Pengertian dan Ruang Lingkup Pendekatan dan Faktor-faktor yang

239 dengan dilakukannya penelitian tentang dampak pembangunan kampus terpadu keberadaan Unimus terhadap kehidupan masyarakat sekitar.

1.2. Perumusan Masalah

Dari gambaran tersebut diatas, maka rumusan masalahnya adalah Bagaimana Dampak Pembangunan Kampus Terpadu Keberadaan Universitas Muhammadiyah Semarang terhadap Kehidupan Masyarakat Sekitar, yang dirinci : a. Bagaimanakah tingkat pendidikan, pengetahuan dan wawasan Aspek Pendidikan masyarakat sekitar setelah pembangunan Kampus Terpadu UNIMUS ? b. Bagaimanakah kualitas kesehatan masyarakat sekitar setelah pembangunan Kampus Terpadu UNIMUS ? c. Bagaimanakah semangat keberagamaan masyarakat setelah pembangunan Kampus Terpadu UNIMUS ? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui persepsi masyarakat sekitar terhadap dampak pembangunan Kampus Terpadu UNIMUS di wilayah Kedungmundu, dari aspek pendidikan, kesehatan, sosial dakwah keagamaan, serta harapan masyarakat terhadap peran kampus terpadu UNIMUS pada masa-masa mendatang.

1.3.2. Manfaat yang dapat diperoleh dari

penelitian ini adalah : a. Manfaat Praktis. Diharapkan dari hasil penelitian ini :  Memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi pengelola UNIMUS dalam mengambil kebijakan untuk mengembangkan peran kampus dalam memajukan masyarakat, khususnya di sekitar kampus terpadu.  Memberikan masukan untuk dijadikan bahan pertimbangan bagi UNIMUS dalam melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dan pengembangan kelembagaan. b. Manfaat Teoritis  menambah pengetahuan mengenai perkembangan wilayah perencanaan kawasan, khususnya kawasan sekitar perguruan tinggi yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.  Dapat menjadi acuan penelitian lebih lanjut.

1.4. Target

Luaran Luaran dari penelitian ini adalah publikasi ilmiah dalam jurnal.

2. STUDI PUSTAKA

2.1. Pengertian dan Ruang Lingkup

Persepsi 240 Untuk memahami perilaku atau tingkah laku manusia dapat ditelusuri melalui persepsi manusia terhadap lingkungannya. Persepsi merupakan suatu proses yang di dahului oleh penginderaan. Penginderaan merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu indera. Namun proses tersebut tidak terhenti disitu saja, pada umumnya stimulus tersebut diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai pusat susunan syaraf, dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena itu, proses persepsi tidak dapat lepas dari proses penginderaan, dan proses penginderaan merupakan proses yang mendahului terjadinya persepsi. Proses penginderaan terjadi setiap saat, yaitu pada waktu individu menerima stimulus yang mengenai dirinya melalui alat indera. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya Branca: 1964; dalam Syamsudin: 2005. Stimulus yang mengenai individu itu kemudian diorganisasikan dan diinterpretasikan, sehingga individu menyadari tentang apa yang diinderanya itu. Proses inilah yang dimaksud dengan persepsi. Jadi stimulus diterima oleh alat indera, kemudian melalui proses persepsi sesuatu yang diindera tersebut menjadi sesuatu yang berarti setelah diorganisasikan dan diinterpretasikan Davidoff :1981 dalam Bimo Wagito: 2001. Di samping itu, menurut Moskowitz dan Orgel 1969 d a l a m M . S y a m s u d i n 2 0 0 5 persepsi itu merupakan proses yang intergrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa persepsi itu merupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu, sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang intergrated dalam individu Bimo Walgito:2001:53-54.

2.2. Pendekatan dan Faktor-faktor yang

Berpengaruh pada Persepsi Dalam melihat persepsi ini ada dua pendekatan yaitu pendekatan konvensional dan pendekatan ekologis dari Gibson. Usaha menjelaskan perilaku sebagai ungkapan persepsi dapat dilihat dari interaksi antara rangsangan stimulus terhadap reaksi respons. Beberapa aliran hubungan Stimulus - Response antara manusia dengan lingkungannya, adalah: aliran determinisme; interaksionisme; dan transaksionisme. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap lingkungannya, adalah faktor obyek fisik dan faktor individu. Hasil interaksi individu dengan obyek fisik menghasilkan persepsi individu tentang obyek tersebut. Sedangkan respon manusia terhadap lingkungannya bergantung pada bagaimana http:www.ut.ac.idpersepsi.htm. Stimulus dan lingkungan sebagai faktor eksternal dan individu sebagai faktor 241 internal saling berinteraksi dalam individu mengadakan persepsi. Agar stimulus dapat dipersepsi, maka stimulus harus cukup kuat, stimulus harus melampaui ambang stimulus, yaitu kekuatan stimulus yang minimal tetapi sudah dapat menimbulkan kesadaran, sudah dapat dipersepsi oleh individu. Kejelasan stimulus banyak berpengaruh dalam persepsi. Stimulus yang kurang jelas, stimulus yang berwayuh arti akan berpengaruh dalam ketepatan persepsi. Oleh sebab itu, pada setiap keputusan oleh individu yang dilanjutkan dengan tindakan adalah cerminan dari perilaku individu. Masyarakat pada dasarnya terdiri atas kumpulan perilaku individu-individu yang mendiami suatu tempat untuk menjalankan proses kehidupan. Menurut Watson dalam Syamsudin, 2005 bahwa setiap tingkah laku pada hakekatnya merupakan tanggapan atau balasan response terhadap rangsangan stimulus. Dapat dijelaskan bahwa rangsangan yang berasal dari luar setiap individu berupa benda fisik atau materi akan memberikan dampak kepada setiap individu dalam memutuskan untuk bertindak. Ketika proses rangsangan terjadi, terdapat faktor antara, seperti proses kognisi, yang merupakan aktivitas untuk mengetahui dan memahami rangsangan. Perilaku dapat juga dipengaruhi oleh interaksi antara faktor-faktor individu dengan lingkungannya Thoha, 1992 dalam Syamsudin, 2005 . Faktor-faktor individu dapat dimunculkan dari aspek yang ada dalam pribadi dan psikologis individu yaitu proses kejiwaan seseorang dalam menghadapi rangsangan dari luar dirinya, yang meliputi, motivasi, persepsi, belajar, kepercayaan dan sikap. Sedangkan faktor lingkungan diwakili oleh aspek kebudayaan dan sosial tempat individu berada. Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa persepsi bersama dengan faktor-faktor yang lain akan mempengaruhi perilaku setiap individu. Dalam kesempatan lain, teori sosiologis lebih menitikberatkan pada hubungan dan pengaruh antara individu- individu yang dikaitkan dengan perilaku mereka. Jadi, lebih mengutamakan perilaku kelompok, bukannya perilaku individu. Manusia dipandang selalu menyesuaikan diri dengan bentuk dan norma umum dari lingkungan kulturalnya dan lingkungan hidupnya. Albari;1999 dalam Syamsudin, 2005

2.3. Peran Masyarakat pada Sektor