Keanekaragaman lumut sejati di Taman Nasional Gunung Merapi Sleman, Yogyakarta

KEANEKARAGAMAN LUMUT SEJATI DI TAMAN NASIONAL
GUNUNG MERAPI SLEMAN, YOGYAKARTA

SUHARTI R.

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

ABSTRAK
SUHARTI R., Keanekaragaman Lumut Sejati di Taman Nasional Gunung Merapi, Sleman,
Yogyakarta. Dibimbing oleh NUNIK SRI ARIYANTI dan HILDA AKMAL.
Salah satu kekayaan flora yang banyak ditemukan di hutan hujan tropik adalah lumut.
Ketersediaan substrat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keanekaragaman lumut.
Erupsi Gunung Merapi yang terjadi Oktober 2010 menyebabkan pepohonan di hutan Taman
Nasional Gunung Merapi (TNGM) tumbang dan terbakar. Pohon merupakan substrat tempat hidup
bagi banyak jenis lumut epifit. Proses pemulihan vegetasi setelah terjadi erupsi merupakan proses
suksesi sekunder. Pada proses ini lumut berperan dalam membantu stabilitas tanah. Penelitian ini
bertujuan mencatat keanekaragaman jenis dan membuat kunci identifikasi lumut sejati di TNGM.

Pengambilan sampel lumut dilakukan pada tiga lokasi, yaitu Pronojiwo, Gandok,dan Kinahrejo 16
bulan pasca erupsi 2010. Metode purposive sampling digunakan untuk menginventarisasi sampel
keanekaragaman lumut yang ada. Hasil identifikasi sampel dibuat daftar taksa. Selain itu, metode
sampling kuadrat digunakan untuk menentukan jenis lumut dominan. Pada penelitian ini dijumpai
sebanyak 41 jenis lumut sejati akrokarp dan 4 jenis lumut sejati pleurokarp. Keanekaragaman jenis
tertinggi dijumpai di Pronojiwo, berturut-turut diikuti Gandok dan Kinahrejo. Komposisi jenis
lumut sejati di Kinahrejo lebih mirip dengan di Gandok dari pada dengan Pronojiwo. Kebanyakan
jenis lumut sejati ditemukan di substrat terestrial yaitu tanah, pasir, dan batu. Trematodon
conformis merupakan jenis lumut sejati perintis dominan pada vegetasi terbuka dalam proses
suksesi di TNGM.
Kata kunci: Bryophyta, Gunung Merapi, keanekaragaman, lumut sejati, pasca erupsi

ABSTRACT
SUHARTI R., Diversity of Mosses of Mount Merapi National Park, Sleman, Yogyakarta.
Supervised by NUNIK SRI ARIYANTI and HILDA AKMAL.
Mosses are a group of non-vascular plants. It accurs abundantly in tropical rain forest.
Substrate type and the availability of substrate are important in affecting the diversity of mosses.
Eruption of Merapi volcano Oktober 2010 have a great demages on the vegetation of Mount
Merapi National Park. Many trees are burned and uprooted. The understory were covered by
volcanic material. Mosses might have important roles in the secondary succession followed the

vulcano eruption.This research aimed to record and describe the diversity of the mosses species in
the secondary succession at the vegetation of the national park and to make identification key of
the mosses. Samples were collected in three sites area sixteen month after the eruption in 2010,
namely Pronojiwo, Gandok, and Kinahrejo. Purposive sampling method was used to record the
diversity of mosses. In addition, quadratic sampling method was used to determine the dominant
mosses in the successional process. Identified mosses were listed into a list. Total of 41 species of
acrocarp and 4 species of pleurocarp mosses were found in the sites. Mosses diversity in Kinahrejo
are quite similar to Gandok but it was different with Pronojiwo. Most mosses were found on
terrestrial substrate, that are soil, sand, and rock. Trematodon conformis is a dominant pioneer
mosses in the successional process of the national park.
Keywords: Bryophyte, Merapi Volcano, diversity, mosses, post-eruption

KEANEKARAGAMAN LUMUT SEJATI DI TAMAN NASIONAL
GUNUNG MERAPI SLEMAN, YOGYAKARTA

SUHARTI R.

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada

Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi
Nama
NIM

: Keanekaragaman Lumut Sejati di Taman Nasional Gunung Merapi Sleman,
Yogyakarta
: Suharti R.
: G34080090

Disetujui oleh,

Dra. Hilda Akmal, M.Si.


Dr. Nunik Sri Ariyanti, M.Si.
Pembimbing I

Pembimbing II

Diketahui oleh,

Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si.
Ketua Departemen Biologi

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur selalu penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang menguasai alam
semesta, yang telah memberikan banyak kenikmatan termasuk nikmat telah menyelesaikan karya
ilmiah ini. Tak lupa shalawat dan salam penulis junjungkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW
beserta keluarga, para sahabat, dan umatnya sampai akhir zaman. Semoga kita termasuk golongan
pengikut nabi yang taat kepada Allah SWT.
Alhamdulillah karya ilmiah ini telah rampung dilaksanakan dengan topik penelitian

“Keanekaragaman Lumut Sejati” yang dilaksanakan di Taman Nasional Gunung Merapi Sleman,
Yogyakarta. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Nunik Sri Ariyanti, M.Si, dan Dra.
Hilda Akmal, M.Si. selaku pembimbing penelitian atas bimbingan dan arahannya dalam
penyelesaian karya ilmiah ini, serta Dra. Taruni Sri Prawasti, M.Si. selaku penguji skripsi yang
telah memberikan saran dan masukkannya. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada pihak
Balai Taman Nasional Gunung Merapi yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan pengambilan sampel. Terima kasih pula kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga atas
segala doa dan kasih sayangnya. Terima kasih juga penulis ucapankan kepada segenap pengajar
Bagian Ekologi dan Sistematika Tumbuhan di Departemen Biologi, Bapak Suparman (laboran),
Ibu Etti Sartina Siregar, M.Si., teman-teman di laboratorium Sistematika Tumbuhan (Iqdam, kak
Fafa, Roma, Dirga), keluarga radar 36 (Rika,Yuyun, Febbi, Hana, Sri dan Feby), keluarga besar
Observasi Wahana Alam dan Keluarga Biologi 45.
Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi yang memerlukan dan dapat
menambah informasi bagi ilmu pengetahuan.Terima kasih.

Bogor, 2013
Suharti R.

RIWAYAT HIDUP


Penulis dilahirkan di Perawang pada tanggal 20 Agustus 1989 sebagai anak ketiga dari empat
bersaudara, dari pasangan Ruslan Sidik (Alm) dan Mariana. Penulis menyelesaikan pendidikan di
SDN 001 Tualang, lulus pada tahun 2002. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan menengah di
SMP Negeri 01 Tualang lulus pada tahun 2005, selanjutnya ke SMA Negeri 2 Tualang dan lulus
pada tahun 2008. Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Beasiswa
Utusan Daerah (BUD) Kabupaten Siak sebagai mahasiswa Program Studi Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Observasi Wahana Alam
(OWA) HIMABIO 2009/2010, serta menjadi panitia dari berbagai kegiatan. Pada tahun 2010,
Penulis pernah melaksanakan Studi Lapangan di Pangandaran-Ciamis, Jawa Barat dengan judul
“Lumut Epifil di Cagar Alam Pangandaran Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Pada tahun 2011,
penulis melaksanakan Praktik Lapangan di PT Indah Kiat Pulp and Paper tbk di Kabupaten Siak
Riau dengan judul “Pembuatan Pulp pada Tahap Screening ‘Washing Efficiency dengan
Displacement Ratio’ di PT Indah Kiat Pulp & Paper, tbk Perawang Riau”. Penulis juga pernah
menjadi asisten praktikum Sistematika Tumbuhan Berpembuluh tahun 2012.

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ...............................................................................................................


viii

DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................

viii

PENDAHULUAN
Latar Belakang ..............................................................................................................
Tujuan.............................................................................................................................

1
1

BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian ...........................................................................................

Metode Pengambilan Sampel ..........................................................................................
Identifikasi Sampel ..........................................................................................................
Analisis Data ...................................................................................................................

1
2
3
3

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keanekaragaman Taksa ...................................................................................................
Perbandingan Komposisi Jenis Lumut Antarlokasi ...........................................................
Sebaran Jenis Lumut Sejati Berdasarkan Tipe Substrat .....................................................
Jenis Dominan.................................................................................................................
Kunci Identifikasi ............................................................................................................

3
4
4
6

7

SIMPULAN .........................................................................................................................

11

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................

11

LAMPIRAN ........................................................................................................................

13

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Daftar suku dan jenis lumut sejati, akrokarp (A) dan pleurokarp (P) di Pronojiwo,
Kinahrejo, dan Gandok, Taman Nasional Gunung Merapi 16 bulan pasca erupsi
merapi tahun 2010 pada berbagai substrat: batu (a), kayu lapuk (b), pohon (c),
pasir (d), dan tanah (e). ....................................................................................................

2 Perbandingan komposisi jenis lumut antarlokasi ..............................................................
3 Indeks Nilai Penting (INP) (%) jenis-jenis lumut sejati .....................................................
4 Ukuran spora lumut sejati ................................................................................................

5
6
7
7

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Peta lokasi pengambilan sampel di A. Pronojiwo, B. Gandok, dan C. Kinahrejo ...............
2 Kondisi vegetasi tempat pengambilan sampel di A. Pronojiwo, B. Gandok, dan
C. Kinahrejo....................................................................................................................
3 Persebaran lumut sejati berdasarkan tipe substrat .............................................................
4 Bentuk spora lumut sejati A. Trematodon longicollis, B. Brachymenium bryoides,
C. Funaria hygrometrica, dan D. Scopelophila ligulata (Perbesaran 400x) .......................

2
2

6
7

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Beberapa karakter morfologi jenis lumut sejati di Taman Nasional Gunung Merapi
pasca erupsi 2010 ............................................................................................................
2 Glosarium .......................................................................................................................

14
16

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lumut adalah salah satu kekayaan flora
yang banyak tumbuh di hutan hujan tropik
(Magil 2010). Lumut dapat tumbuh di
berbagai substrat, seperti tumbuh menumpang
pada tumbuhan hidup lainnya (epifit), pada
daun hidup tumbuhan lain (epifil), batu
(epilitik), kulit kayu (corticolous), dan di atas
tanah
(terrestrial).
Ketersediaan
dan
keragaman substrat merupakan salah satu
faktor yang dapat menentukan kekayaan dan
komposisi jenis lumut (Pharo & Blanks 2000).
Selain itu, kondisi iklim mikro habitat,
terutama intensitas cahaya, kelembapan udara,
suhu lingkungan, serta tipe vegetasi juga
mempengaruhi
keanekaragaman
dan
kemelimpahan lumut (Gradstein et al. 2001).
Laporan tentang penelitian lumut di Jawa
telah dilakukan dari
zaman penjajahan
Belanda, namun lebih terfokus di wilayah
Jawa Barat (Fleischer 1902). Penelitian lumut
akhir-akhir ini juga lebih banyak dilakukan di
Jawa Barat dibandingkan provinsi lain di
Pulau Jawa, yakni di hutan primer (Tan et al.
2006; Haerida et al. 2010; dan Gradstein et al.
2010), di kebun raya dan hutan kota (Apriana
2010; Junita 2010; Wahyuni 2010; Putrika
2012), dan di perkebunan monokultur (Akmal
2012). Penelitian lumut di Jawa Tengah ini
dilaporkan oleh Bachri (2011) berdasarkan
spesimen dari Taman Nasional Gunung
Merbabu (TNGMb).
Lumut berperan dalam proses suksesi
primer maupun suksesi sekunder. Pada
suksesi primer lumut muncul setelah
kelompok sianobakter dan liken. Kehadiran
lumut akan menciptakan kondisi lingkungan
yang
lebih
baik
sehingga
memacu
perkecambahan dan pertumbuhan kelompok
tumbuhan lain. Pada suksesi sekunder lumut
lebih berperan dalam membantu stabilitas
tanah dengan cara mengkolonisasi tanah
ataupun batuan yang gundul. Salah satu
contoh suksesi sekunder adalah kembalinya
vegetasi hutan setelah terjadi kebakaran.
Funaria hygrometrica, Ceratodon purpureus,
dan Polytrichum juniperium adalah contoh
lumut yang dapat hidup setelah terjadinya
kebakaran hutan (Gradstein et al. 2003).
Sedangkan Campylopus exasperatus dan
Funaria hygrometrica adalah lumut perintis
yang ditemukan di Pulau Hawai setelah tiga
tahun terjadinya letusan gunung berapi (Miller
1959).
Gunung Merapi yang terletak di sisi
utara kota Yogyakarta merupakan gunung

berapi aktif dengan siklus erupsi yang terjadi
secara berkala setiap 5-7 tahun. Erupsi yang
terjadi Oktober 2010 telah merusak vegetasi
hutan di Taman Nasional Gunung Merapi dan
sekitarnya. Banyak pohon terbakar dan mati.
Vegetasi yang biasanya muncul setelah erupsi
adalah kelompok tumbuhan bawah seperti
rumput-rumputan dan herba lainnya (Odum
1971). Jenis-jenis lumut yang muncul setelah
kerusakan hutan akibat erupsi Gunung Merapi
merupakan bagian dari proses pemulihan
pasca erupsi. Jenis tumbuhan bawah pasca
erupsi telah dilaporkan oleh Nadirman (2013).
Jenis-jenis lumut yang dijumpai pasca erupsi
merapi 2010 belum banyak dilaporkan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mencatat
keanekaragaman
dan
membuat
kunci
identifikasi lumut sejati di Taman Nasional
Gunung Merapi 16 bulan pasca erupsi Merapi
2010. Selain itu, penelitian ini bertujuan
menganalisis jenis lumut sejati dominan pada
proses suksesi sekunder di taman nasional
tersebut.

BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada 2-4 Maret
2012 (16 bulan setelah erupsi merapi tahun
2010). Lokasi penelitian terletak di lereng
selatan Gunung Merapi di Wilayah Kabupaten
Sleman, terbentang pada 7° 36,05’ LS & 110°
25,48’BT, berjarak 6 km dari puncak Merapi.
Berdasarkan pantauan Kanwil Perhubungan
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), hari
hujan terbanyak dalam satu bulan adalah 24
hari. Rata-rata curah hujan 2500-3000
mm/tahun. Rata-rata kelembapan nisbi udara
tertinggi 97,0% dan terendah 30,0%.
Temperatur udara tertinggi 250C dan terendah
200C (Pemerintah Kabupaten Sleman 2011).
Pengambilan sampel dilakukan di tiga
lokasi, yaitu Pronojiwo dan Gandok (Desa
Hargobinangun, Kecamatan Pakem), serta
Dukuh
Kinahrejo (Desa
Umbulharjo,
Kecamatan Cangkringan) Kabupaten Sleman,
DIY (Gambar 1) yang mengalami tingkat
kerusakan berbeda. Tingkat kerusakan
ditunjukkan berdasarkan kondisi vegetasi di
lokasi saat penelitian dilakukan. Pada lokasi
dengan kerusakan ringan masih ditemukan
pohon yang tumbuh, sedangkan pada lokasi
dengan kerusakan parah hanya ditemukan
tumbuhan bawah dan pepohonan yang
tumbang.

2
2

Gambar 1 Peta lokasi pengambilan sampel di A. Pronojiwo, B. Gandok, dan C. Kinahrejo
Pronojiwo terletak pada ketinggian 700900 mdpl. Kondisi lokasi berbukit dan
memiliki satu puncak. Lokasi ini mengalami
kerusakan ringan, pada lokasi ini masih
banyak ditemukan pohon-pohon berkanopi.
Pada lokasi ini juga dapat ditemukan pohonpohon tumbang akibat erupsi merapi 2010.
Gandok terletak pada ketinggian 930-985
mdpl, mengalami kerusakan parah, pada
lokasi ini hanya ditemukan tumbuhan bawah,
banyak ditemukan pohon-pohon tumbang dan
terbakar. Kinahrejo terletak pada ketinggian
1015-1025 mdpl, mengalami kerusakan parah
karena tidak adanya pohon berkanopi dan
banyak ditemukannya pohon yang tumbang.
Metode Pengambilan Sampel
Penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling untuk menginventarisasi
jenis-jenis lumut yang ada di lokasi penelitian.
Metode purposive sampling, yaitu teknik
pengambilan sampel terhadap jenis-jenis yang
ditemukan dengan menelusuri suatu jalur dan
mengamati setiap substrat yang mungkin
ditumbuhi lumut di sekitar jalur pengamatan.
Inventarisasi dengan cara pengkoleksian
sampel lumut dilakukan di tiga lokasi
(Pronojiwo, Gandok, dan Kinahrejo) pada
berbagai macam substrat yaitu tanah, pasir,
batu, kayu lapuk, dan batang (pohon).
Selain metode purposive sampling juga
dilakukan metode sampling dengan kuadrat.
Metode kuadrat dilakukan di Gandok (lokasi
yang mengalami kerusakan parah) untuk
mendapatkan data jenis lumut sejati dominan
pada proses suksesi sekunder yang sedang
berlangsung. Sebanyak 15 plot berukuran 3x3
m2 dibuat dengan jarak antar plot 5-15 m.
Persentase penutupan lumut sejati yang
ditemukan disetiap plot dicatat. Sampel lumut
diambil untuk dibuat spesimen herbarium dan
diidentifikasi lebih lanjut di laboratorium.

A

B

C

Gambar 2 Kondisi
vegetasi
tempat
pengambilan sampel di A.
Pronojiwo,B. Gandok, dan C.
Kinahrejo.

3
12
2

Identifikasi Sampel
Spesimen
diidentifikasi
dengan
mengamati morfologi gametofit dan sporofit
lumut, seperti ciri daun, seta, kapsul dan
ukuran spora di bawah mikroskop stereo dan
mikroskop cahaya. Identifikasi lumut sejati
akrokarp menggunakan A Handbook of
Malesiana Mosses Volume I, II, dan III (Eddy
1988,1990, 1996), Mosses of Singapore and
Malaysia (Johnson 1980) dan lumut sejati
pleurokarp menggunakan Bartram (1939).
Analisis Data
Jenis-jenis lumut sejati hasil identifikasi
di setiap lokasi disusun dalam tabel daftar
suku dan jenis. Informasi taksa pada tabel
juga dilengkapi dengan substrat tempat
hidupnya.
Komunitas
antarlokasi
dibandingkan berdasarkan komposisi jenis.
Ciri morfologi jenis-jenis lumut disusun
dalam tabel pembanding dan dibuat kunci
identifikasi.
Jenis dominan adalah jenis yang
memiliki indeks nilai penting (INP) tertinggi.
Indeks nilai penting masing-masing jenis
dihitung dengan rumus 1. Data lapangan yang
digunakan untuk menentukan INP adalah
persentase penutupan dan frekuensi kehadiran.
Persentase penutupan adalah perbandingan
luas penutupan oleh setiap jenis lumut
terhadap luas plot. Frekuensi kehadiran setiap
jenis adalah jumlah plot tempat jenis tersebut
ditemukan di bagi total 15 plot yang diamati.
Rumus 1:
INP={PR + FR }
Keterangan:
INP = Indeks Nilai Penting
PR

= Penutupan Relatif
Penutupan setiap jenis
x 100%
Total penutupan semua jenis

FR

= Frekuensi Relatif
Frekuensi kehadiran setiap jenis
x 100%
Total frekuensi kehadiran semua jenis

HASIL DAN PEMBAHASAN
KeanekaragamanTaksa
Keanekaragaman lumut sejati di Taman
Nasional Gunung Merapi (TNGM) 16 bulan
pasca erupsi tahun 2010 meliputi 45 jenis (22
marga, 12 suku). Nama suku, marga, dan
jenis-jenis lumut sejati yang ditemukan
disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan bentuk
pertumbuhannya, lumut sejati dibedakan atas
lumut sejati akrokarp dan lumut sejati
pleurokarp. Lumut sejati akrokarp lebih
banyak ditemukan (41 jenis) di TNGM
daripada pleurokarp (4 jenis).
Total jenis yang diperoleh pada
penelitian di TNGM ini tidak jauh berbeda
dari hasil penelitian di Jawa Tengah yang
dilakukan di Taman Nasional Gunung
Merbabu (TNGMb) oleh Bachri (2011).
Namun demikian, jenis-jenis yang ditemukan
banyak yang berbeda. Penelitian Bachri
dilakukan pada jalur pendakian dengan
kondisi hutan yang tidak rusak pada
ketinggian 1500-3142 mdpl. Penelitian di
TNGM dilakukan pada ketinggian 700-1025
mdpl di lokasi yang telah rusak akibat letusan
Merapi sekitar 16 bulan sebelumnya.
Dicranaceae merupakan suku dengan
keanekaragaman tertinggi (12 jenis, 7 marga)
pada proses suksesi sekunder yang sedang
berlangsung di TNGM. Suku dengan
keanekaragaman tertinggi kedua yaitu
Bryaceae (9 jenis, 3 marga). Dua suku
tersebut dilaporkan umum dijumpai di habitat
hutan pegunungan (Bachri 2011; Enroth
1990). Selain dua suku tersebut, jenis-jenis
lumut sejati dari suku Fissidentaceae dan
Meteoriaceae juga banyak dijumpai di hutan
pegunungan (Enroth 1990). Fissidentaceae
yang ditemukan pada penelitian ini ada tiga
jenis. Pada penelitian ini tidak ditemukan suku
Meteoriaceae. Suku ini merupakan jenis lumut
efipit yang tumbuh menggantung pada ranting
pohon dan hidup pada habitat berkabut
dengan curah hujan tinggi (Glime 2007).
Erupsi
Gunung Merapi
2010 telah
menghancurkan vegetasi terutama pohon di
Kinahrejo dan Gandok.
Pada penelitian di lokasi dan waktu yang
sama didapatkan jenis-jenis lumut hati yang
lebih sedikit (Musyarofah 2013) daripada
lumut sejati. Lumut sangat sensitif terhadap
perubahan lingkungan mikro, sehingga lumut
cenderung akan merespon secara spesifik
adanya perubahan tersebut (Frego & Carleton
1995). Kondisi lingkungan mikro antara lain
adalah substrat, kelembapan, intensitas
cahaya, dan suhu (Mishler
2001). Lumut

4
12
4

sejati lebih toleran terhadap habitat kering dan
terang dibanding lumut hati (Gradstein et
al.2001). Lumut umumnya dijumpai di
lingkungan yang lembap karena lumut tidak
memiliki jaringan pembuluh (Uno et al.
2001). Oleh karena itu,lumut bersifat
poikilohidrik, artinya tekanan turgor lumut
bergantung pada kelembapan lingkungan
(Gradstein et al.2001).
Keberadaan dan kemelimpahan lumut
juga dapat dipengaruhi oleh suhu lingkungan.
Berdasarkan keadaan geografis, suhu optimal
dan kelembapan di TNGM berkisar antara
20oC-25oC dan 30%-97%. Kisaran suhu ini
merupakan kondisi yang baik untuk
pertumbuhan lumut. Lumut akan tumbuh
optimal pada suhu 15oC-25oC, tetapi toleran
pada suhu 40oC-50oC serta pada kelembapan
udara di atas 50% (Asakawa 2007).
Perbandingan Komposisi Jenis Lumut
Antarlokasi
Jumlah jenis lumut sejati yang dijumpai
di Pronojiwo (26 jenis) hampir sama dengan
di Gandok (25 jenis), namun demikian jenisjenisnya banyak yang berbeda. Kesamaan
komposisi jenis hanya 18% dari total 44 jenis
di kedua lokasi tersebut. Kebanyakan jenis
lumut di Gandok merupakan lumut akrokarp
yang sering muncul pada lahan gundul (jenis
perintis), sedangkan di Pronojiwo dijumpai
jenis epifit dan terestrial. Lumut sejati hanya
dijumpai 12 jenis di Kinahrejo, lebih banyak
dijumpai jenis-jenis yang sama dengan di
Gandok (32%). Kesamaan komposisi jenis di
Kinahrejo dengan Pronojiwa hanya 15%
(Tabel 2).
Kondisi vegetasi di Kinahrejo dan
Gandok mengalami kerusakan parah akibat
erupsi Merapi 2010, pohon-pohon terbakar
dan mati. Hal ini menyebabkan kondisi
terbuka tanpa kanopi pohon, hanya dijumpai
tumbuhan bawah. Sebagian tanah di lokasi
tersebut terbuka atau tertimbun pasir vulkanik.
Jenis tumbuhan bawah dominan pada lokasi
Gandok adalah rumput Digitaria nuda
(Poaceae) yang banyak ditemukan di pasir
(Nadirman 2013). Lumut sejati yang
ditemukan di Gandok juga banyak dijumpai
pada substrat pasir.
Kekayaan jenis lumut sejati diPronojiwo
lebih tinggi dibandingkan dua lokasi lainnya
(Tabel 1). Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kekayaan dan kemelimpahan
jenis lumut adalah penutupan kanopi,

komposisi pohon, dan total basal area
(Gonzales-Mancebo et al. 2004). Di lokasi
Pronojiwo masih bisa ditemukan kanopi
karena saat terjadinya erupsi hanya sedikit
pohon yang tumbang, sedangkan di lokasi
Gandok maupun Kinahrejo sama sekali tidak
ada kanopi. Penutupan kanopi dapat
berhubungan dengan intensitas cahaya. Lumut
memerlukan cahaya untuk proses fotosintesis
(Uno et al. 2001). Meskipun demikian
umumnya lumut dapat tumbuh subur pada
lokasi yang kurang mendapatkan sinar
matahari langsung (Uno et al. 2001).
Sebaran Jenis Lumut Berdasarkan Tipe
Substrat
Lumut sejati yang ditemukan di tiga
lokasi meliputi 102 sampel, dikoleksi dari
substrat yang beragam (batu, kayu lapuk,
pasir, pohon, dan tanah). Lumut sejati pada
substrat tanah (31,4%) lebih banyak dijumpai
daripada keempat substrat lainnya. Sedangkan
lumut sejati yang tumbuh pada substrat batu
dan pasir persentasenya hampir sama (26,5%
dan 27,5%). Sebagian besar lumut sejati di
Pronojiwo, ditemukan pada substrat batu
(18,6%), sedangkan di Gandok ditemukan
pada substrat pasir (21,6%) dan di Kinahrejo
dijumpai pada substrat tanah (12,7%). Di
Kinahrejo tidak dijumpai lumut sejati yang
tumbuh pada substrat pohon, kayu lapuk, dan
batu. Keragaman lumut sejati paling rendah
ditemukan pada substrat pohon (3,9%) yang
ditemukan di Pronojiwo dan Gandok (Gambar
2). Lumut sejati yang dijumpai pada substrat
pohon (epifit) berasal dari marga Leucobryum.
Berdasarkan tipe substrat, umumnya
lumut sejati yang ditemukan di TNGM pasca
erupsi 2010 adalah lumut terestrial. Lumut
lebih banyak ditemukan pada subtrat pasir dan
tanah karena substrat ini tidak ditutupi oleh
serasah. Tipe substrat dapat mempengaruhi
keanekaragaman lumut (Pharo & Blanks
2000). Lumut terestrial banyak ditemukan di
hutan tropik pegunungan dengan tanah yang
kaya humus, terutama di tempat yang terdapat
cahaya, seperti di tepi hutan, tepi jalan,
sepanjang parit, dan sungai (Gradstein et al.
2001). Pertumbuhan jenis-jenis lumut yang
sesuai dengan tipe substratnya juga dapat
menyebabkan perbedaan komposisi jenis
lumut (Hodge 2005).

12
5

Tabel 1

Daftar suku dan jenis lumut sejati, akrokarp (A) dan pleurokarp (P) di Pronojiwo,
Kinahrejo, dan Gandok, Taman Nasional Gunung Merapi 16 bulan pasca erupsi merapi
tahun 2010 pada berbagai substrat: batu (a), kayu lapuk (b), pohon (c), pasir (d), dan
tanah (e).

Suku
Bartramiaceae

Jenis
Philonotis bartramioides
P. calomicra

Bentuk
tumbu
h
A

a

b c

d

e

a

b

c

-

-

-

-

-



-

-

-

-

-

-

-

-

-

A

-

-

-

-

-

-

-

-



-

-

-

-

-

-

Pronojiwo

Gandok
d

Kinahrejo
e

a

b

c

d

e

P. hastata

A



-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

P. secunda

A



-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

P.turneriana

A



-

-

-

-

-

-

-





-

-

-

-



Philonotissp.

A

-

-

-

-

-

-

-

-



-

-

-

-

-

-

Brachytheciaceae

Eurhynchium asperisetum

P



-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Bryaceae

Brachymenium bryoides

A

-

-

-



-



-

-





-

-

-

-



B. coarcatum

A

-

-

-

-

-

-

-

-



-

-

-

-

-

-

B. exile

A

-

-

-

-

-

-

-

-

-



-

-

-

-

-

Dicranaceae

Bryum billardieri

A



-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

B. chrysobasilare

A



-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

B. clavatum

A



-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-



B. russulum

A

-

-

-

-

-

-

-

-



-

-

-

-

-

-

B. sandei

A

-

-

-

-

-



-

-

-

-

-

-

-

-

-

Pohlia flexuosa

A

-

-

-

-

-

-

-

-



-

-

-

-

-

-

Campylopodium khasianum

A

-

-

-

-

-

-

-

-





-

-

-






C. medium

A

-

-

-

-



-

-

-



-

-

-

-

-

Campylopus aureus

A

-

√ -

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

C. comosus

A



-

-

-

-



-

-

-

-

-

-

-

-

-

C. ericoides

A

-

√ -

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

C. umbellatus

A

-

-

-

-

-

-



-



-

-

-

-





Ceratodon purpureus

A

-

-

-

-

-

-



-



-

-

-

-

-

Dicranoloma assimile

A

-

√ -

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Ditrichum difficile

A

-

-

-

-

-

-

-

-





-

-

-

-

-

Garkea comosa

A



-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Trematodon conformis

A

-

-

-

-

-

-

-

-





-

-

-





T. longicollis

A



-

-

-

-



-

-





-

-

-



-

Fissidens braunii

A



-

-

-



-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

F. intromarginatulus

A

-

√ -

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

F. papillosus

A



-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Funariaceae

Funaria hygrometrica

A

-

-

-

-

-



-

-





-

-

-

-

-

Hypnaceae

Isopterygium bancanum

P

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-



I. minutirameum

P



√ -

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Leucobryaceae

Leucobryum aduncum

A

-

-



-

-

-

-



-

-

-

-

-

-

-

L. bowringii

A

-

-



-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Polytrichaceae

Pogonatum microphyllum

A



-

-

-

-

-

-

-





-

-

-

-

-

P. neesii

A

-

-

-

-



-

-

-

-



-

-

-

-

-

Barbula arcuata

A

-

-

-

-

-

-

-

-



-

-

-

-

-

-

B. calodictyon

A

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-



B. pseudo-ehrenbergii

A

-

-

-

-

-

-

-

-

-



-

-

-

-



Hyophila javanica

A



-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Scopelophila ligulata

A

-

-

-

-

-

-

-

-





-

-

-

-

-

Pyrrhobryum medium

A

-

√ -

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Thuidium plumulosum

P

-

-

-

-



-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Fissidentaceae

Pottiaceae

Rhizogoniaceae
Thuidiaceae

6
12

Tabel 2 Perbandingan komposisi jenis lumut antarlokasi
Lokasi
Total Jenis
Pronojiwo
Pronojiwo
Kinahrejo

vs
vs
vs

Gandok
Kinahrejo
Gandok

Jenis yang sama (%)

44
33
28

18
15
32

Persentase Sampel (%)

35,0
30,0
25,0
20,0
15,0

Total
Pronojiwo
Gandok
Kinahrejo

10,0
5,0
0,0
pohon

kayu
lapuk

batu

pasir

tanah

Tipe Substrat
Gambar 3 Persebaran lumut sejati berdasarkan tipe substrat
Jenis Dominan
Lumut sejati dengan indeks nilai penting
terbesar (45,52%) adalah Trematodon
conformis (Tabel 3). Sedangkan lumut sejati
yang memiliki indeks nilai penting terbesar
kedua dan ketiga adalah Brachymenium
bryoides
(33,02%)
dan
Trematodon
longicollis (32,74%) (Tabel 3). Lumut sejati
lainnya memiliki INP kurang dari 13% (Tabel
3). Trematodon conformis merupakan lumut
sejati dominan yang ditemukan di TNGM 16
bulan pasca erupsi 2010. Lumut T. conformis
memiliki jumlah penutupan relatif 28,13%,
lebih luas dari pada jenis yang lain. Selain itu
frekuensi kehadiran T. conformis lebih dari
50%. Jenis lumut ini tumbuh di kawasan
tropik dan subtropik. Selain itu lumut ini juga
dapat tumbuh dengan baik pada kawasan yang
mendapat gangguan seperti pinggir jalan
(Eddy 1988). Lumut T. conformis mempunyai
seta panjang (2-3 cm) yang dapat membantu
untuk memperluas penyebaran spora.
Lumut berkembang biak dengan spora.
Bentuk dan ukuran spora lumut berbeda-beda
bergantung pada jenis lumut. Dari hasil
pengamatan spora lumut sejati di Gandok
didapatkan ukuran spora berbeda-beda. Lumut
sejati yang memiliki INP lebih terbesar
cenderung memiliki ukuran spora yang lebih
besar (12,5-22,5 µm). Namun demikian,
Scopelophila ligulata yang memiliki ukuran

spora 17,5-20 µm (lebih besar dari
kebanyakan spora lumut lainnya) ternyata
memiliki INP kecil (6,69%). Spora T.
longicollis memiliki ukuran terbesar pada
penelitian ini yaitu 17,5-22,5 µm. Lumut
sejati yang memiliki ukuran spora lebih besar
dibanding jenis lainnya adalah T. conformis
(12,5-17,5 µm), dan B. bryoides (12,5-15 µm).
Lumut sejati yang memiliki ukuran spora
terkecil pada penelitian ini adalah Funaria
hygrometrica (5-10 µm) (Gambar4, Tabel 4).
Ukuran spora yang didapat kebanyakan
kurang dari 20 µm. Ukuran spora ≤ 20 µm
termasuk golongan spora berukuran kecil
yang memiliki tipe strategi hidup fugitive dan
kolonis (perintis). Tipe fugitive dan kolonis
memiliki rentang hidup yang singkat,
memiliki ciri-ciri spora berukuran kecil,
banyak, persisten, dan dapat bertahan lama
(During 1979). Tipe fugitive dan kolonis
memiliki arti yang sama, yaitu strategi hidup
pada habitat yang berfluktuasi dan kondisi
lingkungan yang tidak dapat diprediksi,
misalnya habitat yang sering mengalami
gangguan bencana alam (During 1979). Jenis
yang memiliki karakter seperti ini biasanya
hidup sebagai perintis dan muncul pada awal
suksesi terutama suksesi sekunder. Salah satu
contoh lumut sejati yang memiliki tipe
strategi hidup fugitive maupun kolonis adalah
Funaria hygrometrica (During 1979; Miller
1959).

12
7

Tabel 3Indeks Nilai Penting (INP) (%) jenis-jenis lumut sejati di Gandok
No

Nama Jenis

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Barbula arcuata
Barbula pseudo-ehrenbergii
Brachymenium bryoides
Brachymenium exile
Campylopodium khasianum
Campylopus comosus
Campylopus umbellatus
Ceratodon purpureus
Funaria hygrometrica
Philonotis bartramioides
Philonotis calomicra
Philonotis sp.
Philonotis turneriana
Pogonatum neesii
Scopelophila ligulata
Trematodon conformis
Trematodon longicollis
Total

Total
Penutupan
n=15 (%)
10
30
100
40
20
10
25
15
15
5
10
5
15
5
15
180
140
640

Penutupan
Relatif (%)
1,56
4,69
15,63
6,25
3,13
1,56
3,91
2,34
2,34
0,78
1,56
0,78
2,34
0,78
2,34
28,13
21,88
100

Frekuensi
kehadiran
n=15 (%)
13,33
6,67
53,33
20,00
20,00
6,67
13,33
13,33
20,00
6,67
6,67
6,67
13,33
6,67
13,33
53,33
33,33
306,66

Frekuensi
Relatif
(%)
4,35
2,18
17,39
6,52
6,52
2,18
4,35
4,35
6,52
2,18
2,18
2,18
4,35
2,18
4,35
17,39
10,87
100

INP
(%)
5,91
6,86
33,02
12,77
9,65
3,74
8,25
6,69
8,87
2,96
3,74
2,96
6,69
2,96
6,69
45,52
32,74
200

Tabel 4 Ukuran spora lumut sejati
Nama Jenis
Brachymenium bryoides
Brachymenium coarcatum
Brachymenium exile

Gambar 4 Bentuk spora lumut sejati
A.
Trematodon
longicollis,
B.
Brachymenium
bryoides,
C. Funaria hygrometrica, dan
D.
Scopelophila
ligulata
(Perbesaran 400x).
Kunci Identifikasi
Jenis-jenis lumut sejati dapat dikenali
berdasarkan ciri-ciri gametofit dan sporofit
yang diperoleh seperti susunan daun, bentuk
tepi daun, sayatan melintang daun, serta
bentuk peristom (Lampiran 1). Jenis-jenis
yang ditemukan pada penelitian ini dapat
dikenali menggunakan kunci identifikasi
dibawah ini. Daftar istilah botani yang
digunakan dalam kunci identifikasi tersebut
disajikan dalam glosarium yang tersaji pada
lampiran 2.

Ukuran Spora(µm)
12,5 15,0
7,5

-

12,5

10,0

-

15,0

Bryum sandei

7,5

-

10,0

Ceratodon purpureus

7,5

-

16,0

Funaria hygrometrica

5,0

-

10,0

Philonotis turneriana

10,0

-

12,5

Trematodon conformis

12,5

-

17,5

Trematodon longicollis

17,5

-

22,5

Scopelophila ligulata

17,5

-

20,0

Philonotis (Bartramiaceae). Lumut sejati
akrokarp, ukuran bervariasi, daun berbentuk
seperti tombak dan ujung daun bergigi, tepi
menggulung atau rata. Ciri yang mudah
diamati dari marga ini adalah kapsulnya yang
berbentuk seperti buah pir atau seperti bola.
Jenis
yang
ditemukan
adalah
P.
bartramioides, P. calomicra, P. hastata,
Philonotis sp., dan P. turneriana.
Philonotis bartramioides dan P.
calomicra memiliki kapsul tegak dan simetris.
Philonotis bartramioides ketika matang
kapsul berwarna coklat terang dan peristom
fugaceous (mudah lepas), sedangkan
P.
calomicra ketika matang kapsul berwarna
gelap coklat kemerahan dan peristom
persisten. Philonotis hastata, Philonotis sp.,

8
12

dan P. turneriana memiliki kapsul miring dan
asimetris. Philonotis hastata memiliki daun
yang kecil dengan ujung daun yang bulat dan
tulang daun perkuren. Philonotis sp. Memiliki
sel lamina yang mengecil pada bagian bawah
dan biasanya rata. Philonotis turneriana
memiliki bentuk ujung daun yang meruncing
dengan tulang daun ekskuren yang panjang.
Eurhynchium (Brachytheciaceae). Lumut
sejati pleurokarp, percabangan tidak teratur,
ujung daun runcing, bertulang daun satu,
terkadang berakhir ditengah daun, bentuk sel
linear, sel pada bagian pangkal daun terlihat
lebih membesar. Jenis yang ditemukan adalah
E. asperisetum yang memiliki bentuk ujung
daun meruncingdan seta kasar.
Pohlia
(Bryaceae).
Lumut
sejati
berbentuk akrokarp berukuran kecil, berwarna
kuning kehijauan. Jenis yang ditemukan
hanya satu yaitu P. flexuosa. Daun berbentuk
lanset. Ujung daun runcing, dan tepi daun
rata. Tulang daun ekskuren. Lumut P.
flexuosa memiliki propagul berfilamen pada
ketiak daun dan kapsul bulat telur-miring.
Brachymenium (Bryaceae). Lumut sejati
akrokarp berukuran kecil hingga sedang,
susunan daun spiral, sel helaian daun
berbentuk belah ketupat memanjang atau segi
enam. Kapsul tegak. Jenis yang ditemukan
adalah B. bryoides memiliki kapsul berukuran
kecil. Dua jenis lainnya adalah B. coarcatum
yang memiliki kapsul panjang dan B. exile
yang memiliki kapsul pendek.
Bryum (Bryaceae).
Lumut
sejati
akrokarp. Batang tegak, rizoid dengan atau
tanpa vegetatif propagul. Daun berbentuk
bulat telur ke lanset, biasanya memiliki
pinggiran daun. Sel helaian daun heksagonalmemanjang hingga belah ketupat. Seta tegak
dengan kapsul melengkung atau horizontal.
Jenis yang ditemukan adalah B. billardieri
yang memiliki ujung daun berbentuk runcing
dan tepi daun bergigi kasar. Bryum clavatum
dan B. sandei memiliki tuber pada rizoid.
Bryum clavatum berdinding tipis sedangkan,
B. sandei berdinding tebal. Bryum russulum
memiliki batang daun dengan micronemata.
Bryum chrysobasilare memiliki tepi daun rata
dan rizoid yang berwarna kemerahan.
Campylopus (Dicranaceae). Lumut sejati
akrokarp
memiliki
rizoid
berwarna
kemerahan.
Tulang daun perkuren atau
ekskuren. Sel helaian daun berbentuk belah
ketupat hingga persegi dan biasanya
berdinding tebal. Beberapa jenis ada yang
memiliki sel alar. Seta terpuntir seperti leher
angsa, kapsul bulat telur. Campylopus yang
ditemukan ada empat jenis, yaitu C. aureus

memiliki bentuk daun lanset. Campylopus
comosus memiliki sel lamina berbentuk
persegi panjang yang memendek dengan
dinding tebal. Campylopus ericoides memiliki
sel alar yang membesar dan berwarna
kemerahan. Campylopus umbellatus memiliki
rizoid pada basal daun. Selain itu, marga
Campylopus dapat dibedakan dari sayatan
melintang daun untuk melihat letak stereid
dan hialosis yang berada di atas atau di antara
sel penjaga.
Campylopodium (Dicranaceae). Lumut
sejati akrokarp yang memiliki ciri sporofitnya
melengkung seperti leher angsa. Marga ini ada
2 jenis yaitu C. khasianum yang panjang
tanamannya berukuran kurang dari 5 mm dan
C. medium yang panjang tanamannya
berukuran 5-15 mm.
Ceratodon (Dicranaceae). Lumut sejati
akrokarp. Jenis yang ditemukan adalah C.
purpureus. Daun membagi berbentuk segitiga
hingga lanset, sel daun berbentuk segiempat
dan berdinding tebal. Tepi daun menggulung
dan ujung daun bergigi tipis. Tulang daun
perkuren. Seta kaku dan keras, mengkilat,
berwarna merah kecoklatan. Kapsul sedikit
miring. Peristom bergigi dengan papil yang
halus.
Trematodon (Dicranaceae). Lumut sejati
akrokarp yang memiliki sel helaian daun
berbentuk persegi panjang dan ujung daun
yang berbentuk aristat. Tulang daun membagi
sama besar. Seta tegak tanpa papil. Kaliptra
kecil berbentuk kukulet dengan peristom
tunggal. Jenis yang dijumpai ada 2 yaitu T.
conformis yang memiliki panjang apofisis 11,5 dari kapsul dan T. longicollis yang
memiliki panjang apofisis 2-3 dari kapsul.
Ditrichum (Dicranaceae). Lumut sejati
akrokarp. Jenis yang ditemukan adalah D.
difficile. Sel-sel daun berbentuk persegi
panjang dan gigi-gigi peristom pada kapsul
tanpa sekat serta dinding peristomnya
berpapil.
Dicranoloma (Dicranaceae). Lumut
sejati akrokarp. Jenis yang ditemukan adalah
D. assimile. Ujung daun meruncing, memiliki
sel alar yang besar, tepi daun bergigi, dan
kapsul melengkung.
Garkea (Dicranaceae). Lumut sejati
akrokarp berbentuk seperti palem berwarna
hijau kekuningan. Jenis yang ditemukan
adalah G. comosa. Sel helaian daun berbentuk
memanjang dengan ujung daun yang runcing.
Kapsul tegak dan sesil (kapsul tidak keluar
dari daun perikatial).
Fissidens (Fissidentaceae). Lumut sejati
akrokarp dengan tinggi tanaman bervariasi

912

dari beberapa mm hingga beberapa cm.
Susunan daun dalam baris berpasangan
(distichous), ciri khas suku ini adalah daunnya
memiliki pelepah daun (vaginant lamina) dan
tulang daun yang jelas. Jenis yang ditemukan
adalah F. braunii, F. intromarginatulus, dan
F. papillosus. Fissidens braunii memiliki
tinggi kurang dari 7 mm, sel helaian daun
bermamil, dan ujung daun yang runcing.
Fissidens intromarginatulus memiliki sel
berpapil pada bagian tepi sebelah luar. Jenis
F. papillosus memiliki bentuk daun bagian
tepi atas membulat-beringgit kecil dengan sel
berbentuk cembung yang kokoh.
Funaria (Funariaceae). Lumut sejati
akrokarp, berukuran kecil hingga sedang.
Susunan daun spiral, terkadang memiliki batas
tepi daun. Sel helaian daun berbentuk jajaran
genjang atau persegi, berdinding tipis, dan
tepi daun rata. Jenis yang ditemukan adalah F.
hygrometrica. Jenis ini bisa dibedakan dari
seta yang panjang, melengkung pada bagian
ujungnya, kapsul asimetri, mulut kapsul besar,
dan gigi peristom yang miring.
Isopterygium (Hypnaceae). Lumut sejati
pleurokarp dengan daun terlihat mengkilap,
cabang merayap dengan percabangan
menyirip beraturan. Bentuk daun bulat telur,
ujung daun runcing, biasanya daun terlihat
mengarah pada satu sisi (falcate). Tulang daun
pendek, satu atau ganda, bentuk sel linear, selsel daun dengan sedikit berpapil, sel alar tidak
terlalu terdiferensiasi. Jenis yang ditemukan
adalah I. bancanum dan I. Minutirameum.
Isopterygium bancanum berwarna kuning
kehijauan dan cabang daun bergerigi kecil.
Isopterygium minutirameum memiliki cabang
daun yang kecil dan simetris.
Leucobryum (Leucobryaceae). Lumut
sejati akrokarp mudah dikenali karena
warnanya yang keputihan, sehingga sering
disebut lumut putih. Ukuran beragam dari
kecil hingga besar (lebih dari 3 cm). Daun
tersusun spiral yang terlihat longgar. Bentuk
daun linear hingga lanset dan ujungnya
meruncing,
sayatan
melintang
daun
memperlihatkan struktur leukosis yang
bertumpuk (2-4 baris) dan klorosis dalam satu
baris. Jenis yang ditemukan adalah L.
aduncum berukuran kecil sampai sedang
dengan ukuran panjang 4 cm dan daun
berukuran 2-4 mm. Leucobryum bowringii
berukuran sedang dengan ukuran panjang
daun kurang dari 8 mm.
Pogonatum (Polytricaceae). Lumut sejati
akrokarp, berukuran besar, susunan daun
spiral, daun linear dengan tulang daun yang
lebar hingga ¾ lebar daun, memiliki lamela

pada bagian permukaan daun adaksial, tepi
daun bergerigi. Kapsul memiliki struktur
kaliptra berambut (fibrose), dan mulut kapsul
memiliki epigram. Jenis yang ditemukan
adalah P. microphyllum dan P. neesii. Pada
sayatan melintang P. microphyllum terdapat
struktur lamela yang rapat dan ujungnya
bercabang, sedangkan pada P. neesii terdapat
struktur lamela yang rapat dan ujungnya
tegak.
Barbula (Pottiaceae). Lumut sejati
akrokarp berwarna hijau. Bentuk daun
bervariasi tapi biasanya berbentuk seperti
lidah hingga lanset, rata dan jarang yang
memiliki pinggiran daun. Tulang daun
kadang-kadang ekskuren. Sel helaian daun
bagian atas berbentuk segiempat biasaya
berpapil, sedangkan sel bagian basal
berbentuk persegi panjang. Jenis yang
ditemukan adalah B. arcuata memiliki ujung
daun yang menyempit hampir subulate.
Barbula calodictyon memiliki sel helaian
daun berdinding tebal, licin, dan pellucid serta
berpapil pada bagian dalam sel. Barbula
pseudo-ehrenbergii berwarna kecoklatan,
memiliki sel helaian daun yang kokoh atau
berdinding tebal yang berdekatan dengan
papil.
Hyophila (Pottiaceae). Lumut sejati
akrokarp. Jenis yang ditemukan adalah H.
javanica. Daun berbentuk spatulat, tepi daun
rata. Tulang daun berwarna merah dan
perkuren. Sel helaian daun berbentuk
membulat, sedangkan sel helaian daun bagian
basal berbentuk persegi panjang. Ujung daun
runcing. Hyophila javanica memiliki kapsul
dengan apofisis 1/5-1/4 dari panjang urn.
Scopelophila (Pottiaceae). Lumut sejati
akrokarp berwarna hijau tua. Jenis yang
ditemukan adalah S. ligulata. Daun berbentuk
seperti lidah, ujung daun membulat, tepi daun
menggulung keluar. Sel helaian daun
berdinding tebal, sel helaian daun bagian atas
membulat-poligonal, sedangkan sel basal
bagian bawah memanjang dengan dinding
yang tipis.
Pyrrhobryum (Rhizogoniaceae). Lumut
sejati akrokarp. Berwarna hijau tua hingga
kecoklatan. Bentuk sel daun linear-lanset, ada
pinggiran daun yang jelas. Sel helaian daun
berbentuk isodiametrik dan rata. Seta panjang,
kapsul horizontal dengan apofisis yang jelas
dan penutupnya berbentuk kerucut. Jenis yang
ditemukan adalah P. medium yang bisa
dibedakan dari ukuran tanaman kurang dari
1,5 cm dan panjang daun kurang dari 3 mm.
Thuidium
(Thuidiaceae).
Lumut
pleurokarp, percabangan menyirip tidak

10
12
22

beraturan, Tanaman memipih. Batang
menjalar, menyirip rangkap 2 atau 3 dengan
parafilia. Daun tersusun spiral, daun
berbentuk segitiga, ujung daun meruncing
dengan tulang daun tunggal. Sel-sel membulat
dan berpapil. Kapsul biasanya merunduk atau
mendatar dan berparuh. Peristom ganda. Jenis
yang ditemukan adalah T. plumulosum
memiliki seta kasar dan batang regular
menyirip rangkap dua dengan parafilia yang
padat.
Kunci Identifikasi Jenis Lumut Sejati
1a. Lumut akrokarp……………………….2
1b. Lumut pleurokarp………………….....42
2a. Susunan daun distikus...…..3 (Fissidens)
2b. Susunan daun spiral……………………5
3a. Sel helaian daun berpluripapil….………
……………….......F. intromarginatulus
3b. Sel helaian daun bermamil …………..4
4a. Ujung daun runcing……………F. braunii
4b. Ujung daun tumpul……….F. papillosus
5a. Permukaan atas daun (adaksial) ada
lamela ……….………….6 (Pogonatum)
5b. Permukaan atas daun (adaksial) tanpa
lamela…………………………………7
6a. Sel pada ujung lamela sama dengan sel
dibawahnya dengan sel halus………..
………………………...P. microphyllum
6b. Sel di ujung lamela berlekuk dengan sel
berpapil…..………………….....P. neesii
7a. Daun warna keputihan……………….
………………………....8 (Leucobryum)
7b. Daun warna kehijauan………………...9
8a. Ujung daun bergerigi………L. aduncum
8b. Ujung daun rata……………L. bowringii
9a. Seta sangat pendek, kapsul tidak keluar
dari daun perikatial……Garkea comosa
9b. Seta panjang, kapsul keluar dari daun
perikatial…………...…………..……..10
10a. Seta terpuntir..………………...……...11
10b. Seta lurus.…………………………….16
11a. Sel alar ada……………12 (Campylopus)
11b. Sel alar tidak ada…15 (Campylopodium)
12a. Rizoid ada pada bagian dasar
daun………………………C.umbellatus
12b. Rizoid tidak ada pada bagian dasar
daun………...………………………...13
13a. Tulang daun perkuren…...……C.aureus
13b. Tulang daun ekskuren…..…………….14
14a. Sel alar tipis dan kurang jelas……...
……………………………...C. comosus

14b. Sel alar tebal dan terlihat jelas………
……...………………………C. ericoides
15a. Panjang tanaman 5-15 mm. sel lamina
memanjang…………………..C. medium
15b. Panjang tanaman kurang dari 5 mm, sel
lamina lebih pendek……...C. khasianum
16a. Propagul
filamen
di
ketiak
daun.................................Pohlia flexuosa
16b. Propagul bulat atau lonjong di rizoid dan
propagul tidak ada……………………17
17a. Kapsul dengan apofisis………………18
17b. Kapsul tanpa apofisis………………..30
18a. Apofisis berkerut atau berombak……19
18b. Apofisis licin atau rata………..……...26
19a. Kapsul tegak.............20 (Brachymenium)
19b. Kapsul melengkung atau horizontal…
……………………..………..22 (Bryum)
20a. Setapendek (1,2-1,5 mm)…..B. bryoides
20b. Setapanjang (13-22 mm)………….....21
21a. Kapsul memendek-bulat telur…B. exile
21b. Kapsul memanjang-bulat telur..............
……………………………B. coarcatum
22a. Rizoid ada tuber…………….………..23
22b. Rizoid tidak ada tuber ……….………24
23a. Tepi daun berdinding tipis 1 lapis…
……………………………...B. clavatum
23b. Tepi daun berdinding tebal 2 sampai 3
lapis...........................................B. sandei
24a. Batang daun ada micronemata...........
...............................................B. russulum
24b. Batang daun tanpa micronemata........
..............................................................25
25a. Tepi daun bergigi kasar.......B. billardieri
25b. Tepi daun rata...............B. chrysobasilare
26a. Apofisis
lebih
panjang
dari
urn…..………….……..27 (Trematodon)
26b. Apofisis lebih pendek dari urn……..
………………………………………..28
27a. Apofisis 2-3 kali lebih panjang dari
urn………………………T. longicollis
27b. Apofisis 1-1,5 kali lebih panjang dari
urn……………………..…..T. conformis
28a. Bentuk daun lanset...................................
..............................Pyrrhobryum medium
28b. Bentuk daun spatulat............................29
29a. Tepi daun menggulung keluar..................
...............................Scopelophila ligulata
29b. Tepi daun rata............Hyophila javanica
30a. Sel helaian daun berbentuk jajaran
genjang..................Funaria hygrometrica
30b. Sel helaian daun berbentuk persegi
panjang ................................................31
31a. Ujung daun berbentuk tumpul.……….
…………………………….32 (Barbula)

12
11

31b. Ujung daun berbentuk runcing atau
meruncing…………………………….34
32a. Dinding sel halus.....................B. arcuata
32b. Dinding sel kasar (berpapil atau
bermamil...............................................33
33a. Dinding sel berpluripapil..........................
...........................................B. calodictyon
33b. Dinding sel bermamil...........................
..............................B. pseudo-ehrenbergii
34a. Kapsul berbentuk bulat seperti buah pir
..........................................35 (Philonotis)
34b. Kapsul berbentuk bulat telur hingga
silindris.………………………………40
35a. Kapsul tegak dan simetris……………36
35b. Kapsul miring dan asimetris………….37
36a. Peristome fugaceous (mudah lepas).....
.......................................P. bartramioides
36b. Peristome persisten..............P. calomicra
37a. Tepi daun bergerigi…........Philonotis sp.
37b. Tepi daun bergigi.................................38
38a. Tepi daun bergigi tunggal.........................
............................................P. turneriana
38b. Tepi daun bergigi ganda.......................39
39a. Dinding sel berpapil.................P. hastata
39b. Dinding se