan kemampuan refokus pada
orbit. Detektor pankromatik dan multispektral dilengkapi dengan anti-blooming circurity untuk membatasi adanya kerusakankesalahan blooming hingga 1,5 kali
maksimum penyinaran cahaya untuk setiap satu piksel. Persyaratan detector yang dapat dioperasikan kurang dari atau sama dengan 0,1 . Persyaratan pada sistem
akurasi radiometriknya adalah 10 absolut meaning temporally, 10 relatif dari piksel ke piksel, dan linieritasnya adalah 5 . Sensor pankromatik satelit
IKONOS berisi 13,816 detektor dengan 5 buah mode ground commandable time delayed integration TDI. TDI merupakan metode untuk mengontrol besar
kecilnya pemasukan cahaya pada saat eksposure dengan tingkat perubahan yang tinggi a wide dynamic range of input radiance’s. nilai TDI pada sebuah citra
1 scene sama. Sementara itu setting nilai TDI yang digunakan oleh IKONOS, waktu eksposur adalah 2,7 milidetik
www.spaceimaging.com , 2003.
5.1.5. Unsur Interpretasi Interpretasi
Citra, merupakan
perbuatan mengkaji Citra atau Foto Udara dengan maksud untuk mengidentifikasikan obyek dan menilai arti pentingnya
obyek tersebut Sutanto, 1986 Pengenalan Obyek, merupakan bagian vital dalam interpretasi citra.
Tanpa dikenali identitas dan jenis obyek yang tergambar pada citra, tidak mungkin dapat dilakukan analisis untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Demikian perkembangan obyek itu, sehingga ada satu periode perkembangan penginderaan jauh yang memusatkan perhatianya pada pengenalan obyek pada
citra. Prinsip pengenalan obyek pada citra ini, mendasarkan atas penyidikan karakteristik atau atributnya pada citra. Karakteristik yang tergambar pada citra
yang digunakan untuk mengenali suatu obyek disebut dengan unsur Interpretasi, yang terdiri dari rona atau warna, ukuran, bentuk, tekstur, pola, bayangan dan
tinggi, situs dan asosiaasi Sutanto, 1986.
12
a. Ronawarna, merupakan unsur dasar dalam interpretasi. Rona adalah
tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan obyek pada citra. Warna adalah wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit.
b. Bentuk, merupakan variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau
kerangka suatu obyek. c.
Ukuran, ialah atribut obyekyang antara lain berupa jarak, luas, tinggi, lereng dan volume.
d. Tekstur, ialah frekuensi perubahan rona pada citra Lillesand dan
Kiefer,1997 atau pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual. Kekasaran tekstur beberapa obyek
sangat tergantung pada skala dan merupakan gabungan dari bentuk, ukuran, pola, bayangan, dan ronanya. Bentuk, ukuran dan tekstur
dikelompokan sebagai susunan keruangan rona sekunder dalam segi kerumitan.
e. Pola, yaitu susunan keruangan merupakan ciri yang memadai bagi banyak
obyek bentukan manusia dan bagi beberapa obyek alamiah. f.
Bayangan, disamping bersifat menyembunyikan detail atau obyek yang berada di daerah gelap, tetapi juga merupakan kunci pengenalan yang
penting bagi beberapa obyek yang justru lebih tampak dari bayangan. Pola, tinggi dan bayangan dikelompokan kedalam tingkat kerumitan tersier.
g. Situs, merupakan letak suatu obyek terhadap obyek lain disekitarnya.
h. Asosiasi, merupakan keterkaitan antar obyek yang satu dengan yang lain.
5.1.6. Sistem Informasi Geografis Penerapan teknologi SIG sistem informasi geografis saat ini telah
meliputi berbagai bidang dan kegiatan baik dari instansi pemerintah maupun swasta untuk kegiatan perencanaan maupun pemantauan Dulbahri, 1993 dalam
Bernadeta S, 2005. Pernyataan di atas menunjukkan bahwa terapan SIG sangat luas sehingga memungkinkan untuk dikembangkan pula pada kajian dalam
13
penelitian ini. Pemanfaatan teknik ini untuk memecahkan masalah, menentukan pilihan ataupun menentukan kebijaksanaan berdasarkan metode analisis spasial.
Teknik ini menggunakan komputer sebagai alat untuk pengelolaan, manipulasi, analisis sumberdaya yang diperoleh.
Secara umum terdapat empat komponen dasar atau subsistem yang membentuk SIG, yaitu :
1. Komponen masukan data Input
2. Basis data spatial digital spatial database
3. Sistem pengolahan basis data Database Manajement System
4. Komponen penyajian datakeluaran Output
Menurut Aronoff 1989 dalam Sutanto, 1995 SIG adalah suatu sistem berbasis komputer yang memberi 4 empat kemampuan untuk menangani data
bereferensi geografis, yaitu pemasukan, pengolahan, atau manajemen data penyimpanan dan pengaktifan kembali, manipulasi dan analisis serta keluaran.
Data dalam SIG tersimpan dalam format digital, jumlah data yang besar dapat disimpan dan diambil kembali secara cepat. Keunggulan SIG lainnya adalah
kemampuan manipulasi dan analisis data spasial dengan mengaitkan data dan atau informasi atribut untuk menyatukan tipe data yang berbeda ke dalam suatu
analisis tunggal. Berdasar dari kenyataan di atas diharapan terapan SIG dapat digunakan untuk mengintegrasikan peta hasil pemasukan data dari SIG, data kerja
lapangan, dan data sekunder yang tentunya mempunyai format yang berbeda. Peta akhir yang dihasilkan merupakan peta kualitas lingkugan fisik permukiman. Peta
ini selanjutnya dianalisis melalui tumpang susun overlay peta yang didapatkan dari data skunder untuk dapat mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang
mempengaruhi kualitas lingkungan fisik permukiman.
14
5.2.Penelitian Sebelumnya 5.2.1 Bernadeta Setyawati, 2005
Melakukan penelitian yang berjudul Penggunaan Citra IKONOS dan Sistem Imformasi Geografi dalam evaluasi kesesuaian Lahan Untuk Kawasan
Industri di Kota Tasikmalaya Jawa Barat, dimana dalam penelitianya menggunakan metode pengintegrasian antara penginderaan jauh dengan Sistem
Informasi Geografi SIG dimana data penginderaan jauh untuk penyadapan data, sedangkan SIG digunakan dalam proses pengolahan data, analisis data dan
penyajian data informasi. Penyadapan data dilakukan dengan cara interpretasi citra IKONOS yang dibantu dengan beberapa peta, yaitu peta RBI, peta muka air
tanah, dan peta tanah.dimana metode penilaian kesesuaian potensi lahan yang digunakan adalah metode pengharkatan berjenjang tertimbang yaitu dengan
memberikan bobot tertimbang pada setiap parameter lahan yang digunakan dan memberikan bobot tertimbang yang menunjukan besarnya pengaruh parameter
lahan yang digunakan terhadap pemilihan lokasi suatu kawasan industri.Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel fisik lahan, faktor
aksesibilitas, penggunaan lahan saat ini serta rencana tata ruang setempat.
5.2.2. Indrastuti 2002 Dalam Penelitianya yang berjudul Pengolahan dan Interpretasi Citra
IKONOS untuk mengtahui bentuk kota cikarang kabupaten Bekasi 2001. metode yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu penginderaan jauh dengan teknik
interpretasi data digital citra IKONOS. Variabel yang digunakan mencakup kepadatan rumah, ukuran rumah, dan
bentuk serta pola permukiman yang ada. Sedangkan hasil dari penelitian yang dilakukan bahwasanya adalah untuk mengetahui proses pengolahan citra
IKONOS dan didapatkanya data mengenai bentuk kota Cikarang tahun 2001. Adapun perbedaan dan persamaan dengan penelitian sebelumnya dapat dilihat
dalam tabel 1.4.
14
Tabel 1.4. Perbandingan Pustaka dan Penelitian Sebelumnya
Penelitian tahun
Judul Tujuan Metode
Data yang dikumpulkan
Hasil Indrastuti Tahun
2002 Pengolahan dan Interpretasi Citra
Ikonos untuk mengetahui bentuk Kota Cikarang kabupaten Bekasi
tahun 2001 Mengetahui proses pengolahan dan
interpretasi citra Ikonos untuk mengetahui bentuk kota Cikarang
kabupaten Bekasi tahun 2001 Pengideraan Jauh
dengan teknik Interpretasi data digital
citra Ikonos Liputan data yang
dikumpulkan meliputi data citra Ikonos
tahun 2000 dan tahun 2001 serta peta
penggunaan lahan dan peta administratif.
Hasil intrepetasi Citra setelah dibandingkan
dengan survai teresterial ternyata
tingkat akurasi Citra sebesar
75
Bernadeta Setyawati
Tahun 2005 Penggunaan citra Ikonos dan SIG
dalam evaluasi kesesuaian lahan untuk kawasan industri di Kota
Tasikmalaya 1.
Mengkaji kemampuan interpretasi citra Ikonos untuk identifikasi
parameter fisik lahan dan aksesibilitas yang dipergunakan
dalam evaluasi lahan untuk kawasan industri
2. Memetakan tingkat kesesuaian
lahan kota tasikmalaya Metode yang digunakan
adalah pengintregrasian Penginderaan Jauh
dengan Sistem Informasi Geografi.
Data yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu citra Ikonos tahun 2000 dan peta
administratif peta penggunaan lahan
Kota Tasikmalaya Hasil dari
penghitungan yang telah dilakukan, maka
nilai keakurasian citra Ikonos untuk evaluasi
kesesuaian lahan Kota Tasikmalaya sebesar
80,33
M. Nurul Huda 2006
Analisis lingkungan fisik permukiman melalui Citra
Ikonos Tahun 2001 di Kecamatan Pasar Kliwon Kodya
Surakarta 1.
Mengetahui agihan kualitas lingkungan fisik permukiman di
daerah penelitian. 2.
Mengetahui pengaruh distribusi fasilitas sosial, ekonomi,
pendidikan dan transportasi terhadap kualitas lingkungan fisik
permukiman.
3. Mengetahui faktor-faktor dominan
yang mempengaruhi adanya perbedaan agihan kualitas
lingkungan fisik permukiman di daerah penelitian
Metode yang digunakan berdasarkan
pengintregasian antara unsur Interpretasi dan
Uji Terestris Citra Ikonos tahun
2001 dan peta administratif
kecamatan Pasar kliwon kodya Srakarta
Hasil dari penelitian yang dilakukan adalah
adanya peta kualitas lingkungan
permukiman fisik serta analisis
mengenai kualitas dari lingkungan
permukiman tersebut
Sumber : Penulis
15
1.6. Kerangka Pemikiran