Tips Praktis Bagi Petugas Kesehatan: Terapi Rehabilitasi Gangguan Penggunaan Metamietamin, MDMA dan Ganja

613 . 853

Ind
t

TIps PrakOs bagt Petoias lesehatan

Terapl Rehabllltasl
Ganiiuan Peniiunaan
Metamletamln, MDNA & Ganla

lementerlan lesehB'BD m
2013
Australian
Aid

613.853
Ind
t

Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI


".J
Indonesia , Kementerian Kese hatan RI. Direktorat
Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Tips praktis bagi petugas kesehatan : terapi rehabilitasi
gangguan penggunaan Metamfetamin MDMA dan Ganja.Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 20 13
ISBN 978-602-235-453-6
1. Judul
I. MARIJUANA ABUSE - HEALTH MAN POWER II.
MARIJUANA SMOKING
III . CANNABI NOIDS
IV. METHAMPHETAMINE
V. COUNSELING

".J

Daftar lsi
Kala PengIw1taI ............................................................ ..
Kala Sambutan ............................................................ .


Masalah Penggunaan Metarnfetarnin ...................... .
1. Lingkup rnasalah ........................................... ..
2. Prinsip urnurn penatalaksanaan ..................... .
3. Tatalaksana intoksikasi ................................. .
4. Tatalaksana gejala putus ............................... .
5. Intervensi psikososial ..................................... .
6. Psikosis rnetarnfetarnin ...................................
7. Pengurangan risiko .............................................. .
Masalah Penggunaan MDMA ...................................
1. Lingkup rna salah ........................................... .
2. Prinsip urnurn penatalaksanaan ..................... .
3. Tatalaksana intoksikasi .................................. .
4. Tatalaksana gejala putus ............................... .
5. Intervensi psikososial .................................... ..
6. Pengurangan risiko ........................................ .
Masalah Penggunaan Ganja .................................... .
1. Lingkup rna salah ............................................ .
2. Prinsip urnurn penatalaksanaan ..................... .
3. Tatalaksana intoksikasi .................................. .
4. Tatalaksana gejala putus ............................... .

5. Intervensi psikososial ......................................
6. Pengurangan risiko ........................................ .
Tips ProJuis TN N(lfJ:(I haf,!/ ij ・ ヲオ セャu@

Kesehatan

2

3
5
6
8

9
10
11

14
17
19


20
21
22

22
23
23
25
26
28

29
29
30

32

KATA PENG ANTAR


Gangguan penggunaan Napza saat 1m sudah menJ3dl masa lah bersama $emus
lap.san masyarakat melakukan berbSg31 upaya unluk mencegah dan mengalasl
masalah 1m Kita yang bergerak dlbidang kesehalan. lerutama petug3s
kesehalan di saran a pelayanan kesehatan tentu menladl ujung lombak dalam
melakukan upaya-upaya tersebut Faslillas kesehalan pun dlharapkan dapal

membenkan
layanan
k.esehatan
yang
bermulu
dan
dapal
dlpertanggunglawabkan bagi pasten dengan gangguan penggunaan Napz3
Layanan lerapl dan rehabllJ.tasl Napza dlselenggarakan pad a faslillas pelayanan
kesehatan di lingkatan layanan dasar maupun rujukan Kemampuan pelUgas
kesehatan mempunya i peranan pentlng delam memberlkan layanan lerapi
rehab,htesl Napza Apalagl terkalt dengan amanah darl UU No 35 tahun 2009
tentang Narkolika yang mewaJlbkan pecandu Narkotlka untuk melaporkan din
guna mendapatkan pengobalan dan perawalan yang secara fldak langsung Juga

menunlul petugas kesehatan untuk memngkatkan pemahaman dan kemampuan
dalam menanganl masalah lerkait penggunaan Napza
Buku 101 bensl lipS praktls dalam penalalaksanaan InteNenSI PSlkososlal dan
pengurangan nsiko terk3lt masalah gangguan penggunaan ganJa melamfelam ln
dan MOMA. SelanJutnya buku Inl dlharapkan dapat dlmanfaalkan sebaik -balknya
oleh petugas kesehatan dalam dalam membertkan layanan terapi dan rehabilitasl
gangguan penggunaan Napza

Olrektur Blna Kesehalan JlWa ,

Dr E... ,VIOla SpKJ
NIP 19580630198709200 1

-

KATA SAMBUTAN
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang lelah
membimbing kita hingga dapat menyelesa!kan buku saku Mengatasi Masalah
Ganja . Metamfetamln dan MDMA bag! Petugas Kesehalan

Penyalahgunaan Napza d! Indonesia semakln tahun semakin men!ngkat Pada
tahun 2011 diperkirakan sekitar 3.7 - 4.7 Juta orang menggunakan Napza (BNN .
Puslitkes UI). Sedangkan jenis Narkotika yang paling banyak disalahgunakan
adalah Ganja dan Amfetamine Type Stimulants (ATS) . Namun jumlah pengguna
Ganja maupun ATS yang mencari petolongan medis di fasilitas kesehatan masih
rendah Meskipun demik!an petugas kesehatan diharapkan mampu memberikan
layanan terapi dan rehabllitasi yang bermutu bag! pas len dengan gangguan
penggunaan Napza
Buku im memberikan tips praklis dalam memberikan layanan terapi dan
rehabililasi gangguan penggunaan ganja . metamfetamin dan MDMA bag I
petugas kesehatan di fasilitas kesehatan dan lembaga rehabilitasi medis lainnya
Akhlrnya saya mengucapkan selamat alas penerbltan buku saku Mengatasi
Masalah Ganja. Metamfetamin dan MDMA bagi Pelugas Kesehatan. Selanjulnya
diharapkan buku ini dapal digunakan sebalk-baiknya oleh petugas kesehalan
Saya juga mengucapkan lerima kasih alas jerih payah 11m penyusun yang lelah
berpartisipasi dalam penyusunan buku in!
Wassalamuala ikum Wr Wb

Blna Upaya Kesehatan .


3

Penulis:
Riza Sarasvita
Diah Setia Utami
Satya Joewana
セ@

セ@

'-'

Kontributor:
Lucia Maya Savitri
Robert Kosasih
Citra Widya Asmara

セ@

セ@


'-'
セ@

Sduruh mater! buku saku ini kecuali yang diambil dari sumhcr dcngan hak cipla.
adalah Illcrupakan domain publik yang dapa! dikopi dan dipcrbanYllk tanpa
dipcrjualbdikan. Pcnggunaan infonnas i dari buku セ N ォオ@
ini untuk SU:IIU tuli s:m
hcndaknya rncnggunakan cara penulisan sitas i.
Buku ini ditulis dan dicctak dcngan bantuan dari PCl1lcrintah Australia mclalui
! [CPl ( I-II V Cooperation Program for Indonesia) lahun 201 3.
Pcrsiapan buku ini untuk publikasi dilakuk:m o leh Subdil Napta Din.:ktorat 13 iml
KCSl.'halan Jiwil. Kcmcnlerian Kesehatan RI

IS BN 978-602-235-453-6

4

Masalah
Penl!l!unaan

Metamletamin

-'

Metamfetamin dengan nama jalan shabu , ubas, SS,met,
adalah stimulan saraf pusat yang sangat adiktif dan menyebabkan
intoksikasi melalui stimulasi reseptor dopamin dan norepinefrin di
otak (Covey,2007 ; NIDA, 2008). Menurut United Nations Office on
Drug and Crime (UNODC, 2005), di seluruh dunia diperkirakan
terdapat 26 juta orang yang menggunakan metamfetamin dalam
kurun waktu 12 bulan terakhir pada tahun 2003-2004, sedangkan
yang menggunakan heroin 11 juta dan kokain 14 juta orang. Ini
berarti penggunaan metamfetamin 2 kali lebih besar dari
penggunaan heroin atau kokain. Penelitian 8adan Narkotika
Nasional (8NN) tahun 2008 menunjukkan adanya peningkatan yang
bermakna atas sitaan metamfetamin dari 48,8 kg (2001) menjadi
1.241 ,2 kg (2006), atau terjadi peningkatan kebutuhan 25 kali hanya
dalam kurun waktu 5 tahun. Survei yang sama menunjukkan bahwa
metamfetamin di Indonesia menduduki peringkat kedua (64%) jenis
zat yang paling banyak digunakan setelah ganja, dimana gambaran

ini serupa dengan jenis penggunaan zat secara global.
Metamfetamin disintesa dari efedrin atau pseudoefedrin
yang terdapat pad a banyak dekongestan. Dapat digunakan dengan
cara dihirup, dirokok, disuntik atau dimasukkan dalam anus. Efek
metamfetamin bila digunakan dengan cara dirokok atau disuntikkan
hampir seketika muncul, bila digunakan secara oral dibutuhkan
waktu 20 menit, dan bila digunakan melalui hidung (snorting) butuh
waktu 3-5 men it (NIDA, 2005 )
セ@
セ@
セ@

Efek jangka pendek yang dirasakan adalah meningkatnya
gairah, menekan nafsu makan , meminimalisasi rasa lelah, serta
meningkatkan kewaspadaan. Selain itu beberapa penelitian juga
melaporkan bahwa zat ini meningkatkan gairah seks, mengurangi
kemampuan kontrol , meningkatkan rasa percaya din dan cenderung
memengaruhi perilaku seks yang tidak aman (Nanin dkk, 2006).
Pengaruh pada perilaku seks ini termasuk kemampuan melakukan
aktivitas seks melebihi waktu yang biasanya tetapi mengalami
hambatan dalam mengalami orgasme (Parson & Bimbi , 2006).
Penggunaan
metamfetamin
pada
dosis
tinggi
menyebabkan nafas cepat dan euforia. Penggunaan berkelanjutan
atau dosis yang sangat tinggi dapat menyebabkan agitasi , paranoia
dan gejala mirip psikosis (Covey, 2007 ; NIOA 2008).
Ketergantungan metamfetamin berkaitan dengan gangguan jiwa,
malnutrisi, tremor, masalah jantung dan paru, infeksi pada area
penyuntikan, menstruasi yang tak teratur dan aborsi (Hando, Topp
& Hall , 1997). Penggunaan jangka panjang menyebabkan terjadinya
kondisi mulut kering (meth mouth) , dimana terjadi kerusakan serius
pada gigi terutama pad a gusi (Richards & Brofeldt, 2000). Oi
Amerika Serikat, penggunaan metamfetamin terilait dengan
setidaknya 73.400 kasus gawat darurat pad a tahun 2004 (SAMHSA,
2006).
Kebanyakan penggunaan metamfetamin bersifat rekreasional,
sehingga dampak buruk tidak langsung dirasakan oleh
penggunanya. Kebanyakan penggunaan dilakukan hanya beberapa
hari dalam seminggu (umumnya 2 atau 3 han), mengingat efeknya
dapat berlangsung beberapa hari sejak penggunaan terakhir. Untuk
itu petugas kesehatan perlu melakukan asesmen dengan seksama
guna akurasi diagnosa.

Tlp.1 PrllJms TN Nap:a htlgl Pelllg(ls Kesehatal1

Prinsip Urn urn Penatalaksanaan
Gangguan Penggunaan Metarnfetarnin
• Biasanya pengguna metamfetamin yang mencari
pertolongan medis (datang ke fasililas pelayanan
kesehatan) karena mengalami kondisi sebagai berikut:
,/ Gangguan fisik seperti hipertermia, dehidrasi,
jantung berdebar kencang.
,/ Komplikasi kejiwaan seperti gejala psikotik atau
kecemasan yang hebat.
• Sebagian besar pengguna metamfelamin dengan kondisi di
alas tidak memerlukan rawat inap jangka panjang
• Rawat inap dibutuhkan untuk pasien dengan kondisi:
,/ Depresi yang berat atau gejala psikotik yang timbul
dalam waktu satu hingga 3 han setelah berhenti
menggunakan.
,/ Mereka yang berulangkali gagal menjalani terapi
rawat jalan.
,/ Mereka yang mengalami gejala putus zat yang
berat ketika menjalani detoksifikasi.
,/ Kecenderungan bunuh din.
• Sebagian kecil pasien dengan masalah kejiwaan yang
berlanjut, memerlukan rawat inap jangka panjang.
(l

Asesmen
Proses asesmen mengikuti tata cara asesmen wajib lapor 1 dan
rehabilitasi medis pad a umumnya.
Gunakanlah formulir asesmen wajib lapor dan rehabilitasi medis.
Beberapa pertanyaan tambahan yang dapat diajukan pada pasien
adalah berikut ini:
• Kapan terakhir kali menggunakan metamfetamin?
• Apakah terdapat perubahan pada penggunaan terakhir,
misalnya dosis yang makin meningkat atau justru menurun?
• Bagaimana pol a tidur Anda belakangan ini?
• Penilaian risiko terkait cara dan pola penggunaan metamfetamin
Sebagaimana pada umumnya pemeriksaan medis, perlu dimonitor
tanda-tanda vital, keseimbangan cairan tubuh dan kemungkinan
masalah organik yang dialami pasien.

Tatalaksana Intoksikasi Metamfetamin
Pertimbangkan dilakukan kuras lambung bilamana perlu
Med ikasi simlomalik yang disesuaikan dengan kondisi klinis :
• Gejala psikotik: haloperidol 2-5 mg per kali pemberian atau
klorpromazin1mg 1kg BB per oral setiap 4-6 jam.
• Antihipertensi : bila tensi di atas 140/100 mmHg.
• Hipertermia: pemberian selimut dingin .
• Aritmia : monitor denyut jantung, bila terdapat palpitasi berikan
'Wajib Lapor adalah kegiatan melaporkan din yang dilakukan oleh pecandu
narkotika yang 5udah cukup umur alau keluarganya, dan/atau orangtua atau wali
dari pecandu narkotika yang belum cukup umur kepada inslitusi penerima wajib
lapor untuk mendapalkan pengobatan danlatau perawatan melalui rehabilitasi
medis dan rehabilitasi sosia l. Waj ib lapor merupakan kegiatan yang diamanahkan
oleh Undang-Undang No. 3512009 tentang Narkotika
Til'S Praklis TR Nap:" hagl l'e/II}fll!; Ke.feI!W{//!

9

propanolol 20-80 mg I hari.
• Gejala cemas: berikan golongan benzodiazepin.
• Asamkan air seni dengan amonium klorida 2,75 mEq I kg atau
asam askorbat 8 mg I han sampai pH air seni < 5 yang akan
mempercepat ekskresi.

Tatalaksana Putus Zat Metamfetamin
• Pad a umumnya pasien mengalami rasa tidak nyaman , gelisah ,
rasa lelah hebat dan perubahan tidur (insomnia atau
hipersomnia) selama hari-hari pertama putus metamfetamin .
• Pada beberapa orang, gejala putus di atas dapat berlangsung
lebih lama .
• Observasi 24 jam untuk menilai kondisi fisik dan psikiatrik
• Rawat inap diperlukan apabila gejala psikotik berat, gejala
depresi berat atau kecenderungan bunuh diri dan komplikasi fisik
lain
Medikasi:
• Antipsikotik: haloperidol 3 X 2 -5 mg atau risperidon 2 x 1 -3 mg
• Antiansietas: lorazepam 2x O,25-0,5mg atau diazepam 3 X 5-10
mg, atau c10bazam 3 X 10 mg.
• Antidepresi: go long an SSRI, tnsiklik I tetrasiklik sesuai dengan
kondisi klinis: sertralin 1 x 50 mg, amitriptilin 3 X 10 mg,
maproptilin 3 x 10 mg

10

TIps Prakli.f TN NtlP; ll bagl Petllgru KC3eh(Jfllll

'-'

....
.....

--....

Intervensi Psikososial






--....
-....



....



....



'-'




..,

Lakukan asesmen pada pasien secara komprehensif terhadap
pola penggunaan metamfetamin.
Kebanyakan pasien juga menggunakan zat-zat lain.
Lakukan wawancara motivasional untuk menggali manfaat dan
kerugian menggunaan metamfetamin.
8anyak pengguna tidak mengakui kerugian dalam
menggunakan metamfetamin. Kaitkan pertanyaan dengan
kondisi-kondisi yang dialami pasien setelah menggunakan zat
tersebut misalkan: "tadi anda katakan tidak ada efek negatif
ya ... tetapi menurut cerita anda , setiap Senin pagi jadi sering
tidak semangat, seperti ngedrop sekali, you hate Monday .
apakah ini tidak berhubungan dengan penggunaan shabu anda
padahari Jum'at atau SabtuT
Mengajak pasien untuk menimbang manfaat penggunaan
metamfetamin apakah sebanding dengan kerugian yang
dialaminya .
Menggali situasi penggunaan metamfetamin secara umum:
apa yang terjadi sebelum penggunaan, apa yang dialami
selama penggunaan , serta apa yang dilakukan setelah
penggunaan .
Sebagaimana pada penggunaan jenis zat lainnya , pendekatan
Cognitive Behavioral Therapy dengan fokus pada pengurangan
risiko atau pencegahan kambuh merupakan teknik yang paling
efektif.
Pembuatan kontrak tentang perilaku yang harus dilakukan
pasien merupakan bag ian dari intervensi psikososial

nps l'raJetu TN \'ap:a bogl Pe wgal Ke.sehllum

/I

Contoh lsi Kontrak Intervensi Psikososial
Mengidentifikasi waktu-waktu luang yang mendorong
penggunaan Napza
Mengidentifikasi situasi-situasi berisiko tinggi
- Merancang strategi dalam mengatasi perasaan nagih ,
misalnya, mempelajari tekn ik relaksasi , berbagi cerita
dengan teman yang mendukung perubahan ke arah
yang positif, melakukan olah raga , dan sebagainya
Membuat daftar nama teman-teman yang memiliki pola
hidup yang sehat.
- Merancang pertemuan yang lebih sering dengan
teman-teman yang memiliki pola hid up sehat: kelompok
bersepeda, rally, pecinta alam, dan lain-lain.
Bergabung dengan klub senaml kebugaranl olahraga I
seni terutama pada akhir minggu.

11

Tips Prakll.f TR Nap:a bagi Petllgru Kest'h(l/(lll

Substance Abuse and Mental Health Service Administration
(SAMHSA) Amerika Serikat mengembangkan Model Matrix
selama 20 tahun . Model ini adalah pendekatan terapi rawat
jalan untuk gangguan penggunaan stimulansia yang diberikan
dalam periode 16 minggu .
Intervensi meliputi:
Kelompok pencegahan kekambuhan
Kelompok edukasi
Kelompok dukungan sosial
Konseling individual
Tes urin dan nafas (breath testing)

Protokol Terapi Model Matrix
Ciptakan hubungan yang positif dan kolaboratif dengan
paslen
Ciptakan struktur terap, dan ekspektasi yang akan dicapai
Lakukan psikoedukasi (termasuk bagaimana stimulan
mempengaruhi kerja otak)
Perkenalkan dan terapkan konsep CST (cognffive
behavior therapy)
Memperkuat keinginan merubah perilaku
Pendidikan kepada keluarga perihal perjalanan proses
pemulihan adiksi Napza
Perkenalkan pendekatan kelompok tolong diri (self-help
group) yang ada di wilayah tempat tinggal klien dan
dorong yang bersangkutan untuk mengikuti pertemuan
kelompok terse but

/I

Psikosis Metamfetamin
Kondisi psikosis yang diinduksi oleh penggunaan
metamfetamin pertama kali dilaporkan tahun 1930. Hal ini biasanya
エ ・ セ 。 、 ゥ@ setelah penggunaan jangka panjang dan penggunaan dosis
yang tinggi. Kondisi psikosis biasanya dialami berkaitan dengan
frekuensi penggunaan yang intensif dan kekurangan tidur.
Kondisi psikosis ditandai dengan gejala sebagai berikut:
waham kejar dan waham rujukan serta halusinasi (auditorik, visual,
taktil, olfaktorik) . Gejala biasanya mereda dalam beberapa minggu ,
namun dapat menetap pada beberapa orang, terutama mereka
yang memiliki kerentanan masalah kejiwaan.
Pengguna metamfetamin yang rentan mengalami psikosis
terinduksi metamfetamin adalah:
1.

Pengguna rutin metamfetamin: memiliki resiko 11x lebih besar
untuk menderita psikosis terinduksi metamfetamin dan 23%
pengguna rutin metamfetamin mengatami gejala psikotik pada
tahun-tahun tertentu .

2.

Pengguna yang memiliki riwayat atau keluarga dengan
skizofrenia atau depresi: pasien ini biasanya mengalami
psikosis yang berkepanjangan 2.8 x lebih besar dari mereka
yang tidak memiliki riwayat gangguan jiwa pada keluarga

3.

Pengguna metamfetamin dengan aktivitas Catechol-O-melhyl
transferase (COMT) yang rendah

4.

Pengguna dengan dopamin transporter yang.hilang.

Gejala psikiatrik yang ditimbulkan berupa gejala positif, gejala
negatif dan gejala afektif. Gejala positif meliputi adanya waham,
halusinasi dan gangguan pemikiran. Gejala negatif meliputi miskin
bicara, afek datar serta retardasi psikomotor. Sedangkan gejala
afektif berupa depresi dan kecemasan.

ii i
i
tidak disampaikan dengan cara mengancam

4

dengan agitasi verbal, tapi tanpa

5

ledakan verbal yang ekstrim

Penanganan Pertama pad a Pasien Gelisah
Perhatikan keamanan diri pasien, pasien lain dan petugas.
Pertimbangkan kondisi lingkungan.
Pendekatan petugas: jangan mengintimidasi
Pertimbangkan pemberian sedasi benzodiazepin peroral, untuk
menurunkan resiko peningkatan kejadian

Prinsip pengobatan
Perawatan dan penanganan pasien harus terjamin
keamanannya
Bertujuan untuk mengatasi perasaan pasien yang iritati!
Bertujuan untuk mempermudah tidur
Benzodiazepin harus menjadi pilihan pertama
Jika pemberian benzodiazepin gagal , kombinasikan dengan
antipsikotik
Antipsikotik digunakan dalam tahap pertama sebagai sedatil
Penggunaan antipsikotik tidak dilanjutkan secara otomatis,
harus didasarkan pada indikasi yang jelas

Tips I'raklis TR Nap:!o hagi Pelilgas Ke.seha/all

15

Langkah-Iangkah pengobatan










Berikan pengobatan oral diawal (protokol perawatan dini)
Berdasarkan skor Level Skala Agitasi
- Oosis inisiallorazepam 2 mg (hingga 4 mg)
- Oapat diulang dalam waktu 1 jam jika diperlukan
Jika pasien sangat gelisah (LOA > 4) dan menolak
pengobatan oral
- Pertimbangkan pemberian midazolam 5 mg i.m. dapat di
ulang dalam 10 menit
Jika langkah-Iangkah tersebut gagal dengan dua kali dosis
pemberian yang tepat
Olanzapin 10 mg per oral atau i.m. jika pasien menolak
peroral
Oapat diu lang dalam waktu 1 jam
Antipsikotik diberikan jika LOA> 4
Jika cara diatas gaga I
- Pertimbangkan pemberian midazolam i.m.
Lakukan pembatasan fisik jika cara diatas gagal
Jika menggunakan antipsikotik
Tinjau ulang dalam 3 hari
Oapat dihentikan untuk menghindari penggunaan terus
menerus

Setelah Agitasi Teratasi


Selidiki untuk menyingkirkan penyebab organik



Evaluasi dan klarifikasi diagnosis
Brief Psychiatric Rating Scale (BPRS) dan Positive and
Negative Syndrome Scale (PANSS) dapat digunakan untuk
menambah penilaian klinis: pertimbangkan apakah hal
tersebut merupakan pSikosis terinduksi metamfetamin atau
psikosis karena sebab lainnya

/6



Lakukan penilaian resiko kesehatan, seperti sknning virus
yang ditularkan melalui darah dan skrining keadaan umum



Hubungi fasilitas kesehatan yang sesuai

Penggunaan Antipsikotik Atipikal

-

Antipsikotik atipikal memiliki afinitas 02 reseptor yang rendah
sehingga lebih baik dalam mengobati gejala negatif. Obat ini
memiliki efek samping yang lebih rendah pad a sistem
ekstrapiramidal, namun dapat meningkatkan gejala depresi.
Penghambat 02 seperti Aripipazole berhubungan dengan
peningkatan penggunaan metamfetamin.

Pengurangan Risiko Pada Gangguan Penggunaan
Metamfetamin
Seringkali pasien belum termotiva si untuk bementi dari
penggunaan metamfetaminnya dengan berbagai alasan. Oalam
situasi seperti ini, sangat penting memberitahukan kepada pasien
dan keluarganya hal-hal sebagai berikut:


Tetapkan batas penggunaan: tidak menggunakan lebih dan
dua paket dalam satu waktu.



Siapkan obat tidur yang dapat membantu agar anda dapat
segera beristirahat



Minum air tawar yang banyak



Menggunakan pelumas saat melakukan hubungan seks:
metamfetamin kristal mengeringkan cairan tubuh, sehingga
mudah mengalami pertukaan.

'-'

Ti,,,

l'roAII' TN. \"1':' TR \ 'ap:u i^エャセG@

ャI・エirオセ@

Ken-hlllall

• Pertemuan-pertemuan awal dapat ditutup dengan suatu kontrak
terapi yang didasarkan pada hasil asesmen dan elaborasi
terse but di atas.
• Disarankan untuk memberi informasi kepada pasien pada awal
pertemuan tentang berapa kali sesi konseling dibutuhkan dan
berapa lama setiap sesi akan berlangsung.

Catatan Intervensi Psikososial pad a Gangguan

セ@

-

• Beberapa pendekatan yang terbukti efektif dalam perubahan
perilaku adalah: peneegahan kambuh dan kelompok pendukung
sosial
• Efektivitas ditunjukkan dengan penurunan frekuensi penggunaan
ganja dan minimalisasi masalah terkait penggunaan ganja
• Mempertahankan abstinensia (penghentian secara total) hanya
terjadi pada sekitar 15-20 % pasien
• Intervensi apapun yang digunakan, sebanyak sepertiga
pengguna ganja yang menjalani intervensi psikososial
mengalami peningkatan penggunaan jenis napza lain
• Banyak pengguna ganja berhenti tanpa terapi formal.
Ada 3 hal yang membantu mereka dapat mengatasi situasi ini
(Boyd et ai , 2005):
1. Mengubah lingkungan I akses terhadap ganja
2. Meneari dukungan dari kelompok sebaya dan keluarga
3. Meneari pertolongan medis atau kelompok tolong diri

"

Pengurangan Risiko Gangguan Penggunaan Ganja
Apabila pasien bersikukuh menggunakan ganja , beritahukan
kepada yang bersangkutan dan keluarganya hal-hal sebagai berikut:
1. Tidak melakukan perilaku berisiko yang berhubungan dengan
hukum: penggunaan ganja tetap menupakan pelanggaran hukum .
Bila pasien menggunakan untuk keperluan rekreasional , selalu
ingatkan untuk membelinya dalam jumlah yang kecil hanya
untuk keperluan pribadi. Penggunaan di tempat publik akan
meningkatkan ketidaknyamanan orang
lain sehingga
meningkatkan risiko untuk berurusan dengan hukum.
2. Tidak mengendarai kendaraan dalam keadaan "fly" atau
intoksikasi karen a akan meningkatkan potensi kecelakaan .

3. Cek lungsi mental anda secara berkala: bila pasien merasakan
adanya perubahan yang bermakna dalam lungsi-Iungsi tersebut
hentikanlah penggunaan ganja, setidaknya untuk sementara .
Berhenti hingga beberapa minggu dapat mengembalikan lungsi
mental pasien.
4. Cek motivasi anda secara berkala: ganja dapat menurunkan
motivasi pasien tanpa yang bersangkutan menyadarinya .
Penggunaan ganja secara kronis sering kali mengakibatkan
penununan motivasi ini , namun pengguna sering kali
mengingkari , sehingga banu mencari pertolongan 10 hingga 15
tahun kemudian . Oleh karena itu pasien perlu mengecek
motivasinya secara berkala dan jujur kepada dirinya sendiri atas
berbagai perubahan yang dirasakan . Anjurkan pasien untuk
menimbang ulang penggunaan ganjanya.
5. Perhatikan kesehatan paru-paru anda : ganja dapat
meningkatkan risiko penyakit paru paru , termasuk kanker.

npl l'mJi.lls TN \01':(1 bll}!1 1>"tllgllJ Kew'll(IlIIlI

.....I

Referensi
Ali R. WHO Collaborating Centre for the Treatment of Drug and
Alcohol Problems. University of Adelaide. ATS, Benzos and
OST. Presentasi pada Pertemuan Nasional Terapi
Rehabilitasi Tahun 2013.
Boyd, SJ. , Tashkin, DP., Huestis, MA. , Heishman, SJ ., Dermand ,
JC , Simmons, MS, Gorelick, DA. Strategies for quitting
among non-treatment-seeking marijuana smokers. American
Journal of Addic/ion 2005. Jan-Feb; 14(1): 35-42.
Cami J. , Farre, M. 1996. Ecstasy, the drug of the route of bakalao.
Medical Clinic (Barcelona). May 11 ; 106(18): 711 -6.
Cohen, L.M ., Collin Jr., FL , Young, A.M ., McChargue, D.E.,
Leffingwell, T.R.(eds).2009. Pharmacology and Treatment of
Substance Abuse: Evidence- and Outcome-Based
Perspectives, New York: Routledge Taylor & Francis Group.
Daley, D.C. and Mass, H.B. 2002. Dual Disorders: Counseling
Clients with Chemical Dependency and Mental Illness. 3'" ed .
Center City, Minnesota: Hazelden.
Galanter, M., Kleber, HD . 2008. Substance Abuse Treatment. 4th ed.
American Psychiatric Publishing.
Huber, A. , Ling, W., Shoptaw, S. , Gulati , V. , Brethen, P., & Rawson,
R. (1997). Integrating treatments for methamphetamine
abuse: A psychosocial perspective. Journal of Addictive
Diseases, 16, 41-50
Kepmenkes No 42212010 tentang
Gangguan Penggunaan Napza.

Penatalaksanaan

Medis

"

Lawrence F., Nicholas F. Fleming , David H. Roberts, Steven E.
Hyman. 1996. Source Book of Substance Abuse and
Addiction. Williams & Wilkins
Mooney, L.J , et aI., Health conditions in methamphetaminedependent adults 3 years after treatment. Journal of Addiction
Medicine , 2009 . Setp; 3(3): 155-63
Nanin , J.E ., Parsons, J.T., Bimbi , D.S., Grov, C. & Brown, J.T.
Community Reactions To Campaigns Addressing Crystal
Methamphetamine Use Among Gay And Bisexual Men In
New York City. Journal of Drug Education. 2006; 36(4) : 297315
NIDA.hUp:/lwww.drugabuse.gov/publications/drugfacts/mdmaecstasy-or-molly. Diakses pada 10 Oktober 2013.
Novoa, RA., Ompad , DC., Wu Y., Vlahov D., Galea S. 2005.
Ecstasy use and its association with sexual behaviors among
drug users in New York City. Journal of Community
Health.Oc; 30 (5): 331 - 43
Rawson , R. A., Marinelli-Casey, P., Anglin, M. D., Dickow, A.,
Frazier, Y., Gallagher, C. , et al. (2004).A multi-site
comparison of psychosocial approaches for the treatment of
methamphetamine dependence. Addiction , 99 , 708-717 .
Ray, O. and Ksir, C., 2004 . Drug, Society, and Human Behavior.
10" ed . New York: theMcGraw-Hill Company.
Schuckit, MA 2000. Drug and Alcohol Abuse , A Clinical Guide to
Diagnosis and Treatment. 5" ed. Kluwer Academic I Plenum
Publishers
J'

Schuckit, MA. MDMA (Ecstasy): An Old Drug with New Tricks. Drug
Abuse & Alcoholism Newsletter, XXIII: 2, April 1994
Steinberg , K.L.; Roffman, R.A.; Carroll, K.M.; McRee, B.; Babor,
T.F.; Miller, M.; Kadden , R. ; Duresky, D.; and Stephens, R.
2005. Brief Counseling for Marijuana Dependence: A Manual
for Treating Adults. HHS Publication No. (SMA) 12-42 11.
Rockville, MD: Center for Substance Abuse Treatment,
Substance Abuse and Mental Health Services Administration.
Weaver, MF, Jarvis MA., Schnall, SH . 1999. Role of the primary
care physician in problems of substance abuse. Archive
Internal Medicine. May 10: 159 (9): 913-24
Whitten, L. , NIDA Notes, 2010 . Vol. 23, Number 3
Zimmer, L. and Morg an, J.P. 1997. Marijuana Myths, Marijuana Fact:
A Review of the Scientific Evidence. New York: the
Lindesmith Center.

"