Gambaran Hematologi Penderita non Hodgkin Limfoma Sebelum Kemoterapi

(1)

Oleh : Shera Adila

110100087


(2)

Karya Tulis Ilmiah

Oleh : Shera Adila

110100087

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Gambaran Hematologi Penderita Non Hodgkin Limfoma Sebelum Kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2013

Nama : Shera Adila NIM : 110100087

Pembimbing Penguji I

( dr. Suhartono, Sp.PD) (dr. Bambang Prayugo, Sp.B) NIP. 19700426 200502 1 002 NIP. 19800228 200501 1 003

Penguji II

(dr. T. Sofia Hanum, Sp. THT-KL(K)) NIP. 19510428 197802 2 001

Medan, Januari 2015 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara


(4)

ABSTRAK

Non Hodgkin Limfoma (NHL) merupakan keganasan primer limfosit yang dapat berasal dari limfosit yang dapat berasal dari limfosit B, limfosit T, dan kadang berasal dari NK ( natural Killer). Kelainan hematologi tidak jarang ditemukan pada pasien dengan non hodgkin limfoma. Kelainan yang paling sering ditemukan yaitu abnormalitas pada jumlah hemoglobin, trombosit, dan leukosit. Hal ini disebabkan karena proliferasi sel limfosit yang akan berpengaruh terhadap status hematologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran hematologi penderita non hodgkin limfoma berdasarkan status hematologi nya yang di peroleh dari rekam medis.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan studi cross sectional yang dilakukan di RSUP Adam Malik. Data sekunder diperoleh dari rekam medis terdapat 49 sampel penderita non hodgkin limfoma pada tahun 2013 di RSUP.H.Adam Malik Medan.

Hasil penelitian yang didapatkan ialah dari 49 sampel didapatkan 40 sampel mengalami anemia ( 81,6%), 24 diantaranya mengalami limfositosis yaitu dengan jumlah leukosit lebih besar dari 11.000 (49%), 11 sampel mengalami trombositopenia yaitu dengan jumlah trombosit yang kurang dari 150.000 (22,4%).

Berdasarkan hasil penelitian, jelas bahwa perlu dilaksanakan upaya upaya prevensi khususnya bagi setiap pasien dengan non hodgkin limfoma terhadap kejadian anemia yang dapat timbul akibat perkembaangaan penyakit dan bila hal ini berlangsung kronik akan dapat memperparah progresifitas penyakit.

Kata kunci: NHL (Non Hodgkin Limfoma), sebelum kemoterapi, hematologi, anemia.


(5)

ABSTRACT

Non Hodgkin Lymphoma (NHL) is a group of primary malignancy of lymphocytes that can be derived from B lymphocytes, T lymphocytes and sometime (very rare) orginate from NK (natural killer) cells that are in the lymphatic system. Hematologic abnormalities are not uncomon in patients with Non Hodgkin Lymphoma. The most frequent abnormalitiy is the amount of hemoglobin, platelets, and leukocytes. This was due to the proliferation of lymphocytes that will suppress the production of blood cells and can cause hematologic abnormalities. The aims of study described patients with non-Hodgkin's lymphoma hematology based on its hematological status was obtained from medical records.

This study is a descriptive study with a cross-sectional study in RSUP.H. Adam Malik. Secondary data were obtained from medical records contained 49 samples of patients with non-Hodgkin's lymphoma in 2013 in RSUP.H.Adam Malik.

Research results obtained is of 49 samples were obtained 40 samples had anemia (81.6%), 24 of whom had lymphocytosis that the leukocyte counts greater than 11,000 (49%), 11 samples that thrombocytopenia with a platelet count less than 150,000 (22.4%).

Based on the research results, it is clear that prevention efforts need to be undertaken efforts specifically for each patient with non-Hodgkin's lymphoma of the anemia that may arise due to explored disease and chronic if it lasts can actually worsen the progression of the disease.

Keywords : NHL (Non-Hodgkin's Lymphoma), before chemotherapy, hematology, anemia


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk memaparkan landasan pemikiran dan segala konsep menyangkut penelitian yang akan dilaksanakan. Penelitian yang dilaksanakan ini berjudul ”Gambaran

Hematologi Penderita non Hodgkin Limfoma Sebelum Kemoterapi”.

Dalam penyelesaian penelitian ini penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM), Sp.A(K), selaku rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak dr. Suhartono, Sp.PD ,selaku Dosen Pembimbing yang telah memberi banyak arahan dan masukan kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Bapak dr. Bambang Prayugo, Sp.B, selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan petunjuk-petunjuk serta nasihat-nasihat dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini.

5. Ibu dr. T. Sofia Hanum, Sp.THT selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan petunjuk-petunjuk serta nasihat-nasihat dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini.

6. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas bimbingan selama perkuliahan hingga penyelesaian studi dan juga penulisan karya tulis ilmiah ini.


(7)

7. Orang tua penulis yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang dan tiada bosan-bosannya mendoakan serta memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis dan pendidikan.

8. Rekan-rekan mahasiswa FK USU stambuk 2011 yang telah memberi saran, kritik, dukungan materi, dan moril dalam baik dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

9. Para sahabat penulis, Cantik, Eci, Ira, Sona yang telah memberikan dukungan dan semangat sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik

Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan karya tulis ilmiah ini.

Medan, 6 Desember 2014 Penulis

( Shera Adila ) NIM: 110100087


(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR SINGKATAN ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Non Hodgkin Limfoma ... 4

2.1.1. Definisi ... 4

2.1.2. Etiologi dan Faktor Resiko... 5

2.1.3. Klasifikasi ... 5

2.1.4. Pendekatan Diagnostik ... 7

2.1.5. Patogenesis ... 8

2.1.6. Penatalaksanaan ... 9

2.2. Stadium Penyakit Non Hodgkin Limfoma ... 10

2.3. Kelainan Hematologi pada NHL ... 11

2.3.1 Penurunan Jumlah Hemoglobin pada NHL ... 11

2.3.3 Penurunan Jumlah Trombosit pada NHL ... 12

2.3.4 Peningkatan Jumlah Leukosit pada NHL ... 12

2.3. Efek Kemoterapi terhadap Hematologi pada NHL ... 13

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 15 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 15


(9)

3.2. Definisi Operasional ... 15

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 18

4.1. Jenis Penelitian ... 18

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 18

4.3.1. Populasi Penelitian ... 18

4.3.1. Sampel ... 18

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 19

4.5. Metode Analisis Data ... 19

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ... 20

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 20

5.1.2. Deskripsi Sampel Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin 20 5.1.3. Efek Proliferasi Limfosit Pada Non-Hodgkin Limfoma Terhadap Kadar Hemoglobin... 22

5.1.4. Efek Proliferasi Limfosit Pada Non-Hodgkin Limfoma Terhadap Kadar Leukosit... 23

5.1.5. Efek Proliferasi Limfosit Pada Non-Hodgkin Limfoma Terhadap Kadar Trombosit... 24

5.2. Pembahasan 5.2.1. Efek Proliferasi Limfosit Pada Non-Hodgkin Limfoma Terhadap Kadar Hemoglobin... 25

5.2.2. Efek Proliferasi Limfosit Pada Non-Hodgkin Limfoma Terhadap Kadar Leukosit... 27

5.2.3. Efek Proliferasi Limfosit Pada Non-Hodgkin Limfoma Terhadap Kadar Trombosit... 27


(10)

DAFTAR PUSTAKA ... 31 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Jenis-jenis limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin

berdasarkan klasifikasi WHO... 5

Tabel 2.2. Stadium Penyakit Non Hodgkin Limfoma... 7

Tabel 2.3. Granulosit dan Agranulosit sel Darah Putih... 10

Tabel 5.1. Distribusi umur dan jenis kelamin sampel... 21

Tabel 5.2 Efek proliferasi limfosit terhadap kadar Hb... 22

Tabel 5.3. Derajat Keparahan Anemia pada Sampel... 22

Tabel 5.4. Efek Proliferasi Limfosit Terhadap Jumlah Leukosit... 23

Tabel 5.5. Efek Proliferasi Limfosit Terhadap Jumlah Trombosit... 24


(12)

DAFTAR SINGKATAN

NHL Non Hodgkin Limfoma

Riskesdas Riset Kesehatan Dasar

HD Hodgkin disease

Hb Hemoglobin

TB Tuberkulosis

DM Diabetes Melitus

SIRS Sistem Informasi Rumah Sakit

NK Natural Killer

HTLV Human T Lymphoytopic Virus type 1

ECAS European Survey on Cancer Anemia

BFU-E Burst – forming unit erythroid CFU-E dan colony- forming unit erythroid

EPO Eritropoetin

IL Interleukin


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Daftar Riwayat Hidup

LAMPIRAN 2 Hasil Analisis Data SPSS

LAMPIRAN 3 Persetujuan Komisi Etik


(14)

ABSTRAK

Non Hodgkin Limfoma (NHL) merupakan keganasan primer limfosit yang dapat berasal dari limfosit yang dapat berasal dari limfosit B, limfosit T, dan kadang berasal dari NK ( natural Killer). Kelainan hematologi tidak jarang ditemukan pada pasien dengan non hodgkin limfoma. Kelainan yang paling sering ditemukan yaitu abnormalitas pada jumlah hemoglobin, trombosit, dan leukosit. Hal ini disebabkan karena proliferasi sel limfosit yang akan berpengaruh terhadap status hematologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran hematologi penderita non hodgkin limfoma berdasarkan status hematologi nya yang di peroleh dari rekam medis.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan studi cross sectional yang dilakukan di RSUP Adam Malik. Data sekunder diperoleh dari rekam medis terdapat 49 sampel penderita non hodgkin limfoma pada tahun 2013 di RSUP.H.Adam Malik Medan.

Hasil penelitian yang didapatkan ialah dari 49 sampel didapatkan 40 sampel mengalami anemia ( 81,6%), 24 diantaranya mengalami limfositosis yaitu dengan jumlah leukosit lebih besar dari 11.000 (49%), 11 sampel mengalami trombositopenia yaitu dengan jumlah trombosit yang kurang dari 150.000 (22,4%).

Berdasarkan hasil penelitian, jelas bahwa perlu dilaksanakan upaya upaya prevensi khususnya bagi setiap pasien dengan non hodgkin limfoma terhadap kejadian anemia yang dapat timbul akibat perkembaangaan penyakit dan bila hal ini berlangsung kronik akan dapat memperparah progresifitas penyakit.

Kata kunci: NHL (Non Hodgkin Limfoma), sebelum kemoterapi, hematologi, anemia.


(15)

ABSTRACT

Non Hodgkin Lymphoma (NHL) is a group of primary malignancy of lymphocytes that can be derived from B lymphocytes, T lymphocytes and sometime (very rare) orginate from NK (natural killer) cells that are in the lymphatic system. Hematologic abnormalities are not uncomon in patients with Non Hodgkin Lymphoma. The most frequent abnormalitiy is the amount of hemoglobin, platelets, and leukocytes. This was due to the proliferation of lymphocytes that will suppress the production of blood cells and can cause hematologic abnormalities. The aims of study described patients with non-Hodgkin's lymphoma hematology based on its hematological status was obtained from medical records.

This study is a descriptive study with a cross-sectional study in RSUP.H. Adam Malik. Secondary data were obtained from medical records contained 49 samples of patients with non-Hodgkin's lymphoma in 2013 in RSUP.H.Adam Malik.

Research results obtained is of 49 samples were obtained 40 samples had anemia (81.6%), 24 of whom had lymphocytosis that the leukocyte counts greater than 11,000 (49%), 11 samples that thrombocytopenia with a platelet count less than 150,000 (22.4%).

Based on the research results, it is clear that prevention efforts need to be undertaken efforts specifically for each patient with non-Hodgkin's lymphoma of the anemia that may arise due to explored disease and chronic if it lasts can actually worsen the progression of the disease.

Keywords : NHL (Non-Hodgkin's Lymphoma), before chemotherapy, hematology, anemia


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Seiring perubahan gaya hidup dan pola makanan angka penderita kanker pun semakin meningkat di Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi tumor/kanker di Indonesia adalah 4,3 per 1000 penduduk, dan kanker merupakan penyebab kematian nomor tujuh (5,7%) setelah stroke, tuberkulosis (TB), hipertensi, cedera, perinatal, dan diabetes melitus (DM). Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) mengemukakan bahwa limfoma maligna menempati urutan ke lima pada pasien rawat inap di seluruh rumah sakit di Indonesia. (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

Limfoma maligna merupakan penyakit keganasan primer dari jaringan limfoid yang bersifat padat (solid), meskipun kadang kadang dapat menyebar secara sistemik. Secara klinik dan patologik, limfoma maligna dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu: Penyakit Hodgkin ( Hodgkin disease-HD) dan Non Hodgkin Limfoma (NHL) yang ditandai dengan kumpulan limfosit abnormal. (Bakta,2012).

NHL merupakan keganasan primer yang berasal dari limfosit B, limfosit T dan walaupun sangat jarang ada juga yang bersal dari sel NK (natural killer) yang berada dalam sistem limfe. Penyakit ini sangat heterogen, baik dalam tipe histologis, gejala, perjalanan klinis, respon terhadap pengobatan, maupun prognosis. Pada NHL, sebuah limfosit akan berprolifersai secara tak terkontrol dan akan mengakibatkan terbentuknya tumor.( Reksodiputro, 2013).

Penderita NHL akan menunjukkan kelainan kelainan dalam hal hematologi diantaranya ialah penurunan kadar hemoglobin (anemia), penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia), dan penurunan jumlah keping darah (trombositopenia) yang secara langsung akan berdampak tidak baik terhadap kondisi pasien. (Bakta, 2012).

Selain itu, pilihan terapi untuk NHL saat ini ialah dengan kemoterapi, sedangkan efek dari kemoterapi seperti yang sudah kita ketahui ialah penekanan


(17)

produksi dari sel darah merah di sumsum tulang. Untuk itu penulis ingin memaparkan gambaran hematologi pasien non hodkin limfoma yaitu efek proliferasi limfosit terhadap jumlah hemoglobin, jumlah trombosit, dan jumlah leukosit.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Bagaimanakah gambaran hematologi dari penderita non hodgkin limfoma yang belum mendapatkan kemoterapi di RSUP H Adam Malik Medan.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran hematologi penderita non hodgkin limfoma sebelum kemoterapi di RSUP H Adam Malik Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui gambaran hematologi berupa jumlah hemoglobin pada penderita non hodgkin limfoma sebelum kemoterapi di RSUP H Adam Malik Medan.

2. Mengetahui gambaran hematologi berupa jumlah leukosit pada penderita non hodgkin limfoma sebelum kemoterapi di RSUP H Adam Malik Medan.

3. Mengetahui gambaran hematologi berupa jumlah trombosit pada penderita non hodgkin limfoma sebelum kemoterapi di RSUP H Adam Malik Medan .


(18)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Bagi peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam penerapan ilmu semasa kuliah juga keterampilan dalam penelitian.

2. Di bidang pelayanan masyarakat

Data atau informasi penelitian ini dapat masukan bagi Departemen Tenaga Kesehatan dalam memberikan terapi untuk mengatasi kelainan hematologi pada penderita non hogkin limfoma.

3. Di bidang akademik/ilmiah

Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan memperkokoh landasan teoritis ilmu kedokteran di bidang ilmu penyakit dalam khusunya tentang hematologi pada penderita kanker non hodgkin limfoma. 4. Di bidang pengembangan penelitian

Memberikan masukan data bagi peneliti lain bila ingin menggali dan memperdalam lebih jauh topik-topik hematologi pada penderita non hodgkin limfoma.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Non Hodgkin Limfoma

Salah satu jenis kanker yang terbanyak ditemukan di Indonesia adalah limfoma malignum. Limfoma malignum merupakan penyakit kelenjar limfe yang mengakibatkan pembesaran kelenjar limfe dan sering meluas dari satu daerah ke daerah di dekatnya. ( Perdana, 2008). Limfoma malignum terbagi menjadi dua yaitu limfoma hodgkin dan Limfoma Non Hodgkin. Limfoma Hodgkin ciri khasnya ialah ditemukan gambaran reed-sternbeg yang merupakan sel multinuklear, sedangkan limfoma non hodkin akan di bahas lebih lengkap pada penelitian ini.

2.1.1 Definisi Non Hodgkin Limfoma

Berdasar American Cancer Society (2013) NHL merupakan kanker yang prosesnya dimulai pada sel yang disebut limfosit, yang merupakan bagian dari imun sistem. Limfosit terletak di limfa nodul dan limfoid tissue lainnya seperti limfa ataupun sumsum tulang. Tetapi beberapa tipe kanker seperti kanker paru ataupun kanker kolon yang dapat menyebar ke jaringan limfa nodul, bukanlah merupakan Non Hodgkin limfoma tetapi hanya merupakan metastase.

Non hodgkin limfoma merupakan suatu keganasan yang dimulai ketika limfosit berdiferensiasi menjadi sel yang abnormal. Sel yang abnormal akan terus bereplikasi menggandakan dirinya terus menerus dan bertambah banyak. Abnormal sel tidak dapat melakukan apoptosis. Mereka juga tidak bisa memproteksi tubuh dari infeksi dan penyakit imun lainnya. Sel yang abnormal akan membentuk ekstra sel yang akan menjadi suatu massa di jaringan yang disebut tumor ( U.S. Department of Health and Human Service , 2007 )


(20)

terhadap pengobatan,maupun prognosis. Sel limfosit akan berproliferasi secara tak terkendali yang mengakibatkan terbentuknya tumor. Seluruh sel NHL berasal dari satusel limfosit, sehingga semua sel dalam tumor pasien NHL sel B memiliki imunoglobulin yang sama pada permukaan selnya.

2.1.2 Etiologi dan Faktor Resiko Non Hodgkin Limfoma

Infeksi virus merupakan salah satu yang dicurigai menjadi etiologi NHL contohnya ialah infeksi virus Epstein Barr dan HTLV (Human T Lymphoytopic

Virus type 1) yang berhubungan dengan limfoma Burkitt , yang merupakan

limfoma sel B. Selain itu abnormalitas sitogenik seperti translokasi kromosom juga ikut berperan menyebabkan proliferasi dari limfosit. Pada limfoma sel B ditemukan abnormalitas kromosom, yaitu translokasi lengan panjang kromosom nomor 8 (8q) ke lengan panjang kromosom nomor 14 (14q). (Krisifu, et al., 2004). Faktor resiko berhubungan juga dengan paparan lingkungan, pekerjaan, diet, dan paparan lainnya. Beberapa pekerjaan yang sering dihubungkan dengan resiko tinggi adalah peternak serta pekerja hutan dan pertanian. Hal ini disebabkan karena adanya paparan herbisisda dan pelarut organik. Resiko NHL juga meningkat pada orang yang mengkonsumsi makanan tinggi lemak hewani, merokok, dan terkena paparan ultraviolet berlebihan. (Reksodiputro,2009).

2.1.3 Klasifikasi Non Hodgkin Limfoma

Klasifikasi histopatologik merupakan topik yang paling membingungkan dalam studi limfoma maligna karena perkembangan klasifikasi ini demikian cepat dan dijumpai berbagai jenis klasifikasi dan antara klasifikasi satu sama lain tidak kompatibel. Klasifikasi histopatologik harus disesuaikan dengan kemampuan patologis serta fasilitas yang tersedia. (Bakta,2012).


(21)

Tabel 2.1. Jenis-jenis limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin berdasarkan klasifikasi WHO.

Klasifikasi WHO

B-CELLS NEOPLASM Precursor B-cell neoplasm

Precursor B lymphoblastic leukaemia/ lymphoma

Matur B-cell Neoplasm

Chronic lymphocytic leukemia/small lymphocytic lymphoma

B cell lymphocytic leukemia Lymphoplasmacytic lymphoma Splenic marginal zone lymphoma Hairy cell leukaemia

Plasma cell myeloma

Solitary plasmacytoma of bone Extraosseous plasmacytoma

Extranodal marginal zone B cell lymphoma of mucosa-asociated lymphoid tissue (MALT –lymphoma)

Nodal marginal zone B cell lymphoma Follicular lymphoma

Mantle cell lymphoma

Diffuse large B cell lymphoma

Subtipe : Mediastinal (thymic) large B cell lymphoma, Intravascular large B cell lymphoma, Primary effusion lymphoma

Burkitt lymphoma

Plasmacytoma


(22)

T cell prolymphocytic leukaemia

T cell large granular lymphocytic leukaemia NK-cell leukaemia

Ekstranodal NK/T-cell lymphoma, nasal type (angiocentric lymphoma) Mycosis fungoides

Sezary syndrome

Angioimunoblastic T cell lymphoma Peripheral T cell lymphoma

Adult T cell leukaemia

Systemic anaplastic large cell lymphoma

Primery cutaneous anaplastic large cell lymphoma Subcutaneos panniculitis-like T cell lymphoma

Enteropathy-type intestinal T cell lymphomaHepatosplenic T-cell lymphoma

HODGKIN LYMPHOMA

Nodular lymphocyte predominant Hodgkin Lymphoma Classical Hodgkin Lymphoma

Nodular sclerosis classical Hodkin Lymphoma Mixed cellularity classical Hodkin Lymphoma Lymphocyte-rich classical Hodkin Lymphoma Lymphocyte-depleted classical Hodkin Lymphoma Sumber : Bakta, 2012

2.1.4. Pendekatan Diagnostik

Pendekatan diagnostik untuk menegakkan NHL ialah dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis dapat diketahui gejala sistemik umum berupa berat badan menurun 10 % dalam waktu 6 bulan, demam tinggi 38o C 1 minggu tanpa sebab , keringat malam, keluhan anemia, kelainan darah, malaise, dan keluhan organ (misalnya lambung, nasofaring). Pada pemeriksaan fisik akan didapati pembesaran kelenjar getah bening dan kelainan atau pembesaran organ.


(23)

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan ialah pemeriksaan laboratorium, biopsi, aspirasi sumsum tulang, dan radiologi. Pemeriksaan laboratorium ialah memeriksa status hematologi berupa darah perifer lengkap dan gambaran darah tepi. Dilakukan juga pemeriksaan urinanalisis dan kilmia klinik seperti SGOT, SGPT, LDH, protein total, albumin, asam urat, elektrolit (Na,K,Cl,Ca,P), dan gula darah puasa. Biopsi kelenjar getah bening hanya dilakukan pada satu kelenjar yang paling representatif, superfisial, dan perifer. Jika terdapat kelenjar perifer atau supefisial yang representatif, maka tidak perlu dilakukan biopsi intra abdominal atau intratorakal.

Aspirasi sumsum tulang dan biopsi sumsum tulang dari dua sisi spina iliaca dengan hasil spesimen sepanjang 2 cm. Pada pemeriksaan radiologi rutin dapat dilihat dari foto toraks PA dan lateral dan CT scan seluruh abdomen (atas dan bawah). Pada pemeriksaan radiologi khusus dapat diperiksa CT scan toraks, USG abdomen, dan limfografi. Diagnosis ditegakkan berdasarkan histopatologi dan sitologi. (Reksodiputro,2009)

2.1.5. Patogenesis Non Hodgkin Limfoma

Sel limfosit dari kelenjar limfe berasal dari sel sel induk multipotensial di dalam sumsum tulang. Sel induk akan bertransformasi menjadi sel progenitor limfosit yang kemuadian akan berdiferensiasi melalui dua jalur. Sebagian akan mengalami pematangan di dalam kelenjar timus menjadi limfosit T. Sebagian lagi akan menuju kelenjar limfe ataupun tetap berada di sumsum tulang dan berdiferensiasi menjadi limfosit B.

Apabila ada rangsangan antigen yang sesuai maka limfosit T akan aktif berpoliferasi sebagai respon sistem imun seluler. Sedangkan limfosit B akan aktif menjadi imunoblas yang kemuadian menjadi sel plasma dan akan membentuk imunoglobulin. Terjadi perubahan pada sitoplasma sel plasma menjadi lebih


(24)

belum aktif yang tengah berada dalam proses transformasi menjadi imunoblas akibat respon dari adanya antigen. Beberapa perubahan pada sel limfosit inaktif ialah ukurannya semakin lebih besar, kromatin inti menjadi lebih halus, nukleolinya terlihat dan protein permukaan sel mengalami perubahan. (Reksodiputro,2009)

2.1.6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada non hodgkin dilakukan sesuai dengan klasifikasi dan stadiumnya. Untuk NHL indolen stadium I dan stadium II standar pilihan terapinya ialah iradiasi, kemoterapi dengan terapi radiasi, kemoterapi saja, dan sub total atau total iridasi limfoid (jarang). Radioterapi luas tidak meningkatkan angka kesembuhan dan dapat menurunkan toleransi terhadap kemoterapi lanjutan nantinya. (Bakta,2012).

Untuk Indolen stadium II/III/IV standar pilihan terapinya ialah: tanpa terapi, pasien pada stadim lanjut dapat diobservasi dan dilaporkan tidak mempengaruhi harapan hidup dan remisi sontan tidak terjadi. Terapi hanya diberikan bila ada gejala sistemik. Dapat juga diberikan rituximab (anti CD 20 monoclonal antibodi. Obat ini bekerja dengan cara aktivasi komplemendan memperantarai sinyal intraseluler. Pilihan terapi berikutnya ialah pemberian analog purin nukleosida ( fludarabin atau 2 klorodoksiaadenosin kladribin) dan juga pemberian alkylating agent oral (dengan atau tanpa steroid) yaitu siklofosfamid dan klorambusil. (Krisifu, et al, 2004)

Terapi pilihan yang banyak di pakai ialah terapi kombinasi. Terutama untuk memberikan hasil yang cepat biasanya digunakan kombinasi klorambusil atau siklofosfamid plus kortikosteroid, dan fludarabilplus mitoksantron. Kemoterapi tunggal atau kombinasi menghasilkan respon yang cukup baik(60-80%). Terapi diteruskan sampai hasil maksimum. Terapi maintenence tidak dapat meningkatkan harapan hidup. Beberapa protokol kombinasi antara lain : 1) CVP yaitu siklofosfamid , vinkristin dan prednison. 2) C(M)OPP yaitu siklofosfamid, vinkristin, prokarbazin, dan prednison. 3) CHOP yaitu siklofosfamid,


(25)

doksorubisin, vinsikrin dan prednison. 4) FND yaitu fludarabin, mitoksantron, dan dengan atau tidak deksametason. (Reksodiputro,2009).

NHL agresif merupakan NHL indolen yang bertransformasi menjadi lebih ganas akan memiliki prognosis yang jelek dan dapat melibatkan sistem saraf pusat. Biasanya memberikan respon terapi yang baik dengan protokol pengobatan NHL keganasan derajat menengah atau tinggi yaitu dengan terapi radiasi paliatif, kemoterapi, rituximab, dan transplantasi sumsum tulang. Kemoterapi dosis tinggi dan transplantasi sel induk untuk kasus ini harus dipertimbangkan. ( Schrijvers, 2011).

2.2.Stadium Penyakit Non Hodgkin Limfoma

Penetapan stadium penyakit harus selalu dilakukan sebelum pengobatan dan setiap lokasi jangkitan harus di data dengan cermat. Strategi Terapi non hodgkin limfoma akan berbeda pada setiap stadium penyakit tergantung penyebaran dari tumor. Stadium yang sering di aplikasikan ialah kesepakatan Ann Arbor.

Tabel 2.2. Stadium Penyakit Non Hodgkin Limfoma

Stadium Keterangan

I

Pembesaran kelenjar getah bening (KGB) hanya 1 regio.

I E : jika hanya terkena 1 organ ekstra limfatik tidak difus/batas tegas

II

Pembesaran dua regio KGB atau lebih, tetapi masih satu sisi diafragma.

II 2 : pembesaran 2 regio KGB dalam satu sisi diafragma


(26)

sisis diafragmadan 1 organ ekstra limfatik tidak difus/ batas tegas.

III Pembesaran KGB di 2 sisi diafragma

IV Jika mengenai 1 organ ekstra limfatik atau lebih tetapi secara difus.

Sumber : American Cancer society, 2013

2.3. Kelainan Hematologi pada NHL

Kelainan hematologi tidak jarang ditemukan pada pasien pasien dengan non hodgkin limfoma. Kelainan yang paling sering yaitu pada jumlah atau kadar dari hemoglobin, jumlah trombosit, dan jumlah leukosit.

2.3.1 Jumlah Hemoglobin pada NHL

Kriteria anemia klinik (di rumah sakit atau praktik klinik) untuk Indonesia pada umumnya adalah hemoglobin dibawah 10 g/dl, hematokrit dibawah 30% dan eritrosit dibawah 2,8 juta/mm3. Klasifikasi derajat anemia ialah ringan sekali jika Hb 10 g/dl, ringan jika Hb 8 g/dl, sedang jika Hb 6 g/dl – Hb 7,9 g/dl, dan berat jika Hb dibawah 6 g/dl. (Bakta, 2012).

Prevalensi anemia pada penyakit kanker ialah sekitar 40%, hasil observasi pada European Survey on Cancer Anemia (ECAS) didapati lebih dari 15.000 pasien kanker dengan stadium dan pengobatan yang berbeda mengalami anemia. Penyebab anemia pada pasien kanker ialah penurunan produksi sel darah merah yang merupakan hasil dari defisiensi nutrisi. Selain itu bisa juga disebabkan oleh infiltrasi sel tumor ke sumsum tulang dan juga efek dari pengobatan kanker seperti kemotererapi atau radioterapi yang meningkatkan hemolisis sel darah merah. ( Schrijvers, 2011)

Anemia pada NHL sering digolongkan sebagai anemia akibat penyakit kronik yang merupakan anemia normokromik normositik, tetapi jika penyakit


(27)

yang mendasari telah berkembang selama beberapa minggu atau bulan maka dapat ditemukan gambaran hipokromik mikrositik. Gambaran itu yang membedakan anemia akibat penyakit kronik dan anemia akibat defisiensi zat besi. Selain itu dapat ditemukan LED yang meningkat disebabkan oleh

hipergammaglobulinemia atau fibrinogemia. ( Isbister, 1999)

Selain itu, menurut Alshayeb (2009) pada non hodgkin limfoma kronik sering menyebabkan komplikasi berupa glomerulonefrifis yang nantinya akan menyebabkan kerusakan pada ginjal sedangkan ginjal merupakan organ yang memproduksi hormon eritropoetin tepatnya di peritubular capilaris tubular nefron. Jika ginjal rusak, maka ginjal tidak dapat menghasilkan eritropoitin sehingga akan menyebabkan berkurangnya produksi sel darah merah.

2.3.2 Penurunan Jumlah Trombosit pada Penderita NHL

Penyakit non hematologi autoimun merupakan komplikasi yang sering terjadi pada non hodgkin limfoma salah satunya ialah autoimun trombositopenia. Proses trombositopenia terjadi sejak seseorang di diagnosis limfoma dan respon terhadap pemberian prednison secara terus menerus untuk perbaikan dari nonhodgkin limfoma. Selain itu, kejadian trombositopenia berkaitan juga dengan pengobatan NHL contohnya seperti kemoterapi (Hauswirth, 2008)

Trombositopenia merupakan kasus yang sering terjadi pada NHL yang disebabkan karena infiltrasi sel limfoma ke sumsum tulang . Pada umumnya infiltrasi sel limfoma ke sumsum tulang akan menyebabkan autoimun trombositopenia. Pada kasus seperti ini akan terjadi penghancuran sel sel platelet akibat proses autoimun. Kurangnya trombosit merupakan faktor resiko terjadinya perdarahan yang akhirnya bisa menyebabkan anemia. ( Kagoya dkk, 2010)


(28)

sel darah putih yaitu granulosit dan agranulosit. Granulosit terdiri dari neutrofil,eosinofil, dan basofil, sedangkan agranulosit terdiri dari limfosit dan monosit. Leukosit dibentuk di sumsum tulang (myelogenous), disimpan dalam jaringan limfatikus (limfa, timus, dan tonsil) dan diangkut oleh darah ke organ dan ke jaringan.

Umur leukosit ialah 13-20 hari. Vitamin, asam folat dan asam amino dibutuhkan dalam pembentukan leukosit. Sistem endokrin mengatur produksi, penyimpanan, serta pelepasan dari leukosit sesuai dengan kebutuhan sistemik.perkembangan granulosit dimulai dengan myeloblast kemudian berkembang menjadi promyelosi, myelosit, metamyelosit dan bands dan akhirnya akan menjasi neurtrofil, eosinofil dan basofil. Perkembangan limfosit dimulai dengan limfoblast kemudian berkembang menjadi prolimfoblast dan pada akhirnya menjadi sel limfosit.

Tabel 2.3. Granulosit dan Agranulosit sel Darah Putih Neutrofil

Segment

Neutrof il Bands

Eosinofil Basofil Limfosit Monosit

Persentase

% 36-73 0-12 0-6 0-2 15-45 0-10

Jumlah Absolut (/mm3)

1.260-7300 0-1440 0-500 0-150

800-4000 100-800

Pada non Hodgkin limfoma dapat ditemukan kelainan hematologi berupa leukositosis hal ini disebabkan karena proliferasi abnormal dari sel limfosit.Nilai krisis leukositosis : diatas 30.000/mm3.

2.4. Efek Kemoterapi terhadap hematologi pada NHL

Pilihan terapi yang biasanya dipilih untuk penyakit non hodgkin limfoma ialah dengan menggunakan kemoterapi. Pengobatan dilakukan dengan prinsip


(29)

multidisiplin sesuai dengan derajat keganasan atau stadium dari non hodgkin limfoma. Pada derajat keganasan rendah atau indolen digunakan kemoterapi menggunakan obat tunggal atau ganda jika perlu digunakan COP (Cyclophosphamide,Oncovin, dan Prednisone).

Pada keganasan menengah atau agresif limfoma, pada stadium I diberikan kemoterapi CHOP (Cyclophosphamide, Hydroxydouhomycin,Oncovin, Prednisone) ditambah radioterapi.Pada stadium II-IV diberikan kemotrapi parenteral kombinasi dan diberikan juga radioterapi yang berperan untuk tujuan paliasi. Sedang pada derajaat kegnsan tinggi selalu di berikan pengobatan seperti leukimia limfoblastik akut. (Krisifu dkk, 2004)

Efek kemoterapi terhadap hematologi yang paling sering terjadi ialah kejadian anemia, trombositopenia, dan leukopenia. Yang mugkin diakibatkan karena efek kimiawi dari obat obatan yang menekan produksi dari sel darah merah, trombosit maupun leukosit.


(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Definisi Operasional

Sesuai dengan kerangka penelitian maka definisi operasional sebagai berikut :

1. Non Hodgkin Limfoma: merupakan kanker yang prosesnya dimulai pada sel yang disebut limfosit, yang merupakan bagian dari imun sistem. Limfosit terletak di limfa nodul dan limfoid tissue lainnya seperti limfa ataupun sumsum tulang. Tetapi beberapa tipe kanker seperti kanker paru ataupun kanker kolon yang dapat menyebar ke jaringan limfa nodul, bukanlah merupakan Non Hodgkin limfoma tetapi hanya merupakan metastase (American Cancer Society ,2013).

2. Efek proliferasi limfosit pada non-hodgkin limfoma terhadap kadar hemoglobin:

Gambaran Status Hematologi :

-Gambaran Jumlah Hemoglobin

-Gambaran Jumlah Leukosit

-Gambaran Jumlah Trombosit Non Hodgkin


(31)

Definisi Operasional dampak dari proliferasi limfosit yang bisa menimbulkan pengaruh terhadap gambaran hematologi, seperti anemia yaitu penurunan

kadar hemoglobin dibawah 12

gr/dl.(Kementerian Kesehatan RI, 2011)

Cara pengukuran dengan melihat data jumlah hemoglobin pada rekam medis.

Alat ukur data sekunder yang diperoleh dari rekam medis. Hasil pengukuran dikatakan berpengaruh jika terdapat penurunan

hemoglobin yaitu kurang dari 12 g/dl. (Kementerian Kesehatan RI, 2011)

Skala pengukuran skala rasio.

3. Efek proliferasi limfosit pada non-hodgkin limfoma terhadap jumlah trombosit

Definisi operasional dampak dari proliferasi limfosit yang bisa menimbulkan pengaruh terhadap gambaran hematologi, contohnya turunnya kadar trombosit dibawah 170-380 x 103/mm3. (Kementerian Kesehatan RI, 2011)

Cara pengukuran dengan melihat data jumlah trombosit pada rekam medis.

Alat ukur Data sekunder yang diperoleh dari rekam medis. Hasil pengukuran dikatakan berpengaruh jika terdapat penurunan

trombosit yaitu kurang dari 170-380 x 103/mm3. (Kementerian Kesehatan RI, 2011)


(32)

Definisi operasional dampak dari proliferasi limfosit yang bisa menimbulkan pengaruh terhadap gambaran hematologi, contohnya peningkatan kadar leukosit diatas 11.000/mm3. (Kementerian Kesehatan RI, 2011)

Cara pengukuran dengan melihat data jumlah leukosit pada rekam medis.

Alat ukur data sekunder yang diperoleh dari rekam medis. Hasil pengukuran dikatakan berpengaruh jika terdapat peningkatan

leukosit, yaitu lebih dari 11.000/mm3. (Kementerian Kesehatan RI, 2011)

Skala pengukuran skala rasio

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan studi cross


(33)

non hodgkin limfoma, dilakukan pada satu saat tertentu (point time approach) (Sastroasmoro, 2008).

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik dalam divisi Onkologi- Ilmu Penyakit Dalam dan waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni-Desember 2014.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien dewasa yang di diagnosis secara patologi anatomi menderita non hodgkin limfoma di Department Onkologi RSUP H. Adam Malik Medan dimulai tanggal 1 Januari 2013 hingga 31 Desember 2013

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah semua populasi dari penelitian ini yaitu pasien kanker yang didiagnosa Non Hodgkin Lymphoma di Departemen Onkologi RSUP HAM ,yang diambil dari data rekam medis dengan menggunakan metode total sampling.

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini ialah: 1. Kriteria inklusi

a. Pasien dewasa yang telah didiagnosis secara patologi anatomi menderita non hodgkin limfoma.

b. Pasien yang belum mendapatkan kemoterapi. 2. Kriteria eksklusi


(34)

penelitian akan dicatat dan diuraikan berdasarkan kebutuhan peneliti. Data dikumpulkan lalu dilakukan pencatatan tabulasi sesuai dengan variabel yang diteliti.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Data yang dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan komputer yang menggunakan program SPSS ( Statistical Product and Service Solution for Wimdows) versi 17.0. Semua data yang telah dicatat akan diolah dan disusun dalam bentuk tabel distribusi sesuai tujuan penelitian dan kemudian akan dituangkan dalam bentuk grafik.

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik yang beralamat di Jalan Bunga Lau no. 17 Medan Kelurahan Kemenangan, Kecamatan Medan Tuntungan. RSUP H. Adam Malik merupakan Rumah Sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No.335/Menkes/SK/VIII/1990. Di samping itu, RSUP H. Adam Malik


(35)

adalah Rumah Sakit Rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Propinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau.

5.1.2. Deskripsi Sampel Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Sampel yang diperoleh dalam penelitian ini berjumlah 49 data rekam medis penderita non hodgkin limfoma. Sebelumnya terdapat 89 sampel tetapi yang memenuhi kriteria inklusi hanya 49 sampel. Selebihnya atau sebanyak 50 sampel masuk ke dalam kriteria eksklusi. 49 sampel tersebut ialah data rekam medis dari penderita non hodgkin yang belum dikemoterapi yang diambil dari data SMF Penyakit Dalam di RSUP.H.Adam Malik Medan . Distribusi frekuensi sampel rekam medis penderita non hodgkin limfoma sebelum kemoterapi di RSUP.H. Adam Maalik Medan meliputi keragaman karakteristik umur dan jenis kelamin dapat dilihat secara rinci pada tabel 5.1.

Tabel 5.1. Distribusi umur dan jenis kelamin sampel

Karakteristik n (%)

Umur

18-28 tahun 29-42 tahun 43-56 tahun 57-70 tahun

3 (6,1) 11 (22,4) 18 (36,8) 14 (28,6)


(36)

Laki laki Perempuan

31 (63,3) 18 (36,7)

Berdasarkan tabel 5.1. dapat dilihat dari 49 sampel yang digunakan dalam penelitian ini, sampel yang berusia 43-56 tahun berjumlah 18 orang (36,7%), dan merupakan kelompok umur paling banyak yang menderita non hodgkin limfoma. Sedangkan kelompok umur yang paling sedikit menderita non hodgkin limfoma adalah sampel yang berusia 18-28 tahun dan >70 tahun yaitu berjumlah masing masing 3 orang (6,1%). Sisanya yaitu kelompok umur 29-42 tahun sebanyak 11 sampel (22,4%) dan kelompok umur 57-70 tahun sebanyak 14 sampel (28,6%). Rata rata umur pasien non hodgkin limfoma yang berjenis kelamin laki laki ialah 49,9 . Rata rata umur pasien non hodgkin berjenis kelmin perempuan ialah 48,9 tahun. Rata rata umur pasien non hodgkin limfoma keseluruhan adalah 49,5 tahun

Menurut tabel diatas, dapat kita lihat bahwa pasien non hodgkin limfoma yang terbanyak adalah pada jenis kelamin laki laki, yaitu sebanyak 31 orang (63,3%), diikuti jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 18 orang (36,7%).

5.1.3. Efek Proliferasi Limfosit Pada Non-Hodgkin Limfoma Terhadap Kadar Hemoglobin

Efek proliferasi limfosit pada non hodgkin limfoma terhadap kadar Hb dari 49 data sampel yang didapatkan melalui rekam medis. Efek proliferasi limfosit ini ditinjau dari kadar Hb. Hb dibawah 12 g/dl dapat dikatagorikan sebagai anemia (WHO). Efek proliferasi limfosit terhadap Hb dapat dilihat secara rinci pada tabel 5.2.

Tabel 5.2. Efek proliferasi limfosit terhadap kadar Hb Kejadian anemia sebelum kemoterapi N (%)


(37)

Anemia 40 (81,6)

Normal 9 (18,4)

Total 49 (100)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihati bahwa dari 49 sampel yang diperoleh dari rekam medis , 40 diantaranya mengalami anemia ( 81,6%) dan 9 sampel lagi menunjukkan kadar atau jumlah hemoglobin yang normal, yaitu (18,4%).

Derajat keparahan anemia menurut WHO dibagi menjadi 3 yaitu ringan, sedang dan berat. Ringan jika kadar Hb 12-10 g/dl, sedang jika kadar Hb 10-7 g/dl, dan berat jika kadar Hb < 7 g/dl. Derajat keparahan anemia pada sampel yang diperoleh melalui rekam medis pasien non hodgkin limfoma yang belum di kemoterapi dapat dilihat secara rinci pada tabel 5.3.

Tabel 5.3. Derajat Keparahan Anemia pada Sampel

Derajat Anemia N (%)

Ringan 18 (45)

Sedang 17 (42,5)

Berat 5 (12,5)


(38)

18 sampel ( 36%) dengan jumlah Hb 7-10 g/dl. 4 orang sampel mengalami anemia berat (8,2%) dengan jumlah Hb dibawah 7 g/dl.

5.1.4. Efek Proliferasi Limfosit Pada Non-Hodgkin Limfoma Terhadap Jumlah Leukosit

Efek proliferasi pada non hodgkin limfoma terdahap jumlah leukosit yang didapatkan dari 49 sampel melalui rekam medis. Ditinjau dari jumlah leukosit hasil yang didapatkan dapat dikatagorikan menjadi tiga, yaitu normal jika jumlah leukosit 4500-11.000. Tinggi yaitu jika jumlah limfosit lebih besar dari 11.000. Kategori rendah jika jumlah leukosit lebih rendah dari 4500. Efek proliferasi limfosit ini dapat dilihat secara rinci pada tabel 5.4.

Tabel 5.4. Efek Proliferasi Limfosit Terhadap Jumlah Leukosit

Jumlah Leukosit N(%)

Normal 17 ( 34,7)

Tinggi 24 (49)

Rendah 8 (16,3)

Total 49 (100)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 49 sampel yang diperoleh dari rekam medis, 24 diantaranya mengalami limfositosis yaitu dengan jumlah leukosit lebih besar dari 11.000/ mm3 (49%). 17 sampel dengan jumlah limfosit yang normal yaitu dengan jumlah leukosit 4500-11.000/ mm3 (34,5). 8 sampel mengalami limpositopenia, yaitu dengan jumlah leukosit yang rendah atau kurang dari 4500 / mm3.


(39)

5.1.5. Efek Prolifersi Limfosit Pada Non-Hodgkin Limfoma Terhadap Jumlah Trombosit

Efek proliferasi pada non hodgkin limfoma terdahap jumlah trombosit yang didapatkan dari 49 sampel melalui rekam medis. Ditinjau dari jumlah trombosit hasil yang didapatkan dapat dikatagorikan menjadi tiga, yaitu normal jika jumlah trombosit 150.000-450.000/ mm3. Tinggi yaitu jika jumlah trombosit lebih besar dari 450.000/ mm3. Kategori rendah jika jumlah trombosit lebih rendah dari 150.000/ mm3. Efek proliferasi trombosit ini dapat dilihat secara rinci pada tabel 5.5.

Tabel 5.5. Efek Proliferasi Limfosit Terhadap Jumlah Trombosit

Jumlah Trombosit N(%)

Normal 37 (75,6)

Tinggi 1 (2)

Rendah 11 (22,4)

Total 49 (100)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 49 sampel yang diperoleh dari rekam medis, 37 diantaranya dengan hasil lab yang menunjukkan jumlah trombosit yang normal yaitu dengan jumlah 150.000 – 450.000/ mm3. 11


(40)

5.2. Pembahasan

5.2.1. Efek Proliferasi Limfosit Pada Non-Hodgkin Limfoma Terhadap Kadar Hemoglobin

Pada penelitiaan ini didapatkan data yang diperoleh dari rekam medis didapatkan bahwa penyakit non hodgkin limfoma lebih banyak terdapat pada usia dewasa yaitu pada usia 43 – 56 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitiaan yang dilakukan oleh Kagoya et al (2010) pada 149 sampel didapatkan usia pasien non hodgkin dengan frekuensi terbanyak ialah 36 - 40 tahun. Walaupun etiologinya belum diketahui secara pasti, resiko mendapatkan keganasan non hodgkin limfoma akan meningkat seiring bertambahnya usia (krisfisu,2010)

Anemia pada non hodgkin limfoma disebabkan karena defisiensi nutrisi oleh karena anoreksia. Penyebab anoreksia pada pasien kanker sampai sekarang belum diketahui secara jelas. Produk metabolit kanker juga dapat menyebabkan perubahan rasa pengecapan yang akan memicu anoreksia. Selain itu stress psikologik juga dapat memicu anemia. Anemia pada kanker sering juga disebut sebagai anemia akibat penyakit kronik yang derajat dari anemianya diukur berdasarkan kadar hemoglobin (Hb). ( Reksodiputro, 2009)

Dari hasil penelitian yang didapatkan, sebanyak 40 dari 49 sampel (81,6%) mengalami anemia. Dari hasil ini jelas bahwa prevalensi kejadian anemia sangat tinggi pada pasien dengan non hodgkin limfoma. Hasil penelitian diatas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Qurrota (2010) yaitu dari 113 pasien Non Hodgkin Limfoma 83 pasien diantaranya mengalami anemia ( 73,45 %). Dalam penelitian Qurrota menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada Non Hodgkin limfoma adalah tinggi. Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Bukhoeri (2010) yaitu dari 60 orang pasien Non Hodgkin Limfoma, 52 orang menderita anemia ( 86,6 %). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh bukhoeri juga didapatkan prevalensi anemia yang tinggi.

Patofisiologi anemia pada non hodgkin limfoma dimulai dari interaksi antara sel tumor dengan sistem imun penjamu yang mendorong pengaturan


(41)

inflamasi sitokin spesifik seperti interleukin – 1 (IL-1), interferon gamma (IFN-ɣ) dan faktor nekrosis tumor (TNF-α). Peningkatan kadar sitokin ini akan menekan progenitor erythroid burst – forming unit erythroid (BFU-E) dan colony- forming

unit erythroid (CFU-E) di sumsum tulang. Interaksi ini akan mengganggu

metabolisme besi dan mengurangi produksi eritropoetin (EPO). Non hodgkin limfoma juga merupakan tumor padat yang bermetastasis ke sumsum tulang dan bisa menimbulkan anemia. Metastasis akan merusak sel progenitor dan sel sel sumsum tulang juga dapat menurunkan produksi faktor pertumbuhan. ( Rouli, 2014)

5.2.2. Efek Proliferasi Limfosit Pada Non-Hodgkin Limfoma Terhadap Jumlah Leukosit

Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 24 dari 49 sampel mengalami limfositosis. Frekuensi limfositosis termasuk tinggi yaitu sekitar 49%. Leukositosis yang terjadi dikarenakan abnormalitas limfosit yang merupakan sel darah putih yang agranulosit terus mengalami poliferasi tanpa terkontrol, sehingga pada non hodgkin limfoma bisa saja kadar dari leukositnya meningkat , bisa juga normal atau bahkan menurun jika limfomanya sudah bermetastasis sampai ke sumsum tulang. (krisifu,2010)

5.2.3. Efek Prolifersi Limfosit Pada Non-Hodgkin Limfoma Terhadap Jumlah Trombosit

Berdasarkan hasil penelitian juga didapatkan kadar trombosit yang frekuensinya terbanyak menunjukkan hasil yang normal. Dari 49 sampel 37 orang normal (75,5%). Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Hauswirth (2008), sebagian penderita dengan non hodgkin limfoma akan beresiko mengalami autoimun trombositopenia. Menurut Hauswirth proses


(42)

kemoterapi. Hal ini sesuai dengan hasil penetian yang dilakukan terhadap 49 sampel yang sudah dipilih berdasarkan kriteria inklusi yaitu data pasien non hodgkin limfoma sebelum di tatalaksana dengan kemoterapi menunjukkan jumlah trombosit yang frekuensi terbanyaknya adalah normal trombosit.

Trombositopenia merupakan kasus yang sering terjadi pada NHL yang disebabkan karena infiltrasi sel limfoma ke sumsum tulang . Pada umumnya infiltrasi sel limfoma ke sumsum tulang akan menyebabkan autoimun trombositopenia. Pada kasus seperti ini akan terjadi penghancuran sel sel platelet akibat proses autoimun. Kurangnya trombosit merupakan faktor resiko terjadinya perdarahan yang akhirnya bisa menyebabkan anemia. ( Kagoya dkk, 2010)


(43)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Rata rata umur pasien dengan non hodgkin limfoma ialah 49,5 tahun. Rata rata umur pasien yang berjenis kelamin laki- laki ialah 49,9 . Rata-rata umur pasien yang berjenis kelamin perempuan ialah 48,9.

2. Pasien non hodgkin limfoma yang memiliki frekuensi terbanyak adalah pada jenis kelamin laki laki, yaitu sebanyak 31 orang (63,3 %) , diikuti jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 18 (36,7 %).

3. Pasien non hodgkin limfoma sebelum kemoterapi sebagian besar memiliki kadar hemoglobin yang rendah dan mengalami anemia yaitu sebanyak 40 orang (81,6%). Sebagian lagi normal yaitu sebanyak 9 orang ( 18,4 %). 4. Jumlah leukosit pada pasien non hodgkin limfoma sebelum dikemoterapi

sebagian besar menunjukkan kadar yang tinggi atau limfositosis yaitu sebanyak orang 24 (49%).

5. Jumlah Trombosit pada pasien non hodgkin limfoma sebelum kemoterapi sebagian besar menunjukkan kadar yang normal yaitu sebanyak 37 orang (75,7 %)


(44)

mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut, yaitu:

1. Perlu dilaksanakan upaya prevensi khususnya bagi setiap pasien dengan non hodgkin limfoma terhadap kejadian anemia yang dapat timbul akibat perkembangaan penyakit dan bila hal ini berlangsung kronik akan dapat memperparah progresifitas penyakit.

2. Untuk peneliti selanjutnya agar dapat meneliti hubungan Non Hodgkin Limfoma dengan Anemia .

3. Untuk peneliti selanjutnya agar dapat meneliti Gambaran Hematologi Penderita Non Hodgkin dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan dengan desain penelitian cohort study berbasiskan rancangan penelitian eksperimental sehingga dapat mengontrol faktor faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil yang bias sehingga didapatkan data yang akurat.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Alshayeb, H. & Wall B.M., 2009. Non Hodgkin’s Lymphoma Associated Membranoproliferative Glomerulonephritis : Rare case of Long Term Remission with Chemotherapy. Department of Internal Medicine USA, 2 : 7201.

American Cancer Society. 2013. Non-Hodgkin Lymphoma. Atlanta: American Cancer society

Bakta, I Made. 2012. Hematologi Klinik Ringkas.Jakarta: EGC.

Bukhoeri, Ahmad. 2010. Perbedaan Kadar Hemoglobin Pasien Mieloma Multipel

Pada Berbagai Stadium. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro,

Semarang.

Hauswirth, Alexander W., dkk., 2008. Autoimmune Thrombocytopenia In Non-Hodgkin’s Storti Foundation, 90 (3) : 447 – 450.

Isbister, James.1999. Hematologi Klinik. Jakarta : Hipokrates.

Kagoya, Yuki, et al. 2010. “A Case of Primary Bone Marrow B-Cell Non Hodgkin’s Lymphoma with Severe Thrombocytopenia.” Department of

Diagnostic Pathology, Kawasaki, Japan, 26 (3): 106 – 108.

Krisifu, Santoso.2004. Diagnostik dan Penatalaksanaan Limfoma Non Hodgkin. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta : 143-146.


(46)

Perdana, Olivia Putri.2002. Insiden Penyakit Hodgkin di Lboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Periode Januari 1997-

Desember 2001.Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang.

Reksodiputro, A.Harryanto. dan Cosphiadi Irawan.2009. Limfoma Non-Hodgkin (LNH). In : Sudoyo, Et al. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Jakarta: Interna Publising, 1251-1265.

Sastroasmoro, S. 2008. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto.

Schrijvers, Dirk. 2011. Management of Anemia in Cancer Patients: Transfusions,

The Oncologist. Avaliable from:

http://theoncologist.alphamedpress.org/content/16.html. [ Accessed 4 May 2014].

Qurrota, Luluk. 2010. Hubungan Derajat Anemia Sebagai Faktor Prediktif Letak

Tumor pada keganasan Non Hodgkin Limfoma. Fakultas Kedokteran


(1)

inflamasi sitokin spesifik seperti interleukin – 1 (IL-1), interferon gamma (IFN-ɣ) dan faktor nekrosis tumor (TNF-α). Peningkatan kadar sitokin ini akan menekan

progenitor erythroid burst – forming unit erythroid (BFU-E) dan colony- forming unit erythroid (CFU-E) di sumsum tulang. Interaksi ini akan mengganggu metabolisme besi dan mengurangi produksi eritropoetin (EPO). Non hodgkin limfoma juga merupakan tumor padat yang bermetastasis ke sumsum tulang dan bisa menimbulkan anemia. Metastasis akan merusak sel progenitor dan sel sel sumsum tulang juga dapat menurunkan produksi faktor pertumbuhan. ( Rouli, 2014)

5.2.2. Efek Proliferasi Limfosit Pada Non-Hodgkin Limfoma Terhadap Jumlah Leukosit

Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 24 dari 49 sampel mengalami limfositosis. Frekuensi limfositosis termasuk tinggi yaitu sekitar 49%. Leukositosis yang terjadi dikarenakan abnormalitas limfosit yang merupakan sel darah putih yang agranulosit terus mengalami poliferasi tanpa terkontrol, sehingga pada non hodgkin limfoma bisa saja kadar dari leukositnya meningkat , bisa juga normal atau bahkan menurun jika limfomanya sudah bermetastasis sampai ke sumsum tulang. (krisifu,2010)

5.2.3. Efek Prolifersi Limfosit Pada Non-Hodgkin Limfoma Terhadap Jumlah Trombosit

Berdasarkan hasil penelitian juga didapatkan kadar trombosit yang frekuensinya terbanyak menunjukkan hasil yang normal. Dari 49 sampel 37 orang normal (75,5%). Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Hauswirth (2008), sebagian penderita dengan non hodgkin limfoma akan beresiko mengalami autoimun trombositopenia. Menurut Hauswirth proses trombositopenia terjadi sejak seseorang didiagosis limfoma dan respon terhadap pemberian prednison secara terus menerus untuk perbaikan dari non hodgkin limfoma. Jadi keadaan autoimun trombositopenia berkaitan erat dengan efek dari


(2)

kemoterapi. Hal ini sesuai dengan hasil penetian yang dilakukan terhadap 49 sampel yang sudah dipilih berdasarkan kriteria inklusi yaitu data pasien non hodgkin limfoma sebelum di tatalaksana dengan kemoterapi menunjukkan jumlah trombosit yang frekuensi terbanyaknya adalah normal trombosit.

Trombositopenia merupakan kasus yang sering terjadi pada NHL yang disebabkan karena infiltrasi sel limfoma ke sumsum tulang . Pada umumnya infiltrasi sel limfoma ke sumsum tulang akan menyebabkan autoimun trombositopenia. Pada kasus seperti ini akan terjadi penghancuran sel sel platelet akibat proses autoimun. Kurangnya trombosit merupakan faktor resiko terjadinya perdarahan yang akhirnya bisa menyebabkan anemia. ( Kagoya dkk, 2010)


(3)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Rata rata umur pasien dengan non hodgkin limfoma ialah 49,5 tahun. Rata rata umur pasien yang berjenis kelamin laki- laki ialah 49,9 . Rata-rata umur pasien yang berjenis kelamin perempuan ialah 48,9.

2. Pasien non hodgkin limfoma yang memiliki frekuensi terbanyak adalah pada jenis kelamin laki laki, yaitu sebanyak 31 orang (63,3 %) , diikuti jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 18 (36,7 %).

3. Pasien non hodgkin limfoma sebelum kemoterapi sebagian besar memiliki kadar hemoglobin yang rendah dan mengalami anemia yaitu sebanyak 40 orang (81,6%). Sebagian lagi normal yaitu sebanyak 9 orang ( 18,4 %). 4. Jumlah leukosit pada pasien non hodgkin limfoma sebelum dikemoterapi

sebagian besar menunjukkan kadar yang tinggi atau limfositosis yaitu sebanyak orang 24 (49%).

5. Jumlah Trombosit pada pasien non hodgkin limfoma sebelum kemoterapi sebagian besar menunjukkan kadar yang normal yaitu sebanyak 37 orang (75,7 %)

6.2. Saran

Dari seluruh proses penelitian yang dijalani oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang


(4)

mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut, yaitu:

1. Perlu dilaksanakan upaya prevensi khususnya bagi setiap pasien dengan non hodgkin limfoma terhadap kejadian anemia yang dapat timbul akibat perkembangaan penyakit dan bila hal ini berlangsung kronik akan dapat memperparah progresifitas penyakit.

2. Untuk peneliti selanjutnya agar dapat meneliti hubungan Non Hodgkin Limfoma dengan Anemia .

3. Untuk peneliti selanjutnya agar dapat meneliti Gambaran Hematologi Penderita Non Hodgkin dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan dengan desain penelitian cohort study berbasiskan rancangan penelitian eksperimental sehingga dapat mengontrol faktor faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil yang bias sehingga didapatkan data yang akurat.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Alshayeb, H. & Wall B.M., 2009. Non Hodgkin’s Lymphoma Associated

Membranoproliferative Glomerulonephritis : Rare case of Long Term Remission with Chemotherapy. Department of Internal Medicine USA, 2 : 7201.

American Cancer Society. 2013. Non-Hodgkin Lymphoma. Atlanta: American Cancer society

Bakta, I Made. 2012. Hematologi Klinik Ringkas.Jakarta: EGC.

Bukhoeri, Ahmad. 2010. Perbedaan Kadar Hemoglobin Pasien Mieloma Multipel Pada Berbagai Stadium. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang.

Hauswirth, Alexander W., dkk., 2008. Autoimmune Thrombocytopenia In

Non-Hodgkin’s Storti Foundation, 90 (3) : 447 – 450.

Isbister, James.1999. Hematologi Klinik. Jakarta : Hipokrates.

Kagoya, Yuki, et al. 2010. “A Case of Primary Bone Marrow B-Cell Non

Hodgkin’s Lymphoma with Severe Thrombocytopenia.” Department of Diagnostic Pathology, Kawasaki, Japan, 26 (3): 106 – 108.

Krisifu, Santoso.2004. Diagnostik dan Penatalaksanaan Limfoma Non Hodgkin. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta : 143-146.


(6)

Perdana, Olivia Putri.2002. Insiden Penyakit Hodgkin di Lboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Periode Januari 1997- Desember 2001.Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang.

Reksodiputro, A.Harryanto. dan Cosphiadi Irawan.2009. Limfoma Non-Hodgkin (LNH). In : Sudoyo, Et al. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Jakarta: Interna Publising, 1251-1265.

Sastroasmoro, S. 2008. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto.

Schrijvers, Dirk. 2011. Management of Anemia in Cancer Patients: Transfusions,

The Oncologist. Avaliable from:

http://theoncologist.alphamedpress.org/content/16.html. [ Accessed 4 May 2014].

Qurrota, Luluk. 2010. Hubungan Derajat Anemia Sebagai Faktor Prediktif Letak Tumor pada keganasan Non Hodgkin Limfoma. Fakultas Kedokteran Universitas Dipenegoro, Semarang.