Analysis of Supply Chain Risk Management for Mangosteen Fruit with Analytic Network Process Method in PT Agung Mustika Selaras, West Java

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI PASOK
BUAH MANGGIS DENGAN METODE ANALYTIC NETWORK
PROCESS DI PT AGUNG MUSTIKA SELARAS,
JAWA BARAT

SUNGGUL JANSIHAR SIMANJUNTAK

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Manajemen Risiko
Rantai Pasok Buah Manggis dengan Metode Analytic Network Process di PT
Agung Mustika Selaras, Jawa Barat adalah karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.


Bogor,

Maret 2013

Sunggul Jansihar Simanjuntak
NIM H251100031

ABSTRACT
SUNGGUL JANSIHAR SIMANJUNTAK. Analysis of Supply Chain Risk
Management for Mangosteen Fruit with Analytic Network Process Method in PT
Agung Mustika Selaras, West Java. Supervised by MUHAMMAD SYAMSUN
and RIZAL SYARIEF.
Supply chain management (SCM) of mangosteen is generally different with
supply chain management of manufacturing products because of the mangosteen
rots very quickly, its availability is depend on the season, its various shape, size
and voluminous also which is difficult to handle it. The high complexity of the
supply chain network and the characteristics of the mangosteen make supply chain
management of mangosteen are more vulnerable to the risk of losses that have not
been able to provide profit improvements for stakeholder of the mangosteen

supply chain. In order to solve various risk of mangosteen supply chain is needed
supply chain risk management (SCRM) as one of efforts to build the robust
supply chain management. The purpose of this research were ; (1) to identify
activities of mangosteen SCM, (2) to identify source and kind of risks of
mangosteen SCM, (3) to analyze the potential risks of mangosteen SCM losses,
(4) to analyze alternative solutions and other risk factors to improve the ability of
supply chain risk management (5) to design mangosteen SCRM for improving
continuously. Methods used consist of descriptive qualitative method, to identify
source of risk assessment and risk factors that affect on mangosteen supply chain
management and using analytic network process method, to analyze the source
and kind of risk factors that affect on increasing competency of SCRM. Data input
were obtained from opinion of some experts in mangosteen supply chain through
a questionnaire filling. There are three (3) experts that can be represented as
experts in mangosteen supply chain management; they are Manager of KBU AlIhsan, Operational Manager of PT Agung Mustika Selaras and Head of Center for
Tropical Fruit Studies, Bogor Agricultural University. The results of ANP
assessment that the types of risk were the uncertainty of the price and demand in
market risk as source risk and the type of risk of the uncertainty quality and
weather as production risk. Results of the ANP to improve supply chain risk
management obtained priority scale were operational key process (OKP),
organizational performance factor (OPF), operational process cycle (OPC) and

risk operational practices (ROP). In order to develop the robust SCM through the
development of sustainable mangosteen SCRM, thus risk control was done by
weakening and separating the risk to increase product management, supply
management and information management which prioritized on procurement and
production of the mangosteen.
Keywords: Mangoosteen, Supply Chain Management, Supply Chain Risk
Management, Analytic Network Process.

RINGKASAN
SUNGGUL JANSIHAR SIMANJUNTAK. Analisis Manajemen Rantai Pasok
Buah Manggis dengan Metode Analytic Network Process di PT Agung Mustika
Selaras, Jawa Barat. Dibimbing oleh MUHAMMAD SYAMSUN dan RIZAL
SYARIEF
Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan komoditas ekspor Indonesia
yang paling diminati sebagai produk buah segar karena memiliki rasa dan
tampilan yang menarik. Selain sebagai produk buah segar, pada kulit Manggis
mengandung zat seperti xanthones, anti-oksidan, anti-inflamatori yang banyak
digunakan sebagai obat penyembuhan dan terapi berbagai penyakit. Selain itu
Manggis memiliki kegunaan unik yang lain sebagai bahan baku zat pewarna,
kosmetik dan jamu. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu daerah produksi

Manggis terbesar di Indonesia dengan memberikan kontibusi produksi 29% dari
produksi Manggis nasional. Pusat produksinya meliputi Purwakarta, Subang,
Bogor dan Tasikmalaya memberikan kontribusi produksi Manggis 90%. Namun
dalam pengembangannya belum dapat memberikan penyelarasan antara produksi
dengan volume ekspornya.
Manajemen rantai pasokan buah Manggis umumnya berbeda dengan
manajemen rantai pasok produk manufaktur, karena buah Manggis bersifat mudah
rusak, ketersediaannya bergantung pada musim, bentuk dan ukurannya yang
bervariasi dan juga kamba, sehingga sulit untuk ditangani. Kompleksitas yang
tinggi dari jaringan rantai pasok dan karakteristik Manggis menjadikan
manajemen rantai pasok buah Manggis lebih rentan terhadap munculnya risiko
kerugian, sehingga belum dapat memberikan peningkatan kesejahteraan yang
cukup bagi para pelaku atau mitra rantai pasok Manggis.
Dalam rangka menangani berbagai risiko yang dihadapi rantai pasok buah
Manggis dibutuhkan manajemen risiko rantai pasok sebagai salah satu upaya
membangun manajemen rantai pasok yang tangguh. Penggunaan manajemen
risiko rantai pasok dilakukan dengan mengidentifikasi sumber dan jenis risiko,
serta beberapa faktor yang dapat memengaruhi peningkatan kemampuan
manajemen risiko rantai pasok.
Tujuan penelitian ini (1) mengidentifikasi kegiatan manajemen rantai pasok

Manggis, (2) mengidentifikasi sumber dan jenis risiko dari manajemen rantai
pasok Manggis, (3) menganalisis potensi risiko kerugian dari manajemen rantai
pasok buah Manggis, (4) menganalisis pemilihan alternatif solusi dan faktor
manajemen risiko lain untuk meningkatkan kemampuan manajemen risiko rantai
pasok, (5) merancang manajemen risiko rantai pasok Manggis untuk perbaikan
terus-menerus.
Metode yang digunakan pada langkah awal adalah deskriptif kualitatif
dengan melakukan eksplorasi pada rantai pasok buah Manggis berupa kajian
pustaka dan identifikasi sumber risiko dan faktor yang memengaruhi manajemen
risiko rantai pasok Manggis yang menjadi obyek penelitian. Langkah selanjutnya
menganalisis sumber dan jenis risiko dan faktor yang memengaruhi peningkatan
kompetensi manajemen risiko rantai pasok dengan metode Analisis Jaringan
Proses (ANP) dengan input data berupa pendapat beberapa ahli rantai pasok

Manggis melalui pemberian kuesioner. Terdapat tiga (3) orang narasumber yang
dapat mewakili sebagai ahli dari rantai pasok Manggis, yaitu manajer koperasi
petani Manggis, manajer operasional perusahaan eksportir Manggis dan kepala
Pusat Kajian Buah Tropis IPB Bogor.
Hasil ANP memberikan penilaian bahwa sumber dan jenis risiko dengan
bobot kepentingan tertinggi yang mungkin muncul pada rantai pasok buah

Manggis adalah risiko pasar dengan jenis risiko ketidakpastian harga dan
ketidakpastian permintaan dan risiko produksi dengan jenis risiko ketidakpastian
mutu dan ketidakpastian cuaca. Hasil ANP untuk memperbaiki manajemen risiko
rantai pasok melalui analisis pada faktor risiko didapatkan urutan prioritas faktor,
yaitu proses kunci operasional, faktor kinerja organisasi, siklus proses operasional
dan praktek operasional risiko dengan nilai prioritas masing-masing 52%, 31%,
10% dan 7%.
Hasil ANP untuk tiap faktor risiko adalah pada faktor Operational Key
Process (OKP) diprioritaskan pada manajemen produk, manajemen pasokan dan
manajemen informasi dengan nilai prioritas masing-masing 36,37%, 34,07% dan
16,05%. Untuk faktor Organization Performance Factor (OPF) diprioritaskan
pada mutu dan jumlah dengan prioritas masing-masing 44,72% dan 26,02%.
Untuk faktor Operational Process Cycle (OPC) diprioritaskan pada pengadaaan
dan produksi dengan nilai prioritas masing-masing 40,68% dan 21,96%. Dan
untuk faktor Risk Operational Practice (ROP) diprioritaskan pada melemahkan
dan pemisahan risiko dengan nilai prioritas 37,71% dan 23,66%.
Agar dapat membentuk manajemen rantai pasok Manggis yang tangguh
melalui pengembangan manajemen risiko rantai pasok Manggis yang
berkelanjutan, maka dilakukan pengendalian risiko dengan cara melemahkan dan
memisahkan risiko dengan melakukan peningkatan manajemen produk,

manajemen pasokan dan manajemen informasi yang diutamakan pada proses
pengadaan dan produksi buah Manggis, sehingga diharapkan dapat meningkatkan
mutu dan jumlah buah Manggis secara berkelanjutan.

Kata kunci:

Manggis, manajemen rantai pasok, manajemen risiko rantai pasok,
analisis jaringan proses.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI PASOK

BUAH MANGGIS DENGAN METODE ANALYTIC NETWORK
PROCESS DI PT AGUNG MUSTIKA SELARAS,
JAWA BARAT

SUNGGUL JANSIHAR SIMANJUNTAK

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Manajemen

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIANBOGOR
BOGOR
2013

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS. Dipl. Ing. DEA

Judul Tesis


Nama
NIM

: Analisis Manajemen Rantai Pasok Buah Manggis dengan
Metode Analytic Network Process di PT Agung Mustika
Selaras, Jawa Barat
: Sunggul Jansihar Simanjuntak
: H251100031

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc
Ketua

Prof. Dr. Ir. Rizal Syarief, DESS
Anggota

Diketahui oleh


Ketua Program Studi Ilmu Manajemen

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian : 28 Januari 2013

Tanggal Lulus :

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya, sehingga penelitian dan penulisan karya ilmiah ini berhasil
diselesaikan. Karya ilmiah ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains di Institut Pertanian Bogor. Tema yang dipilih dalam penelitian
yang dilaksanakan sejak bulan April 2012 sampai Desember 2012 ini ialah

Manajemen Rantai Pasok, dengan judul Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasok
Buah Manggis dengan Metode Analytic Network Process di PT Agung Mustika
Selaras, Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Muhammad Syamsun,
M.Sc dan Prof. Dr. Ir. Rizal Syarief, DESS selaku pembimbing, serta Bapak Prof.
Dr. Ir. H. Musa Hubeis M.S Dipl. Ing. DEA yang telah banyak memberikan
bimbingan dan saran. Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada Bapak Nanang
Koswara Manajer KBU Al-Ihsan, Bapak Budi Waluyo Manajer Operasional PT
Agung Mustika Selaras dan Bapak Dr. Ir. Sobir Kepala Pusat Kajian Buah Tropis
(PKBT) Bogor atas waktu yang telah diberikan selaku responden dari penelitian
ini. Juga kepada Bapak Dr. Andi Baso Lompengeng Ishak, S.Pt M.P dan temanteman Baristar atas dukungan semangat, kebersamaan, bantuan, dan doanya.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua saya Bapak
E.M. Simanjuntak, Ibu A. Harianja dan adik-adik tercinta (Donal Yosua
Simanjuntak, S.E dan Mei Linda Simanjuntak), serta seluruh keluarga atas
dukungan, doa dan kasih sayangnya yang sangat besar yang telah diberikan
kepada penulis.
Penulis menyadari adanya keterbatasan ilmu dan kemampuan, sehingga
dalam penelitian ini mungkin masih terdapat banyak kekurangan. Akhirnya,
semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Maret 2013

Sunggul Jansihar Simanjuntak

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Aek Loba pada tanggal 21 Juni 1986 sebagai Anak
Sulung dari tiga bersaudara pasangan E.M. Simanjuntak dan A. Harianja.
Pendidikan Sarjana ditempuh di Program Studi Teknik Pertanian, Departemen
Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU), lulus
pada tahun 2009. Pada tahun 2010 penulis diterima di Program Studi Ilmu
Manjemen pada Program Pascasarjana (S2) IPB dan menamatkannya pada tahun
2013.
Selama mengikuti program S2. Penulis pernah mengikuti beberapa kegiatan
seminar internasional dan nasional sebagai peserta, diantaranya adalah seminar
internasional pada tahun 2011 yang berjudul Optimizing Rome-based UN
agencies programs by strengthening the role of universities in Indonesia’s
agricultural development dan seminar yang berjudul Equity Valuation and Risk
Management pada tahun 2011.

i

DAFTAR ISI
Halaman
iii

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

iii

DAFTAR LAMPIRAN

iii

1 PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
1.4

1

Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1
3
5
5

2 TINJAUAN PUSTAKA

7

2.1 Manggis
2.2 Manajemen Rantai Pasok
2.3 Manajemen Risiko Rantai Pasok
2.3.1 Definisi Risiko
2.3.2 Denifisi SCRM
2.3.3 Pendekatan Manajemen Risiko
2.3.4 Proses Manajemen Risiko
2.3.5 Faktor, Bentuk dan Taktik Risiko Rantai Pasok
2.4 Analytic Network Process
2.4.1 Gambaran Metode ANP
2.4.2 Prinsip Dasar ANP
2.4.3 Prosedur ANP
3 METODE PENELITIAN
3.1
3.2
3.3
3.4

7
9
11
12
13
13
16
18
20
20
22
23
27

Kerangka Pemikiran
Lokasi dan Waktu Penelitian
Pengumpulan Data
Teknik Analisis Data
3.4.1 Analisis Deskriptif
3.4.2 Metode Analytic Network Process

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

27
28
28
29
29
33
35

4.1 Karakteristik Rantai Pasok Buah Manggis
4.1.1 Struktur Rantai Pasok Buah Manggis
4.1.2 Anggota Rantai Pasok Buah Manggis di PT AMS
4.2 Karakteristik Risiko
4.2.1 Identifikasi Risiko
4.2.2 Analisis Risiko
4.2.3 Evaluasi dan Pengendalian Risiko
4.3 Hasil Analisis
4.3.1 Sumber Risiko dan Jenis Risiko
4.3.2 Faktor Risiko SCRM
4.4 Implikasi Manajerial
i

35
35
35
39
39
39
40
42
42
43
47

4.4.1 Implikasi Manajerial Analisis Risiko Rantai Pasok Manggis
47
4.4.2 Implikasi Manajerial Pengendalian Risiko Rantai Pasok Manggis 48
SIMPULAN DAN SARAN

51

1 Simpulan
2 Saran

51
51

DAFTAR PUSTAKA

53

LAMPIRAN

57

ii

iii

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Produksi buah Manggis di Indonesia pada tahun 2010
Produksi buah Manggis di Indonesia pada tahun 2011
Indeks acak
Skala perbandingan fundamental
Prioritas akhir ANP pada manajemen risiko rantai pasok
Rangking jenis risiko dari nilai prioritas risiko rantai pasok
Check list Hubungan ketergantungan kriteria penilaian risiko rantai pasok
Keterangan jenis risiko
Check list Hubungan saling ketergantungan antar faktor-faktor pendukung
untuk meningkatkan kemampuan SCRM buah Manggis
10 Keterangan kode faktor risiko

7
8
24
26
41
43
59
59
60
60

DAFTAR GAMBAR

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Ketahanan organisasi terhadap gangguan rantai pasok
Pembentukan SCRM
Pendekatan dasar SCRM
Proses manajemen risiko
Struktur jaringan umpan balik pada ANP
Kerangka pemikiran penelitian
Tahapan penelitian
Struktur rantai pasok buah Manggis di Bogor
Prioritas jenis risiko pada sumber risiko rantai pasok Manggis
Prioritas dari alternatif dan faktor SCRM
Prioritas OKP
Prioritas OPF
Prioritas pada OPC
Prioritas dari alternatif dan faktor SCRM dalam tiap klaster

11
13
14
17
22
27
34
35
42
44
44
45
46
47

DAFTAR LAMPIRAN

1 Langkah menggunakan ANP
2 Kuesioner pengendalian risiko rantai pasok buah Manggis
3 Kuesioner penentuan prioritas faktor risiko
iii

59
68
80

1

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pemerintah melalui Departemen Pertanian telah menetapkan beberapa
komoditas pertanian secara nasional yang dijadikan sebagai unggulan nasional
dalam menunjang pendapatan negara dari sektor non migas. Penetapan komoditas
pertanian unggulan nasional tersebut didasarkan atas beberapa kriteria yaitu
promosi ekspor, substitusi impor, eksistensi kelembagaan kemitraan usaha,
kesesuaian dengan komoditas unggulan spesifik daerah. Buah Manggis ini
dijadikan buah unggulan nasional, sehubungan dengan keunikan yang terdapat di
dalamnya (bentuk unik dan manfaat yang diperoleh daripadanya banyak), selain
untuk konsumsi buah segar pada bagian kulitnya juga dapat dijadikan untuk bahan
baku industri farmasi, industri makanan dan industri lainnya. Dari sisi jumlah
negara produsen, buah Manggis hingga saat ini masih dibudidayakan dan diekspor
oleh beberapa negara tertentu, sehingga potensi pasarnya masih terbuka lebar.
Walaupun Manggis sebagai buah unggulan nasional, akan tetapi dalam
kenyataannya masih terkendala dalam pengembangannya (Saptana et al. 2005).
Dari sisi konsumen, adanya tanggapan positif tentang komoditas buah
Manggis, baik konsumen lokal dan terutama konsumen manca negara. Selain dari
rasa (segar manis sedikit masam), tampilan (bentuk, warna dan tekstur yang
eksotik) dan kegunaan (kulit, daun dan batang) sebagai bahan baku zat pewarna,
kosmetik dan jamu. Manggis juga memiliki sifat dan kandungan zat dengan
kemampuan penyembuhan dan terapi berbagai penyakit (xanthones, anti-oksidan,
anti-inflamatori, dsb). Tentunya dengan banyaknya kegunaan buah Manggis ini
akan semakin meningkatkan permintaan akan buah Manggis sebagai buah ekspor
unggulan di manca negara.
Dari sisi produksi secara umum, menurut data BPS perkembangan produksi
buah Manggis dua (2) tahun terakhir, yaitu pada tahun 2010-2011 mengalami
peningkatan dari 84.538 ton menjadi 2.131.139 ton, sehingga terjadi pertambahan
produksi 2.046.601 ton. Khusus pada provinsi Jawa Barat terjadi peningkatan dari
27.983 ton menjadi 357.188 ton, sehingga terjadi pertambahan produksi 329.205
ton (BPS 2012). Namun hal ini tidak selaras dengan peningkatan volume dan nilai
ekspor buah Manggis.
Dalam menyelaraskan peningkatan produksi dengan volume ekspor
diperlukan penerapan manajemen rantai pasok yang baik pada semua stakeholder
rantai pasok buah Manggis. Peningkatan volume ekspor sangat berkaitan dengan
peningkatkan nilai ekspor dan peningkatkan pendapatan atau keuntungan bagi
seluruh anggota rantai pasok. Kerjasama antara mitra bisnis dan tanggung jawab
terhadap kebutuhan konsumen merupakan strategi bersaing dengan tetap
mempertahankan kebutuhan peningkatan efisiensi dalam operasi. Oleh karena itu,
manajemen rantai pasok mulai sangat dibutuhkan.
Peluang meningkatkan ekspor komoditas hortikultura, khususnya buah
Manggis dari Indonesia ke manca negara cukup besar, apabila penanganan mulai
di tingkat on farm hingga pasca panen melalui pengembangan rantai pasok yang
dilakukan dengan baik. Pengembangan rantai pasok buah Manggis dapat
dilakukan dengan memperhatikan aspek jumlah, kontinyuitas, mutu dan distribusi

2
yang memadai dengan melakukan penanganan rantai pasok yang baik melalui
pembentukan manajemen rantai pasok yang tangguh.
Namun, masalah besar (risiko) dalam pengembangan industri hortikultura
adalah sifat komoditas yang mudah rusak, khususnya buah dan sayuran hampir
tidak pernah ada yang mempunyai umur kesegaran panjang setelah dipanen.
Kondisi produk tersebut adalah produk hayati yang masih melakukan proses
respirasi setelah panen. Selain itu, tanaman holtikultura juga bersifat kamba,
sehingga membutuhkan tempat yang lapang, produk biasa dikonsumsi dalam
keadaan segar, mutu produk sangat memengaruhi pasaran, dan harga selalu
berubah-ubah (Sunarjono, 1984). Di sisi lain sistem produksi di lokasi yang
terpencar, serta skala usaha kecil dan belum efisien juga menjadi penyebab utama
yang menjadi risiko, atau ketidakpastian produk buah nasional sehingga kurang
dapat bersaing di pasar internasional.
Karena risiko dan ketidakpastian dapat berdampak pada keandalan, biaya
dan efisiensi kegiatan produksi, pengolahan dan pemasaran, maka saat ini tidak
cukup hanya dengan mengandalkan SCM saja dalam pengembangan rantai pasok
buah Manggis, karena risiko menjadi lebih canggih dari sebelumnya. Oleh sebab
itu, perlu dilakukan manajemen risiko pada konteks manajemen rantai pasok yang
biasa disebut sebagai manajemen risiko rantai pasok (SCRM). Tujuan manajemen
risiko adalah minimisasi kerugian dan meningkatkan kesempatan, ataupun
peluang pada rantai pasok. Sasaran utama dari implementasi manajemen risiko
adalah melindungi perusahaan terhadap kerugian yang mungkin timbul, Sehingga
diharapkan tantangan bisnis masa depan berupa ketidakpastian bisnis dapat
ditangani dengan baik, dengan cara mengelola dan mengurangi risiko dalam rantai
pasok untuk dapat menghasilkan rantai pasok yang tangguh (Peck and Cristopher
2004).
Hal di atas diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti et al.
(2012) dimana dikemukakan bahwa salah satu tujuan rantai pasok yang paling
penting ialah menurunkan risiko setelah membangun kekuatan finansial dan
meningkatkan akses informasi. Jadi kebutuhan akan peningkatan kemampuan,
atau kompetensi dari SCRM buah Manggis sangat penting sebagai salah satu
syarat untuk usaha mengembangkan SCM buah Manggis dalam membentuk suatu
SCM yang tangguh bagi rantai pasok buah Manggis, khususnya pada rantai pasok
buah Manggis di Jawa Barat yang saat ini masih diabaikan.
SCRM merupakan salah satu unsur penting dalam keberlanjutan
menjalankan manajemen rantai pasok dan bisnis untuk mengelola risiko yang
mungkin akan terjadi. Suatu manajemen risiko memiliki tahapan yang terdiri dari
identifikasi, analisis, evaluasi, pengendalian risiko, monitor dan review, serta
komunikasi dan konsultasi. Tahapan-tahapan ini dilakukan untuk menguraikan
prioritas sumber dan jenis risiko yang terjadi pada rantai pasok buah Manggis,
serta prioritas faktor yang memengaruhi peningkatan manajemen rantai pasok
pada buah Manggis. Oleh karena itu, hasil dari manajemen risiko rantai pasok
dapat dijadikan panduan dalam meminimalkan risiko pada rantai pasok buah
Manggis.

3
1.2 Perumusan Masalah
Manajemen rantai pasok (Supply Chain Management) produk pertanian
mewakili manajemen proses produksi secara keseluruhan dari kegiatan
pengolahan, distribusi dan pemasaran, sehingga produk yang diinginkan sampai
ke tangan konsumen. Tujuan yang mendasari manajemen rantai pasok pertanian
adalah menyediakan produk tepat (jumlah dan mutu), dalam jumlah tepat, ke
tempat tepat, pada waktu tepat dan dengan biaya yang kompetitif dan untuk
mendapatkan uang/keuntungan dari kegiatan tersebut. Manajemen rantai pasok
produk pertanian berbeda dengan manajemen rantai pasok produk manufaktur
lainnya. Bila dibandingkan dengan perusahaan manufaktur maka, perusahaan
yang mengelola sektor pertanian memiliki tingkat kebergantungan dan
kompleksitas yang tinggi pada jaringan rantai pasoknya.
Menurut data dari Direktorat Jenderal Hortikultura dalam Astuti et al.
(2010) sentra produksi buah Manggis terbesar di Indonesia adalah Provinsi Jawa
Barat dengan Kabupaten Purwakarta, Subang, Bogor dan Tasikmalaya merupakan
Kabupaten penghasil buah Manggis yang terbanyak. Produksi buah Manggis dari
empat (4) kabupaten tersebut memberikan kontribusi 90% terhadap produksi buah
Manggis di Provinsi Jawa Barat dan 29% terhadap produksi buah Manggis
nasional, sehingga potensi pengembangan kawasan buah Manggis di Provinsi
Jawa Barat dapat dijadikan tolak ukur dalam meningkatkan potensi peningkatan
volume ekspor nasional.
Peluang inilah yang menarik minat PT Agung Mustika Selaras untuk
mendapatkan keuntungan sebagai salah satu eksportir buah Manggis terbesar di
Indonesia yang hampir menguasai pangsa pasar 50% dan berada di 12 provinsi.
Untuk itu, melalui kerjasama yang baik antara PT AMS dengan mitra rantai pasok
khususnya para petani Manggis di Jawa Barat dapat memberikan peningkatan
kesejahteraan tidak hanya bagi PT AMS, tetapi juga bagi para petani Manggis,
baik yang tergabung dalam kelompok tani maupun yang tergabung dalam
Koperasi Bina Usaha melalui bagi hasil keuntungan yang merata.
Menciptakan keunggulan kompetitif tidak cukup hanya dengan
mengandalkan manajemen rantai pasok, karena risiko menjadi lebih canggih
daripada sebelumnya dan hal ini memerlukan pendekatan baru, serta metodologi,
termasuk manajemen risiko dalam mengelola dunia bisnis global yang penuh
dengan kejutan, terutama pada rantai pasok. Di sisi lain peningkatan
ketidakpastian dalam rantai pasok mengharuskan perusahaan lebih banyak
menghabiskan sumber daya dalam mengatasi permintaan, penawaran, serta
ketidakpastian untuk keberlanjutan yang lebih baik dari rantai pasok perusahaan.
Menariknya peningkatan ketidakpastian tidak hanya disebabkan oleh bisnis
eksternal, tetapi juga disebabkan oleh internal seperti peningkatan kompleksitas
struktur rantai pasok dan mekanisme yang bervariasi, dimulai dari rantai pasok
bisnis perusahaan.
Dengan menggabungkan manajemen rantai pasok dan manajemen risiko ini,
maka diharapkan tantangan bisnis masa depan berupa ketidakpastian bisnis dapat
ditangani dengan baik, yaitu dengan cara mengelola dan mengurangi risiko dalam
rantai pasok, sehingga dapat menghasilkan rantai pasok yang tangguh. SCRM
merupakan salah satu unsur penting dalam keberlanjutan menjalankan manajemen
rantai pasok dan bisnis perusahaan dalam mengelola risiko yang mungkin akan

4
terjadi karena semakin berkembangnya dunia perusahaan dan meningkatnya
kompleksitas aktivitas perusahaan mengakibatkan meningkatnya tingkat risiko
yang dihadapi perusahaan, khususnya pada aktivitas rantai pasok perusahaan.
Dengan tingginya tingkat ketergantungan dan kompleksitas dari rantai pasok buah
Manggis, maka perlu dirancang dan diterapkan suatu manajemen risiko dengan
tahapan yang terdiri dari identifikasi, analisis, evaluasi, pengendalian risiko,
monitor dan review, serta komunikasi dan konsultasi.
Analisis manajemen risiko pada rantai pasok disalah satu perusahaan
eksportir Manggis di Jawa Barat dilakukan dengan menggunakan metode
deskriptif kualitatif dan metode Analytic Network Process (ANP). Metode
deskriptif digunakan untuk melakukan eksplorasi pada rantai pasok buah Manggis
berupa kajian pustaka dan wawancara dengan para narasumber untuk
mengidentifikasi sumber risiko dan faktor yang memengaruhi manajemen risiko
rantai pasok Manggis yang menjadi obyek penelitian.
Metode ANP digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi sumber
risiko dan faktor risiko yang teridentifikasi pada suatu rantai pasok dan untuk
menentukan alternatif solusi dari pengendalian risiko diperusahaan. Proses
analisis dan evaluasi dengan metode ini dilakukan dengan wawancara dan
penggunaan kuesioner yang diberikan pada narasumber ahli yang
pendapat/penilaiannya dianggap mewakili para pelaku rantai pasok dalam
menentukan prioritas. Penggunaan metode ANP ini didasarkan dari kekuatan
ANP untuk mengidentifikasi adanya hubungan saling keterkaitan antar obyek
(selama ini diabaikan). Hal ini memungkinkan interaksi dan umpan balik dalam
klaster (inner dependence) dan antara klaster (outer dependence). Umpan balik
yang lebih baik dapat menangkap pengaruh kompleks yang saling memengaruhi
dengan penggunaan skala prioritas rasio dari distribusi pengaruh antar unsur-unsur
dan diantara kelompok.
Tujuan penggunaan metode ANP diharapkan dapat menangkap interaksi
ketergantungan yang tinggi antar jenis risiko dan faktor-faktor risiko yang
memengaruhi dalam meningkatkan manajemen risiko rantai pasok buah Manggis,
sehingga dapat ditentukan prioritas risiko dan pilihan alternatif pengendalian
risiko yang akurat untuk membuat keputusan yang lebih baik dalam mengatasi
risiko yang akan dihadapi oleh rantai pasok perusahaan.
Untuk mengembangkan rantai pasok buah Manggis dengan tujuan
menurunkan risiko, terdapat lima (5) pertanyaan penelitian berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan manajemen rantai pasok buah Manggis yang
dilakukan ?
2. Apa sumber permasalahan rantai pasok buah Manggis yang dapat
menimbulkan risiko yang berpotensi menyebabkan ketidakpastian pada
kegiatan rantai pasok buah Manggis ?
3. Bagaimana prioritas dari risiko yang paling berpotensi menyebabkan kerugian
bagi rantai pasok buah Manggis ?
4. Bagaimana pemilihan solusi pengendalian risiko dan faktor-faktor pendorong
risiko yang paling penting dalam meningkatkan manajemen risiko rantai
pasok ?
5. Bagaimana proses manajemen risiko dapat menciptakan perbaikan
berkelanjutan (continuous improvement) ?

5
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian
ini:
1. Mengidentifikasi kegiatan rantai pasok buah Manggis.
2. Mengidentifikasi sumber dan jenis risiko pada kegiatan rantai pasok buah
Manggis.
3. Menganalisis risiko yang paling berpotensi menimbulkan kerugian pada
kegiatan rantai pasok buah Manggis.
4. Menganalisis pemilihan alternatif solusi pengendalian risiko dan faktor-faktor
pendorong risiko lain dalam meningkatkan kemampuan manajemen risiko
rantai pasok.
5. Merancang manajemen risiko rantai pasok buah Manggis untuk perbaikan
berkelanjutan.

1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:
1. Pihak perusahaan untuk menangani risiko rantai pasok buah Manggis, serta
mengetahui sumber risiko dan dampak risiko yang ditimbulkannya.
2. Dapat membantu pemangku kepentingan untuk pengambilan keputusan dalam
membuat perencanaan manajemen rantai pasok buah Manggis dengan
pertimbangan meminimalkan risiko dan optimalisasi keuntungan.
3. Untuk meningkatkan kewaspadaan pada semua pelaku rantai pasok terhadap
munculnya risiko yang dapat memengaruhi kinerja rantai pasok secara
keseluruhan.
4. Dapat mempermudah melakukan pengawasan risiko dan penanganannya
sehingga menajemen risiko menjadi lebih efektif dan efisien.
5. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini dapat dijadikan referensi, atau bahan
literatur yang berhubungan dengan manajemen risiko pada rantai pasok buah
Manggis.

6

7

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manggis
Buah Manggis (Garcinia mangoestana L) merupakan salah satu komoditas
buah unggulan Indonesia. Permintaan ekspor buah Manggis dari Indonesia sampai
saat ini terus meningkat. Pesaing pasar buah Manggis bagi Indonesia pada saat ini
adalah Thailand, Malaysia dan negara Amerika Latin. Di Indonesia, tanaman
Manggis tersebar hampir ada di semua pulau. Penghasil utama buah Manggis
untuk ekspor adalah di pusat produksi Manggis, yaitu Tasikmalaya, Purwakarta,
Bogor, Sukabumi, Lampung, Purworejo, Belitung, Lahat, Tapanuli Selatan,
Limapuluh Kota, Padang Pariaman, Trenggalek, Blitar, dan Banyuwangi.
Produksi buah Manggis di setiap provinsi di Indonesia ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Produksi buah Manggis di Indonesia pada tahun 2010
Provinsi

Volume
(Ton)

Provinsi

Aceh

1.181

Bangka
Belitung

Sumatera
Utara

7.751

Kepulauan
Riau

Sumatera
Barat

4.093

DKI
Jakarta

Riau

893

Jambi

959

Sumatera
Selatan

415

Bengkulu

4.442

Lampung

6.583

Jawa Barat
Jawa
Tengah
Daerah
Istimewa
Yogyakarta
Jawa
Timur
Banten

Volume
(Ton)
2.377
156

1
27.983
3.260
866
11.238
2.369

Provinsi
Bali
Nusa
Tenggara
Barat
Nusa
Tenggara
Timur
Kalimantan
Barat
Kalimantan
Tengah
Kalimantan
Selatan
Kalimantan
Timur
Sulawesi
Utara

Volume
(Ton)

Provinsi

Volume
(Ton)

2.236

Sulawesi
Tengah

1.461

235

Sulawesi
Selatan

1.235

14

Sulawesi
Tenggara

88

862

Gorontalo

0

947

Sulawesi
Barat

301

452

Maluku

120

Maluku
Utara
Papua
1.282
Barat
Total Produksi =
314

421
3
84.538

Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa Provinsi Jawa Barat dengan Kabupaten
Purwakarta, Subang, Bogor dan Tasikmalaya merupakan Kabupaten penghasil
buah Manggis yang terbanyak. Produksi buah Manggis dari keempat Kabupaten
tersebut memberikan kontribusi 90% terhadap produksi buah Manggis di Provinsi
Jawa Barat dan 29% terhadap produksi buah Manggis nasional, sehingga
kesuksesan pengembangan manajemen rantai pasok di provinsi Jawa Barat dapat
dijadikan tolak ukur bagi kesuksesan pengembangan rantai pasok buah Manggis
nasional. Selain itu dari sisi peningkatan produksi menurut data BPS,
perkembangan produksi buah Manggis dua tahun terakhir, yaitu tahun 2010-2011
mengalami peningkatan dari 84.538 ton menjadi 2.131.139 ton, sehingga terjadi

8
pertambahan produksi 2.046.601 ton. Khusus pada provinsi Jawa Barat terjadi
peningkatan dari 27.983 ton menjadi 357.188 ton, sehingga terjadi pertambahan
produksi 329.205 ton (BPS 2012). Peningkatan produksi buah Manggis dapat
dilihat pada Tabel 2. Peningkatan produksi tersebut menjadi suatu peluang untuk
meningkatkan nilai ekspor Manggis. Hampir seluruh panen buah Manggis di
Indonesia ditampung oleh satu eksportir, yaitu PT Agung Mustika Selaras di
Tangerang (menguasai pangsa pasar hampir 50%). Negara tujuan ekspor buah
Manggis adalah Hong Kong, Taiwan, RRC, Singapura, Arab Saudi, Uni Emirat
Arab, dan negara-negara Eropa. Permintaan dari Amerika Serikat juga mulai
tinggi pada akhir-akhir ini.
Tabel 2 Produksi buah Manggis di Indonesia pada tahun 2011
Provinsi

Volume
(Ton)

Provinsi

Aceh

27,053

Bangka
Belitung

Sumatera
Utara

31,743

Kepulauan
Riau

Sumatera
Barat

9,308

DKI
Jakarta

Riau

6,005

Jawa Barat

Jambi

3,459

Sumatera
Selatan

9,284

Bengkulu

5,169

Lampung

24,752

Jawa
Tengah
Daerah
Istimewa
Yogyakarta
Jawa
Timur
Banten

Volume
(Ton)
4,143

Provinsi
Bali

Nusa
Tenggara
Barat
Nusa
3,602 Tenggara
Timur
Kalimantan
357,188
Barat
Kalimantan
350,780
Tengah
4,047

31,011
754,93
37,286

Kalimantan
Selatan
Kalimantan
Timur
Sulawesi
Utara

Volume
(Ton)

Provinsi

39,551

Sulawesi
Tengah

31,702

113,83

Sulawesi
Selatan

124,058

71,962

Sulawesi
Tenggara

18,572

4,777

Gorontalo

4,42

4,815

Sulawesi
Barat

15,78

11,479

Maluku

9,338

Maluku
Utara
Papua
5,929
Barat
Total Produksi =
10,87

Volume
(Ton)

2,367
477
2,131,139

Sumber: Badan Pusat Statistik (2012)

Dari data produksi buah Manggis dua (2) tahun terakhir dapat dilihat
peningkatan produksi sangat signifikan dan memberikan peluang bagi Indonesia
sebagai pengekspor buah Manggis dan dari potensi ini dapat juga dilihat bahwa
sebenarnya Indonesia dapat melakukan pemberhentian impor buah Manggis,
terutama dengan melihat potensi dari Provinsi Jawa Barat untuk dijadikan sebagai
pusat pengembangan buah Manggis di Indonesia. Namun, peningkatan produksi
dan perubahan volume ekspor buah Manggis Indonesia tidak selaras dengan nilai
ekspornya, disebabkan mutu buah Manggis hasil panen petani Manggis tidak
stabil, sehingga harga yang diberikan oleh pembeli juga tidak stabil. Sebagian
besar tanaman Manggis merupakan tanaman pekarangan, kebun campuran dan
ditanam pada daerah perbukitan/hutan.
Budidaya tanaman Manggis pada umumnya masih sangat tradisional, tanpa
ada pemeliharaan (pembersihan dan pemangkasan) dan jarang dipupuk (bahkan
pemupukan tidak pernah dilakukan). Jadi petani memanen buahnya tanpa
teknologi budi daya optimal dan hanya menunggu pohon Manggis berbuah secara

9
alamiah, sehingga mutu buah Manggis yang dipanen tidak stabil. Dalam
menyelaraskan peningkatan volume ekspor dengan nilai ekspor untuk
meningkatkan keuntungan diperlukan penerapan manajemen rantai pasok yang
baik pada semua stakeholder rantai pasok buah Manggis.
2.2 Manajemen Rantai Pasok
Rantai pasok adalah jejaring fisik dan aktivitas yang terkait dengan aliran
bahan dan informasi di dalam atau melintasi batas-batas perusahaan. Sebuah
rantai pasok akan terdiri dari rangkaian proses pengambilan keputusan dan
eksekusi yang berhubungan dengan aliran bahan, informasi dan uang. Proses dari
rantai pasok bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan mulai dari produksi
sampai konsumen akhir. Rantai pasok bukan hanya terdiri dari produsen dan
pemasoknya tetapi mempunyai ketergantungan dengan aliran logistik,
pengangkutan, penyimpanan atau gudang, pengecer dan konsumen akhir itu
sendiri (Hadiguna, 2010).
Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2003), rantai pasok adalah suatu sistem
tempat organisasi menyalurkan produk dan jasanya kepada konsumennya. Rantai
ini juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan dan
mempunyai tujuan sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan,
atau penyaluran produk dan jasa tersebut. Analisis rantai pasok menekankan pada
cara barang berpindah dari produsen kepada konsumen, pertukaran pembayaran
kredit dan modal diantara anggota rantai pasok, sinyal harga, nilai tambah,
teknologi dan aliran informasi.
Jika secara spesifik melihat rantai pasok pertanian, terdapat beberapa
perbedaan antara rantai pasok pertanian dengan rantai pasok pada umumnya,
diantaranya Pertama, rantai pasok pertanian memiliki karakteristik produk yang
khas, yaitu (1) Produk bersifat mudah busuk/rusak, (2) Proses penanaman,
pertumbuhan dan pemanenan produk tergantung pada iklim dan musim, (3)
Produk mempunyai berbagai ukuran dan bentuk, (4) Produk bersifat kamba, yaitu
produk sulit untuk diangkut atau dikelola karena ukuran dan bentuk yang
kompleks (Marimin, 2008). Dalam jaringan rantai pasok pertanian, jumlah dari
pemasok dan proses bisnis lebih dari satu pemasok dan lebih dari satu proses
bisnis yang dapat diidentifikasi. Proses paralel dan berurutan dapat terjadi dalam
satu waktu pada rantai pasok pertanian (Vorst, 2006).
Kedua, jika pada rantai pasok umumnya didifenisikan sebagai sistem
consumer-driven, maka rantai pasok pertanian dapat didifenisikan sebagai sistem
producer consumer-driven. Peramalan permintaan dan pasokan mempunyai
tingkat kepentingan yang sama dalam rantai pasok pertanian, tetapi anggota rantai
pasok mempunyai kemampuan terbatas untuk mengendalikannya (Bailey et al.
2002). Ketiga, bila dilihat pada rantai pasok pertanian pada prinsipnya memiliki
dua tipe, yaitu produk segar dan produk yang diproses. Produk segar berupa jenis
buah, sayuran dan sejenisnya yang tidak membutuhkan proses pengolahan khusus,
atau proses transformasi kimia dan perubahan bentuk. Sedangkan produk yang
diproses masih akan melalui proses pengolahan berupa transformasi kimia, atau
perubahan bentuk. Dalam hal ini buah Manggis termasuk ke dalam tipe produk
segar yang tidak memerlukan proses transformasi kimia, ataupun perubahan
bentuk.

10
Menurut Jaffee et al. (2008) rantai pasok pertanian modern adalah jaringan
yang biasanya mendukung tiga (3) aliran utama berikut:
1.
Aliran produk fisik, yang merupakan gerakan produk fisik dari pemasok
input ke produsen untuk pembeli kepada konsumen akhir.
2.
Aliran keuangan, berupa syarat-syarat kredit dan pinjaman, jadwal
pembayaran dan pelunasan, tabungan, dan pengaturan asuransi.
3.
Aliran informasi, berupa koordinasi produk fisik dan arus keuangan.
Dalam menjalankan bisnis setiap perusahaan harus mengelola rantai pasok
untuk mencapai tujuan bisnisnya. Proses mengelola rantai pasok sering disebut
dengan manajemen rantai pasok (SCM) dimana terdapat banyak definisi seperti
yang dikemukakan oleh Heizer dan Render (2010), manajemen rantai pasok
adalah integrasi aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan menjadi
barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke pelanggan. Kemudian
Bailey et al. (2002) menggunakan definisi SCM yang dikembangkan oleh The
International Centre for Competitive Exellence, yaitu manajemen rantai pasok
merupakan integrasi proses bisnis dari pengguna akhir melalui pemasok awal
yang memberikan produk, pelayanan dan informasi yang memberikan nilai
tambah bagi konsumen.
Tang (2006) mendefinisikan SCM sebagai manajemen aliran bahan,
informasi dan finansial melalui sebuah jaringan kerja organisasi (pemasok,
pengelola, penyedia logistik, pedagang besar/distributor dan pengecer) yang
bertujuan untuk memproduksi dan mengirimkan produk ata jasa untuk pelanggan.
SCM mencakup koordinasi serta kolaborasi proses dan kegiatan melalui fungsi
yang berbeda seperti pemasaran, penjualan, produksi, perancangan produk,
pangadaan, logistik, pembiayaan dan teknologi informasi dalam jaringan kerja
organisasi.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat dilihat beberapa kesamaan
pengertian yang dapat dikatakan sebagai prinsip dasar SCM yang meliputi lima
(5) hal yaitu:
1. Prinsip Integrasi, artinya semua unsur yang terlibat dalam rangkaian SCM
berada dalam satu kesatuan yang kompak dan menyadari adanya saling
ketergantungan.
2. Prinsip Jejaring, artinya semua unsur berada dalam hubungan kerja yang
selaras.
3. Prinsip Ujung ke Ujung, proses operasinya mencakup unsur pemasok yang
paling hulu sampai ke konsumen yang paling hilir.
4. Prinsip Saling Ketergantungan, setiap unsur dalam SCM menyadari bahwa
untuk mencapai manfaat bersaing diperlukan kerja sama yang saling
menguntungkan.
5. Prinsip Komunikasi, keakuratan data menjadi hal terpenting dalam jaringan
untuk menjamin ketepatan arus informasi dan barang.
Dalam menjalankan bisnis setiap perusahaan pasti akan mengalami
gangguan rantai pasok, baik dari internal, maupun eksternal. Untuk
mengantisipasi gangguan tersebut perlu dibangun sebuah organisasi yang tangguh
melalui pengembangan SCM tangguh dari organisasi itu sendiri, sehingga dapat
memberikan rantai pasok yang lebih tangguh seperti yang dikemukakan oleh Mc

11
Manus et al. (2007) sebuah organisasi yang tangguh diawali dengan memiliki
kesadaraan akan situasi kerentanan dan kapasitas adaptif, sehingga sanggup
mengatasi, merespon, mengurangi, dan memulihkan goncangan yang dialami
dengan membentuk rantai pasok yang tangguh, seperti terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Ketahanan organisasi terhadap gangguan rantai pasok (Mc Manus et
al. 2007)
Dari penjelasan di atas perbedaan manajemen rantai pasok dengan rantai
pasok dimana manajemen rantai pasok mencakup koordinasi serta kolaborasi
proses dan kegiatan melalui fungsi berbeda, seperti pemasaran, penjualan,
produksi, perancangan produk, pengadaan, logistik, pembiayaan dan teknologi
informasi dalam jaringan kerja organisasi. Rantai pasok lebih ditekankan pada
aliran bahan dan informasi, sedangkan manajemen rantai pasok menekankan pada
upaya memadukan kumpulan rantai pasok (Vorst, 2004). Tujuan manajemen
rantai pasok adalah mengurangi risiko pasar, meningkatkan nilai tambah, efisiensi
dan keunggulan kompetitif, serta menyusun strategi pengembangan produk dan
memasuki pasar baru (Saptana et al. 2006)
2.3 Manajemen Risiko Rantai Pasok
Manajemen risiko rantai pasok merupakan salah satu unsur penting dalam
mendukung keberlanjutan menjalankan manajemen rantai pasok dan bisnis
perusahaan, karena semakin berkembangnya dunia perusahaan serta
meningkatnya kompleksitas aktivitas perusahaan mengakibatkan meningkatnya
tingkat risiko yang dihadapi perusahaan, khususnya pada aktivitas rantai pasok
perusahaan. Manajemen risiko rantai pasok memainkan peran utama dalam
mengelola secara sukses proses bisnis melalui cara proaktif.
Tujuan manajemen risiko adalah minimisasi kerugian dan meningkatkan
kesempatan, ataupun peluang. Bila dilihat terjadinya kerugian, manajemen risiko
dapat memotong mata rantai kejadian kerugian tersebut, sehingga efek dominonya
tidak akan terjadi. Sasaran utama dari implementasi manajemen risiko adalah
melindungi perusahaan terhadap kerugian yang mungkin timbul. Dengan
menggabungkan manajemen rantai pasok dan manajemen risiko ini maka
diharapkan tantangan bisnis masa depan berupa ketidakpastian bisnis dapat
ditangani dengan baik, dengan cara mengelola dan mengurangi risiko dalam rantai
pasok, sehingga dapat menghasilkan rantai pasok yang tangguh (Peck and
Christopher, 2004)

12
Sejalan untuk menghasilkan rantai pasok yang tangguh salah satunya perlu
bagi setiap perusahaan untuk meningkatkan kompetensi atau kemampuan dari
manajemen risiko rantai pasoknya. Dalam meningkatkan manajemen risiko rantai
pasok sangat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti menurut Xia and Chen (2011)
pelaksanaan manajemen risiko rantai pasok dipengaruhi oleh banyak faktor. Bila
dilihat dari konteks SCM faktor-faktor dapat diklasifikasikan dalam empat (4)
klaster yaitu Product Life Cycle (PLC), Operational Process Cycle (OPC),
Organization Performance Factors (OPF) dan Risk Operational Practice (ROP).
Setiap dari klaster ini memiliki keterkaitan unsur-unsur risiko manajerial.
Untuk mengetahui secara jelas SCRM ada baiknya perlu diawali dengan
mengetahui defenisi dari risiko dan SCRM, serta pendekatan yang dilakukan.
Kemudian perlu dilakukan analisis bentuk-bentuk dan taktik dari risiko rantai
pasok. Dari penjabaran analisis bentuk dan taktik risiko rantai pasok akan dapat
dilihat faktor-faktor penyebab munculnya risiko serta bagaimana taktik dalam
mengendalikan risiko tersebut. Analisis faktor- faktor tersebut bertujuan untuk
melihat pengaruh masing-masing faktor yang paling dominan dalam
meningkatkan kemampuan SCRM. Komponen dari faktor tersebut akan
dijabarkan lebih jelas selanjutnya dibawah ini.
2.3.1 Definisi Risiko
Risiko adalah konsep yang meragukan. Ada banyak definisi dari risiko
tergantung pada aplikasi khusus dan cakupan situasinya. Secara teknis risiko tidak
memiliki nilai, sehingga keadaan ini dapat menguntungkan atau merugikan. Yates
dan Stone (1992) menekankan tiga (3) unsur untuk mendefinisikan risiko:
besarnya kerugian (unsur kerugian), kepentingnya (signifikansi kerugian) dan
peluang dari kemunculan (ketidakpastian terkait kerugian). Mitchell (1995)
menggunakan rumus berikut untuk mengevaluasi risiko dari suatu peristiwa n dari
kemungkinan kerugian [P (lossn)] dan pentingnya kerugian [L (lossn)].
Risk n = P (lossn) x L (lossn) ....... (1)
Menurut Djohanputro (2008), risiko diartikan sebagai ketidakpastian yang
telah diketahui tingkat peluang kejadiannya atau ketidakpastian yang bisa
dikuantifikasikan yang dapat menyebabkan kerugian atau kehilangan. Risiko juga
dapat diartikan penyebaran dan/atau penyimpangan dari target, sasaran, atau
harapan. Menurut Deloach (2000) agar dapat mengerti akan risiko rantai pasok
adalah sangat penting diawali dengan melihat pada risiko bisnis secara umum
yaitu (a) dorongan dari eksternal atau risiko lingkungan (faktor eksternal, para
pesaing, para pelanggan dan regulasi), (b) dorongan dari internal atau risiko
proses (operasi dan pengolahan) (c) dorongan dari keputusan, atau risiko
informasi (dukungan keputusan yang tidak memadai atau keliru).
Sebuah studi pada industri dirgantara, Zsidisin (2003) mendefinisikan risiko
pasokan didefinisikan sebagai peluang dari sebuah insiden yang terkait dengan
pasokan yang datang dari kegagalan pemasok individu, atau penawaran pasar
yang terjadi, dimana hasil akhirnya mengakibatkan ketidakmampuan perusahaan
membeli untuk memenuhi permintaan pelanggan atau menyebabkan ancaman
terhadap kehidupan pelanggan dan keamanan. Hal ini mengemukakan perlunya

13
tepat dalam menilai risiko dan mengembangkan proses untuk mengelolanya.
Risiko hadir dalam banyak kegiatan perusahaan dan telah banyak dipelajari dari
banyak perspektif termasuk strategi, keuangan, produksi, akuntansi dan
pemasaran, terdapat perbedaan-perbedaan konsentrasi dan defenisinya. Risiko
juga dapat dipelajari dari sudut pandang manajemen rantai pasok.
2.3.2 Denifisi SCRM
Xiaohui et al. (2006) yang berpendapat bahwa SCRM dapat digambarkan
sebagai perpotongan dari manajemen rantai pasok dan manajemen risiko,
memiliki pendekatan kolaboratif dan terstruktur dan termasuk dalam proses
perencanaan dan kontrol dari rantai pasok, untuk menangani risiko yang dapat
memengaruhi pencapaian tujuan rantai pasok seperti terlihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Pembentukan SCRM (Xiaohui et al. 2006)
Tang (2011) mendefinisikan secara rinci bahwa SCRM adalah pengelolaan
risiko rantai pasok melalui koordinasi atau kerjasama antara mitra rantai pasok,
kemudian untuk memastikan profitabilitas dan kelangsungan. Sedangkan Lavastre
et al. (2012) menggambarkan lebih kepada rencana tindakan preventif dari risiko
dengan berpendapat bahwa SCRM adalah sebagai pengelolaan risiko yang
mengimplikasikan wawasan, baik strategik maupun operasional untuk penilaian
jangka panjang dan jangka pendek. Hal ini mengacu pada risiko yang dapat
memodifikasi atau mencegah bagian dari gerakan dan kelancaran arus informasi,
bahan dan produk antara para pelaku rantai pasok dalam suatu organisasi, atau
antara para pelaku dalam rantai pasok global (dari para pemasok kepada para
pelanggan)
2.3.3 Pendekatan Manajemen Risiko
Risiko pada rantai pasok dapat dikelola melalui koordinasi dan kolaborasi
antar mitra dalam rantai pasok, sehingga keuntungan dan keberlanjutan dapat
terjamin (Tang, 2006). Selanjutnya untuk mengurangi dampak risiko rantai pasok
perlu dilakukan proses koordinasi dan kolaborasi dengan empat (4) pendekatan
dasar yaitu manajemen pasokan, persediaan, produk dan informasi.

14

Gambar 3 Pendekatan dasar SCRM (Tang, 2006)
Koordinasi dan kolaborasi dengan empat (4) pendekatan dasar tersebut di
dalam sebuah organisasi atau perusahaan disebut sebagai Operational Key
Process (OKP). OKP merupakan salah satu strategi yang bertujuan untuk
mengurangi dampak risiko rantai pasok seperti yang dijelaskan berikut.
1. Manajemen Pasokan
Pelaku dalam rantai pasok dapat melakukan koordinasi atau kolaborasi
dengan mitra hulu untuk menjamin pasokan bahan yang efisien sepanjang rantai
pasok. Manajemen pasokan terkait dengan lima (5) hal, yaitu:
a. Perancangan jaringan kerja pasokan.
Dalam merancang jaringan kerja rantai pasokan, perlu diperhatikan hal-hal
berikut:
1) Konfigurasi jaringan kerja, yaitu pemasok, fasilitas pengolah, pusat
distribusi, dan gudang mana yang harus dipilih
2) Penugasan produk, yaitu fasilitas (pemasok, fasilitas pengolah, pusat
distribusi, dll) mana yang harus bertanggungjawab untuk proses
perakitan, produk setengah jadi dan produk akhir.
3) Penugasan pelanggan, yaitu fasilitas di hulu yang mana yang harus
bertanggung jawab untuk menangani permintaan dari hilir.
4) Perencanaan produksi, yaitu kapan dan berapa produksi, atau proses
dilakukan pada setiap fasilitas.
5) Perencanaan transportasi, yaitu kapan dan sarana transportasi apa yang
harus digunakan.
b. Hubungan pemasok.
Tang (1999) mengidentifikasi empat (4) jenis hubungan pemasok, yaitu
pedagang umum, pemasok yang disukai, pemasok khusus dan mitra.
Pemasok tersebut berbeda satu dengan yang lain dalam hal jenis kontrak,
panjang kontrak, jenis pertukaran informasi, skema penentuan harga,
jadwal pengiriman, dll. Hubungan pemasok juga dibedakan dengan
mempertimbangkan kondisi pasar