Korelasi Short Form-36 dengan Skala Eastern Cooperative Oncology Group dalam Menilai Kualitas Hidup pada Pasien Limfoma Non Hodgkin yang Mendapat Kemoterapi Regimen Cyclophosphamide, Doxorubicin, Vincristine, dan Prednisone

KORELASISHORT FORM-36 DENGAN SKALA EASTERN COOPERATIVE ONCOLOGY GROUP DALAM MENILAI
KUALITAS HIDUPPADA PASIEN LIMFOMA NON HODGKIN YANG MENDAPAT KEMOTERAPI REGIMEN CYCLOPHOSHAMIDE, DOXORUBICIN, VINCRISTINE, DAN
PREDNISONE
TESIS
Oleh
DIKA IYONA SINULINGGA NIM : 087101016
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014
Universitas Sumatera Utara

KORELASISHORT FORM-36 DENGAN SKALA EASTERN COOPERATIVE ONCOLOGY GROUPDALAM MENILAI KUALITAS HIDUP PADA PASIEN LIMFOMA NON
HODGKIN YANG MENDAPAT KEMOTERAPI REGIMEN CYCLOPHOSPHAMIDE, DOXORUBICIN, VINCRISTINE, DAN
PREDNISONE
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinik dan Spesialis Penyakit Dalam pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara
Oleh
DIKA IYONA SINULINGGA
087101016
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

Universitas Sumatera Utara

Judul Tesis

: Korelasi Short Form-36 Dengan Skala Eastern Cooperative

Oncology Group Dalam Menilai Kualitas Hidup Pada Pasien

Limfoma Non Hodgkin Yang Mendapat Kemoterapi Regimen

Cyclophosphamide, Doxorubicin, Vincristine, dan Prednisone

Nama Mahasiswa

: Dika Iyona Sinulingga

Nomor Induk Mahasiswa : 087101016

Program Studi


: Spesialis Ilmu Penyakit Dalam

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Dr. Dairion Gatot, SpPD-KHOM Ketua

Dr. Savita Handayani, SpPD Anggota

Sekretaris Departemen
Dr. RefliHasan, SpPD, SpJP(K) NIP. 19610403 198709 1 001
Tanggal Lulus:4 September 2014

Sekretaris Program Studi Dr. ZainalSafri, SpPD, SpJP NIP. 19680504 199903 1 001
Universitas Sumatera Utara

Telahdiuji PadaTanggal :4 September 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua


: Prof. dr. Lukman Hakim Zain, SpPD-KGEH

Anggota

: dr. Mabel Sihombing, SpPD-KGEH

dr. Yosia Ginting, SpPD-KPTI

dr. Zainal Safri, SpPD, SpJP

Universitas Sumatera Utara

PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya penulis sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah penulis nyatakan dengan benar

Nama NIM Tanda Tangan

: Dika Iyona Sinulingga : 087101016 :


Universitas Sumatera Utara

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama

:DikaIyonaSinulingga

NIM

:087101016

Program Studi

:Ilmu Penyakit Dalam

Jenis Karya


:Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas tesis saya yang berjudul :“KorelasiShort Form-36 Dengan Skala Eastern Cooperative Oncology Group Dalam Menilai Kualitas Hidup Pada Pasien Limfoma Non Hodgkin Yang Mendapat Kemoterapi Regimen Cyclophosphamide, Doxorubicin, Vincristine, dan Prednisone”beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk database, merawat dan mempublikasikan tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di

: Medan

Pada tanggal : 15 Agustus 2014

Yang menyatakan,

( Dika Iyona Sinulingga)

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji syukur yang tak terhingga senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas karunia, petunjuk, kekuatan dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penulis sangat menyadari bahwa tanpa bantuan dari semua pihak, tesis ini tidak mungkin dapat penulis selesaikan. Oleh karena itu perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Rasa hormat, penghargaan dan ucapan terima kasih sebesarbesarnya penulis sampaikan kepada:

1. dr. Salli Roseffi Nasution, SpPD-KGH dan dr. Refli Hasan, SpPD, SpJP(K) selaku Kepala dan Sekretaris Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK-USU yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk mengikuti pendidikan serta senantiasa membimbing, memberi dorongan dan kemudahan selama penulis menjalani pendidikan.
2. dr. Zainal Safri, SpPD, SpJP dan dr. Ilhamd, SpPD selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Ilmu Penyakit Dalam FK-USU yang telah dengan sungguh-sungguh membantu, membimbing, memberi dorongan dan membentuk penulis menjadi dokter Spesialis Penyakit Dalam yang siap mengabdi pada nusa dan bangsa.
3. Khusus mengenai karya tulis ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada dr. Dairion Gatot, SpPD-KHOM dan dr. Savita Handayani, SpPD selaku pembimbing tesis, yang telah memberikan bimbingan dan kemudahan bagi penulis selamamelaksanakan penelitian, juga telah banyak meluangkan waktu dan dengan kesabaran membimbing penulis sampai selesainya karya tulisini. Terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan.
4. dr. Zulhelmi Bustami, SpPD-KGH (Alm), Dr. dr. Dharma Lindarto, SpPDKEMD selaku mantan Kepala Program Studi dan mantan Sekretaris Program StudiIlmu Penyakit Dalam FK-USU, saat penulis diterima sebagai peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis. Terima kasih atas kesempatan, dukungan dan bimbingan yang telah diberikan.
5. Prof. dr. Habibah Hanum Nasution, SpPD-Kpsi dan dr. Rustam Effendi YS, SpPD-KGEH yang bersedia memberikan rekomendasi kepada penulis untuk mengikuti ujian masuk Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Dalam serta bimbingan dan dorongan untuk terus berjuang agar penulis bisa mengikuti dan menyelesaikan pendidikan ini.
Universitas Sumatera Utara

6. Para Guru Besar :Prof. dr. Harun Rasyid Lubis, SpPD-KGH, Prof. dr. Bachtiar Fanani Lubis, SpPD-KHOM,Prof. dr. Habibah Hanum, SpPD-KPsi, Prof. dr. PengarapenTarigan, SpPD-KGEH, Prof. dr. Sutomo Kasiman, SpPD, SpJP(K), Prof. dr. Azhar Tanjung, SpPD-KP-KAI, SpMK, Prof. dr. OK. Moehadsyah, SpPD-KR, Prof. dr. Lukman Hakim Zain, SpPD-KGEH, Prof. dr. M. Yusuf Nasution, SpPD-KGH, Prof. dr. Abdul Majid, Sp.PD-KKV, AIF, Prof. dr. Azmi S. Kar, SpPD-KHOM, Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD-KGEH, Prof. dr. Harris Hasan, SpPD, SpJP(K), Prof. dr. Harun Al Rasyid Damanik, SpPD, SpGK, yang telah memberikan bimbingan dan teladan selama penulis menjalani pendidikan.
7. Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU, para guru penulis : Prof. dr. Lukman Hakim ZainSpPD-KGEH,dr. Rustam Effendi Y.SSpPDKGEH, dr. Zulhelmi Bustami, SpPD-KGH (Alm), dr. Salli Roseffi Nasution, SpPD-KGH, dr. Abdurrahim Rasyid Lubis, SpPD-KGH, dr. R. Tunggul Ch. Sukendar, SpPD-KGH (Alm), dr. Refli Hasan, SpPD, SpJP(K), dr. Zainal Safri, SpPD, SpJP, Dr. dr. Dharma Lindarto, SpPD-KEMD, dr.Mardianto, SpPDKEMD, dr. Santi Syafril, SpPD-KEMD, dr. Sri Maryuni Sutadi, SpPD-KGEH, dr. Betthin Marpaung, SpPD-KGEH (Alm), dr. Mabel Sihombing, SpPDKGEH, Dr. dr. Juwita Sembiring, SpPD-KGEH, dr. Leonardo Basa Dairi, Sp.PD-KGEH, dr. Dairion Gatot, SpPD-KHOM, dr. Yosia Ginting, SpPDKPTI, Dr. dr. Umar Zein, SpPD-KPTI, DTM&H, dr. Armon Rahimi, SpPDKPTI,dr. Alwinsyah Abidin, SpPD-KP, dr. E.N. Keliat, SpPD-KP, dr. Zuhrial Zubir, SpPD-KAI, dr. Pirma Siburian, SpPD-KGer, Dr. dr. Blondina Marpaung, SpPD-KR, dr. Tambar Kembaren, SpPD, dr. Sugiarto Gani, SpPD, dr. Savita Handayani, SpPD serta para guru lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang dengan kesabaran dan perhatiannya senantiasa membimbing penulis selama mengikuti pendidikan. Penulis haturkan rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga.
8. Seluruh staf pengajar di Divisi Hemato-Onkologi Medik Departemen Ilmu Penyakit Dalam: Dr. Dairion Gatot, SpPD-KHOM, Dr. Savita Handayani, SpPD, Dr. Soegiarto Gani, SpPD, dan Dr. Heny S. Lubis, SpPD yang telah memberikan banyak bantuan kepada penulis dalam melakukan penelitian ini.
9. Direktur dan mantan Direktur Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, RSU Dr. Pirngadi, RSU Tembakau Deli, Medan dan RSUD Sibuhuan yang telah
Universitas Sumatera Utara

memberikan fasilitas dan kesempatan yang seluas-luasnya kepada penulis dalam menjalani pendidikan. 10. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan dan Ketua TKP-PPDS Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Dalam di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 11. Dr. TaufikAshar, MKM, selaku pembimbing statistik yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan berdiskusi dengan penulis dalam penyusunan tesis ini. 12. Teman-teman seangkatan penulis yang memberikan dorongan semangat : dr. Siti Taqwa Lubis, MKed(PD), SpPD, dr. Lisa Yuliyanti, dr. Aini Pertiwi, dr. Yuswita Santi Siregar, MKed(PD), SpPD, dr. Rachmat S. W. Siregar, dr. Hendrik Sarumpaet, dr. Tawarta Keliat, dr. Arief Banu Pradipta, dr. Arif Budiman, dr. Andre Marpaung, MKed(PD), SpPD serta seluruh rekan seperjuangan peserta PPDS Ilmu Penyakit Dalam FK-USU, khususnya dr. Ester M. Silalahi, Mked(PD),yang telah memberikan banyak dukungan dengan persahabatan, kerja sama serta berbagi dalam suka dan duka dalam menjalani kehidupan sebagai residen. 13. Partner penelitian dr. MawaddahFitria, SpPDdandokterruangan di RS H. Adam Malik Medan dan RS Pirngadi Medan yang membantumengumpulkan sampel penelitian. 14. Seluruh perawat/paramedis di berbagai tempat di mana penulis pernah bertugas selama pendidikan, terima kasih atas bantuan dan kerja sama yang baik selama ini. 15. Para pasien yang telah bersedia ikut dalam penelitian ini sehingga penulisan tesis ini dapat terwujud. 16. Syarifuddin Abdullah, Lely HusnaNasution, Deni, Yanti, Wanti, Tika, Tanti, ErjanGintingdan seluruh pegawai administrasi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK-USU, yang telah banyak membantu memfasilitasi penulis dalam menyelesaikan tugas pendidikan.
Sembah sujud dan terima kasih tak terhingga penulis haturkan kepada kedua orangtua penulis, Ayahanda Ir. H. R. N. Sinulingga (Alm)dan Ir. Hj. RosainiLubis, atas segala jerih payah, pengorbanan, dan kasih sayang tulus telah melahirkan, membesarkan, mendidik, mendoakan tanpa henti, memberikan dukungan moril dan materiil, serta mendorong penulis dalam berjuang. Semoga Tuhan Yang MahaKuasa senantiasa memberikan kesehatan, rahmat dan karunianya. Demikian juga dengan
Universitas Sumatera Utara

mertua sayaAbdul Muluk Dalimunthe, SH dan Tiasri Hasibuan yang telah mendukung, membimbing, menyemangati, dan menasehati agar kuat dalam menjalani pendidikan, saya ucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya.
Teristimewa, penulis menyampaikan terimakasih yang sedalam – dalamnya kepada suami tercinta, Mahyarudin Dalimunthe, ST, M.Eng dan anak-anakku tercinta Qalesya Aiko Dalimunthe dan Rakhshan Hideaki Dalimunthe atas cinta kasih yang tulus, pengertian, perhatian, kesabaran, dukungan moril dan materil serta telah mendukung, mendoakan, sertamemberikansemangatbagipenulis.Semogaapa yang kitacapaiinidapatmemberikankebahagiaandankesejahteraanbagikitadandiberkati Allah SWT. Kepada saudarakandung penulis,Dini Bahraini Sinulingga, SH, LLM, Debi DwiyonaSinulingga, ST, dandr. R. DisfahanYonandaSinulinggasertasegenapkeluargabesarpenulisyang telah banyak memberikan bantuan moril, semangat dan doa tanpa pamrih selama pendidikan, terimakasihku yang takterhinggauntuksegalanya.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis sampaikan pula terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung selama pendidikan maupun dalam penyelesaian tesis ini.

Semoga Tuhan Yang MahaEsa senantiasa memberikan limpahan rahmat dan karuniaNya kepada kita semua dan semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita dan masyarakat.
Medan, Agustus 2014
Penulis,
Dr. Dika Iyona Sinulingga
Universitas Sumatera Utara

Abstrak
KORELASISHORT FORM-36 DENGAN SKALA EASTERN COOPERATIVE ONCOLOGY GROUP DALAM MENILAI KUALITAS HIDUP PADA PASIEN LIMFOMA NON HODGKIN YANG MENDAPAT KEMOTERAPI REGIMEN CYCLOPHOSPHAMIDE, DOXORUBICIN, VINCRISTINE, DAN PREDNISONE
DikaIyonaSinulingga, Savita Handayani1, Dairion Gatot1 1Divisi Hemato Onkologi Medik Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP.H.Adam Malik Medan
Latar Belakang --- Penilaian kualitas hidup telah menjadi peralatan yang vital,tidakhanyadalampemantauanhasilterapipadapasiendenganberbagaimodalitasterapi, tetapijugakarenatelahterbuktisecarasignifikanmempengaruhimorbiditasdanmortalitas.Baik instrumen yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus telah digunakan dalam penilaian kualitas hidup pada pasien limfoma non hodgkin (LNH). Padapenelitianini, kami menganalisisduainstrumen yang bersifatumum - Skala Status Performa ECOG (The Eastern Cooperative Oncology Group) danSurveiKesehatan SF-36 (Short Form-36) padapasienlimfoma non hodgkin yang mendapatkemoterapi regimen CHOP (Cyclophosphamide, Doxorubicin, Vincristine, Prednisone).
Tujuan --- Untukmengetahuiapakahsurvey kesehatan SF-36 berkorelasidenganskala status performa ECOG padapasienlimfoma non hodgkin yang mendapatkemoterapi regimen CHOP.
Bahan dan Cara --- Penelitian cross sectional dilakukan pada bulan Oktober 2012 hingga Desember 2013. Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara consecutive sampling pada penderita LNH yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi. Dilakukan penilaian kualitas hidup dengan menggunakan SF 36 dan skala ECOG setelah kemoterapi siklus keenam.
Hasil --- Didapatkan 21 penderita LNH pada penelitian,12 pria, 9 wanita dengan rentang umur: 20 – 64 tahun (mean 47,95 ± 10,85), rentang skor SF-36: 23,9 – 95,9 (mean 75,31 ± 17,93), rentang skala ECOG 0 – 4 (mean 0,81 ± 1,12). Pada korelasi Spearman diperoleh korelasi yang signifikan antara SF-36 dengan skala ECOG (r = - 0,744, p =
Universitas Sumatera Utara

0,0001). Dengan nilai cut-off ≥ 54,66SF-36 menunjukkan performa diagnostik yang baik untuk memprediksi skala ECOG yang baik dengan sensitifitas 94,7%, spesifisitas 100%, PPV 100%, NPV 66,67%, LR (+) ~, LR (-) 0,05, akurasi diagnostik 95,23%, dan AUC 98,7% (95% CI: 0% - 100%; p = 0,027). Kesimpulan ---SF 36 berkorelasi dengan skala ECOG dan memiliki diagnostik yang sangat baik dalam memprediksi skala ECOG, sehingga SF 36 dapat menjadi pilihan alternatif dalam menilai kualitas hidup pada pasien limfoma non hodgkin yang mendapat kemoterapi regimen CHOP. Kata Kunci : SF 36, Skala ECOG, Kualitas Hidup, Limfoma Non Hodgkin, KemoterapiCHOP
Universitas Sumatera Utara

Abstract
CORRELATION BETWEEN SHORT FORM-36 AND EASTERN COOPERATIVE ONCOLOGY GROUP SCALE IN ASSESSING NON HODGKIN LYMPHOMA PATIENTS’ QUALITY OF LIFE RECEIVING CYCLOPHOSPHAMIDE, DOXORUBICIN, VINCRISTINE, AND PREDNISONE

CHEMOTHERAPY
DikaIyonaSinulingga, Savita Handayani1, Dairion Gatot1
1Division of Hematology and Medical Oncology, Department of Internal Medicine, Faculty of Medicine, University of Sumatera Utara, Medan
Background --- Health-related quality of life’s (HRQOL) assessment has become a vital tool not only in the monitoring of treatment outcomes in patients on various modalities of therapy but also because it has been established to significantly influence morbidity and mortality. Both generic and disease-specific instruments have been used in the assessment of HRQOL in non hodgkin lymphoma (NHL) patients. In this study, we analyze two generic instruments - The Eastern Cooperative Oncology Group (ECOG) Performance Status Scaleand Health SurveyShort Form-36 (SF-36)in NHL patients receiving Cyclophosphamide, Doxorubicin, Vincristine, and Prednisone (CHOP) chemotherapy.
Objectives--- To find out the the correlation between SF-36 and ECOG scale in NHL patients receiving CHOP chemotherapy.
Materials and Methods ---Cross sectional research was conducted from October 2012 up to December 2013. Samples were selected consecutively to NHL patients that met the inclusion criteria. SF-36 and ECOG scale was assessed after CHOP chemotherapy cycle 6.
Results---There were 21 patients of NHL, 12 male, 9 female, age 20 – 64 years old (mean 47.95 ± 10.85). The range score of SF-36: 23.9 – 95.9 (mean 75,3 ± 17,93). The range scale of ECOG 0 – 4 (mean 0,81 ± 1,12).By using Spearman correlation, we found a significant correlation between SF-36 and ECOG scale (r = - 0,744, p = 0,0001). SF-36 showed good diagnostic performance to predict good ECOG scale with cut-off≥
Universitas Sumatera Utara

54,66,with sensitivity 94,7%, specificity 100%, PPV 100%, NPV 66,67%, LR (+) ~, LR (-) 0,05, accuracy 95,23%, and AUC 98,7% (95% CI: 0% - 100%; p = 0,027). Conclusion --- SF 36 correlates with ECOG scaleand has a very good diagnostic in predicting ECOG scale, therefore SF 36 can be used as an alternative choice in assessing quality of life in patients receiving CHOP chemotherapy . Key Word : SF 36, ECOG scale, Quality of life, Non Hodgkin Lymphoma, CHOP chemotherapy
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar .......................................................................................................... i Abstrak...................................................................................................................... v Abstract..................................................................................................................... vii Daftar Isi ................................................................................................................... ix Daftar Tabel ..............................................................................................................xi Daftar Gambar .......................................................................................................... xii Daftar Singkatan ....................................................................................................... xiii Daftar Lampiran........................................................................................................ xiv

BAB I

PENDAHULUAN ................................................................................. 1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1.2 Perumusan Masalah...................................................................... 1.3 Hipotesis ....................................................................................... 1.4 Tujuan Penelitian.......................................................................... 1.5 Manfaat Penelitian........................................................................ 1.6 KerangkaKonsep………………………………………………...


1 1 3 3 4 4 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 5 2.1. Limfoma Non Hodgkin................................................................. 5 2.2. KualitasHidup............................................................................... 12
2.2.1. SurveiKesehatan SF 36...................................................14 2.2.2. Skala ECOG………………………………………….... 19

BAB III METODE PENELITIAN..................................................................... 3.1. DesainPenelitian ........................................................................... 3.2Waktu dan tempatpenelitian............................................................... 3.3 Populasi dan Sampel..................................................................... 3.4 Besar Sampel ................................................................................ 3.5 KriteriaInklusi............................................................................... 3.6 KriteriaEksklusi ............................................................................

21 21 21 21 21 22 22

Universitas Sumatera Utara

3.7 DefinisiOperasional ...................................................................... 3.8 KerangkaOperasional ................................................................... 3.9 BahandanProsedurPenelitian………………………………… .... 3.10 Analisis Data ………………………………………………….... 3.11 EthicalClearance dan InformedConsent .......................................

22 23 23 24 24

BAB IV


HASIL .................................................................................................... 4.1 KarakteristikSubjekPenelitian ...................................................... 4.2 Hasil Penelitian.............................................................................

25 25 26

BAB V PEMBAHASAN……………………………………………………… 32

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 6.1 Kesimpulan................................................................................... 6.2 Saran .............................................................................................

35 35 35

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 36

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1.1 KlasifikasiLimfomaMenurutKlasifikasi REAL dan WHO................... 6 Tabel 2.1.2 Stadium LimfomaMenurut Ann Arbor ................................................. 9 Tabel 2.1.3 KriteriaResponLimfoma ....................................................................... 12 Tabel 2.2.1.1 Pertanyaan yang Mewakili 8 DimensiKuesioner SF-36 ....................... 16 Tabel 2.2.1.2 SkorKuesioner SF-36............................................................................ 17 Tabel 2.2.2.1 Skala ECOG…………………………………………………………. 19 Tabel 4.1.1 KarakteristikDasarSubjekPenelitian ..................................................... 25 Tabel 4.2.1 DistribusiRerata, Simpangan Baku, danHasilUjiNormalitas Data ....... 26 Tabel 4.2.2 Korelasi Spearman SF 36 danSkala ECOG .......................................... 27 Tabel 4.2.3 KorelasiUsiadengan SF 36.................................................................... 28 Tabel 4.2.4 HubunganKarakteristikdengan SF 36 ................................................... 28 Tabel 4.2.5 Sensitifitas, Spesifisitas, Positive danNegative Predictive Valuedari
Skor SF 36 terhadapSkala ECOG...................................................................... 31
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR Halaman

Gambar 4.2.1 GrafikScatter Plot KorelasiSkor SF 36 denganSkala ECOG .............. 27 Gambar 4.2.2 GrafikNilaiDiagnostikSkor SF 36 untukMemprediksi ECOG ............ 30 Gambar 4.2.3 KurvaSensitifitasdanSpesifisitasSkor SF 36 terhadap ECOG.. ........... 31
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR SINGKATAN

LNH

: Limfoma Non Hodgkin

CHOP

: Cyclophosphamide, Vincristine, Doxorubicin, Prednisone

SF 36 : Short Form 36

ECOG

: The Eastern Cooperative Oncology Group

HRQOL: Health Related Quality of Life

QOL

: Quality of Life

WHO

: World Health Organization

REAL

: Revised European American Lymphoma Classification

CD 20

: Cluster Differentiation 20

IPI : International Prognostic Index

EORTC QLQ-C30

: European Organization Research and Treatment of Cancer Quality of Life Questionnaire Control 30

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. SuratPersetujuanKomiteEtikPenelitian ...................................... 40 LAMPIRAN 2. SuratPenjelasanKepadaSubjek................................................... 41 LAMPIRAN 3. SuratPersetujuanSetelahPenjelasan............................................ 43 LAMPIRAN 4. KertasKerjaProfilPesertaPenelitian............................................ 44 LAMPIRAN 5. Cara PemberianKemoterapi Regimen CHOP ………………. .. 50 LAMPIRAN 6. SF-36 SurveiKesehatan ……………………………………... .. 51 LAMPIRAN 7. DaftarRiwayatHidup .................................................................. 57 LAMPIRAN 8. HasilStatistik .............................................................................. 60 LAMPIRAN 9. Master Table ………………………………………………….. 78

Halaman

Universitas Sumatera Utara

Abstrak
KORELASISHORT FORM-36 DENGAN SKALA EASTERN COOPERATIVE ONCOLOGY GROUP DALAM MENILAI KUALITAS HIDUP PADA PASIEN LIMFOMA NON HODGKIN YANG MENDAPAT KEMOTERAPI REGIMEN CYCLOPHOSPHAMIDE, DOXORUBICIN, VINCRISTINE, DAN PREDNISONE
DikaIyonaSinulingga, Savita Handayani1, Dairion Gatot1 1Divisi Hemato Onkologi Medik Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP.H.Adam Malik Medan
Latar Belakang --- Penilaian kualitas hidup telah menjadi peralatan yang vital,tidakhanyadalampemantauanhasilterapipadapasiendenganberbagaimodalitasterapi, tetapijugakarenatelahterbuktisecarasignifikanmempengaruhimorbiditasdanmortalitas.Baik instrumen yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus telah digunakan dalam penilaian kualitas hidup pada pasien limfoma non hodgkin (LNH). Padapenelitianini, kami menganalisisduainstrumen yang bersifatumum - Skala Status Performa ECOG (The Eastern Cooperative Oncology Group) danSurveiKesehatan SF-36 (Short Form-36) padapasienlimfoma non hodgkin yang mendapatkemoterapi regimen CHOP (Cyclophosphamide, Doxorubicin, Vincristine, Prednisone).
Tujuan --- Untukmengetahuiapakahsurvey kesehatan SF-36 berkorelasidenganskala status performa ECOG padapasienlimfoma non hodgkin yang mendapatkemoterapi regimen CHOP.
Bahan dan Cara --- Penelitian cross sectional dilakukan pada bulan Oktober 2012 hingga Desember 2013. Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara consecutive sampling pada penderita LNH yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi. Dilakukan penilaian kualitas hidup dengan menggunakan SF 36 dan skala ECOG setelah kemoterapi siklus keenam.
Hasil --- Didapatkan 21 penderita LNH pada penelitian,12 pria, 9 wanita dengan rentang umur: 20 – 64 tahun (mean 47,95 ± 10,85), rentang skor SF-36: 23,9 – 95,9 (mean 75,31 ± 17,93), rentang skala ECOG 0 – 4 (mean 0,81 ± 1,12). Pada korelasi Spearman diperoleh korelasi yang signifikan antara SF-36 dengan skala ECOG (r = - 0,744, p =
Universitas Sumatera Utara

0,0001). Dengan nilai cut-off ≥ 54,66SF-36 menunjukkan performa diagnostik yang baik untuk memprediksi skala ECOG yang baik dengan sensitifitas 94,7%, spesifisitas 100%, PPV 100%, NPV 66,67%, LR (+) ~, LR (-) 0,05, akurasi diagnostik 95,23%, dan AUC 98,7% (95% CI: 0% - 100%; p = 0,027). Kesimpulan ---SF 36 berkorelasi dengan skala ECOG dan memiliki diagnostik yang sangat baik dalam memprediksi skala ECOG, sehingga SF 36 dapat menjadi pilihan alternatif dalam menilai kualitas hidup pada pasien limfoma non hodgkin yang mendapat kemoterapi regimen CHOP. Kata Kunci : SF 36, Skala ECOG, Kualitas Hidup, Limfoma Non Hodgkin, KemoterapiCHOP
Universitas Sumatera Utara

Abstract
CORRELATION BETWEEN SHORT FORM-36 AND EASTERN COOPERATIVE ONCOLOGY GROUP SCALE IN ASSESSING NON HODGKIN LYMPHOMA PATIENTS’ QUALITY OF LIFE RECEIVING CYCLOPHOSPHAMIDE, DOXORUBICIN, VINCRISTINE, AND PREDNISONE
CHEMOTHERAPY
DikaIyonaSinulingga, Savita Handayani1, Dairion Gatot1
1Division of Hematology and Medical Oncology, Department of Internal Medicine, Faculty of Medicine, University of Sumatera Utara, Medan
Background --- Health-related quality of life’s (HRQOL) assessment has become a vital tool not only in the monitoring of treatment outcomes in patients on various modalities of therapy but also because it has been established to significantly influence morbidity and mortality. Both generic and disease-specific instruments have been used in the assessment of HRQOL in non hodgkin lymphoma (NHL) patients. In this study, we analyze two generic instruments - The Eastern Cooperative Oncology Group (ECOG) Performance Status Scaleand Health SurveyShort Form-36 (SF-36)in NHL patients receiving Cyclophosphamide, Doxorubicin, Vincristine, and Prednisone (CHOP) chemotherapy.
Objectives--- To find out the the correlation between SF-36 and ECOG scale in NHL patients receiving CHOP chemotherapy.
Materials and Methods ---Cross sectional research was conducted from October 2012 up to December 2013. Samples were selected consecutively to NHL patients that met the inclusion criteria. SF-36 and ECOG scale was assessed after CHOP chemotherapy cycle 6.
Results---There were 21 patients of NHL, 12 male, 9 female, age 20 – 64 years old (mean 47.95 ± 10.85). The range score of SF-36: 23.9 – 95.9 (mean 75,3 ± 17,93). The range scale of ECOG 0 – 4 (mean 0,81 ± 1,12).By using Spearman correlation, we found a significant correlation between SF-36 and ECOG scale (r = - 0,744, p = 0,0001). SF-36 showed good diagnostic performance to predict good ECOG scale with cut-off≥
Universitas Sumatera Utara

54,66,with sensitivity 94,7%, specificity 100%, PPV 100%, NPV 66,67%, LR (+) ~, LR (-) 0,05, accuracy 95,23%, and AUC 98,7% (95% CI: 0% - 100%; p = 0,027). Conclusion --- SF 36 correlates with ECOG scaleand has a very good diagnostic in predicting ECOG scale, therefore SF 36 can be used as an alternative choice in assessing quality of life in patients receiving CHOP chemotherapy . Key Word : SF 36, ECOG scale, Quality of life, Non Hodgkin Lymphoma, CHOP chemotherapy
Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Kualitas hidup terkait kesehatan sering didefinisikan sebagai “nilai yang diberikan
untuk durasi kehidupan sebagaimana telah diubah oleh gangguan, status fungsional, persepsi, dan kesempatan sosial yang dipengaruhi oleh penyakit, trauma, terapi, atau kebijakan”. Penilaian kualitas hidup telah menjadi peralatan yang vital, tidak hanya dalam pemantauan hasil terapi pada pasien dengan berbagai modalitas terapi, tetapi juga karena telah terbukti secara signifikan mempengaruhi morbiditas dan mortalitas.1
Penilaian kualitas hidup terkait kesehatan adalah penting, sebagaimana ia menentukan seberapa dekat modalitas terapi mencapai prinsip fundamental dalam memperpanjang hidup, menghilangkan tekanan, mengembalikan fungsi dan mencegah disabilitas, yang secara konsekuen akan menyebabkan hidup yang lebih produktif dan efektif. Hal ini terkait, sebagaimana definisi WHO mengenai kesehatan membawa pusat perhatian terhadap perlunya pendekatan holistik untuk terapi.1
Baik instrumen yang bersifat umum atau yang spesifik untuk penyakit tertentu telah digunakan dalam penilaian kualitas hidup terkait kesehatan pada pasien limfoma non hodgkin dengan berbagai modalitas terapi. Setiap instrumen tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan tertentu, tetapi secara umum memiliki korelasi yang baik.1,2 Pada penelitian ini, kami menganalisis dua instrumen yang bersifat umum - Skala Status Performa ECOG (The Eastern Cooperative Oncology Group) dan Survei Kesehatan SF-36 (Short Form-36) pada pasien limfoma non hodgkin yang mendapat kemoterapi regimen CHOP (Cyclophosphamide, Doxorubicin, Vincristine, Prednisone).
Limfoma non hodgkin merupakan neoplasma hematopoietik yang paling sering ditemukan, menempati urutan ketujuh dari seluruh kanker. Limfoma non hodgkin ditemukan 5 kali lebih banyak dari limfoma Hodgkin. Saat ini jumlah penderita limfoma non Hodgkin semakin bertambah, hal ini mungkin berkaitan dengan deteksi dini ataupun infeksi HIV.3,4 Dari data epidemiologi yang kami dapatkan, jumlah penderita limfoma non
Universitas Sumatera Utara

Hodgkin yang berobat ke Instalasi Rawat Jalan RSUP. H. Adam Malik selama periode 1 Januari – 31 Desember 2009 berjumlah 60 orang.
Pemilihan terapi untuk limfoma non Hodgkin bergantung kepada stadium tumor, fenotipe (sel B, T, atau NK), histologi (low, intermediate, atau high grade), gejala, status performa pasien, umur, dan faktor komorbid. Kemoterapi dengan regimen CHOP diindikasikan pada pasien limfoma non hodgkin dengan intermediate hingga high grade. Kemoterapi diberikan sebanyak 6-8 siklus terapi. Pemberian regimen CHOP juga bisa dikombinasikan dengan antibodi monoklonal seperti Rituximab. Penelitian yang membandingkan efektivitas regimen-regimen kemoterapi pada limfoma maligna menyimpulkan sampai saat ini regimen CHOP yang lebih murah dan lebih sederhana dibandingkan dengan regimen-regimen lain yang merupakan terapi terpilih, seperti mBACOD, ProMACE, dan MACOP-B.4,5
Skala Status Performa ECOG merupakan skala peringkat yang digunakan dokter yang menjamin penilaian objektif status klinis pasien. Skala status performa ECOG secara original didesain untuk menilai progresivitas penyakit pasien, menilai bagaimana penyakit mempengaruhi kemampuan aktivitas sehari-hari pasien, dan menentukan terapi yang paling cocok serta prognosisnya. Saat ini ECOG kemungkinan merupakan instrumen kualitas hidup terkait kesehatan yang paling sering digunakan, bersamaan dengan Karnofsky. ECOG terdiri dari 6 skala, mulai dari 0 hingga 5. Skala 0 berarti aktif secara penuh, bisa melakukan aktivitas sebagaimana sebelum terkena penyakit tanpa hambatan. Skala 1 berarti terbatas dalam melakukan aktivitas berat tetapi masih bisa rawat jalan dan bisa melakukan pekerjaan yang ringan seperti pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan kantor yang ringan. Skala 2 berarti bisa rawat jalan dan mampu untuk merawat diri sendiri tetapi tidak mampu melakukan pekerjaan dan < 50% waktu harus berbaring. Skala 3 berarti hanya mampu merawat diri sendiri dan > 50% waktu harus berbaring. Skala 4 berarti harus berbaring terus menerus, dan 5 berarti meninggal. Beberapa kelemahannya adalah fakta bahwa skornya tidak tergantung pada penilaian pasien dan fakta bahwa status mental tidak dinilai.6,7,8,9
Kualitas hidup bersifat multidimensional sehingga dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Bottomley dkk menyatakan bahwa skala ECOG ternyata tidak cukup
Universitas Sumatera Utara

sensitif dalam menilai kualitas hidup. Hal ini dimungkinkan oleh karena skala ECOG sangat tergantung oleh penilaian dokter, dan hanya melihat kemampuan fisik saja. Karena itu, alat ukur kualitas hidup seharusnya bersifat multidimensional yang menyinggung aspek fisik, sosial dan emosional, simpel, mudah dimengerti dan dijawab oleh semua pasien dan harus divalidasi.10,11
Short Form-36 (SF-36) merupakan salah satu kuesioner untuk mengukur fungsi kesehatan fisik dan mental. SF-36 terdiri dari 36 butir pertanyaan yang menggambarkan 8 sub skala, yaitu fungsi fisik, hambatan kerja yang dialami oleh karena masalah fisik, nyeri pada tubuh, persepsi kesehatan secara umum, vitalitas, fungsi sosial, hambatan kerja oleh karena masalah emosional, dan kesehatan mental. Dua skor kesimpulan yang digambarkan oleh SF-36 adalah komponen fisik dan komponen mental. SF-36 biasa digunakan untuk mengukur kualitas hidup di antara pasien-pasien dengan penyakit kronik, membandingkan antara pasien-pasien penyakit kronik dengan tingkat keparahan tertentu, serta mengukur kualitas hidup setelah terapi tertentu.12,13,14
Beberapa penelitian terdahulu, yang dilakukan oleh Sutrisno, dkk di Bali, mendapatkan korelasi yang kuat antara kualitas hidup yang dinilai dengan menggunakan EORTC QLQ C-30 dan skala ECOG. Yost, dkk mendapatkan korelasi yang sedang antara kualitas hidup yang dinilai dengan FACT-G dan skala ECOG.10 Pada penelitian ini, kami menganalisis korelasi SF-36 dengan skala ECOG, sehingga diharapkan jika ditemukan korelasi yang kuat, SF-36 dapat digunakan bersama dengan ECOG dalam menilai kualitas hidup pada pasien limfoma non hodgkin yang mendapat kemoterapi regimen CHOP secara lebih komprehensif.
1.2. Perumusan Masalah Apakah survey kesehatan SF-36 berkorelasi dengan skala ECOG pada pasien
limfoma non hodgkin yang mendapat kemoterapi regimen CHOP?
1.3. Hipotesis Survey kesehatan SF-36 berkorelasi dengan skala ECOG pada pasien limfoma
non hodgkin yang mendapat kemoterapi regimen CHOP.
Universitas Sumatera Utara

1.4. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui apakah survey kesehatan SF-36 berkorelasi dengan skala
ECOG pada pasien limfoma non hodgkin yang mendapat kemoterapi regimen CHOP.
1.5. Manfaat Penelitian 1. Dengan diketahuinya hubungan antara survey kesehatan SF-36 dengan skala ECOG, diharapkan SF-36 dapat digunakan sebagai instrumen yang komprehensif dan tepat bersama dengan skala ECOG dalam menilai kualitas hidup pada pasien limfoma non hodgkin yang mendapat kemoterapi regimen CHOP. 2. Sebagai data dasar bagi penelitian selanjutnya
1.6. Kerangka Konsep
Pasien limfoma non Hodgkin post kemoterapi CHOP 6 siklus

Penilaian dokter

Kualitas Hidup Penilaian pasien

Skala Eastern Cooperative Oncology Group (ECOG Scale)

Survey Kesehatan Short Form 36 (SF 36)

Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Limfoma Non Hodgkin Limfoma non Hodgkin merupakan sekelompok keganasan yang berasal dari sistem
kelenjar getah bening, yang biasanya menyebar ke seluruh tubuh. Diagnosis limfoma non Hodgkin ditegakkan berdasarkan konfirmasi patologis melalui pemeriksaan biopsi jaringan. Patogenesis terjadinya limfoma non Hodgkin adalah translokasi kromosom dan perubahan molekuler, seperti t(14;18)(q32;q21), t(11;14)(q13;q32), dan lainnya. Beberapa virus juga dipercaya mempengaruhi patogenesis terjadinya limfoma non Hodgkin, oleh karena kemampuan mereka untuk menginduksi stimulasi antigen dan disregulasi sitokin, yang akhirnya menyebabkan stimulasi, proliferasi, dan limfomagenesis sel B dan sel T yang tak terkontrol. Virus-virus ini antara lain yaitu virus Epstein Barr, hepatitis C, human T cell leukemia virus type 1 (HTLV-1).3
Morfologi limfoma non Hodgkin kompleks dan bervariasi. Sejak tahun 1960-an, bermunculan berbagai metode klasifikasi. Dengan perkembangan biologi, imunologi, dan genetika molekuler, formula klasifikasi yang baru akan lebih sesuai dengan klinis. Pada waktu mendiagnosis penyakit ini, harus jelas diklasifikasikan termasuk jenis yang mana, barulah dapat membantuk dokter untuk memilih strategi pengobatan yang tepat.3,4
Formulasi kerja merupakan suatu sistem klasifikasi limfoma non Hodgkin yang dikemukakan pada tahun 1982. Klasifikasi ini terutama didasarkan kepada kriteria morfologi (pola pertumbuhan kelenjar limfe dan karakteristik sitologi sel tumor) serta sifat progresivitas biologik (tingkat keganasan rendah, sedang, dan tinggi). Kekurangan dari klasifikasi ini adalah belum dapat membedakan asal tumor dari sel B atau sel T. Selain itu karena belum memanfaatkan teknik imunologi dan genetika molekuler, belum dapat mengidentifikasi jenis tertentu yang penting. Namun demikian, karena penggunaannya secara klinis sudah relatif lama dan klasifikasinya sederhana, maka masih memiliki nilai referensi tertentu.3,4
World Health Organization (WHO) pada tahun 2001 mengklasifikasikan limfoma non Hodgkin menjadi dua golongan besar, yaitu: limfoma yang berasal dari sel B dan
Universitas Sumatera Utara

limfoma yang berasal dari sel T dan NK. Kedua golongan besar ini memiliki banyak entitas penyakit, setiap entitas penyakit memiliki epidemiologi, etiologi, dan ciri klinis yang khas, mereka seringkali bereaksi berbeda terhadap terapi.15,16
Klasifikasi limfoma dapat dilihat pada tabel di bawah ini:3

Tabel 2.1.1. Klasifikasi limfoma menurut klasifikasi REAL dan WHO

Revised European American (REAL) and WHO Consensus Classification

Working Formulation

B-Cell Neoplasms

T-Cell Neoplasms

Low Grade

Small lymphocytic

B-cell CLL/ SLL

T-cell CLL/ SLL

Marginal zone, mucosa

Large granular lymphocytic

associated (MALT)

Adult T-cell lymphoma/ leukemia

Plasmacytoid

Lymphoplasmacytic

Marginal zone (MALT)

Follicular, small-cell, and Follicular, grades I and II

mixed-cell

Mantle cell

Marginal zone (MALT)

Intermediate Grade

Follicular, large-cell

Follicular, grade III

Diffuse, small-cell

Mantle cell

T-cell CLL

Follicular center, diffuse

Large granular lymphocytic

small-cell

Marginal zone (MALT)

Adult T-cell lymphoma/ leukemia

Angioimmunoblastic

Angiocentric

Diffuse, mixed-cell

Large B-cell lymphoma

Peripheral T-cell lymphoma

Follicular center, diffuse

Adult T-cell lymphoma/ leukemia

small-cell

Lymphoplasmacytoid

Angioimmunoblastic

Universitas Sumatera Utara

Diffuse, large-cell
High Grade Large-cell immunoblastic
Lymphoblastic Burkitt Lymphoma

Marginal zone (MALT)

Angiocentric

Mantle cell

Intestinal T-cell lymphoma

Diffuse large B-cell lymphoma Peripheral T-cell lymphoma

Adult T-cell lymphoma/ leukemia

Angioimmunoblastic

Angiocentric

Intestinal T-cell lymphoma

Diffuse large B-cell lymphoma Peripheral T-cell lymphoma

Adult T-cell lymphoma/ leukemia

Angioimmunoblastic

Angiocentric

Intestinal T-cell lymphoma

Anaplastic large cell

Precursor B-cell lymphoblastic Precursor T-cell lymphoblastic

Burkitt Lymphoma

Peripheral T-cell lymphoma

Manifestasi klinis limfoma non Hodgkin bervariasi, karena jaringan limfatik tersebar luas dalam tubuh. Jaringan limfatik di bagian manapun dapat menjadi lesi primer atau dalam perjalanan penyakit mengalami invasi. Kelainan di bagian tubuh berbeda dapat menunjukkan manifestasi berbeda. Selain itu limfoma non Hodgkin stadium lanjut dapat menginvasi jaringan di luar limfatik, maka gejalanya pun lebih rumit lagi. Berikut adalah gejala dan tanda yang dapat dijumpai pada pasien limfoma non Hodgkin:15,16,17 1. Limfadenopati
Yang tampil dengan gejala pertama berupa pembesaran kelenjar limfe superfisial menempati lebih dari 60% pasien, di antaranya yang mengenai kelenjar limfe bagian leher (60-80%), aksila (6-20%), inguinal (6-12%). Pembesaran kelenjar limfe sering asimetri, konsistensi padat dan kenyal, serta tidak nyeri. 2. Kelainan hati

Universitas Sumatera Utara

Terjadi pada stadium lanjut, hepatomegali dan gangguan fungsi hati. Sebagian pasien dapat menderita ikterus obstruktif akibat limfadenopati portal atau akumulasi cairan empedu intrahepatik. 3. Kelainan skeletal
Pada limfoma non Hodgkin sering ditemukan invasi ke sumsum tulang 4. Destruksi kulit
Kelainan kulit ada yang spesifik dan non spesifik. Kelainan spesifik adalah invasi kulit limfoma malignum, tampil bervariasi, massa, nodul, plak, ulkus, papul, dan makula. Ada kalanya berupa eritroderma maligna. Yang non spesifik hanya transformasi dari dermatitis biasa, berupa pruritus, prurigo, herpes zoster, iktiosis akuisita, dan lain-lain. 5. Kelainan sistem neural
Yang sering ditemukan adalah paralisis neural, sefalgia, serangan epileptik, peninggian tekanan intrakranial, kompresi spinal, dan paraplegia. 6. Gejala sistemik a. Demam
Demam dapat berupa demam ireguler, atau demam rekuren periodik spesifik (PelEbstein), penyebab demam mungkin terkait dengan masuknya sel tumor ke dalam sirkulasi. b. Keringat malam c. Penurunan berat badan Dalam 6 bulan berat badan turun lebih dari 10% tanpa penyebab yang spesifik
Untuk memastikan diagnosis, prosedur pemeriksaan lengkap harus dilakukan, mencakup: anamnese yang teliti, khususnya perhatikan ada atau tidaknya simptom B, pemeriksaan fisik lengkap, khususnya perhatikan area limfatik dan cincin Waldeyer faring, ukuran hati dan limpa serta ada tidaknya nyeri tekan tulang.3,18
Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan adalah pemeriksaan hematologi lengkap, urinalisa rutin, feses rutin, laju endap darah, elektrolit darah, fungsi hati dan ginjal, biokimia rutin mencakup gula darah, LDH serum, fosfatase alkali, asam urat, dan lainnya merupakan pemeriksaan rutin pra tindakan.3,18
Universitas Sumatera Utara

Pemeriksaan radiologik yang diperlukan mencakup pemeriksaan foto toraks. Foto toraks terutama bertujuan melihat kelenjar limfe di daerah hilus paru, mediastinum, subkarina dan mamaria internal, sekaligus melihat ada atau tidaknya invasi ke paru. Bila terdapat nyeri tulang, dilakukan foto di bagian tulang yang nyeri.3,18
Pemeriksaan CT yang dianjurkan adalah pemeriksaan CT scan toraks yang lebih peka dari pemeriksaan foto toraks biasa, yang dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin pra terapi limfoma. Pemeriksaan USG, CT atau MRI abdomen termasuk salah satu yang diperlukan sebelum terapi, untuk menemukan lesi rongga abdomen. Sementara pemeriksaan MRI untuk sistem saraf pusat dan foto tulang tidak dianjurkan sebagi pemeriksaan rutin. Pemeriksaanpemeriksaan tersebut hanya dilakukan bila timbul gejala.3,18
Kriteria klasifikasi stadium klinis masih menggunakan patokan yang ditentukan oleh Ann Arbor, dapat dilihat pada tabel di bawah ini: 3,4

Tabel 2.1.2. Stadium Limfoma menurut Ann Arbor

Stadium

Lingkup terkena

I Mengenai satu region kelenjar limfe (I), atau satu lokasi ekstranodal (IE)
II Mengenai dua regio lebih kelenjar limfe, tetapi semuanya masih di satu sisi diafragma (II), atau selain itu juga terdapat invasi organ ekstranodal terlokalisasi di sisi yang sama (IIE)
III Terdapat invasi regio kelenjar limfe di atas dan bawah diafragma (III), dapat disertai invasi organ ekstranodal terlokalisasi (IIIE) atau disertai invasi limpa (IIIS) atau kedua-duanya terkena (IIIES)

IV Invasi jaringan atau organ ekstranodal difus atau diseminata, tidak perduli ada atau tidak ada invasi kelenjar limfe
Penulisan stadium juga dilengkapi dengan:3,4 A: tanpa simptom B

Universitas Sumatera Utara

B: terdapat simptom B (demam≥ 38˚C), keringat malam, atau dalam 6 bulan berat badan turun lebih dari 10% tanpa etiologi lain yang dapat menjelaskan)
E: satu organ ekstranodal di area dekat kelenjar limfe X: terdapat massa besar (bulky disease)
Metode terapi terpenting pada limfoma non Hodgkin adalah kemoterapi, terutama terhadap tingkat keganasan sedang dan tinggi. Radioterapi juga memiliki peranan tertentu dalam terapi limfoma non Hodgkin. Terapi terhadap limfoma non Hodgkin berkaitan erat dengan subtipe patologiknya. Dewasa ini klasifikasi patologik umumnya memakai sistem klasifikasi baru menurut WHO tahun 2001, tetapi klasifikasi kerja masih berguna sebagai rujukan. Setiap pasien paska terapi 2-3 siklus dan setelah selesai terapi harus diperiksa menyeluruh, untuk menilai hasil terapi serta menentukan strategi terapi selanjutnya. 19 1. Limfoma agresif (intermediate/ high grade)
Rekomendasi terapi:

Stadium

Terapi

IA, IIA non bulky (< 10 cm), termasuk E I-II (bulky), III, IV

3-4 siklus CHOP diikuti IFRT (3000cG dalam 10 fraksi) atau 6-8 siklus CHOP ± radioterapi
6-8 siklus CHOP, pada daerah bulky dapat diberikan radioterapi

2. Limfoma indolen 1. Stadium I dan II: radioterapi 3500 – 4000 cGy 2. Stadium III dan IV: - tanpa terapi - indikasi terapi: adanya gejala sistemik, pertumbuhan tumor yang cepat, adanya komplikasi tumor (obstruksi, efusi)

Universitas Sumatera Utara

- kemoterapi tunggal: • Chlorambucil 4-6 mg/m2/hari PO • Fludarabine 25 mg/m2/hari IV selama 5 hari setiap 4 minggu • Cladribine 0,14 mg/kgBB IV drip 2 jam/ hari selama 5 hari, setiap 4 minggu atau 0,1 mg/kgBB/hari infus kontinu selama 7 hari, setiap 4 minggu
- kemoterapi kombinasi: kemoterapi kombinasi dapat digunakan bila diperlukan respon terapi yang cepat
- antibodi monklonal Rituximab merupakan anti CD 20 dengan efek sitotoksik melalui aktivasi komplemen, antibody-dependent cytotoxic cells dan efek langsung terhadap signal intraseluler Indikasi: penderita low grade atau follicular CD 20 positif limfoma non Hodgkin yang relaps atau refrakter. Dosis: 375 mg/m2 IV hari 1, 8, 15, dan 22
- Interferon α Indikasi: follicular lymphoma (respon 40-60%) Dosis: 2 – 3 juta unit 3 kali seminggu
- Radioterapi Indikasi: paliatif: bulky disease dan untuk mengatasi nyeri atau obstruksi “limited” stadium III (asimtomatik, < 5 lokasi yang terlibat, tanpa bulky disease)
3. Limfoma relaps Penderita dengan status performance yang baik direkomendasikan untuk stem cell transplantation atau transplantasi alogenik. Pada sebagian besar penderita dapat dipertimbangkan regimen terapi relaps konvensional. Pada penderita dengan status performance kurang baik dapat diberikan monoterapi paliatif (mitoxantrone, etoposide, fludarabine) atau seperti limfoma derajat rendah.
Universitas Sumatera Utara

Setelah selesai menjalani kemoterapi, maka pasien limfoman non Hodgkin kembali dievaluasi. Berikut adalah tabel yang menunjukkan pemantauan keberhasilan kemoterapi pada limfoma non Hodgkin.20

Tabel 2.1.3. Kriteria respon limfoma

Kategori Respon CR
Cru

Pemeriksaan Jasmani Normal Normal
Normal

Kelenjar Getah Bening Normal Normal Normal
Mengecil

Massa KGB
Normal Normal < 75%
dipastikan

Normal

Normal

Normal

≥ 50%

≥ 50%

Normal

Mengecil

mengecil

PR

Mengecil pada ≥ 50%

≥ 50%

Hati atau limpa Mengecil

mengecil

Relaps/ Progresif

Membesar pada hati/limpa, lokasi Baru atau
Membesar baru

Baru atau membesar

Bone Marrow Normal Normal Normal atau tidak Positif Irelevan
Irelevan
Muncul kembali

2.2.Kualitas Hidup Kualitas hidup menurut World Health Organization (WHO) adalah persepsi
seseorang terhadap kedudukannya dalam konteks kehidupan berdasarkan nilai budaya dan sistem dimana mereka hidup dan hubungannya dalam mencapai target sasaran.21 Ukuran kualitas hidup saat ini banyak digunakan untuk melengkapi penilaian obyektif secara klinis atau ukuran penyakit secara biologis untuk menilai kualitas pelayanan, pemeliharaan kesehatan, keefektifan suatu tindakan intervensi, dan analisis penggunaan biaya.22,23
Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas hidup seseorang, seperti faktor kesehatan, ekonomi, lingkungan, keamanan, dan lainnya. Walaupun faktor-faktor ini saling
Universitas Sumatera Utara

terkait satu sama lain dalam menentukan kualitas hidup seseorang, namun yang akan dibahasi di bidang kesehatan hanya kualitas hidup terkait kesehatan (health related quality of life/ HRQ

Dokumen yang terkait

Gambaran Hematologi Penderita non Hodgkin Limfoma Sebelum Kemoterapi

6 75 46

Korelasi Short Form-36 Dengan Skala Eastern Cooperative Oncology Group Dalam Menilai Kualitas Hidup Pada Pasien Limfoma Non Hodgkin Yang Mendapat Kemoterapi Regimen Cyclophosphamide, Doxorubicin, Vincristine, dan Prednisone

3 39 101

ASUHAN KEPERAWATAN LIMFOMA HODGKIN DAN LIMFOMA NON HODGKIN

0 1 7

Korelasi Short Form-36 dengan Skala Eastern Cooperative Oncology Group dalam Menilai Kualitas Hidup pada Pasien Limfoma Non Hodgkin yang Mendapat Kemoterapi Regimen Cyclophosphamide, Doxorubicin, Vincristine, dan Prednisone

0 0 39

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Limfoma Non Hodgkin - Korelasi Short Form-36 dengan Skala Eastern Cooperative Oncology Group dalam Menilai Kualitas Hidup pada Pasien Limfoma Non Hodgkin yang Mendapat Kemoterapi Regimen Cyclophosphamide, Doxorubicin, Vincristi

0 2 16

COOPERATIVE ONCOLOGY GROUP DALAM MENILAI KUALITAS HIDUPPADA PASIEN LIMFOMA NON HODGKIN YANG MENDAPAT KEMOTERAPI REGIMEN CYCLOPHOSHAMIDE, DOXORUBICIN, VINCRISTINE, DAN PREDNISONE

0 0 20

Gambaran Hematologi Penderita non Hodgkin Limfoma Sebelum Kemoterapi

0 1 13

Korelasi Short Form-36 Dengan Skala Eastern Cooperative Oncology Group Dalam Menilai Kualitas Hidup Pada Pasien Limfoma Non Hodgkin Yang Mendapat Kemoterapi Regimen Cyclophosphamide, Doxorubicin, Vincristine, dan Prednisone

0 1 39

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Limfoma Non Hodgkin - Korelasi Short Form-36 Dengan Skala Eastern Cooperative Oncology Group Dalam Menilai Kualitas Hidup Pada Pasien Limfoma Non Hodgkin Yang Mendapat Kemoterapi Regimen Cyclophosphamide, Doxorubicin, Vincristi

0 0 15

COOPERATIVE ONCOLOGY GROUP DALAM MENILAI KUALITAS HIDUPPADA PASIEN LIMFOMA NON HODGKIN YANG MENDAPAT KEMOTERAPI REGIMEN CYCLOPHOSHAMIDE, DOXORUBICIN, VINCRISTINE, DAN PREDNISONE

0 0 20