Peran dan Kedudukan Hakim

menghayati jiwa masyarakat. Untuk itu kiranya semuanya perlu kemampuan kreatif dari hakim. Tugas pokok hakim adalah menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya. Tampaknya sangat sederhana tugas hakim seperti yang dirumuskan dalam Pasal 2 ayat 1 : Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. Tetapi pada kenyataannya tidaklah semudah dan sesederhana itu 26 . Pada hakekatnya dari seorang hakim diharapkan memberi pertimbangan tentang salah tidaknya seseorang atau benar tidaknya peristiwa yang disengketakan dan kemudian memberikan atau menentukan hukumnya. Untuk itu Hakim dapat menanyakannya kepada ahlinya. Akan tetapi oleh karena hakim itu merupakan tempat pelarian terakhir bagi para pencari keadilan dan dianggap bijaksana, lain daripada itu mengingat makin pesatnya lalu lintas hukum, maka hakim dianggap tahu akan hukumnya, sehingga tidaklah mengherankan kalau disyaratkan bahwa hakim haruslah seorang sarjana hukum.

C. Ijtihad Hakim Dalam Memutus Perkara

Kata ijtihad berasal dari akar kata jahada yang berarti sungguh-sungguh, mencurahkan segala kemampuan atau menanggung beban. Secara bahasa ijtihad 26 Op.Cit, h. 26. ini dapat diartikan sebagai usaha maksimal yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka mencapai tujuan. Sedangkan secara istilah diartikan sebagai upaya pikir secara maksimal yang dilakukan oleh orang-orang tertentu para ahli dalam upaya menemukan kebenaran dari sumbernya dalam berbagai bidang ilmu keislaman. Putusan hakim adalah hukum judge-made-law . Sebagaimana hukum pada umumnya itu harus di taati dan mempunyai kekuatan mengikat, maka putusan hakimpun mempunyai kekuatan mengikat, terutama mengikat para pihak yang berperkara. Putusan hakim mengikat para pihak yang bersangkutan, dalam arti putusan hakim itu harus dianggap benar sampai dibatalkan oleh pengadilan yang lebih tinggi, sekalipun putusannya itu secara materiil tidak benar. Dengan perkataan lain putusan hakim itu harus dianggap benar. Hakim di dalam mengadili perkara, yaitu memberi kepada yang berkepentingan hak atau hukumnya, ia melaksanakan hukum. Dan di dalam ia melaksanakan hukum, sesuai dengan pasal 27 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970, yang mewajibkan hakim untuk menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup di dalam masyarakat. Hakim tidak hanya menerapkan hukum saja, tidak sekedar mengadakan subsumptie saja, tetapi juga harus menemukan dan menciptakan hukum. Dalam kenyataannya hakim itu terikat kepada apa yang telah terbentuk dalam masyarakat hukum tetapi ia sebaliknya sekaligus juga bebas dalam pernilaiannya yang kritis dalam membentuk hukum yang sesuai mengikuti