Pengaruh Infestasi Parasit Darah (Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp.) pada Nilai Leukosit Kuda (Equus caballus

ABSTRAK
ERLY RIZKA ADISTYA. Pengaruh Infestasi Parasit Darah (Anaplasma sp.,
Theileria sp., dan Babesia sp.) pada Nilai Leukosit Kuda (Equus caballus).
Dibimbing oleh AMROZI dan UMI CAHYANINGSIH.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh parasit darah (Anaplasma
sp., Theileria sp., dan Babesia sp.) pada nilai leukosit kuda. Penelitian
menggunakan 6 ekor kuda crossbred terdiri atas 3 ekor kuda jantan dan 3 ekor
betina berumur 2-10 tahun yang sudah diidentifikasi positif terinfeksi parasit
darah (Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp.) di URR, Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Sampel darah diambil setiap 2
minggu sekali selama 2 bulan. Nilai leukosit darah selanjutnya dianalisis
menggunakan analisis bervariasi (ANOVA). Persentase rata-rata Anaplasma sp.,
Theileria sp., dan Babesia sp. pada kuda-kuda ini adalah 1.05%, 1.01%, dan
0.68%. Kuda dengan tingkat parasitemia yang rendah tidak menunjukkan gejala
klinis dan berpotensi sebagai hewan pembawa. Berdasarkan penelitian infestasi
parasit darah (Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp.) yang rendah tidak
berpengaruh nyata pada nilai leukosit.

Kata kunci: parasit darah, nilai leukosit, kuda


ABSTRACT

ERLY RIZKA ADISTYA. The Effect of Blood Parasite (Anaplasma sp.,
Theileria sp., and Babesia sp.) Infestation in Leukocyte Value Horse (Equus
caballus). Supervised by AMROZI dan UMI CAHYANINGSIH.

This study was made to observe the effect of blood parasite (Anaplasma
sp., Theileria sp., and Babesia sp.) on leukocyte value in horse. The blood
samples were taken from 6 crossbred horses (3 male and 3 female) positively
infected by blood parasite (Anaplasma sp., Theileria sp., and Babesia sp.) with
variant age (2-10 years old) in URR, Faculty of Veterinary Medicine, Bogor
Agricultural University. Blood samples were taken every 2 weeks for 2 months.
The blood leukocyte value were analyzed using variance analysis (ANOVA).
Average of Anaplasma sp., Theileria sp., and Babesia sp. in those horses was
1.05%, 1.01%, and 0.68%, respectively. Horses with mild parasitemia were not
show clinical sign and potentially become parasite carrier. Based on the research
the mild infestation of blood parasite (Anaplasma sp., Theileria sp., and Babesia
sp.) was not significantly influence the leukocyte value.

Keywords: blood parasite, leukocyte value, horse


PENGARUH INFESTASI PARASIT DARAH (Anaplasma sp.,
Theileria sp., dan Babesia sp.) PADA NILAI LEUKOSIT KUDA
(Equus caballus)

ERLY RIZKA ADISTYA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Infestasi
Parasit Darah (Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp.) pada Nilai Leukosit
Kuda (Equus caballus) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2013

Erly Rizka Adistya
NIM B04080040

ABSTRAK
ERLY RIZKA ADISTYA. Pengaruh Infestasi Parasit Darah (Anaplasma sp.,
Theileria sp., dan Babesia sp.) pada Nilai Leukosit Kuda (Equus caballus).
Dibimbing oleh AMROZI dan UMI CAHYANINGSIH.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh parasit darah (Anaplasma
sp., Theileria sp., dan Babesia sp.) pada nilai leukosit kuda. Penelitian
menggunakan 6 ekor kuda crossbred terdiri atas 3 ekor kuda jantan dan 3 ekor
betina berumur 2-10 tahun yang sudah diidentifikasi positif terinfeksi parasit
darah (Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp.) di URR, Fakultas

Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Sampel darah diambil setiap 2
minggu sekali selama 2 bulan. Nilai leukosit darah selanjutnya dianalisis
menggunakan analisis bervariasi (ANOVA). Persentase rata-rata Anaplasma sp.,
Theileria sp., dan Babesia sp. pada kuda-kuda ini adalah 1.05%, 1.01%, dan
0.68%. Kuda dengan tingkat parasitemia yang rendah tidak menunjukkan gejala
klinis dan berpotensi sebagai hewan pembawa. Berdasarkan penelitian infestasi
parasit darah (Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp.) yang rendah tidak
berpengaruh nyata pada nilai leukosit.

Kata kunci: parasit darah, nilai leukosit, kuda

ABSTRACT

ERLY RIZKA ADISTYA. The Effect of Blood Parasite (Anaplasma sp.,
Theileria sp., and Babesia sp.) Infestation in Leukocyte Value Horse (Equus
caballus). Supervised by AMROZI dan UMI CAHYANINGSIH.

This study was made to observe the effect of blood parasite (Anaplasma
sp., Theileria sp., and Babesia sp.) on leukocyte value in horse. The blood
samples were taken from 6 crossbred horses (3 male and 3 female) positively

infected by blood parasite (Anaplasma sp., Theileria sp., and Babesia sp.) with
variant age (2-10 years old) in URR, Faculty of Veterinary Medicine, Bogor
Agricultural University. Blood samples were taken every 2 weeks for 2 months.
The blood leukocyte value were analyzed using variance analysis (ANOVA).
Average of Anaplasma sp., Theileria sp., and Babesia sp. in those horses was
1.05%, 1.01%, and 0.68%, respectively. Horses with mild parasitemia were not
show clinical sign and potentially become parasite carrier. Based on the research
the mild infestation of blood parasite (Anaplasma sp., Theileria sp., and Babesia
sp.) was not significantly influence the leukocyte value.

Keywords: blood parasite, leukocyte value, horse

PENGARUH INFESTASI PARASIT DARAH (Anaplasma sp.,
Theileria sp., dan Babesia sp.) PADA NILAI LEUKOSIT KUDA
(Equus caballus)

ERLY RIZKA ADISTYA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Pengaruh Infestasi Parasit Darah (Anaplasma sp., Theileria sp.,
dan Babesia sp.) pada Nilai Leukosit Kuda (Equus caballus)
Nama

: Erly Rizka Adistya

NIM

: B04080040

Disetujui oleh


drh. Amrozi, PhD

Dr. drh. Hj. Umi Cahyaningsih, MS.

Pembimbing I

Pembimbing II

Diketahui oleh

drh. Agus Setiyono, MS. Ph. D, APVet
Wakil Dekan FKH

Tanggal Lulus:

37

RIWAYAT HIDUP


Penulis dilahirkan di Kotabaru, Kalimantan Selatan
pada tanggal 1 Juni 1991 dari ayah Ahmad Gazali, S.Pd,
MM. dan Ibu Erna Yulida, S.Sos.. Penulis merupakan
putri pertama dari tiga bersaudara di keluarga ini. Penulis
menyelesaikan jenjang pendidikan dari TK Aba Al’Jihad,
SDN Dirgahayu 6, SMPN 1, dan SMAN 1 di Kabupaten
Kotabaru.
Tahun 2008 penulis masuk Program Sarjana Kedokteran Hewan di
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai pengurus Badan Eksekutif
Mahasiswa Katalis periode 2009-2010, anggota Divisi Kuda di Himpro
Hewan Kesayangan dan Satwa Eksotik, anggota di UKM Badminton, dan
ketua Sorcherry Riding Club (Klub Berkuda) periode tahun 2011-2012.

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala Karunia
dan Rahmat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Shalawat serta
Salam selalu tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran

Hewan di Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2012 ini adalah
parasit darah, dengan judul Pengaruh Infestasi Parasit Darah (Anaplasma sp.,
Theileria sp., dan Babesia sp.) pada Nilai Leukosit Kuda (Equus caballus).
Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis ucapkan
kepada Bapak drh. Amrozi, PhD dan Ibu Dr. drh. Hj. Umi Cahyaningsih, MS
selaku pembimbing, serta Bapak Dr. drh. Nurhidayat, M.S.PAvet. yang telah
membantu dalam proses pemotretan preparat ulas darah. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada Ayahanda Ahmad Gazali, Ibunda Erna Yulida, Hazar
Sukareksi, serta seluruh keluarga, atas segala doa, perhatian, dan kasih sayangnya.
Di

samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada teman-teman SRC

(Sorcherry Riding Club), Ade Ocktaviani R, SKH, drh. Sarah Ulia, semua pihak
yang membantu selama penilitian, serta semua teman-teman yang telah membantu
selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan, Institut
Pertanian Bogor.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, Januari 2013

Erly Rizka Adistya

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Kuda

2

Darah

3

Leukosit

3

Nilai Leukosit

4

Neutrofil

4

Eosinofil

4

Basofil

4

Limfosit

5

Monosit

5

Parasit Darah

5

Anaplasma sp.

5

Theileria sp.

6

Babesia sp.

6

BAHAN DAN METODE

6

Waktu dan Tempat Penelitian

6

Hewan Percobaan

7

Metode Pengambilan Darah

7

Perhitungan Nilai Total BDP (Butir Darah Putih/Leukosit)

7

Pewarnaan Preparat Ulas Darah

7

Pemeriksaan Parasit Darah dan Perhitungan Leukosit

8

Pengolahan Data

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

8

Identifikasi dan Persentase Parasit Darah

8

Anaplasma sp.

10

Theileria sp.

10

Babesia sp.

10

Parasitemia, Status Present, Nilai Total Leukosit, serta Nilai

11

Leukosit Selama Sembilan Minggu
SIMPULAN DAN SARAN

14

Simpulan

14

Saran

14

DAFTAR PUSTAKA

15

LAMPIRAN

17

RIWAYAT HIDUP

37

DAFTAR TABEL

1

Hasil pengamatan preparat ulas darah pada enam ekor kuda

8

(Equus caballus)
2

Persentase parasitemia (Anaplasma centrale, Anaplasma marginale,

11

Theileria sp., dan Babesia sp.) pada kuda (Equus caballus)
3

Status Present pada kuda (Equus caballus)

12

4

3

Nilai Total Leukosit (per mm ) pada kuda (Equus caballus)

13

5

Persentase nilai relatif leukosit pada kuda (Equus caballus)

13

DAFTAR GAMBAR

1

Kuda (Dokumentasi)

2

2

Leukositopoiesis

3

3

Neutrofil

4

4

Eosinofil

4

5

Basofil

4

6

Limfosit

5

7

Monosit

5

8 Gambaran mikroskopis Anaplasma sp.

5

Gambaran mikroskopis Theileria sp.

6

10

Gambaran mikroskopis Babesia sp.

6

11

Gambaran Mikroskopis Anaplasma sp. berdasarkan hasil pengamatan

10

12

Gambaran Mikroskopis Theileria sp. berdasarkan hasil pengamatan

10

13

Gambaran Mikroskopis Babesia sp. berdasarkan hasil pengamatan

11

9

DAFTAR LAMPIRAN

1.

Hasil Statistik (ANOVA) Parasit Darah (Anaplasma sp., Theileria sp.,

17

dan Babesia sp.)
2

Hasil Statistik (ANOVA) Nilai Leukosit

22

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kuda (Equus caballus) merupakan mammalia yang masih satu famili
dengan keledai dan zebra, berjalan menggunakan kuku, memiliki sistem
pencernaan monogastrik, dan memiliki sistem reproduksi poliestrus (Draper 2003).
Pada mulanya, kuda hanya dijadikan sebagai bahan makanan manusia. Seiring
dengan perkembangan zaman, manusia menggunakan kuda sebagai sarana
transportasi, sarana perang, dan olah raga. Peranan kuda sebagai sarana
transportasi telah berhasil membuka isolasi daerah pedalaman sehingga
masyarakat di daerah itu dapat berkomunikasi dengan masyarakat luar. Sebagai
sarana dalam perang, kuda dipakai untuk tunggangan para prajurit dan untuk
mengangkut peralatan perang (Soehardjono 1990).
Kesehatan merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam memelihara
kuda karena kesehatan kuda sangat mempengaruhi keindahan, kegagahan, dan
tenaga kuda tersebut. Berdasarkan data DITJENNAK (2003), populasi kuda di
seluruh provinsi Indonesia rata-rata mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Penurunan populasi kuda tersebut dapat disebabkan oleh penyakit yang bersifat
akut ataupun kronis, salah satunya adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit
darah. Kuda yang terinfeksi oleh parasit darah Anaplasma sp., Theileria sp., dan
Babesia sp. akan menyebabkan kehilangan darah yang berdampak serius pada
kuda tersebut, sehingga menyebabkan kerugian akibat pertumbuhan terhambat,
penurunan bobot badan, penurunan daya kerja, dan penurunan daya reproduksi
(Soulsby 1982). Penyebaran parasit darah Anaplasma sp., Theileria sp., dan
Babesia sp. dipengaruhi populasi caplak (Soulsby 1982) dan kondisi geografis,
iklim, cuaca, sosial budaya, serta sosial ekonomi di daerah tersebut (Brotowidjoyo
1987).
Leukosit yang berfungsi melindungi tubuh dari masuknya mikroorganisme
asing yang dapat menimbulkan penyakit akan berpengaruh nilainya akibat
keberadaan parasit darah (Kelly 1984). Leukosit dibagi menjadi granulosit terdiri
atas neutrofil, eosinofil, serta basofil dan agranulosit terdiri atas monosit serta

limfosit (Guyton dan Hall 2006). Hasil penelitian digunakan untuk mengetahui
pengaruh infestasi parasit darah pada nilai leukosit kuda (Equus caballus) serta
mengetahui jenis leukosit yang berperan karena adanya parasit darah Anaplasma
sp., Theileria sp., dan Babesia sp. pada kuda tersebut.

Perumusan Masalah
1. Apakah terdapat infestasi parasit darah pada kuda-kuda di URR ?
2. Berapakah persentase infestasi parasit darah pada kuda-kuda yang positif
terinfeksi ? Tingkat keparahan ?
3. Berapakah nilai% relatif Leukosit (Eosinofil, Neutrofil, Basofil, Limfosit,
Monosit)
4. Setelah mengetahui persentasenya, apakah terbukti infestasi parasit darah
akan mengubah nilai normal leukosit ?
Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh infestasi parasit darah pada
nilai leukosit kuda (Equus caballus).

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini ialah untuk mengetahui ada atau tidaknya parasit
darah (Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp.) sehingga dapat melakukan
pencegahan agar tidak menimbulkan penyakit yang lebih berat dan dapat
mengetahui jenis leukosit yang berperan dalam keberadaan parasit darah
(Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp.).

TINJAUAN PUSTAKA

Kuda

Gambar 1 Kuda (Dokumentasi)

Kuda (Equus caballus) masih satu famili dengan keledai dan zebra,
berjalan menggunakan kuku, memiliki sistem pencernaan monogastrik, dan
memiliki sistem reproduksi poliestrus (Draper 2003). Nenek moyang kuda
pertama kali dikenal dengn nama Hyracoterium dan diperkirakan telah ada sekitar
70-60 juta tahun yang lalu (Kidd 1995). Kuda pada awalnya memiliki konformasi
tubuh ramping dan panjang dengan ukuran tubuh sebesar serigala sehingga dapat
bergerak lincah. Pada bagian ekstremitas terdapat 3 jari pada bagian kaki depan
dan 4 jari pada kaki belakang. Seiring dengan perubahan geografis dunia, maka
kuda mengalami proses evolusi menjadi sebesar domba yang dikenal dengan
nama Mesohippus dan diperkirakan hidup sekitar 35 juta-25 juta tahun yang lalu.
Perubahan morfologis yang terjadi yakni hanya terdapat 3 jari pada kaki depan.
Merychippus merupakan perkembangan lebih lanjut dari proses evolusi kuda.
Spesies ini memiliki karakteristik yang hampir mirip dengan kuda Shetland poni.
Mulai saat itu tidak terjadi perubahan berarti dalam evolusi kuda karena proses
adaptasi sudah berlangsung dengan lebih baik. Perkembangan selanjutnya dikenal
dengan nama Pliohippus yang diperkirakan hidup sekitar 7-2 juta tahun yang lalu.

Pliohippus menjadi kuda berteracak tunggal pertama yang selanjutnya
berkembang menjadi Equus caballus yang dikenal saat ini. Kuda Prezwalski yang
terdapat di Rusia dan Mongolia dianggap sebagai salah satu nenek moyangnya
kuda yang ada saat ini, karena morfologi tubuhnya yang masih mirip dengan
ancestor kuda sebelumnya (Kidd 1995).
Kuda merupakan salah satu hewan yang memiliki kemampuan istimewa
seperti jinak, dapat berenang, mudah dilatih dan dapat merasakan lingkungan
sekitarnya. Perkembangan kuda di Indonesia dimulai sejak berdirinya kerajaan
Hindu Budha pada abad ke -7 Masehi. Kuda di Indonesia digunakan untuk bahan
makanan (terutama masyarakat Indonesia Bagian Timur), sarana perang (saat
Kerajaan Hindu-Budha abad VII Masehi, Kerajaan Islam abad XIII-XV dan
penjajahan Belanda abad XVIII) dan juga sebagai sarana transportasi untuk
mengangkut semua hasil bumi (Soehardjono 1990).
Salah satu jenis kuda yang menjadi cikal bakal perkembangan kuda di
Indonesia adalah kuda (Equus caballus) yang berasal dari Pulau Jawa, seperti
kuda Tengger, kuda Priangan dan kuda Dieng. Menurut para ahli, ketiga jenis
kuda tersebut merupakan nenek moyang kuda di Pulau Jawa yang populasinya
terancam punah. Kuda ini tergolong ke dalam kuda poni dengan ukuran tubuh
lebih besar jika dibandingkan dengan spesies kuda poni dari wilayah lain di
Indonesia, lebih tahan terhadap kondisi lingkungan tropis sepanjang hari, sehingga
biasa digunakan oleh para penduduk di Jawa sebagai sarana transportasi (Mackay
1995).

Darah
Darah adalah jaringan yang berbentuk cair dan mengalir melalui saluran
vaskuler

(Jain

1993).

Menurut

Kay

(1998)

beberapa

substansi

yang

ditransportasikan oleh darah di antaranya adalah gas O2 dan CO2, nutrisi, sisa
produk metabolisme, sel darah khusus, hormon, dan panas.
Kuda memiliki volume darah sekitar 7-8% bobot badannya. Volume darah
di dalam tubuh kuda bervariasi jumlahnya bergantung pada umur, jenis kelamin,
status reproduksi, status emosional, dan aktivitas fisik (Douglas et al. 2010).

Leukosit
Leukosit berfungsi mempertahankan tubuh dari serangan agen-agen patogen,
zat beracun, dan menyingkirkan sel-sel rusak serta abnormal (Kelly 1984).
Pembentukan leukosit dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 leukositopoiesis (Guyton dan Hall 2006)

Pembentukan sel darah putih diawali dari differensiasi stem sel menjadi
myeloblast dan prolimfosit, kemudian myeloblast menjadi 2 bagian, yaitu
premyelosit dan monosit myelosit. Premyelosit berdifferensiasi menjadi 3 bagian
yang kemudian membentuk sel-sel granulosit yang terdiri atas eosinofil, neutrofil,
dan basofil. Monosit myelosit membentuk monosit. Sedangkan prolimfosit akan
berdiferensiasi membentuk limfosit (Bacha dan Bacha 1990).

NILAI LEUKOSIT
Neutrofil
Neutrofil berdiameter 10-12 µm, bergranul dan memiliki inti bergelambir.
Neutrofil merupakan garis pertahanan pertama yang berfungsi memfagositosis
infestasi kuman patogen dengan masa hidup kira-kira 5 hari (Tizard 1982).

Gambar 3 Neutrofil (Douglas et al. 2010)

Eosinofil
Eosinofil memiliki nukleus bergelambir dua, butir-butir asidofil cukup besar,
berdiameter 10-15 µm dan hidup selama 3-5 hari (Dellman dan Brown 1987).
Eosinofil berperan sebagai sel fagosit terhadap komponen asing yang telah
bereaksi dengan antibodi (Martini et al. 1992).

Gambar 4 Eosinofil (Douglas et al. 2010)

Basofil
Basofil memiliki diameter 10-15 µm, dengan inti dua bergelambir atau
bentuk inti tidak teratur, granulanya berukuran 0.5-1.5 µm, berwarna biru
tua/ungu (Dellman dan Brown 1987). Sel basofil sangat sulit ditemukan (Jain
1993). Basofil berperan dalam respon alergi (Guyton dan Hall 2006).

Gambar 5 Basofil (Douglas et al. 2010)

Limfosit
Limfosit memiliki dua bentuk, yaitu limfosit besar berdiameter 12-15 µm
dan limfosit kecil berdiameter 6-9 µm (Dellman and Brown 1987). Limfosit
berperan dalam proses kekebalan dalam pembentukan antibodi khusus
(Wresdiyati 2002). Ada dua jenis sel limfosit, yaitu sel limfosit-T dan sel limfositB. Sel limfosit-T (Sel-T) erat hubungannya dengan pertahanan seluler, sedangkan
sel limfosit-B (Sel-B) berperan dalam pertahanan humoral (Martini et al. 1992).

Gambar 6 Limfosit (Douglas et al. 2010)

Monosit
Monosit merupakan leukosit terbesar dengan diameter 15-20 µm dan
berbentuk tapal kuda (Dellman and Brown 1987). Monosit memiliki kemampuan
fagositosis yang lebih hebat dari neutrofil karena dapat memfagosit 100 sel bakteri
(Guyton dan Hall 2006).

Gambar 7 Monosit (Douglas et al. 2010)

Parasit Darah
1.

Anaplasma sp.
Anaplasma sp. merupakan parasit darah yang memiliki mortalitas pada

hewan agak tinggi (Merchant dan Barner 1971), terdiri atas massa globular
padat berukuran 0.3 sampai 1.0 µm (Jensen1974).

Gambar 8 Gambaran mikroskopis Anaplasma sp. (Noaman et al.
2009)
2. Theileria sp.
Theileria sp., menurut Soulsby (1982) berbentuk batang berukuran kirakira 1.5-2.0 µm x 0.5-1.0 µm memiliki siklus hidup yang terjadi dalam tubuh
caplak dan di tubuh induk semang.

Gambar

9 Gambaran mikroskopis Theileria sp. (Mahmood et al.
2011)

3.

Babesia sp.
Menurut Levine (1995), Babesia sp. termasuk dalam subfilum

Apicomplexa, kelas Piroplasma, dan family Babesiidae. Babesia sp. dapat

menyebabkan babesiosis. Babesia sp. memiliki diameter 2.5-5.0 µm.
Perkembangan parasit ini di dalam tubuh caplak dimulai dari larva caplak
yang menetas dari telur dan memasuki kelenjar ludah dan melanjutkan
perkembangannya. Proses perkembangbiakkan ini memakan waktu 2-3 hari
(Levine 1995).

Gambar 10 Gambaran mikroskopis Babesia sp. (Cleveland et al.
2002)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012. Selama bulan
April-Juni dilakukan pengambilan dan pengamatan sampel darah setiap 2 minggu
sekali selama 2 bulan. Pengambilan sampel darah kuda dilakukan di Unit
Rehabilitasi Reproduksi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Pengamatan sampel darah di Laboratorium Protozoologi Departemen Ilmu
Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran
Hewan, Institut Pertanian Bogor. Sebelum penelitian dilaksanakan, dilakukan
pemeriksaan terlebih dahulu terhadap sampel darah kuda-kuda yang akan diteliti
dan didapatkan hasil dari 6 sampel darah yang berasal dari 6 ekor kuda, positif
terdapat infestasi parasit darah (Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp.).
Pengamatan sampel darah yang terdapat infestasi parasit darah (Anaplasma sp.,
Theileria sp., dan Babesia sp.) dilakukan selama 9 minggu didasari pengamatan
selama 9 minggu sudah cukup untuk melihat perkembangan infestasi Anaplasma
sp., Theileria sp., dan Babesia sp. berdasarkan siklus hidupnya.

Hewan Percobaan
Penelitian menggunakan 6 kuda crossbred yang sudah diidentifikasi positif
terinfeksi parasit darah (Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp.) di Unit
Rehabilitasi Reproduksi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor,
terdiri atas 3 ekor kuda jantan dan 3 ekor kuda betina berumur 2-10 tahun. Kudakuda dipelihara pada kandang yang berukuran 3 x 2.5 m2. Pemberian pakan pada
kuda berupa rumput dan konsentrat dengan waktu pemberian jam 5 pagi untuk
konsentrat, jam 12 siang untuk pemberian rumput, jam 3 sore untuk pemberian
konsentrat dan jam 6 sore untuk pemberian rumput lagi. Pemberian minum
dilakukan ad libitum.

Metode Pengambilan Darah

Pengambilan darah dilakukan dengan menggunakan disposable syringe 10
ml dan jarum ukuran 18G sebanyak ± 3 ml darah dari vena jugularis, kemudian
disimpan di dalam tabung darah bervolume 3 ml yang mengandung EDTA (Hanie
2006). Pengambilan sampel darah dilakukan 2 minggu sekali selama 2 bulan.

Perhitungan Nilai Total BDP (Butir Darah Putih/Leukosit)
Perhitungan nilai butir darah putih menurut Curnin dan Bassert (2006)
menggunakan pipet pengencer, kamar hitung, mikroskop, kertas saring, alat
penghitung, dan cairan pengencer (Larutan Turk). Perhitungan nilai total butir
darah putih dilakukan dengan menghisap darah menggunakan pipet leukosit dan
aspiratornya sampai garis 0.5, dilanjutkan dengan menambah larutan turk sampai
garis 11. Campuran dihomogenkan dengan memutar membentuk angka 8.
Campuran yang tidak homogen dibuang terlebih dahulu. Campuran yang
homogen diteteskan ke dalam kamar hitung. Penghitungan butir-butir darah putih
dilakukan pada kelima kotak diagonal pada 4 bujur sangkar besar di sudut kamar
hitung kemudian hasilnya x 50 butir/mm3 darah.

Pewarnaan Preparat Ulas Darah
Pembuatan dan pewarnaan preparat ulas darah menurut Mahmood et al.
(2011) menggunakan sampel darah yang akan diperiksa, alkohol 70%, metil
alkohol, larutan pewarna Giemsa, aquades, kaca preparat, dan timer. Pembuatan
preparat ulas darah diawali dengan kaca preparat dibersihkan kemudian sampel
darah diteteskan pada satu sisi kaca preparat. Satu kaca preparat lain ditempatkan
di sisi ujung dengan membentuk sudut 45o. Ulasan darah dibuat sampai terbentuk
lapisan tipis dan merata. Preparat dikeringkan di udara untuk selanjutnya
dimasukkan ke dalam metil alkohol (5 menit) dan diwarnai dengan Giemsa (30
menit), selanjutnya preparat ulas darah yang sudah terwarnai dicuci dan
dikeringkan di udara.

Pemeriksaan Parasit Darah dan Perhitungan Leukosit
Preparat ulas darah yang telah diberi pewarnaan kemudian diamati ada
tidaknya parasit darah dan dihitung nilai leukosit dalam sampel darah tersebut di

bawah mikroskop dengan perbesaran objektif 100x dan okuler 10x. Tingkat
parasitemia dihitung dengan membagi jumlah sel yang terdapat infestasi parasit
darah (Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp.) untuk setiap 500 butir sel
darah merah (Alamzan et al. 2008). Nilai leukosit didapat dengan cara sel leukosit
dalam sampel darah tersebut dihitung hingga jumlah total yang teramati mencapai
jumlah 100. Setelah didapat presentase nilai relatif leukosit, nilai absolut dari
masing-masing jenis leukosit ditentukan (Curnin dan Bassert 2006).

Pengolahan Data
Tingkat parasitemia dan nilai leukosit yang didapat dianalisis dengan
ANOVA.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi dan Persentase Parasit Darah
Hasil pengamatan preparat ulas darah pada enam ekor kuda yang berada
di Unit Rehabilitasi Reproduksi (URR FKH IPB) dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 1 Hasil pengamatan preparat ulas darah pada enam ekor kuda (Equus
caballus)
Kuda

Parasit Darah
A. centrale

1

+

:

Kuda

+

Babesia sp.
+

Gambar :

Gambar :

Gambar :

+

+

+

+
Gambar

Theileria sp.

+

Gambar :

2

A. marginale

Gambar :

Gambar :

Gambar :

Parasit Darah
A. centrale

A. marginale

Theileria sp.

Babesia sp.

3

+
Gambar :

4

+
Gambar :

+
Gambar :

5

Gambar:

Gambar :

6

Anaplasma sp.

+

+

Gambar :

+
Gambar :

+
Gambar :

+

+
Gambar :

Gambar :

Gambar :

+
Gambar :

Gambar:

+

+

+

+
Gambar :

+
Gambar :

+
Gambar :

Parasit darah yang paling banyak ditemukan adalah Anaplasma sp..
Anaplasma sp. ditemukan di dalam preparat ulas darah memiliki gambaran
morfologi berbentuk bulat yang terletak di tengah (Anaplasma centrale) dan di
tepi (Anaplasma marginal) sel darah merah. Anaplasma sp. yang diwarnai dengan
pewarnaan Giemsa terdiri atas massa globular yang padat dengan ukuran diameter
0.3 sampai 1.0 µm. Terlihat di bawah mikroskop elektron setiap Anaplasma sp.
terdiri atas suatu koloni yang berisi sampai 8 sub unit atau “initial bodies”, setiap
sub unit berukuran 0.16-0.27 µm x 0.24-0.52 µm. Anaplasma sp. di dalam eritrosit
65% terdapat di tepi dan sisanya pada lokasi sentral. Anaplasmosis merupakan
suatu infestasi subakut dan tidak dapat menular lewat kontak langsung, ditandai
dengan demam, anemia, lemah, dan ikhterus (Jensen 1974).

Gambar

11

Gambaran mikroskopis Anaplasma sp. berdasarkan hasil
pengamatan

Theileria sp.
Morfologi Theileria sp. yang ditemukan berbentuk koma atau batang.
Theileria sp. sesuai dengan gambaran morfologinya menurut Soulsby (1982) yaitu
berbentuk batang yang memiliki ukuran kira-kira 1.5-2.0 µm x 0.5-1.0 µm. Gejala
klinis yang ditimbulkan akibat infestasi Theileria sp. di antaranya lakrimasi,
gangguan saluran pencernaan, dispnea, serta pembengkakan limfoglandula.

Gambar

12

Gambaran

mikroskopis Theileria sp. berdasarkan hasil

pengamatan

Babesia sp.
Morfologi Babesia sp. yang ditemukan berbentuk seperti buah pear,
sepasang maupun tunggal. Babesia sp. sesuai dengan gambaran Babesia sp.
menurut referensi, bentuknya menyerupai buah pear dan memiliki diameter 2.55.0 µm, meruncing pada salah satu ujungnya dan pada ujung lain tumpul dan
berpasangan (Hunfeld et al. 2008). Babesia caballi merupakan spesies dari
Babesia sp. yang menyerang kuda bertransisi melalui caplak genus Dermacentor,
Hyalomma, dan Rhipicephalus (Uilenberg 2006) dan memiliki gejala klinis yaitu
demam tinggi serta anemia.

Gambar

13

Gambaran mikroskopis Babesia sp. berdasarkan hasil

pengamatan

Parasitemia, Status Present, Nilai Total Leukosit, serta Nilai Leukosit Selama
Sembilan Minggu

Tabel 2

Persentase parasitemia (Anaplasma centrale, Anaplasma marginale,
Theileria sp., dan Babesia sp.) pada kuda (Equus caballus)

Jenis Parasit

Minggu Ke1

A. centrale

3
bc

1.23 ± 0.30

5
bcd

1.22 ± 0.40

7
cdef

0.83 ± 0.10

9
efg

0.75 ± 0.20

0.70 ± 0.40efg

A. marginale 2.03 ± 0.70a 1.22 ± 0.50bcd 0.95 ± 0.20cde 0.77 ± 0.10defg 0.88 ± 0.20cdef
Theileria sp. 0.43 ± 0.20fg 1.45 ± 0.60b
Babesia sp.

1.28 ± 0.50bc

0.97 ± 0.40cde 0.92 ± 0.40cde

0.37 ± 0.40g 0.87 ± 0.30cdef 0.77 ± 0.40defg 0.75 ± 0.20efg 0.68 ± 0.30efg

Keterangan : huruf superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan
berbeda nyata.

Masing-masing parasit darah memiliki jumlah dan tingkat keparahan yang
berbeda. Tingkat keparahan atau tingkat tingkat parasitemia dibagi menjadi tiga
tingkatan berdasarkan penemuannya dalam satu lapang pandang, yaitu rendah
(