Analisis unsur fisik dan unsur batin puisi `Seonggok Jagung` karya W.S. Rendra dan implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMA.
viii
Deke, Magdalena Astini. 2013. Analisis Unsur Fisik dan Unsur Batin Puisi “Seonggok Jagung” karya W. S. Rendra dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA. Skripsi. PBSID. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur fisik dan unsur batin puisi “Seonggok Jagung” karya W. S. Rendra serta implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMA. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural yaitu suatu cara pencarian terhadap suatu fakta yang sasarannya tidak hanya satu unsur sebagai individu yang berdiri sendiri di luar kesatuannya, melainkan ditujukan pula kepada hubungan antar unsurnya
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yaitu prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta. Objek penelitian ini adalah puisi “Seonggok Jagung”. Dari analisis unsur fisik ditemukan: (1) diksi, berupa pemilihan kata-kata oleh penyair yang dipergunakan sehari-hari sehingga mudah dipahami oleh pembaca, (2) pengimajian, barupa citraan penglihatan, citraan pendengaran, citraan penciuman, dan citraan gerak, (3) bahasa figuratif, yaitu metafora dan ironi, (4) kata konkret, dalam puisi tersebut penyair tidak hanya membeberkan adanya ketidakrelevan pendidikan, namun ia memperkuatnya dengan data-data yang menciptakan kata konkret, (5) versifikasi, yang berupa aliterasi, asonansi, rima awal, tengah, dan rima akhir, (6) tipografi, yaitu tidak menyimpang dari tipografi puisi pada umumnya.
Dari analisis unsur batin dalam puisi ini ditemukan: (1) tema, secara umum puisi tersebut membicarakan dunia pendidikan yang isinya mengkritik ketidakadilan dunia pendidikan, (2) nada, puisi ini bernada tegas, (3) perasaan, rasa prihatin penyair terhadap situasi pendidikan yang terjadi, (4) amanat, yaitu pemerintah diharapkan menyediakan lapangan pekerjaan yang memadai untuk mengurangi adanya pengangguran dan memperhatikan masyarakat yang kurang mampu.
Hasil analisis unsur fisik dan unsur batin puisi “Seonggok Jagung” karya
W. S. Rendra dapat dijadikan bahan pembelajaran di SMA kelas X semester 1 dan 2. Adapun Standar Kompetensi pada kelas X semester 1 yaitu memahami puisi yang disampaikan secara langsung atau tidak langsung dengan Kompetensi Dasar mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman. Standar Kompetensi untuk kelas X semester 2 yaitu mengungkapkan pendapat terhadap puisi melalui diskusi dengan Kompetensi Dasar membahas isi puisi berkanaan dengan gambaran penginderaan, perasaan, pikiran, dan imajinasi melalui diskusi.
(2)
ix ABSTRACT
Deke, Magdalena Astini. 2013. An Analysis on Physical and Internal Elements in “Seonggok Jagung”, A Poem Written by W. S Rendra and The Implementation in Literature Learning in Senior High Schools. Thesis. PBSID. Sanata Dharma University. Yogyakarta.
This research was aimed to describe the physical and internal elements in “Seonggok Jagung”, a poem written by W. S. Rendra and the implementation in literature learning in Senior High Schools. The approach used in this research was structural approach. Structural approach is the way to find facts with the target not only one element as an individual person, but also the relationship among the elements.
The method used in this research was descriptive analysis. It was a procedure to solve problems by describing a research object based on the facts. The research object was a poem “Seonggok Jagung”. There were some physical elements found: (1) dictions, words choice by the poet used in daily life that could be understood easily by readers, (2) imagination, in the form of seeing, hearing, smelling, and movements, (3) figurative language, in the form of metaphor and irony, (4) concrete words, in the poem the poet did not only use the irrelevance in education but also emphasized it by the data that created concrete words, (5) verification, in the form of alliteration, assonance, beginning, middle, and final rhymes, (6) typography, that was in the common typography.
There were some internal elements found in the poem: (1) theme, in general, the poem talked about education world that criticized the injustice in education world, (2) intonation, this poem was firm, (3) feeling, the poet concerned about the education, (4) message, the government was hoped to provide appropriate job opportunities to decrease the unemployment and paid attention to poor people.
The results analysis of the physical and internal elements in the poem “Seonggok Jagung” written by W. S. Rendra could be used as learning materials in Senior High Schools grade X semester 1 and 2. The Competency Standard for grade X semester 1 was to comprehend the poem delivered directly and indirectly with the Basic Competency to identify the elements in a poem delivered directly or in recording. The Competency Standard for grade X semester 2 was to give opinions on poems through discussions with the Basic Competency that discussed the poem on the senses, feeling, thoughts, and imaginations.
(3)
ANALISIS UNSUR FISIK DAN UNSUR BATIN PUISI “SEONGGOK JAGUNG” KARYA W. S. RENDRA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM
PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA
SKRIPSI
Disusun oleh:
Magdalena Astini Deke
081224010
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(4)
i
ANALISIS UNSUR FISIK DAN UNSUR BATIN PUISI “SEONGGOK JAGUNG” KARYA W. S. RENDRA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM
PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA
SKRIPSI
Disusun oleh:
Magdalena Astini Deke
081224010
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(5)
(6)
(7)
iv
Motto
Aku percaya Dia membuat segala sesuatu indah pada
waktunya.... (Pengkhotbah 3:11)
Teruslah maju, berbuatlah sebanyak mungkin. Anda akan
menemukan kesuksesan dipenghujung kegagalan.
(Thomas Watson)
Jika ingin sukses dan menjadi yang terbaik, harus siap
(8)
v
Halaman Persembahan
Karya kecilku ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus
Ayahku Paulus W. Deke dan Ibuku S. P. Malo,
“Kupersembahkan skripsi ini sebagai tanda cinta dan rasa sayangku
kepada ayah ibuku yang telah memberi kasih sayang tanpa syarat
(9)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 21 Februari 2013
Yang membuat pernyataan,
(10)
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : nama : Magdalena Astini Deke,
NIM : 081224010,
dengan pengembangan ilmu pengetahuan, saya berikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul
ANALISIS UNSUR FISIK DAN UNSUR BATIN PUISI SEONGGOK JAGUNG KARYA WS RENDRA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM
PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini, saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 21 Februari 2013 Yang menyatakan,
(11)
viii
Deke, Magdalena Astini. 2013. Analisis Unsur Fisik dan Unsur Batin Puisi “Seonggok Jagung” karya W. S. Rendra dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA. Skripsi. PBSID. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur fisik dan unsur batin puisi “Seonggok Jagung” karya W. S. Rendra serta implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMA. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural yaitu suatu cara pencarian terhadap suatu fakta yang sasarannya tidak hanya satu unsur sebagai individu yang berdiri sendiri di luar kesatuannya, melainkan ditujukan pula kepada hubungan antar unsurnya
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yaitu prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta. Objek penelitian ini adalah puisi “Seonggok Jagung”. Dari analisis unsur fisik ditemukan: (1) diksi, berupa pemilihan kata-kata oleh penyair yang dipergunakan sehari-hari sehingga mudah dipahami oleh pembaca, (2) pengimajian, barupa citraan penglihatan, citraan pendengaran, citraan penciuman, dan citraan gerak, (3) bahasa figuratif, yaitu metafora dan ironi, (4) kata konkret, dalam puisi tersebut penyair tidak hanya membeberkan adanya ketidakrelevan pendidikan, namun ia memperkuatnya dengan data-data yang menciptakan kata konkret, (5) versifikasi, yang berupa aliterasi, asonansi, rima awal, tengah, dan rima akhir, (6) tipografi, yaitu tidak menyimpang dari tipografi puisi pada umumnya.
Dari analisis unsur batin dalam puisi ini ditemukan: (1) tema, secara umum puisi tersebut membicarakan dunia pendidikan yang isinya mengkritik ketidakadilan dunia pendidikan, (2) nada, puisi ini bernada tegas, (3) perasaan, rasa prihatin penyair terhadap situasi pendidikan yang terjadi, (4) amanat, yaitu pemerintah diharapkan menyediakan lapangan pekerjaan yang memadai untuk mengurangi adanya pengangguran dan memperhatikan masyarakat yang kurang mampu.
Hasil analisis unsur fisik dan unsur batin puisi “Seonggok Jagung” karya
W. S. Rendra dapat dijadikan bahan pembelajaran di SMA kelas X semester 1 dan 2. Adapun Standar Kompetensi pada kelas X semester 1 yaitu memahami puisi yang disampaikan secara langsung atau tidak langsung dengan Kompetensi Dasar mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman. Standar Kompetensi untuk kelas X semester 2 yaitu mengungkapkan pendapat terhadap puisi melalui diskusi dengan Kompetensi Dasar membahas isi puisi berkanaan dengan gambaran penginderaan, perasaan, pikiran, dan imajinasi melalui diskusi.
(12)
ix ABSTRACT
Deke, Magdalena Astini. 2013. An Analysis on Physical and Internal Elements in “Seonggok Jagung”, A Poem Written by W. S Rendra and The Implementation in Literature Learning in Senior High Schools. Thesis. PBSID. Sanata Dharma University. Yogyakarta.
This research was aimed to describe the physical and internal elements in “Seonggok Jagung”, a poem written by W. S. Rendra and the implementation in literature learning in Senior High Schools. The approach used in this research was structural approach. Structural approach is the way to find facts with the target not only one element as an individual person, but also the relationship among the elements.
The method used in this research was descriptive analysis. It was a procedure to solve problems by describing a research object based on the facts. The research object was a poem “Seonggok Jagung”. There were some physical elements found: (1) dictions, words choice by the poet used in daily life that could be understood easily by readers, (2) imagination, in the form of seeing, hearing, smelling, and movements, (3) figurative language, in the form of metaphor and irony, (4) concrete words, in the poem the poet did not only use the irrelevance in education but also emphasized it by the data that created concrete words, (5) verification, in the form of alliteration, assonance, beginning, middle, and final rhymes, (6) typography, that was in the common typography.
There were some internal elements found in the poem: (1) theme, in general, the poem talked about education world that criticized the injustice in education world, (2) intonation, this poem was firm, (3) feeling, the poet concerned about the education, (4) message, the government was hoped to provide appropriate job opportunities to decrease the unemployment and paid attention to poor people.
The results analysis of the physical and internal elements in the poem “Seonggok Jagung” written by W. S. Rendra could be used as learning materials in Senior High Schools grade X semester 1 and 2. The Competency Standard for grade X semester 1 was to comprehend the poem delivered directly and indirectly with the Basic Competency to identify the elements in a poem delivered directly or in recording. The Competency Standard for grade X semester 2 was to give opinions on poems through discussions with the Basic Competency that discussed the poem on the senses, feeling, thoughts, and imaginations.
(13)
x
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat yang berlimpah yang penulis peroleh sehingga mampu
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul Analisi Unsur Fisik
dan Unsur batin Puisi Seonggok Jagung Karya WS Rendra dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra di SMA ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan
Daerah.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini berkat dukungan,
semangat, bimbingan, kerja sama, nasihat, dan doa dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. B. Rahmanto., selaku dosen pembimbing I yang dengan penuh
kesabaran, ketelitian, dan perhatian dalam membimbing dan mendamping
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr. Y. Karmin, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang dengan penuh
kesabaran, ketelitian, dan perhatian dalam membimbing dan mendamping
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
4. Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Ketua Prodi PBSID yang selalu
(14)
xi
5. Seluruh Dosen PBSID, khususnya dosen penguji, yang telah membimbing
penulis selama menempuh perkuliahan di PBSID.
6. Karyawan perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah banyak
membantu penulis dalam peminjaman buku selama menempuh
perkuliahan dan pemyelesaian skripsi ini.
7. Bapak Robertus Marsidiq, sekretaris program studi PBSID yang telah
membantu penulis dalam mengurus administrasi di program studi PBSID.
8. Kedua orang tuaku yang selalu mendoakan dan memotivasi aku untuk
selalu kuat, terus belajar, dan bisa meraih masa depan dikemudian hari.
9. Kakak-kakakku, Seprianus Ama Deke, Sek, Frans Firanus Deke, Sek, dan
Agustina Ina Deke yang selalu mendoakan dan menyemangati penulis.
10.Teman-teman PBSID angkatan 2008, khususnya kelas A atas kebersamaan
dan kekompakan kita semua.
11.Sahabat-sahabatku terkasih: Ayu Wiranti, Ratih Ajeng, Nike Afrah, Rena,
Emil, dan Evi yang sudah menjadi teman berbagi suka dan duka selama di
Jogja. Terima kasih atas dukungan dan perteman kita.
12.Bapak dan Ibu kos serta teman-teman kos Narpache, Apu, Ani, Osi terima
kasih sudah menjadi keluarga dan teman selama di Jogja.
13.Keluarga Komunitas di Jogja: Kumpulan Anak Sumba Sadhar (KASS),
atas dukungan dan semangat komunitas yang terjalin.
14.Nadus Karedi, yang selalu memberi masukan kepada penulis dalam
mengerjakan skripsi. Inno Mutti, yang selalu mendukung dengan memberi
(15)
xii
dukungan kalian sangat berarti bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
15.Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu namun
telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Walaupun
demikian, semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.
Yogyakarta, 21 Februari 2013
Penulis,
(16)
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
1.5 Batasan Istilah ... 5
1.6 Sistematika Penyajian ... 7
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu ... 8
2.2 Landasan Teori ... 9
2.2.1 Pengertian Puisi ... 9
2.2.2 Struktur Puisi ... 11
2.2.2.1 Unsur Fisik Puisi ... 11
2.2.2.1.1 Diksi ... 11
2.2.2.1.2 Pengimajinasian ... 12
2.2.2.1.3 Kata Konkret ... 13
2.2.2.1.4 Bahasa Figuratif ... 13
(17)
xiv
2.2.2.1.6 Tipografi ... 18
2.2.2.2 Unsur Batin Puisi ... 18
2.2.2.2.1 Tema ... 19
2.2.2.2.2 Perasaan ... 19
2.2.2.2.3 Nada dan Suasana ... 20
2.2.2.2.4 Amanat ... 20
2.2.3 Pembelajaran Sastra di SMA ... 21
2.2.3.1 KTSP ... 22
2.2.3.2 Silabus dan RPP ... 23
2.2.3.3 SK dan KD Kurikulum Apresiasi Puisi ... 28
2.2.3.4 Pemilihan Bahan Ajar ... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 33
3.2 Data dan Sumber Data Penelitian ... 34
3.3 Metode Penelitian... 34
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 34
3.5 Teknik Analisis Data ... 35
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Puisi “Seonggok Jagung” ... 36
4.2 Analisis Unsur Fisik Puisi “Seonggok Jagung” ... 38
4.2.1 Diksi (pemilihan kata) ... 38
4.2.2 Pengimajinasian ... 41
4.2.3 Kata konkret ... 45
4.2.4 Bahasa figurasi ... 48
4.2.5 Versifikasi ... 51
4.2.6 Tipografi ... 63
4.3 Analisis Unsur Batin Puisi “Seonggok Jagung” ... 64
4.3.1 Tema ... 64
4.3.2 Perasaan... 65
4.3.3 Nada dan Suasana ... 66
(18)
xv
4.4 keterkaitan Antar Unsur ... 69
4.4.1 Keterkaitan Antar Unsur Fisik Puisi Seonggok Jagung ... 69
4.4.2 Keterkaitan Antar Unsur Batin Puisi Seonggok Jagung ... 70
4.4.3 Keterkaitan Antar Unsur Fisik dan Unsur Batin Puisi Seonggok Jagung ... 70
4.5 Implementasi Hasil Analisis Unsur Fisik dan Unsur Batin Puisi “Seonggok Jagung” dalam Pembelajaran Sastra di SMA ... 71
4.4.1 Silabus ... 73
4.4.2 RPP ... 75
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 94
5.2 Implikasi ... 96
5.3 Saran ... 97
DAFTAR PUSTAKA ... 98
(19)
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Karya sastra merupakan sebuah seni yang indah, yang bisa menyentuh
perasaan dan nurani manusia. Karya sastra yang baik mengajak pembaca melihat
karya sastra tersebut melihat sebagai cermin dirinya sendiri. Dalam karya sastra
diungkapkan berbagai pengalaman hidup manusia agar manusia lain dapat
memetik pelajaran yang baik darinya (Sumardjo, 1991:14).
Karya sastra mempunyai isi dan bentuk. Isinya adalah tentang pengalaman
hidup manusia, sedangkan bentuknya adalah cara sastrawan memanfaatkan bahasa
yang indah untuk mewadahi isinya (Semi, 1988:8). Sastra adalah suatu kegiatan
kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990:3). Sumardjo & Saini K. M.
(via Sarjidu, 2004:2), menyatakan bahwa karya sastra merupakan hasil ciptaan
manusia yang diekspresikan dalam bentuk tulisan dan menggunakan bahasa
sebagai medianya. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra berisi tentang
permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia. Sastra lahir dilatarbelakangi
oleh adanya dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya.
Banyak karya sastra dihasilkan melalui tangan-tangan sastrawan yang berbakat,
yaitu puisi, novel, cerpen, dan drama.
Setiap orang bebas menulis yang ada dalam pikiran dan hatinya. Tulisan
itu bisa berupa puisi karena dalam menulis puisi dapat digunakan untuk
(20)
dapat memahami puisi secara sepenuhnya tanpa mengetahui dan menyadari
bahwa puisi itu karya estetis yang bermakna, yang mempunyai arti, bukan hanya
sesuatu yang kosong tanpa makna (Pradopo, 2000: 3).
Puisi merupakan karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan
penyair secara imajinatif (Waluyo, 1987:25). Puisi mengandung sesuatu yang
sangat penting sebab puisi diciptakan atas dasar pengalaman. Karena itu, puisi
mengemukakan sesuatu yang bersangkut paut dengan semangat manusia. Puisi
merupakan kekuatan yang menyebabkan orang lebih sadar akan dirinya sendiri
dan dunianya, atau dengan singkat dapat dikatakan, menjadikan seseorang
menjadi lebih lengkap sebagai manusia (Situmorang, 1981:12).
Puisi terdiri atas dua unsur pokok, yakni unsur fisik dan unsur batin.
Unsur-unsur puisi itu tidaklah berdiri sendiri, tetapi merupakan sebuah struktur.
Seluruh unsur merupakan kesatuan antara unsur yang satu dengan unsur yang
lainnya. Unsur-unsur itu juga menunjukkan diri secara fungsional, artinya
unsur-unsur itu berfungsi bersama unsur-unsur lain dan di dalam kesatuan dengan totalitasnya
(Waluyo, 1987:28). Oleh karena itu, menganalisis puisi bukanlah suatu hal yang
mudah karena dalam puisi menyimpan makna yang tersembunyi, yang harus
diungkapkan oleh pembaca.
Dalam penelitian ini karya sastra yang dipilih adalah puisi “Seonggok
Jagung” karya W.S. Rendra. Penulis mempunyai tiga alasan dalam pemilihan puisi ini. Pertama, puisi ini menggambarkan manusia dengan berbagai
masalahnya. Kedua, gaya penggambarannya menarik dan mudah dipahami, dan
(21)
bermanfaat bagi siswa agar mereka tidak menyia-nyiakan pendidikan yang
mereka miliki, karena tidak semua orang bisa bersekolah seperti mereka.
Hasil analisis puisi “Seonggok Jagung” karya W. S. Rendra akan diimplementasikan dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah.
Kelas yang dipilih peneliti adalah SMA kelas X semester 1 dan 2. Alasannya,
dalam KTSP 2006 SMA kelas X semester 1 dan 2 terdapat Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar yang berkaitan dengan unsur fisik dan unsur batin puisi.
Adapun Standar Kompetensi pada kelas X semester 1 yaitu memahami puisi yang
disampaikan secara langsung atau tidak langsung dengan Kompetensi Dasar
mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara
langsung ataupun melalui rekaman. Standar Kompetensi untuk kelas X semester 2
yaitu mengungkapkan pendapat terhadap puisi melalui diskusi dengan
Kompetensi Dasar membahas isi puisi berkanaan dengan gambaran penginderaan,
perasaan, pikiran, dan imajinasi melalui diskusi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, masalah yang
akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana unsur fisik dan unsur batin puisi “Seonggok Jagung” Karya W.S. Rendra?
2. Bagaimanakah implementasi unsur fisik dan unsur batin puisi “Seonggok Jagung” Karya W.S. Rendra sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA?
(22)
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pokok penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan unsur fisik (diksi, kata konkret, pencitraan, bahasa
figurasi, verifikasi, dan tipografi) unsur batin (tema, rasa, nada, dan
amanat) puisi “Seonggok Jagung” Karya W. S. Rendra.
2. Mendeskripsikan implementasinya tema, amanat, perasaa, dan pencitraan
puisi “Seonggok Jagung” Karya W. S. Rendra sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan pada apresiasi sastra khususnya
pada materi apresiasi puisi. Hal ini dikarenakan penerapan dan
pengembangan bahan ajar dengan mengunakan puisi, sangat dibutuhkan
dalam proses belajar mengajar yang efektif. Manfaat lain yaitu
memperkuat teori bahwa penerapan dan pengembangan bahan ajar dapat
memicu kreatifitas siswa khususnya dalam menulis puisi.
2. Manfaat Praktis
Dengan adanya penerapan dan bahan ajar yang menggunakan puisi, dapat
mewujudkan proses belajar mengajar yang efektif, produktif serta dapat
(23)
siswa. Bagi mahasiswa jurusan pendidikan sastra Indonesia, penelitian ini
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan acuan untuk memotivasi
ide atau gagasan baru yang lebih kreatif dan inovatif dalam kemajuan diri.
Selain itu juga, penelitian ini diharapkan mampu digunakan oleh pengajar
dan pendidik, khususnya guru Bahasa dan Sastra Indonesia di berbagai
sekolah sebagai materi ajar yaitu materi sastra.
1.5 Batasan Istilah
Dalam penelitian ini terdapat batasan-batasan istilah yang dapat
memudahkan pembaca. Batasan-batasan tersebut adalah
1. Puisi
Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan
perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan
mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian
struktur fisik dan struktur batinnya (Waluyo, 1987:25).
2. Unsur fisik
Unsur fisik puisi yaitu unsur estetik yang membangun luar puisi. Unsur
estetik dapat ditelaah satu per satu dan merupakan kesatuan yang utuh.
Unsur-unsur struktur fisik puisi terdiri atas: diksi, pengimajian, kata
konkret, majas, versifikasi, dan tipografi puisi (Waluyo, 1987: 71).
(24)
Unsur batin adalah unsur dalam puisi yang mengungkapkan perasaan dan
suasana jiwanya penyair. Unsur batin puisi terdiri atas tema, perasaan,
nada, dan amanat (Waluyo, 1987:106).
4. Pembelajaran sastra
Pembelajaran sastra adalah proses pembelajaran yang meningkatkan
wawasan kehidupan, kemampuan berbahasa, dan pengetahuan siswa, serta
untuk mengembangkan kepribadian siswa dengan menikmati dan
memanfaatkan karya sastra (BSNP. 2006 via Sunarti, 2007: 30).
5. Implementasi
Implementasi adalah penerapan dari suatu kegiatan yang sudah
dilaksanakan sebelumnya (Depdikbud, 1991:377).
6. Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran
dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi
dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan
sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan
(Mulyasa, 2007: 190).
7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan
(25)
1.6 Sistematika Penyajian
Penelitian kualitatif ini terdiri atas lima bab. Bab pertama berisi
pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab
kedua berisi landasan teoritis yang memuat penelitian yang relevan dan tinjauan
pustaka. Bab ketiga berisi metodologi penelitian yang memuat jenis penelitian,
sumber data dan data penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan data, dan
analisis data. Bab keempat berisi pembahasan, yang terdiri dari analisi unsur fisik
dan unsur batin puisi, dan implementasi dalam pembelajaran. bab kelima berisi
(26)
8
BAB II
LANDASAN TEORI
1.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Yustina Dwi (2006), Veronica Meliana (2006), dan Gaudensia
Fitryani (2007). Penelitian yang dilakukan Dwi (2006), berjudul “Perbedaan Unsur Fisik dan Unsur Batin Karya Siswa Laki-laki dan Perempuan Kelas X
SMA Dominikus Wonosari, Gunung kidul Tahun Ajaran 2008/2009”. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Dari hasil penelitian disimpulkan, unsur
batin puisi karya siswa laki-laki kebanyakan yang digunakan adalah perasaan atau
suasana. Unsur batin puisi yang digunakan oleh siswa perempuan adalah perasaan
atau suasana. Penelitian yang dilakukan oleh Meliana (2006), berjudul “Struktur
Puisi “Pacarkecilku” karya Joko Pinurbo, dan Implementasinya dalam
Pembelajaran Sastra di SMA”. Hasil analisis yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah, struktur batin dalam puisi “Pacarkecilku” penyair menggunakan tema cinta kasih yang dipadu dengan budi pekerti, nada yang dapat dirasakan
bersifat lugas, suasana yang tampak adalah bahagia dan penuh rasa kekeluargaan,
dan amanat yang terdapat dalam puisi tersebut yaitu mengandung butir-butir
moral yang berguna untuk peningkatan budi pekerti manusia.
Penelitian yang dilakukan oleh Fitryani (2007), berjudul “Struktur Puisi
“Miskin Desa, Miskin Kota” Karya Taufiq Ismail dan Implementasinya dalam
(27)
dalam puisi menggunakan tema kemiskinan, nada puisi tersebut adalah secara
lugas menyampaikan kepada pembaca, bahwa kemiskinan kini semakin lama
semakin berat. Amanat yang hendak diunggkapkan adalah jangan berpasrah pada
keadaan, tetapi teruslah berjuang.
Berdasarkan ketiga acuan tersebut, diharapkan dapat membantu penulis
dalam melakukan penelitian dengan judul “Analisis Unsur Fisik dan Unsur Batin Puisi Seonggok Jagung Karya WS Rendra dan Implementasinya Dalam
Pembelajaran Sastra di SMA”.
1.1 Landasa Teori 1.1.1 Pengertian Puisi
Secara etimologis istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poites, yang
berarti, pembentuk dan pembuat. Dalam perkembangan selanjutnya, makna kata
tersebut menyempit menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun dengan
menggunakan irama, sajak, dan kadang-kadang kata kiasan (Situmorang,
1980:10). Menurut Waluyo (1987:25), puisi adalah karya sastra yang
mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif yang disusun
dengan pengungkapan semua kekuatan bahasa dengan mengkonsentrasikan
struktur fisik dan struktur batin.
Menurut Reeves, puisi adalah sebuiah karya sastra. Semua karya sastra bersifat imajinatif. Bahasa sastra bersifat konotatif karena banyak digunakan makna kias dan makna lambang (majas). Menurut Slamet Muljana, puisi merupakan bentuk kesusasteraan yang menggunakan pengulangan suara sebagai ciri khasnya. Herbert Spencer menyatakan bahwa puisi merupakan bentuk pengucapan gagasan yang bersifat emosional dengan mempertimbangkan efek keindahan. Selanjutnya Thomas C menyatakan
(28)
bahwa puisi merupakan ungkapan pikiran yang bersifat musikal (Waluyo, 1987:22-23).
Berbeda lagi dengan Pradopo (2009:7) yang mengatakan bahwa puisi itu
mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan. Puisi itu merupakan
rekaman dan interprestasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam
wujud yang paling berkesan.
Dari pendapat para sastrawan di atas, jelas penyair adalah orang yang
menciptakan suatu karya, yang dituangkan dalam bentuk suatu bahasa
berdasarkan pengalaman. Oleh karena itu, puisi merupakan ekspresi dari
pengalaman imajinasi manusia, yang dirasakan begitu indah dan terungkap dari
dalam diri penyair.
Samuel Taylor Coleridge (via Pradopo 1990: 6), mengemukakan puisi
adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata
yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris,
antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat hubungannya. Menurut
Slametmuljana (via Waluyo, 1987: 23), puisi merupakan bentuk kesusasteraan
yang menggunakan pengulangan suara sebagai ciri khasnya. Pengulangan kata itu
menghasilkan rima, ritma, dan musikalitas.
Berdasarkan kedua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa puisi
adalah hasil ekspresi pikiran penyair. Ekspresi pikiran tersebut dapat
membangkitkan perasaan yang bersifat emosional dalam susunan yang berirama
(29)
1.1.2 Struktur Puisi
Secara umum, struktur puisi terbagi menjadi dua, yaitu struktur fisik dan
struktur batin puisi. Struktur fisik dan struktur batin terdiri dari unsur-unsur yang
saling mengikat dan semua unsur itu membentuk totalitas makna yang utuh.
Unsur-unsur menunjukkan diri secara fungsional, artinya unsur-unsur itu
berfungsi bersama unsur lain dan di dalam kesatuan dengan totalitasnya (Waluyo,
1987: 27−29). Berikut ini akan dijelaskan struktur fisik dan struktur batin puisi, beserta unsur-unsur yang membangun kedua unsur tersebut.
1.1.2.1 Unsur Fisik Puisi
Unsur fisik puisi yaitu unsur estetik yang membangun luar puisi. Unsur
estetik dapat ditelaah satu per satu dan merupakan kesatuan yang utuh.
Unsur-unsur struktur fisik puisi terdiri atas: diksi, pengimajian, kata konkret, majas,
versifikasi, dan tipografi puisi (Waluyo, 1987: 72−97).
(1) Diksi/Pemilihan Kata
Dalam KBBI (2007:264), diksi adalah pelihan kata yang tepat dan selaras
untuk mengungkapkan gagasan. Menurut Barfield (via Prodopo, 2009:54), bila
kata-kata dipilih dan disusun dengan cara sedemikian rupa hingga artinya
menimbulkan imajinasi estetik, maka hasilnya disebut diksi. Waluyo (1987:84)
mengatakan bahwa diksi adalah pemilihan kata yang tepat, dan kaya akan nuansa
makna dan suasana sehingga mampu mengembangkan dan mempengaruhi daya
imajinasi pembaca.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa diksi adalah
(30)
puisi. Pemilihan kata inilah yang membuat puisi berbeda dengan karya sastra
lainnya.
(2) Pengimajian/Pencitraan
Pengimajian atau pencitraan adalah pengungkapan pengalaman sensoris
penyair kedalam kata dan ungkapan, sehingga terjelma gambaran suasana yang
lebih konkret. Ungkapan itu menyebabkan pembaca seolah-olah melihat sesuatu,
mendengar sesuatu atau turut merasakan sesuatu (Waluyo, 1987:78). Menurut
Sudjiman (2006:17), citraan adalah cara membentuk cita mental, pribadi atau
gambaran sesuatu. Biasanya citraan menyarankan gambar yang tampak oleh mata
(batin) kita, tetapi dapat juga menyarankan hal-hal yang merangsang pancaindera
yang lain seperti penciuma dan pendengaran.
Situmorang (1981:20) membagi imaginasi sebagai berikut : (1) imaginasi
visual (penglihatan), (2) imaginasi auditory (pendengaran), (3) imaginasi artriculatory (pengucapan), (4) imaginasi alfactory (penciuman), (5) imaginasi gustatory (pencicipan), (6) imaginasi tactual (perasaan), (7) imaginasi kinaestetik
(gerak), dan (8) imaginasi organik (badan).
Dengan demikian, pengimajinasian atau pencitraan, mengingatkan
kembali kepada kita tentang pengalam yang pernah terjadi karena kemahiran
penyair dalam menggambarkan peristiwa. Jadi kita seolah-olah berada pada
(31)
(3) Kata Konkret
Untuk memperkonkret imaji pembaca, maka kata-kata harus diperkonkret.
Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyarankan kepada arti yang
menyeluruh. Kata konkret erat hubungannya dengan penggunaan kiasan dan
lambang (Waluyo, 1987:81). Menurut Pradopo (1991:55), kata konkret adalah
penggunaan kiasan dan lambang dalam sebuah puisi untuk menggambarkan
secara konkret apa yang dilukiskan penyair.
(4) Bahasa Figuratif/Majas
Waluyo (1987:83), mengatakan bahasa figuratif ialah bahasa yang
digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni
secara tidak langsung mengungkapkan makna. kata atau bahasanya bermakna kias
atau makna lambang. Menurut Perrine (via Waluyo, 1987:83), bahasa figuratif
dipandang lebih efektif untuk menyatakan apa yang dimaksudkan penyair, karena:
(1) bahasa figuratif mampu menghasilkan kesenangan imajinatif, (2) bahasa
figuratif adalah cara untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi, sehingga
yang abstrak jadi konkret dan menjadikan puisi lebih nikmat dibaca, (3) bahasa
figuratif adalah cara menambahkan intensitas perasaan penyair untuk puisinya dan
menyampaikan sikap penyair, (4) bahasa figuratif adalah cara untuk
mengkonsentrasikan makna yang hendak disampaikan dan cara menyampaikan
sesuatu yang banyak dan luas dengan bahasa yang singkat.
Menurut Waluyo (1987:84-86), bahasa figuratif terdiri atas pengiasan
(32)
lambang. Kiasan yang dimaksud meliputi: metafora, perbandingan, personifikasi,
hiperbola, sinekdoce, dan ironi.
a) Metafora
Metafora adalah majas yang mengandung perbandingan yang tersirat
sebagai pengganti kata atu ungkapan lain untuk melukiskan kesamaan atau
kesejajaran makna diantaranya (Sudjiman, 2006:43). Menurut Waluyo (1987:84),
metafora adalah sebuah kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak
disebutkan. Jadi ungkapan itu langsung berupa kiasan.
b) Perbandingan
Perbandingan adalah kiasan yang tidak disebut langsung. Benda yang
dikiaskan kedua-duanya ada bersama pengiasnya dan digunakan kata-kata seperti,
laksana, bagaikan, dan sebagainya (Waluyo, 1987:84). Menurut Pradopo
(2009:62), perbandingan ialah bahasa kias yang menyamakan satu hal dengan hal
lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding seperti: bagai, sebagai, bak,
seperti, seumpama, laksana, dan kata-kata pembanding yang lain.
c) Personifikasi
Personifikasi adalah benda mati dianggap sepserti manusia. Hal ini guna
memperjelas penggambaran peristiwa dan keadaan itu (Waluyo, 1987:85).
Pradopo
(2009:75) mengatakan personifikasi adalah jenis bahasa kias yang
mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat berbuat,
(33)
d) Hiperbola
Hiperbola adalah kiasan yang berlebih-lebihan. Penyair merasa perlu
melebih-lebihkan hal yang dibandingkan itu agar mendapatkan perhatian yang
lebih seksama dari pembaca (Waluyo, 1987:85). Menurut Pradopo (2009:98),
hiperbola yaitu sarana yang melebih-lebihkan suatu hal atau keadaan.
e) Sinekdoce
Sinekdoce adalah menyebutkan sebagian untuk maksud keseluruhan,
atau menyebutkan keseluruhan untuk maksud sebagian (Waluyo, 1987:85).
Menurut Altenbernd (via Pradopo, 2009:78), sinekdoce adalah bahasa kiasan yang
menyebutkan suatu bagian yang penting suatu benda (hal) untuk benda atau hal
itu sendiri.
f) Ironi
Ironi adalah kata-katanya bersifat berlawanan untuk memberikan
sindiran. Ironi dapat berubah menjadi sinisme dan sarkasme, yakni penggunaan
kata-kata keras dan kasar untuk menyindir atau mengkritik (Waluyo, 1987:86).
(5) Versifikasi (Rima dan Ritma)
Menurut Wellek dan Warren (via Djojosuroto, 2005:22), peranan bunyi
mendapat perhatian penting dalam menentukan makna yang dihasilkan puisi (jika
puisi tersebut dibaca). Pembahasan bunyi di dalam puisi menyangkut masalah
rima dan ritma. Rima berarti persamaan atau pengulangan bunyi.
Waluyo (1987:94) mengatakan, bunyi dalam puisi menghasilkan rima
(34)
musikalitas atau orkestrasi. Adanya pengulangan bunyi, puisi menjadi merdu jika
dibaca. Ritma sangat berhubungan dengan bunyi, kata, frasa, dan kalimat.
Marjorie boulton (via Waluyo, 1987:90) menyebut rima sebagai phonetic
form. Jika bentuk fonetik itu berpadu dengan ritma, maka akan mampu
mempertegas makna puisi. Dalam rima terdapat onomatope, bentuk intern pola
bunyi, dan pengulangan kata/ungkapan.
a) Onomatope
Onomatope berarti tiruan terhadap bunyi-bunyi yang ada. Efek yang
dihasilkan akibat onomatope akan kuat terutama jika puisi tersebut dibacakan
secara keras (Waluyo, 1987:90). Wellek dan Warren (1995:200) menyimpulkan
bahwa onomatope yakni kelompok kata yang agak menyimpang dari sistem bunyi
bahasa pada umumnya. Onomatope disebut juga dengan peniruan bunyi. Peniru
bunyi dalam puisi kebanyakan hanya memberikan saran tentang suara sebenarnya.
Onomatope menimbulkan tanggapan yang jelas dari kata-kata yang tidak
menunjukkan adanya hubungan dengan hal yang ditunjuk, sebab dalam puisi
diperlukan kejelasan.
b) Bentuk intern pola bunyi
Menurut Boulton (via Waluyo, 1987:92), yang dimaksud bentuk internal
ini, adalah: aliterasi, asonansi, dan persamaan bunyi. Aleterasi merupakan
persamaan bunyi pada pada suku kata pertama (Waluyo, 1987:92).Cummings &
Simmons (1986:10) mengatakan, aliterasi adalah repetisi bunyi awal pada
(35)
Asonansi adalah gaya bahasa repetisi yang berjudul perulangan vokal
pada suatu kata atau beberapa kata, biasanya dipergunakan dalam puisi untuk
mendapatkan efek penekanan (Suroto, 1993:130). Sementara itu, Waluyo
(1991:92) menyatakan asonansi adalah ulangan bunyi vokal pada kata-kata tanpa
selingan persamaan bunyi-bunyi konsonan.
Zaidan (1989:41- 42) membedakan persamaan bunyi antara lain, a) rima
awal, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada awal baris pada tiap bait puisi, b)
rima tengah, yaitu persamaan bunyi yang terdapat di tengah baris pada bait puisi,
dan c) rima akhir, yaitu persamaan bunyi yang terdapat di akhir baris pada tiap
bait puisi. Menurut Waluyo (1989:93), pada rima akhir terdapat tiga pola, yaitu
persamaan bunyi dengan pola /aa, bb, cc, dd/ disebut juga saak berangkai,
persamaan bunyi dengan pola /ab, ab, cd, ef, ef/ disebut juga sajak bersilang, dan
persamaan bunyi dengan pola /abba, cddc, baab/disebut juga sajak berpeluk.
c) Pengulangan kata/ungkapan
Boulton (via Waluyo, 1987:93) menyatakan, pengulangan bunyi, kata,
frasa memberi efek intelektual dan efek magis yang murni. Pengulangan tidak
hanya terbatas pada bunyi, namun mungkin kata-kata, atau ungkapan.
Rima memiliki nilai estetik. Rima menghasilkan efek-efek yang
menyejukkan dan efek-efek yang dapat menyenangkan (pleasurable) dalam
sebuah puisi (Reaske,1966:21). Walaupun demikian, tidak berarti rima terlepas
dari makna puisi secara keseluruhan karena pada hakikatnya karya sastra adalah
(36)
Sementara itu, ritma berasal dari bahasa Yunani rheo yang berarti
gerakan-gerakan air yang teratur, terus-menerus, dan tidak putus-putus (mengalir
terus). Slametmuljana menyatakan bahwa ritma merupakan pertentangan bunyi:
tinggi/rendah, panjang/pendek, keras/lemah, yang mengalun dengan teratur
dan berulang-ulang sehingga membentuk keindahan (Waluyo, 1987:91).
Menurut Pradopo (2009:40), ritme adalah irama yang disebabkan pertentangan
atau pergantian bunyi tinggi rendah secara teratur, tetapi tidak merupakan jumlah
suku kata yang tetap, melainkan hanya menjadi gema dendang sukma penyairnya.
Dalam konteks karya sastra, ritma berarti gerakan yang teratur dari kata-kata atau
frasa-frasa dalam bait-bait puisi atau prosa (Cuddon, 1977:247).
(6) Tata Wajah/Tipografi
Menurut Waluyo (1987:97), tipografi merupakan pembeda yang penting
antara puisi dengan prosa dan drama. Perbedaan itu tampak pada susunan kalimat
atau kata-katanya yang biasanya membentuk bait. Larik-larik puisi tidak
membangun periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait.
1.1.2.2 Unsur Batin Puisi
Sebagaimana telah disebut di atas, unsur batin puisi merupakan wujud
kesatuan makna puisi yang terdiri atas tema, perasaan, nada, dan amanat yang
disampaikan penyair. Untuk memahami unsur batin puisi, pembaca harus
berusaha melibatkan diri dengan nuansa puisi, sehingga perasaan dan nada
(37)
Struktur batin puisi mengungkapkan apa yang hendak dikemukakan oleh
penyair dengan perasaan dan suasana jiwanya. Unsur batin puisi terdiri atas tema,
perasaan, nada, dan amanat (Waluyo, 1987: 102−106). Berikut ini akan dijelaskan struktur batin puisi, beserta unsur-unsur yang membangun unsur tersebut.
(1) Tema (Sense)
Tema merupakan gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair. Pokok
pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair,
sehingga menjadi landasan utama pengucapannya. Tema puisi bersifat lugas,
objektif, dan khusus. Penafsiran-penafsiran puisi akan memberikan tafsiran tema
yang sama bagi seluruh puisi. Tema puisi harus dihubungkan dengan penyairnya
dan dengan konsep-konsepnya yang terimajinasikan (Waluyo, 1987: 106−107). Jika desakan yang kuat itu berupa hubungan antara penyair dengan Tuhan maka
puisinya bertema ketuhanan.
Menurut Sudjiman (2006:79), tema adalah gagasan, ide, ataupun, pikiran
utama didalam karya sastra yang terungkap atau tidak. Djojosuroto (2005:24)
mengatakan, gagasan pokok yang dikemukakn penyair dalam puisi.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tema adalah
gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair. Pokok pikiran begitu kuat dalam
diri penyair sehingga menjadi landasan utama pengucapannya.
(2) Perasaan (Feeling)
Perasaan adalah rasa yang disampaikan penyair melalui puisinya. Puisi
mengungkap perasaan yang beraneka ragam . Perasaan yang menjiwai puisi bisa
(38)
menciptakan puisi, suasana perasaan penyair ikut diekspresikan dan harus dapat
dihayati oleh pembaca. Untuk mengungkapkan tema yang sama, penyair yang
satu dengan perasaan yang berbeda dari penyair lainnya, sehingga hasil puisi yang
diciptakan berbeda pula (Waluyo, 1987: 121).
(3) Nada (Tone) dan Suasana
Effendi (via Djojosuroto, 2005:25) mengatakan, nada sering dikaitkan
dengan suasana. Nada berarti sikap penyair terhadap pokok persoalan dan sikap
penyair terhadap pembaca. Suasana berarti keadaan perasaan yang ditimbulkan
oleh pengungkapan nada dan lingkungan yang ditangkap oleh pancaindera. Dalam
menulis puisi, penyair mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca, apakah dia
ingin bersikap menggurui, menasihati, mengejek, atau bersikap lugas hanya
menceritakan sesuatu kepada pembaca. Sikap penyair kepada pembaca ini disebut
nada puisi. Dari sikap itulah terciptalah suasana puisi (Waluyo, 2003: 37). Nada
dan suasana puisi saling berhubungan karena nada puisi menimbulkan suasana
terhadap pembacanya.
(4) Amanat (Intention)
Amanat adalah maksud yang hendak disampaikan, imbauan, pesan atau
tujuan yang hendak disampaikan penyair. Amanat yang hendak disampaikan
penyair dapat ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi itu.
Amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya.
Amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun, dan juga berada di balik tema
(39)
berada dalam pikiran penyair, namun lebih banyak penyair tidak sadar akan
amanat yang diberikan (Waluyo, 1987: 134).
Amanat atau pesan merupakan kesan yang ditangkap pembaca setelah
membaca puisi. Amanat dirumuskan sendiri oleh pembaca puisi. Cara
menyimpulkan amanat puisi sangat berkaitan dengan cara pandang pembaca
terhadap suatu hal (Waluyo, 2003: 40). Walaupun ditentukan berdasarkan cara
pandang pembaca, amanat tidak dapat lepas dari tema dan isi puisi yang
dikemukakan penyair.
1.1.3 Pembelajaran Sastra (Puisi) di SMA
Pengajaran sastra merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dan
sepatutnya tempat yang layak dalam dunia pendidikan. Pembelajaran sastra dapat
memberikan sumbangan yang maksimal untuk pendidikan secara utuh. Pengajaran
sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat
manfaat, yaitu: membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan
budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak
(Moody via Rahmanto, 1988: 16).
Tujuan pembelajaran sastra di SMA berdasarkan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan adalah untuk meningkatkan wawasan kehidupan, kemampuan
berbahasa, dan pengetahuan siswa, serta untuk mengembangkan kepribadian
siswa dengan menikmati dan memanfaatkan karya sastra (BSNP. 2006, via
Sunarti, 2007: 30). Menurut Gani (1988: 50), tujuan pembelajaran sastra menurut
(40)
a. Memfokuskan siswa pada pemilikan gagasan-gagasan dan perhatian yang lebih
besar terhadap masalah kemanusiaan dalam bentuk ekspresi yang
mencerminkan prilaku kemanusiaan.
b. Membawa siswa pada kesadaran dan peneguhan sikap yang lebih terbuka
terhadap moral, keyakinan, nilai-nilai, pemilikan perasaan bersalah, dan
ketaksaan dari masyarakat atau pribadi siswa.
c. Mengajak siswa mempertanyakan isyu yang sangat berkaitan denga prilaku
personal.
d. Memberikan kesempatan pada siswa untuk memperjelas dan memperdalam
pengertian-pengertiannya tentang keyakinan-keyakinan, perasaan-perasaan,
dan prilaku kemanusiaan.
e. Membantu siswa lebih mengenal dirinya yang memungkinkannya bersikap
lebih arif terhadap dirinya dan orang lain secara lebih cerdas, penuh
pertimbangan, dan kehangatan yang penuh simpatik).
Dalam pembelajaran sastra ada empat hal yang diuraikan, yaitu (1)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (2) Silabus dan RPP, dan (3)
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kurikulum Apresiasi Puisi, dan (4)
Pemilihan Bahan Ajar.
2.2.3.1 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Widharyanto:
(41)
Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, Ayat 15), dijelaskan
bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum
operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh tiap-tiap satuan pendidikan.
Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memerhatikan dan
berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (Wina Sanjaya, 2008: 128).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum
terbaru di Indonesia yang disarankan untuk dijadikan rujukan oleh para
pengembang kurikulum di tingkat satuan pendidikan. KTSP merupakan
kurikulum yang berorientasi pada pencapaian kompetensi. Kurikulum ini
merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) (Wina
Sanjaya, 2008: 127). Dengan KTSP, siswa dituntut untuk lebih aktif dan guru
sebagai fasilitator sehingga suasana belajar mengajar yang sesungguhnya
menuntut adanya perhatian dan kemampuan siswa dalam memecahkan persoalan
yang dihadapi di kelas. Situasi yang diharapkan di sini adalah siswa lebih
berperan aktif dalam belajar.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan
adalah alat atau saran untuk meningkatkan kesejahteraan manusia, baik jasmani
maupun rohani yang diterima secara formal serta berlangsung seumur hidup.
1.2.3.2Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (1) Silabus
Dalam mempelajari sastra diperlukan suatu rencana pembelajaran yaitu
(42)
di dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian (Depdiknas, 2006:7). Menurut Muslich (2007:23),
silabus adalah rencana pembelajaran pada kelompok mata pelajaran atau tema
tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok,
kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan bahan ajar.
Menurut Mulyasa (2007:190), silabus adalah rencana pembelajaran pada
suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu. yang mencakup standar
kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi
waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.
Selain itu, silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi
dasar ke dalam materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian hasil belajar.
Suatu silabus minimal memuat enam komponen utama, yakni: 1) standar
kompetensi, 2) kompetensi dasar, 3) indikator, 4) materi standar, 5) standar proses
(kegiatan belajar mengajar), dan 6) standar nilai. Pengembangan
komponen-komponen tersebut merupakan kewenangan mutlak guru, termasuk
pengembangan format silabus, dan penambahan komponen-komponen lain dalam
silabus di luar komponen minimal. Semakin rinci silabus, semakin memudahkan
guru dalam menjabarkannya ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran
(Mulyasa, 2007: 191).
Muslich (2007:28-30) mengungkapkan langkah-langkah pengembangan
silabus sebagai berikut:
(43)
2) Mengindentifikasi materi pokok
3) Mengembangkan pengalaman belajar
4) Merumuskan indikator keberhasilan belajar
5) Penentuan jenis penilaian
6) Menentukan alokasi waktu
7) Menentukan sumber belajar
Format silabus berbasis KTSP menurut Mulyasa (2007:208) minimal
mencakup: (1) standar kompetensi, (2) kompetensi dasar, (3) indikator, (4) materi
pembelajaran, (5) standar proses (kegiatan belajar-mengajar), dan (6) standar
penilaian.
(2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Dalam menyusun RPP, seorang guru hendaknya mencantumkan standar
kompetensi yang memayungi kompetensi dasar yang akan disusun dalam RPPnya.
RPP secara rinci harus memuat tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode
pembelajaran, langkah-langkah kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan
penilaian (Rehulina, 2008:53).
Mulyasa (2007:213) mengatakan RPP merupakan upaya untuk
memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. RPP
perlu dikembangkan untuk mengkoordinasikan komponen pembelajaran, yakni:
kompetensi dasar, materi standar, indikator hasil belajar, dan penilaian.
Muslich dalam bukunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(2007:46), mengungkapkan langkah-langkah yang dilakukan guru dalam
(44)
1) Ambillah satu unit pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran.
2) Tulis standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam
unit tersebut
3) Tentukan indikator untuk mencapai kompetensi dasar.
4) Tentukan alokasi waktu yang diperlukan untuk mencapai indikator
5) Rumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam pembelajaran
itu
6) Tentukan materi pembelajaran yang akan diberikan
7) Pilih metode pembelajaran yang dapat mendukung sifat materi dan
tujuan pembelajaran
8) Susunlah langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada setiap rumusan
tujuan pembelajaran, yang bisa dikelompokkan menjadi kegiatan awal,
kegiatan inti, dan penutup.
9) Jika alokasi waktu untuk mencapai satu kompetensi dasar lebih dari
dua jam pelajaran, bagilah langkah-langkah pembelajaran menjadi
lebih dari satu pertemuan. Pembagian setiap jam pertemuan bisa
didasarkan pada satuan tujuan pembelajaran/jenis materi pembelajaran.
10)Sebutkan sumber/media belajar yang akan digunakan dalam
pembelajaran secara konkret dan untuk setiap unit pertemuan
11)Tentukan teknik penilaian, bentuk, dan contoh instrumen penilaian
yang akan digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar
(45)
Menurut Mulyasa (2007: 218), terdapat dua fungsi RPP dalam KTSP.
Kedua fungsi tersebut adalah fungsi perencanaan dan fungsi pelaksanaan.
a. Fungsi perencanaan
Fungsi RPP dalam KTSP adalah bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran
hendaknya dapat mendorong guru lebih siap melakukan kegiatan pembelajaran
dengan perencanaa yang matang. Komponen-komponen yang harus dipahami
guru dalam pengembangan KTSP antara lain: kompetensi dasar, materi standar,
hasil belajar, indikator hasil belajar, penilaian, dan prosedur pembelajaran.
b. Fungsi pelaksanaan
Dalam pengembangan KTSP, rencana pelaksaan pembelajaran harus
disusun secara sistematik dan sistematis, utuh dan menyeluruh, dengan beberapa
kemungkinan penyesuaian dalam situasi pembelajaran yang aktual. Dengan
demikian, rencana pelaksanaan pembelajaran berfungsi untuk mengefektifkan
proses pembelajaran sesuai dengan apa yang direncanakan. Dalam hal ini, materi
standar yang dikembangkan dan dijadikan bahan kajian oleh peserta didik harus
disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuannya, mengandung nilai fungsional,
praktis, serta sesuai dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan, sekolah, dan
daerah.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada dasarnya adalah pengembangan
dari silabus. Apa yang dirumuskan dalam silabus menjadi dasar dalam
penyusunan RPP (Sanjaya, 2008:173). Selanjutnya, Sanjaya mengatakan
pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas komponen-komponen
(46)
pembelajaran adalah merencanakan setiap komponen yang saling berkaitan.
Dalam RPP minimal ada 5 komponen pokok, yaitu komponen tujuan, materi
pembelajaran, metode, media dan sumber pembelajaran, serta komponen evaluasi.
1.2.3.3Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kurikulum Apresiasi Puisi
Menurut Syarif, dkk (2009: 24) kompetensi dasar adalah sejumlah
kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu
sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi suatu pelajaran.
Dalam silabus pelajaran bahasa Indonesia pada tingkat pendidikan SMA,
terdapat empat aspek yang diajarkan dan dipelajari oleh guru dan siswa, yaitu
membaca, mendengarkan, berbicara, dan menulis. Berikut ini standar kompetensi
dan kompetensi dasar pelajaran Bahasa Indonesia yang terdiri dari kelas X
(47)
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Sekolah Menengah Atas Kelas X Semester 1dan 2, Kelas XI semester 1, dan Kelas XII semester 2
Kelas X
No Standar kompetensi Kompetensi Dasar Semseter 1
1 5) Memahami puisi yang disampaikan secara langsung atau tidak langsung
5.1 Mengindentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara langsung atau melalui
rekaman.
5.2 Mengungkapkan isi suatu puisi yang disampaikan secara langsung atau melalui rekaman
2 7. Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan cerpen
7.1Membacakan puisi dengan lafal, nada, tekanan, dan intonasi yang benar
3 8. Mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui kegiatan menulis puisi
8.1Menulis puisi lama dengan
memperhatikan bait, irama, dan rima 8.2Menulis puisi baru dengan
memperhatikan bait, irama, dan rima
Semester 2
4 14. Mengungkapkan
pendapat terhadap puisi melalui diskusi
14.1Membahas isi puisi berkenaan dengan gambaran penginderaan, perasaan, pikiran, dan imajinasi melalui diskusi
14.2.Menghubungkan isi puisi dengan realitas alam, sosial budaya, dan masyarakat melalui diskusi
Kelas XI
No Standar kompetensi Kompetensi Dasar
1 4 Mengungkapkan
pengalaman dalam puisi, cerita pendek, dan drama
4.1 Menulis puisi berdasarkan pengalaman atau pengamatan
(48)
Kelas XII
No Standar kompetensi Kompetensi Dasar Semester 1
1
1. Memahami pembacaan puisi terjemahan
1.1 Menentukan tema serta amanat puisi terjemahan yang dibacakan
1.2 Mengevaluasi puisi terjemahan yang dibacakan
2
2. Mengapresiasi puisi lama melalui kegiatan melisankan dan diskusi
2.2 Membandingkan puisi Indonesia dengan puisi terjemahan dalam hal penggunaan bahasa dan nilai-nilai estetika yang dianut
3
3. Memahami cerpen dan puisi melalui kegiatan membaca kritis
3.2 Menganalisis puisi yang dianggap penting pada setiap periode untuk menemukan standar budaya yang dianut masyarakat
Semester 2 4
8 Memahami puisi terjemahan yang dilisankan
8.1 Menganalisis sikap penyair terhadap sesuatu hal yang terdapat dalam puisi terjemahan yang dilisankan
8.2 Menilai penghayatan penyair terhadap puisi terjemahan yang dilisankan.
(49)
1.2.3.4Pemilihan Bahan Ajar
Bahan ajar dalam pengajaran bahasa Indonesia ialah segala bahan yang
dapat digunakan oleh guru dan siswa untuk mencapai tujuan-tujuan yang
diinginkan. Agar pengajaran sastra dapat lebih berhasil, guru kiranya perlu
mengembangkan keterampilan khusus untuk memilih bahan pengajaran sastra
yang bahasanya sesuai dengan tingkat penguassaan bahasa siswanya. Menurut
Rahmanto (1988: 27-31), agar dapat memilih bahan pengajaran sastra dengan
tepat, beberapa aspek perlu dipertimbangkan. Aspek-aspek tersebut adalah:
Pertama bahasa, aspek kebahasaan dalam sastra tidak hanya ditentukan
oleh masalah-masalah yang dibahas, tapi faktor-faktor lain seperti: cara penulisan
yang dipakai si pengarang, ciri-ciri karya sastra pada waktu penulisan karya itu,
dan kelompok pembaca yang ingin dijangkau pengarang. Oleh karena itu, agar
pengajaran sastra dapat lebih berhasil, guru kiranya perlu mengembangkan
keterampilan khusus untuk memilih bahan pengajaran sastra yang bahasanya
sesuai dengan tingkat penguassaan bahasa siswanya.
Kedua psikologi, dalam memilih bahan pengajaran sastra harus
memperhatikan tahap-tahap perkembangan psikologi, karena tahap-tahap ini
berpengaruh terhadap minat dan keengganan anak didik dalam banyak hal. Tahap
perkembangan psikologis yang dimaksud sebagai berikut: tahap pengkhayal (8
sampai 9 tahun), imajinasi anak belum banyak diisi ha-hal yang nyata tetapi masih
penuh dengan berbagai macam fantasi; tahap romantik (10 sampai 12 tahun), anak
mulai meninggalkan fantasi dan mengarah ke realitas; tahap realistik (13 sampai
(50)
pada realitas. Mereka terus berusaha meneliti fakta-fakta untuk memahami
masalah-masalah dalam kehidupan nyata. Tahap terakhir adalah tahap generalisasi
(16 tahun dan selanjutnya). Pada tahap ini anak sudah tidak berminat lagi pada
hal-hal praktis saja tetapi berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak
dengan menganalisis suatu fenomena yang kadang-kadang mengarah ke
pemikiran filsafati untuk menentukan keputusan-keputusan moral.
Ketiga latar belakang budaya, biasanya siswa akan mudah tertarik pada
karya-karya dengan latar belakang kehidupan mereka. Guru hendaknya
memahami apa yang diminati oleh siswa, sehingga dapat menyajikan suatu karya
sastra yang tidak terlalu menuntut gambaran di luar jangkauan kemampuan
pembayangan yang dimiliki oleh para siswa.
Bahan pengajaran sangat penting bagi siswa. Agar siswa dapat belajar
dengan baik maka bahan yang disajikan haruslah tepat. Menurut Imron (via
Rinastuty, 2006:18) kriteria pengajaran yang baik haruslah mempertimbangkan
faktor-faktor berikut:
a. Cukup menarik. Apabila bahan pengajaran menarik hal ini akan dapat
menggugah rasa ingin tahu siswa dan menimbulkan hasrat belajar.
b. Isinya relevan dengan tujuan belajar sehingga tujuan belajar dapat
tercapai.
c. Mempunyai sekuensi atau urutan penyajian dari yang sederhana hingga
yang kompleks.
(51)
33 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang berjudul “Analisis Unsur Fisik dan Unsur Batin dalam
Puisi Seonggok Jagung Karya W. S. Rendra dan Implementasinya Dalam
Pembelajarn Sastra di SMA” termasuk jenis penelitian kualitatif. Menurut
Moleong (2007: 6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian ini
termasuk penelitian kualitatif karena peneliti menguraikan data berupa kata-kata,
kalimat, dan paragraf, bukan berupa angka-angka.
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan
struktural. Kata struktural mempunyai arti kesatuan yang terdiri atas
bagian-bagian yang saling berkaitan dalam memberi makna (Waluyo, 1992: 93).
Pendekatan struktural dilakukan sebagai dasar pengkajian unsur dalam karya
sastra. Unsur yang dianalisis dalam puisi “Seonggok Jagung” adalah unsur batin
(52)
3.1 Data dan Sumber Data Penelitian
Data penelitian ini diambil dari kumpulan puisi Rendra yang berjudul
“Potret Pembangunan dalam Puisi”. Kumpulan puisi tersebut diterbitkan pada Tahun 1980 oleh Penerbit Lembaga Studi Pembangunan.
Sumber data dalam penelitian ini berupa puisi karya W. S. Rendra yang
berjudul “Seonggok Jagung”.
3.2 Metode Penelitian
Menurut Yudiono (1988: 14) metode dapat diartikan sebagai cara kerja
untuk memahami suatu objek yang menjadi sasaran penelitian. Metode dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif adalah
prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau
melukiskan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana
adanya (Nawawi, 1990: 73). Dalam penelitian ini puisi “Seonggok Jagung” merupakan sumber faktanya. Dengan metode ini peneliti ingin mengalisis data
yang berupa unsur fisik dan unsur batin yang terkandung dalam puisi tersebut,
yang diimplementasikan dalam pembelajaran di sekolah.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data.
Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah:
(53)
a. Membaca secara berulang-ulang dengan seksama bahan yang hendak
diteliti. Hal ini dimaksudkan untuk dapat lebih memahami isi dan maksud
dari puisi tersebut.
b. Menelaah dan membahas seluruh data yang hendak diteliti, kemudian
menerapkannya dalam pembahasan masalah.
2. Menafsirkan Teks
Melaksanakan tafsiran terhadap unsur fisik dan unsur batin puisi yang
terdapat didalam puisi.
3. Studi Pustaka
Teknik ini digunakan untuk menggali teori yang relevan dengan hal-hal yang
akan dikaji dalam penelitian ini.
3.5 Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2007: 248) analisis data
kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menentukan yang penting.
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan, sebagai berikut:
1. Membaca Puisi “Seonggok Jagung” karya W.S. Rendra, 2. Mengidentifikasi unsur fisik dan unsur batin puisi,
3. Mengklasifikasikan unsur fisik dan unsur bati puisi,
4. Menampilkan contoh Rencana Program Pembelajaran berupa silabus dan
RPP, terhadap hasil analisis puisi Rendra tersebut, dan
(54)
36
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Puisi “Seonggok Jagung”
Pada bagian ini akan disajikan kutipan puisi yang berjudul “Seonggok Jagung” yang merupakan karya W. S. Rendra. Beberapa kritikus sastra menyebut
W. S. Rendra sebagai penyair terbesar setelah Chairil Anwar. Rendra adalah
penyair penting sejak tahun 50-an hingga akhir hayatnya.
Berikut merupakan kutipan puisi “Seonggok Jagung” (Sumber : Potret Pembangunan dalam Puisi, 1980, hlm. 42−44).
Seonggok jagung di kamar dan seorang pemuda yang kurang sekolahan Memandang jagung itu, sang pemuda melihat ladang ia melihat petani;
ia melihat panen; dan suatu hari subuh,
para wanita dengan gendongan pergi ke pasar ... Dan ia juga melihat
suatu pagi hari di dekat sumur gadis-gadis bercanda sambil menumbuk jagung menjadi maisena.
Sedang di dalam dapur tungku-tungku menyala. Di dalam udara murni tercium bau kuwe jagung.
(55)
Seonggok jagung di kamar dan seorang pemuda. Ia siap menggarap jagung Ia melihat kemungkinan otak dan tangan
siap bekerja. Tetapi ini:
Seonggok jagung di kamar
dan seorang pemuda tammat S.L.A.
Tak ada uang, tak bisa menjadi mahasiswa. Hanya ada seonggok jagung di kamarnya. Ia memandang jagung itu
dan melihat dirinya terlunta-lunta.
Ia melihat dirinya ditendang dari discotique. Ia melihat sepasang sepatu kenes di balik etalage. Ia melihat saingannya naik sepeda motor.
Ia melihat nomor-nomor lotre.
Ia melihat dirinya sendiri miskin dan gagal. Seonggok jagung di kamar
tidak menyangkut pada akal, tidak akan menolong.
Seonggok jagung di kamar
tak akan menolong seorang pemuda
yang pandangan hidupnya berasal dari buku, dan tidak dari kehidupan.
Yang tidak terlatih dalam metode, dan hanya penuh hafalan kesimpulan. Yang hanya terlatih sebagai pemakai, tetapi kurang latihan bebas berkarya.
Pendidikan telah memisahkannya dari kehidupan. Aku bertanya:
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing di tengah kenyataan persoalannya ?
(56)
bila hanya mendorong seseorang menjadi layang-layang di ibu kota kikuk pulang ke daerahnya ? Apakah gunanya seseorang
belajar filsafat, sastra, teknologi, ilmu kedokteran, atau apa saja,
bila pada akhirnya,
ketika ia pulang ke daerahnya, lalu berkata: “Di sini aku merasa asing dan sepi !”
Sebagaimana telah dipaparkan di depan bahwa struktur puisi secara umum
terdiri atas dua bagian besar yakni struktur fisik dan struktur batin. Struktur fisik
puisi secara tradisional biasa disebut elemen bahasa, sedangkan struktur batin
puisi secara tradisional disebut makna puisi (Djojosuroto, 2004:15). Berikut
analisis unsur fisik dan unsur batin puisi “Seonggok Jagung”.
4.2 Analisis Unsur Fisik Puisi “Seonggok Jagung” 4.2.1 Diksi (pemilihan kata)
Pada puisi “Seonggok Jagung”, diksi kata-katanya tidak lembut dan romantis. Pemilihan kata-kata yang diciptakan Rendra adalah khas puisi protes.
Hal tersebut dapat dilihat pada bait kedelapan, “Aku bertanya:/Apakah gunanya pendidikan/ bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing/di tengah
kenyataan persoalannya?....”. Kata-kata yang digunakan penyair tersebut mengungkapkan rasa tidak puasnya kepada pemerintah atas kurangnya lapangan
pekerjaan.
Pada bait satu puisi Seonggok Jagung, penyair menggunakan kata “kurang sekolah”. Kata yang digunakan penyair tersebut menggambarkan seseorang yang
(57)
kata-kata yang digunakan penyair adalah /ia melihat petani/, /ia melihat panen/,
/suatu hari subuh/, /para wanita dengan gendongan pergi ke pasar/, /gadis-gadis
menumbuk jagung/. Kata-kata tersebut merupakan kata yang menggambarkan
kegiatan masyarakat di suatu desa pada pagi hari. Secara tak langsung penyair
ingin memberitahu bahwa pada pagi hari tidak ada masyarakat yang ke kantor,
gadis-gadis yang berangkat kesekolah.
Pilihan kata yang digunakan penyair pada bait ke tiga yaitu, /otak dan
tangan/, /siap bekerja/. Kata-kata yang digunakan penyair tersebut menjelaskan
bahwa seorang pemuda yang akan bekerja dengan menggunakan pikiran dan
tenaganya. Pada bait ke empat tidak terdapat diksi, karena penyair hanya menulis
dua kata pada bait tersebut, dan kata tersebut mudah dipahami oleh pembaca.
Untuk menggambarkan cita-cita yang tidak dapat tercapai karena keadaan
terdapat pada bait ke lima, penyair mengambarkan dengan kata-kata “Tak ada
uang/ tak bisa menjadi mahasiswa”. Pemilihan kata-kata tersebut digunakan penyair untuk melukiskan bahwa hanya orang-orang kaya yang bisa bersekolah.
Pada bait ke enam diksi yang gunakan penyair /ia melihat dirinya terlunta-lunta/.
Kata terlunta-lunta pada bait tersebut menggambarkan keadaan seorang pemuda
yang tidak bisa melanjutkan sekolah, tidak memiliki pekerjaan, dan hanya bisa
melihat keberhasilan teman-temannya.
Untuk melukiskan keprihatinan penyair dapat dilihat pada bait ke tujuh.
Penyair menggunakan kata-kata “Seonggok jagung di kamar/ tak akan menolong
seorang pemuda”. Pemilihan kata-kata tersebut menggambarkan keprihatinan penyair terhadap pemuda tersebut. Secara tidak langsung, penyair mengatakan
(1)
pada umumnya. Citraan yang diciptakan penyair memperkuat argumentasi untuk mengungkapkan makna yang terdapat dalam puisinya.
3) Bahasa figuratif: Dalam puisi “Seonggok Jagung” majas yang digunakan oleh penyair adala majas metafora dan majas ironi.
4) Kata konkret : Dalam puisi “Seonggok Jagung”, penyair sudah memberikan gambaran mengenai protesnya akan ketidakadilan dalam dunia pendidikan. Pengkonkretan kata oleh penyair tersebut, dapat membantu pembaca membayangkan secara jelas peristiwa atau kejadian yang dilukiskan oleh penyair.
5) Versifikasi : Berdasarkan hasil analisis, rima dalam puisi Seonggok Jagung terdapat aliterasi, asonansi, rima awal, tengah, dan rima akhir.
6) Tipografi: Tipografi yang digunakan penyair dalam puisi “Seonggok
Jagung” tidak menyimpang dari tipografi puisi pada umumnya. Dari tipografinya nampak jelas bahwa bentuk karangan Rendra tersebut adalah puisi.
Hasil analisis terhadap unsur batin puisi “Seonggok Jagung” adalah sebagai berikut.
1) Tema : Berdasarkan hasil analisis tema umum puisi “Seonggok Jagung” mengenai pendidikan. Puisi tersebut berbicara mengenai kegagalan dalam pendidikan dan kurangnya lapangan pekerjaan. Hal itu mengakibatkan penyair mengkritik ketidakadilan dunia pendidikan.
(2)
2) Nada dan Suasana : Nada dan suasana puisi “Seonggok Jagung” disesuaikan dengan tema puisi tersebut. Tema puisi tersebut adalah pendidikan. Penyair mengungkapkan kekesalan atau kritiknya terhadap ketidakadilan dunia pendidikan bangsa kita. Hal ini menunjukkan bahwa penyair berharap, agar pembaca menjiwai rasa kepedulian penyair terhadap situasi yang terjadi pada negeri ini.
3) Perasaan : Pada puisi “Seonggok Jagung”, penyair memiliki rasa kepedulian terhadap situasi pendidikan yang terjadi. Selain itu juga, penyair sangat prihatin dengan kondisi pendidikan bangsa kita.
4) Amanat : Amanat yang hendak disampaikan W. S. Rendra dalam puisi tersebut yaitu (1) ketidakadilan terhadap dunia pendidikan adalah musuh terbesar yang harus diberantaskan, (2) pemerintah diharapkan menyediakan lapangan pekerjaan yang memadai untuk mengurangi adanya pengangguran, (3) pemimpim harus memiliki ketulasan hati dalam melayani masyarakat, (4) isi puisi ini juga secara tidak langsung mengingatkan pada pelajar yang mampu, agar mereka tidak menyia-nyiakan pendidikan mereka, karena tidak semua orang bisa bersekolah seperti mereka.
5.2 Implikasi
Analisis unsur fisik dan unsur batin puisi “Seonggok Jagung” karya WS
Rendra dapat memudahkan siswa dalam memahami suatu karya sastra. Hal ini berimplikasi pada pembelajaran puisi di SMA kelas X semester 1 dan 2. Penelitian ini merupakan salah satu perwujudan dari apresiasi sastra, sehingga
(3)
hasil penelitian ini dapat menjadi contoh cara menganalisis karya sastra bagi siswa SMA.
Langkah konkret pembelajaran puisi “Seonggok Jagung” sebagai materi
pembelajaran sastra disajikan dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Silabus dan RPP itu digunakan untuk kelas X semester 1 dan 2 karena disesuaikan dengan kemampuan siswa dan perkembangan materi yang sudah dan harus dikuasai siswa.
5.3 Saran
Penelitian terhadap puisi “Seonggok Jagung” karya WS Rendra, diharapkan dapat bermanfaat terhadap ilmu sastra. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan alternatif untuk pembelajaran sastra di SMA. Penelitian ini baru menganalisis unsur fisik dan unsur batin, masih banyak hal yang menarik dalam puisi Seonggok Jagung yang dapat dijadikan sebagai bahan penelitian. Peneliti menyarankan agar peneliti selanjutnya dapat mengangkat hal yang berbeda dari sudut pandang lain sebagai obyek penelitian. Selain itu juga, peneliti selanjutnya dapat meneliti kemampuan siswa menganalisis puisi berdasarkan unsur fisik dan unsur batin puisi.
(4)
98
DAFTAR PUSTAKA
Atmazaki. 1993. Analisis Sajak: Teori, Metodelogi, dan Aplikasi. Bandung: Angkasa.
Depdikbud. 1995. Kurikulum SMU dan GBBP Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Depdikbud. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Mata Pelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia SMU/SMK. Jakarta.
Depdikbud. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia. Jakarta.
Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pusat Bahasa). Edisi IV. Jakarta: Balai Pustaka.
Djojosuroto, Kinayati. 2006. Analisis Teks Sastra dan Pengajarannya. Yogyakarta: Pustaka.
___________________. 2005. Puisi, Pendekatan dan Pembelajaran. Bandung: Nuansa.
Gaudensia Fitryani. 2007. Struktur Puisi “Miskin Desa, Miskin Kota” Karya
Taufiq Ismail dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA.
Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma. Hendy, Zaidan. 1987. Kesusastraan Indonesia 1. Bandung: Angkasa.
Luxemburg, I. V. dkk. 1989. Penghantar Ilmu Sastra. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia.
Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muslich, Masnur. 2007. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Dasar
Pemahaman dan Pengembangan). Jakarta: Bumi Aksara.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitati (Edisi Revisi). Cetakan XXIV. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Moody, H.L.B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Saduran Bebas Oleh B. Rahmanto. Yogyakarta: Kanisius.
Nawawi, Hadari. 1990. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
(5)
Pradopo, Rahmat Djoko. 2009. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Rahmanto, B. 1988. Metode pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
Rendra, W. S. 1993. Potret Pembangunan dalam Puisi. Jakarta: Pustaka Jaya. Sanjaya, H. Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Semi, Atar. 1988. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa.
Situmorang, B. P. 1981. Puisi Bentuk Apresiasi Teori dan Struktur. Flores: Nusa Indah.
_____________. 1983. Puisi dan Metodelogi Sastra. Ende Flores: Nusa Indah. Sudjiman, Panuti. 1990. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Universitas Indonesia Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Bahasa Pengantar Penelitian
Wahana Kebahasaan Secara Linguis. Yogyakarta: Duta Wacana Press
Sumarjo, Jacob, dan Saini K. M. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta:Gramedia. Veronica Meliana. 2006. Struktur Puisi “Pacarkecilku” karya Joko Pinurbo, dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA. Yogyakarta:
PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma.
Yustina Dwi. 2006. Perbedaan Unsur Fisik dan Unsur Batin Karya Siswa
Laki-laki dan Perempuan Kelas X SMA Dominikus Wonosari, Kunungkidul Tahun Ajaran 2008/2009. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata
Dharma.
Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Surakarta: Erlangga.
Wellek, Rene dan Warren, Austin. 1989. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia. _________________________. 1993. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
(6)
BIODATA PENULIS
Magdalena Astini Deke lahir di Waimangura, pada tanggal 31 Agustus 1990dari pasangan Paulus W. Deke dan S. P. Malo. Ia masuk Sekolah dasar tahun 1996 dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2002 Ia terdaftar sebagai siswa SMPN 1 Wewewa Barat dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2005 Ia melanjutkan studi ke SMAK St. Thomas Aquinas Weetabula dan lulus pada tahun 2008. Sejak tahun 2008 hingga sekarang terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah (PBSID), Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Ia memiliki minat terhadap sastra sejak duduk di bangku SMA, maka skripsi yang dibuat pun berhubungan dengan sastra. Ia membuat skripsi dengan judul: Analisis
Unsur Fisik dan Unsur Batin Puisi Seonggok Jagung Karya WS Rendra dan
Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra di SMA untuk memperoleh gelar