Pendekatan Struktural Manfaat Penelitian

pergolakan jiwanya dan melahirkan suatu konflik yang pada akhirnya dapat mengalihkan jalan kehidupan mereka atau nasib hidup mereka. Novel mempunyai peranan penting dalam menunjang kemajuan dan perkembangan sastra. Oleh karena itu, keberadaanya perlu dibina, dikembangkan, dan selanjutnya diteliti.

2. Pendekatan Struktural

Sebuah karya sastra merupakan satu kesatuan yang dibangun oleh beberapa unsur sastra, unsur-unsurnya menyatu dalam beberapa pengalaman yang dikisahkan oleh pengarang. Unsur-unsurnya saling berkaitan, menyatu, dan menjalin satu kesatuan yang padu sehingga akan sulit dipisah-pisahkan. Unsur-unsur tersebut merupakan sebuah konstruksi sastra yang memberi arti terhadap isi sastra itu secara keseluruhan. Analisis struktural merupakan prioritas utama sebelum yang lain-lain. Tanpa analisis yang demikian, kebulatan makna intrinsik yang hanya dapat digali dari karya sastra itu sendiri tidak akan tertangkap. Untuk memahami bentuk dan isi yang terkandung dalam karya sastra perlu menggunakan teori stuktural sebagai dasarnya. Bahkan melalui struktur, segala bidang yang mengangkut fenomena sosial manusia dapat tercakup Lucian dalam Sapardi Joko Darmono, 1978:39. Menurut Piaget dalam Al-Ma’ruf, 2010:20, strukturalisme adalah semua doktrin atau metode yang dengan suatu tahap abstraksi tertentu menganggap objek studinya bukan hanya sekedar sekumpulan unsur yang terpisah-pisah, melainkan suatu gabungan unsur-unsur yang berhubungan satu sama lain, sehingga yang satu tergantung pada yang lain dan hanya dapat didefinisikan dalam dan oleh hubungan perpadanan dan pertentangan dengan unsur-unsur lainnya dalam suatu keseluruhan. Strukturalisme berarti paham mengenai unsur-unsur, yaitu struktur itu sendiri dengan mekanisme antarhubungannya, di satu pihak antarhubungan unsur yang satu dengan unsur yang lainnya, di pihak lain hubungan antara unsur dengan totalitasnya. Hubungan tersebut tidak semata-mata bersifat positif, seperti keselarasan, kesesuaian, kesepahaman, tetapi juga negatif seperti konflik dan pertentangan Ratna, 2007:91. Ratna 2007:93, secara definitif strukturalisme memberikan perhatian terhadap analisis unsur-unsur karya sastra. Unsur-unsur karya sastra, terutama prosa, antaranya tema, peristiwa atau kejadian, latar, penokohan atau perwatakan, alur atau plot sudut pandang. Dapat disimpulkan bahwa pendekatan struktural memandang unsur pembentuk sebuah karya sastra dari dalam dirinya. Unsur dari dalam karya sastra itu berupa tema, amanat, alur, penokohan, dan latar. Analisis struktural novel DMC karya Sri Rokhati yang akan dibahas meliputi: a. Tema Stanton dalam Nurgiyantoro 2007:70 mengartikan tema sebagai makna sebuah cerita yang secara khusus menerangkan sebagaian besar unsurnya dengan cara yang sederhana. Tema, menurutnya, kurang lebih dapat bersinonim dengan ide utama central idea dan tujuan utama central purpose. Fananie 2000:84 berpendapat bahwa tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup yang melatarbelakangi penciptaan karya sastra. Karya sastra merupakan refleksi kehidupan masyarakat, maka tema yang diungkap dalam karya sastra biasanya sangat beragam. Tema bisa berupa persoalan moral, etika, sosial budaya, teknologi, dan tradisi yang terkait erat dengan masalah kehidupan, tetapi tema bisa berupa pandangan pengarang dalam menyiasati persoalan yang muncul. Dengan demikian, untuk menemukan tema sebuah karya fiksi pembaca harus menyimpulkan dari keseluruhan cerita dan juga harus mengetahui pokok persoalan atau gagasan yang menjadi dasar dalam penciptaan sebuah karya sastra tidak hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu saja. Tema memberikan kekuatan dan menegaskan kesatuan kejadian-kejadian yang sedang diceritakan sekaligus mengisahkan kehidupan dalam konteksnya yang paling umum. Apapun nilai yang terkandung di dalamnya, keberadaan tema diperlukan karena menjadi salah satu bagian yang tidak dapat terpisahkan dengan kenyataan cerita. b. Amanat Amanat adalah suatu ajakan moral, atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang. Amanat terdapat pada sebuah karya satra secara implisit, jika jalan keluar atau ajaran moral itu diisaratkan di dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir Sudjiman, 1991:35. Eksplisit, jika pengarang pada tengah atau akhir cerita menyampaikan seruan, saran, peringatan, nasihat, ujaran, larangan, dan sebagainya, berkenaan dengan gagasan yang mendasari gagasan itu Sudjiman, 1991:24. Dengan demikian dapat disimpulkan amanat yaitu pesan tentang segala sesuatu yang disampaikan oleh pengarang kepada pembaca atau penikmat karya sastra tersebut. Dalam suatu amanat akan tercermin pandangan hidup atau cita-cita pengarang. Amanat dapat berupa ajaran atau anjuran pengarang sebagai perwujudan suara batin yang diungkapkan melalui karya sastra. c. Penokohan Menurut Jones dalam Nurgiyantoro, 2007:165 penokohan adalah pelukisan yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Untuk membuat tokoh-tokoh karya sastra menyakinkan, pengarang harus melakukan observasi secara cermat terhadap kehidupan tokoh-tokoh yang diceritakannya itu. Pengarang harus melengkapi diri dengan pengetahuan yang luas dan dalam tentang sifat, tabiat manusia serta kebiasaan bertindak dan berujar dalam lingkungan masyarakat yang hendak digunakannya sebagai latar. Menurut Nurgiyantoro 2007:166 istilah penokohan lebih luas pengertiannya dari tokoh dan perwatakan, sebab hal itu sekaligus mencakup masalah sikap tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menyaran pada teknik pewujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita. Penokohan dapat juga dikatakan sebagai proses penciptaan citra tokoh yang terdapat dalam sebuah karya sastra, pembaca cenderung mengklasifikasikan tokoh dengan tokoh prontagonis dan antagonis Sudjiman, 1990:161. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penokohan adalah cara pengarang menggambarkan atau melukiskan suatu yang jelas dan mengembangkan watak seseorang dalam cerita. Penciptaan karakter merupakan hasil imajinasi dan kreativitas pengarang yang dimunculkan dalam cerita sesuai dengan keadaan yang diinginkan. Perwatakan setiap tokoh dapat dicerminkan dari setiap dialog yang berlangsung dan dapat memberikan gambaran jelas kepada pembaca karya sastra. d. Plot Alur Stanton dalam Nurgiyantoro, 2007:113 mengemukakan bahwa plot adalah urutan kejadian dalam cerita, tetapi tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa lain. Peristiwa terjadi karena adanya aksi atau aktivitas yang dilakukan oleh tokoh cerita, baik yang bersifat fisik maupun batin. Alur merupakan cerminan bahkan berupa perjalanan tingkah laku para tokoh dalam tindakan, berpikir, berasa, dan bersikap dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan. Namun, tidak dengan sendirinya semua tingkah laku kehidupan manusia boleh disebut plot Nurgiyantoro, 2007:114. Tasrif dalam Nurgiyantoro, 2007:149- 150 membedakan tahapan plot menjadi lima bagian. Kelima bagian tersebut adalah sebagai berikut. 1. Tahap Penyituasian Situation Tahap penyituasian adalah tahap yang berisi pelukisan dan pengenalan latar dan tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian informasi awal dan lain-lain. 2. Tahap Pemunculan Konflik Generating Circumstances Tahap pemunculan konflik yaitu suatu tahap di mana masalah- masalah dan peristiwa yang menyangkut terjadinya konflik itu akan berkembang dan atau dikembangkan menjadi konflik- konflik pada tahap berikutnya. 3. Tahap Peningkatan Konflik Rising Action Tahap peningkatan konflik adalah tahap konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya. Peristiwa-peristiwa dramatik yang menjadi inti cerita makin mencekam dan menegangkan. Konflik terjadi secara internal, eksternal, ataupun keduanya, pertentangan-pertentangan, benturan-benturan antara kepentingan masalah dan tokoh yang mengarah ke klimaks semakin tidak dapat dihindari. 4. Tahap Klimaks Climax Tahap klimaks yaitu suatu tahap konflik dan atau pertentangan- pertentangan yang terjadi, yang dijalankan dan atau ditampilkan para tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh-tokoh utama yang berperan sebagai pelaku dan penderita menjadi konflik utama. 5. Tahap Penyelesaian Denouement Tahap penyelesaian yaitu tahap konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian, ketegangan dikendorkan. Koflik- konflik lain, subkonflik, atau konflik-konflik tambahan jika ada, juga diberi jalan keluar, cerita pun diakhiri. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa alur plot merupakan peristiwa jalannya cerita yang berisi urutan peristiwa, namun tiap peristiwa itu hanya dihubungkan secara sebab akibat atau peristiwa yang satu disebabkan oleh peristiwa yang lain. Munculnya peristiwa sebelumnya akan menyebabkan munculnya peristiwa yang kemudian rangkaian peristiwa- peristiwa tersebut membina cerita secara luas. e. Latar Setting Stanton 2007:35 mengatakan bahwa latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung. Latar menurut Nurgiyantoro 2007:227-230 ada tiga macam, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat adalah latar yang menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar waktu adalah latar yang berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa- peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah. Latar sosial menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Jadi, latar adalah suasana yang melingkupi novel dapat berupa tempat, waktu, dan keadaan sosial budaya yang mengiringi di setiap peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam novel. Hal yang senada diungkapkan Sayuti 2000:127 yang menyatakan bahwa latar fiksi dapat dikategorikan manjadi tiga bagian, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat adalah hal yang menyangkut deskripsi tempat suatu peristiwa cerita terjadi. Latar waktu mengacu pada saat terjadinya peristiwa dalam plot, secara historis. Latar sosial merupakan lukisan status yang menunjuk hakikat seseorang atau beberapa orang tokoh dalam masyarakat yang ada di sekelilingnya. Menurut Nurgiyantoro bahwa latar yang baik dapat mendeskripsikan secara jelas peristiwa-peristiwa, perwatakkan tokoh, dan konflik yang dihadapi tokoh cerita sehingga cerita terasa hidup dan segar, seolah-olah sungguh terjadi dalam kehidupan nyata 2007:216. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan latar setting adalah tempat, hubungan waktu, dan keadaan sosial terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar memiliki fungsi menghidupkan cerita dalam karya sastra. Suatu cerita dalam karya sastra merupakan potret dari kejadian atau peristiwa yang dimainkan oleh para tokoh dalam suatu waktu, tempat, dan keadaan sosial.

3. Pendekatan Sosiologi Sastra

Dokumen yang terkait

PENDAHULUAN Permasalahan Sosial Dalam Novel Negeri Di Ujung Tanduk Karya Tere Liye: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra Di SMA.

0 2 4

PENDAHULUAN Aspek Religius Dalam Novel Cahaya Cinta Pesantren Karya Ira Madan: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra DI SMA.

0 26 5

PENDAHULUAN Nilai Edukasi Dalam Novel Sunset Bersama Rosie Karya Tere Liye: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra Di SMA.

5 36 32

PENDAHULUAN Nilai-Nilai Edukasi Dalam Novel Akar Karya Dewi Lestari: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra Di SMA.

0 2 5

PENDAHULUAN Konflik Batin dalam Novel Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy: Tinjauan Psikologi Sastra dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA.

0 2 35

UNSUR-UNSUR KRIMINALITAS NOVEL DI ATAS MAHLIGAI CINTA KARYA SRI ROKHATI : TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Unsur-Unsur Kriminalitas Novel Di Atas Mahligai Cinta Karya Sri Rokhati : Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra Di S

0 2 14

UNSUR-UNSUR KRIMINALITAS NOVEL DI ATAS MAHLIGAI CINTA KARYA SRI ROKHATI : TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Unsur-Unsur Kriminalitas Novel Di Atas Mahligai Cinta Karya Sri Rokhati : Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra Di S

0 1 19

PENDAHULUAN Aspek Sosial Dalam Novel Pusaran Arus Waktu Karya Gola Gong: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra Di SMA.

0 3 36

Analisis unsur fisik dan unsur batin puisi `Seonggok Jagung` karya W.S. Rendra dan implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMA.

33 438 118

UNSUR-UNSUR SUFISME DALAM NOVEL SANGGARGURI KARYA LALU AGUS FATHURRAHMAN DAN KAITANNYA DENGAN MATERI PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

0 0 14