HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KECAMATAN JEBRES KOTAMADYA SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DAN
PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI
KECAMATAN JEBRES KOTAMADYA SURAKARTA
Dwi Sarbini, Listyani Hidayati
Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Abstract
One of causing energy protein malnutrition and growth faltering in infant is mothers had not
exclusive breastfeeding to her babies and early supplement breast milk or MP-ASI giving. One of
triggering poorly nutritional status in infant and childhood is decreasing of exclusive breastfeeding.
Exclusive breastfeeding produce optimally growth, increase immune system and fulfill the requirement of
infant in 4-6 month. Cost family level, education level graduated, mother’s ASI knowledge and mother’s
working status have contribution in exclusive breastfeeding. Recent study in public health center of
Ngoresan sub district of Jebres Surakarta municipal showed 40 % exclusive breastfeeding covered that
in under national target on 80 %. The objective of this study is to learn the description of relationship
between cost family level and education level graduated with exclusive breastfeeding at public health
center of Ngoresan sub district of Jebres Surakarta .This research was conducted using cross-sectional
approach. The samples were mother who gave suck to their babies (4-11 month), total samples were
120 mothers. The research used Chi square analysis with program SPSS 10.0 to test the hypothesis.
We were investigated that most of the mothers (60%) had not exclusive breastfeeding to her babies.

Cost family level is above standard of poor (69,2%) and 60% of mothers education level graduate is
senior high school. There is no correlation between cost family level and education level graduated with
exclusive breastfeeding supplies at public health center of Ngoresan sub district of Jebres Surakarta.
Beside that, knowing other factors that having effect on exclusive breastfeeding on previous studies,
especially decreasing of exclusive breastfeeding, is necessary.
Key Words: Cost family level, Education level graduated, Exclusive breastfeeding

diperlukan
Pemberian ASI secara eksklusif adalah

bayi

pertumbuhan

fisik

serta
yang

menghasilkan

optimum.

Di

pemberian ASI segera (kurang lebih 30 menit

samping itu, ASI mengandung zat anti infeksi

setelah lahir) sampai bayi berumur 4 bulan

yang mampu meningkatkan daya tahan

dan

tubuh

memberikan

kolustrum


pada

bayi

dari

tertularnya

penyakit.

Zat

(Depkes RI, 1992) dan tanpa penambahan

kekebalan ini dapat mencukupi kebutuhan

makanan

susu


bayi sampai umur 4'6 bulan (Soetjiningsih,

formula, sari buah ataupun madu. Dalam

1997). Pada dasarnya zat kekebalan tubuh

jumlah cukup dan kesehatan ibu setelah

anak (immunoglobin) sudah didapatkan bayi

melahirkan baik, ASI merupakan makanan

dari ibu melalui plasenta. Setelah bayi lahir

terbaik bayi untuk 4'6 bulan pertama sejak

zat

dilahirkan karena dapat mencukupi seluruh


sedangkan immunoglobin baru diproduksi

kebutuhan gizi bayi (Anwar, 1992). Zat'zat

pada saat usia bayi 3'4 bulan. Pada saat kadar

gizi

immunoglobin

ASI

tambahan

berfungsi

baik

berupa


membangun

dan

menyediakan energi dalam jumlah yang

kekebalan

tubuh

tersebut

bawaan

menurun,

menurun

dan


produksi sendiri belum mencukupi, bisa

115

terjadi kesenjangan immunoglobin pada bayi.

MP'ASI terlalu dini yang mempunyai resiko

Pada

dalam

terjadinya diare, dan pada akhirnya dapat

menghilangkan dan mengurangi kesenjangan

menyebabkan terjadinya KEP pada anak

yang mungkin timbul. Hal ini disebabkan


balita (Depkes RI, 1992).

saat

inilah

ASI

berperan

kolustrum ASI yang pertama kali keluar

Pemberian ASI eksklusif dipengaruhi

mengandung 10'17 kali zat immunoglobin

oleh banyak faktor, di antaranya faktor sosial

lebih banyak dari ASI.


budaya, pengaruh promosi susu formula,

Walaupun telah

banyak diketahui

dukungan petugas kesehatan, kesehatan ibu,

manfaat pemberian ASI eksklusif, namun

kesehatan bayi, status pekerjaan ibu, tingkat

masih

kurang

pendapatan keluarga, tingkat pendidikan ibu

menggantikannya


dan pengetahuan serta sikap ibu. Pengaruh

banyak

ibu'ibu

memanfaatkannya
dengan
formula.

dan

pemberian

yang

susu

Penelitian


dan

yang

makanan

dilakukan

di

kebudayaan barat, urbanisasi dan kemajuan
teknologi

menyebabkan

pergeseran

nilai

Kecamatan Kalijambe, Sragen, Jawa Tengah

sosial budaya masyarakat. Memberi ASI pada

menunjukkan bahwa pemberian ASI secara

bayi

eksklusif hanya sebesar 12,5%. Penelitian lain

menempatkan ibu pada kedudukan lebih

menunjukkan

telah

rendah dibandingkan dengan ibu golongan

memberikan makanan prelaktal (susu formula

atas. Perkembangan industri susu formula

dan madu) pada hari pertama atau hari kedua

yang pesat dengan berbagai promosi di media

sebelum

62,6%

massa dapat menyebabkan salah pengertian.

menghindari pemberian kolustrum (Anonim,

Pemberian susu formula dianggap lebih baik

1990). Selain itu, menurut Survei Demografi

daripada ASI. Pengetahuan dan sikap petugas

dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1991

kesehatan dalam memberikan penyuluhan

dan

1994 menunjukkan bahwa proporsi

atau dorongan tentang manfaat pemberian

pemberian ASI eksklusif di perdesaan pada

ASI sangat menentukan keberhasilan ibu

tahun 1991 sebesar 54,9% dan menurun

menyusui. Di samping itu kondisi kesehatan

menjadi 47% pada tahun 1994, sedangkan di

bayi dan ibu sangat berpengaruh dalam

perkotaan pada tahun 1991 sebesar 46,7% dan

pemberian ASI. Bayi sehat, tidak mengidap

menurun menjadi 45,7% pada tahun 1994.

penyakit

Berkaitan

dalam

kecacatan lebih mudah untuk menyusu dan

Program Perbaikan Gizi Indonesia Sehat 2010

sebaliknya. ASI yang diproduksi jumlahnya

ditetapkan target nasional pencapaian ASI

cukup apabila kondisi kesehatan ibu baik dan

Eksklusif pada tahun 2000 adalah 80%.

konsumsi

bahwa

ASI

37,4%

diberikan

dengan

Pemberian

hal

ASI

ibu

dan

tersebut,

Eksklusif

dapat

dianggap

tertentu

pada bayi dan sebaliknya. Hal ini disebabkan

penghasilan

oleh

Eksklusif
penggunaan

memberikan
susu

tidak

dan

mengalami

cukup

dari

segi

ibu

bekerja

sehingga

untuk
tidak

mencari

mempunyai

pemberian

ASI

kesempatan memberikan ASI secara eksklusif.

peluang

bagi

Tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu

atau

berpengaruh

formula

bayi

Pengganti ASI (PASI) maupun penggunaan

116

modern

kualitas dan kuantitas. Tekanan ekonomi
memaksa

rendahnya

dan

makanannya

menurunkan Kurang Energi Protein (KEP)
karena

tidak

Semakin

!"#"$#%&! '(

dalam

tinggi
( &

praktek

tingkat

menyusui.

pendidikan

) )*+), &--.

!!/$!&&

ibu,

pengetahuan ibu semakin baik. Hal ini akan

berdasarkan pertimbangan bahwa masih ada

memberi kecenderungan ibu dalam bersikap

status gizi bayi yang kurang di wilayah ini

dengan memberikan yang terbaik bagi bayi

dan ada kaitannya dengan praktek ibu dalam

yaitu dengan memberikan ASI eksklusif.

pemberian ASI

Berdasarkan survei pendahuluan yang

eksklusif.Sebagai

variabel

bebas adalah tingkat pendapatan keluarga

dilakukan peneliti pada tahun 2002, di

dan

Kecamatan

variabel terikatnya adalah pemberian ASI

Jebres,

Kotamadya

Surakarta

tingkat

pendidikan

ibu,

sedangkan

ibu

yang

eksklusif. Data yang dikumpulkan meliputi

eksklusif

pada

data primer dan sekunder. Data primer yang

pencapaian ASI

dikumpulkan adalah data karakteristik subjek

eksklusifnya sekitar 40%, angka ini masih jauh

penelitian dan keluarga yang meliputi data

di bawah target nasional pencapaian ASI

pekerjaan kepala keluarga (KK), pendidikan

eksklusif Indonesia yaitu 80%. Oleh karena

KK dan ibu, pendapatan keluarga, jumlah

itu, perlu dipelajari dan dianalisis faktor'

paritas, jumlah anak, paritas dan umur ibu,

faktor penyebab rendahnya pemberian ASI

serta data pemberian ASI eksklusif diperoleh

eksklusif

yang

melalui wawancara dari rumah ke rumah

berhubungan dengan tingkat pendapatan

yang dilakukan oleh enumerator dengan

keluarga dan tingkat pendidikan ibu. Tujuan

menggunakan

penelitian ini adalah untuk mempelajari

kuesioner. Data sekunder yang dikumpulkan

hubungan

pendapatan

adalah data tentang profil kesehatan bayi dan

keluarga dan tingkat pendidikan ibu dengan

ibu serta profil pemberian ASI eksklusif

pemberian

ibu'ibu

diperoleh melalui pencatatan di Puskesmas

menyusui di Kecamatan Jebres, Kotamadya

setempat, sedangkan gambaran umum lokasi

Surakarta. Hasil penelitian ini diharapkan

dikumpulkan

dapat memberikan masukan bagi petugas gizi

monografi

dan

Kecamatan Jebres. Metode yang digunakan

masih

sangat

memberikan
bayinya

sedikit
ASI

jumlah

secara

atau cakupan

oleh

ibu

antara
ASI

tingkat

eksklusif

kesehatan

penyuluhan

terutama

dalam

mengenai

oleh

meningkatkan
pemberian

ASI

Eksklusif oleh ibu'ibu dan dapat dijadikan
untuk perencanaan dan evaluasi program

untuk

pedoman

dengan

yang

pertanyaan

pencatatan

diperoleh

membuktikan

atau

dari

hipotesis

data
kantor
dalam

penelitian ini menggunakan uji analisis 2
3

menggunakan program SPSS 10.0.

perbaikan gizi.

Jenis

penelitian

11

bersifat
01 $

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu

, sampel adalah ibu menyusui bayi 4'

menyusui bayi 4'11 bulan sebanyak 120

observasional
0 1

ini

bulan

sebanyak

dilaksanakan
Ngoresan,
Surakarta.

dengan

di

pendekatan
120.

wilayah

Kecamatan
Pemilihan

Jebres,
lokasi

Penelitian

orang. Gambaran karakteristik dari sampel

Puskesmas

ditunjukkan pada tabel 1 dan tabel 2.

Kotamadya

Gambaran responden ditunjukkan dengan

penelitian

sebagian besar responden berumur kurang

117

dari 35 tahun, yaitu sebesar 90%. Sedangkan

kemiskinan, 60 % berpendidikan lanjutan.

dalam

Sedangkan gambaran umum bayi dapat

pendapatan

perkapita

keluarga

sebulan 69,2% dalam kategori di atas garis

dilihat pada tabel 2.

Tabel 1. Data Karakteristik Ibu
!
Kelompok Umur (thn)
a. < 35

108

90

b. ≥ 35

12

10

Jumlah

120

100

a. Di atas garis kemiskinan

83

69,2

b. Di bawah garis kemiskinan

37

30,8

Jumlah

120

100

a. Dasar

48

40

b. Lanjutan

72

60

Jumlah

120

100

Tingkat Pendapatan

Tingkat Pendidikan

Gambaran bayi yang dijadikan sampel adalah 71% usia 4'8 bulan dengan sebagian besar
mempunyai status gizi baik (95%).
Tabel 2. Data Karakteristik Bayi

Kelompok Umur
(bulan)
a. 4'8

71

59,2

b. 9'11

49

40,8

Jumlah

120

100

114

95

6

5

120

100

a. Eksklusif

48

40

b. Tidak Eksklusif

72

60

Jumlah

120

100

Status Gizi (BB/U)
a. Baik
b. Tidak Baik
Jumlah
Status Pemberian ASI

118

!"#"$#%&! '(

( &

) )*+), &--.

!!/$!&&

"

#

$

# %
Tabel 3. Status Pemberian ASI Eksklusif
!
Status Pemberian ASI Eksklusif
a. Eksklusif

48

40

b. Tidak Eksklusif

72

60

Jumlah

120

100

Jumlah ibu yang memberikan ASI eksklusif

disebabkan oleh ASI yang belum keluar

hanya 40% dari jumlah total ibu menyusui,

sehingga diberi makanan/minuman sebelum

sedangkan yang tidak memberikan ASI secara

ASI keluar, pemberian ASI tidak sampai umur

eksklusif

4 bulan dan kolustrum dibuang karena

sebesar

60%.

Penghentian

dianggap tidak bersih dan kotor.

pemberian ASI secara eksklusif antara lain

&

#$# '
# %

'

(

# ' (

((

$# (

'

$

Tabel 4. Hubungan antara Pendapatan Ibu Menyusui dengan Pemberian ASI Eksklusif
#

'
(

$
# %
!

!
Di atas
garis
kemiskina
n
Di bawah
garis
kemiskina
n

)

(

# %

!

33

39,8

50

60,2

83

100

15

45,5

22

59,5

37

100

*0,936

Tabel 4 menunjukkan bahwa tidak

namun juga kemungkinan dipengaruhi oleh

ada hubungan antara tingkat pendapatan

pengaruh faktor sosial budaya dan faktor

dengan status pemberian ASI eksklusif. Hal

demografi wilayah mengingat letak dari

ini sejalan dengan penelitian Soeparminto dan

wilayah kerja Puskesmas Ngoresan yang

Rahayu (2002) bahwa tingkat pendapatan

berada di perbatasan antara perdesaan dan

keluarga

tidak

perkotaan

bermakna

dengan

mempunyai

hubungan

yang

dapat

menyebabkan

pergeseran

nilai'nilai

eksklusif. Pemberian ASI eksklusif tidak

masyarakat.

Hal

hanya dipengaruhi oleh tingkat pendapatan,

pendapat Suharjo (1992) yang menyatakan

pola

pemberian

ASI

ini

sosial

budaya

diperkuat

dengan

119

bahwa pengaruh perubahan nilai'nilai sosial

mempunyai

budaya yang menganggap pemberian ASI

memberikan ASI dibanding ibu dengan sosial

pada bayi dianggap tidak modern dan

ekonomi

menempatkan ibu pada posisi golongan atas.

bertentangan

Dibuktikan oleh Soeparminto dan Rahayu

(1994)

(2002)

ASI

semakin

meningkatnya

dipengaruhi secara bermakna oleh faktor

keluarga

akan

jumlah anak umur 0'4 tahun dalam keluarga,

perubahan'perubahan

tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan

makanan baik jenis maupun jumlahnya.

ibu serta umur bayi dalam keluarga.

Semakin meningkatnya pendapatan semakin

bahwa

pola

pemberian

Hasil penelitian ini

peluang

tinggi.

4,6

Hasil

dengan

kali

untuk

penelitian

pendapat

yang menyatakan

Sayogyo

bahwa
sosial

menyebabkan

ini

dengan
ekonomi

terjadinya

dalam

susunan

bertentangan

bertambah pula persentase pembelanjaan

dengan penelitian Purnamawati (2001) yang

termasuk makanan pengganti ASI sehingga

membuktikan

yang

ibu cenderung tidak memberikan ASI secara

mempengaruhi pemberian ASI adalah faktor

eksklusif. Untuk hubungan antara pendidikan

sosial ekonomi seperti pendapatan keluarga.

ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada

Dilaporkan oleh Purnamawati (2001)

bahwa

bayi dapat dilihat pada tabel 5.

ibu

rendah

dengan

faktor

sosial

dominan

ekonomi

Tabel 5. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu Menyusui dengan Pemberian ASI Eksklusif

Tingkat
Pnddkn
Ibu

Status Pemberian ASI
Eksklusif

Total

Tidak
Eksklusif

n

%

n

%

n

%

Lanjutan

28

38,9

44

61

72

Dasar

20

41,7

28

58,3

48

10
0
10
0

*0,671
Tabel 5 menunjukkan, jumlah ibu yang
tidak menyusui secara eksklusif

paling

bermakna terhadap pola pemberian ASI
eksklusif, namun sejalan dengan pendapat

banyak ditemukan pada ibu yang tingkat

Roesli

pendidikan lanjut sebanyak 61%. Namun dari

pendidikan merupakan komponen penting

hasil analisis statistik menunjukkan hubungan

yang berperan dalam pemberian makanan

yang

keluarga termasuk pemberian ASI eksklusif.

tidak

signifikan

antara

tingkat

(2001)

yang

menyatakan

bahwa

pendidikan ibu dengan pola pemberian ASI

Pendidikan

eksklusif. Hasil penelitian ini bertentangan

dampak positif yaitu ibu semakin mengerti

dengan Soeparminto dan Rahayu (2002)

akan pentingnya pemeliharaan kesehatan

bahwa tingkat pendidikan tertinggi yang

termasuk pemberian ASI eksklusif, tetapi, di

ditamatkan

sisi lain, pendidikan yang semakin tinggi juga

120

ibu

mempunyai

pengaruh

!"#"$#%&! '(

( &

pada

satu

sisi

) )*+), &--.

mempunyai

!!/$!&&

+

akan berdampak adanya perubahan nilai'nilai
sosial

seperti

adanya

anggapan

#

bahwa

menyusui bayi dianggap tidak modern dan

Dari hasil analisis dapat disimpulkan

dapat mempengaruhi bentuk payudara ibu.

bahwa tidak ada hubungan antara tingkat

Menurut Suhardjo (1992), semakin tinggi

pendapatan keluarga dan tingkat pendidikan

pendidikan

dengan

dapat

menimbulkan

pemberian

kekhawatiran terhadap kemungkinan bayi

Puskesmas

menderita kurang zat gizi tertentu karena

Kotamadia Surakarta.

konsentrasinya

dalam

ASI

Ngoresan

ASI

eksklusif

Kecamatan

di

Jebres

menurun

jumlahnya

sehingga

ibu

cenderung

memberikan

makanan

tambahan.

"
Perlu

Hasil

penyuluhan

yang

intensif

penelitian ini memperkuat penelitian Kristina

tentang pentingnya pemberian ASI secara

(2001)

tingkat

eksklusif pada bayi sampai umur 4 bulan

dengan

melalui komunikasi langsung oleh petugas'

pemberian ASI. Hasil penelitian Asmijati

petugas kesehatan, bidan, kader posyandu

(2000) menjelaskan bahwa pola pemberian

dan dalam pertemuan kelompok ibu'ibu

ASI

oleh

tentang ASI eksklusif. Di samping itu, perlu

dukungan petugas kesehatan dan dukungan

penggalakkan peningkatan penggunaan ASI

keluarga dan masyarakat, selain dipengaruhi

melalui pelaksanaan program Rumah Sakit

pula oleh kegiatan ibu, pengetahuan ibu

Sayang Bayi (RSSB) melalui pemberdayaan

tentang keluarga berencana dan pendidikan

petugas kesehatan dan pengadaan tempat

suami.

pemberian ASI (TPA) di tempat ibu bekerja.

yang

pendidikan

menjelaskan
tidak

eksklusif

Jadi

pendidikan

bahwa

berpengaruh

dipengaruhi

dapat
yang

pula

disimpulkan
tinggi

justru

bahwa
dapat

Untuk

penelitian

lanjut,

disarankan

menyebabkan ibu tidak memberikan ASI

penelitian mengenai faktor–faktor lain yang

secara eksklusif.

mempengaruhi

pemberian

ASI

secara

eksklusif dan faktor penyebab rendahnya
pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0'4
bulan
.
+
Anonim, 1990, 4 5
99

1

5
1

Anwar, NA., 1992, ’Sudahkah Bayi Anda Diberi ASI?’, 8
Asmijati, 2000, :
,
tanggal.

1 $: 1 ;
0 5

, Unika'Atmajaya, Jakarta,

6
)
7
8
diakses tanggal 5 Mei 2004

+
,

Departemen Kesehatan, Badan Litbangkes'BPS, 1992,
Departemen Kesehatan.

51
5

=

7 , Th. XXII, No. 8.

6 )
7
8
<
5
&---, FKM UI, http//digilib.ui.ac.id, diakses

, 5

,

Jakarta :

121

Departemen Kesehatan, Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Dikjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat, 1992,
15
5
*
T 5
5
6 * $6 , Jakarta : Departemen Kesehatan.
Kristina, 2001, 5
6
7
-$>
7 1 $7
FKM UI, http//digilib.ui.ac.id, diakses tanggal 5 Mei 2004.

1

Purnamawati, S, 2001, : 1 $: 1
+
1
5
6
UI, http//digilib.litbang depkes.go.id, diakses tanggal 5 Mei 2004.
Roesli, U., 2001, +

+

6

55

+

1

?

>+

1

1

Soeparminto, P., dan Rahayu, SC., 2002,
6
1
5
6
:
51 7
, Surabaya : Badan Litbang Puslitbang Yankes.
Soetjiningsih, 1997, 6
Suhardjo, 1992,

122

5

?

) 1 15

, Surabaya : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

<
*

, FKM

7, Jakarta : Gramedia.

)

+

6

, Yogyakarta : Kanisius.

!"#"$#%&! '(

( &

) )*+), &--.

,

!!/$!&&

Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Sei Sikambing Medan Tahun 2012

1 48 56

Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Di Puskesmas Padang Bulan Medan

1 28 44

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN TINDAKAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Asi Eksklusif Dengan Tindakan Pemberian Asi Eksklusif Di Puskesmas Kartasura.

0 2 13

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN SIKAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH PUSKESMAS Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Dengan Sikap Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 2 13

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN MOTIVASI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Asi Eksklusif Dengan Motivasi Pemberian Asi Eksklusif.

1 2 16

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN MOTIVASI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Asi Eksklusif Dengan Motivasi Pemberian Asi Eksklusif.

0 1 17

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU DAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA SIDOWARNO Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Dan Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Di Desa Sidowarno Kecamatan Wonosari Kabu

0 1 18

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN ORANG TUA DAN PEKERJAAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN PURWOSARI KECAMATAN LAWEYAN.

0 2 4

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN PURWOSARI KECAMATAN LAWEYAN.

0 0 5

Nur Saafina Damayati R0108008

0 0 58