Inventarisasi keanekaragaman jenis tumbuhan di Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi

(1)

INVENTARISASI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN

DI KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI

JUNEF MURTRI SUSANTYO

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(2)

INVENTARISASI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN

DI KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI

JUNEF MURTRI SUSANTYO

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(3)

RINGKASAN

JUNEF MURTRI SUSANTYO (E34060994). Inventarisasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi. Dibimbing oleh SISWOYO dan ERVIZAL A.M. ZUHUD.

Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) merupakan kawasan pelestarian alam yang memiliki ekosistem asli berupa perpaduan ekosistem gunung berapi dengan hutan dataran tinggi seluas ± 6.410 ha. Interaksi yang terjalin antara masyarakat dengan taman nasional perlu dikembangkan untuk mendukung kelestarian taman nasional dan sepenuhnya membawa kesejahteraan bagi masyarakat setempat. Adanya taman nasional seharusnya dapat memberikan manfaat, tidak hanya untuk menjaga kelestarian sumberdaya alam, tetapi juga kesejahteraan bagi masyarakat setempat. Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini diperlukan dalam memberikan masukan kepada pihak pengelola taman nasional dan masyarakat dalam pengelolaan TNGM. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi umum areal, menginventarisasi dan menganalisis kekayaan dan tingkat keanekaragaman jenis tumbuhan dan mengidentifikasi kegunaan jenis-jenis tumbuhan ke dalam beberapa kelompok kegunaan di kawasan TNGM.

Penelitian dilakukan selama 3 bulan yaitu dari bulan Juni hingga Agustus 2010. Data yang digunakan berupa data sekunder meliputi kondisi umum lokasi dan data primer meliputi : jenis dan jumlah tingkat permudaan semai, pancang, habitus herba, semak, perdu, epifit, liana; jenis, jumlah dan diameter tingkat tiang dan pohon. Pengambilan data primer dilakukan dengan orientasi lapang, analisis vegetasi menggunakan metode garis berpetak dan pembuatan herbarium. Pengolahan data dilakukan dengan menghitung indeks nilai penting, indeks kekayaan jenis Margaleft, indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wienner dan pola penyebaran Morisita serta mengidentifikasi kegunaan jenis tumbuhan.

Total jenis tumbuhan yang ditemukan pada kawasan TNGM sebanyak 108 jenis dari 52 famili, dengan famili terbanyak yaitu Euphorbiaceae dan Fabaceae (7 jenis). Kekayaan dan keanekaragaman jenis tertinggi terdapat pada zona rimba di tipe ekosistem hutan pegunungan tengah dan yang terendah terdapat pada zona inti 1 tipe ekosistem hutan pegunungan atas. Pola penyebaran tumbuhan rata-rata cenderung mengelompok.

Jenis tumbuhan yang ditemukan dikelompokkan ke dalam 11 kelompok kegunaan. Kegunaan tumbuhan yang paling banyak dapat dimanfaatkan adalah untuk penghasil pangan yaitu sebanyak 32 jenis dari 24 famili. Saran yang perlu dilakukan dalam penelitian ini antara lain : rehabilitasi kawasan hutan TNGM yang rusak akibat erupsi perlu dilakukan dengan menanam jenis-jenis asli setempat pada zona rehabilitasi, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pasca erupsi mengenai inventarisasi tumbuhan dan pihak pengelola perlu melakukan kegiatan pelatihan, penyuluhan dan pendampingan kepada masyarakat terkait dalam memberikan pengetahuan tentang tumbuhan berguna di TNGM.

Kata Kunci : Taman Nasional Gunung Merapi, Keanekaragaman spesies tumbuhan


(4)

SUMMARY

JUNEF MURTRI SUSANTYO (E34060994). Inventory of Plant Species Diversity in Gunung Merapi National Park. Under supervision of SISWOYO and ERVIZAL A.M. ZUHUD.

Gunung Merapi National Park (TNGM) is a nature conservation area which has a native ecosystem in the form of blend with the forest ecosystem volcanic highland area of ± 6410 ha. The interaction that exists between communities and national park should be developed to support the preservation of national park and fully bring prosperity to the local community. The existence of national park should be able to provide benefits, not only to preserve natural resources, but also prosperity for local communities. In this regard, research is needed in providing inputs to the park managers and communities in the management TNGM. This study aimed to describe the general condition of the area, inventory and analyze the wealth and diversity of plant species and identify the medicinal uses of plants into different groups in the region TNGM usefulness.

The research was done in merapi mount national park in 3 (three) month from June to August 2010. It was used some equipment such as : compass Brunton, GPS, diameter measuring tool, trash bag and digital camera. The research was used a secondary data of research location general condition and primary data which are covering : various kind of species, amount and diameter of poles and tree stages; various kind of species and amount of herb, undershrub, shrub, epiphyte and liana habitus. The primary data were collected by field orientation, vegetation analyzing with nested line transect method and herbarium making. The data were analyzed to find out the importance value, index of species richness, index of species diversity, pattern of plants spread and the use of plant species.

Total plant species found in the region TNGM 108 species from 52 families, with most of the family Euphorbiaceae and Fabaceae (7 species). The highest species richness and diversity found in jungle zones in mountain forest ecosystem types and the lowest was found in the core zone of an upper mountain forest ecosystem types. The pattern of distribution plants on average tend to be clumped.

Plant species are found grouped into 11 groups of usability. Usefulness of the most widely plant can be utilized is for producing food that is as many as 32 species from 24 families. Advice needs to be done in this study include: rehabilitation of forest areas damaged by the eruption TNGM needs to be done by planting local native species in rehabilitation zone, further research needs to be done after the eruption of an inventory of plants and the manager needs to conduct training activities, counseling and assistance to the people involved in providing useful knowledge about plants in TNGM.


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Inventarisasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Taman Nasional Gunung Merapi adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2011

Junef Murtri Susantyo NRP E34060994


(6)

Judul Penelitian : Inventarisasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi

Nama Mahasiswa : Junef Murtri Susantyo

NRP : E34060994

Departemen : Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

Fakultas : Kehutanan

Menyetujui :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ir. Siswoyo, M.Si Prof. Dr. Ir. Ervizal A. M. Zuhud, MS NIP. 19650208 199203 1 003 NIP. 19590618 198503 1 003

Mengetahui,

Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, M.S. NIP. 19580915 1984030 1 003


(7)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, atas seizin-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan karya ilmiah yang berjudul “Inventarisasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi”. Skripsi ini merupakan syarat dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan dalam program studi Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Siswoyo, M.Si dan Bapak Prof. Dr. Ir. Ervizal A. M. Zuhud, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan dan arahannya. Penghargaan penulis sampaikan pula kepada seluruh staff Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) dan masyarakat sekitar Gunung Merapi yang telah membantu penulis di lapangan dalam memperoleh data untuk penyusunan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, pengelola TNGM dan masyarakat sekitar Gunung Merapi untuk pengelolaan kawasan konservasi. Penulis menyadari karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik akan penulis terima dengan tangan terbuka. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi pengelolaan lingkungan hidup kita dimasa yang akan datang.

Bogor, Februari 2011 Penulis


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 14 Juni 1988 dari pasangan Ayah Henry Murdiyanto dan Ibu Susiawati sebagai anak ketiga dari empat bersaudara. Pada tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Bogor dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur seleksi Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI). Penulis memilih Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan yakni menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA), anggota Kelompok Pemerhati Flora (KPF Raflessia) dan Pemerhati Fotografi Konservasi (FOKA), menjadi panitia Bina Corps Rimbawan 2008 dan panitia Gebyar Himakova 2008 dan kepanitiaan lainnya yang tidak dapat penulis tuliskan satu per satu.

Pada tahun 2008 penulis melaksanakan Praktek Pengelolaan Ekosistem Hutan (P2EH) di Baturraden dan Cilacap dan pada tahun 2009 penulis juga melaksanakan Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Gunung Walat Sukabumi, Cibadak dan KPH Cianjur. Pada tahun 2010 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Gunung Merapi

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Inventarisasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi di bawah bimbingan Ir. Siswoyo, MSi dan Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS.


(9)

UCAPAN TERIMAKASIH

Syukur Alhamdulillah dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas seizin-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini. Penulis sedikit banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu (Susiawati), Bapak (Henry Murdiyanto), Kakak (Ury Ristiyana R. & Vanki Murdwiningrum) dan Adik (Katania Rosela P.) serta seluruh keluarga atas segala doa, dukungan dan kasih sayangnya.

2. Bapak Ir. Siswoyo, MSi dan Bapak Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

3. Bapak Ir. Muhdin, M.ScF.Trop selaku penguji Departemen Manajemen Hutan, Ibu Dr. Lina Karlinasari, S.Hut, M.Sc selaku penguji Departemen Hasil Hutan dan Bapak Dr. Ir. Basuki Wasis, MS selaku penguji Departemen Silvikultur.

4. Seluruh staf pengajar dan Karyawan/wati di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, yang telah memberi bekal ilmu kepada penulis.

5. Seluruh staff, pegawai dan masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Merapi yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu banyak dalam pengumpulan data.

6. Arga Pandiwijaya dan Alvian Febri Anggana teman seperjuangan penelitian di Taman Nasional Gunung Merapi.

7. Om Nono dan keluarga di Klaten atas tumpangan menginap serta keramahtamahannya selama penulis melakukan penelitian.

8. Syafitri dan keluarga atas pinjaman Motor AB 3583 QU yang telah menemani memutari Gunung Merapi

9. Keluarga KSHE 43 Cendrawasih atas kebersamannya selama ini hingga akhir nanti.


(10)

11.Wisma lestari crew : Aga, Ferry, Oby, James dan Marlo atas tumpangan kostannya.

12.Teman-teman Fakultas Kehutanan MNH, THH dan SVK yang telah bersama-sama menuntut ilmu di dunia Kehutanan.

13.Dan semua mahluk ciptaan-Nya, namun maaf tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, tetapi nama kalian akan selalu tertulis di hati.

Bogor, Februari 2011 Penulis


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN………. ... xv

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Manfaat Penelitian ... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1Keanekaragaman Sumberdaya Alam Hayati Indonesia... 3

2.2Potensi Tumbuhan di Indonesia ... 3

2.3 Keanekaragaman Hayati ... 8

2.4 Pola Penyebaran Tumbuhan ... 8

BAB III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu ... 9

3.2 Alat dan Bahan ... 9

3.3 Metode Penelitian ... 10

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Letak dan Luas Kawasan ... 18

4.2 Topografi ... 22

4.3 Iklim dan Hidrologi ... 24

4.4 Geologi dan Tanah ... 24

4.5 Kondisi Flora dan Fauna ... 25

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keanekaragaman Hayati Tumbuhan... 28

5.1.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 28

5.1.2 Kekayaan Jenis Tumbuhan ... 31

5.1.3 Indeks Kekayaan Jenis Tumbuhan ... 36


(12)

5.1.5 Dominasi Tumbuhan ... 41

5.1.6 Kerapatan Tumbuhan ... 45

5.1.7 Pola Sebaran Tumbuhan ... 48

5.2 Kelompok Kegunaan Jenis-jenis tumbuhan di Kawasan TNGM 51

5.2.1 Tumbuhan Obat ... 52

5.2.2 Tumbuhan Hias ... 55

5.2.3 Tumbuhan Penghasil Pangan ... 56

5.2.4 Tumbuhan Pakan Ternak ... 57

5.2.5 Tumbuhan Aromatik dan Penghasil Minyak Atsiri ... 58

5.2.6 Tumbuhan Bahan Pewarna dan Tanin ... 58

5.2.7 Tumbuhan Penghasil Bahan Bangunan ... 59

5.2.8 Tumbuhan Ritual Adat & Keagamaan ... 61

5.2.9 Tumbuhan Penghasil Bahan Tali, Anyaman & Kerajinan .. 61

5.2.10 Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar ... 61

5.2.11 Tumbuhan Kegunaan Lainnya... 62

5.3 Jenis-jenis Tumbuhan Berguna Lainnya... 63

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 67

6.2 Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68


(13)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Lokasi pengumpulan data primer... 11

2. Klasifikasi kelompok kegunaan tumbuhan ... 13

3. Potensi jenis tumbuhan di kawasan TNGM ... 26

4. Daftar jenis burung yang terdapat di kawasan TNGM ... 26

5. Daftar jenis mamalia yang terdapat di kawasan TNGM ... 27

6. Daftar jenis herpetofuna di kawasan TNGM ... 27

7. Kekayaan jenis tumbuhan di kawasan TNGM ... 31

8. Kekayaan jenis tumbuhan berdasarkan famili di kawasan TNGM ... 32

9. Kekayaan jenis tumbuhan berdasarkan habitus di kawasan TNGM ... 34

10. Kekayaan jenis tumbuhan berdasarkan tingkat pertumbuhan di kawasan TNGM ... 35

11. Indeks kekayaan jenis tumbuhan berhabitus pohon pada tiap tingkat pertumbuhan di kawasan TNGM ... 37

12. Indeks kekayaan jenis tumbuhan bawah pada tiap habitus di kawasan TNGM ... 37

13. Indeks kekayaan jenis tumbuhan epifit dan liana di kawasan TNGM .... 38

14. Indeks keanekaragaman jenis tumbuhan berhabitus pohon di kawasan TNGM ... 39

15. Indeks keanekaragaman jenis tumbuhan bawah pada tiap tingkat pertumbuhan di kawasan TNGM ... 40

16. Indeks keanekaragaman jenis epifit dan liana di kawasan TNGM ... 41

17. Daftar jenis tumbuhan yang memiliki Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi pada berbagai tingkat pertumbuhan pohon di kawasan TNGM 42 18. Daftar jenis tumbuhan bawah yang memiliki INP tertinggi di kawasan TNGM ... 44

19. Daftar jenis epifit dan liana yang memiliki INP tertinggi di kawasan TNGM ... 45

20. Kerapatan total jenis tumbuhan berbagai tingkat pertumbuhan pohon di kawasan TNGM ... 46

21. Kerapatan total jenis tumbuhan bawah di kawasan TNGM ... 47

22. Kerapatan total jenis epifit dan liana di kawasan TNGM ... 48

23. Pola penyebaran tumbuhan berhabitus pohon pada berbagai tingkat pertumbuhan di kawasan TNGM ... 49 24. Pola penyebaran berbagai habitus tumbuhan bawah di kawasan TNGM 50


(14)

25. Pola penyebaran tumbuhan epifit dan liana di kawasan TNGM ... 51

26. Kelompok kegunaan jenis-jenis tumbuhan di kawasan TNGM ... 52

27. Daftar Jenis tumbuhan obat yang terdapat di kawasan TNGM ... 53

28. Daftar jenis tumbuhan hias yang terdapat di kawasan TNGM ... 55

29. Daftar jenis tumbuhan pangan yang terdapat di kawasan TNGM ... 56

30. Daftar jenis tumbuhan pakan ternak yang terdapat di kawasan TNGM . 57 31. Daftar jenis tumbuhan aromatik dan penghasil minyak atsiri yang terdapat di kawasan TNGM ... 58

32. Daftar jenis tumbuhan penghasil bahan pewarna dan tanin yang terdapat di kawasan TNGM ... 59

33. Daftar jenis tumbuhan penghasil bahan bangunan yang terdapat di kawasan TNGM ... 60

34. Daftar jenis tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan yang terdapat di kawasan TNGM ... 61

35. Daftar jenis tumbuhan penghasil kayu bakar yang terdapat di kawasan TNGM ... 62

36. Daftar jenis tumbuhan kegunaan lainnya yang terdapat di kawasan TNGM ... 63

37. Daftar jenis tumbuhan berguna lainnya yang terdapat di kawasan TNGM ... 63


(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Pola penyebaran individu suatu populasi 8

2. Peta lokasi penelitian TNGM ... 9

3. Skema penempatan transek dan petak-petak pengukuran pada analisis vegetasi dengan metode garis berpetak ... 12

4. Kawasan zona pemanfaatan wisata alam telogo muncar ... 28

5. Kawasan zona rimba ... 29

6. Kawasan zona inti 2 bukit pelawangan ... 30

7. Kawasan zona inti 1 (kiri) dan manisrejo (kanan). ... 30

8. Grafik kekayaan jenis tumbuhan di kawasan TNGM ... 31

9. Grafik kekayaan jenis tumbuhan berdasarkan famili ... 33

10. Grafik kekayaan jenis tumbuhan berdasarkan habitusnya pada kawasan TNGM ... 34

11. Kina (Cinchona pubeschens) ... 54

12. Bunga Edelweiss (Anaphalis javanica) ... 55

13. Rumput Kulonjono (Pennisetum purpureum) ... 58

14. Akasia Deguren (Acacia decurens) ... 59

15. Dadap Pri (Erythrina luthosperma) ... 60

16. Akasia Deguren (Acacia decurens) sebagai penghasil kayu bakar ... 62

17. Aggrek Pandan (Vanda tricolor) dan Parijoto (Medinella speciosa) ... 64

18. Salak, tanaman pangan khas desa Ngablak, Magelang ... 64

19. Pohon Tesek (Dodonaea viscosa Jacq.) ... 65

20. Bambu Ampel, Bambu Apus, Bambu Legi, Bambu Pagar, Bambu Betung ... 65

21. Anggrek (Lycopodium cernuum), Kropok (Selliguea feei) dan pakis dedak (Pteridium aquilinum Kuhn.) ... 66


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian (Taman Nasional Gunung Merapi) ... 72 2. Daftar nama spesies tumbuhan yang ditemukan di TNGM ... 73 3. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat semai pada zona pemanfaatan

tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ... 77 4. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pancang pada zona

pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ... 77 5. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat tiang pada zona pemanfaatan

tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ... 77 6. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pohon pada zona

pemanfaatan tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ... 78 7. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat herba pada zona pemanfaatan

tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ... 78 8. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat perdu pada zona pemanfaatan

tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ... 78 9. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat epifit pada zona pemanfaatan

tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ... 79 10. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat liana pada zona pemanfaatan

tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ... 79 11. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat semai pada zona rimba tipe

ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM... 79 12. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pancang pada zona rimba tipe

ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM... 79 13. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat tiang pada zona rimba tipe

ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM... 80 14. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pohon pada zona rimba tipe

ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM... 80 15. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat herba pada zona rimba tipe

ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM... 81 16. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat perdu pada zona rimba tipe

ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM... 81 17. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat epifit pada zona rimba tipe

ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM... 81 18. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat liana pada zona rimba tipe

ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM... 82 19. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat semai pada zona rimba tipe


(17)

20. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pancang pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM ... 82 21. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat tiang pada zona rimba tipe

ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM ... 83 22. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pohon pada zona rimba tipe

ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM ... 83 23. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat herba pada zona rimba tipe

ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM ... 84 24. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat perdu pada zona rimba tipe

ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM ... 84 25. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat liana pada zona rimba tipe

ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM ... 85 26. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat semai pada zona rimba tipe

ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ... 85 27. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pancang pada zona rimba tipe

ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ... 85 28. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat tiang pada zona rimba tipe

ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ... 85 29. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pohon pada zona rimba tipe

ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ... 85 30. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat herba pada zona rimba tipe

ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ... 86 31. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat semak pada zona rimba tipe

ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ... 86 32. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat perdu pada zona rimba tipe

ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ... 86 33. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat liana pada zona rimba tipe

ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ... 86 34. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat semai pada zona inti 2 tipe

ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM... 87 35. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pancang pada zona inti 2 tipe

ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM... 87 36. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat tiang pada zona inti 2 tipe

ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM... 87 37. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pohon pada zona inti 2 tipe

ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM... 88 38. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat herba pada zona inti 2 tipe

ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM... 88 39. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat perdu pada zona inti 2 tipe


(18)

40. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat liana pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM... 89 41. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat semai pada zona inti 1 tipe

ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ... 89 42. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat pancang pada zona inti 1 tipe

ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ... 89 43. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat herba pada zona inti 1 tipe

ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ... 89 44. Daftar indeks nilai penting (INP) tingkat perdu pada zona inti 1 tipe

ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ... 89 45. Pola penyebaran tumbuhan tingkat semai pada zona pemanfaatan tipe

ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ... 90 46. Pola penyebaran tumbuhan tingkat pancang pada zona pemanfaatan

tipe ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ... 90 47. Pola penyebaran tumbuhan tingkat tiang pada zona pemanfaatan tipe

ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ... 90 48. Pola penyebaran tumbuhan tingkat pohon pada zona pemanfaatan tipe

ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ... 90 49. Pola penyebaran tumbuhan tingkat herba pada zona pemanfaatan tipe

ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ... 91 50. Pola penyebaran tumbuhan tingkat perdu pada zona pemanfaatan tipe

ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ... 91 51. Pola penyebaran tumbuhan tingkat epifit pada zona pemanfaatan tipe

ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ... 91 52. Pola penyebaran tumbuhan tingkat liana pada zona pemanfaatan tipe

ekosistem hutan dataran rendah, TNGM ... 91 53. Pola penyebaran tumbuhan tingkat semai pada zona rimba tipe

ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM... 91 54. Pola penyebaran tumbuhan tingkat pancang pada zona rimba tipe

ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM... 91 55. Pola penyebaran tumbuhan tingkat tiang pada zona rimba tipe

ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM... 92 56. Pola penyebaran tumbuhan tingkat pohon pada zona rimba tipe

ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM... 92 57. Pola penyebaran tumbuhan tingkat herba pada zona rimba tipe

ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM... 92 58. Pola penyebaran tumbuhan tingkat perdu pada zona rimba tipe

ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM... 93 59. Pola penyebaran tumbuhan tingkat epifit pada zona rimba tipe


(19)

60. Pola penyebaran tumbuhan tingkat liana pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM... 93 61. Pola penyebaran tumbuhan tingkat semai pada zona rimba tipe

ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM ... 93 62. Pola penyebaran tumbuhan tingkat pancang pada zona rimba tipe

ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM ... 93 63. Pola penyebaran tumbuhan tingkat tiang pada zona rimba tipe

ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM ... 94 64. Pola penyebaran tumbuhan tingkat pohon rimba pada zona tipe

ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM ... 94 65. Pola penyebaran tumbuhan tingkat herba pada zona rimba tipe

ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM ... 95 66. Pola penyebaran tumbuhan tingkat perdu pada zona rimba tipe

ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM ... 95 67. Pola penyebaran tumbuhan tingkat liana pada zona rimba tipe

ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM ... 95 68. Pola penyebaran tumbuhan tingkat semai pada zona rimba tipe

ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ... 95 69. Pola penyebaran tumbuhan tingkat pancang pada zona rimba tipe

ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ... 95 70. Pola penyebaran tumbuhan tingkat tiang pada zona rimba tipe

ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ... 95 71. Pola penyebaran tumbuhan tingkat pohon pada zona rimba tipe

ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ... 96 72. Pola penyebaran tumbuhan tingkat herba pada zona rimba tipe

ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ... 96 73. Pola penyebaran tumbuhan tingkat semak pada zona rimba tipe

ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ... 96 74. Pola penyebaran tumbuhan tingkat perdu pada zona rimba tipe

ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ... 96 75. Pola penyebaran tumbuhan tingkat liana pada zona rimba tipe

ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ... 96 76. Pola penyebaran tumbuhan tingkat semai pada zona inti 2 tipe

ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM... 96 77. Pola penyebaran tumbuhan tingkat pancang pada zona inti 2 tipe

ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM... 97 78. Pola penyebaran tumbuhan tingkat tiang pada zona inti 2 tipe

ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM... 97 79. Pola penyebaran tumbuhan tingkat pohon pada zona inti 2 tipe


(20)

80. Pola penyebaran tumbuhan tingkat herba pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM... 97 81. Pola penyebaran tumbuhan tingkat perdu pada zona inti 2 tipe

ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM... 98 82. Pola penyebaran tumbuhan tingkat liana pada zona inti 2 tipe

ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM... 98 83. Pola penyebaran tumbuhan tingkat semai pada zona inti 1 tipe

ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ... 98 84. Pola penyebaran tumbuhan tingkat pancang pada zona inti 1 tipe

ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM ... 98 85. Pola penyebaran tumbuhan tingkat herba pada zona inti 1 tipe

ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM... 98 86. Pola penyebaran tumbuhan tingkat perdu pada zona inti 1 tipe

ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM... 98 87. Daftar nama spesies tumbuhan hasil inventarisasi tumbuhan di SPTN


(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) merupakan kawasan pelestarian alam yang memiliki ekosistem asli berupa perpaduan ekosistem gunung berapi dengan hutan dataran tinggi dan pegunungan yang dikelola dengan sistem zonasi dan dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Penunjukan Kawasan Hutan Gunung Merapi sebagai Taman Nasional Gunung Merapi sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 pada tanggal 4 Mei 2004 tentang perubahan Fungsi Kawasan Hutan Lindung, Cagar Alam dan Taman Wisata Alam pada kelompok Hutan Gunung Merapi seluas ± 6.410 ha, yang terletak di Kabupaten Magelang, Boyolali dan Klaten Provinsi Jawa Tengah serta Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Keseluruhan kawasan ini sangat penting bagi masyarakat dan wilayah sekitarnya karena berfungsi sebagai penyangga kehidupan dalam satuan ekosistem sumberdaya alam dan bertindak sebagai daerah tangkapan air. Oleh karena itu kawasan ini memiliki nilai strategis yang sangat penting dalam upaya mewujudkan implementasi pilar-pilar konservasi. Penegakan konservasi di TNGM mengikuti paradigma pengelolaan baru yaitu participatory approach dan

community based management sehingga diperlukan pendekatan partisipatif dengan masyarakat setempat agar kepentingan masyarakat yang telah berjalan selama ini dapat selaras dengan kepentingan konservasi taman nasional.

Dengan ditetapkannya kawasan Gunung Merapi menjadi taman nasional akan ada perhatian dari pemerintah daerah untuk menjaga kelestarian alam yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kehidupan mayarakat sekitar. Tetapi dalam kenyataannya, penetapan TNGM ini mengundang banyak penolakan dari masyarakat yang tinggal di sekitar Gunung Merapi, karena dengan penetapan tersebut masyarakat tidak bisa leluasa memanfaatkan hutan di kawasan Gunung Merapi untuk pemenuhan kebutuhan mereka.


(22)

Interaksi yang terjalin antara masyarakat dengan taman nasional perlu dikembangkan untuk mendukung kelestarian taman nasional dan sepenuhnya membawa kesejahteraan bagi masyarakat setempat. Adanya taman nasional seharusnya dapat memberikan manfaat, tidak hanya untuk menjaga kelestarian sumberdaya alam, tetapi juga kesejahteraan bagi masyarakat setempat. Hal lainnya yang perlu diperhatikan adalah keunikan Gunung Merapi sebagai gunung berapi yang masih aktif sehingga tumbuh-tumbuhan yang terdapat disana memiliki keunikan tersendiri karena dapat beradaptasi dengan ekosistem yang bervulkanik.

Untuk mendukung hal yang disebutkan di atas perlu pengumpulan data potensi tumbuhan di TNGM. Potensi tumbuhan yang terdapat di kawasan TNGM dilakukan melalui kegiatan inventarisasi keanekaragaman jenis tumbuhan. Sehingga diharapkan data potensi jenis-jenis tumbuhan beserta manfaatnya dapat diketahui dan upaya konservasi dapat terus berjalan dan lebih baik lagi.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Menginventarisasi, mengidentifikasi dan menganalisis keanekaragaman jenis-jenis tumbuhan pada kawasan TNGM.

2. Mengidentifikasi kegunaan jenis-jenis tumbuhan ke dalam beberapa kelompok kegunaan.

1.3 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi dan data dasar untuk bahan masukan bagi pihak pengelola dan masyarakat dalam pengelolaan TNGM dalam upaya pelestarian, pemanfaatan, dan pengembangan keanekaragaman jenis tumbuhan di wilayah tersebut.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keanekaragaman Sumberdaya Alam Hayati Indonesia

Sumberdaya hayati Indonesia, baik yang berupa tumbuhan, hewan, maupun jasad renik sangat beranekaragam. Bila dibandingkan dengan daerah-daerah tropik lainnya terlebih lagi dibandingkan dengan daerah-daerah beriklim sedang dan dingin. Ditaksir sebanyak 30.000 jenis tumbuhan terdapat di Indonesia. Jumlah tersebut menjadi lebih besar lagi bila jenis-jenis lumut dan ganggang diperhitungkan. Kekayaan keanekaragaman hayati tersebut merupakan salah satu modal dasar dalam pelaksanaan pembangunan nasional, sehingga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, pemanfaatan tersebut harus sesuai dengan kemampuan (carrying capacity), karakteristik, dan fungsinya (Ismanto, 2007).

Mengingat pentingnya keanekaragaman hayati sebagai penyedia berbagai barang dan jasa, mulai dari pangan, energi, dan bahan produksi hingga sumber daya genetik bahan dasar pemuliaan tanaman komoditas serta obat dan selain berfungsi juga untuk mendukung sistem kehidupan, maka pemanfaatan keanekaragaman hayati harus dilakukan dengan benar (Anonim, 2002). Menurut Retnoningsih (2006) dalam Suhartrislakhadi (2007) dengan mengetahui potensi dan manfaatnya diharapkan penghargaan terhadap sumberdaya hayati dan keanekaragaman genetiknya semakin meningkat, sehingga tingkat kerusakan yang terjadi dapat ditekan.

2.2 Potensi Tumbuhan di Indonesia

Indonesia memiliki hutan yang sangat luas, tercatat 143.970.000 hektar luasan hutan tersebar di seluruh pulau. Tidak heran jika hutan yang sangat luas itu, memiliki keanekaragaman tumbuhan yang sangat tinggi (Sastrapradja et al.,

1992). Selain diakui sebagai komunitas yang paling kaya, hutan tropika Indonesia diakui pula sebagai salah satu bagian dunia yang menyisakan kehidupan liar, yang dapat membangkitkan keajaiban dan kekaguman manusia.


(24)

Dalam perkembangan hidupnya, manusia mengenal betul keadaan sekelilingnya dan memperhatikan segala sesuatu yang bisa dipakai untuk mempertahankan hidupnya. Salah satu benda hidup yang berada disekitar manusia adalah tumbuhan. Manusia benar-benar memperhatikan tumbuh-tumbuhan karena merupakan salah satu benda yang sangat penting dalam menjaga kelangsungan hidupnya, yaitu sebagai sumber makanan pokok (Kartiwa dan Martowikrido, 1992).

Menurut Purwanto dan Walujo dalam Kartikawati (2004), tumbuhan berguna dikelompokkan berdasarkan pemanfaatannya antara lain tumbuhan sebagai bahan pangan, sandang, bangunan, obat-obatan, kosmetika, alat rumah tangga dan pertanian, tali-temali, anyam-anyaman, pelengkap upacara adat dan kegiatan sosial, minuman, dan kesenian.

2.2.1 Tumbuhan Obat

Menurut Zuhud, Ekarelawan, dan Riswan (1994), tumbuhan obat adalah seluruh jenis tumbuhan obat yang diketahui dan dipercaya mempunyai khasiat obat, yang dikelompokkan menjadi : (1) tumbuhan obat tradisonal, yaitu jenis tumbuhan yang diketahui atau dipercayai masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional; (2) tumbuhan obat modern, yaitu jenis tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis; dan (3) tumbuhan obat potensial, yaitu jenis tumbuhan yang diduga mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan secara ilmiah medis atau penggunaannya sebagai bahan obat tradisonal sulit ditelusuri.

2.2.2 Tumbuhan Hias

Tumbuhan hias adalah tumbuhan yang memiliki nilai estetika keindahan. Tumbuhan hias merupakan komoditi holtikultura non-pangan yang digolongkan ke dalam holtikultur, dalam kehidupan sehari-hari dibudidayakan untuk hiasan dalam dan luar rumah (Arafah, 2005).


(25)

Secara umum, tanaman hias dikelompokan menjadi dua, yaitu tanaman hias dun dan tanaman hias bunga. Tanaman hias daun yaitu jenis tanaman hias yang memiliki bentuk dan warna daun yang unik. Sementara daya tarik tanaman hias bunga terletak pada bentuk, warna, dan aroma bunganya (Ratnasari, 2007).

2.2.3 Tumbuhan Penghasil Pangan

Menurut Poerwadarminto (1983), tumbuhan pangan adalah segala sesuatu yang tumbuh, berakar, berdaun, berbatang, berakar, berdaun dan dapat dimakan atau dikonsumsi oleh manusia (apabila dikonsumsi oleh hewan disebut pakan). Contohnya adalah buah-buahan, kacang-kacangan, sayuran, dan tumbuhan yang mengandung karbohidrat.

2.2.4 Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak

Menurut Manetje dan Jones (1992) dalam Kartikawati (2004), pakan ternak adalah tanaman konsentrasi rendah dan mudah dicerna yang merupakan penghasil pakan bagi satwa herbivora. Pada umumnya tumbuhan penghasil pakan ternak merupakan tumbuhan yang memiliki serat yang cukup tinggi (Dwanasuci, 2006).

Salah satu tumbuhan yang digunakan sebagai pakan ternak adalah rumput gajah. Rumput gajah merupakan keluarga rumput rumputan (poaceae). Rumput gajah cukup baik untuk silase, berproduksi tinggi, disukai ternak, dan dapat digunakan untuk perbaikan kesuburan tanah. Selain itu, cukup aditif terhadap keasaman tanah, tahan terhadap kekeringan namun tidak tahan terhadap genangan air (Soegiri et al., 1982).

2.2.5 Tumbuhan Penghasil Minyak Atsiri (Tumbuhan Aromatik)

Minyak atsiri merupakan minyak yang diperoleh dengan cara ekstraksi atau penyulingan dari daun, akar, batang, kulit, getah, dan bunga yang berasal dari bagian tumbuhan (Kartikawati, 2004). Tumbuhan penghasil minyak atsiri mempunyai ciri bau dan aroma, karena fungsi minyak atsiri yang paling dibutuhkan adalah sebagai pengharum.


(26)

Tanaman atsiri dapat dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu (1) tanaman atsiri utama, yaitu tanaman yang hanya menghasilkan minyak atsiri, (2) tanaman atsiri alternatif, yaitu tanaman yang menghasilkan produk lain disamping minyak atsiri, (3) limbah (hasil samping), dimana minyak atsiri dapat diproduksi sebagai hasil samping (Hobir, 2004)

2.2.6 Tumbuhan Penghasil Bahan Pewarna dan Tanin

Menurut Lemmens et al. (1999) dalam Arafah (2005), tanin nabati merupakan bahan dari tumbuhan, yang memiliki rasa pahit dan kelat, seringkali berupa ekstrak dari pegagan atau bagian lain terutama daun, buah, dan puru. Hasil dari penyamakan kulit dengan tanin berupa kulit samak yang banyak sekali manfaatnya, selain samak kulit juga dapat digunakan untuk menyamak jala, tali, dan layar. Selain itu, tanin juga digunakan sebagai perekat, bahan pewarna, dan mordan.

Menurut Lemmens et al. (1999), pewarna nabati adalah pewarna yang berasal dari tumbuhan. Bahan ini diekstrak dengan jalan fermentasi, direbus, atau secara kimiawi, dari sejumlah kecil zat kimia tertentu yang terkandung di dalam jaringan tumbuhan.

Lebih lanjut Heyne (1987) mengemukakan, masyarakat Indonesia telah banyak menggunakan tumbuhan sebagai bahan pewarna nabati dan sudah lama mengenal pewarna alami tumbuhan untuk pewarna makanan, pewarna anyaman dan pewarna kain dan kapas.

2.2.7 Tumbuhan Penghasil Bahan Bangunan

Pohon-pohon di hutan merupakan sumber bahan bangunan yang dapat digunakan secara berkesinambungan. Pemanfaatan kayu oleh masyarakat Dayak Meratus biasanya dilakukan apabila ingin membuat rumah. Biasanya pemilihan jenis-jenis kayu tersebut berdasarkan pertimbangan kekuatan kayu dan ketahanan terhadap rayap (Kartikawati, 2004).


(27)

2.2.8 Tumbuhan untuk Ritual Adat dan Keagamaan

Diantara pengetahuan tentang tumbuhan yang dimiliki oleh masyarakat, terdapat tumbuhan yang bersifat spiritual, magis, dan ritual. Demikian pula pemanfaatannya, salah satunya yaitu pemanfaatan di bidang upacara adat. Indonesia memiliki kurang lebih 350 etnis budaya yang memiliki pengetahuan etnobotani dalam pemanfaatan maupun penggunaannya di masing-masing daerah khususnya yang dipakai untuk upacara adat. Dalam upacara-upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan daur hidup, tumbuhan banyak digunakan untuk keperluan tersebut (Kartiwa dan Martowikrido, 1992).

2.2.9 Tumbuhan Penghasil Tali, Anyaman dan Kerajinan

Tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan adalah tumbuhan yang biasa digunakan untuk membuat tali, anyaman maupun kerajinan. Beberapa tumbuhan yang sering digunakan oleh masyarakat untuk membuat anyaman adalah jenis rotan dan bambu (Widjaja et al., 1988).

2.2.10 Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar

Pada dasarnya semua tumbuhan berkayu atau bentuk pohon dapat digunakan sebagai kayu bakar (Purwanto dan Walujo, 1992). Menurut Inama (2008) kayu bakar merupakan sumberdaya hayati yang sangat penting bagi masyarakat yang tidak memiliki sumber energi lain seperti listrik, minyak tanah atau gas.

Menurut Sutarno (1996) dalam Jalaraya (2008), jenis pohon yang ditujukan untuk pemenuhan kayu bakar, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

 Beradaptasi pada rentangan kondisi lingkungan yang luas;

 Pertumbuhan cepat, volume hasil kayu maksimal tercapai dalam waktu yang singkat;

 Tidak merusak tanah dan menjaga kesuburannya;

 Tahan terhadap penyakit dan hama;


(28)

 Tahan terhadap kekeringan dan toleran iklim yang lain;

 Pertumbuhan tajuk baik, siap tumbuh pertunasan yang baru;

 Memiliki manfaat yang lain yang menguntungkan pertanian;

 Menghasilkan kayu yang mudah dibelah;

 Kadar air rendah dan relatif cepat dikeringkan;

 Menghasilkan sedikit asap dan tidak beracun apabila dibakar;

 Tidak memercikan api dan cukup aman apabila dibakar; dan

 Menghasilkan kayu yang padat dan lebih lama dibakar; 2.3 Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman jenis adalah suatu karakteristik tingkatan komunitas berdasarkan organisasi biologisnya serta dapat digunakan untuk menyatakan struktur komunitas. Menurut Soerianegara dan Indrawan (1998), apabila derajat kenakeragaman lebih kecil dari satu berarti keanekaragaman jenis pada petak tersebut rendah, berkisar antara satu dan tiga disebut sedang, dan jika lebih besar dari tiga disebut mempunyai nilai keanekaragaman jenis pada petak tinggi.

2.4 Pola Penyebaran Tumbuhan

Individu-individu yang ada di dalam populasi mengalami penyebaran di dalam habitatnya mengikuti salah satu di antara tiga pola penyebaran. Menurut Odum (1993), tiga pola penyebaran yang dimaksud antara lain distribusi acak (random), distribusi merata (uniform), dan distribusi mengelompok (clumped).


(29)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di kawasan TNGM Kabupaten Sleman propinsi D.I. Yogyakarta dan Kabupaten Magelang, Klaten, dan Boyolali Propinsi Jawa Tengah . Waktu penelitian di lapang selama 3 (tiga) bulan yaitu dari bulan Juni-Agustus 2010.

Sumber : Balai Taman Nasional Gunung Merapi

Gambar 2 Peta lokasi penelitian TNGM.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain dokumen atau laporan dari instasi tertentu, tumbuhan untuk pembuatan herbarium dan alkohol 70%. Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain :

1. Peralatan pembuatan petak ukur : Kompas, tambang plastik 100 m dan golok. 2. Peralatan pengukur kondisi lapangan : GPS.


(30)

4. Peralatan pembuatan herbarium : kertas koran, kantong plastik besar (trash bag), gunting, label.

5. Thally sheet untuk analisis vegetasi, kamera digital dan alat tulis.

3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Pengumpulan Data 1. Jenis data yang dikumpulkan

Jenis data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data sekunder dan data primer.

a. Data Sekunder

Data ini berupa informasi tentang kondisi umum lokasi penelitian (Taman Nasional Gunung Merapi), yang meliputi sejarah kawasan, letak dan luas, geologi dan tanah dalam bentuk peta atau literatur, topografi, iklim, vegetasi dan satwa, sosial ekonomi dan budaya masyarakat setempat.

b. Data Primer

Data primer dilakukan dalam bentuk hasil survey lapangan yang meliputi data : jenis dan jumlah tingkat permudaan pohon (semai, pancang, tiang, pohon), jumlah dan habitus tumbuhan bawah (herba, semak, perdu) serta liana dan epifit.

2. Teknik Pengumpulan Data a. Data sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi literatur terhadap dokumen-dokumen yang pernah ada sebelumnya, baik dari buku-buku maupun laporan penelitian yang pernah dilakukan di kawasan TNGM.

b. Data Primer

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam pengumpulan data primer, meliputi :

(1). Orientasi Lapangan

Orientasi lapangan dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan guna memverifikasi lokasi pengumpulan data yang telah direncanakan sebelumnya. Hal-hal yang dipertimbangkan dalam penentuan


(31)

lokasi pengumpulan data, meliputi : tipe zonasi, tipe ekosistem, ketinggian tempat, panjang jalur dan jumlah plot seperti disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Lokasi Pengumpulan Data Primer

Tipe Zonasi Tipe Ekosistem Ketinggian tempat (mdpl)

Panjang Jalur (m)

Jumlah Plot (Plot) Zona Inti 1 Hutan Hujan

Pegunungan atas

2.570 m dpl 100 5

Zona Inti 2 Hutan Hujan pegunungan bawah

1.200 m dpl 200 10 Zona Rimba (Ngargomulyo) (Kemalang) (Gunung Bibi) (Selo) Hutan Hujan Pegunungan bawah Hutan Hujan pegunungan tengah Hutan Hujan pegunungan tengah Hutan hujan Pegunungan atas

1.300 m dpl 1.400 m dpl 1.700 m dpl 1.600 m dpl 1.800 m pdl 2.100 m dpl 2.300 m dpl

200 200 200 200 200 200 100 10 10 10 10 10 10 5 Zona Pemanfaatan wisata alam

Hutan hujan dataran rendah

930 m dpl 1.000 m dpl

100 100

5 5

(2). Analisis Vegetasi

Analisis vegetasi dalam plot pengamatan dilakukan dengan menggunakan metode kombinasi jalur garis berpetak pada unit contoh berbentuk jalur sepanjang 100-200 m, dengan arah tegak lurus kontur atau aliran sungai. Metode analisis vegetasi mengikuti metode yang dikembangkan Kusmana (1997), yakni pengamatan vegetasi dilakukan pada suatu petak yang dibagi-bagi kedalam petak-petak berukuran 20x20 m2, 10x10 m2, 5x5 m2, dan 2x2 m2. Petak berukuran 20x20 m2 digunakan untuk pengambilan data vegetasi tingkat pertumbuhan pohon (diameter ≥20 cm), epifit, dan liana; petak berukuran 10x10 m2

untuk pengambilan data vegetasi tingkat tiang (diameter 10-<20 cm); petak berukuran 5x5 m2 digunakan untuk pengambilan data vegetasi tingkat pancang (diameter <10 cm, tinggi > 1.5 m); dan 2x2 m2. digunakan untuk pengambilan data vegetasi tingkat semai (anakan pohon yang baru tumbuh hingga anakan pohon yang mempunyai tinggi hingga 1,5 m) dan tumbuhan bawah. Bentuk unit contoh pengamatan vegetasi seperti disajikan pada Gambar 3.


(32)

B C

D

A

Transek

Gambar 3 Skema penempatan transek dan petak-petak pengukuran pada analisis vegetasi dengan metode garis berpetak.

Keterangan:

A = Petak pengukuran untuk pohon, epifit, liana dan parasit (20 x 20 m2) B = Petak pengukuran untuk tiang (10 x 10 m2)

C = Petak pengukuran untuk pancang (5 x 5 m2)

D = Petak pengukuran untuk semai dan tumbuhan bawah (2 x 2 m2)

Data yang dicatat dalam pengamatan vegetasi pada seluruh tingkat pertumbuhan parameter yang diukur pada setiap petak contoh, meliputi:

1. Jenis, jumlah, tinggi bebas cabang, tinggi total dan diameter tingkat pohon (pohon-pohon yang memiliki diameter setinggi dada atau dbh ± 130 cm dari permukaan tanah atau 20 cm diatas banir) lebih besar dari 20 cm.

2. Jenis, jumlah, tinggi bebas cabang, tinggi total dan diameter tingkat tiang (pohon-pohon yang memiliki diameter setinggi dada dari permukaan tanah atau 20 cm diatas banir) adalah 10 - 20 cm).

3. Jenis, jumlah, tinggi bebas cabang dan diameter tingkat pancang (anakan pohon dengan tinggi > 1,5 meter atau pohon muda dengan diameter setinggi dada < 10 cm).

4. Jenis dan jumlah tingkat semai (anakan pohon mulai dari tingkat kecambah sampai yang memiliki tinggi < 1,5 meter), dan tumbuhan bawah yaitu tumbuhan selain permudaan pohon misalnya herba, semak dan perdu.

(3). Pembuatan Herbarium

Pembuatan herbarium dilakukan terhadap semua jenis tumbuhan yang ditemukan di areal pengamatan. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pembuatan herbarium ini adalah:


(33)

1. Mengambil contoh herbarium yang terdiri dari ranting lengkap dengan daunnya, pengambilan contoh herbarium dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan analisis vegetasi.

2. Contoh herbarium tadi dipotong dengan menggunakan gunting daun dengan panjang kurang lebih 40 cm.

3. Kemudian contoh herbarium dimasukkan ke dalam kertas koran dengan memberikan label yang berukuran 3 cm x 5 cm. label berisi keterangan tentang nomor jenis, nama lokal, lokasi pengumpulan dan nama pengumpul/kolektor.

4. Selanjutnya beberapa herbarium disusun diatas sasak yang terbuat dari bambu dan disemprot atau direndam dengan alkohol 70%.

5. Herbarium lalu di oven pada 50 o -70o C.

6. Herbarium yang sudah kering lengkap dengan keterangan-keterangan yang diperlukan diidentifikasi untuk mendapatkan nama ilmiahnya di LIPI.

3.3.2 Identifikasi Jenis Tumbuhan Berguna

Identifikasi jenis-jenis tumbuhan berguna dilakukan melalui dua tahap kegiatan, yaitu (a) identifikasi jenis tumbuhan secara umum dan (b) identifikasi jenis tumbuhan berguna. Identifikasi jenis-jenis tumbuhan berguna dikerjakan dengan melakukan cek silang dengan berbagai buku/literatur dan sumber-sumber lainnya tentang tumbuhan berguna yang ada. Agar mempermudah dalam penyajian, maka dilakukan pengelompokkan berdasarkan kelompok kegunaan dengan menyaring dari tiap-tiap kegunaan masing-masing jenis tumbuhan.

Tabel 2 Klasifikasi Kelompok Kegunaan Tumbuhan No Kelompok Kegunaan

1 Tumbuhan obat 2 Tumbuhan hias

3 Tumbuhan penghasil pangan 4 Tumbuhan pakan ternak

5 Tumbuhan penghasil minyak atsiri (tumbuhan aromatik) 6 Tumbuhan bahan pewarna dan tanin

7 Tumbuhan penghasil bahan bangunan

8 Tumbuhan keperluan ritual adat dan keagamaan 9 Tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan 10 Tumbuhan penghasil kayu bakar

11 Lainnya


(34)

3.3.3 Pengolahan dan Analisis Data

Data vegetasi hutan yang terkumpul selanjutnya dianalisis dengan dihitung nilai-nilai : frekuensi jenis, kerapatan jenis, dominasi jenis, indeks nilai penting, indeks keanekaragaman jenis, indeks kekayaan jenis dan pola penyebaran.

a. Indeks Nilai Penting

Untuk mengetahui struktur dan komposisi vegetasi, maka pada masing-masing petak ukur dilakukan analisis kerapatan, frekuensi dan dominansi untuk setiap jenis tumbuhan (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Kerapatan suatu jenis (K)

(ha) contoh petak Luas jenis suatu Individu Jumlah 

Kerapatan relatif suatu jenis (KR) 100%

jenis seluruh Kerapatan jenis suatu Kerapatan  

Frekuensi suatu jenis (F)

petak seluruh Jumlah ditemukan jenis petak sub Jumlah 

Frekuensi relatif suatu jenis (FR) 100%

jenis seluruh Frekuensi jenis suatu Frekuensi  

Dominasi suatu jenis (D)

(Ha) contoh petak Luas jenis suatu dasar bidang Luas 

Dominasi relatif suatu jenis (DR) 100%

jenis seluruh Dominasi jenis suatu Dominasi  

Indeks Nilai Penting (INP)

Untuk tingkat semai dan pancang : INP = KR + FR Untuk tingkat tiang dan pohon : INP = KR + FR + DR

Total Indeks Nilai Penting (INP) untuk setiap tingkat pohon, tiang, pancang, semai, dan tumbuhan bawah, dihitung untuk setiap tipe ekosistem. Nilai INP setiap tipe ekosistem menggambarkan kondisi vegetasi.

b. Tingkat Keanekaragaman Jenis

Untuk menghitung keanekaragaman jenis digunakan Indeks Keanekaragaman Shannon (H’) dengan persamaan sebagai berikut (Magurran, 1988) :


(35)

PiLnPi

H' Dimana

N N Pii

Keterangan :

H’ : Indeks Keanekaragaman Shannon Ni : Jumlah individu suatu jenis N : jumlah individu seluruh jenis

Nilai H’ ≥ 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman jenisnya tinggi, nilai H’ antara 2 – 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman jenisnya sedang dan apabila nilai H’ < 2 menunjukkan keanekaragaman jenisnya rendah.

c. Kekayaan jenis (Species richness)

Pengukuran kekayaan jenis dalam plot pengamtan, pendekatan yang digunakan adalah Indeks kekayaan jenis Margaleft (Margaleft 1958 dalam

Ludwig & Reynold 1988), dengan persamaan sebagai berikut:

N S R

ln 1 -1 

Keterangan:

R1 = Indeks kekayaan Margaleft

S = Jumlah jenis N = Jumlah individu

Indeks kekayaan Margalleft (R1) adalah indeks yang menunjukkan

kekayaan jenis suatu komunitas, dimana besarnya nilai ini dipengaruhi oleh banyaknya jenis dan jumlah individu pada areal tersebut. Berdasarkan Magurran (1988), besaran R1 < 3,5 menunjukkan kekayaan jenis tergolong rendah, R1 =

3,5-5,0 menunjukkan kekayaan jenis tergolong sedang dan R1 > 5,0 tergolong tinggi.

d. Pola Penyebaran Jenis Tumbuhan

Untuk mengetahui pola penyebaran dari jenis-jenis tumbuhan dari masing-masing transek, menyebar merata (uniform), menyebar acak (random) atau mengelompok (clumped), sehingga dapat diketahui kecenderungan pola penyebaran jenis. Dihitung dengan rumus Indeks Penyebaran Morisita (Id) (Morisita, 1962 dalam Krebs, 1978).


(36)

   i i i i x x x x n Id 2 2 ) ( Keterangan :

Id : Indeks jumlah penyebaran Morisita n : jumlah Petak ukur

Xi : Jumlah individu pada setiap petak ke-i

Selanjutnya dilakukan Chi-Square dengan rumus sebagai berikut : Indeks Keseragaman (UniformIndeks) (Mu)

   1 ) ( 975 , 0 2 i x x n X Mu i Keterangan :

Mu : Indeks keseragaman 975

, 0 2

X : Nilai Chi-square dari tabel dengan derajat bebas n-1 selang kepercayaan 97.5%

Xi : Jumlah Individu dari suatu jenis pada petak ukur ke-i

n : Jumlah petak ukur

Indeks Pengelompokkan (Clumped Indeks) (Mc)

   1 ) ( 025 , 0 2 i x x n X Mc i Keterangan :

Mc : Indeks pengelompokkan 025

, 0 2

X : Nilai Chi-square dari tabel dengan derajat bebas n-1 selang kepercayaan 2,5%

Untuk menghitung dan menentukan standar Morisita pola penyebaran tumbuhan, harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

Mc n Mc Id Ip   

0,5 0,5 , jika Id ≥ Mc > 1,0

1 1 5 , 0    Mc Id

Ip , jika Mc ≥ Id > 1,0

1 1 5 , 0     Mu Id

Ip , jika 1,0 > Id > Mu

Mu Mu Id


(37)

Standar indeks penyebaran Morisita (Ip) memiliki interval -1,0 sampai 1,0 dengan batas kepercayaan 0,5 dan -0,5

Dari nilai Ip yang dihasilkan maka dapat diketahui pola penyebaran suatu jenis tumbuhan dari suatu komunitas antara lain :

Ip = 0 menunjukan pola penyebaran acak (random)

Ip > 0 menunjukan pola penyebaran mengelompok (clumped) Ip < 0 menunjukan pola penyebaran merata (uniform)


(38)

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1Sejarah, Letak dan Luas Kawasan 4.1.1 Sejarah Kawasan

Kawasan Gunung Merapi merupakan kawasan hutan negara yang dilindungi sejak tahun 1931, bernilai penting dan strategis karena berfungsi sebagai daerah tangkapan air yang bermanfaat bagi wilayah Sleman, Yogyakarta, Klaten, Boyolali, Magelang dan sekitarnya. Merupakan tipe hutan tropis dengan kondisi gunung api yang sangat aktif. Kawasan hutan ini sebelumnya merupakan kawasan yang seluruhnya berfungsi sebagai hutan lindung, kecuali seluas 198,5 Ha yang terletak di Kabupaten Sleman telah ditunjuk sebagai Cagar Alam Plawangan Turgo dan seluas 131 Ha sebagai Hutan Taman Wisata Alam yang ditetapkan berdasarkan SK Mentan No.155/Kpts/Um/8/1975. Kawasan Hutan Lindung yang berada dalam wilayah administratif daerah Propinsi DIY mencakup 1.461 Ha.

Penunjukan Kawasan Hutan Gunung Merapi sebagai TNGM sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang perubahan Fungsi Kawasan Hutan Lindung pada tanggal 4 Mei 2004. Cagar Alam dan Taman Wisata Alam pada Kelompok Hutan Gunung Merapi seluas ± 6.410 ha, yang terletak di Kabupaten Magelang, Boyolali dan Klaten Provinsi Jawa Tengah serta Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Taman Nasional Gunung Merapi terbagi menjadi dua Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN). SPTN I : Kabupaten Sleman dan Kabupaten Magelang, dan SPTN II : Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten.

Dalam Rencana Penglolaan Taman Nasional (RPTN) periode 2005-2024 pembagian zonasi dalam kawasan TNGM didasarkan pada 3 aspek yaitu:

1. Aspek ekologis : keanekaragaman hayati yang merupakan bagian integral dari konservasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Berdasarkan aspek ini, keberadaan TNGM yang memiliki potensi keanekaragaman hayati yang khas dan kaya akan jenis menjadi fokus perlindungan dari tekanan kepadatan populasi di sekelilingnya.


(39)

2. Aspek kebijaksanaan dan peraturan perundangan : Sistem zonasi pada kawasan taman nasional adalah impikasi langsung dari UU No 5 Tahun 1990 pasal 32. Hal ini akan berpengaruh langsung terhadap pengelolaan, tingkat perlindungan dan tingkat sangsi terhadap pelanggaran pada setiap zonasi. 3. Aspek azas manfaat : Pembagian zona di TNGM memperhatikan tingkat

ketergantungan masyarakat terhadap potensi sumberdaya alam dan lahan di kawasan TNGM. Ketergantungan sumberdaya alam biasanya pada kebutuhan kayu bakar, rumput, dan bahan galian C berupa pasir. Selain itu pemanfaatan lahan yang perlu diakomodasi adalah pemanfaatan wisata serta peruntukan kawasan untuk penelitian dan pendidikan.

Berdasarkan aspek-aspek tersebut zona-zona yang terdapat di TNGM sesuai dengan RPTN setelah di review adalah :

1. Zona Inti

Zona inti adalah bagian taman nasional yang mempunyai kondisi alam baik biota ataupun fisiknya masih asli dan tidak atau belum diganggu oleh manusia yang mutlak dilindungi. Fungsi zona inti adalah perlindungan keterwakilan keanekaragaman hayati yang asli dan khas. Zona Inti di TNGM seluas ± 852,87 ha terdiri dari :

Zona Inti 1 (± 651,68 ha)

Zona inti 1 adalah bagian taman nasional yang merupakan kawasan rumput alami yang merupakan transisi antara pasir ke hutan (ecotone)

Zona Inti 2 (± 201,19 ha)

Zona inti 2 adalah bagian taman nasional yang merupakan kawasan ekosistem Merapi yang utuh dan mutlak dilindungi dan tidak diperkenankan adanya perubahan oleh aktifitas manusia, merupakan alih fungsi dari Cagar Alam Plawangan Turgo. Kriteria fisiknya antara lain : memeliki jenis tumbuhan lebih dari 100 jenis per hektar, memiliki jenis tumbuhan endemik, memiliki ekosistem khas, merupakan habitat dan atau daerah jelajah satwa dilindungi. (Zona perlindungan/pengawetan tumbuhan dan satwaliar beserta ekosistemnya).


(40)

2. Zona Rimba

Zona rimba adalah bagian taman nasional yang karena letak, kondisi dan potensinya mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona pemanfaatan. Zona Rimba di TNGM seluas ± 2.585,50 ha merupakan hutan sekunder dan hutan tanaman lainnya, merupakan buffer taman nasional. Kriteria penentuan zona rimba antara lain berdasarkan kerapatan jenis kurang dari 100 species per hektar, kerapatan tegakan kurang dari 100 pohon per hektar, kelerengan lebih dari 45 % peka terhadap erosi.

3. Zona Pemanfaatan

Zona Pemanfaatan adalah bagian taman nasional yang karena letak, kondisi dan potensinya alamnya yang terutama dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata alam dan kondisi/jasa lingkungan lainnya. Zona pemanfaatan di Taman Nasional Gunung seluas ± 257,69 ha diperuntukan bagi pusat kegiatan rekreasi, kunjungan wisata dan kegiatan pemanfaatan lain. Kriteria fisik yang menjadi dasar ditetapkan sebagai zona pemanfaatan di TNGM antara lain memiliki obyek wisata yang menarik dan memungkinkan untuk dikembangkan. Terdapat 5 (lima) pusat pengembangan wisata (zona pemanfaatan) di TNGM, yaitu :

1. Plawangan Turgo, Kaliurang, Sleman, DI. Yogyakarta seluas ± 141,69 ha 2. Selo, Boyolali, Jawa Tengah seluas ± 27,43 ha

3. Deles, Klaten, Jawa Tengah seluas ± 18,18 ha

4. Cepogo – Musuk, Boyolali, Jawa Tengah seluas ± 15,39 ha a. Musuk seluas ± 14,39 ha

b. Gunung Bibi seluas ± 1 ha

5. Dukun Srumbung, Magelang, Jawa Tengah seluas ± 64,39 ha a. Jurangjero, seluas ± 14,39 ha

b. Ngablak seluas ± 50 ha

4. Zona Lainnya 4.1Zona Volkano Aktif

Zona volcano aktif adalah bagian dari TNGM berupa puncak Gunung Merapi dan bagian gunung lainnya yang secara alami menjadi daerah aktivitas


(41)

aktif vulkanik Gunung Merapi. Zona ini berupa Gunung Anyar dan wilayah luncuran material Gunung Merapi ke arah Kabupaten Magelang berupa tumpukan batu, pasir dan material lain yang masih labil dan berbahaya untuk diadakan kegiatan di atasnya. Zona volcano aktif di TNGM seluas ± 868,85 ha.

4.2Zona Tradisional

Zona tradisional adalah bagian dari taman nasional yang ditetapkan untuk kepentingan pemanfaatan tradisional oleh masyarakat yang karena kesejarahan mempunyai ketergantungan dengan sumber daya alam. Zona tradisional di TNGM seluas ± 579,05 ha merupakan areal yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar Gunung Merapi secara tradisional untuk pemanfaatan rumput di bawah tegakan, perencekan, dan pemanfaatan Getah Pinus.

4.3Zona Rehabilitasi

Zona rehabilitasi adalah bagian dari taman nasional yang karena mengalami kerusakan, sehingga perlu dilakukan kegiatan pemulihan komunitas hayati dan ekosistemnya yang mengalami kerusakan. Zona rehabilitasi di TNGM seluas ± 829,69 ha adalah berupa kawasan TNGM yang mengalami kerusakan akibat letusan Gunung Merapi, bekas area penambangan, serta sempadan Sungai Kaliworo, Kali Senowo dan Kali Blongkeng.

4.4Zona Religi, Budaya dan Sejarah

Zona religi, budaya dan sejarah adalah bagian dari taman nasional yang didalamnya terdapat situs religi, peninggalan warisan budaya dan atau sejarah yang dimanfaatkan untuk kegiatan keagamaan, perlindungan nilai-nilai budaya atau sejarah. Zona ini seluas ± 15,82 ha merupakan kawasan tempat diselenggarakannya Upacara Labuhan Merapi, di wilayah administratif Desa Umbulharjo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman, DI. Yogyakarta.

4.5Zona Mitigasi Bencana

Zona mitigasi bencana adalah bagian dari TNGM yang karena sifat alaminya sebagai daerah lintasan aliran lahar dan material yang timbul akibat aktivitas vulkanik Gunung Merapi harus dipelihara sebagai upaya pengurangan resiko bencana. Zona mitigasi di TNGM seluas ± 147,34 ha berupa alur Sungai Kaliworo di Kabupaten Klaten, alur Kali Senowo serta alur dan sempadan Kali Blongkeng di Kabupaten Magelang.


(42)

4.1.2 Letak dan Luas Kawasan

Secara administrasi pemerintahan, TNGM terletak di Kabupaten Magelang, Boyolali dan Klaten Provinsi Jateng, serta Kabupaten Sleman di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara geografis terletak antara 110o15’ – 110o37’ BT dan 07o22’ – 07o52’ LS. Luas TNGM sendiri sebesar ± 6.410 ha yang terdiri dari 1.283,99 ha di DIY dan 5.126,01 ha di Jateng. Adapun batas-batas kawasan ini, yakni:

1. Bagian utara dilingkupi oleh pegunungan yang merupakan pertemuan antara Gunung Merbabu dan Gunung Merapi sendiri. Batas alam ini dibentuk dari hulu Sungai Pepe di wilayah timur dan hulu Sungai Pabelan di wilayah barat termasuk dalam Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah.

2. Kaki gunung bagian timur dan selatan merupakan wilayah yang datar dan merupakan persawahan dengan kesuburan tanah yang tinggi. Bagian timur ini membentang sampai bertemu dengan Sungai Bengawan Solo dan bagian selatan bertemu dengan hulu Sungai Dengkeng.

3. Hulu Sungai Progo menjadikan batas alam gunung di bagian barat.

4.2Topografi

Keadaan topografi di kawasan TNGM dapat dibedakan berdasarkan kondisi pada masing-masing kabupaten yaitu :

a. Kabupaten Klaten:

Bagian barat dan utara wilayah Kab. Klaten berupa lereng Gunung Merapi yang berbatasan dengan Kab. Sleman.

Landai sampai berbukit dengan ketinggian tempat 100–150 m dpl merupakan daerah penghasil tembakau ekspor.

b. Kabupaten Boyolali :

Berada diantara Gunung Merapi yang masih aktif dan Gunung Merbabu yang sudah tidak aktif, dengan ketinggian tempat 75–1.500 m dpl. Empat sungai melintas di wilayah ini (Serang, Cemoro, Pepe dan Gandul). Disamping itu ada sumber-sumber air lain berupa mata air dan waduk.


(43)

c. Kabupaten Magelang :

Tiga kecamatan terpilih merupakan bagian lereng Gunung Merapi yang ke arah Barat, terletak pada ketinggian sekitar 500 m dpl, makin ke arah puncak Gunung Merapi kelerengan lahan semakin curam.

d. Kabupaten Sleman:

Mulai landai hingga lahan yang memiliki kelerengan sangat curam dengan ketinggian tempat 100–1.500 m dpl. Di bagian paling utara merupakan lereng Gunung Merapi yang miring ke arah Selatan. Di lereng Selatan Gunung Merapi terdapat dua bukit yaitu Bukit Turgo dan Bukit Plawangan yang merupakan bagian kawasan wisata Kaliurang. Di Bagian lereng puncak Merapi reliefnya curam sampai sangat curam. Bagian selatan dari ketiga kecamatan terpilih masih berupa lahan persawahan dengan sistem teras yang cukup baik, sedangkan bagian tengah berupa lahan kering dan paling utara merupakan bagian dari lereng gunung Merapi yang berupa hutan

Secara umum kondisi topografi di kawasan TNGM merupakan bentang alam yang sangat khas, yaitu puncak Merapi dengan lerengnya yang menuju ke segala arah dengan lereng yang sangat curam di wilayah yang dekat dengan puncak dan semakin melandai ke arah bawah. Lereng Merapi di bagian Timur (Selo) relatif lebih terjal, sementara di bagian Barat dan Utara (Babadan, Kinahrejo) relatif lebih landai. Arah letusan gunung api sangat jarang menuju ke Timur, yang paling sering menuju ke arah Barat Daya. Proses letusan sering terjadi, dan lereng Barat sering menerima dampak letusan, sehingga lereng Barat akan semakin landai. Wilayah puncak Gunung Merapi sampai ketinggian tempat 1.500 m dpl, merupakan daerah terjal dengan kemiringan lebih dari 30o. Wilayah yang paling luas adalah kawasan dengan kemiringan 12o–30o terletak pada ketinggian tempat 750–1.500 m dpl, dan merupakan daerah resapan air.

Wilayah puncak Gunung Merapi sampai ketinggian tempat 1.500 m dpl, merupakan daerah terjal dengan kemiringan lebih dari 30o. Wilayah yang paling luas adalah kawasan dengan kemiringan 12o-30o terletak pada ketinggian tempat 750-1.500 m dpl, dan daerah inilah yang merupakan daerah resapan air.


(1)

Lampiran 65 Pola penyebaran tumbuhan tingkat herba pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM

Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran

Banyon Pilea trinervia Wight. 8,85 -0,08 2,39 0,62 Mengelompok Dilem Pogostemon hortensis Backer. 30,00 -5,48 9,36 1,00 Mengelompok

Ganen Clidentia hirta Don. - - - - -

Ganon Marumia muscosa BL 30,00 -11,95 17,72 1,00 Mengelompok

Klanti - 30,00 -1,59 4,34 1,00 Mengelompok

Lombokan Eupatorium riparium Regel 1,39 0,96 1,05 0,51 Mengelompok Lumut Boerhaavia erecta L. 30,00 -0,44 2,86 1,00 Mengelompok Pakis Kadut Polystichum obtusum J.Sm. 10,86 0,35 1,84 0,66 Mengelompok Rumput Gajian Panicum distachyum Linn. 30,00 -1,16 3,79 1,00 Mengelompok Rumput Teki Cyperus rotundus Linn. 30,00 -5,48 9,36 1,00 Mengelompok

Total 1,27 0,97 1,04 0,50 Mengelompok

Lampiran 66 Pola penyebaran tumbuhan tingkat perdu pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan tengah, TNGM

Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran

Klepon / miren Thespesia lampas Dalz & Gibs 3,69 0,87 1,17 0,54 Mengelompok Lampiran 67 Pola penyebaran tumbuhan tingkat liana pada zona rimba tipe ekosistem hutan

pegunungan tengah, TNGM

Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran

Gambas Sechium edule Sw. - - - - -

Ketepeng Cassia alata Linn. 6,00 -2,24 5,18 0,52 Mengelompok Rembatan Rubus moluccanus L. 4,00 -1,59 4,34 0,45 Mengelompok

Total 2,73 -0,18 2,52 0,50 Mengelompok

Lampiran 68 Pola penyebaran tumbuhan tingkat semai pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM

Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran

Akasia Deguren Acacia decurrens Willd. - - - - -

Lampiran 69 Pola penyebaran tumbuhan tingkat pancang pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM

Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran

Akasia Deguren Acacia decurrensWilld. 1,50 0,56 1,64 0,39 Mengelompok Gesik Elaeocarpus pierrei K.& V. 2,90 0,65 1,50 0,55 Mengelompok

Total 1,27 0,81 1,28 0,50 Mengelompok

Lampiran 70 Pola penyebaran tumbuhan tingkat tiang pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM

Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran

Akasia Deguren Acacia decurrens Willd. 1,36 0,16 2,21 0,15 Mengelompok Gesik Elaeocarpus pierrei K.& V. 3,00 0,56 1,64 0,55 Mengelompok

Tanganan Schefflera polybotrya Koord. - - - - -

Cemara Casuarina junghuhniana Miq. 15,00 -7,37 13,12 1,00 Mengelompok


(2)

Lampiran 71 Pola penyebaran tumbuhan tingkat pohon pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM

Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran

Akasia Deguren Acacia decurrens Willd. 2,55 0,75 1,36 0,53 Mengelompok Cemara Casuarina junghuhniana Miq. 7,50 -1,79 5,04 0,58 Mengelompok Gesik Elaeocarpus pierrei K.& V. 4,00 -0,67 3,42 0,52 Mengelompok

Total 1,64 0,81 1,28 0,51 Mengelompok

Lampiran 72 Pola penyebaran tumbuhan tingkat herba pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM

Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran

Rumput Grepak Polytoca bracteata R.Br. 3,06 0,87 1,18 0,55 Mengelompok Telasian Eupatorium riparium Regel 1,53 0,94 1,08 0,51 Mengelompok Tebonan Polygonum chinense L. 5,77 0,30 2,01 0,60 Mengelompok Uciuji Basella rubra Linn. 15,00 -3,19 7,06 0,81 Mengelompok

Pakis kadut Polystichum obtusum J.Sm. - - - - -

Lenglengan Leucas lavandulifolia R.Br. - - - - -

Ganon Marumia muscosa BL 3,82 0,16 2,21 0,55 Mengelompok Gundi Lespedeza junghuhniana Bakh.f. 2,92 -0,05 2,51 0,51 Mengelompok

Total 1,20 0,97 1,05 0,50 Mengelompok

Lampiran 73 Pola penyebaran tumbuhan tingkat semak pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM

Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran

Cepokogeni Rhododendron javanicum Benn. 15 -7,371 13,119 0,63 Mengelompok Lampiran 74 Pola penyebaran tumbuhan tingkat perdu pada zona rimba tipe ekosistem hutan

pegunungan atas, TNGM

Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran

Manisrejo Vaccinium Varingfolium Miq. 5,00 -0,05 2,51 0,57 Mengelompok Sapen Buddleja asiatica Lour. 5,00 -3,19 7,06 0,33 Mengelompok Miren Thespesia lampas Dalz & Gibs 2,34 0,75 1,36 0,53 Mengelompok

Total 1,54 0,82 1,26 0,51 Mengelompok

Lampiran 75 Pola penyebaran tumbuhan tingkat liana pada zona rimba tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM

Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran

Rembet Rubus moluccanus L. 2,65 0,68 1,47 0,53 Mengelompok Lampiran 76 Pola penyebaran tumbuhan tingkat semai pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan

pegunungan bawah, TNGM

Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran

Kina Cinchona pubescens Vahl. 10,00 -2,15 6,01 1,00 Mengelompok

Woang Prunus javanica (T.& B.) Miq. - - - - -

Pasang Quercus sundaica Blume 10,00 -5,30 11,02 0,45 Mengelompok Pasang abang Lithocarpus elegans (Bl.) 0,00 -5,30 11,02 -0,08 Merata

Duwet Eugenia cumini Merr. - - - - -


(3)

Lampiran 77 Pola penyebaran tumbuhan tingkat pancang pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM

Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran

Kina Cinchona pubescens Vahl. 0,00 -5,30 11,02 -0,08 Merata

Rasamala Altingia excelsa Noronha. - - - - -

Belimbing Kosek Acronychia trifoliata Zoll. - - - - - Kendung Helicia javanica Bl. 10,00 -5,30 11,02 1,00 Mengelompok Duwet Eugenia cumini Merr. 10,00 -0,58 3,51 1,00 Mengelompok Kemaduh Laportes stimulans Miq. 10,00 -5,30 11,02 1,00 Mengelompok

Total 0,67 -0,26 3,00 -0,08 Merata

Lampiran 78 Pola penyebaran tumbuhan tingkat tiang pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM

Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran

Ande-ande Antidesma tetrandum Bl. 0,00 -5,30 11,02 -0,08 Merata Kendung Helicia javanica Bl. 0,00 -5,30 11,02 -0,08 Merata Kina Cinchona pubescens Vahl. 2,28 0,61 1,63 0,54 Mengelompok Pasang abang Lithocarpus elegans (Bl.) 3,33 -2,15 6,01 0,23 Mengelompok

Pung Dichrostachys cinerea W & A. - - - - -

Sarangan Castanea argentea Bl. - - - - -

Total 1,26 0,75 1,40 0,33 Mengelompok

Lampiran 79 Pola penyebaran tumbuhan tingkat pohon pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM

Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran

Ande-ande Antidesma tetrandum Bl. 3,33 -2,15 6,01 0,23 Mengelompok Balungan Dysoxylum arborescens Miq. 10,00 -1,10 4,34 1,00 Mengelompok Dadap Pri Erythrina lithosperma Miq. 0,95 -0,05 2,67 -0,01 Merata Kedupai Mischocarpus oppositifolius M. 3,33 -2,15 6,01 0,23 Mengelompok Kendung Helicia javanica Bl. 0,67 -0,26 3,00 0,33 Mengelompok Kina Cinchona pubescens Vahl. 2,46 0,73 1,44 0,56 Mengelompok Marong Cratoxylon clandestinum Dyer. 2,67 -0,26 3,00 0,42 Mengelompok Nangkaan Litsea diversifolia Blume 3,33 -2,15 6,01 0,23 Mengelompok Pasang Abang Lithocarpus elegans (Bl.) 2,44 0,48 1,84 0,54 Mengelompok Pung Dichrostachys cinerea W & A. 0,00 -2,15 6,01 -0,16 Merata Rasamala Altingia excelsa Noronha. 1,11 0,63 1,59 0,09 Mengelompok Tambal Persea rimosa (Bl.) Kosterm. 10,00 -2,15 6,01 1,00 Mengelompok

Total 1,16 0,93 1,11 0,50 Mengelompok

Lampiran 80 Pola penyebaran tumbuhan tingkat herba pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM

Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran

Lombokan Eupatorium riparium Regel 1,52 0,93 1,11 0,52 Mengelompok Waderan Corchorus acutangulus Lamk. 2,86 0,10 2,43 0,53 Mengelompok Tebonan Polygonum chinense L. 0,00 -5,30 11,02 -0,08 Merata Irengan Eupatorium riparium Reg. 10,00 0,74 1,42 1,00 Mengelompok Selimpet Schismatoglottis calyptrata Z&M 5,24 -0,05 2,67 0,68 Mengelompok

Bubukuan Strobilanthes cernus Blume - - - - -

Penjirit Rauvolfia serpentina (L.) Benth. - - - - -


(4)

Lampiran 81 Pola penyebaran tumbuhan tingkat perdu pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan pegunungan bawah, TNGM

Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran

Kemiren Thespesia lampas Dalz & Gibs 5,00 0,21 2,25 0,68 Mengelompok Lampiran 82 Pola penyebaran tumbuhan tingkat liana pada zona inti 2 tipe ekosistem hutan

pegunungan bawah, TNGM

Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran

Rembet Rubus moluccanus L. 10,00 -5,30 11,02 0,45 Mengelompok Lampiran 83 Pola penyebaran tumbuhan tingkat semai pada zona inti 1 tipe ekosistem hutan

pegunungan atas, TNGM

Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran

Akasia Deguren Acacia decurrens Willd. - - - - -

Lampiran 84 Pola penyebaran tumbuhan tingkat pancang pada zona inti 1 tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM

Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran

Akasia Deguren Acacia decurrens Willd. 1,67 -0,76 4,57 0,09 Mengelompok

Sonto Sarcosperma sp. 5,00 -0,17 3,38 0,62 Mengelompok

Total 1,67 0,41 2,19 0,28 Mengelompok

Lampiran 85 Pola penyebaran tumbuhan tingkat herba pada zona inti 1 tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM

Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran

Lenglengan Leucas lavandulifolia R.Br. 5,00 -0,17 3,38 0,62 Mengelompok Telasian Eupatorium riparium Regel. 2,35 0,68 1,65 0,54 Mengelompok Rumput Blaba'ang Arundinella nepalensis Trin. 1,31 0,97 1,06 0,51 Mengelompok Edelweiss Anaphalis javanica (Bl.) Boerl. 5,00 0,56 1,89 0,69 Mengelompok Gundi Lespedeza junghuhniana Bakh.f. 5,00 -0,76 4,57 0,54 Mengelompok

Total 1,34 0,98 1,05 0,52 Mengelompok

Lampiran 86 Pola penyebaran tumbuhan tingkat perdu pada zona inti 1 tipe ekosistem hutan pegunungan atas, TNGM

Nama Lokal Nama Ilmiah Id Mu Mc Ip Pola Sebaran


(5)

Lampiran 87 Daftar nama spesies tumbuhan hasil inventarisasi tumbuhan di SPTN wilayah I dan II tahun 2008 (jalur Kinahrejo dan Selo)

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Habitus

1 Akasia Dekuren Acacia decurrens Willd. Pohon

2 Alang-Alang Imperata cylindrica (L.) Beauv. Rumput-rumputan

3 Aprika - Pohon

4 Bakoan Sturchium sparganophorum Perdu

5 Bambu Bambusa sp Bambu

6 Beringin Ficus benjamina L. Pohon

7 Beroan - Semak

8 Bilung - Semak

9 Bintani - Pohon

10 Blabakan Lophopetalum javanicum (Zoll.) Turcz. Semak

11 Bubatjaran Scleria sumatrensis Retz. Rumput

12 Cemara Gunung Casuarina Junghuniana Miq. Pohon

13 Cokrogeni Rhododendron javanicum Benn. Perdu

14 Dadap Serep Erythrina lithosperma Miq. Pohon

15 Dempul Glochidion arborescens Bl. Pohon

16 Edelwis Anaphalis javanica (Bl.) Boerl. Perdu

17 Ganen - Rumput-rumputan

18 Gerpak - Rumput-rumputan

19 Gesik - Rumput-rumputan

20 Gondang Ficus variegata Bl. Pohon

21 Imer - Semak

22 Ingress - Rumput-rumputan

23 Irengan Eupatorium riparium Reg. Semak

24 Jalu Mampang Epipremnun pinnatum Engl. Semak 25 Kaliandra Calliandra calothyrsus Meissn. Pohon

26 Kemlanding Gunung - Pohon

27 Kerisan - Rumput-rumputan

28 Kina Cinchona pubescens Vahl. Pohon

29 Klawer - Pohon

30 Kolonjono Pennisetum purpureum Schum. Rumput-rumputan

31 Koronan - Semak

32 Krembi - Semak

33 Kropok Perdu

34 Leng-Lengan Leucas lavandulifolia R.Br. Rumput-rumputan 35 Lulangan Eleusine indica (L.) Gaertn. Rumput-rumputan

36 Lumut-lumutan - Lumut

37 Mahoni Swietenia mahagoni Jacq. Pohon

38 Mangutan - Semak

39 Manisrejo Vaccinium varingfolium Miq. Perdu

40 Nyangkoh - Palm

41 Pacar Banyu Impatiens platypetala Lindley. Semak

42 Pakis Cyatea sp Pakis-pakisan

43 Pancal Kidang Planchonella obovata (R.Br.) Pierre. Palm

44 Pandan Pandanus sp. Palm

45 Pasang Quercus sp Pohon

46 Pebe - Rumput-rumputan

47 Pecutan Pteris ensiformis Burm. F. Rumput-rumputan

48 Pinus Pinus merkusii Jungh & De Vr Pohon


(6)

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Habitus

50 Puspa Schima wallichii (DC.) Korth. Pohon

51 Rasamala Altingia excelsa Noronha. Pohon

52 Rio - Semak

53 Rirembet/Rembet Rubus moluccanus L. Liana

54 Riwono - Liana

55 Ronto - Perdu

56 Rumput Gajah Pennisetum purpureum Schum. Rumput-rumputan 57 Sapian/Sapen Macarangan diepenhorstii (Miq.) Muell. Arg. Semak

58 Sekulan - Perdu

59 Sembu’an - Semak

59 Sengon Gunung Paraserianthes sp Pohon

60 Sonokeling Dalbergia latifolia Roxb. Pohon

61 Sowo - Pohon

62 Tebonan Panicum sp Perdu

63 Tepus Hornstedtia sp Pohon

64 Tesek Rhynchocarpa monophylla Backer. Perdu

65 Tluki - Perdu