Persamaan Posisi, Kecepatan, dan Percepatan Torak Analisa Gaya Bearing Pen

9

2.3. Persamaan Posisi, Kecepatan, dan Percepatan Torak

Gambar 2.4 Geometri engkol peluncur Seperti yang terlihat pada gambar 2.4 Torak P bergerak sepanjang silinder, dengan posisi X. Perpindahan X dimulai dari titik mati atas TMA menuju titik mati bawah TMB. x = R+L-R Cos θ + L Cos η = R1- Cos θ + L1-Cos η 2.1 Dengan menggunakan aturan Sinus pada  OCP, L Sin η = R Sin θ Sin η = Sin θ 2.2 Dengan menggunakan rumus identitas trigonometri dari dan mensubsitusikan persamaan 2.2, Cos η = 2.3 X TMA L R -L Sin β = R Sin θ R + L Universitas Sumatera Utara 10 Persamaan 2.3 dapat disederhanakan untuk memudahkan perhitungan selanjutnya dengan menggunakan deret binomial, = Dimana B = Pada penggunaan secara umum, ketelitian yang cukup dapat diperoleh dengan menggunakan dua orde pertama dari deret binomial tersebut dan menghilangkan factor-faktor yang mendekati nol. Dengan menerapkan deret ini ke persamaan 2.3 menghasilkan : Cos η = 2.4 Dengan mensubsitusikan persamaan 2.4 ke persamaan 2.1 didapat, 2.5 Sehingga perpindahan posisi torak x adalah, Turunan pertama dari x terhadap waktu adalah kecepatan maka, 2.6 Berdasarkan identitas trigonometri, Universitas Sumatera Utara 11 2.7 Dengan mensubsitusikan persamaan 2.7 ke persamaan 2.6, 2.8 2.9 Sehingga kecepatan piston, Turunan pertama dari kecepatan piston v p atau turunan kedua dari posisi piston x adalah percepatan piston a p 2.10 Sehingga percepatan piston adalah, . Universitas Sumatera Utara 12

2.4. Analisa Gaya Bearing Pen

Untuk mengetahui gaya-gaya yang bekerja pada peluncur dapat dilihat pada gambar 2.5. Metode yang digunakan seperti bahan rujukan, jurnal analisa kinematika dan kinetic motor Nissan oleh Rajkorbahan, dengan menggunakan metoda newton. Gambar 2.5 Diagram benda bebas piston Pada gambar 2.5 dapat dilihat bahwa F PY merupakan gaya yang terjadi pada titik P untuk komponen vertikal dan F PX merupakan gaya yang terjadi pada titik P untuk komponen horizontal. Karena HONDA REVO menggunakan mesin untuk tipe horizontal, sehingga gaya yang ditimbulkan akibat pembakaran gas F g dan gaya inersia yang ditimbulkan m p a p dikategorikan menjadi komponen horisontal. Sehingga, 2.11 P Fg m p a p Fp y Fp x Wp N Universitas Sumatera Utara 13 Sedangkan pada komponen vertikal terdapat berat piston w p dan N gaya yang bekerja pada dinding silinder. Untuk mengetahui gaya-gaya yang bekerja pada batang hubung atau connecting rod dapat dilihat pada gambar 2.6. Gambar 2.6 Diagram benda bebas connecting rod Dari gambar 2.6 dapat dilihat connecting rod CP, yang mengalami percepatan angular yang arahnya searah sumbur-z menimbulkan momen inersia I zz . Pada connecting rod CP juga terdapat gaya yang terbagi menjadi komponen vertikal dan horizontal. F CX merupakan gaya pada titik C untuk komponen horizontal, sedangkan pada komponen horizontal terdapat F PX dan m c .a cgx yang merupakan gaya inersia untuk komponen horizontal pada connecting rod. Sedangkan F CY yang merupakan gaya pada titik C untuk komponen vertikal. Komponen vertikal pada batang hubung ini adalah W C berat batang hubung dan m c .a cgy gaya inersia untuk komponen vertikal. Fp x Fc x m c .a cgx m c .a cgy Fp y Wc Fc y η C G P -I zz .α 2 Universitas Sumatera Utara 14 2.12 2.13 Karena F CY dan F PY belum diketahui, dengan menggunakan momen pada titik G. Karena U + S = L, maka Universitas Sumatera Utara 15 Sehingga dapat diketahui F CY 2.15 I , zz didapat dari hasil pengukuran dengan menggunakan software SOLIDWORKS. Gambar 2.7 Diagaram benda bebas poros engkol Gambar diatas merupakan diagram benda bebas untuk poros engkol, analisa yang dilakukan pada poros engkol dengan mengganggap titik berat poros engkol R2, dan poros engkol tanpa beban imbang counter weight. Karena poros engkol dianggap berputar pada kecepatan konstan, sehingga percepatan sudut poros engkol dianggap nol. 2.14 Fcx Frx Fry Fcy m pe .a gpy m pe .a gpx Wpe Universitas Sumatera Utara 16

2.5. Analisa Torsi