Dominant-hegemonic position Negotiated reading Oppositional reading
21
dapat mengungkapkan pemahaman mengenai teks dengan mempertimbangkan identifikasi, motivasi, dan implikasinya dalam teks.
Analytical discursive readings may also reflect viewers‟ consideration of the motivation behind the message, and may be framed in terms of the perceived political or discursive
aims of the producers in promoting a certain message and in their representation of particular characters or events in a text.
Michelle, 2007: 207
Sementara elemen kedua adalah posisional. Elemen ini secara efektif menentukan posisi diskursif khalayak dalam merespon suatu teks media sebagai
sebuah pesan. Dalam dimensi ini, khalayak dapat mengambil posisi terkait dengan respon yang diberikan terhadap teks, yang akan ditentukan oleh afiliasi diskursif
masing-masing individu. Untuk menentukan posisi khalayak, memang dibutuhkan seperangkat analisis tekstual untuk menentukan
preffered reading
. Namun Michelle menawarkan sifat polisemi media juga hadir dalam teks sehingga tidak
ada suatu makna yang pasti dan tunggal, seperti diungkapkan sebagai berikut:
Of course, to identify a preferred reading offers no proof of its ideological effectivity, both because the meaning of the text cannot be singularly fixed once and for all, and
because authorial intention cannot guarantee that this preferred meaning will be the meaning discerned by any individual reader Derrida, 1976; Barthes, 1977. Thus, even
where the structure of a text does clearly privilege a particular discursive “voice,” there remains potential for audience members to draw on alternative discourses both present
within the text as subordinated or implicit discursive voices, and within the wider macro context of reception.
Michelle, 2007: 209
Dalam menentukan posisi yang diambil khalayak dalam membaca teks media, Michelle menggunakan tiga posisi membaca yang disajikan oleh Stuart
Hall 1980 sebagai berikut: