Pengertian Anak Tinjaauan Umum tentang Anak Sebagai Korban Kekerasan Seksual
orang dewasa. Kedewasan seseorang dalam lingkungan hukum digunakan untuk menentukan apakah dia dapat dipandang sebagai subyek hukum dan mampu
mempertanggungjawabkan semua perbuatannya, termasuk sebagai orang yang belum
dewasa adalah
subyek hukum
yang tidak
mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya. Hal itu dapat dilihat dari beberapa
perumusan perundang-undangan yang mengatur mengenai pengertian anak, sebagai berikut.:
a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor. 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan juga menjelaskan mengenai anak, meskipun secara tidak langsung mengatur tentang masalah kapan seseorang digolongkan sebagai
anak. Namun dalam Pasal 6 ayat 2 yang memuat ketentuan syarat perkawinan bagi seseorang yang belum mencapai usia 21 tahun harus
mendapat izin dari kedua orang tua. Begitu pula dalam Pasal 7 ayat 1 yang memuat batas minimum untuk dapat kawin bagi pria adalah 19 tahun bagi
wanita 16 tahun. Berdasarkan pasal 6 ayat 2 dan pasal 7 ayat 1 dapat disimpulkan bahwa
dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan ditentukan batas sudah dewasa atau belum dewasa adalah 16 dan
19 tahun. b.
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak menyebutkan bahwa :
“Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 dua puluh satu tahun dan belum pernah menikah.”
c. Pasal 1 ayat 5 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
memberikan pengertian anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18
delapan belas tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya.
d. Pasal 1 ayat 1 UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
memberikan pengertian anak adalah seseorang yang belum berusia 18 delapan belas tahun, termasuk anak yang ada didalam kandungan.
e. Pasal 1 angka 1 Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun
2011 tentang Pembinaan, Pendampingan, dan Pemulihan terhadap Anak yang menjadi Korban atau Pelaku Pornografi menyebutkan bahwa :
“Anak yang menjadi korban pornografi adalah anak yang mengalami trauma atau penderitaan sebagai akibat tindak pidana
pornografi” f.
Dalam Pasal 330 Kitab Undang-undang Hukum Perdata
Burgelijk Weetbook
, diatur tentang batasan umur anak bahwa anak adalah yang belum berumur 21 tahun dan belum kawin.