Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Telaah Pustaka dan Penelitian Sebelumnya

5 ternyata berdampak terhadap kualitas fisik permukiman di kecamatan Pasar Kliwon. Kecamatan ini secara umum kurang ideal apabila ditinjau dari segi persyaratan kualitas lingkungan fisik permukimannya, hal ini dapat dilihat dengan dijumpainya beberapa kawasan yang relatif kumuh, limbah rumah tangga baik limbah padat maupun cair yang tidak dikelola dengan baik, tata letak bangunan dengan sistim drainase yang jelek sehingga sering terjadi banjir banyak, jenis bangunannya yang dapat dikatan sebagai bangunan yang tidak layak huni atau tidak sesuai dengan kapasitas tempat tinggal, fenomena-fenomena tersebut banyak dijumpai terutama di kelirahan yaitu Sangkrah, Joyosuran dan Pasar Kliwon. Berdasar uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang kualitas lingkungan fisik dengan judul penelitian adalah: ANALISIS LINGKUNGAN PERMUKIMAN FISIK MELALUI CITRA IKONOS TAHUN 2001 DI KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKARTA.

1.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis mencoba merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana agihan lingkungan fisik permukiman di daerah penelitian? 2. Bagaimanakan pengaruh distribusi fasilitas–fasilitas sosial, ekonomi, pendidikan dan sarana transportasi terhadap kualitas lingkungan fisik permukiman di daerah penelitian? 3. Faktor dominan apa sajakah yang mempengaruhi perbedaan agihan kualitas lingkungan fisik permukiman didaerah penelitian?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan: 1. Mengetahui agihan kualitas lingkungan fisik permukiman di daerah penelitian. 6 2. Mengetahui pengaruh distribusi fasilitas sosial, ekonomi, pendidikan dan transportasi terhadap kualitas lingkungan fisik permukiman. 3. Mengetahui faktor-faktor dominan yang mempengaruhi adanya perbedaan agihan kualitas lingkungan fisik permukiman di daerah penelitian

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk: 1. Sebagai syarat untuk memenuhi derajat Strata Satu Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2. Menambah kegunaan dan atau pemahaman terhadap penginderaan jauh khususnya Citra IKONOS dalam bidang intrepetasi kualitas lingkungan fisik permukiman. 3. Sebagai bahan masukan kepada bidang perencanaan kota dan pengelola kota dalam melaksanakan pembangunan permukiman serta prioritas penanggulangan masalah kualitas lingkungan fisik permukiman di Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.

1.5. Telaah Pustaka dan Penelitian Sebelumnya

5.1. Telaah Pustaka 5.1.1. Lingkungan Lingkungan adalah ruang yang ditempati mahluk hidup bersamaan dengan benda tak hidup didalamnya. Manusia mempunyai lingkungan dimana manusia tersebut hidup dan bertempat tinggal Otto Soemarwoto, 1994 dalam Bernadeta S, 2005. Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 “Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya”. Lingkungan dapat di bedakan menjadi tiga komponen yaitu lingkungan fisik, biologi dan sosial. Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang 7 berupa benda-benda yang mati yang terdiri dari air, udara, lahan, energi, dan bahan mineral yang terkandung di dalamnya. Lingkungan biologi atau lingkungan hayati, yaitu lingkungan yang berupa benda-benda hidup, terdiri dari unsur-unsur hewan, tumbuhan dan bahan baku hayati. Lingkungan sosial yaitu lingkungan yang unsur-unsurnya terdiri dan sistem sosial, ekonomi, budaya dan kesejahteraan masyarakat, Darsono, 1995, dalam Indrastuti, 2002. 5.1.2. Permukiman Dilihat dari segi bahasa permukiman berasal dari kata mukim yang mendapat imbuhan per-an yang berarti tempat bermukim dalam hal ini rumah yang mana pengertian permukiman secara luas mempunyai arti perihal tempat tinggal atau segala sesuatu yang berkaitan dengan tempat tinggal atau perumahan. Geografi sebagai satu kesatuan studi, melihat satu kesatuan komponen alamiah dan komponen insaniah pada ruang tertentu dipermukaan bumi dengan mengkaji faktor alam dan faktor manusia yang membentuk integrasi keruangan diwilayah yang bersangkutan. Ruang dalam hal ini geosfer sebagai tempat mahluk hidup melakukan aktifitasnya dalam melakukan interaksi dengan lingkungan dan Permukiman adalah bagian permukaan bumi yang dihuni oleh manusia yang meliputi pula segala prasarana dan sarana yang menunjang kehidupan penduduk yang menjadi satu kesatuan dengan tempat tinggal yang bersangkutan. Menurutnya faktor fisik yang mempengaruhi pertumbuhan permukiman penduduk adalah keadaan tanah, keadaan iklim, morfologi, topografi, kondisi hidrologi, dan sumberdaya yang lainya, Nursid Sumaadmaja,1981 dalam Sugiharto, 2004. Definisi dari permukiman Satllement menurut Bintarto, 1997 adalah suatu tempat atau daerah dimana penduduk berkumpul bersama dimana mereka membangun rumah, jalan dan sebagainya guna kepentingan mereka. Batasan satllement atau Permukiman adalah kelompok-kelompok manusia berdasarkan satuan tempat tinggal atau kediaman, mencakup fasilitas- fasilitasnya seperti bangunan rumah, serta jalur jalan yang melayani manusia 8 tersebut. Dalam batasan ini mengacu permukiman, yakni tempat tinggal yang merupakan hasil proses sekelompok orang yang menempati suatu wilayah. 5.1.3. Lingkungan Permukiman Dilihat dari etimologi, istilah lingkungan permukiman merupakan gabungan dari dua kata yaitu lingkungan dan permukiman, dimana lingkungan itu sendiri menurut Otto sumarwoto, 1994 adalah ruang yang ditempati oleh mahluk hidup bersama benda tak hidup didalamnya. Sedangkan istilah permukiman settlement sendiri sering kali masih dikacaukan dengan istilah pemukiman. Namun, kedua kata terjemahan dari settlement tersebut mengacu pada pengertian tempat tinggal atau tempat kediaman manusia, hanya saja sebenarnya dua istilah itu dapat dibedakan secara tegas, yakni permukiman adalah tempat bermukim atau tegasnya tempat untuk bertempat tinggal, sedangkan pemukiman adalah cara memukim atau hal memukim atau tegasnya cara atau hal menempati tempat tinggal. Dengan demikian dapat diartikan bahwa Lingkungan Fisik Permukiman merupakan suatu ruang permukaan bumi yang ditempati mahluk hidup dan benda tak hidup yang memiliki sarana dan prasarana guna menunjang kehidupannya yang meliputi semua jenis tempat perlindungan settlers buatan manusia itu sendiri seperti tempat kediaman, gudang, bengkel,sekolah, gereja, took, depot, dan lain-lain atau dengan kata lain semua bentuk bangunan rumah secara fisik 5.1.4. Penginderaan Jauh dan Citra IKONOS Penginderaan jauh sebagai salah satu disiplin ilmu, telah banyak banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang penelitian dengan tema yang beragam. Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau gejala dengan cara menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah, atau gejala yang dikaji. Lillesand and Kiefer, 1979. Hal ini berkaitan dengan metode atau cara pengumpulan data atau informasi yang dilakukan oleh media. Media yang 9 digunakan untuk pengumpulan data ini adalah sensor yang biasa dipasang pada wahana digunakan untuk mengindera objek di permukaan bumi. Hasil pengumpulan tersebut menghasilkan suatu data yang berupa gambaran obyek dipermukaan bumi yang disebut citra penginderaan jauh. Salah satu produk data penginderaan jauh yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra IKONOS. IKONOS adalah satelit yang diluncurkan bulan September 1999 dan menyediakan data untuk tujuan komersial Amerika Serikat pada awal 2000. Satelit ini memiliki orbit Sun-Synchronous yang hampir polar dengan sudut inklinasi sebesar 98,1 derajat dan lebar sapuan 11 km Gerlach, 2000 dalam harumi, 2004. Keistimewaan utama dari satelit dengan ketinggian orbit mencapai 681 kilometer adalah kemampuanya yang dapat membedakan ukuran terkecil hingga 1 meter diatas permukaan bumi , citra yang dihasilkan memiliki kualitas pictorial yang sangat baik seperti foto udara dan memiliki resolusi temporal 1 hingga 3 hari sesuai dengan kebutuhan. Satelit ini disebut juga Agile Platform artinya satelit ini dapat memposisikan dirinya untuk merekam permukaan bumi pada area yang diinginkan. Karakteristik citra IKONOS dimana sensor satelit IKONOS yang berupa kamera digital dengan kemampuan menghasilkan citra pankromatik dan multispektral.Untuk lebih jelasnya akan kelebihan dan kekurangan dari pada citra ikonos dapat di lihat dari tabel 1.2. dibawah ini. Tabel 1.2. Keunggulan dan Kelemahan Citra Ikonos Keunggulan Citra IK O NOS Kemampuan Cakupan Luas Luas Area Yang Direkam Kemampuan Resolusi Spatial Kemampuan Skala Citra Satelit Identifikasi Obyek 11 Km x 11 Km 1 m dan 4 m 1 :2500 Skala LokalDetail Kendala Citra IKONOS Jenis Sensor Satelit Tutupan Awan Kemampuan Pengambilan Area Pasif tidak dapat menembus awan Maksimum 20 Dianggap Berhasil Segi Empat dan Lebar Minimum 5 Km Sumber : Sutanto 1986 10 Satelit IKONOS yang namanya diambil dari bahasa yunani yaitu “eye- khos-nos” yang berarti gambar, merupakan era baru dalam dunia penginderaan jauh. IKONOS merupakan satelit beresolusi tinggi pertama yang merupakan satelit komersial yang dapat digunakan oleh masyarakat luas. Satelit ini dirancang untuk beroperasi selama 7 tahun. Sumber energi satelit ini dihasilkan oleh 3 buah sollar array yang menghasilkan daya sebesar 1100 watt. Satelit IKONOS dilengkapi memori dengan kapasitas mencapai 64 gigabyte sebagai media penyimpanan data. Data hasil rekaman disimpan dalam memory, kemudian ditransfer kestasiun penerima dibumi dengan kemampuan transfer sebesar 320 Megabyte per detik Gerlach, 2000 dalam Bernadeta 2005. Kamera yang dipasang pada satelit IKONOS dibuat oleh perusahaan kamera Eastman Kodak Company in Rochester, yang bermarkas di New York, USA. Kamera ini memiliki sensor pankromatik yang menghasilkan citra dengan resolusi spatial 1 meter dan sensor multispektral dengan resolusi spatial 4 meter. Satelit IKONOS memiliki sensor berupa system kamera digital yang mampu menghasilkan citra pankromatik dan multispektral. Resolusi spasialnya adalah 1 meter untuk citra mode pankromatik dan 4 meter untuk citra mode multispektral. Tipe dan saluran citra IKONOS disajikan pada tabel 1.2. Sensor IKONOS mampu menghasilkan citra dengan resousi radiometrik 8 bit maupun 11 bit sehingga memiliki variasi keabuanuntuk pankromatik dan warna untuk multispektral yang lebih baik gambar yang dihasilkan lebih tajam sebagai akibat banyaknya variasi warna yang dimiliki. Proses perekamanya dipermukaan bumi, sensor satelit IKONOS menggunakan 4 band yang menghasilkan data citra mode multispektral dan 1 band untuk citra pankromatiknya. Tabel. 1.3. Band – band Spektral Sensor Ikonos Tipe Band saluran Julat spectral µm Resolusi Spatial m Pankromatik 1 0,45 - 0,90 1 Multispektral 1 biru 2 hijau 3 merah 4 Inframerah dekat 0,45 – 0,53 0,52 – 0,61 0,64 – 0,72 0,77 – 0,88 4 4 4 4 Sumber : Gerlach 1983 dalam Harumi 2004 11 Kamera digital satelit IKONOS memiliki panjang fokus 10 meter yang dilengkapi dengan 3 buah cermin anastigmat dengan kemampuan refokus pada orbit. Detektor pankromatik dan multispektral dilengkapi dengan anti-blooming circurity untuk membatasi adanya kerusakankesalahan blooming hingga 1,5 kali maksimum penyinaran cahaya untuk setiap satu piksel. Persyaratan detector yang dapat dioperasikan kurang dari atau sama dengan 0,1 . Persyaratan pada sistem akurasi radiometriknya adalah 10 absolut meaning temporally, 10 relatif dari piksel ke piksel, dan linieritasnya adalah 5 . Sensor pankromatik satelit IKONOS berisi 13,816 detektor dengan 5 buah mode ground commandable time delayed integration TDI. TDI merupakan metode untuk mengontrol besar kecilnya pemasukan cahaya pada saat eksposure dengan tingkat perubahan yang tinggi a wide dynamic range of input radiance’s. nilai TDI pada sebuah citra 1 scene sama. Sementara itu setting nilai TDI yang digunakan oleh IKONOS, waktu eksposur adalah 2,7 milidetik www.spaceimaging.com , 2003. 5.1.5. Unsur Interpretasi Interpretasi Citra, merupakan perbuatan mengkaji Citra atau Foto Udara dengan maksud untuk mengidentifikasikan obyek dan menilai arti pentingnya obyek tersebut Sutanto, 1986 Pengenalan Obyek, merupakan bagian vital dalam interpretasi citra. Tanpa dikenali identitas dan jenis obyek yang tergambar pada citra, tidak mungkin dapat dilakukan analisis untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Demikian perkembangan obyek itu, sehingga ada satu periode perkembangan penginderaan jauh yang memusatkan perhatianya pada pengenalan obyek pada citra. Prinsip pengenalan obyek pada citra ini, mendasarkan atas penyidikan karakteristik atau atributnya pada citra. Karakteristik yang tergambar pada citra yang digunakan untuk mengenali suatu obyek disebut dengan unsur Interpretasi, yang terdiri dari rona atau warna, ukuran, bentuk, tekstur, pola, bayangan dan tinggi, situs dan asosiaasi Sutanto, 1986. 12 a. Ronawarna, merupakan unsur dasar dalam interpretasi. Rona adalah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan obyek pada citra. Warna adalah wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit. b. Bentuk, merupakan variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau kerangka suatu obyek. c. Ukuran, ialah atribut obyekyang antara lain berupa jarak, luas, tinggi, lereng dan volume. d. Tekstur, ialah frekuensi perubahan rona pada citra Lillesand dan Kiefer,1997 atau pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual. Kekasaran tekstur beberapa obyek sangat tergantung pada skala dan merupakan gabungan dari bentuk, ukuran, pola, bayangan, dan ronanya. Bentuk, ukuran dan tekstur dikelompokan sebagai susunan keruangan rona sekunder dalam segi kerumitan. e. Pola, yaitu susunan keruangan merupakan ciri yang memadai bagi banyak obyek bentukan manusia dan bagi beberapa obyek alamiah. f. Bayangan, disamping bersifat menyembunyikan detail atau obyek yang berada di daerah gelap, tetapi juga merupakan kunci pengenalan yang penting bagi beberapa obyek yang justru lebih tampak dari bayangan. Pola, tinggi dan bayangan dikelompokan kedalam tingkat kerumitan tersier. g. Situs, merupakan letak suatu obyek terhadap obyek lain disekitarnya. h. Asosiasi, merupakan keterkaitan antar obyek yang satu dengan yang lain. 5.1.6. Sistem Informasi Geografis Penerapan teknologi SIG sistem informasi geografis saat ini telah meliputi berbagai bidang dan kegiatan baik dari instansi pemerintah maupun swasta untuk kegiatan perencanaan maupun pemantauan Dulbahri, 1993 dalam Bernadeta S, 2005. Pernyataan di atas menunjukkan bahwa terapan SIG sangat luas sehingga memungkinkan untuk dikembangkan pula pada kajian dalam 13 penelitian ini. Pemanfaatan teknik ini untuk memecahkan masalah, menentukan pilihan ataupun menentukan kebijaksanaan berdasarkan metode analisis spasial. Teknik ini menggunakan komputer sebagai alat untuk pengelolaan, manipulasi, analisis sumberdaya yang diperoleh. Secara umum terdapat empat komponen dasar atau subsistem yang membentuk SIG, yaitu : 1. Komponen masukan data Input 2. Basis data spatial digital spatial database 3. Sistem pengolahan basis data Database Manajement System 4. Komponen penyajian datakeluaran Output Menurut Aronoff 1989 dalam Sutanto, 1995 SIG adalah suatu sistem berbasis komputer yang memberi 4 empat kemampuan untuk menangani data bereferensi geografis, yaitu pemasukan, pengolahan, atau manajemen data penyimpanan dan pengaktifan kembali, manipulasi dan analisis serta keluaran. Data dalam SIG tersimpan dalam format digital, jumlah data yang besar dapat disimpan dan diambil kembali secara cepat. Keunggulan SIG lainnya adalah kemampuan manipulasi dan analisis data spasial dengan mengaitkan data dan atau informasi atribut untuk menyatukan tipe data yang berbeda ke dalam suatu analisis tunggal. Berdasar dari kenyataan di atas diharapan terapan SIG dapat digunakan untuk mengintegrasikan peta hasil pemasukan data dari SIG, data kerja lapangan, dan data sekunder yang tentunya mempunyai format yang berbeda. Peta akhir yang dihasilkan merupakan peta kualitas lingkugan fisik permukiman. Peta ini selanjutnya dianalisis melalui tumpang susun overlay peta yang didapatkan dari data skunder untuk dapat mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kualitas lingkungan fisik permukiman. 14 5.2.Penelitian Sebelumnya 5.2.1 Bernadeta Setyawati, 2005 Melakukan penelitian yang berjudul Penggunaan Citra IKONOS dan Sistem Imformasi Geografi dalam evaluasi kesesuaian Lahan Untuk Kawasan Industri di Kota Tasikmalaya Jawa Barat, dimana dalam penelitianya menggunakan metode pengintegrasian antara penginderaan jauh dengan Sistem Informasi Geografi SIG dimana data penginderaan jauh untuk penyadapan data, sedangkan SIG digunakan dalam proses pengolahan data, analisis data dan penyajian data informasi. Penyadapan data dilakukan dengan cara interpretasi citra IKONOS yang dibantu dengan beberapa peta, yaitu peta RBI, peta muka air tanah, dan peta tanah.dimana metode penilaian kesesuaian potensi lahan yang digunakan adalah metode pengharkatan berjenjang tertimbang yaitu dengan memberikan bobot tertimbang pada setiap parameter lahan yang digunakan dan memberikan bobot tertimbang yang menunjukan besarnya pengaruh parameter lahan yang digunakan terhadap pemilihan lokasi suatu kawasan industri.Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel fisik lahan, faktor aksesibilitas, penggunaan lahan saat ini serta rencana tata ruang setempat. 5.2.2. Indrastuti 2002 Dalam Penelitianya yang berjudul Pengolahan dan Interpretasi Citra IKONOS untuk mengtahui bentuk kota cikarang kabupaten Bekasi 2001. metode yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu penginderaan jauh dengan teknik interpretasi data digital citra IKONOS. Variabel yang digunakan mencakup kepadatan rumah, ukuran rumah, dan bentuk serta pola permukiman yang ada. Sedangkan hasil dari penelitian yang dilakukan bahwasanya adalah untuk mengetahui proses pengolahan citra IKONOS dan didapatkanya data mengenai bentuk kota Cikarang tahun 2001. Adapun perbedaan dan persamaan dengan penelitian sebelumnya dapat dilihat dalam tabel 1.4. 14 Tabel 1.4. Perbandingan Pustaka dan Penelitian Sebelumnya Penelitian tahun Judul Tujuan Metode Data yang dikumpulkan Hasil Indrastuti Tahun 2002 Pengolahan dan Interpretasi Citra Ikonos untuk mengetahui bentuk Kota Cikarang kabupaten Bekasi tahun 2001 Mengetahui proses pengolahan dan interpretasi citra Ikonos untuk mengetahui bentuk kota Cikarang kabupaten Bekasi tahun 2001 Pengideraan Jauh dengan teknik Interpretasi data digital citra Ikonos Liputan data yang dikumpulkan meliputi data citra Ikonos tahun 2000 dan tahun 2001 serta peta penggunaan lahan dan peta administratif. Hasil intrepetasi Citra setelah dibandingkan dengan survai teresterial ternyata tingkat akurasi Citra sebesar 75 Bernadeta Setyawati Tahun 2005 Penggunaan citra Ikonos dan SIG dalam evaluasi kesesuaian lahan untuk kawasan industri di Kota Tasikmalaya 1. Mengkaji kemampuan interpretasi citra Ikonos untuk identifikasi parameter fisik lahan dan aksesibilitas yang dipergunakan dalam evaluasi lahan untuk kawasan industri 2. Memetakan tingkat kesesuaian lahan kota tasikmalaya Metode yang digunakan adalah pengintregrasian Penginderaan Jauh dengan Sistem Informasi Geografi. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu citra Ikonos tahun 2000 dan peta administratif peta penggunaan lahan Kota Tasikmalaya Hasil dari penghitungan yang telah dilakukan, maka nilai keakurasian citra Ikonos untuk evaluasi kesesuaian lahan Kota Tasikmalaya sebesar 80,33 M. Nurul Huda 2006 Analisis lingkungan fisik permukiman melalui Citra Ikonos Tahun 2001 di Kecamatan Pasar Kliwon Kodya Surakarta 1. Mengetahui agihan kualitas lingkungan fisik permukiman di daerah penelitian. 2. Mengetahui pengaruh distribusi fasilitas sosial, ekonomi, pendidikan dan transportasi terhadap kualitas lingkungan fisik permukiman. 3. Mengetahui faktor-faktor dominan yang mempengaruhi adanya perbedaan agihan kualitas lingkungan fisik permukiman di daerah penelitian Metode yang digunakan berdasarkan pengintregasian antara unsur Interpretasi dan Uji Terestris Citra Ikonos tahun 2001 dan peta administratif kecamatan Pasar kliwon kodya Srakarta Hasil dari penelitian yang dilakukan adalah adanya peta kualitas lingkungan permukiman fisik serta analisis mengenai kualitas dari lingkungan permukiman tersebut Sumber : Penulis 15

1.6. Kerangka Pemikiran

Dokumen yang terkait

ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN FISIK PERMUKIMAN KECAMATAN PAKUALAMANKOTA YOGYAKARTA Analisis Kualitas Lingkungan Fisik Permukiman Kecamatan Pakualaman Kota Yogyakarta.

0 5 17

ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN FISIK PERMUKIMAN KECAMATAN PAKUALAMAN Analisis Kualitas Lingkungan Fisik Permukiman Kecamatan Pakualaman Kota Yogyakarta.

0 4 17

PENDAHULUAN Analisis Kualitas Lingkungan Fisik Permukiman Kecamatan Pakualaman Kota Yogyakarta.

0 4 39

PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN TERHADAP KUALITAS AIR TANAH DI KECAMATAN PASAR KLIWON Pengaruh Kondisi Lingkungan Permukiman Terhadap Kualitas Air Tanah Di Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.

0 1 15

PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN TERHADAP KUALITAS AIR TANAH DI KECAMATAN PASAR KLIWON Pengaruh Kondisi Lingkungan Permukiman Terhadap Kualitas Air Tanah Di Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.

0 1 15

PENDAHULUAN Pengaruh Kondisi Lingkungan Permukiman Terhadap Kualitas Air Tanah Di Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.

0 7 23

PENDAHULUAN Analisis Kualitas Lingkungan Permukiman Menggunakan Citra Quickbird Di Kecamatan Kotagede Kota Yogyakarta.

0 2 27

ANALISIS LINGKUNGAN FISIK PERMUKIMAN MELALUI CITRA IKONOS TAHUN 2001 DI KECAMATAN ANALISIS LINGKUNGAN FISIK PERMUKIMAN MELALUI CITRA IKONOS TAHUN 2001 DI KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKARTA.

0 1 14

Efektivitas Program Revitalisasi Pasar Kliwon di Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.

0 0 16

Efektivitas Program Revitalisasi Pasar Kliwon di Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta COVER

0 0 16