PERUBAHAN KEBIJAKAN EKONOMI DAN KOMUNIKASI KUBA TERHADAP AMERIKA SERIKAT DI ERA KEPEMIMPINAN RAUL CASTRO Changes in Cuba Economic and Communication Policy Towards United States in Raul Castro’s era Nurinayah 20130510293 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(1)

SKRIPSI

PERUBAHAN KEBIJAKAN EKONOMI DAN KOMUNIKASI

KUBA TERHADAP AMERIKA SERIKAT

DI ERA KEPEMIMPINAN RAUL CASTRO

Changes in Cuba Economic and Communication Policy Towards

United States in Raul Castro’s era

Nurinayah

20130510293

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


(2)

PERUBAHAN KEBIJAKAN EKONOMI DAN KOMUNIKASI

KUBA TERHADAP AMERIKA SERIKAT

DI ERA KEPEMIMPINAN RAUL CASTRO

Changes in Cuba Economic and Communication Policy Towards

United States in Raul Castro’s era

SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:

NURINAYAH 20130510293

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi saya ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik sarjana baik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ataupun di Perguruan Tinggi lain.

Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Yogyakarta, 24 Desember 2016


(4)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat, hidayah dan karunianya. Setelah berjuang beberpa waktu, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana Strata Satu (S-1) pada program studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Skripsi yang berjudul “ Perubahan Kebijakan Ekonomi dan Komunikasi Kuba Terhadap Kuba di Era Kepemimpinan Raul Castro “ dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari bahwa ini semua tidak terlepas dari bimbingan, arahan dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang begitu besar kepada :

1. Allah SWT, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan proses penulisan skripsi tanpa suatu halangan besar yang berarti.

2. Kepada kedua orangtua penulis yang senantiasa menyayangi, mendukung dan memberi masukan serta bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Bambang Cipto, M.A., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yoyakarta, yang memimpin seluruh kegiatan civitas akademik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Bapak Ir. H. M. Dasron Hamid, M.Sc., mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memimpin seluruh kegiatan civitas akademik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(5)

5. Ibu Dr. Nur Azizah, M.Si., selaku Ketua Jurusan HI Universitas Muhammadiyah Yogyakarta atas segala kemudahan yang diberikan kepada penulis.

6. Bapak Dr. Surwandono, M.Si, selaku dosen pembimbing yang dengan penuh perhatian, kesabaran, dan keikhlasan dalam meluangkan waktu, memberikan nasehat serta masukan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Ibu Siti Muslikati, S. IP, M.Si., yang senantiasa dengan kebaikan hatinya memberikan masukan dan bimbingan bagi penulis dalam proses penyelesaian skripsi.

8. Bapak Takdir Ali Mukti S. Sos, M.Si., yang selalu bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan masukan dan bimbingan bagi penulis dalam proses penyelesaian skripsi.

9. Seluruh staf pengajar Jurusan HI Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah berjasa dalam pengembangan keilmuan penulis.

10. Seluruh staf TU Fisipol dan Jurusan HI, Pak Waluyo, Pak Djumari dan Pak Ayub.

11. Tim februari movement yang selalu berusaha bersama, melewati suka dan duka dengan penulis dalam proses pembuatan skripsi.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

Akhir kata, dengan segala upaya dan kemampuan yang ada, penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, khususnya Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Kampus Tercinta UMY. Apabila ada kesalahan dalam penulisan kata atau nama mohon maaf atas segala kekurangan.

Yogyakarta, 24 Desember 2016


(6)

MOTTO

“Build your own dreams, or someone else will hire”

you to build theirs

Farrah Gray

“Dreams will never work unless you do”

“Always do your best, and let God do next”


(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan segala puja dan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa dan atas dukungan dan do’a dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat dirampungkan dengan baik pada waktunya. Oleh karena itu, dengan rasa bangga dan bahagia saya khaturkan rasa syukur dan terimakasih saya kepada:

1. Allah SWT, karena hanya atas izin dan karuniaNyalah maka skripsi ini dapat dibuat dan selesai pada waktunya. Puji syukur yang tak terhingga pada Allah SWT penguasa alam yang meridhoi dan mengabulkan segala do’a.

2. Bapak dan Ibu saya, Bapak Suparman, S.Sos dan ibu Siti Hairunnas, S.Sos yang telah memberikan dukungan moral maupun materi serta do’a yang tiada henti untuk kesuksesan saya, karena tiada kata seindah lantunan do’a dan tiada do’a yang paling khusuk selain do’a yang terucap dari orang tua. Ucapan terimakasih saja takkan pernah cukup untuk membalas kebaikan orang tua, karena itu terimalah persembahan bakti dan cinta anakmu ini untuk kalian bapak ibuku

3. Saudari - saudari saya, Siti Wardatun Warrahmah dan Naila Putri Munawarah yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, senyum dan do’anya untuk keberhasilan ini, cinta kalian adalah memberikan kobaran semangat yang menggebu, terimakasih dan sayang ku untuk kalian.

4. Keluarga Besar saya, kakek, nenek , bibi , om dan tante terima kasih karena selalu mendukung saya untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Doa


(8)

dan dukungan tersebut telah berhasil mendorong saya untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Bapak dan Ibu Dosen pembimbing, penguji dan pengajar, yang selama ini telah tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkan saya, memberikan bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai harganya, agar saya menjadi lebih baik. Terimakasih banyak Bapak dan Ibu dosen, jasa kalian akan selalu terpatri di hati.

6. Teman-teman saya, GG (Ana, Ina , Yani , Uby , Ima) yang selalu memberikan dukungan dan mememani saya dalam proses pembuatan skripsi.

7. The Qiran ( Amel, Radiyah , Nur , Iin ) yang selalu memberikan dukungan dan bantuan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi.

8. Kelompok KKN 48, yang selalu berhasil membantu saya melepas stress ketika menyusun skripsi ini.

9. Teman – teman Fantastic F, mba jos, ana, muti, putri, untari dan yang lainnya yang telah mendukung saya untuk mengerjakan skripsi ini.

Yogyakarta , 24 Desember 2016


(9)

Daftar Isi

HALAMAN JUDUL……….i

HALAMAN PENGESAHAN...ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...iii

KATA PENGANTAR...iv

MOTTO...vi

HALAMAN PERSEMBAHAN...vii

ABSTRACT...ix

Daftar Isi...x

Daftar Gambar...xii

Daftar Tabel...xiii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah...4

C. Kerangka Pemikiran...4

D. Hipotesis...10

E. Jangkauan Penelitian...11

F. Metode Penelitian...11

G. Tujuan Penelitian...12

H. Sistematika Penulisan...12

BAB II DINAMIKA POLITIK LUAR NEGERI KUBA TERHADAP AMERIKA SERIKAT...15

A. Hubungan Luar Negeri Kuba-Amerika Serikat 1902-1959...15

B. Revolusi dan Karakter Politik Luar Negeri Kuba...18


(10)

BAB III PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI KUBA TERHADAP

AMERIKA SERIKAT ERA RAUL CASTRO...34

A. Perubahan Orientasi Politik Luar Negeri Raul Castro...34

B. Kebijakan Luar Negeri Kuba era Raul Castro...40

C. Normalisasi Hubungan Luar Negeri Kuba – Amerika Serikat...44

BAB IV FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KEBIJAKAN EKONOMI DAN KOMUNIKASI KUBA TERHADAP AMERIKA SERIKAT...53

A. Faktor Eksternal...53

1. Kebijakan Ekonomi dan Komunikasi Amerika Serikat Terhadap Kuba...54

2. Dukungan Uni Eropa terhadap Perubahan Kebijakan Luar Negeri Kuba...64

B. Faktor Struktural ( Internal )...68

1. Kondisi Ekonomi Dalam Negeri Kuba...68

2. Perubahan Pandangan dan Kepentingan Rakyat Kuba Terhadap Amerika Serikat...78

C. Karakter leadership Raul Castro yang lebih terbuka dan pragmatis dalam menentukan Kebijakan Luar Negeri Kuba...86

BAB V KESIMPULAN...90


(11)

Daftar Gambar


(12)

Daftar Tabel

Tabel 1.1 Pertumbuhan Gross Domestic Product Kuba 1990-2014……….70

Tabel 1.2 Hutang Luar Negeri Kuba 2011-2014………72

Tabel 1.3 Pendapatan Per Kapita Rakyat Kuba 2011-2014………..73

Tabel 1.4 Nilai Ekspor-Impor Kuba 2010-2014………74


(13)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul:

PERUBAHAN KEBIJAKAN EKONOMI DAN KOMUNl KASI K UBA TE RHADAP

AMERIKA SERIKAT DI ERA KEPEMIMPINAN

RAUL CASTRO

Cmlllges ill Cuba Economic and Communication Policy Towards United States in RI1llI

Castro's era

DisuSlDl o]eh :

nurャjN セa YAH 201305 10293

Telah dipertahankan daJ am upaya ujian pendadaran dan dinyatakan LULUS yang disahkandi depan tim penguj i Program Studi limu Hubungan Internasional, Fakultas Umu Sosial dan

nmu Politik, Un iversitas Muhammadiyah Yogyakarta, Pada : Hari/Tanggal : Selasa, 20 Desember 2016

Waktu : 08.00 WlB Tempat : Ruang HI A

TIM PENGUJI

Dr. S andono M.Si. NIK : 163032

Penguji I Penguji

n

Takdir Ali Mukti, S.Sos, M.Si. NIK: 163035


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam membahas mengenai prinsip politik luar negeri, sejarah ideologi dan kepentingan nasional menjadi elemen-elemen penting yang harus dipertimbangkan. Setiap negara memiliki tujuan nasional masing-masing yang dimanifestasikan dalam kebijakan luar negeri, untuk kemudian menjadi dasar dalam menjalin kerjasama dengan negara lainnya. Oleh karena itu setiap negara harus merumuskan politik luar negeri untuk mencapai tujuan nasionalnya dalam ranah kerjasama internasional. Kuba merupakan negara kecil jika dilihat dari segi luas wilayah negara, namun akan berbeda halnya jika membahas mengenai pengaruh dan kebijakan luar negerinya. Kuba menjadi salah satu negara yang berani untuk memutuskan hubungan luar negerinya dengan Amerika Serikat dan menjadi salah satu negara komunis dengan porsentase pengaruh tertinggi dikawasan Amerika Latin, hal ini menjadikan setiap aktifitas dalam dan luar negerinya menjadi menarik untuk diikuti dan dianalisa.

Hubungan luar negeri antara Kuba-Amerika Serikat telah terjadi sejak abad 19 (Spin, 2015). Pada saat itu, Kuba masih merupakan negara koloni Spanyol. Didukung oleh letak geografis kedua negara yang berdekatan semakin memudahkan proses terjadinya perdagangan dan kerjasama ekonomi. Amerika Serikat terus melakukan upaya pendekatan terhadap Pemerintah Kuba, sejak saat itu segala usaha yang dilakukan oleh Kuba untuk melepaskan diri dari penguasaan Spanyol dilakukan dan didukung penuh oleh Amerika Serikat. Sebelum berhasil mengusir Koloni Spanyol, pada tanggal 19 April 1898 Kuba dan Amerika Serikat


(15)

telah membuat kesepakatan yaitu Amandemen Teller. Senator Henry M. Teller yang mengusulkan Amandemen ini ingin memastikan terhadap Rakyat Kuba, bahwa Amerika Serikat tidak akan mengambil kontrol permanen atas Kuba dan akan menarik seluruh pasukan mereka setelah perang melawan Spanyol berakhir. Namun, setelah Koloni Spanyol meninggalkan Kuba, Amerika Serikat melanggar kesepakatan tersebut (Arfia, 2014, p. 4).

Berbagai kontroversi dan isu-isu krusial seperti pemberontakan, pelanggaran HAM dan kesenjangan sosial terus terjadi dalam hubungan Kuba – Amerika Serikat. Sepanjang sejarah hubungan kedua negara, Rakyat Kuba sering melakukan pemberontakan demi mencari kedaulatan dan hak atas kemerdekaan negara mereka tanpa adanya campur tangan lagi dari pemerintahan Amerika Serikat atau negara lain. Pada tahun 1959, terjadi Revolusi Kuba di bawah pimpinan Fidel Castro Ruz yang berhasil menjatuhkan rezim kediktatoran Fulgencio Batista yang dianggap terlalu berpihak kepada Pemerintahan Amerika Serikat. Pasca revolusi, Fidel Castro menjadi Presiden Kuba (Jr., 1960, pp. 44-45), dibawah pemerintahannya hubungan Amerika – Kuba semakin memburuk. Fidel Castro menginginkan Amerika Serikat untuk tidak lagi mengintervensi urusan dalam negeri Kuba. Keputusan revolusioner yang diambil oleh Fidel Castro mendapat dukungan dari Rakyat Kuba secara keseluruhan, hal ini disebabkan oleh kebencian dari Rakyat Kuba akan tindakan Amerika Serikat yang terlalu ikut campur dan mengeksploitasi negara mereka (Maharani, 2012).

Tepat pada tahun 1961 Amerika Serikat melakukan embargo ekonomi terhadap Kuba berupa larangan perdagangan serta denda bagi perusahaan dari Amerika Serikat dan negara dunia ketiga yang bekerjasama dengan Kuba


(16)

(Diamond, 2015). Kebijakan ini menjadi titik awal putusnya hubungan antara Amerika dengan Kuba. Kebijakan embargo ekonomi oleh Amerika Serikat telah merugikan Kuba, selama 55 tahun terakhir Kuba menderita kerugian sebesar US$ 116,8 milliar (Armandhanu, 2014). Dibawah pemerintahan Fidel Castro, Kuba menerapkan Politik Luar Negeri yang sarat akan nilai – nilai paham komunis dalam semua sektor. Kemudian, memutuskan hubungan luar negeri dengan Amerika Serikat dan negara-negara yang memiliki hubungan kemitraan dengan negara tersebut. Fidel Castro menasionalisasi perusahaan swasta yang berada di Kuba serta meminimalisir porsentasi kepemilikan pribadi bagi Rakyat Kuba state-owned (Kawilarang, 2011). Kebijakan ini berlangsung selama 32 tahun sejak terpilihnya Presiden Fidel Castro sebagai Presiden Kuba.

Pada tahun 2008, Raul Castro resmi menjadi Presiden Kuba menggantikan saudaranya yaitu Fidel Castro. Dalam pidatonya Raul Castro mengatakan bahwa dia akan mengambil kebijakan yang berbeda dengan Fidel Castro yaitu lebih terbuka terhadap Reformasi Ekonomi (Gibbs, 2009). Berbeda dengan Presiden Fidel Castro yang sangat diktator dalam setiap kebijakan-kebijakan yang dikeluarkannya, Presiden Raul Castro cenderung sebaliknya. Raul Castro cenderung lebih terbuka dan pragmatis dalam setiap Kebijakan Luar Negeri yang diambilnya .

Lebih lanjut, Raul Castro mengeluarkan paket Kebijakan Reformasi Ekonomi yang terfokus kepada mengurangi peran negara dalam bidang ekonomi dan mendorong tumbuhnya perusahaan milik pribadi di Kuba. Raul Castro dengan intens melakukan promosi kebijakan tersebut baik dalam negeri maupun ke luar negeri (Plummer, 2011). Presiden Raul Castro menyadari akan kebutuhan Kuba


(17)

untuk berinteraksi dengan negara lainnya terutama dalam sektor ekonomi dan komunikasi (Voss, 2009).

Pada tanggal 17 Desember tahun 2014, Kuba dan Amerika Serikat melakukan Normalisasi Hubungan Luar Negeri (Ana, 2014). Tindakan ini secara tidak langsung telah menunjukan perubahan orientasi Kebijakan Luar Negeri Kuba terhadap Amerika Serikat. Hingga saat ini, upaya normalisasi terus dilakukan oleh Kuba dan Amerika Serikat.Perbaikan hubungan ini berorientasi kepada terbukanya akses ekonomi dan komunikasi Kuba terhadap Amerika Serikat.

Berdasarkan data diatas terdapat perubahan yang signifikan dalam kebijakan luar negeri Kuba terhadap Amerika Serikat dalam sektor ekonomi dan komunikasi. Hal inilah yang kemudian menimbulkan pertanyaan mengenai alasan serta faktor yang mempengaruhi Kuba membuka akses ekonomi dan komunikasi terhadap Amerika Serikat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan penulis di atas, maka rumusan masalahnya adalah : “ Mengapa Kuba di era Kepemimpinan Presiden Raul Castro merubah kebijakan ekonomi dan komunikasi dengan Amerika Serikat? ”

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran sangat diperlukan dalam melakukan penelitian. Dengan menentukan teori, model serta konsep yang akan penulis gunakan dalam proses penelitian. Maka, penulis akan dipermudah untuk melakukan analisis yang terstruktur dan jelas .Untuk menjawab rumusan masalah di atas, maka penulis


(18)

akan menjelaskannya dengan menggunakan Model Adaptif Politik Luar Negeri oleh James N Rosenau.

Model Adaptif Politik Luar Negeri ( James N Rosenau )

Menurut model ini politik luar negeri merupakan konsekwensi dari perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal dan lingkungan struktural (lingkungan internal). Dengan kata lain, tindakan politik luar negeri suatu negara pada suatu waktu tertentu merupakan penjumlahan dua variabel independen, yaitu perubahan eksternal dan perubahan struktural ( perubahan internal). Kemudian, para pembuat keputusan yang bertindak untuk meminimalkan resiko dan memaksimalkan peluang-peluang didasarkan pada persepsi para pembuat keputusan mengenai kondisi lingkungan disekitar mereka (Yanyan Mochamad Yani, 2014, pp. 7-8).

(Yanyan Mochamad Yani, 2014, p. 7)

Model ini berupaya untuk memisahkan beberapa pilihan politik luar negeri berdasarkan perkiraan kapabilitas yang dimiliki suatu negara dan posisi geopilitiknya.

Gambar 1.1 Model Adaptif Politik Luar Negeri

External Change

Foreign Policy Structural Change

(Internal Change) ) Leadership


(19)

Pt = Et + St

Pt = politik luar negeri pada suatu waktu tertentu Et = perubahan eksternal

St = perubahan struktural (internal)

Dalam perkembangannya kemudian berubah menjadi: Pt = Lt + Et + St

Lt = merupakan aspek kepemimpinan (leadership) dari elit politik suatu negara dalam waktu tertentu

Dalam perspektif ini semua negara-bangsa dapat dipandang sebagai suatu entitas yang selalu melakukan adaptasi terhadap lingkungannya. Maka itu analisis perspektif adaptif ini memusatkan perhatiannya pada proses tindakan adaptasi suatu negara sebagai suatu respon terhadap lingkungan eksternal dan internalnya yang berubah (Lovel, 1970, pp. 133-156). Dengan berpijak pada penilaian dari negara tersebut akan kapabilitas yang dimilikinya, posisi geografi, geopolitik, dan sebagainya (Jensen, 1982, p. 8). Secara khusus, Rosenau menyatakan bahwa politik luar negeri pada hakekatnya merupakan suatu mekanisme untuk negara-bangsa beradaptasi terhadap perubahan - perubahan di lingkungannya. James N Rosenau menambahkan didalamnya termasuk aspirasi, atribut nasional, kebudayaan, konflik, kapabilitas, institusi, dan aktifitas rutin untuk mencapai identitas sosial, hukum, dan geografi suatu negara (Perwira, 2005, pp. 47-49)

Oleh karena itu, pemerintah dan pemimpin suatu negara dalam upayanya untuk bertahan hidup dan mencapai tujuan nasionalnya harus menyeimbangkan tekanan internal dengan tuntutan eksternal. Perubahan – perubahan dalam politik luar negeri sering terjadi ketika perkembangan-perkembangan di lingkup internal


(20)

semakin meningkatnya tuntutan yang berkenaan dengan kondisi di lingkungan eksternal sesuai pada pandangan dan keyakinan dari Pemerintah itu sendiri (Yanyan Mochamad Yani, 2014, p. 9).

Perubahan sikap dan orientasi Kebijakan Luar Negeri Kuba terhadap Amerika Serikat dipengaruhi oleh perubahan eksternal , stuktural ( internal ) serta pembuat keputusan pemimpin dari suatu negara leadership. Perubahan eksternal yang menjadi pertimbangan Kuba untuk merubah kebijakan luar negerinya yaitu, berubahnya orientasi Politik Luar Negeri Amerika Serikat era Obama terhadap Kuba. Dalam pidatonya, Presiden Obama menyerukan perbaikan hubungan luar negeri dengan Kuba dan menginisiasi untuk terjalin kembalinya hubungan kerjasama antar Kuba – Amerika Serikat. Berbeda dengan pendekatan politik luar negeri yang dilakukan oleh Presiden George W Bush yang cenderung menggunakan pendekatan militer dan sarat akan kekerasan dalam menyikapi hubungan luar negeri Amerika Serikat terhadap Kuba.

Presiden Obama lebih menekankan pendekatan politik luar negerinya dengan bernegosiasi dan berdiskusi. Amerika Serikat di era kepemimpinan Presiden Obama sangat intens melakukan normalisasi hubungan dengan Kuba, hal ini terbukti dengan dikeluarkannya paket Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat-Kuba yaitu Reaching Out Cuban People policy oleh Presiden Obama yaitu melonggarkan Kebijakan Embargo Ekonomi, memperbolehkan Rakyat Kuba untuk berkomunikasi dan berkunjung dengan sanak saudara mereka yang bertempat tinggal di Amerika Serikat dan membuka akses kerjasama dalam bidang tourism, traveling dan trading (Richard E. Feinberg, 2014, pp. 22-23). Lebih lanjut, perubahan kebijakan luar negeri Kuba terhadap Amerika Serikat


(21)

mendapat respon positif organisasi internasional seperti Uni Eropa. Lebih lanjut, Uni Eropa menyatakan dukungannya atas perubahan kebijakan ekonomi dan komunikasi Kuba yang lebih terbuka terhadap Amerika Serikat. Wakil Presiden Komisi Eropa (EC), Federica Mogherini menyatakan dukungannya terhadap perbaikan hubungan luar negeri Kuba – Amerika Serikat. Federica Mogherini juga mengisyaratkan rencana jangka panjang Uni Eropa untuk memperkuat dialog, kerjasama politik dan satu fondasi nilai untuk mendorong kerjasama bilateral dalam masalah-masalah regional dan internasional (Atmajaya, 2016).

Kuba merupakan salah satu negara sosialis komunis yang sangat berpengaruh di Amerika Latin, di era kepemimpinan Fidel Castro Kuba menjadi negara yang sangat anti terhadap Amerika Serikat. Hal ini terlepas dari perbedaan ideologiyang dimiliki oleh kedua negara tersebut, kebencian Rakyat Kuba akan sikap Amerika Serikat yang telah banyak ikut campur dan memanfaatkan Kuba masih sangat tinggi. Namun, seiring berjalannya waktu dan pergantian kepemimpinan dari Fidel Castro ke Raul Castro, pandangan Rakyat Kuba terhadap Amerika Serikat perlahan mulai berubah.

Kebutuhan mereka akan akses dan interaksi dengan Amerika Serikat tidak dapat dipungkiri, mayoritas dari Rakyat Kuba memiliki keluarga yang bertempat tinggal di Amerika Serikat. Namun, karena kedua negara tersebut belum membuka akses komunikasi dan imigrasi maka Rakyat Kuba mendapatkan kesulitan untuk melakukan akses komunikasi dengan keluarga mereka yang berada di Amerika Serikat (Juan Triana Cordovi, 2014, pp. 22-23). Lebih dari itu, perbedaan mata uang kedua negara serta terhalang oleh buruknya hubungan luar negeri Kuba-Amerika Serikat semakin menambah keinginan Rakyat Kuba untuk


(22)

membuka akses ekonomi dengan Amerika Serikat. Rakyat Kuba mengalami kesulitan dalam mengirim dan membelanjakan uang lintas negara yang dikirimkan oleh keluarganya yang bertempat tinggal di Amerika Serikat dan sebaliknya. Kemudian, kondisi ekonomi dalam negeri Kuba yang berjalan lambat semakin menambah alasan Kuba untuk melakukan reformasi ekonomi dan membuka akses ekonomi serta komunikasi dengan Negara Internasional dan Amerika Serikat. Kebijakan ini mendapat dukungan dari Parlemen Kuba National Assembly of People’s Power, untuk membuka akses ekonomi dengan Amerika serikat dengan pertimbangan tindakan tersebut dapat mengurangi dampak krisis ekonomi yang telah melanda Kuba (Yeld, 2010). Kemudian, setelah kebijakan tersebut diterapkan maka di harapkan Amerika Serikat dapat sedikit mengendurkan larangan bagi warga negaranya maupun perusahaan-perusahaan untuk melakukan investasi di Kuba, sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan nilai investasi Foreign Direct Investment terhadap perekonomian Kuba.

Presiden Raul Castro merupakan pemimpin leader dan representasi dari Kuba. Oleh karenanya, Presiden Raul Castro memiliki peran yang signifikan dalam pembuatan Kebijakan Luar Negeri Kuba. Seperti yang dijelaskan dalam Model Adaptif Politik Luar Negeri, pemimpin leader dari suatu negara harus mempertimbangkan perubahan struktural (internal) dan perubahan eksternal dalam membuat kebijakan luar negeri serta maksimalisasi peluang-peluang untuk mewujudkan tujuan nasional negaranya. Sebagai Presiden Kuba, Raul Castro telah menunjukan perubahan - perubahan yang signifikan sejak awal masa


(23)

pemerintahannya. Berbeda dengan Presiden Fidel Castro, Presiden Raul Castro dalam mengambil kebijakan luar negeri cenderung pragmatis dan terbuka.

Raul Castro menyadari kebutuhan Kuba akan interaksi dengan negara lain, terutama dengan negara yang memiliki ketahanan ekonomi yang mumpuni dan bernilai strategis bagi Kuba. Lambatnya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya permintaan Rakyat Kuba untuk terjadinya perubahan dalam bidang ekonomi dan komunikasi, menjadi bahan pertimbangan signifikan bagi Raul Castro. Kemudian, Presiden Raul Castro mencanangkan Reformasi Ekonomi Kuba yang terorientasi pada pengurangan peran negara terhadap bidang ekonomi serta mendorong perusahaan-perusahaan privat, melihat serta mempertimbangkan kebutuhan ekonomi dan komunikasi Rakyat Kuba, ditambah dengan perubahan orientasi Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat serta respon negara dan institusi internasional menjadi alasan yang mumpuni bagi Raul Castro untuk merubah Kebijakan Luar Negeri Kuba terhadap Amerika Serikat dengan membuka akses ekonomi dan komunikasi. Kemudian tidak berhenti sampai disitu, Raul Castro juga melakukan perubahan Struktural Internal Kuba yakni dengan melakukan Perubahan Kabinet serta mendorong terjadinya rejuvenasi dalam Partai Komunis Kuba (Misick, 2011). Raul Castro telah melakukan 30 kali perubahan kabinet sejak menjadi Presiden Kuba(RH, 2011).

D. Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik hipotesa bahwa Perubahan Kebijakan Luar Negeri Kuba terhadap Amerika Serikat di era Raul Castro disebabkan oleh 3 faktor, yaitu :

1. Adanya perubahan eksternal , berupa :


(24)

b. Dukungan Uni Eropa terhadap Perubahan Kebijakan Luar Negeri Kuba. 2. Adanya perubahan struktur ( internal ) Kuba, berupa :

a. Perubahan pandangan dan kepentingan Rakyat Kuba terhadap Amerika Serikat.

b. Kondisi Ekonomi dalam Negeri Kuba yang berjalan lambat.

3. Karakter leadership Raul Castro yang lebih terbuka dan pragmatis dalam menentukan Kebijakan Luar Negeri Kuba.

E. Jangkauan Penelitian

Batasan penulisan dalam melakukan penelitian sangat diperlukan. Hal ini dilakukan agar proses penelitian tidak terlalu luas dan melebar, untuk mencapai satu hasil yang spesifik dan terarah, pada penelitian ini penulis akan membatasi kajian mengenai Perubahan Kebijakan Luar Negeri Kuba terhadap Amerika Serikat yang terjadi pada masa pemerintahan Presiden Raul Castro terutama dalam rentan tahun 2008-2016. Pada tahun 2008, Raul Castro secara resmi menjadi Presiden Kuba dan mencanangkan Reformasi Perekonomian Kuba serta menjadikan Amerika Serikat sebagai negara tujuan utama dalam Politik Luar Negeri Kuba. Kemudian pada tahun 2016 Kuba bekerjasama dengan Amerika Serikat dalam bidang Ekonomi dan Komunikasi.

F. Metode Penelitian

Penelitian bersifat eksplanatif, menjelaskan mengenai alasan serta faktor yang mempengaruhi Perubahan Kebijakan Ekonomi dan Komunikasi Kuba terhadap Amerika Serikat. Penelitian akan dilakukan dengan metode kualitatif dan menggunakan data sekunder. Penelitian ini akan berusaha untuk menggambarkan mencatat,menganalisa serta menginterpretasikan kondisi-kondisi atau peristiwa-peristiwa yang terkait dengan masalah yang diajukan.


(25)

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka . Studi pustaka yang dimaksud yaitu melakukan pencarian dan penelitian berbasis data sekunder berupa berita, analisis, konsep, teori dan model hasil pemikiran para ahli yang dimuat dalam buku , karya tulis ilmiah , artikel, media cetak, jurnal-jurnal serta penelitian berbasis internet yang berkaitan dengan penelitian .

G. Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk :

1. Untuk memahami pandangan umum Politik Luar Negeri Kuba beserta dinamika yang terjadi dan mempengaruhi perjalanan Politik Luar Negeri Kuba.

2. Menjelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan Kebijakan Luar Negeri Kuba terhadap Amerika Serikat dibawah kepemimpinan Presiden Raul Castro.

H. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan, penelitian skripsi ini terdiri dari beberapa bab dan sub bab yang akan diuraikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan latar belakang masalah mengapa penelitian ini dilakukan, yang kemudian berlandaskan dari hal tersebut dapat disimpulkan rumusan masalah. Bab ini juga dilengkapi dengan beberapa sub bab yang menerangkan kerangka teori, model dan konsep yang digunakan dalam penelitian ini, hipotesa, tujuan penelitian, jangkauan penelitian, serta metode penelitian.

BAB II DINAMIKA POLITIK LUAR NEGERI KUBA TERHADAP AMERIKA SERIKAT


(26)

Bab ini menjelaskan mengenai Dinamika Politik Luar Negeri Kuba terhadap Amerika Serikat di awal kemerdekaan Kuba dan di era kepemimpinan Fidel Castro . Terkait pada bagaimana hubungan kedua negara (tidak harmonis) serta kebijakan-kebijakan luar negeri yang dikeluarkan oleh Kuba terhadap Amerika Serikat.

BAB III PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI KUBA TERHADAP AMERIKA SERIKAT ERA RAUL CASTRO

Bab ini menjelaskan mengenai Politik Luar Negeri Kuba terhadap Amerika Serikat di era kepemimpinan Raul Castro. Terkait pada bagaimana hubungan kedua negara ( pragmatis dan terbuka ) serta kebijakan-kebijakan luar negeri yang dikeluarkan oleh Kuba terhadap Amerika Serikat (dibukanya akses ekonomi dan komunikasi) .

BAB IV FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KEBIJAKAN EKONOMI DAN KOMUNIKASI KUBA TERHADAP AMERIKA SERIKAT

Bab ini menjelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kebijakan ekonomi dan komunikasi Kuba terhadap Amerika Serikat. Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut yaitu eksternal,struktural (internal) dan leadership. Faktor-faktor tersebut kemudian menjadi input bagi Kuba untuk merubah Kebijakan Ekonomi dan Komunikasi terhadap Amerika Serikat di era Kepemimpinan Raul Castro.


(27)

Bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan yang diambil dari hasil penelitian secara keseluruhan.


(28)

BAB II

DINAMIKA POLITIK LUAR NEGERI KUBA TERHADAP

AMERIKA SERIKAT

Bab ini menjelaskan mengenai Dinamika Politik Luar Negeri Kuba terhadap Amerika Serikat di awal kemerdekaan dan di era kepemimpinan Fidel Castro.Terkait pada bagaimana proses pembentukan karakter Politik Luar Negeri Kuba dalam Pemerintahan Fidel Castro, kemudian membahas mengenai hubungan luar negeri kedua negara yang sarat akan konfrontasi (tidak harmonis) dan diimanifestasikan dalam kebijakan-kebijakan luar negeri yang dikeluarkan oleh Kuba terhadap Amerika Serikat. Hubungan luar negeri antara Kuba dan Amerika Serikat memasuki masa tegang di era kepemimpinan Presiden Fidel Castro. Terhitung sejak mulai memimpin Kuba, Fidel Castro merubah Orientasi Politik Luar Negeri Kuba menjadi sangat Komunis dan anti-Amerika Serikat. Hal ini lantas tercermin pada setiap kebijakan luar negeri yang dikeluarkan oleh Fidel Castro dan membuat hubungan luar negeri kedua negara tidak harmonis dan berujung pada terputusnya hubungan kedua negara dalam segala sektor termasuk ekonomi dan komunikasi.

A. Hubungan Luar Negeri Kuba-Amerika Serikat 1902-1959

Kuba merdeka pada tahun 1902, berhasil menjadi negara merdeka dan terlepas dari penguasaan Spanyol (Siboro, 2012, p. 35). Kuba dengan status sebagai negara yang baru merdeka tentunya memiliki banyak hal yang harus dilakukan untuk menata negaranya. Oleh karenanya, orientasi Politik Luar Negeri Kuba di awal kemerdekaannya menganut sistem terbuka dengan negara lain, dengan mempertimbangkan kondisi negaranya yang belum stabil dan masih


(29)

berstatus negara baru. Secara hukum Kuba telah menjadi negara merdeka namun pada kenyataannya tidak demikian, Kuba masih berada dalam pengaruh Amerika Serikat. Amerika Serikat menjadi salah satu negara yang memiliki peran yang signifikan dalam proses kemerdekaan Kuba. Amerika Serikat memberikan dukungan serta bantuan militer dan membentuk Organization of American States

(OAS) dan Mutual Security Act (MSA) untuk Kuba selama berperang melawan Koloni Spanyol (Siboro, 2012, p. 25). Hubungan Luar Negeri antara Kuba dengan Amerika Serikat terjalin harmonis setelah banyak mendapat bantuan tersebut. Hubungan baik antara Kuba dan Amerika Serikat terus terjalin hingga terjalinnya hubungan diplomatik. Pada 27 Mei 1902, Kuba secara resmi menjalin hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat dan mendirikan Kantor Kedutaan di Havana. Amerika Serikat di mengutus Menteri Herbert Goldsmith Squiers untuk menjadi perwakilan Amerika Serikat di Kuba (State, 2010).

Kuba mendapatkan bantuan besar dari Amerika Serikat, berkat dukungan tersebut Kuba berhasil mengusir Koloni Spanyol dan menjadi negara yang merdeka. Amerika Serikat yang sejak awal telah mendukung dan membantu Kuba perlahan mulai menunjukan tujuan utama dibalik tindakan tersebut. Lebih lanjut, seperti menggantikan peran Spanyol, Amerika Serikat memaksa Kuba untuk patuh terhadap Platt Amandement dan mengizinkan Amerika Serikat untuk melakukan intervensi politik domestik apabila Amerika Serikat menilai terdapat kesalahan dalam kebijakan yang dikeluarkan oleh Kuba (Mukmin, 1981, p. 27). Amerika Serikat juga mengintervensi urusan internal Kuba hingga dalam pemilihan Presiden Kuba (Mukmin, 1981, p. 42). Amerika Serikat menjadi partner ekonomi utama Kuba saat itu, Kuba menjadi negara pengekspor utama gula bagi Amerika


(30)

Serikat.Kuba mengekspor sebesar 65 % hasil gulanya terhadap Amerika Serikat (Gonzalez, 2003, p. 692). Semenjak saat itu hubungan kedua negara terjalin harmonis, setiap Kebijakan Luar Negeri Kuba harus melalui dan mengikuti persetujuan Amerika Serikat.

Amerika Serikat terus memperlihatkan pengaruhnya dalam politik domestik dan luar negeri Kuba, sejak Kuba merdeka hingga proses pemilihan presiden selalu dalam pengawasan Amerika Serikat. Lebih dari itu, perusahaan-perusahaan berbasis Amerika Serikat mendominasi seluruh sektor ekonomi Kuba .Terutama di era kepemimpinan Fulgencio Batista, Kuba berada dalam titik terendahnya. Politik Luar Negeri Kuba sepenuhnya berada dalam pengaruh Amerika Serikat, Batista terkenal dengan kediktatoran dan kekejamannya terhadap Rakyat Kuba dan hal ini mendapat dukungan penuh dari Amerika Serikat karena setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh Batista pasti akan menguntungkan Amerika Serikat.

Para pengusaha-pengusaha ini diperbolehkan untuk mengambil manfaat dari lahan yang dimiliki oleh Rakyat Kuba, bahkan lebih dari itu tenaga Rakyat Kuba juga digunakan secara cuma-cuma untuk memenuhi keserakahan para kaum imperialis ini. Segala sektor ekonomi, industri bahkan komunikasi dikuasai oleh perusahaan Amerika Serikat. Perusahaan Amerika Serikat telah mengkontrol 80 % barang-barang yang ada di Kuba, 90 % di pertambangan, 100 % penyulingan minyak, 40 % industri gula dan 90 % peternakan sapi. Hal ini kemudian berdampak negatif terhadap kemakmuran rakyat Kuba, 50 % penduduk Kuba tidak mendapatkan listrik, 40 % penduduk masih buta huruf, dan 95 %


(31)

anak-anak di daerah pedesaan menderita karena kemiskinan dan berbagai penyakit (Prevost, 2012, pp. 25-27).

B. Revolusi dan Karakter Politik Luar Negeri Kuba

Pada tanggal 1 Januari 1959, Fidel Castro berhasil menjatuhkan Rezim Fulgencio Batista (Jr., 1960, p. 44). Fidel Castro mewakili seluruh Rakyat Kuba menyatakan kebebasan mereka akan Rezim Kediktatoran Batista dan tekanan Amerika Serikat sejak saat itu. Fidel Castro melakukan Revolusi Kuba sebagai wujud protes dan keresahannya terhadap Rezim Batista yang sarat akan kepentingan serta ikut campur Amerika Serikat. Fidel Castro mendapat dukungan dari Rakyat Kuba, lebih dari itu terdapat kelompok masyarakat Amerika Latin yang bernama Contra-Batista dan Pro Castro ikut mendukung revolusi ini. Fidel Castro mendapat dukungan dana dari Venezuela, lebih dari itu Kuba juga mendapatkan dukungan dari negara-negara Amerika Tengah dan China. Amerika Serikat mencoba untuk menghentikan aliran dukungan dana tersebut namun tidak dapat menghentikan Fidel Castro untuk tetap melakukan Revolusi Kuba (Jr., 1960, p. 43).

Revolusi Kuba merupakan aksi puncak protes Rakyat Kuba dan Fidel Castro akan kediktatoran dan imperialism yang dilakukan oleh Rezim Batista. Mayoritas dari kebijakan yang dikeluarkan oleh Batista sangat merugikan dan mengabaikan kepentingan Rakyat Kuba . Dimulai dengan tindakan rasisme yang dilakukan oleh Batista, Rakyat Kuba merupakan multirasial banyak diantara mereka yang memiliki kulit hitam karena merupakan keturunan Spanyol. Di masa Pemerintahannya Batista sangat memperhatikan warna kulit. Rakyat Kuba yang berkulit hitam tidak diperbolehkan untuk memperoleh kesetaraan atau posisi


(32)

penting dalam pemerintahan.Contohnya terdapat kelompok yang bernama

Havana Yacht Club, yang merupakan kelompok ekslusif di Kuba yang di isi mayoritas oleh pengusaha Amerika (Perez, 2003, p. 139).

Rakyat Kuba yang memiliki kulit hitam tidak diperbolehkan untuk bergabung, bahkan lebih dari itu Rakyat Kuba yang berkulit hitam diperlakukan secara tidak adil yaitu mendapat bayaran yang lebih rendah dibanding dengan Rakyat Kuba yang berkulit putih. Rakyat Kuba yang memiliki kulit hitam juga diberi batasan dalam penggunaan fasilitas umum seperti sekolah, taman bermain dan sebagiannya (Shapiro, 1999, p. 411). Status Fulgencio Batista sebagai “ kaki tangan Amerika Serikat “ menjadi salah satu alasan krusial yang dipertimbangkan oleh Fidel Castro dalam melakukan Revolusi Kuba. Intervensi Amerika Serikat sudah terlihat sejak Kuba masih menjadi koloni Spanyol dengan bertopeng memberi bantuan terhadap Kuba, Amerika Serikat berhasil mendapatkan tiket masuk untuk mengintervensi Kuba dan kemudian menempatkan orang-orangnya seperti Fulgencio Batista pada Pemerintahan Kuba. Sehingga dengan cara tersebut kepentingan dan keinginan Amerika Serikat terhadap Kuba dapat terjamin. Munculnya dukungan internal Rakyat Kuba serta eksternal dari Rakyat Amerika Latin secara umum semakin memperkuat Revolusi Kuba yang di prakarsai oleh Fidel Castro ini.

Adapun tujuan utama dari Revolusi Kuba ini yaitu untuk menghapus jurang pembatas antara si miskin dan si kaya, menghilangkan diskriminasi ras dan yang paling menjadi perhatian Fidel Castro ialah untuk menghilangkan pengaruh Amerika Serikat terhadap Kuba. Kebencian Fidel Castro dan Rakyat Kuba akan intervensi yang dilakukan oleh Amerika Serikat tidak dapat dibendung


(33)

lagi. Banyaknya kerugian moral dan moril yang dialami oleh Kuba akibat perlakuan Amerika Serikat menambah daftar alasan mengapa revolusi ini dilakukan. Fidel Castro merupakan seorang Komunis sejati. Dalam Revolusi Kuba, Fidel Castro mendapat bantuan banyak dari Che Guevara. Selain berhasil menjatuhkan rezim diktator Batista, Fidel Castro berharap dengan terjadinya revolusi ini dapat membawa perubahan yang signifikan bagi Kuba dan membawa Kuba menjadi negara yang lebih baik.

Sejak terjadinya Revolusi Kuba, Fidel Castro berhasil mendapatkan dukungan dan simpati dari Rakyat Kuba serta negara-negara Amerika Latin lainnya. Sosok Fidel Castro yang penuh karisma dalam memperjuangkan keadilan Rakyat Kuba telah membawa Fidel Castro menjadi Presiden Kuba (JR, 2010, p. 227). Menurut Survei yang dilakukan oleh perwakilan dari Princeton: Institute for International Social Researchyaitu Lloyd Free di Kuba, menyatakan bahwa sebesar 85% Rakyat Kuba yang mayoritas merupakan rakyat kelas menengah kebawah lower- middle class mendukung dan mempercayai tindakan Revolusi Fidel Castro serta mengusungnya menjadi Presiden Kuba selanjutnya (Fagen, 1965, p. 279). Mayoritas Rakyat Kuba memberikan dukungan mereka terhadap Fidel Castro karena melihat sosok Fidel Castro yang sangat berkarisma, mengerti terhadap penderitaan Rakyat Kuba dan sosok pemberani karena berani melakukan revolusi dan melawan Amerika Serikat. Selain mendapatkan mayoritas dukungan internal dari Rakyat Kuba, Fidel Castro juga mendapat dukungan dari Uni Soviet. Pasalnya saat itu Perang Dingin antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet sedang berlangsung, kedua negara tersebut saling berlomba-lomba untuk menyebarkan pengaruh dan membentuk aliansi dengan negara-negara dunia lainnya. Revolusi


(34)

Kuba yang dilakukan oleh Fidel Castro menjadi momentum yang tepat bagi Uni Soviet untuk dapat menjadikan Kuba sebagai aliansi dan merubahnya menjadi negara sosialis komunis. Posisi geografis dan geopolitik Kuba yang sangat strategis menjadi alasan utama mengapa Amerika Serikat dan Uni Soviet untuk mendekati dan mempertahankan Kuba sebagai negara aliansinya (Bonfatti, 2011, p. 8). Amerika Serikat menjadi pihak yang dirugikan jika Kuba memilih untuk menjadi bagian negara komunis dan bergabung dengan Uni Soviet.

Pada tahun 1959 Fidel Castro resmi menjadi Presiden Kuba (Jr., 1960, pp. 44-45). Fidel Castro menganut ideologi komunis, dalam setiap aksi yang dilakukannya kesetaraan hak, HAM, kedaulatan negara dan kesejahteraan Rakyat Kuba telah menjadi fokus utama Fidel Castro. Fidel Castro memiliki tujuan untuk menjadikan Kuba sebagai Negara Komunis dan kemudian direalisasikan pada saat Fidel Castro menjadi Presiden Kuba. Dibawah Pemerintahan Fidel Castro, Kuba menjadi negara sosialis-komunis dan merubah orientasi politik dalam negeri dan luar negeri Kuba. Uni Soviet terus melakukan pendekatan terhadap Kuba, sosok Presiden Kuba yaitu Fidel Castro yang merupakan sosok komunis sejati yang berakar pada ajaran Marxis semakin menambah kemungkinan keberpihakan Kuba terhadap Uni Soviet. Fidel Castro kemudian membentuk Rezim Marxisme-Leninisme dengan Uni Soviet (Domínguez, 1978, pp. 83-84).

Orientasi dan karakter Politik Luar Negeri Kuba dibawah Pemerintahan Fidel Castro berubah dan cenderung berorientasi pada prinsip-prinsip sosialis komunis. Kuba menjadi negara komunis melalui Fidel Castro, kuatnya pengaruh dan keinginan untuk menjadikan Kuba sebagai negara komunis terus dilakukan termasuk menentukan orientasi Politik Luar Negeri Kuba.Terdapat empat poin


(35)

yang menjadi tujuan utama Politik Luar Negeri Kuba yaitu poin pertama, kelangsungan hidup pemerintah revolusioner, poin ke dua pembangunan ekonomi, poin ke tiga meningkatkan pengaruh atas pemerintah, poin ke empat meperluas dan mempertahankan pengaruh atas kaum kiri yang berpaham sosialis komunis dan dukungan terhadap revolusi (Domínguez, 1978, p. 88). Fidel Castro mengarahkan politik luar negeri yang revolusioner bagi Kuba yakni dengan memutuskan hubungan dengan Amerika Serikat. Kuba dengan tegas menyatakan kebenciannya terhadap Amerika Serikat, kemudian Fidel Castro juga mengeluarkan dan memecat oknum-oknum yang merupakan “kaki-tangan” Amerika Serikat di dalam Pemerintahan Kuba. Setelah itu, Fidel Castro merubah sistem perekonomian Kuba dengan sistem perekonomian sosialis komunis, yang dimana negara memiliki hak prerogative untuk mengatur berjalannya aktifitas perekonomian di Kuba.

Fidel Castro juga mengarahkan politik luar negeri Kuba untuk berpusat pada kebijakan pemerintah dan Fidel Castro sebagai Presiden Kuba. Tujuan utama dari pada Politik Luar Negeri Kuba dibawah Pemerintahan Fidel Castro sangat bersifat ideologis yakni dengan menyebarluaskan ideologi sosialis komunis terhadap negara lain terutama negara-negara kawasan Amerika Latin . Lebih lanjut, Fidel Castro juga kemudian merubah lingkungan interaksi Kuba Cuban Families, yang menjadi partner Kuba dalam melakukan aktifitas ekonomi,politik dan militer. Jika saat Rezim Batista Amerika Serikat menjadi kawan utama Kuba dalam melakukan aktifitas tersebut, maka di era kepemimpinan Fidel Castro Uni Soviet menjadi kawan utama Kuba (Domínguez, 1978, pp. 88-89). Fidel Castro juga menjalin kerjasama dengan negara-negara Amerika Latin seperti Venezuela


(36)

dan Negara Amerika Tengah serta China. Kuba diera Kepemimpinan Fidel Castro menjadi Negara Komunis yang memiliki pengaruh signifikan di kawasan Amerika Latin.

Fidel Castro melakukan perubahan secara menyeluruh terhadap politik domestik dan politik luar negeri Kuba, tujuan utama Fidel Castro untuk memutuskan hubungan luar negeri dengan Amerika Serikat menjadi titik balik untuk Kuba menjadi Negara Komunis. Langkah Politik Luar Negeri Fidel Castro yang diambil oleh membuat hubungan luar negeri antara Kuba dengan Amerika Serikat semakin tidak harmonis. Amerika Serikat mengintervensi Kuba sebagai langkah preventif Amerika Serikat untuk membendung paham komunis di kawasan Amerika Latin, namun pada kenyataannya berbanding terbalik Kuba berubah menjadi Negara Komunis dan bersekutu dengan Uni Soviet dan negara-negara komunis lainnya. Revolusi Kuba telah membawa Amerika Serikat dalam keadaan yang tidak seimbang. Bergabungnya Kuba dengan Uni Soviet semakin memperburuk keadaan diantara Kuba dengan Amerika Serikat, posisi geografis dan geopolitik Kuba yang sangat strategis menjadi hal yang sangat dibutuhkan Amerika Serikat dalam hal perlindungan negaranya dari Uni Soviet.

C. Kebijakan Konfrontatif Fidel Castro

Pasca Revolusi, Fidel Castro terus melakukan perubahan-perubahan terhadap pemerintahan Kuba. Fidel Castro ingin memastikan bahwa Kuba sudah terlepas dari pengaruh Amerika Serikat. Sifat dan karakter dari Politik Luar Negeri Kuba berubah dibawah pimpinan Fidel Castro, salah satunya yaitu bersifat konfrontatif. Setelah berhasil melakukan revolusi, Fidel Castro memiliki kecenderungan untuk mengeluarkan kebijakan – kebijakan yang bersifat


(37)

konfrontatif, dan hal tersebut sangat terlihat ketika Fidel Castro mengeluarkan atau merespon kebijakan terhadap Amerika Serikat.Fidel Castro mengambil tindakan serius dan bersifat konfrontatif, dengan mengeluarkan beberapa kebijakan luar negeri yang ditujukan terhadap Amerika Serikat dan negara-negara sekutu yang berpaham kapitalis lainnya. Dalam pidatonya Fidel Castro kembali menegaskan bahwa Kuba tidak akan lagi berhubungan atau menerapkan prinsip – prinsip liberal-kapitalis dalam negaranya. Fidel Castro menyatakan bahwa Kuba tidak akan pernah membiarkan inisiatif pribadi atau segala hal yang tera dalam prinsip “ Neo-Kapitalis”. (Latell, 2005, p. 235).

Segala bentuk – bentuk intervensi Amerika Serikat terhadap Kuba seperti mengizinkan keberadaan perusahaan – perusahaan privat , hak-hak individu untuk melakukan aktifitas perdagangan , kebebasan pers dan telekomunikasi dan sebagiannya yang syarat akan nilai-nilai kapitalis secara keseluruhan dihilangkan oleh Fidel Castro . Rezim Totaliter Fidel Castro terus berupaya agar nilai-nilai demokrasi, kebebasan berpendapat yang merupakan manifestasi dari prinsip liberal hilang dari Kuba. Fidel Castro membatasi akses komunikasi, akses internet dan kebebasan pers bagi Rakyat Kuba dan penduduk asing yang berada di Kuba. Fidel Castro menerapkan sanksi berat terhadap Rakyat Kuba atau asing yang menolak kebijakan tersebut dan akan ditetapkan sebagai penghianat. Fidel Castro menghukum 75 pembangkang,wartawan independen, dan aktivis lainnya dengan dipenjara mulai dari 6 sampai 28 tahun (Rand, 2004, pp. 1-2). Rakyat Kuba tidak diperbolehkan menggunakan internet secara pribadi, apabila ingin mengakses internet harus melalui izin dan menggunakan fasilitas dari pemerintah.


(38)

Fidel Castro dalam usahanya untuk mengantisipasi dan memaksimalisasi peran negara sebagai aktor nasional dengan mengeluarkan kebijakan nasionalisasi perusahaan-perusahaan yang berbasis Amerika Serikat dan sekutunya yang berlokasi di Kuba. Fidel Castro menasionalisasi semua perusahaan tersebut dan menjadikannya sebagai perusahaan milik negara. Fidel Castro berhasil menasionalisasi properti dan bisnis, dimulai dengan perusahaan gula, peternakan sapi kemudian memperluas ke kilang minyak, utilitas, pertambangan, kereta api, dan bank yang berbasis Amerika Serikat senilai tidak kurang dari USD 850 juta (JR, 2010, pp. 230-231). Tindakan ini diambil oleh Fidel Castro sebagai respon terhadap tindakan Amerika Serikat yang mengurangi kuota impor gula Kuba sampai 7 juta ton (Pambudi, 2007, p. 120). Akibat dari kebijakan nasionalisasi yang dikeluarkan oleh Fidel Castro, banyak dari Rakyat Kuba terutama yang berada pada kelas menengah dan kaum kaya menarik dukungan mereka terhadap Fidel Castro dan kemudian membentuk komunitas Anti-Castro. Terhitung sejak awal pemerintahan Fidel Castro hingga akhir abad 20 sebanyak 1 juta Rakyat Kuba yang telah melakukan migrasi (Font, 2008, p. 109).

Pembatasan kuota impor gula yang dilakukan oleh Amerika Serikat terhadap Kuba membawa dampak yang besar terhadap kondisi perekonomian Kuba, pasalnya hasil aktifitas impor gula merupakan salah satu sumber pendapatan devisa terbesar bagi Kuba (Pambudi, 2007, p. 121). Selain itu, keadaan tersebut semakin memperkuat keinginan Fidel Castro untuk memalingkan diri dan bekerjasama dengan negara-negara komunis. Kemudian, berlandaskan dari kejadian tersebut, Uni Soviet kembali melakukan usahanya untuk mengkondisikan Kuba agar tetap menjadi salah satu negara pengikutnya


(39)

dengan memberikan bantuan ekonomi. Kuba mendapatkan pinjaman dana dari Uni Soviet berjuta-juta dollar serta mendapat pesanan gula setiap tahunnya, Uni Soviet menghormati janjinya untuk membeli 2,7 juta ton gula dari Kuba. Republik Rakyat China membeli satu juta ton, dan negara komunis lainnyamembeli 300.000 ton gula dari Kuba sebagai bukti dukungan mereka terhadap keputusan Kuba (Prevost, 2012, p. 22). Berbagai pakta dan perjanjian dilakukan oleh Kuba dan Uni Soviet, hal ini kemudian semakin membuat Amerika Serikat gelisah dan semakin memperburuk hubungan kedua negara tersebut (Pambudi, 2007, pp. 120-121).

Amerika Serikat keberatan terhadap langkah Politik Luar Negeri Kuba dengan menjalin hubungan dengan Uni Soviet. Para pejabat Amerika Serikat kemudian menetapkan Castro sebagai ancaman bagi kepentingan Amerika Serikat. Presiden Dwight D Eisenhower pada Maret 1960, memerintahkan CIA Central Intelligence Agency untuk melatih dan mempersenjatai imigran Kuba untuk kemudian menyerang Fidel Castro (Mandey, 2015). Pada tanggal 14 April 1961, Presiden Amerika selanjutnya yaitu John F Kennedy melanjutkan program untuk menjatuhkan Fidel Castro dengan skala yang lebih besar. Amerika Serikat yang saat itu dipimpin oleh Presiden John F. Kennedy menyusun rencana untuk menjatuhkan Rezim Fidel Castro.Pada April 1961, Amerika Serikat kembali menurunkan pasukan pengasingan Kuba yang didukung CIA untuk menyerang dan menjatuhkan Fidel Castro (Armandhanu, 2014). Sekitar 1.500 warga Kuba di pengasingan dilatih dan dibiayai oleh CIA melakukan Invasi Kuba di Teluk Babi, namun mengalami kegagalan (Voss, 2011).


(40)

Fidel Castro kembali mengeluarkan kebijakan konfrontatif lainnya, dengan berlandas pada tujuan untuk kesejahteraan Rakyat Kuba terutama kaum proletar seperti petani dan buruh. Fidel Castro mengeluarkan Kebijakan Reformasi Agraria. Reformasi Agraria ini berisi paket kebijakan yang dimana Fidel Castro membebaskan semua lahan terutama lahan pertanian kepada seluruh Rakyat Kuba. Fidel Castro kemudian memberikan izin secara cuma-cuma kepada Rakyat Kuba untuk mengelola dan mengambil manfaat dari lahan- lahan tersebut.Para petani asal Kuba menyambut gembira kebijakan tersebut, pasalnya selama ini mereka sulit untuk mendapatkan lahan yang dapat mereka kelola secara pribadi dan mendapat keuntungan dari aktifitas tersebut.Kedaulatan pangan dan keadilan sosial menjadi tujuan utama Fidel Castro dalam melakukan Reformasi Agraria terkait redistribusi tanah kepada Rakyat Kuba, Fidel Castro ingin memberdayakan para kaum petani dan kelas menengah kebawah di Kuba untuk dapat hidup lebih layak serta mendapat lapangan pekerjaan melalui tindakan tersebut. Pada 17 Mei 1959, UU Reformasi Agraria resmi disahkan yang menyerukan pembatasan

ukuran peternakan hanya 3.333 hektar ( 13km

2

) dan untuk real estate hanya

sebesar 1.000 hektar ( 4km

2

). Setiap kepemilikan lebih dari batas-batas ini diambilalih oleh pemerintah dan didistribusikan untuk para petani (Font, 2008, p. 205).

Dalam UU ini juga menetapkan bahwa perkebunan gula tidak dapat dimiliki oleh orang asing. Sebuah badan pemerintah baru dibentuk oleh Fidel Castro, Institut Nasional Reformasi Agraria ( INRA ) didirikan untuk mengelola hukum ini, dan dengan cepat menjadi badan yang paling penting di negara Kuba.


(41)

INRA bertugas untuk membantu pemerintah menguasai tanah yang telah diambil alih, mengawasi distribusi dan kemudian mendirikan koperasi peternakan. INRA juga turut menyita 480.000 hektar tanah yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan Amerika Serikat. Sebanyak 70 % lahan pertanian menjadi hak milik dan dikontrol oleh negara state-owned (Prevost, 2012, pp. 22-24).

Kebijakan tersebut lantas mendapatkan kecaman dari Amerika Serikat, kebijakan nasionalisasi perusahaan swasta sebelumnya telah membuat Amerika Serikat mengalami banyak kerugian. Amerika Serikat yang dipimpin oleh Presiden Dwight Eisenhower, kemudian menjatuhkan sanksi terhadap Kuba berupa embargo ekonomi. Amerika Serikat memutuskan hubungan dengan Kuba, Amerika Serikat menghentikan semua aktifitas ekonomi berupa perdagangan

import export , bantuan dana, dan mengisolasi Kuba untuk tidak bisa melakukan kerjasama ekonomi lagi dengan negara-negara sekutu Amerika Serikat. Amerikat Serikat juga akan memberikan sanksi terhadap negara-negara dunia ketiga yang masih menjalin kerjasama dengan Kuba. Pada tahun 1602, Amerika Serikat memutuskan hubungan diplomatik dan memberikan sanksi Embargo Ekonomi terhadap. Efek langsung dari embargo ekonomi berdampak pada penurunan jumlah perdagangan dan aktifitas ekspor impor,bantuan ekonomi dari Amerika Serikat terhadap Kuba terhenti, dan kegiatan ekonomi domestik berjalan lambat.

Gross Domestic Bruto Kuba mengalami penurunansebesar 60% , dan menjadi salah satu penurunan GDP tercuram yang pernah tercatat (Prevost, 2012, p. 28). Meskipun Kuba mendapatkan kerugian yang sangat besar dari tindakan embargo ekonomi yang dilakukan oleh Amerika Serikat, Kuba masih memiliki Uni Soviet,


(42)

China dan negara-negara komunis lainnya yang dapat dijadikan sebagai partner

kerjasama.

Setelah kehilangan Amerika Serikat, Kuba menjalin kerjasama dengan dengan Uni Soviet dan negara-negara komunis yang tergabung dalam Council for Mutual Economic Assistance (CMEA), CMEA merupakan organisasi ekonomi untuk negara komunisyang dibentuk oleh Presiden Mikhail Gorbachev. Aktifitas perdagangan yang terjadi antara Kuba dengan CMEA kurang lebih secara keseluruhan mencapai 80 % . Negara-negara CMEA menyuplai 63 % dari impor bahan pangan, 98% dari impor bahan bakar dan pelumas, 80% dari impor mesin dan peralatan, dan 57% dari impor bahan kimia. Mereka juga membeli mayoritas barang ekspor milik Kubatermasuk 63% gula, 73% nikel, dan 95% jeruk (Gonzalez, 2003, p. 705). Selain itu, Uni Soviet memberikan subsidi ekonomi Kuba dengan menyediakan subsidi terhadap harga impor dan ekspor dengan menawarkan pinjaman dari sangat menguntungkan antara tahun 1986 dan 1990, Kuba menerima $11,6 miliar pinjaman dari Uni Soviet dan $ 10 miliar pada subsidi (Gonzalez, 2003, p. 706) .

Perekonomian Kuba kemudian sangat bergantung pada akses perdagangan dengan negara-negara CMEA. Meskipun Kuba mengalami kerugian yang besar akibat Kebijakan Embargo Ekonomi oleh Amerika Serikat, namun hal tersebut dapat diatasi berkat hubungan baik yang terjalin antara Kuba dan Uni Soviet.

Fidel Castro sebagai Presiden Kuba tidak tinggal diam, kebijakan embargo yang dilakukan Amerika Serikat semakin menambah alasan untuk Kuba memutuskan hubungan luar negeri dengan Amerika Serikat dan menjadikan Uni Soviet dan negara komunis lainnya sebagai partner kerjasama . Sejak saat itu hubungan


(43)

kedua negara terputus, hubungan Kuba dengan Amerika Serikat tidak menunjukan perubahan yang signifikan sejak Fidel Castro memimpin Kuba. Hubungan luar negeri terutama dalam sektor ekonomi dan komunikasi kedua negara terputus. Kebijakan Fidel Castro untuk menjalin kerjasama perdagangan dengan Uni Soviet dan negara-negara CMEA membuat Amerika Serikat geram dan membenci Fidel Castro, dan berujung pada terputusnya hubungan luar negeri Kuba dan Amerika Serikat.

Keadaan Kuba mulai berubah setelah keruntuhan Uni Soviet pada tahun 1991, Revolusi Fidel Castro mulai kehilangan momentum (Armandhanu, 2014). Kekalahan Uni Soviet dalam Perang Dingin secara tidak langsung memberikan dampak negatif terhadap Kuba. Uni Soviet mengalami perpecahan dan krisis ekonomi, dukungan ekonomi terhadap Kuba terhenti. Selama masa Pemerintahan Fidel Castro, Kuba mendapatkan dukungan ekonomi dan militer dari Uni Soviet dan aliansi-aliansinya. Kuba mendapat bantuan ekonomi berupa mensubsidi ekonomi melalui perdagangan bahan pangan, minyak, hingga memenuhi segala kepentingan industri gula yang dimiliki Kuba, dan hal tersebut telah menyebabkan Kuba mengalami ketergantungan terhadap bantuan Uni Soviet. Perekonomian Kuba berada pada titik terendah dan mengalami krisis. Pada tahun 1990 sampai 1993, jumlah Gross Domestic Product (GDP) dan nilai investasi Kuba jatuh drastis dan bernilai negatif dan mengalami defisit sebesar 30,4 % (Herndndez-Catd, 2000, pp. 4-5). Jumlah pengangguran di Kuba meningkat dengan pesat, tingkat kemiskinan dan kesenjangan sosial juga terus meningkat. Melihat keadaan Kuba yang tidak stabil menjadikan Fidel Castro sebagai Presiden Kuba untuk mengambil keputusan yang dapat menyelamatkan Kuba. Karakter Politik Luar


(44)

Negeri Fidel Castro yang sarat akan kebijakan yang bersifat konfrontatif terhadap Amerika Serikat perlahan berubah.

Hubungan Kuba dan Amerika Serikat sedikit membaik setelah kunjungan Fidel Castro ke Amerika Serikat dan mengundang masyarakat pengasingan Kuba yang tinggal di Amerika Serikat untuk kembali ke kampung halaman mereka dan memulai bisnis-bisnis. Dipastikan dalam ketentuannya mengenai beberapa bentuk sosialisme di negaranya, Fidel Castro bersiap untuk membentuk sebuah generasi baru pemimpin-pemimpin Kuba, sementara juga secara efektif membangun kembali ekonomi Kuba dan berusaha memperoleh kembali dukungan dari orang-orangnya. Dalam periode krisis ekonomi yang terjadi di Kuba, Fidel Castro mulai bersikap lebih moderat dalam kebijakan luar negeri yang dikeluarkannya.

Fidel Castro mulai mendesak Amerika Serikat untuk menghapuskan embargo ekonominya sejak revolusi lampau, kemudian meminta Amerika Serikat untuk melonggarkan proses administrasi imigran asal Kuba (Larry Nackerud, 1999, pp. 175-176). Amerika Serikat memberikan beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh Kuba, yaitu dengan merubah sistem pemerintahannya dan mengendalikan keberangkatan ilegal imigran Kuba ke Amerika Serikat. Negosiasi tersebut akan ditunda sebelum Kuba menghapuskan pemerintahannya yang diktator. Fidel Castro dengan tegas menolak syarat yang diajukan oleh Amerika Serikat tersebut. Dalam pidatonya Fidel Castro juga mengatakan bahwa Kuba tidak akan menghentikan kapal – kapal para imigran yang menuju Amerika Serikat, namun Amerika Serikat harus membantu Kuba untuk memperbaiki keadaan dalam negeri mereka dengan menghapus Sanksi Embargo Ekonomi.


(45)

Pernyataan tersebut mendapat respon negatif dari Presiden Bill Clinton, Pemerintahan Clinton menanggapi dengan memperketat embargo ekonomi dan mengancam akan memblokade laut jika Fidel Castro menolak untuk mengendalikan keberangktan ilegal. Pada tahun 1994, kongres di Amerika semakin memperketat embargo setelah Fidel mengatakan" This country can only be ruled by revolution” (Larry Nackerud, 1999, pp. 177-178). Fidel Castro tetap teguh pada prinsipnya yaitu menjadikan Kuba sebagai negara komunis. Pada Tahun 1996, Kuba menembak jatuh dua buah pesawat Amerika Serikat. Tindakan ini kemudian ditindaklanjuti dengan serius oleh Amerika Serikat yakni dengan menerapkan pembatasan-pembatasan pengiriman uang kepada keluarga yang ada di Kuba (Papasi, 2015, p. 2).

Lebih lanjut, pada tanggal 12 Maret 1996 Presiden Clinton menyetujui Akta Solidaritas Demokrasi dan Kebebasan Kuba atau yang dikenal dengan Akta

Helms- Burton. Akta ini berisi mengenai pemberlakuan penalti kepada perusahaan asing yang melakukan bisnis di Kuba dan mengizinkan warga Amerika Serikat untuk menggugat investor asing yang memanfaatkan properti Amerika Serikat yang dikuasai oleh Pemerintah Kuba serta menolak masuk orang-orang yang menanamkan investasinya di Kuba (Laksana, 2007, p. 153). Hubungan luar negeri antar Kuba dan Amerika Serikat kembali memanas pada tahun 2003, kejadian tindakan kekerasan pembangkangan Black Spring yang dilakukan oleh Kuba mendapatkan kecaman internasional, 75 orang dipenjara selama 28 tahun dan kemudian membajak sebuah kapal feri untuk menuju Amerika Serikat. Kejadian ini mendapatkan respon negatif dari PBB dan Uni Eropa, Uni Eropa menghentikan kunjungan pejabat tingkat tinggi ke Kuba dan Komisi HAM PBB


(46)

mencela Kuba atas tindakannya tersebut. Pada mei 2004, Amerika Serikat memberikan sanksi terhadap Kuba dengan membatasi kunjungan keluarga Amerika Serikat -Kuba dan pengiriman uang tunai. Sebagai respon atas sanksi yang diberikan Amerika Serikat, Fidel Castro mengumumkan larangan transaksi dalam dolar AS, dan menerapkan pajak 10% pada konversi dolar-peso (Smith, 2012). Dinamika hubungan Luar Negeri Kuba dan Amerika Serikat sangat terlihat di era Kepemimpinan Fidel Castro, intensitas hubungan kedua negara yang dinamis dengan berbagai kebijakan konfrontatif yang dikeluarkan oleh Kuba dan begitu pula dengan Amerika Serikat terus terjadi. Hal ini kemudian menjadikan hubungan kedua negara tidak mengalami kemajuan yang signifikan. Sejak diputuskan hubungan diplomatik antar kedua negara, hubungan kedua negara resmi terputus.


(47)

(48)

BAB III

PE

RUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI KUBA

TERHADAP AMERIKA SERIKAT ERA RAUL CASTRO

Bab ini menjelaskan mengenai Perubahan Kebijakan Luar Negeri Kuba terhadap Amerika Serikat di era kepemimpinan Raul Castro. Terkait pada bagaimana hubungan kedua negara yang lebih pragmatis dan terbuka serta kebijakan-kebijakan luar negeri yang dikeluarkan oleh Kuba terhadap Amerika Serikat (dibukanya akses ekonomi dan komunikasi) . Hubungan Luar Negeri Kuba dengan Amerika Serikat memasuki babak baru di era kepemimpinan Raul Castro. Perubahan kebijakan dan Orientasi serta pendekatan Politik Luar Negeri Raul Castro cenderung berbeda yakni lebih terbuka dan pragmatis, hal ini tercermin dari tindakan, upaya dan kebijakan dalam dan luar negeri yang dikeluarkan oleh Raul Castro. Perubahan orientasi Politik Luar Negeri Kuba di era Kepemimpinan Raul Catstro inilah yang kemudian menjadi titik balik harmonisasi hubungan luar negeri Kuba dengan Amerika Serikat, untuk kemudian diwujudkan dengan dibuka kembalinya hubungan diplomatik (normalisasi), akses kerjasama ekonomi dan komunikasi antar kedua negara. A. Perubahan Orientasi Politik Luar Negeri Raul Castro

Pada tahun 2008, Raul Castro resmi menjadi Presiden Kuba. Raul Castro mengambil alih kekuasaan untuk menggantikan kakaknya Fidel Castro yang mengundurkan dari jabatannya karena alasan kesehatan (Achir, 2008). Sebelum menjadi Presiden Kuba, Raul Castro menjadi salah satu orang kepercayaan Fidel Castro dan menjabat sebagai Menteri Pertahanan. Raul Castro memiliki pandangan hidup atau ideologi yang sama dengan saudaranya yakni komunis,


(49)

Raul Castro memiliki cita – cita untuk tetap mempertahankan Kuba menjadi Negara Komunis dengan menjalankan prinsip – prinsip komunis terhadap Kuba seperti yang dilakukan oleh Fidel Castro sebelumnya. Raul Castro memiliki tujuan dan pandangan hidup yang sama dengan Fidel Castro, namun Raul Castro memiliki pandangan yang berbeda mengenai metode dan orientasi Politik Luar Negeri Kuba. Jika sebelumnya Fidel Castro mengarahkan Politik Luar Negeri Kubayang sangat ketat dalam menentukan kawan dan lawan Kuba, menggunakan kekuatan militer high politics serta sarat akan kebijakan - kebijakan konfrontatif tertutama dengan Amerika Serikat. Raul Castro memiliki pandangan yang cenderung berbeda, hal ini telah ditunjukan oleh Raul Castro sejak menjabat menjadi Menteri Pertahanan Kuba.

Raul Castro resmi menjadi Presiden Kuba pada tahun 2008, namun secara teknis Raul Castro secara tidak langsung telah memimpin Kuba pada tahun 2006 saat Presiden Fidel Castro menjalani operasi lambung dan untuk sementara menyerahkan kendali pemerintah kepada Raul Castro (Smith, 2012). Sejak Fidel Castro menyerahkan kendali pemerintahan kepada Raul Castro untuk sementara pada tahun 2006 dan membawa perubahan halus namun penting dalam Pemerintahan serta kebijakan luar negeri Kuba. Raul Castro telah menunjukan sikapnya yang terbuka dan pragmatis akan ekonomi dan komunikasi bagi Kuba (Daniel P. Erikson, 2010, p. 390). Kepentingan Rakyat Kuba akan akses ekonomi untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari mereka menjadi tujuan utama Raul Castro. Dalam pidatonya pada 26 Juli 2006, Raul Castro mengatakan bahwa keadaan dan pendapatan ekonomi Kuba saat itu tidak dapat memenuhi semua kebutuhan Rakyat Kuba, dan karenanya para praktisi pemerintah telah berhenti


(50)

untuk memenuhi peran menjamin prinsip sosialis bagi Rakyat Kuba (Peters, 2012, p. 5). Rakyat Kuba telah mencapai titik jenuh mereka untuk tetap menerapkn dan mengikuti prinsip-prinsip sosialis dalam sistem ekonomi mereka, orientasi sistem komunis yang dimana negara menjadi pemilik dan mengontrol semua aktifitas ekonomi dan politik Kuba stated owned telah membawa perekonomian Kuba berjalan lambat. Menurut data dari Pew Research Center pertumbuhan ekonomi Kuba bisa dikatakan stagnan, sekitar 1,4% per tahun. Sementara tingkat kenaikan harga-harga barang dan jasa (inflasi) masih sedikit lebih tinggi, yaitu sekitar 1,5% setahun. Lebih lanjut CIA memperkirakan bahwa GDP Kuba tumbuh hanya 1,3% tahun lalu secara real (disesuaikan dengan inflasi) (Desilver, 2015). .Banyaknya aktifitas menyimpang dan ketidakdisiplinan sosial seperti pencurian, ketimpangan sosial, korupsi dan aktifitas black market menjadi masalah baru bagi Kuba (Davis, 2007, p. 2).

Segera setelah menjabat menjadi Presiden Kuba, Raul Castro mengumumkan rencananya untuk melakukan Reformasi Ekonomi Kuba yang terorientasi pada pengurangan peran negara terhadap bidang ekonomi serta mendorong perusahaan-perusahaan privat, melihat serta mempertimbangkan kebutuhan ekonomi dan komunikasi Rakyat Kuba seperti penggunaan ponsel dan internet (Doss, 2008). Dalam pidatonya Raul Castro mengatakan bahwa dia akan mengambil kebijakan yang berbeda dengan Fidel Castro yaitu lebih terbuka dan terpusat Reformasi Ekonomi (Gibbs, 2009). Raul Castro menginginkan Kuba yang lebih terbuka dengan dunia luar dan hal ini sangat berbeda dengan kebijakan yang diambil oleh Fidel Castro.Lebih lanjut, Raul Castro juga mempertimbangkan untuk melakukan Reformasi Struktural yang mengacu pada meninjau kembali


(51)

sistem internal pemerintahan Kuba, kemudian meningkatkan produksi dan pemasaran produksi petanian dengan prioritas untuk memenuhi kebutuhan dasar Rakyat Kuba (Painter, 2008).

Orientasi Politik Luar Negeri era Fidel Castro terfokus pada tiga tujuan penting, yaitu pemerintahan revolusioner menentukan “siapa kawan dan lawan Kuba” dengan jelas dapat terlihat sikap Fidel Castro yang sangat anti terhadap Amerika Serikat sehingga merubah lingkungan interaksi Kuba Cuban Families terhadap Uni Soviet dan negara – negara komunis lainnya. Sarat akan kebijakan yang bersifat konfrontatif, setiap kebijakan luar negeri yang dikeluarkan oleh Fidel Castro dapat dipastikan kebijakan tersebut mendapatkan kecaman dan respon negatif dari Amerika Serikat. Politik Luar Negeri Kuba cenderung bersifat ideologis, dalam artian setiap langkah dan kebijakan luar negeri yang diambil oleh Fidel Castro pasti akan berhubungan dengan ideologi, salah satunya Fidel Castro menjalin hubungan baik dengan negara – negara yang berideologi sosialis komunis seperti Venezuela, China dan sebagiannya. Sejak menjabat menjadi Presiden Kuba menggantikan Fidel Castro, Raul Castro telah memberikan statement bahwa Kuba tidak akan pernah berubah dan tetap menerapkan sistem komunis. Kuba akan tetap menjadi negara komunis dan menerapkan prinsip – prinsip komunis dalam sistem politik dan ekonominya. Namun yang menjadi perhatian Raul Castro ialah pendekatan dan perlakuan yang berubah terdapat beberapa sektor yang peraturannya harus dirubah karena berdampak pada kestabilan negara, Raul Castro juga menegaskan bahwa peraturan yang berada pada sektor ekonomi dan komunikasi harus dilonggarkan dan lebih terbuka. Melihat keadaan ekonomi, politik dan komunikasi Kuba yang tidak mengalami


(52)

perubahan menjadi pertimbangan signifikan bagi Raul Castro untuk melakukan Reformasi Internal dan Eksternal Kuba dengan pendekatan yang lebih pragmatis dan terbuka. Meskipun Ideologi Komunis merupakan identitas dari Kuba, namun tuntutan dan kebutuhan Kuba akanpeningkatan ekonomi, politik dan komunikasi menjadi hal yang tidak dapat diabaikan. Orientasi Politik Luar Negeri Raul Castro cenderung terorientasi pada isu – isu yang bersifat low politics seperti ekonomi , komunikasi dan kemanusiaan. Pada tahun 2011, Raul Castro dengan pertimbangan kemanusiaan dan permintaan keluarga narapidana serta rencana kunjungan pejabat senior gereja Katolik Roma ke Kuba, Raul Castro membebaskan 2.900 tahanan dan 86 warga asing dari 25 negara termasuk diantaranya (Galeano, 2011). Raul Castro menjelaskan banyaknya narapidana yang berusia diatas 60 tahun, menderita sakit menjadi alasan dibalik keputusan tersebut.

Raul Castro terus menjalin hubungan luar negeri yang baik dengan negara – negara komunis lainnya seperti Venezuela.Venezuela menjadi negara pertama yang dikunjungi oleh Raul Castro sejak menjabat menjadi Presiden Kuba (Grant, 2008).Venezuela merupakan salah satu negara partner ekonomi utama Kuba, Raul Castro juga mengunjungi China dengan tujuan untuk mempererat hubungan luar negeri dan ekonomi kedua negara. China merupakan mitra dagang terbesar kedua Kuba, setelah Venezuela(Ford, 2012). Kuba dibawah pemerintahan Raul Castro terus menunjukan perubahan sikapnya terhadap Amerika Serikat. Pada Juli 2012, bertepatan dengan peringatan hari Revolusi Kuba Raul Castro memberikan pidato terbuka yang mengisyaratkan keinginannya untuk dapat berkomunikasi dengan Amerika Serikat. Raul Castro menyatakan keinginannya untuk berbicara dengan


(53)

Amerika Serikat dengan catatan kedua negara harus saling menghormati satu sama lain (Deep, 2012). Raul Castro memanfaatkan momentum tersebut sebagai undangan terbuka terhadap Amerika Serikat untuk hubungan luar negeri yang lebih baik. Pasalnya hubungan diplomatik kedua negara telah terputus selamalima dekade. Kemudian Raul Castro juga mengemukakan keinginannya untuk berbicara mengenai permasalahan HAM dan ekonomi dengan Amerika Serikat. Hal ini lantas secara tidak langsung telah menunjukan perubahan orientasi dan sikap Politik Luar Negeri Kuba terhadap Amerika Serikat.

Pada tahun 2013, Raul Castro kembali dipilih oleh National Assembly People Power’s Kuba untuk menjadi Presiden. Raul Castro kembali meneruskan Program Reformasi Ekonomi yang telah direncanakannya. Raul Castro kembali menunjukan sikap yang berbeda terhadap Amerika Serikat. Pada acara peringatan untuk Nelson Mandela di Afrika Selatan, Raul Castro berjabat tangan dengan Presiden Amerika Serikat yaitu Barrack Obama, kemudian Raul Castro menyerukan untuk terjalinnya “hubungan yang beradab” antara Kuba dan Amerika Serikat. Lebih lanjut Raul Castro mengatakan Amerika Serikat harus menghapus permintaan mereka untuk menjatuhkan Rezim Komunis dan merubah Sistem Pemerintahan Kuba. Amerika Serikat diharap dapat menghormati Kuba sehingga akan memungkinkan kedua belah pihak untuk terus bekerja pada peningkatan hubungan luar negeri(Vos, 2013). Orientasi politik luar negeri Kuba era Raul Castro yang sarat akan negosiasi dan perundingan persuasif tercermin dalam pidato tersebut.


(54)

B. Kebijakan Luar Negeri Kuba era Raul Castro

Raul Castro menjadi Presiden Kuba selama dua periode, pada awal kepemimpinannya Raul Castro mengeluarkan Kebijakan Reformasi Ekonomi dengan berlandas pada pedoman Reformasi Komunis Lineamientos (Juan Triana Cordovi, 2014, p. 3). Paket kebijakan tersebut terorientasi pada kepada mengurangi peran negara dalam bidang ekonomi dan mendorong tumbuhnya perusahaan milik pribadi di Kuba. Kebijakan tersebut kemudian mendapat persetujuan dari VI Kongres Partai Komunis Kuba, dan ditetapkan sebagai langkah untuk menempatkan Kuba pada jalur pertumbuhan baru, termasuk mengidentifikasi serta mengalokasikan kebutuhan Rakyat Kuba (Juan Triana Cordovi, 2014, p. 5).

Raul Castro berusaha untuk membangun masa depan ekonomi Kuba yang lebih baik, dengan mengutamakan pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan pasar Kuba. Kuba memerlukan kebijakan industri yang lebih aktif sehingga dapat membantu Rakyat Kuba untuk membangun perekonomian dan kompetisi yang dinamis dengan mengatasnamakan “akses dalam kesetaraan”. Kebijakan ketat birokrasi Kuba selama ini yang menempatkan pengaturan perekonomian seutuhnya dikendalikan oleh negara telah menghambat inisiatif ekspor, dan menempatkan Kuba pada tingkat ekspor yang rendah sehingga berdampak pada rasio pendapatan kapita yang rendah (Juan Triana Cordovi, 2014, pp. 5-6).

Sanksi ekonomi yang diberikan oleh Amerika Serikat dan runtuhnya Uni Soviet telah telah berdampak terhadap melambatnya stagnansi perekonomian Kuba dan negara-negara Amerika Latin lainnya. Rendahnya tingkat tabungan dan pendapatan nasional GDP Kuba, mengharuskan Raul Castro untuk menentukan


(1)

Maharani, A. (2012, Oktober 25). Fidel Castro di benci Amerika, di cintai rakyatnya. Retrieved Oktober 26, 2016, from MERDEKA.COM:

https://www.merdeka.com/dunia/fidel-castro-dibenci-amerika-dicintai-rakyatnya.html.

Maharani, A. (2012, Oktober 25). Fidel Castro di benci Amerika, di cintai rakyatnya. Merdeka.com , p. 1.

Mandey, A. (2015, Maret 17). 17-4-1961: Invasi Teluk Babi Operasi penyusupan itu untuk gulingkan rezim komunis Fidel Castro. Retrieved 11 14, 2016, from news.viva.co.id: http://dunia.news.viva.co.id/news/read/614643-17-4-1961--invasi-teluk-babi.

May, D. D. (2015, MAY 28). PEWRESEARCH. What We Know About Cuba , p. 1.

Misick, H. C. (2011, April 17). Raul Castro pushes communist party rejuvenation. Rtc Radio Turks & Caicos , pp. 1-2.

Misick, H. C. (2011, April 17). Raul Castro set to turn 80 and join brother Fidel Castro in the ranks of octogenarians. Retrieved September 15, 2016, from nydailynews.com: http://www.nydailynews.com/news/world/raul-castro-set-turn-80-join-brother-fidel-castro-ranks-octogenarians-article-1.147172.

Mukmin, H. (1981). Pergolakan di Amerika Latin dalam Dasawarsa Ini. Jakarta: Jakarta: Ghalia.

NN. (2015, Juli 22). BBC News. Cuba Profile- Timeline , p. 1.

Nursalikah, A. (2016, Agustus 31). Jet Blue Airways, Pesawat Komersial Pertama AS ke Kuba. Retrieved November 17, 2016, from REPUBLIKA.COM: http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/16/08/31/ocrf20366-jet-blue-airways-pesawat-komersial-pertama-as-ke-kuba.

Orsberg, A. ( 2005). How Should We Measure “ Economic” Aspects of Well-Being . Review of Income and Wealth , 12.

Painter, J. (2008, February 25). Cuba set for small-scale change. Retrieved

November 15, 2016, from BBCNEWS:

http://news.bbc.co.uk/2/hi/americas/7263541.stm.

Pambudi, A. (2007). Fidel Castro: 60 tahun menentang Amerika. Yogyakarta: Narasi.


(2)

Papasi, P. (2015). PENGARUH IDIOSYNCRATIC RAUL CASTRO HUBUNGAN LUAR NEGERI KUBA-AMERIKA SERIKAT. Jurnal Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer , 2. Path, P. (2015, November 5). AS Mungkin Longgarkan Embargo Lebih Jauh terhadap Kuba. Retrieved November 17, 2016, from VOAINDONESIA:

http://www.voaindonesia.com/a/as-mungkin-ringankan-embargo-terhadap-kuba-/3036377.html.

Patnistik, E. (2015, Juli 20). AS-Kuba resmi normalisasi hubungan diplomatik .

Retrieved November 17, 2016, from Kompas.com:

http://internasional.kompas.com/read/2015/07/20/13443301/AS.dan.Kuba.Resmi. Normalisasi.Hubungan.Diplomatik.

Perez, L. A. (2003). Cuba and the United States: Ties of Singular Intimacy. Georgia: Georgia Press.

Perwita, A. A. ( 2006). Pengantar Hubungan Internasional. . Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Peters, P. (2012). A Viewer’s Guide to Cuba’s Economic Reform. Lexington Institute , 5.

Plummer, R. (2011, Maret 11). Q&A: Cuba's economic changes. Retrieved Oktober 28, 2016, from BBCNEWS.COM: http://www.bbc.co.uk/news/business-12706588.

Prabudi, A. (2016, Maret 22). Obama: Google akan Pulihkan Akses Internet Rakyat Kuba. Retrieved November 23, 2016, from national geographic.co.id: http://nationalgeographic.co.id/berita/2016/03/obama-google-akan-pulihkan-akses-internet-rakyat-kuba.

Pratiwi, A. (2014, Desember 18). Obama dan Raul Castro umumkan upaya normalisasi hubungan. Retrieved November 17, 2016, from BBCINDONESIA: http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2014/12/141217_as_kuba.

Prevost, G. (2012). Fidel Castro and the Cuban Revolution. The Faculty Journal of the College of Saint , 24.

Primus, J. (2013, Juli 01). Kuba incar pertumbuhan ekonomi lebih tinggi.

Retrieved November 26, 2016, from KOMPAS.COM:

http://internasional.kompas.com/read/2013/07/01/2127042/Kuba.Incar.Pertumbuh an.Ekonomi.Lebih.Tinggi.


(3)

http://nasional.kompas.com/read/2010/09/14/21300829/Mantan.PN.Kuba.Jadi.Wir aswasta.

Rand. (2004). A Legacy of Dysfunction : Cuba after Fidel. Rand Research Brief , 1-2.

Raul Castro calls for US to lift trade embargo. (2015, September 29). Retrieved November 17, 2016, from BBCNEWS: http://www.bbc.com/news/world-latin-america-34386764.

Rendt, J. (2008, May 21). US lifts Cuba mobile phone ban. Retrieved November 16, 2016, from BBCNEWS: http://news.bbc.co.uk/2/hi/americas/7413300.stm. RH, P. (2011, januari jumat). Raul Castro Umumkan Perombakan Kabinet. Antaranews.com , p. 1.

Richard E. Feinberg, P. (2014, November 08). Cuba’s Economic Chage in Comparative Perspective. (T. P. Richard E. Feinberg, Ed.) Retrieved September 16, 2016, from brookings.edu: https://www.brookings.edu/wp-content/uploads/2016/06/Cubas-Economic-Change-English-web-1.pdf.

Richard E. Feinberg, P. (2014). Cuba’s Economic Chage in Comparative Perspective. Foreign Policy at Brookings , 1.

Rostiyani, Y. (2016, Maret 22). Kunjungi Havana, Obama Ukir Sejarah.

Retrieved November 17, 2016, from REPUBLIKA.CO.ID:

http://www.republika.co.id/berita/koran/internasional-koran/16/03/16/o44e4614-kunjungi-havana-obama-ukir-sejarah.

Sari, A. P. (2016, Maret 25). AS dan Kuba Akan Buka Penerbangan Komersial.

Retrieved November 17, 2016, from CNNINDONESIA:

http://www.cnnindonesia.com/internasional/20151217084226-134-98773/as-dan-kuba-akan-buka-penerbangan-komersial/.

Secretary, O. o. (2009, April 13). Fact Sheet - Reaching out to the Cuban people. Retrieved November 23, 2016, from THE WHITE HOUSE: https://www.whitehouse.gov/the-press-office/fact-sheet-reaching-out-cuban-people.

Serbin, D. A. (2014). Venezuela in Crisis: Economic and Political Conflict Drivers In the Post-Chávez Era. GPAC Alert , 4-5.

Shapiro, H. (1999). Racism in Prerevolutionary Cuba and Antiracism in the Cuban Celebration of May Day. ProQuest , 411.


(4)

Siboro, J. (2012). Perkembangan dan Pergolakan Politik di Negara-negara Amerika Latin Sesudah Tahun 1945. Yogyakarta: Yogyakarta: Ombak.

Smith, M. (2012, Agustus 14). Cuba timeline A chronology of key events.

Retrieved November 15, 2016, from BBCNEWS:

http://news.bbc.co.uk/2/hi/americas/country_profiles/1203355.stm

Somodevilla, C. (2014, Desember1 18). Gross Dibebaskan, Amerika Akhiri ' Perang Dingin' dengan Kuba . Retrieved November 17, 2016, from Tempo.com:

https://m.tempo.co/read/beritafoto/24313/gross-dibebaskan-amerika-akhiri-perang-dingin-dengan-kuba.

Spin, R. (2015, Juli 22). Cuba Profile Timeline. Retrieved Oktober 29, 2016, from BBCNEWS.COM: http://www.bbc.com/news/world-latin-america-19576144. Stanfard, R. (2016, Maret 19). Havana prepares for historic US president visit.

Retrieved November 17, 2016, from BBCNEWS:

http://www.bbc.com/news/world-latin-america-35852806.

State, U. S. (2010, Desember). A Guide to the United States’ History of Recognition, Diplomatic, and Consular Relations, by Country, since 1776: Cuba. Retrieved November 21, 2016, from Office of the Historian, Bureau of Public Affairs United States Department of State: https://history.state.gov/countries/cuba. Swift, R. (2015, September 29). President Barack Obama and Raul Castro meet in New York. Retrieved November 17, 2016, from BBCNEWS: http://www.bbc.com/news/world-latin-america-34395629.

tradingeconomics. (2016, Oktober). Amerika Serikat Ekspor ke Kuba. Retrieved

Desember 01, 2016, from tradingeconomics.com:

http://id.tradingeconomics.com/united-states/exports-to-cuba/forecast.

tradingeconomics. (2015). Pengangguran Kuba . Retrieved Desember 01, 2016, from tradingeconomics.com:http://id.tradingeconomics.com/cuba/unemployment-rate.

Tuwo, A. G. (2016, Februari 16). Obama Siap Kunjungan Bersejarah ke Kuba.

Retrieved November 17, 2016, from Liputan6.com:

http://global.liputan6.com/read/2439270/obama-siap-kunjungan-bersejarah-ke-kuba.

Usher, B. P. (2014, Desember 21). What Cuba's new friendship with US means for everyday life. Retrieved November 17, 2016, from BBCNEWS: http://www.bbc.com/news/magazine-30553594.


(5)

Vos, M. (2013, Desember 22). Cuba's Raul Castro calls for 'civilised relations' with US. Retrieved November 16, 2016, from BBCNEWS: http://www.bbc.com/news/world-latin-america-25479795.

Voss, M. (2011, April 14). Bay of Pigs: The 'perfect failure' of Cuba invasion. Retrieved 11 14, 2016, from BBCNEWS: http://www.bbc.com/news/world-latin-america-13066561.

Voss, M. (2008, May 13). Cuba lifts ban on home computers. Retrieved

November 16, 2016, from BBCNEWS:

http://news.bbc.co.uk/2/hi/americas/7381646.stm.

Voss, M. (2008, Oktober 23). EU formally renews ties with Cuba. Retrieved

November 24, 2016, from BBCNEWS:

http://news.bbc.co.uk/2/hi/americas/7685855.stm.

Voss, M. (2008, Januari 31). EU lifts Cuba diplomatic freeze. Retrieved November 24, 2016, from BBCNEWS: http://news.bbc.co.uk/2/hi/americas/4223397.stm. Voss, M. (2015, Maret 12). New Cuba US direct phone link established. Retrieved November 17, 2016, from BBCNEWS: http://www.bbc.com/news/world-latin-america-31844847.

Voss, M. (2009, Februari 24). Raul Castro marks a year in power. Retrieved

Oktober 24, 2016, from BBCNEWS.COM:

http://news.bbc.co.uk/2/hi/americas/7907947.stm.

Wibisono, B. K. (2010, September 18). Kuba Akan Bebaskan Empat Lagi Tawanan Politik. Retrieved November 24, 2016, from ANTARANEWS.COM: http://www.antaranews.com/berita/221038/kuba-akan-bebaskan-empat-lagi-tawanan-politik.

Wibisono, B. K. (2014, Desember 18). Tiga tahanan Kuba dibebaskan AS.

Retrieved November 17, 2016, from Antaranews.com:

http://www.antaranews.com/berita/469760/tiga-tahanan-kuba-dibebaskan-as. Wola. (2016, Maret 14). Factsheet : Reforms in 21st Century Cuba . Retrieved November 24, 2016, from WOLA Advocacy of Human Rights in The Americans: https://www.wola.org/analysis/factsheet-reforms-in-21st-century-cuba/.

Yanyan Mochamad Yani, D. M. (2014). Perspektif-Perspektif Politik Luar Negeri: Teori dan Praksis. (D. M. Yanyan Mochamad Yani, Trans.) International Relation Jurnal , 7-9.


(6)

Yeld, R. (2010, September 09). Castro calls rare Cuba communist party congress.

Retrieved Oktober 31, 2016, from BBCNEWS.COM: