Persepsi Masyarakat tentang Penyuluhan Pembangunan dalam Pembangunan Masyarakat Pedesaan
/*
PERSEPSI MASYARAKAT TENTAM6 PENYULUHAN1PEMBANGUNAN
DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT PEDESAAN
Olch :
SUGIYANTO
PROGRAM P A S G A S A R J A N A
INSTITUT P E R T A N I A N BOGOR
RINGKASAN
SUGIYANTO. Persepsi Masyarakat tentang Penyuluhan Pemba-
ngunan dalam Pembangunan Masyarakat Pedesaan (dibawah bimbingan Margono Slamet selaku Ketua, dan Sediono M.P.
Tjon-
dronegoro, Pang S. Asngari, Prabowo Tjitropranoto, serta
Kooswardhono Mudikdjo, masing-masing selaku anggota)
Tujuan penelitian ini adalah menelaah persepsi masyarakat tentang penyuluhan pembangunan.
Secara terinci tu-
juan penelitian ini adalah (1) menelaah persepsi masyarakat tentang penyuluhan, pengaturan dan pelayanan dalam
penyuluhan pembangunan masyarakat pedesaan; (2) menelaah
keragaan perilaku dan efektivitas penyuluhan pada berbagai
jenis penyuluhan pembangunan; dan (3) menelaah keterkaitan
penyuluhan, pengaturan dan pelayanan dengan keragaan perilaku masyarakat pedesaan.
~ e b a n g u n a nmasyarakat pada dasarnya merupakan suatu
proses perubahan masyarakat yang diarahkan pada terciptanya kehidupan yang lebih baik bagi seluruh masyarakat
melalui partisipasi aktif dan seyogyanya dengan inisiatif
masyarakat itu sendiri.
masih ada
Kenyataannya di pedesaan adalah
warga masyarakat yang mengalami berbagai masa-
lah antara lain rendahnya tingkat pendidikan, ketidaktahuan dan keterbelakangan.
Sa jogyo (1980); Singarimbun
.
(1978); Mulyanto dan Evers (1982) mengemukakan bahwa permasalahan utama yang dihadapi masyarakat pedesaan saat ini
adalah kerniskinan, rendahnya tingkat kesehatan dan gizi
keluarga, pengangguran dan keterbelakangan.
,
Berbagai upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat
pedesaan melalui penyuluhan telah dilakukan, namun dalam
kenyataan masih terjadi kesenjangan baik dalam pelayanan,
informasi, transfer teknologi, m u p u n dalam kesempatan menikmati hasil-hasil pembangunan.
Dengan kata lain bahwa
pembangunan masyarakat melalui penyuluhan yang ditujukan
kepedesaan selama ini masih belum efektif.
Ada tiga aspek
penting yang mendukung pencapaian tujuan penyuluhan pembangunan, yakni:
( 1)
~ t r a t e g ipenyuluhan yang mantap,
(2)
Adanya fasilitas prasarana dan barana secara lokal yang
dipakai untuk mendukung kegiatan bemsaha; dan (3) adanya
iklim usaha yang kondusif.
Kemampuan penyuluh dalam menjalankan perannya, kesesuaian materi, ketepatan metode dan media penyuluhan yang
digunakan diharapkan dapat lebih efektif mencapai tujuan.
Dalam aspek pengaturan, adanya kesesuaian aturan memungkinkan masyarakat menerapkan aturan-aturan walaupun penyuluhan berhasil dengan dukungan pengaturan namun hasil penyuluhan masih sulit diterapkan apabila tidak tersedianya
fasilitas pelayanan.
Oleh karenanya ketersediaan fasili-
tas pelayanan serta pemanfaatannya secara optimal dengan
dukungan pengaturan dalam penyuluhan pembangunan diharap-
.
kan dapat meningkatkan keragaan perilaku masyarakat dalam
menerapkan
berbagai materi penyuluhan yang diperoleh.
Dengan mengambil kasus penyuluhan pembangunan pertanian, koperasi, kesehatan dan KB ingin diket
persepsi masyarakat tentang penyuluhan pembangunan tersebut, tingkat efektivitas penyuluhan dalam mengubah perilaku masyarakat dan bagaimana hubungan persepsi masyarakat
dengan keragaan perilakunya ingin diketahui lebih lanjut.
Metode penelitian yang digunakan adalah "studi kasusn
yang dilakukan di tiga tipe daerah di Jawa Timur, yakni
tipe daerah pantai, persawahan dan perkebunan dengan kasus
penyelenggaraan penyuluhan pembangunan dan keterkaitannya
dengan keragaan perilaku masyarakat dalam menerapkan materi penyuluhan dan hasil yang dicabai. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara bertingkat dan berlapis yakni
menentukan kabupaten contoh dengan pertimbangan tingkat
kemajuan dan tipologi daerah, menentukan kecamatan pada
masing-masing kabupaten contoh dan menetapkan dua desa
contoh pada setiap kecamatan dengan kategori "desa belum
majuw dan "desa maju."
Penetapan responden masyarakat
berdasarkan kriteria: masyarakat pedesaan yang telah mengikuti kegiatan penyuluhan pembangunan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Persepsi masyarakat tentang penyuluhan pembangunan pertanian, koperasi,
kesehatan, dan KB yang telah diikuti menunjukkan gambaran
yang beragam.
1. Persepsi Tentang Penyuluhan
Pembangunan Pertanian.
Persepsi masyarakat tentang penyuluhan pertanian
tergolong astinggi,Nyang berarti bahwa penyuluhan pertani-
an telah mampu menumbuhkan persepsi positif masyarakat
tentang pembangunan pertanian.
~ingginyapersepsi masya-
rakat tentang penyuluhan pertanian terlihat dari kemampuan
penyuluh sebagai pengajar, pemimpin dan penasehat yang
tergolong "mampu." Materi penyuluhan sesuai dengan kebutuhan petani, kecuali materi pertambakan di daerah pantai.
Penggunaan metode kelompok yang diikuti dengan demonstrasi
hasil dan karyawisata serta kunjungan kerumah-rumah. Media sebagai alat bantu berupa papan tulis, koran pedesaan,
poster dan media elektronik yang'digunakan dalam penyuluhan pertanian.
Persepsi masyarakat tentang kesesuaian aturan, penerapan aturan dan peran pengatur di bidang pertanian tergolong sedang, yang berarti bahwa belum sepenuhnya pengaturan di bidang pertanian dapat menumbuhkan persepsi positif
masyarakat sasaran tentang pembangunan pertanian. Antara
desa belum maju dan desa maju di ketiga tipe daerah masih
terdapat perbedaan persepsi masyarakat tentang pengaturan
di bidang pertanian.
Persepsi masyarakat tentang pelayanan pertanian masih
tergolong sedang. Ketersediaan fasilitas pelayanan di
daerah pantai tergolong kurang, di daerah persawahan dan
perkebunan cukup tersedia. Fasilitas pelayanan di bidang
pertanian belum sepenuhnya dimanfaatkan masyarakat sasaran
pada semua tipe daerah, demikian juga peran petugas pelayanan pertanian yang masih tergolong sedang.
Hasil penelitian tersebut m e n u n j w a n
bahwa pelaksa-
,
-
naan penyuluhan pertanian pada setiap sub-sektor (perikanan, pertanian tanaman pangan dan perkebunan) masih beragam, sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda-beda pada masyarakat daerah pantai, persawahan dan perkebunan.
Dari nilai skor persepsi tentang penyuluhan pertanian
dapat dikemukakan
bahwa unsur penyuluhan mencapai skor
tertinggi, diikuti unsur pelayanan dan pengaturan,
Hal
ini menunjuJckan bahwa dalam penyuluhan pertanian, dominasi
unsur penyuluhan yang didukung pelayanan yang berlangsung
diketiga tipe daerah, namun kurang didukung oleh pengaturan di bidang pertanian, sehingga menimbulkan persepsi masyarakat yang beragam tentang penyuluhan pembangun pertanian.
Untuk mencapai kesamaan persepsi tentang penyuluhan
pertanian tersebut, diperlukan strategi penyuluhan yang
memperhatikan situasi dan kondisi masyarakat yang heterogen.
Langkah-langkah yang ditempuh adalah penyuluhan yang
diarahkan pada menumbuhkan persepsi positif yang sama;
kenyataan adanya ketidaksamaan persepsi senantiasa diketahui/disadari oleh petugas sebagai motivasi untuk menjalankan perannya yang berorientasi pada kebutuhan sasaran. Keragaman yang terjadi juga disebabkan karena faktor karakteristik daerah dan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang
berbeda-beda.
Mata pencaharian masyarakat, pendapatan,
pola kerja, dan nilai-nilai so;ial
budaya yang berbeda-
beda antara masyarakat daerah pantai, persawahan dan
perkebunan menyebabkan kebutuhan mereka berbeda-beda antara satu dengan lainnya.
,
2. Persepsi Tentang Penyuluhan
Pembangunan Koperasi
Persepsi masyarakat tentang penyuluhan pembangunan
koperasi tergolong sedang, ha1 ini ditunjukkan oleh kemampuan penyuluh yang rendah, kesesuaian materi, penggunaan
metode dan media penyuluhan yang kurang beragam.
Persepsi tentang pengaturan di bidang koperasi ternyata aturan yang ada belum menjangkau masyarakat luas sehingga belum dirasakan manfaatnya secara langsung terutama di desa-desa belum maju di daerah pantai maupun perf
kebunan.
Di desa-desa maju pada daerah persawahan, masya-
rakat telah merasakan manfaat pengaturan, yang berarti
bahwa aturan-aturan tentang koperasi tersebut telah sesuai
dengan kebutuhan.
Demikian pula persepsi masyarakat
tentang peran pengatur yang masih beragam di ketiga tipe
daerah,
ha1 ini menunjukan masih perlunya
peningkatan
kemampuan petugas pengatur terutama di desa-desa yang
belum maju tampaknya perlu dilakukan.
Persepsi masyarakat tentang pelayanan koperasi menunjukkan bahwa ketersediaan fasilitas pelayanan berbeda
antara antara desa maju dengan dengan desa belum maju, namun dalam ha1 pemanfaatan fasilitas dan peran petugas
pelayanan tidak terdapat perbedaan kedua desa tersebut.
Skor persepsi tentang pelayanan mencapai 3,51 di desa belum maju dan 3,76 di desa maju, yang berarti tergolong se-
luhan pembangunan koperasi di desa belum maju
waA;-i#$!!
maju baik di daerah pantai, persawahan maupun perke- bunan
menunjukkan bahwa unsur pelayanan di bidang koperasi adalah paling dominan dalam menumbuhkan persepsi positif masyarakat tentang pembangunan koperasi.
Sedangkan unsur
penyuluhan dan pengaturan menunjukan persepsi masyarakat
yang beragam.
Dapat dikemukaan bahwa persepsi masyarakat tentang
penyuluhan koperasi ternyata lebih didominasi unsur pelayanan, sedangkan unsur penyuluhan dan pengaturan cenderung
beragam diantara masyarakat pantpi, persawahan dan perkebunan. Adanya perbedaan persepsi antara masyarakat desa
belum maju dan di desa maju, ha1 tersebut memberikan gambaran bahwa penyuluhan koperasi belum efektif dalam menumbuhkan persepsi positif masyarakat tentang pembangunan
koperasi, ha1 ini disebabkan karena penyelenggaraannya
belum berjalan sesuai dengan harapan (rendahnya kemampuan
penyuluh, tidak sesuainya materi dengan kebutuhan sasaran
dan kurang bervariasinya metode dan media yang digunakan).
Dilain pihak adanya kesan negatif tentang adanya koperasi.
3. Persepsi Tentang Penyuluhan
Pembangunan Kesehatan
Persepsi masyarakat tentang penyuluhan kesehatan tergolong wsedang,llyang berarti penyuluhan kesehatan cukup
mampu menumbuhkan persepsi masyarakat yang positif tentang
kesehatan lingkungan, imunisasi, KIA dan pemenuhan gizi.
/
Adanya keragaman persepsi tentang penyuluhan kesehatan
terutama di desa-desa belum maju yang lebih tinggi
di
bandingkan dengan desa maju, yang berarti bahwa penyuluhan
kesehatan sangat dirasakan manfaatnya terutama didesa-desa
belum maju.
Rendahnya persepsi masyarakat tentang penyu-
luhan kesehatan di desa maju, ha1 ini disebabkan karena
adanya berbagai alternatif pilihan dalam pelayanan kesehatan, sehingga tidak saja memanfaatkan PUSKESMAS, melainkan juga datang ke dokter praktek, balai kesehatan
yang ada di kecamatan maupun di kabupaten, selain itu juga
tingkat kemampuan masyarakat desa maju, terutama aspek
ekonomi yang lebih tinggi sehingga le bih mudah memperoleh
pelayanan kesehatan.
Persepsi masyarakat tentang pengaturan dibidang kesehatan ternyata berbagai aturan yang ada sesuai dengan kebutuhan, walaupun dalam
gai tipe daerah.
penerapannya beragam pada berba-
Hal ini disebabkan karena kondisi sosial
ekonomi masyarakat desa belum maju yang masih rendah,
sehingga untuk memenuhi kecukupan gizi sesuai anjuran sering tidak dapat terpenuhi.
Persepsi masyarakat
tentang pelayanan kesehatan
tergolong sedanq. Di desa belum maju, persepsi tentang
fasilitas pelayanan, pemanfaatan fasilitas pelayanan dan
peran petugas pelayanan yang teigolong sedang dan merata
di ketiga tipologi daerah.
Di desa belum maju, persepsi
tentang fasilitas pelayanan, pemanfaatan dan peran petugas
tergolong sedang dan berbeda-beda antara daerah pantai,
viii
,-
persawahan dan perkebunan.
Adanya perbedaan persepsi
tersebut disebabkan karena tersedianya berbagai alternatif
pelayanan kesehatan yang terdapat di desa-desa maju.
analisis persepsi masyarakat tentang penyuluhan
Dari
kesehatan
yang didukung pengaturan dan pelayanan tersebut nampak
bahwa unsur pelayanan lebih dominan dibandingkan dengan
unsur penyuluhan dan pengaturan dalam menumbuhkan persepsi
positif masyarakat sasaran.
Selain itu pelayanan dibidang
kesehatan sangat dirasakan manfaatnya terutama oleh masyarakat di desa-desa belum maju.
,
Secara umum dapat dikemukaan bahwa penyelenggaraan
penyuluhan pembangunan kesehatan belum berlangsung secara
efektif, karena terkonsentrasi pada kegiatan pelayanan.
Di desa maju, persepsi masyarakat tentang penyuluhan
kesehatan lebih beragam dibandingkan masyarakat desa belum
maju.
Dari
skor yang dicapai ternyata unsur penyuluhan,
pengaturan dan pelayanan dalam menumbuhkan persepsi positif masyarakat dibidang kesehatan berada pada kategori sedang
.
4. Persepsi Tentang Penyuluhan
Pembangunan bidang KB
Persepsi masyarakat tentang penyuluhan KB tergolong
sedang, ha1 ini terlihat dari beragamnya
persepsi masya-
rakat di desa belum maju tentang kemampuan penyuluh, kesesuaian materi dan penggunaan metode penyuluhan y
Di desa-desa belum maju, persepsi masyarakat
ix
kemampuan penyuluh tergolong sedang dan berbeda antara
masyarakat daerah pantai, persawahan dan perkebunan. Demikian juga persepsi tentang materi dan ketepatan metode.
Sedangkan persepsi tentang media penyuluhan di semua
daerah adalah sama, yakni media yang digunakan sesuai
materi dan kemampuan
sasaran.
Persepsi tentang pengaturan di bidang KB tergolong
sedang, terutama tentang kesesuaian aturan dengan kebutuh
an dan peran pengatur. Persepsi masyarakat tentang pelayanan berbeda nyata antara desa belum maju dan desa maju.
Desa belum maju dengan nilai skor yang tergolong rendah,
sedangkan desa maju dengan skor yang tergolong sedang.
Dari kajian persepsi masyarakat tentang penyuluhan
pembangunan KB yang didukung pengaturan dan pelayanan KB
ternyata unsur pengaturan lebih dominan dalam menumbuhkan
persepsi positif tentang pembangunan KB dibandingkan dengan unsur penyuluhan dan pelayanan.
Persepsi masyarakat
pantai tentang penyuluhan KB tergolong rendah, terutama
persepsinya tentang kemampuan penyuluh, peran pengatur dan
pelayan, ha1 ini disebabkan kuatnya nilai-nilai tradisional yang dipertahankan masyarakat. Di daerah persawahan
dan perkebunan, persepsi masyarakat tentang penyuluhan KB
tergolong baik, terutama persepsinya tentang penyuluhan
*
dan pengaturan bidang KB.
Dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat tentang
penyuluhan KB masih beragam antara daerah pantai dengan
daerah persawahan dan perkebunan.
Rendahnya persepsi ma-
,
syarakat tentang penyuluhan KB di daerah pantai disebabkan
karena masih kuatnya nilai-nilai tradisional yang berlaku
yang dianggap masih bertentangan dengan nilai-nilai yang
dikembangkan dalam program KB. Masyarakat di daerah persawahan dan perkebunan telah menyadari pentingnya program KB
dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya sehingga mereka
berpersepsi positif tentang penyuluhan KB.
5. Perilaku dan Efektivitas
Penjluluhan Pembangunan
Di desa belum maju dan maju, materi penyuluhan pertanian sesuai dengan kebutuhan masyarakat terutama di daerah
persawahan dan perkebunan sehingga perilaku yang dicapai
tergolong tinggi.
Di daerah pantai, perilaku yang dicapai
tergolong sedang, ha1 ini disebabkan karena materi pengelolaan tambak udang adalah materi baru yang belum sesuai
dengan kondisi perekonomian petani apabila diterapkan.
Efektivitas penyuluhan pertanian, ternyata di daerah
persawahan dan perkebunan tergolong tinggi, sedangkan didaerah pantai tergolong sedang.
Hal ini disebabkan karena
ketersediaan fasilitas pelayanan di daerah tersebut mendukung penerapan materi penyuluhan, pengalaman penyuluh pertanian tanaman pangan dan perkebunan dan materi penyuluhan
sesuai dengan kegiatan masyarakat dalam mengembangkan
usaha taninya.
Perilaku masyarakat di bidang koperasi, ternyata didesa belum maju dan desa maju pada ketiga tipe daerah ber-
,-
beda-beda. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang koperasi
berbeda nyata, namun ketrampilan dan sikap masyarakat
tidak berbeda antara desa belum maju dan desa maju. Penerapan materi koperasi berbeda menurut tipologi daerah,
yakni di persawahan lebih baik dibandingkan dengan perkebunan dan pantai, karena materi penyuluhan koperasi yang
kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
di perkebunan
dan pantai. Secara umum antara desa-desa belum maju dan
desa maju menunjukkan tingkat perilaku perkoperasian yang
sama yaitu tergolong Igsedang."
I
Efektivitas penyuluhan koperasi di daerah persawahan
dan perkebunan, di desa-desa belum maju dan desa maju
tergolong "sedangW, sedangkan di desa pantai
tergolong
"rendah" karena manfaat koperasi belum dirasakan secara
langsung oleh masyarakat,
D i bidang kesehatan, tingkat kognitif masyarakat
tentang penyuluhan kesehatan di desa belum maju dan desa
maju tergolong tinggi, namun tingkat ketrampilannya tergolong sedang. Sikap masyarakat menunjukkan gambaran yang
tidak berbeda nyata antara desa-desa belum maju dan desa
maju. ~ e r a r t imasyarakat telah mengetahui, mengerti dan
menerima materi penyuluhan kesehatan, akan tetapi belum
semuanya menerapkan terutama masyarakat daerah pantai,
karena kondisi sosial ekonomi mereka. Tingkat efektivitas
penyuluhan kesehatan di desa belum maju tergolong sedang,
di desa maju tergolong tinggi yang berarti penyuluhan di
desa maju lebih efektif dibanding desa belum maju.
,
-
Di bidang Keluarga Berencana,
tingkat kognitif,
psikomotorik dan afektif masyarakat di daerah perkebunan
dan persawahan di desa belum maju dan desa maju lebih
tinggi dibanding daerah pantai, karena kuatnya nilai-nilai
tradisional dan kesibukan kerja mereka.
Efektivitas penyuluhan KB di desa belum maju dan desa
ma ju tergolong tinggi, kecuali di daerah pantai. Dengan
demikian secara umum dapat dikemukakan bahwa penyuluhan KB
tergolong efektif.
6. Produktivitas dan Kualitas Usaha
Produktivitas usaha pertanian yang dicapai masyarakat
desa maju lebih tinggi dibanding desa belum maju.
Di
daerah pantai belum maju produktivitas tergolong sedang
(12,lO kw/Ha),
di pantai maju tergolong tinggi (13,36
kw/Ha). Di daerah sawah tidak berbeda nyata antara desa
belum maju dan desa maju (rata-rata 62,53 kw padi per
hektar).
Di daerah perkebunan belum maju produktivitas
tergolong ttsedangu(826,lO kw tebu per hektar), di desa
maju tergolong tttinggiw(860,30 kw/Ha.).
Dapat disimpulkan
bahwa produktivitas pertanian yang dicapai masyarakat desa
belum maju tergolong sedang, desa maju tergolong tinggi.
Perbedaan ini disebabkan oleh perilaku usahatani masyarakat dan kondisi fisik lahan usah;.
Kualitas usaha perkoperasian yang dicapai masyarakat
menunjukkan adanya perbedaan antara tipologi dan tingkat
kemajuan desa. Di desa belum maju, daerah persawahan dan
perkebunan mencapai kualitas "sedangfm masyarakat pantai
mencapai kualitas "rendah." Di desa maju, kualitas koperasi masyarakat perkebunan tergolong tinggi, persawahan
"sedangfn pantai tergolong "rendah."
Tingginya kualitas
koperasi di perkebunan karena aktivitas KUD dalam melayani
petani dalam program TRI bekerja sama dengan Pabrik Gula,
dengan mekanisme kerja yang telah ditentukan.
Kualitas kesehatan yang dicapai masyarakat menunjukkan adanya perbedaan diantara tipologi dan tingkat kemajuan desa. Masyarakat pantai belum maju tergolong rendah,
f
sawah, kebun belum ma ju dan pantai ma ju tergolong sedang,
sawah dan kebun maju kualitas kesehatannya tergolong
ntinggi. "
Kualitas KB masyarakat pantai belum maju tergolong
rendah, sedangkan di daerah lainnya tergolong sedang.
Rendahnya kualitas kesehatan dan KB terutama di Oaerah
pantai belum maju disebabkan oleh nilai-nilai tradisional
dan kemampuan ekonomis masyarakat.
Dapat disimpulkan bahwa produktivitas dan kualitas
yang dicapai oleh penyuluhan pembangunan belum mencapai
hasil yang optimal, kecuali di daerah persawahan maju.
Masyarakat daerah pantai dan perkebunan masih perlu ditingkatkan. Tingkat efektivitas penyuluhan yang dicapai
setiap jenis penyuluhan ternyata* berkaitan dengan tingkat
produktivitas dan kualitas usaha yang dicapai masyarakat.
Dalam kaitan ini, produktivitas yang dicapai di bidang
pertanian tergolong tttinggi,wsedangkan kualitas kesehatan
dan KB tergolong " ~ e d a n g .Kualitas
~
koperasi yang dicapai
tergolong Hrendah.n Dengan demikian masing-masing
jenis
penyuluhan pembangunan perlu merumuskan strategi penyuluhan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat
sasaran.
7 , nubungan Persepsi dengan Keragaan
Perilaku Xasyarakat
Hubungan persepsi masyarakat tentang penyuluhan pembangunan yang didukung pengaturan dan pelayanan dengan
I
keragaan perilakunya adalah "positiffBg terutama persepsinya tentang ketepatan metode, kesesuaian, kemampuan penyuluh, peran petugas pelayanan, ketersediaan fasilitas pelayanan, peran pengatur dan kesesuaian aturan, namun beragam
antara tingkat kemajuan dan tipologi daerah.
Keragaman
persepsi tersebut menunjukkan bahwa berbagai program pembangunan yang diberlakukan sama pada berbagai tingkat
kemajuan
desa dan
tipologi daerah, ternyata me- menim-
bulkan persepsi yang berbeda-beda.
Persepsi masyarakat tentang penyuluhan pembangunan,
di bidang pertanian menunjukkan hubungan nyata dengan
keragaan perilakunya, namun berbeda nyata antar tipologi
daerah.
Perubahan perilaku masyarakat tersebut terutama
di daerah pantai terjadi pada asgek kognitif yang disebabkan unsur penyuluhan, pengaturan dan pelayanan.
persawahan dan perkebunan
di daerah
terjadi pada seluruh kawasan
baik kognitif, psikomotor maupun afektif yang dise
karena unsur penyuluhan dan pelayanan.
xv
Di bidang koperasi, perubahan perilaku masyarakat didaerah pantai pada aspek psikomotor dan afektif yang disebabkan unsur pengaturan dan pelayanan.
Di daerah persawa-
ban dan perkebunan keseluruh aspek baik kognitif, psikomotor dan afektif yang disebabkan adanya unsur penyuluhan,
pengaturan dan pelayanan.
Di bidang kesehatan, perubahan
perilaku masyarakat pantai terutama pada kawasan kognitif,
masyarakat persawahan pada kawasan kognitif dan psikomotor
sedangkan masyarakat perkebaunan pada ketiga kawasan, yang
disebabkan oleh unsur pengaturan dan pelayanan.
Di bidang
KB, perubahan perilaku masyarakat pantai baru pada kawasan
kognitif, sedangkan masyarakat persawahan dan perkebunan
pada ketiga aspek yang disebabkan unsur pengaturan, pengaturan
dan
pelayanan.
Tingkat keragaan perilaku masyarakat pada setiap
je-
nis penyuluhan diikuti dengan tingkat produktivitas hasil
dan kualitas usaha yang dicapai masyarakat.
Dalam ha1 ini
materi pertanian mencapai tingkat produktivitas '*tinggi,"
materi di bidang KB mencapai kualitas "sedang." materi di
bidang koperasi dan kesehatan tergolong "rendah."
Secara umum dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat tentang penyuluhan pembangunan yang didukung pengaturan dan pelayanan menunjukkan hubungan nyata dengan keraga-
.
an perilaku masyarakat, namun berbeda nyata antar tipologi
daerah, terutama persepsinya tentang ketepatan metode,
kesesuaian materi, kemampuan penyuluh, peran pelayanan dan
ketersediaan fasilitas pelayanan, peran pengatur dan kese-
suaian aturan.
Berarti bahwa penerapan unsur-unsur penyu-
luhan secara tepat (sesuai dengan tipologi daerah), yang
didukung dengan ketersediaan fasilitas sarana dan prasarana dan dengan pengaturan dalam kegiatan usaha akan dapat
meningkatkan keragaan perilaku masyarakat.
Meningkatnya keragaan perilaku masyarakat di bidang
pertanian dan bidang kesehatan menunjukan hubungan nyata
dengan produktivitas pertanian dan kualitas kesehatan, namun tidak berbeda nyata di bidang KB dan koperasi.
Dari hasil penelitian tersebut, dapat disarankan bahwa perlu dirumuskan strategi penyuluhan pembangunan masyarakat pedesaan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan
masyarakat.
Hal ini ditempuh dengan jalan: (a) mening-
katkan keprofesionalan penyuluh, (b) perencanaan yang terpadu dalam penyuluhan di tingkat daerah sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat, (c) koordinasi dan integrasi
antar unsur-unsur penyuluhan, pengaturan dan pelayanan dalam pencapaian tujuan penyuluhan. Dengan koordinasi,
dimaksudkan semua pihak yang terlibat bekerja sama, bertukar informasi, saling mengisi dan saling menunjang dalam
perencanaan dan pelaksanaan. Dengan integrasi dimaksudkan
semua pihak yang terlibat menyatukan diri dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, maupun penilaian dalam
penyuluhan pembangunan.
.
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PENYULUHAN PEKBANGUNAN
DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT PEDESAAN
O l e h :
S U G I Y A N T O
PPN 88531
Disertasi Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Doktor
pada
Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUD1 ILMU PENYULUHAN PEMBANGUNAN
PROGRAM PASCASARJAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Penelitian
: P W K P S I MASYARARAT TgblTAXG P m U E A N
PEMBANGVHAN D
KAT PEDESAAN
W PEXBA2ZGVHAN MAS=-
Nama Mahasiswa
Nornor Pokok
(Prof.Dr.
&M.P.
Tjondronegoro)
(Dr. Pang 5 . Asngari)
Anggota
I
(Dr-H. Prabowo Tjitropranoto)
Anggota
2. Ketua Program Studi
Ilmu Penyuluhan Pemban
Tanggal Lulus:..?S,Februari 1996
-2
'.
(Dr.Ir. Kooswardhono EIudikdjo)
Anggota
Program Pascasarjana
Penulis dilahirkan pada tanggal 26 Juni 1955 di Tulungagung, Jawa Timur.
Penulis adalah anak kedua dari
ayah bernama Sumino (Almarhum) dan ibu bernama Munasiati.
Dalam jenjang pendidikan, setelah penulis lulus dari
Sekolah Menengah Atas Negeri di Pangkalan Berandan (Sumate.sra Utara) tahun 1973, pada tahun 1974 penulis melanjutkan
pendidikan di Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya
Malang, dan lulus sebagai Sarjana Pertanian, Jurusan Sosia1 Ekonomi pada tahun 1979.
Pada tahun 1980 penulis mem-
peroleh kesempatan mengikuti program S2 Program Studi
Statistika Terapan di Institut Pertanian Bogor, dan lulus
pada tahun 1983.
Pada tahun 1988 penulis terdaftar seba-
gai mahasiswa Pascasarjana program Doktor (S3) pada Institut Pertanian Bogor dalam Program Studi Ilmu Penyuluhan
.
Pembangunan (PPN)
'Dalam jenjang kekaryaan, penulis pernah menjabat Ketua Jurusan Sosial Ekonomi di Universitas Islam Malang
(UNISMA), tahun 1984, sebagai Dekan Fakultas Pertanian di
Universitas Widya Gama Malang (tahun 1985-1988) dan Kepala
Bagian Akademik di Universitas Brawijaya Malang (tahun
1986-1987).
Tahun 1986, bersama rekan-rekan
di Universi-
tas Brawijaya mendirikan Yayasan Pengembangan Pedesaan,
dengan tujuan dapat
mengka ji d&
menghayati sesta pemer-
hati kehidupan masyarakat pedesaan.
Penulis beristerikan Keppi Sukesi dan di karuniai empat putri bernama: nHenny Rosalinda, Ajar Bela Kartika
(Almarhumah), Dewiyanti Liliana, dan Rita Diana Melati."
,
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan berkah, rakhmat dan hidayahNya,
maka dapatlah penulis selesaikan disertasi dengan judul
ggPersepsiMasyarakat tentang Penyuluhan Pembangunan dalam
Pembangunan Masyarakat Pedesaanw sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan studi program S3 di Institut Pertanian
Bogor.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima
kasih kepada Bapak Prof.Dr.R.
H-Margono Slamet, selaku Ke-
tua Komisi Pembimbing, atas naseha't, bimbingan, serta perhatian beliau kepada penulis selama ini.
penghargaan
Terimakasih dan
yang sama penulis sampaikan kepada Bapak
Prof-Dr. Sediono M.P.Tjondronegoro,
Bapak Dr. Pang S. As--+
ngari, Bapak Dr. H. Prabowo Tj itropranoto , dan Bapak Dr. Ir.
Kooswardhono Mudikdjo, selaku anggota komisi pembimbing
yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan
bimbingan kepada penulis sehingga dapatnya penulis menyelesaikan disertasi ini.
Kepada Bapak Rektor Institut Pertanian Bogor dan
Bapak Direktur Program Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor, penulis menyampaikan terimakasih atas kebijaksanaannya dan kelancaran administrasi yang sangat menentukan
.
bagi terselenggaranya studi dan penyusunan disertasi ini.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak
Rektor dan Bapak D-ekan Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya, tempat penulis bekerja, yang telah memberi izin
mengikuti pendidikan S-3 kepada penulis.
Ucapan terimaka-
kasih juga penulis sampaikan kepada Nuffics, sponsor untuk
Ilmu-ilmu Sosial Universitas Brawijaya Malang, yang telah
memberikan beasiswa kepada penulis hingga dapatnya penulis
menyelesaikan pendidikan ini. Bagi mereka yang telah membantu penulis, baik dengan tenaga, dana maupun sumbangan
.pemikiran dalam penyusunan disertasi ini, teristimewa kepada kedua orang tua penulis, istri penulis Keppi Sukesi,
serta anak-anak penulis yakni Henny Rosalinda, Ajar Bela
Kartika (Almarhumah), Dewiyanti Liliana, dan Rita Diana
f
Melati disampaikan terimakasih yang dalam atas bantuan,
dorongan, serta doa yang telah diberikannya hingga akhir
penyelesaian pendidikan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih
jauh dari sempurna. Karenanya, apabila terdapat kekurangan
dalam tulisan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.
Semoga segala ha1 yang diungkapkan dalam disertasi
ini dapat bermanfaat bagi upaya pengembangan penyuluhan
pembangunan untuk masyarakat pedesaan di masa mendatang.
Akhirnya, hanya Allah SWT, yang maha pengasih dan
penyayang yang dapat membalas semua amal baik semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian pendidikan penulis
di Institut Pertanian Bogor.
Penulis
DAFTAR IS1
Halaman
KATA PEXGANTAR
DAFTARTABEL
DAFTAR GAMBAR
I
.................
..................
.................
. PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . .
Latar Belakang Masalah . . . . . . . . .
Masalah Penelitian . . . . . . . . . . .
...........
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
..........
. KAJ1A.N PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . .
I1
Pengertian Dasar Pembangunan Masyarakat
Pedesaan
................
Konsep Masarakat Pedesaan Indonesia
...
...........
............
.....
Konsep Penyuluhan Pembangunan . . . . . .
Konsep Masyarakat
Konsep Pedesaan
Konsep Pembangunan Pedesaan
Pengaturan dan Pelayanan dalam Pembangunan
Masyarakat Pedesaan
...........
Keterkaitan Unsur-unsur Pembangunan dalam
.
Mengubah Perilaku Masyarakat Pedesaan
Persepsi Masyarakat tentang
Pembangunan
...............
.
I11
. KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS . . . . . . . .
Kerangka Berpikir
Hipotesis
............
................
i
ii
iii
............
Penentuan Lokasi . . . . . . . . . . . .
. .. .. .. . . .
Pemilihan Responden
IV. METODOLOGI PENELITIAN
81
81
..... . ... .. .
Pengujian Kesahihan dan Keterandalan. . .
Metode Analisis
............
Pengumpulan Data
...
HASIL PENELITIAN dan PEMBAIIASAN . . . . . . .
Keadaan Umum Daerah
..........
Difinisi Peubah dan Cara Pengukuran
V.
Profil Daerah Penelirtian dan
Karakteristik Responden
......
......
Potensi Sumberdaya Manusia
....
Pola Penggunaan Lahan
Persepsi Masyarakat tentang Penyuluhan
Pembangunan dalam Pembangunan Masyarakat
.
.
Pedesaan
.... ..
.......
115
Persepsi Masyarakat tentang Penyu.
luhan Pertanian
116
Persepsi Masyarakat tentang Penyuluhan Koperasi
142
Persepsi Masyarakat tentang Penyuluhan Kesehatan
160
Persepsi Masyarakat tentang Penyu.. .
luhan KB
180
..........
..........
..........
....
.
.....
Keragaan Perilaku Masyarakat dalam
Penyuluhan Pembangunan Masyarakat Desa
..
202
Keragaan Perilaku dalam
Penyuluhan Pertaniap
........
205
Keragaan Perilaku dalam
Penyuluhan Koperasi
210
........
Keragaan Perilaku dalam
Penyuluhan Kesehatan .
......
.
214
Keragaan Perilaku dalam
Penyuluhan Keluarga Berencana
...
217
....
Produktivitas di bidang Pertanian. .
Kualitas Usaha di bidang Koperasi. .
Produktivitas dan Kualitas
Usaha
225
225
229
Kualitas Masyarakat di bidang Kesehatan
...............
Kualitas Usaha di bidang KB . . . .
233
237
...
240
.........
241
Efektivitas Penyuluhan Pembangunan
Efektivitas Penyuluhan Pembangunan Pertanian
I
Efektivitas Penyuluhan Pembangunan Koperasi
243
Efektivitas Penyuluhan Pembangunan Kesehatan
245
.........
.........
Efektivitas Penyuluhan Pembangunan Keluarga Berencana
....
246
Hubungan Persepsi Masyarakat tentang Penyuluhan Pembangunan dengan Keragaan Perilakunya dalam Menerapkan Hasil-hasil Penyuluhan. 248
Hubungan Persepsi Masyarakat tentang
Penyuluhan Pembangunan dengan Keragaan
Perilaku Sasaran di Bidang Pertanian
. 250
Hubungan Persepsi Masyarakat tentang
Penyuluhan Pembangunan dengan Keragaan
Perilaku Sasaran di Bidang Koperasi
. . 256
Hubungan Persepsi Masyarakat tentang
Penyuluhan Pembangunan dengan Keragaan
Perilaku Sasaran di Bidang Kesehatan
.
261
Hubungan Persepsi M?syarakat tentang
Penyuluhan Pembangunan dengan Keragaan
Perilaku Sasaran di Bidang KB
264
Hubungan Keragaan Perilaku Masyarakat
dengan Produktivitas dan Kualitas
Usaha
266
....
................
.................
268
..............
298
VI
. PEMBAHASAN
UMUM
VII
. KESIMPULAN
DAN SARAN
.................
Saran-saran . . . . . . . . . . . . . . . .
Kesimpulan
298
313
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
1.
2.
3.
4.
5.
Sebaran Responden pada setiap tipologi daerah dan Tingkat Kemajuan Desa.
..
83
Skore Kriteria Hirarkhis Kawasan perilaku
Masyarakat
85
Keadaan Curah Hujan di ketiga tipe
daerah pada tahun 1990
94
Keadaan Hari Hujan di ketiga tipe
daerah pada tahun 1990
95
Keadaan topografi di tiga tipe daerah,
di Jawa Timur
97
98
................
.........
.........
..............
Tabel
6.
Pola Penggunaan Lahan di ketiga tipe desa
Tabel
7.
Jumlah Penduduk, kepadatan, sex-ratio,
dan kelompok umur
Tabel
8.
Karakteristik Individu Responden yang
Mengikuti Penyuluhan Pertanian
Tabel
9.
Skor Karakteristik Individu di
Bidang Pertanian
. . . . . . . . . . . . 101
. . . . . . 103
. . . . . . . . . . . . . 105
Tabel 10.
Karakteristik Individu Responden yang
Mengikuti Penyuluhan Koperasi
Tabel 11.
Skor Karakteristik Individu di
Bidang Koperasi
Tabel 12.
Karakteristik Individu Responden yang
Mengikuti Penyuluhan Kesehatan
Tabel 13.
Skor Karakteristik Individu di
Bidang Kesehatan
Tabel 14.
Karakteristik Individu Responden yang
Mengikuti Penyuluhan KB
Tabel 15.
Skor ~arakteristikIndividu di
BidangKB . . . . . . . . . . . . . . . . I 1 4
Tabel 16.
Persentase Persepsi Responden tentang
Penyuluhan ~ertanian
Tabel 17.
Skor Persepsi Responden tentan
Penyuluhan Pembangunan Pertani
. . . . . . 107
. . . . . . . . . . . . . 108
. . . . . . 110
. . . . . . . . . . . . . 111
. . . . . . . . . 113
.......
Tabel 18.
Uji Beda Rata-rata Skor Persepsi Masyarakat tentang Penyuluhan Pertanian
Tabel 19.
Persentase Persepsi Responden tentang
Penyuluhan Koperasi
Tabel 20.
Skor Persepsi Responden tentang
Penyuluhan Pembangunan Koperasi
Tabel 21.
Uji Beda Rata-rata Skor Persepsi Masyarakat tentang Penyuluhan Koperasi
Tabel 22.
Skor Persepsi Responden tentang
Penyuluhan Pembangunan Kesehatan
Tabel 23.
Persentase Persepsi Responden tentang
Penyuluhan Kesehatan
Tabel 24.
Uji Beda Rata-rata Skor Persepsi MaKesehatan
syarakat tentang Pen-luhan
Tabel 25.
Persentase Persepsi Responden tentang
Penyuluhan Pembangunan KB
Tabel 26.
Skor Persepsi Responden tentang
Penyuluhan Pembangunan KB
Tabel 27.
Uji Beda Rata-rata Skor Persepsi Masyarakat tentang Penyuluhan KB
Tabel 28.
Persentase Keragaan Perilaku
Sasaran di bidang Pertanian
Tabel 29.
. . 139
. . . . . . . . . 143
. . . . . 156
. . . 159
. . . . . 161
. . . . . . . . . . . 177
. . 179
. . . . . . . . 181
. . . . . . . . 197
. . . . . . 199
. . . . . . . 206
Skor Keragaan Perilaku Masyarakat
di bidang Pertanian . . . . . . . . . . . 207
Tabel 30.
Persentase Keragaan Perilaku Masyarakat di bidang Koperasi
Tabel 31.
Rata-rata Skor Keragaan Perilaku
Responden di bidang Koperasi
Tabel 32.
Persentase Keragaan Perilaku Masyarakat di bidang Kesehatan
Tabel 33.
Skor Keragaan Perilaku yang dicapai
Responden di bidang Kesehatan
Tabel 34.
Persentase Keragaan Perilaku Sasaran dalam bidang KB
Tabel 35.
Skor Perilaku yang dicapai
Responden di bidang KB
. . . . . . . . 210
. . . . . . . 213
. . . . . . . . 214
. . . . . . 217
. . . . . . . . . . 218
. . . . . . . . . . 220
Tabel 36.
Produktivitas Hasil Pertanian yang dicapai Sasaran diketiga tipe Daerah
Tabel 37.
Persentase Responden menurut produktivitas Pertanian yang diperoleh
. . . 227
.
228
Tabel 38.
Skore Kualitas Usaha Masyarakat Sasaran
di Bidang Koperasi
Tabel 39.
Persentase Responden menurut Kualitas
Usaha di Bidang Koperasi
Tabel 40.
Skore Kualitas Kesehatan yang dicapai
Responden
Tabel 41.
Persentase Responden menurut Kualitas
Kesehatan yang dicapai Sasaran
Tabel 42.
Skore Kualitas kegiatan KB yang
dicapai Sasaran
Tabel 43.
Persentase Responden menurut Kualitas
Kegiatan KB yang dicapai Sasaran
Tabel 44.
Tingkat Efektivitas Penyuluhan Pebangunan yang dicapai di bidang Pertanian
. . . . . . . . . . . 230
. . . . . . . . 232
. . . . . . . . . . . . . . -235
. . . . . 236
. . . . . . . . . . . . . 237
. . . . 238
.
Tabel 45.
Tingkat Efektivitas Penyuluhan Pebangunan yang dicapai di bidang Koperasi
Tabel 46.
Tingkat Efektivitas Penyuluhan Pebangunan yang dicapai di bidang Kesehatan
Tabel 47.
Tingkat Efektivitas Penyuluhan Pebangunan yang dicapai di bidang KB
Tabel 48.
Hubungan Persepsi tentang Penyuluhan
Pembangunan dengan Keragaan Perilaku
Sasaran dibidang Pertanian
241
. . . . 244
. . . 246
. . . . . . . 247
. . . . . . . . 250
Tabel 49.
Hubungan Persepsi tentang Penyuluhan
Pembangunan dengan Keragaan Perilaku
Sasaran dibidang Koperasi
. . . . . . . . 256
Tabel 50.
Hubungan Persepsi tentang Penyuluhan
Pembangunan dengan Keragaan Perilaku
Sasaran dibidang Kesehatan
. . . . . . . . 262
Tabel 51.
Hubungan Persepsi tentang Penyuluhan
Pembangunan dengan Keragaan Perilaku
Sasaran dibidang KB
. . . . . . . . . . . 265
Tabel 52.
Hubungan Keragaan Perilaku Sasaran
dengan Produktivitas dan Kualitas
Usaha
..................
266
Halaman
.
1. Mekanisme Pembentukan Persepsi menurut
Litterer (Asngari 1984)
...........
63
2. Kerangka Pikir Keterkaitan Unsur Penyuluhan,
.
Pengaturan dan Pelayanan dalam pencapaian
Tujuan Penyuluhan
..............
76
3. Kerangka Analisis Keterkaitan Persepsi Ma-
syarakat tentang Penyuluhan yang didukung
Pengaturan dan Pelayanan dengan Keragaan
Perilaku dan Produktivitas/Kualitas Usaha
..
78
Latar Belakang nasalah
Pembangunan desa pada dasarnya merupakan suatu proses
perubahan di dalam masyarakat pedesaan yang diarahkan pada
terciptanya kehidupan yang lebih baik bagi seluruh masyarakat pedesaan dengan partisipasi aktif dan jika mungkin
dengan inisiatif masyarakat itu sendiri. Memang seharusnya
membangun desa adalah kewajiban masyarakat desa itu sendiri, karena merekalah yang lebih mengetahui akan kebutuhan utama yang h a m s dipnuhi terlebih dahulu sesuai dengan
sekala prioritas yang mereka buat.
Persepsi masyarakat
terhadap pembangunan akan semakin meningkat apabila dalampenyelenggaraan pembangunan tersebut mereka senantiasa
dilibatkan.
Pembangunan daerah di Indonesia dalam Repelita VI
merupakan kelanjutan pembangunan dalam Repelita-Repelita
sebelumnya yang dilaksanakan berdasarkan Undang-undang
Dasar 1945 dan Garis-garis Besar Haluan Negara. Pembangunan daerah merupakan upaya pencapaian sasaran nasional didaerah maupun di desa-desa yang menghadapi beragam masalah, potensi, aspirasi, dan beragam persepsi masyarakat di
daerah-daerah.
Pencapaian tujuan pembangunan masyarakat
yakni perubahan perilaku masyarakat pedesaan dari semula
berpikir tradisional menjadi berpikir progresif, semula
berpikir lokalit menjadi berpikir kosmopolit
senantiasa
perlu ditingkatkan terutama melalui partisipasi masyarakat
pedesaan itu sendiri dan peran aktif berbagai lembaga yang
ada dipedesaan ataupun dengan bantuan berbagai pihak dari
luar yang terkait dalam kegiatan pengaturan, penyuluhan
dan pelayanan dalam pembangunan melalui prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi pihak-pihak tersebut pada
setiap gerak pembangunan yang dilakukan di pedesaan.
Perkembangan desa-desa di Indonesia dewasa ini telah
mencapai banyak kemajuan, baik di bidang fisik desa maupun
peningkatan sumberdaya manusia
(GBHN, 1993).
Tingkat
kemajuan desa menurut Departemen Dalam Negeri dapat dikelompokkan kedalam tiga tipologi desa, yaitu tipe (a) desa
swadaya (6,10%) , desa swakarya (44,50%) , dan desa swasembada (49,40%).
Ini berarti persentase pencapaian desa
swasembada masih perlu t e n s ditingkatkan dalam pembangunan pada tahap berikutnya, terutama dalam PJPT I1 mendatang
dalam menyambut era tinggal landas (Su'ud, 1993).
Pada akhir Pelita V, perkembangan pembangunan pedesaan telah menunjukkan peningkatan, ha1 ini didukung oleh
adanya peran kelembagaan di pedesaan yang mengatur dan
memberikan pelayanan berbagai inovasi baru kepada masyarakat pedesaan.
Meningkatnya persepsi masyarakat pedesaan
terhadap pembangunan terutama dalam pemanfaatan sumberdaya
alam secara optimal di pedesaan terlihat dari semakin me-
.
ningkatnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan di pedesaan itu sendiri.
Mardjono dan Soesmanto
(1988) mengidentifikasi adanya 15 jenis kelembagaan yang
mendukung program pembangunan yang ditujukan kepedesaan,
meliputi kelembagaan di sektor pertanian dan pengairan,
sektor industri, sektor pertambangan dan energi, sektor
perhubungan dan pariwisata, sektor perdagangan dan koperasi, sektor tenagakerja dan transmigrasi, sektor pembangunan daerah, desa dan kota, sektor agama, sektor pendidikan,
generasi muda, kebudayaan nasional dan kepercayaan terhadap Tuhan YME, sektor kesehatan, kesejahteraan rakyat,
peranan wanita, kependudukan dan KB, sektor perumahan
rakyat dan pemukiman, sektor penerangan dan komunikasi sosial, sektor ilmu pengetahuan, teknologi dan penelitian,
sektor pengembangan dunia usaha; sektor sumber daya alam
dan sektor lingkungan hidup. Selain itu, peran kelembagaan
informal di pedesaan, seperti adanya kelompok tani, kelompencapir, kelompok pemakai air ( P 3 A ) ,
kelompok pengajian
dan kelompok lainnya turut mendukung dan memperlancar keberhasian pembangunan di pedesaan.
Menurunnya jumlah penduduk miskin dari 70 juta jiwa
(60%) pada tahun 1970 menjadi 27,2 juta (15,1%) pada tahun
1990 merupakan indikasi keberhasilan program pembangunan
baik sektoral maupun regional yang langsung maupun tidak
langsung ditujukan menanggulangi kemiskinan (Bappenas,
1993)
.
Namun demikian, masih dijumpai adanya kesen jangan
tingkat kualitas kehidupan masyarakat sebagai akibat pem-
.
bangunan baik antar masyarakat pedesaan itu sendiri maupun
antar masyarakat pedesaan dengan masyarakat perkotaan.
Kesenjangan tersebut dapat dilihat dari beberapa ha1 antara lain karena : (1) masih adanya masyarakat dengan kualitas hidup dibawah garis kemiskinan,
(2) belum meratanya
pembangunan di pedesaan; di bidang kependudukan : (1) terjadinya pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi , (2) meningkatnya pengangguran dan kurang berimbangnya komposisi
penduduk dalam beban dan tanggungan (Dependency Ratio); di
bidang kesehatan, rendahnya kualitas kesehatan lingkungan,
banyaknya perumahan yang tergolong kumuh dan kurang tersedianya air bersih terutama untuk masyarakat desa, bahkan
kebanyakan diantara mereka kekurangan gizi sehingga mengurangi kemampuan bekerja; disektor usaha, masih lambatnya
perkembangan pembangunan disektor non-pertanian, seperti
usaha industri kecil pede-saan, kerajinan rumah tangga,
transportasi
dan usaha-usaha lainnya.
Menteri Dalam Ne-
geri (1989) menyebutkan bahwa hingga saat ini masih dijumpai adanya: desa-desa yang bermasalah khusus dalam pengembangannya, desa-desa yang sedikit sekali memperoleh dampak
pembangunan, dan desa-desa dalam kawasan yang relatif terbelakang dan terpencil, sehingga berdampak terhadap rendahnya tingkat kualitas hidup masyarakatnya.
Sajogyo (1980), Singarimbun (1978), Mulyanto dan Evers
(1982) mengemukakan bahwa permasalahan utama yang dihadapi
masyarakat pedesaan saat ini adalah masalah kemiskinan.
Hal ini sebagai akibat : (1) kurangnya modal dan tabungan
.
yang dimiliki, (2) rendahnya tingkat kesehatan dan gizi,
(3) terjadinya pengangguran dan (4) rendahnya persepsi
mereka dalam pembangunan yang berlangsung di pedesaan.
Sebagai penyebab ha1 tersebut adalah terbatasnya kesempatan mengikuti pendidikan baik formal maupun non-formal,
terisolir dan terpencil sehingga berakibat terhadap rendahnya persepsi mereka dalam menerima ide-ide baru, kurang
tanggap terhadap adanya informasi, kemampuan terbatas dalam pembangunan, kurang memanfaatkan potensi sumberdaya,
dan usaha yang dilakukan kurang berorientasi pasar.
Dilihat dari pekerjaan dan pendidikan penduduk,
ternyata sebagian besar penduduk Indonesia berada dan bekerja di pedesaan (> 70 persen), dengan tingkat pendidikan
tergolong rendah (Hasil sensus penduduk tahun 1990
menun-
I
jukkan bahwa angkatan kerja di Indonesia yang hanya berpendidikan SD mencapai 67 persen, umumnya mereka tidak
tamat SD, bahkan masih ada yang buta huruf).
Masih ren-
dahnya tingkat pendidikan yang dicapai sebagian besar
penduduk pedesaan tersebut menyebabkan persepsi mereka
terhadap pembangunan rendah dan kesempatan kerja terbatas.
Terbatasnya kesempatan kerja bagi penduduk mengakibatkan
rendahnya pendapatan yang diperoleh dan pada gilirannya
menimbulkan kemiskinan masyarakat dipedesaan.
Peningkatan
jumlah angkatan kerja selama periode 1983-1988 mencapai
2 - 8 persen yaitu dari 63,5 juta orang menjadi 72,8 juta
sehingga diperlukan penyediaan lowongan pekerjaan sebanyak
6,l juta jiwa (Proyeksi BPS tahun 1990). Demikian pula
produktivitas masyarakat seperti yang diungkapkan Djojohadikosumo (1987) tergolong sangat rendah.
Apabila produk-
tivitas pekerja dihitung dalam satuan waktu bekerja 35 jam
perminggu maka hanya 45 persen orang Indonesia yang bekerja tergolong produktif.
Padahal di Korea Selatan, Singa-
pura dan Taiwan sebagai negara Industri baru, para pekerjanya bekerja mencapai 52 jam per minggu.
Berbagai usaha pembangunan yang ditujukan kepada
masyarakat pedesaan guna meningkatkan pengetahuan dan
persepsi mereka terhadap pembangunan telah dilakukan oleh
berbagai pihak, namun hasilnya belum mencapai tujuan seperti yang diharapkan.
Ndraha (1984) mengemukakan bahwa
pelaksanaan pembangunan yang ditujukan ke pedesaan masih
dirasakan kurang terpadu baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendaliannya, sehingga dilapangan sering
terjadi tumpang tindih dalam kegiatannya.
Penyelenggaraan
penyuluhan di pedesaan, saat ini terbatas dilakukan oleh
pihak-pihak tertentu saja seperti : (1) penyuluhan pertanian,
(2) penyuluhan koperasi,
(3) penyuluhan kesehatan
dan (4) penyuluhan Keluarga Berencana yang lebih mengutamakan kepentingan program masing-masing, sehingga secara
langsung maupun tidak langsung menyebabkan terjadinya saling tumpang tindih dalam penyampaian
ngunan maupun dalam pelaksanaannya.
pesan-pesan pembaPeranan penyuluhan
dalam pembangunan yakni mengubah perilaku masyarakat dan
meningkatkan kemandirian mereka dengan maksud agar mereka
memiliki persepsi yang tinggi terhadap pembangunan sehingga mereka tidak saja dijadikan sebagai obyek pembangunan,
*
tetapi diharapkan juga mereka sebagai subyek dalam penyelenggaraan pembangunan (Slamet, 1990).
Dalam ha1 kelembagaan di pedesaan, masih dihadapi
berbagai kendala baik kelembagaan formal maupun kelembagaan informal yang belum berfungsi sebagai pengatur dan pemberi pelayanan kepada masyarakat seperti yang diharapkan.
Lembaga pemerintah desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 5
tahun 1979 masih dirasakan belum berfungsi secara optimal,
dalam ha1 ini kemampuan aparat dalam menjalankan perannya
sebagai pengatur dan pelayan masih perlu ditingkatkan.
Persepsi masyarakat terhadap adanya Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) sebagai wadah penyampaian aspirasi
masyarakat desa dirasakan masih rendah, ha1 tersebut tampak dari kegiatannya yang masih mengutamakan penerapan
aturan dari atas desa sehingga terkesan sebagai alat perpanjangan tangan pemerintah.
Selain itu, wadah Koperasi
Unit Desa yang dibentuk guna mendukung perekonomian pedesaan khususnya sebagai sokoguru perekonomian rakyat dipedesaan belum dimanfaatkan optimal.
Pelayanan kesehatan
melalui PUSKESMAS dan POSYANDU serta pelayanan KB kepada
masyarakat dan berbagai pelayanan lainnya dirasakan belum
efektif dilaksanakan terutama di pedesaan.
Dari gambaran yang dikemukakan di atas memberikan pelajaran bahwa terjadinya kesenjangan antar masyarakat
dibidang ekonomi, kesehatan dan pendidikan khususnya dipedesaan
disebabkan karena adanya persepsi yang berbeda-
beda tentang pembangunan, selain itu juga kurang terpadunya penyelenggara pembangunan dalam menjalankan perannya,
baik peran sebagai penyuluh, peran
sebagai pengatur, mau-
pun peran sebagai petugas pelayanan.
Kurangnya kesesu-
aian antara ide-ide baru (materi penyuluhan) yang diberikan kepada masyarakat dengan kebutuhan yang mereka hadapi,
belum tepatnya penggunaan metode dan media penyuluhan serta relatif rendahnya kemampuan masyarakat dalam menerima
ide-ide baru tersebut sehingga menyebabkan belum efektif
hasil-hasil penyuluhan pembangunan yang telah berlangsung
selama ini.
Keterkaitan unsur-unsur penyuluhan pembangunan yang
didukung dengan pengaturan dan lpelayanan dalam mengubah
perilaku masyarakat dirasakan penting terutama dalam meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan perubahan sikap
masyarakat pedesaan sehingga mereka menjadi lebih tahu,
lebih mampu dan mau meningkatkan kesejahteraan hidupnya
kearah yang lebih baik daripada sebelumnya.
Lebih lanjut
dalam penelitian ini ingin menganalisis persepsi masyarakat pedesaan tersebut tentang unsur-unsur pembangunan yang
ada, terutama unsur penyuluhan yang didukung dengan unsur
pengaturan dan pelayanan,
serta menganalisis hubungan
unsur-unsur pembangunan tersebut terhadap keragaan perilaku masyarakat pedesaan.
Masalah Penelitian
.
PERSEPSI MASYARAKAT TENTAM6 PENYULUHAN1PEMBANGUNAN
DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT PEDESAAN
Olch :
SUGIYANTO
PROGRAM P A S G A S A R J A N A
INSTITUT P E R T A N I A N BOGOR
RINGKASAN
SUGIYANTO. Persepsi Masyarakat tentang Penyuluhan Pemba-
ngunan dalam Pembangunan Masyarakat Pedesaan (dibawah bimbingan Margono Slamet selaku Ketua, dan Sediono M.P.
Tjon-
dronegoro, Pang S. Asngari, Prabowo Tjitropranoto, serta
Kooswardhono Mudikdjo, masing-masing selaku anggota)
Tujuan penelitian ini adalah menelaah persepsi masyarakat tentang penyuluhan pembangunan.
Secara terinci tu-
juan penelitian ini adalah (1) menelaah persepsi masyarakat tentang penyuluhan, pengaturan dan pelayanan dalam
penyuluhan pembangunan masyarakat pedesaan; (2) menelaah
keragaan perilaku dan efektivitas penyuluhan pada berbagai
jenis penyuluhan pembangunan; dan (3) menelaah keterkaitan
penyuluhan, pengaturan dan pelayanan dengan keragaan perilaku masyarakat pedesaan.
~ e b a n g u n a nmasyarakat pada dasarnya merupakan suatu
proses perubahan masyarakat yang diarahkan pada terciptanya kehidupan yang lebih baik bagi seluruh masyarakat
melalui partisipasi aktif dan seyogyanya dengan inisiatif
masyarakat itu sendiri.
masih ada
Kenyataannya di pedesaan adalah
warga masyarakat yang mengalami berbagai masa-
lah antara lain rendahnya tingkat pendidikan, ketidaktahuan dan keterbelakangan.
Sa jogyo (1980); Singarimbun
.
(1978); Mulyanto dan Evers (1982) mengemukakan bahwa permasalahan utama yang dihadapi masyarakat pedesaan saat ini
adalah kerniskinan, rendahnya tingkat kesehatan dan gizi
keluarga, pengangguran dan keterbelakangan.
,
Berbagai upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat
pedesaan melalui penyuluhan telah dilakukan, namun dalam
kenyataan masih terjadi kesenjangan baik dalam pelayanan,
informasi, transfer teknologi, m u p u n dalam kesempatan menikmati hasil-hasil pembangunan.
Dengan kata lain bahwa
pembangunan masyarakat melalui penyuluhan yang ditujukan
kepedesaan selama ini masih belum efektif.
Ada tiga aspek
penting yang mendukung pencapaian tujuan penyuluhan pembangunan, yakni:
( 1)
~ t r a t e g ipenyuluhan yang mantap,
(2)
Adanya fasilitas prasarana dan barana secara lokal yang
dipakai untuk mendukung kegiatan bemsaha; dan (3) adanya
iklim usaha yang kondusif.
Kemampuan penyuluh dalam menjalankan perannya, kesesuaian materi, ketepatan metode dan media penyuluhan yang
digunakan diharapkan dapat lebih efektif mencapai tujuan.
Dalam aspek pengaturan, adanya kesesuaian aturan memungkinkan masyarakat menerapkan aturan-aturan walaupun penyuluhan berhasil dengan dukungan pengaturan namun hasil penyuluhan masih sulit diterapkan apabila tidak tersedianya
fasilitas pelayanan.
Oleh karenanya ketersediaan fasili-
tas pelayanan serta pemanfaatannya secara optimal dengan
dukungan pengaturan dalam penyuluhan pembangunan diharap-
.
kan dapat meningkatkan keragaan perilaku masyarakat dalam
menerapkan
berbagai materi penyuluhan yang diperoleh.
Dengan mengambil kasus penyuluhan pembangunan pertanian, koperasi, kesehatan dan KB ingin diket
persepsi masyarakat tentang penyuluhan pembangunan tersebut, tingkat efektivitas penyuluhan dalam mengubah perilaku masyarakat dan bagaimana hubungan persepsi masyarakat
dengan keragaan perilakunya ingin diketahui lebih lanjut.
Metode penelitian yang digunakan adalah "studi kasusn
yang dilakukan di tiga tipe daerah di Jawa Timur, yakni
tipe daerah pantai, persawahan dan perkebunan dengan kasus
penyelenggaraan penyuluhan pembangunan dan keterkaitannya
dengan keragaan perilaku masyarakat dalam menerapkan materi penyuluhan dan hasil yang dicabai. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara bertingkat dan berlapis yakni
menentukan kabupaten contoh dengan pertimbangan tingkat
kemajuan dan tipologi daerah, menentukan kecamatan pada
masing-masing kabupaten contoh dan menetapkan dua desa
contoh pada setiap kecamatan dengan kategori "desa belum
majuw dan "desa maju."
Penetapan responden masyarakat
berdasarkan kriteria: masyarakat pedesaan yang telah mengikuti kegiatan penyuluhan pembangunan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Persepsi masyarakat tentang penyuluhan pembangunan pertanian, koperasi,
kesehatan, dan KB yang telah diikuti menunjukkan gambaran
yang beragam.
1. Persepsi Tentang Penyuluhan
Pembangunan Pertanian.
Persepsi masyarakat tentang penyuluhan pertanian
tergolong astinggi,Nyang berarti bahwa penyuluhan pertani-
an telah mampu menumbuhkan persepsi positif masyarakat
tentang pembangunan pertanian.
~ingginyapersepsi masya-
rakat tentang penyuluhan pertanian terlihat dari kemampuan
penyuluh sebagai pengajar, pemimpin dan penasehat yang
tergolong "mampu." Materi penyuluhan sesuai dengan kebutuhan petani, kecuali materi pertambakan di daerah pantai.
Penggunaan metode kelompok yang diikuti dengan demonstrasi
hasil dan karyawisata serta kunjungan kerumah-rumah. Media sebagai alat bantu berupa papan tulis, koran pedesaan,
poster dan media elektronik yang'digunakan dalam penyuluhan pertanian.
Persepsi masyarakat tentang kesesuaian aturan, penerapan aturan dan peran pengatur di bidang pertanian tergolong sedang, yang berarti bahwa belum sepenuhnya pengaturan di bidang pertanian dapat menumbuhkan persepsi positif
masyarakat sasaran tentang pembangunan pertanian. Antara
desa belum maju dan desa maju di ketiga tipe daerah masih
terdapat perbedaan persepsi masyarakat tentang pengaturan
di bidang pertanian.
Persepsi masyarakat tentang pelayanan pertanian masih
tergolong sedang. Ketersediaan fasilitas pelayanan di
daerah pantai tergolong kurang, di daerah persawahan dan
perkebunan cukup tersedia. Fasilitas pelayanan di bidang
pertanian belum sepenuhnya dimanfaatkan masyarakat sasaran
pada semua tipe daerah, demikian juga peran petugas pelayanan pertanian yang masih tergolong sedang.
Hasil penelitian tersebut m e n u n j w a n
bahwa pelaksa-
,
-
naan penyuluhan pertanian pada setiap sub-sektor (perikanan, pertanian tanaman pangan dan perkebunan) masih beragam, sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda-beda pada masyarakat daerah pantai, persawahan dan perkebunan.
Dari nilai skor persepsi tentang penyuluhan pertanian
dapat dikemukakan
bahwa unsur penyuluhan mencapai skor
tertinggi, diikuti unsur pelayanan dan pengaturan,
Hal
ini menunjuJckan bahwa dalam penyuluhan pertanian, dominasi
unsur penyuluhan yang didukung pelayanan yang berlangsung
diketiga tipe daerah, namun kurang didukung oleh pengaturan di bidang pertanian, sehingga menimbulkan persepsi masyarakat yang beragam tentang penyuluhan pembangun pertanian.
Untuk mencapai kesamaan persepsi tentang penyuluhan
pertanian tersebut, diperlukan strategi penyuluhan yang
memperhatikan situasi dan kondisi masyarakat yang heterogen.
Langkah-langkah yang ditempuh adalah penyuluhan yang
diarahkan pada menumbuhkan persepsi positif yang sama;
kenyataan adanya ketidaksamaan persepsi senantiasa diketahui/disadari oleh petugas sebagai motivasi untuk menjalankan perannya yang berorientasi pada kebutuhan sasaran. Keragaman yang terjadi juga disebabkan karena faktor karakteristik daerah dan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang
berbeda-beda.
Mata pencaharian masyarakat, pendapatan,
pola kerja, dan nilai-nilai so;ial
budaya yang berbeda-
beda antara masyarakat daerah pantai, persawahan dan
perkebunan menyebabkan kebutuhan mereka berbeda-beda antara satu dengan lainnya.
,
2. Persepsi Tentang Penyuluhan
Pembangunan Koperasi
Persepsi masyarakat tentang penyuluhan pembangunan
koperasi tergolong sedang, ha1 ini ditunjukkan oleh kemampuan penyuluh yang rendah, kesesuaian materi, penggunaan
metode dan media penyuluhan yang kurang beragam.
Persepsi tentang pengaturan di bidang koperasi ternyata aturan yang ada belum menjangkau masyarakat luas sehingga belum dirasakan manfaatnya secara langsung terutama di desa-desa belum maju di daerah pantai maupun perf
kebunan.
Di desa-desa maju pada daerah persawahan, masya-
rakat telah merasakan manfaat pengaturan, yang berarti
bahwa aturan-aturan tentang koperasi tersebut telah sesuai
dengan kebutuhan.
Demikian pula persepsi masyarakat
tentang peran pengatur yang masih beragam di ketiga tipe
daerah,
ha1 ini menunjukan masih perlunya
peningkatan
kemampuan petugas pengatur terutama di desa-desa yang
belum maju tampaknya perlu dilakukan.
Persepsi masyarakat tentang pelayanan koperasi menunjukkan bahwa ketersediaan fasilitas pelayanan berbeda
antara antara desa maju dengan dengan desa belum maju, namun dalam ha1 pemanfaatan fasilitas dan peran petugas
pelayanan tidak terdapat perbedaan kedua desa tersebut.
Skor persepsi tentang pelayanan mencapai 3,51 di desa belum maju dan 3,76 di desa maju, yang berarti tergolong se-
luhan pembangunan koperasi di desa belum maju
waA;-i#$!!
maju baik di daerah pantai, persawahan maupun perke- bunan
menunjukkan bahwa unsur pelayanan di bidang koperasi adalah paling dominan dalam menumbuhkan persepsi positif masyarakat tentang pembangunan koperasi.
Sedangkan unsur
penyuluhan dan pengaturan menunjukan persepsi masyarakat
yang beragam.
Dapat dikemukaan bahwa persepsi masyarakat tentang
penyuluhan koperasi ternyata lebih didominasi unsur pelayanan, sedangkan unsur penyuluhan dan pengaturan cenderung
beragam diantara masyarakat pantpi, persawahan dan perkebunan. Adanya perbedaan persepsi antara masyarakat desa
belum maju dan di desa maju, ha1 tersebut memberikan gambaran bahwa penyuluhan koperasi belum efektif dalam menumbuhkan persepsi positif masyarakat tentang pembangunan
koperasi, ha1 ini disebabkan karena penyelenggaraannya
belum berjalan sesuai dengan harapan (rendahnya kemampuan
penyuluh, tidak sesuainya materi dengan kebutuhan sasaran
dan kurang bervariasinya metode dan media yang digunakan).
Dilain pihak adanya kesan negatif tentang adanya koperasi.
3. Persepsi Tentang Penyuluhan
Pembangunan Kesehatan
Persepsi masyarakat tentang penyuluhan kesehatan tergolong wsedang,llyang berarti penyuluhan kesehatan cukup
mampu menumbuhkan persepsi masyarakat yang positif tentang
kesehatan lingkungan, imunisasi, KIA dan pemenuhan gizi.
/
Adanya keragaman persepsi tentang penyuluhan kesehatan
terutama di desa-desa belum maju yang lebih tinggi
di
bandingkan dengan desa maju, yang berarti bahwa penyuluhan
kesehatan sangat dirasakan manfaatnya terutama didesa-desa
belum maju.
Rendahnya persepsi masyarakat tentang penyu-
luhan kesehatan di desa maju, ha1 ini disebabkan karena
adanya berbagai alternatif pilihan dalam pelayanan kesehatan, sehingga tidak saja memanfaatkan PUSKESMAS, melainkan juga datang ke dokter praktek, balai kesehatan
yang ada di kecamatan maupun di kabupaten, selain itu juga
tingkat kemampuan masyarakat desa maju, terutama aspek
ekonomi yang lebih tinggi sehingga le bih mudah memperoleh
pelayanan kesehatan.
Persepsi masyarakat tentang pengaturan dibidang kesehatan ternyata berbagai aturan yang ada sesuai dengan kebutuhan, walaupun dalam
gai tipe daerah.
penerapannya beragam pada berba-
Hal ini disebabkan karena kondisi sosial
ekonomi masyarakat desa belum maju yang masih rendah,
sehingga untuk memenuhi kecukupan gizi sesuai anjuran sering tidak dapat terpenuhi.
Persepsi masyarakat
tentang pelayanan kesehatan
tergolong sedanq. Di desa belum maju, persepsi tentang
fasilitas pelayanan, pemanfaatan fasilitas pelayanan dan
peran petugas pelayanan yang teigolong sedang dan merata
di ketiga tipologi daerah.
Di desa belum maju, persepsi
tentang fasilitas pelayanan, pemanfaatan dan peran petugas
tergolong sedang dan berbeda-beda antara daerah pantai,
viii
,-
persawahan dan perkebunan.
Adanya perbedaan persepsi
tersebut disebabkan karena tersedianya berbagai alternatif
pelayanan kesehatan yang terdapat di desa-desa maju.
analisis persepsi masyarakat tentang penyuluhan
Dari
kesehatan
yang didukung pengaturan dan pelayanan tersebut nampak
bahwa unsur pelayanan lebih dominan dibandingkan dengan
unsur penyuluhan dan pengaturan dalam menumbuhkan persepsi
positif masyarakat sasaran.
Selain itu pelayanan dibidang
kesehatan sangat dirasakan manfaatnya terutama oleh masyarakat di desa-desa belum maju.
,
Secara umum dapat dikemukaan bahwa penyelenggaraan
penyuluhan pembangunan kesehatan belum berlangsung secara
efektif, karena terkonsentrasi pada kegiatan pelayanan.
Di desa maju, persepsi masyarakat tentang penyuluhan
kesehatan lebih beragam dibandingkan masyarakat desa belum
maju.
Dari
skor yang dicapai ternyata unsur penyuluhan,
pengaturan dan pelayanan dalam menumbuhkan persepsi positif masyarakat dibidang kesehatan berada pada kategori sedang
.
4. Persepsi Tentang Penyuluhan
Pembangunan bidang KB
Persepsi masyarakat tentang penyuluhan KB tergolong
sedang, ha1 ini terlihat dari beragamnya
persepsi masya-
rakat di desa belum maju tentang kemampuan penyuluh, kesesuaian materi dan penggunaan metode penyuluhan y
Di desa-desa belum maju, persepsi masyarakat
ix
kemampuan penyuluh tergolong sedang dan berbeda antara
masyarakat daerah pantai, persawahan dan perkebunan. Demikian juga persepsi tentang materi dan ketepatan metode.
Sedangkan persepsi tentang media penyuluhan di semua
daerah adalah sama, yakni media yang digunakan sesuai
materi dan kemampuan
sasaran.
Persepsi tentang pengaturan di bidang KB tergolong
sedang, terutama tentang kesesuaian aturan dengan kebutuh
an dan peran pengatur. Persepsi masyarakat tentang pelayanan berbeda nyata antara desa belum maju dan desa maju.
Desa belum maju dengan nilai skor yang tergolong rendah,
sedangkan desa maju dengan skor yang tergolong sedang.
Dari kajian persepsi masyarakat tentang penyuluhan
pembangunan KB yang didukung pengaturan dan pelayanan KB
ternyata unsur pengaturan lebih dominan dalam menumbuhkan
persepsi positif tentang pembangunan KB dibandingkan dengan unsur penyuluhan dan pelayanan.
Persepsi masyarakat
pantai tentang penyuluhan KB tergolong rendah, terutama
persepsinya tentang kemampuan penyuluh, peran pengatur dan
pelayan, ha1 ini disebabkan kuatnya nilai-nilai tradisional yang dipertahankan masyarakat. Di daerah persawahan
dan perkebunan, persepsi masyarakat tentang penyuluhan KB
tergolong baik, terutama persepsinya tentang penyuluhan
*
dan pengaturan bidang KB.
Dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat tentang
penyuluhan KB masih beragam antara daerah pantai dengan
daerah persawahan dan perkebunan.
Rendahnya persepsi ma-
,
syarakat tentang penyuluhan KB di daerah pantai disebabkan
karena masih kuatnya nilai-nilai tradisional yang berlaku
yang dianggap masih bertentangan dengan nilai-nilai yang
dikembangkan dalam program KB. Masyarakat di daerah persawahan dan perkebunan telah menyadari pentingnya program KB
dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya sehingga mereka
berpersepsi positif tentang penyuluhan KB.
5. Perilaku dan Efektivitas
Penjluluhan Pembangunan
Di desa belum maju dan maju, materi penyuluhan pertanian sesuai dengan kebutuhan masyarakat terutama di daerah
persawahan dan perkebunan sehingga perilaku yang dicapai
tergolong tinggi.
Di daerah pantai, perilaku yang dicapai
tergolong sedang, ha1 ini disebabkan karena materi pengelolaan tambak udang adalah materi baru yang belum sesuai
dengan kondisi perekonomian petani apabila diterapkan.
Efektivitas penyuluhan pertanian, ternyata di daerah
persawahan dan perkebunan tergolong tinggi, sedangkan didaerah pantai tergolong sedang.
Hal ini disebabkan karena
ketersediaan fasilitas pelayanan di daerah tersebut mendukung penerapan materi penyuluhan, pengalaman penyuluh pertanian tanaman pangan dan perkebunan dan materi penyuluhan
sesuai dengan kegiatan masyarakat dalam mengembangkan
usaha taninya.
Perilaku masyarakat di bidang koperasi, ternyata didesa belum maju dan desa maju pada ketiga tipe daerah ber-
,-
beda-beda. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang koperasi
berbeda nyata, namun ketrampilan dan sikap masyarakat
tidak berbeda antara desa belum maju dan desa maju. Penerapan materi koperasi berbeda menurut tipologi daerah,
yakni di persawahan lebih baik dibandingkan dengan perkebunan dan pantai, karena materi penyuluhan koperasi yang
kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
di perkebunan
dan pantai. Secara umum antara desa-desa belum maju dan
desa maju menunjukkan tingkat perilaku perkoperasian yang
sama yaitu tergolong Igsedang."
I
Efektivitas penyuluhan koperasi di daerah persawahan
dan perkebunan, di desa-desa belum maju dan desa maju
tergolong "sedangW, sedangkan di desa pantai
tergolong
"rendah" karena manfaat koperasi belum dirasakan secara
langsung oleh masyarakat,
D i bidang kesehatan, tingkat kognitif masyarakat
tentang penyuluhan kesehatan di desa belum maju dan desa
maju tergolong tinggi, namun tingkat ketrampilannya tergolong sedang. Sikap masyarakat menunjukkan gambaran yang
tidak berbeda nyata antara desa-desa belum maju dan desa
maju. ~ e r a r t imasyarakat telah mengetahui, mengerti dan
menerima materi penyuluhan kesehatan, akan tetapi belum
semuanya menerapkan terutama masyarakat daerah pantai,
karena kondisi sosial ekonomi mereka. Tingkat efektivitas
penyuluhan kesehatan di desa belum maju tergolong sedang,
di desa maju tergolong tinggi yang berarti penyuluhan di
desa maju lebih efektif dibanding desa belum maju.
,
-
Di bidang Keluarga Berencana,
tingkat kognitif,
psikomotorik dan afektif masyarakat di daerah perkebunan
dan persawahan di desa belum maju dan desa maju lebih
tinggi dibanding daerah pantai, karena kuatnya nilai-nilai
tradisional dan kesibukan kerja mereka.
Efektivitas penyuluhan KB di desa belum maju dan desa
ma ju tergolong tinggi, kecuali di daerah pantai. Dengan
demikian secara umum dapat dikemukakan bahwa penyuluhan KB
tergolong efektif.
6. Produktivitas dan Kualitas Usaha
Produktivitas usaha pertanian yang dicapai masyarakat
desa maju lebih tinggi dibanding desa belum maju.
Di
daerah pantai belum maju produktivitas tergolong sedang
(12,lO kw/Ha),
di pantai maju tergolong tinggi (13,36
kw/Ha). Di daerah sawah tidak berbeda nyata antara desa
belum maju dan desa maju (rata-rata 62,53 kw padi per
hektar).
Di daerah perkebunan belum maju produktivitas
tergolong ttsedangu(826,lO kw tebu per hektar), di desa
maju tergolong tttinggiw(860,30 kw/Ha.).
Dapat disimpulkan
bahwa produktivitas pertanian yang dicapai masyarakat desa
belum maju tergolong sedang, desa maju tergolong tinggi.
Perbedaan ini disebabkan oleh perilaku usahatani masyarakat dan kondisi fisik lahan usah;.
Kualitas usaha perkoperasian yang dicapai masyarakat
menunjukkan adanya perbedaan antara tipologi dan tingkat
kemajuan desa. Di desa belum maju, daerah persawahan dan
perkebunan mencapai kualitas "sedangfm masyarakat pantai
mencapai kualitas "rendah." Di desa maju, kualitas koperasi masyarakat perkebunan tergolong tinggi, persawahan
"sedangfn pantai tergolong "rendah."
Tingginya kualitas
koperasi di perkebunan karena aktivitas KUD dalam melayani
petani dalam program TRI bekerja sama dengan Pabrik Gula,
dengan mekanisme kerja yang telah ditentukan.
Kualitas kesehatan yang dicapai masyarakat menunjukkan adanya perbedaan diantara tipologi dan tingkat kemajuan desa. Masyarakat pantai belum maju tergolong rendah,
f
sawah, kebun belum ma ju dan pantai ma ju tergolong sedang,
sawah dan kebun maju kualitas kesehatannya tergolong
ntinggi. "
Kualitas KB masyarakat pantai belum maju tergolong
rendah, sedangkan di daerah lainnya tergolong sedang.
Rendahnya kualitas kesehatan dan KB terutama di Oaerah
pantai belum maju disebabkan oleh nilai-nilai tradisional
dan kemampuan ekonomis masyarakat.
Dapat disimpulkan bahwa produktivitas dan kualitas
yang dicapai oleh penyuluhan pembangunan belum mencapai
hasil yang optimal, kecuali di daerah persawahan maju.
Masyarakat daerah pantai dan perkebunan masih perlu ditingkatkan. Tingkat efektivitas penyuluhan yang dicapai
setiap jenis penyuluhan ternyata* berkaitan dengan tingkat
produktivitas dan kualitas usaha yang dicapai masyarakat.
Dalam kaitan ini, produktivitas yang dicapai di bidang
pertanian tergolong tttinggi,wsedangkan kualitas kesehatan
dan KB tergolong " ~ e d a n g .Kualitas
~
koperasi yang dicapai
tergolong Hrendah.n Dengan demikian masing-masing
jenis
penyuluhan pembangunan perlu merumuskan strategi penyuluhan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat
sasaran.
7 , nubungan Persepsi dengan Keragaan
Perilaku Xasyarakat
Hubungan persepsi masyarakat tentang penyuluhan pembangunan yang didukung pengaturan dan pelayanan dengan
I
keragaan perilakunya adalah "positiffBg terutama persepsinya tentang ketepatan metode, kesesuaian, kemampuan penyuluh, peran petugas pelayanan, ketersediaan fasilitas pelayanan, peran pengatur dan kesesuaian aturan, namun beragam
antara tingkat kemajuan dan tipologi daerah.
Keragaman
persepsi tersebut menunjukkan bahwa berbagai program pembangunan yang diberlakukan sama pada berbagai tingkat
kemajuan
desa dan
tipologi daerah, ternyata me- menim-
bulkan persepsi yang berbeda-beda.
Persepsi masyarakat tentang penyuluhan pembangunan,
di bidang pertanian menunjukkan hubungan nyata dengan
keragaan perilakunya, namun berbeda nyata antar tipologi
daerah.
Perubahan perilaku masyarakat tersebut terutama
di daerah pantai terjadi pada asgek kognitif yang disebabkan unsur penyuluhan, pengaturan dan pelayanan.
persawahan dan perkebunan
di daerah
terjadi pada seluruh kawasan
baik kognitif, psikomotor maupun afektif yang dise
karena unsur penyuluhan dan pelayanan.
xv
Di bidang koperasi, perubahan perilaku masyarakat didaerah pantai pada aspek psikomotor dan afektif yang disebabkan unsur pengaturan dan pelayanan.
Di daerah persawa-
ban dan perkebunan keseluruh aspek baik kognitif, psikomotor dan afektif yang disebabkan adanya unsur penyuluhan,
pengaturan dan pelayanan.
Di bidang kesehatan, perubahan
perilaku masyarakat pantai terutama pada kawasan kognitif,
masyarakat persawahan pada kawasan kognitif dan psikomotor
sedangkan masyarakat perkebaunan pada ketiga kawasan, yang
disebabkan oleh unsur pengaturan dan pelayanan.
Di bidang
KB, perubahan perilaku masyarakat pantai baru pada kawasan
kognitif, sedangkan masyarakat persawahan dan perkebunan
pada ketiga aspek yang disebabkan unsur pengaturan, pengaturan
dan
pelayanan.
Tingkat keragaan perilaku masyarakat pada setiap
je-
nis penyuluhan diikuti dengan tingkat produktivitas hasil
dan kualitas usaha yang dicapai masyarakat.
Dalam ha1 ini
materi pertanian mencapai tingkat produktivitas '*tinggi,"
materi di bidang KB mencapai kualitas "sedang." materi di
bidang koperasi dan kesehatan tergolong "rendah."
Secara umum dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat tentang penyuluhan pembangunan yang didukung pengaturan dan pelayanan menunjukkan hubungan nyata dengan keraga-
.
an perilaku masyarakat, namun berbeda nyata antar tipologi
daerah, terutama persepsinya tentang ketepatan metode,
kesesuaian materi, kemampuan penyuluh, peran pelayanan dan
ketersediaan fasilitas pelayanan, peran pengatur dan kese-
suaian aturan.
Berarti bahwa penerapan unsur-unsur penyu-
luhan secara tepat (sesuai dengan tipologi daerah), yang
didukung dengan ketersediaan fasilitas sarana dan prasarana dan dengan pengaturan dalam kegiatan usaha akan dapat
meningkatkan keragaan perilaku masyarakat.
Meningkatnya keragaan perilaku masyarakat di bidang
pertanian dan bidang kesehatan menunjukan hubungan nyata
dengan produktivitas pertanian dan kualitas kesehatan, namun tidak berbeda nyata di bidang KB dan koperasi.
Dari hasil penelitian tersebut, dapat disarankan bahwa perlu dirumuskan strategi penyuluhan pembangunan masyarakat pedesaan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan
masyarakat.
Hal ini ditempuh dengan jalan: (a) mening-
katkan keprofesionalan penyuluh, (b) perencanaan yang terpadu dalam penyuluhan di tingkat daerah sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat, (c) koordinasi dan integrasi
antar unsur-unsur penyuluhan, pengaturan dan pelayanan dalam pencapaian tujuan penyuluhan. Dengan koordinasi,
dimaksudkan semua pihak yang terlibat bekerja sama, bertukar informasi, saling mengisi dan saling menunjang dalam
perencanaan dan pelaksanaan. Dengan integrasi dimaksudkan
semua pihak yang terlibat menyatukan diri dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, maupun penilaian dalam
penyuluhan pembangunan.
.
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PENYULUHAN PEKBANGUNAN
DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT PEDESAAN
O l e h :
S U G I Y A N T O
PPN 88531
Disertasi Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Doktor
pada
Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUD1 ILMU PENYULUHAN PEMBANGUNAN
PROGRAM PASCASARJAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Penelitian
: P W K P S I MASYARARAT TgblTAXG P m U E A N
PEMBANGVHAN D
KAT PEDESAAN
W PEXBA2ZGVHAN MAS=-
Nama Mahasiswa
Nornor Pokok
(Prof.Dr.
&M.P.
Tjondronegoro)
(Dr. Pang 5 . Asngari)
Anggota
I
(Dr-H. Prabowo Tjitropranoto)
Anggota
2. Ketua Program Studi
Ilmu Penyuluhan Pemban
Tanggal Lulus:..?S,Februari 1996
-2
'.
(Dr.Ir. Kooswardhono EIudikdjo)
Anggota
Program Pascasarjana
Penulis dilahirkan pada tanggal 26 Juni 1955 di Tulungagung, Jawa Timur.
Penulis adalah anak kedua dari
ayah bernama Sumino (Almarhum) dan ibu bernama Munasiati.
Dalam jenjang pendidikan, setelah penulis lulus dari
Sekolah Menengah Atas Negeri di Pangkalan Berandan (Sumate.sra Utara) tahun 1973, pada tahun 1974 penulis melanjutkan
pendidikan di Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya
Malang, dan lulus sebagai Sarjana Pertanian, Jurusan Sosia1 Ekonomi pada tahun 1979.
Pada tahun 1980 penulis mem-
peroleh kesempatan mengikuti program S2 Program Studi
Statistika Terapan di Institut Pertanian Bogor, dan lulus
pada tahun 1983.
Pada tahun 1988 penulis terdaftar seba-
gai mahasiswa Pascasarjana program Doktor (S3) pada Institut Pertanian Bogor dalam Program Studi Ilmu Penyuluhan
.
Pembangunan (PPN)
'Dalam jenjang kekaryaan, penulis pernah menjabat Ketua Jurusan Sosial Ekonomi di Universitas Islam Malang
(UNISMA), tahun 1984, sebagai Dekan Fakultas Pertanian di
Universitas Widya Gama Malang (tahun 1985-1988) dan Kepala
Bagian Akademik di Universitas Brawijaya Malang (tahun
1986-1987).
Tahun 1986, bersama rekan-rekan
di Universi-
tas Brawijaya mendirikan Yayasan Pengembangan Pedesaan,
dengan tujuan dapat
mengka ji d&
menghayati sesta pemer-
hati kehidupan masyarakat pedesaan.
Penulis beristerikan Keppi Sukesi dan di karuniai empat putri bernama: nHenny Rosalinda, Ajar Bela Kartika
(Almarhumah), Dewiyanti Liliana, dan Rita Diana Melati."
,
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan berkah, rakhmat dan hidayahNya,
maka dapatlah penulis selesaikan disertasi dengan judul
ggPersepsiMasyarakat tentang Penyuluhan Pembangunan dalam
Pembangunan Masyarakat Pedesaanw sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan studi program S3 di Institut Pertanian
Bogor.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima
kasih kepada Bapak Prof.Dr.R.
H-Margono Slamet, selaku Ke-
tua Komisi Pembimbing, atas naseha't, bimbingan, serta perhatian beliau kepada penulis selama ini.
penghargaan
Terimakasih dan
yang sama penulis sampaikan kepada Bapak
Prof-Dr. Sediono M.P.Tjondronegoro,
Bapak Dr. Pang S. As--+
ngari, Bapak Dr. H. Prabowo Tj itropranoto , dan Bapak Dr. Ir.
Kooswardhono Mudikdjo, selaku anggota komisi pembimbing
yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan
bimbingan kepada penulis sehingga dapatnya penulis menyelesaikan disertasi ini.
Kepada Bapak Rektor Institut Pertanian Bogor dan
Bapak Direktur Program Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor, penulis menyampaikan terimakasih atas kebijaksanaannya dan kelancaran administrasi yang sangat menentukan
.
bagi terselenggaranya studi dan penyusunan disertasi ini.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak
Rektor dan Bapak D-ekan Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya, tempat penulis bekerja, yang telah memberi izin
mengikuti pendidikan S-3 kepada penulis.
Ucapan terimaka-
kasih juga penulis sampaikan kepada Nuffics, sponsor untuk
Ilmu-ilmu Sosial Universitas Brawijaya Malang, yang telah
memberikan beasiswa kepada penulis hingga dapatnya penulis
menyelesaikan pendidikan ini. Bagi mereka yang telah membantu penulis, baik dengan tenaga, dana maupun sumbangan
.pemikiran dalam penyusunan disertasi ini, teristimewa kepada kedua orang tua penulis, istri penulis Keppi Sukesi,
serta anak-anak penulis yakni Henny Rosalinda, Ajar Bela
Kartika (Almarhumah), Dewiyanti Liliana, dan Rita Diana
f
Melati disampaikan terimakasih yang dalam atas bantuan,
dorongan, serta doa yang telah diberikannya hingga akhir
penyelesaian pendidikan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih
jauh dari sempurna. Karenanya, apabila terdapat kekurangan
dalam tulisan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.
Semoga segala ha1 yang diungkapkan dalam disertasi
ini dapat bermanfaat bagi upaya pengembangan penyuluhan
pembangunan untuk masyarakat pedesaan di masa mendatang.
Akhirnya, hanya Allah SWT, yang maha pengasih dan
penyayang yang dapat membalas semua amal baik semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian pendidikan penulis
di Institut Pertanian Bogor.
Penulis
DAFTAR IS1
Halaman
KATA PEXGANTAR
DAFTARTABEL
DAFTAR GAMBAR
I
.................
..................
.................
. PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . .
Latar Belakang Masalah . . . . . . . . .
Masalah Penelitian . . . . . . . . . . .
...........
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
..........
. KAJ1A.N PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . .
I1
Pengertian Dasar Pembangunan Masyarakat
Pedesaan
................
Konsep Masarakat Pedesaan Indonesia
...
...........
............
.....
Konsep Penyuluhan Pembangunan . . . . . .
Konsep Masyarakat
Konsep Pedesaan
Konsep Pembangunan Pedesaan
Pengaturan dan Pelayanan dalam Pembangunan
Masyarakat Pedesaan
...........
Keterkaitan Unsur-unsur Pembangunan dalam
.
Mengubah Perilaku Masyarakat Pedesaan
Persepsi Masyarakat tentang
Pembangunan
...............
.
I11
. KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS . . . . . . . .
Kerangka Berpikir
Hipotesis
............
................
i
ii
iii
............
Penentuan Lokasi . . . . . . . . . . . .
. .. .. .. . . .
Pemilihan Responden
IV. METODOLOGI PENELITIAN
81
81
..... . ... .. .
Pengujian Kesahihan dan Keterandalan. . .
Metode Analisis
............
Pengumpulan Data
...
HASIL PENELITIAN dan PEMBAIIASAN . . . . . . .
Keadaan Umum Daerah
..........
Difinisi Peubah dan Cara Pengukuran
V.
Profil Daerah Penelirtian dan
Karakteristik Responden
......
......
Potensi Sumberdaya Manusia
....
Pola Penggunaan Lahan
Persepsi Masyarakat tentang Penyuluhan
Pembangunan dalam Pembangunan Masyarakat
.
.
Pedesaan
.... ..
.......
115
Persepsi Masyarakat tentang Penyu.
luhan Pertanian
116
Persepsi Masyarakat tentang Penyuluhan Koperasi
142
Persepsi Masyarakat tentang Penyuluhan Kesehatan
160
Persepsi Masyarakat tentang Penyu.. .
luhan KB
180
..........
..........
..........
....
.
.....
Keragaan Perilaku Masyarakat dalam
Penyuluhan Pembangunan Masyarakat Desa
..
202
Keragaan Perilaku dalam
Penyuluhan Pertaniap
........
205
Keragaan Perilaku dalam
Penyuluhan Koperasi
210
........
Keragaan Perilaku dalam
Penyuluhan Kesehatan .
......
.
214
Keragaan Perilaku dalam
Penyuluhan Keluarga Berencana
...
217
....
Produktivitas di bidang Pertanian. .
Kualitas Usaha di bidang Koperasi. .
Produktivitas dan Kualitas
Usaha
225
225
229
Kualitas Masyarakat di bidang Kesehatan
...............
Kualitas Usaha di bidang KB . . . .
233
237
...
240
.........
241
Efektivitas Penyuluhan Pembangunan
Efektivitas Penyuluhan Pembangunan Pertanian
I
Efektivitas Penyuluhan Pembangunan Koperasi
243
Efektivitas Penyuluhan Pembangunan Kesehatan
245
.........
.........
Efektivitas Penyuluhan Pembangunan Keluarga Berencana
....
246
Hubungan Persepsi Masyarakat tentang Penyuluhan Pembangunan dengan Keragaan Perilakunya dalam Menerapkan Hasil-hasil Penyuluhan. 248
Hubungan Persepsi Masyarakat tentang
Penyuluhan Pembangunan dengan Keragaan
Perilaku Sasaran di Bidang Pertanian
. 250
Hubungan Persepsi Masyarakat tentang
Penyuluhan Pembangunan dengan Keragaan
Perilaku Sasaran di Bidang Koperasi
. . 256
Hubungan Persepsi Masyarakat tentang
Penyuluhan Pembangunan dengan Keragaan
Perilaku Sasaran di Bidang Kesehatan
.
261
Hubungan Persepsi M?syarakat tentang
Penyuluhan Pembangunan dengan Keragaan
Perilaku Sasaran di Bidang KB
264
Hubungan Keragaan Perilaku Masyarakat
dengan Produktivitas dan Kualitas
Usaha
266
....
................
.................
268
..............
298
VI
. PEMBAHASAN
UMUM
VII
. KESIMPULAN
DAN SARAN
.................
Saran-saran . . . . . . . . . . . . . . . .
Kesimpulan
298
313
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
1.
2.
3.
4.
5.
Sebaran Responden pada setiap tipologi daerah dan Tingkat Kemajuan Desa.
..
83
Skore Kriteria Hirarkhis Kawasan perilaku
Masyarakat
85
Keadaan Curah Hujan di ketiga tipe
daerah pada tahun 1990
94
Keadaan Hari Hujan di ketiga tipe
daerah pada tahun 1990
95
Keadaan topografi di tiga tipe daerah,
di Jawa Timur
97
98
................
.........
.........
..............
Tabel
6.
Pola Penggunaan Lahan di ketiga tipe desa
Tabel
7.
Jumlah Penduduk, kepadatan, sex-ratio,
dan kelompok umur
Tabel
8.
Karakteristik Individu Responden yang
Mengikuti Penyuluhan Pertanian
Tabel
9.
Skor Karakteristik Individu di
Bidang Pertanian
. . . . . . . . . . . . 101
. . . . . . 103
. . . . . . . . . . . . . 105
Tabel 10.
Karakteristik Individu Responden yang
Mengikuti Penyuluhan Koperasi
Tabel 11.
Skor Karakteristik Individu di
Bidang Koperasi
Tabel 12.
Karakteristik Individu Responden yang
Mengikuti Penyuluhan Kesehatan
Tabel 13.
Skor Karakteristik Individu di
Bidang Kesehatan
Tabel 14.
Karakteristik Individu Responden yang
Mengikuti Penyuluhan KB
Tabel 15.
Skor ~arakteristikIndividu di
BidangKB . . . . . . . . . . . . . . . . I 1 4
Tabel 16.
Persentase Persepsi Responden tentang
Penyuluhan ~ertanian
Tabel 17.
Skor Persepsi Responden tentan
Penyuluhan Pembangunan Pertani
. . . . . . 107
. . . . . . . . . . . . . 108
. . . . . . 110
. . . . . . . . . . . . . 111
. . . . . . . . . 113
.......
Tabel 18.
Uji Beda Rata-rata Skor Persepsi Masyarakat tentang Penyuluhan Pertanian
Tabel 19.
Persentase Persepsi Responden tentang
Penyuluhan Koperasi
Tabel 20.
Skor Persepsi Responden tentang
Penyuluhan Pembangunan Koperasi
Tabel 21.
Uji Beda Rata-rata Skor Persepsi Masyarakat tentang Penyuluhan Koperasi
Tabel 22.
Skor Persepsi Responden tentang
Penyuluhan Pembangunan Kesehatan
Tabel 23.
Persentase Persepsi Responden tentang
Penyuluhan Kesehatan
Tabel 24.
Uji Beda Rata-rata Skor Persepsi MaKesehatan
syarakat tentang Pen-luhan
Tabel 25.
Persentase Persepsi Responden tentang
Penyuluhan Pembangunan KB
Tabel 26.
Skor Persepsi Responden tentang
Penyuluhan Pembangunan KB
Tabel 27.
Uji Beda Rata-rata Skor Persepsi Masyarakat tentang Penyuluhan KB
Tabel 28.
Persentase Keragaan Perilaku
Sasaran di bidang Pertanian
Tabel 29.
. . 139
. . . . . . . . . 143
. . . . . 156
. . . 159
. . . . . 161
. . . . . . . . . . . 177
. . 179
. . . . . . . . 181
. . . . . . . . 197
. . . . . . 199
. . . . . . . 206
Skor Keragaan Perilaku Masyarakat
di bidang Pertanian . . . . . . . . . . . 207
Tabel 30.
Persentase Keragaan Perilaku Masyarakat di bidang Koperasi
Tabel 31.
Rata-rata Skor Keragaan Perilaku
Responden di bidang Koperasi
Tabel 32.
Persentase Keragaan Perilaku Masyarakat di bidang Kesehatan
Tabel 33.
Skor Keragaan Perilaku yang dicapai
Responden di bidang Kesehatan
Tabel 34.
Persentase Keragaan Perilaku Sasaran dalam bidang KB
Tabel 35.
Skor Perilaku yang dicapai
Responden di bidang KB
. . . . . . . . 210
. . . . . . . 213
. . . . . . . . 214
. . . . . . 217
. . . . . . . . . . 218
. . . . . . . . . . 220
Tabel 36.
Produktivitas Hasil Pertanian yang dicapai Sasaran diketiga tipe Daerah
Tabel 37.
Persentase Responden menurut produktivitas Pertanian yang diperoleh
. . . 227
.
228
Tabel 38.
Skore Kualitas Usaha Masyarakat Sasaran
di Bidang Koperasi
Tabel 39.
Persentase Responden menurut Kualitas
Usaha di Bidang Koperasi
Tabel 40.
Skore Kualitas Kesehatan yang dicapai
Responden
Tabel 41.
Persentase Responden menurut Kualitas
Kesehatan yang dicapai Sasaran
Tabel 42.
Skore Kualitas kegiatan KB yang
dicapai Sasaran
Tabel 43.
Persentase Responden menurut Kualitas
Kegiatan KB yang dicapai Sasaran
Tabel 44.
Tingkat Efektivitas Penyuluhan Pebangunan yang dicapai di bidang Pertanian
. . . . . . . . . . . 230
. . . . . . . . 232
. . . . . . . . . . . . . . -235
. . . . . 236
. . . . . . . . . . . . . 237
. . . . 238
.
Tabel 45.
Tingkat Efektivitas Penyuluhan Pebangunan yang dicapai di bidang Koperasi
Tabel 46.
Tingkat Efektivitas Penyuluhan Pebangunan yang dicapai di bidang Kesehatan
Tabel 47.
Tingkat Efektivitas Penyuluhan Pebangunan yang dicapai di bidang KB
Tabel 48.
Hubungan Persepsi tentang Penyuluhan
Pembangunan dengan Keragaan Perilaku
Sasaran dibidang Pertanian
241
. . . . 244
. . . 246
. . . . . . . 247
. . . . . . . . 250
Tabel 49.
Hubungan Persepsi tentang Penyuluhan
Pembangunan dengan Keragaan Perilaku
Sasaran dibidang Koperasi
. . . . . . . . 256
Tabel 50.
Hubungan Persepsi tentang Penyuluhan
Pembangunan dengan Keragaan Perilaku
Sasaran dibidang Kesehatan
. . . . . . . . 262
Tabel 51.
Hubungan Persepsi tentang Penyuluhan
Pembangunan dengan Keragaan Perilaku
Sasaran dibidang KB
. . . . . . . . . . . 265
Tabel 52.
Hubungan Keragaan Perilaku Sasaran
dengan Produktivitas dan Kualitas
Usaha
..................
266
Halaman
.
1. Mekanisme Pembentukan Persepsi menurut
Litterer (Asngari 1984)
...........
63
2. Kerangka Pikir Keterkaitan Unsur Penyuluhan,
.
Pengaturan dan Pelayanan dalam pencapaian
Tujuan Penyuluhan
..............
76
3. Kerangka Analisis Keterkaitan Persepsi Ma-
syarakat tentang Penyuluhan yang didukung
Pengaturan dan Pelayanan dengan Keragaan
Perilaku dan Produktivitas/Kualitas Usaha
..
78
Latar Belakang nasalah
Pembangunan desa pada dasarnya merupakan suatu proses
perubahan di dalam masyarakat pedesaan yang diarahkan pada
terciptanya kehidupan yang lebih baik bagi seluruh masyarakat pedesaan dengan partisipasi aktif dan jika mungkin
dengan inisiatif masyarakat itu sendiri. Memang seharusnya
membangun desa adalah kewajiban masyarakat desa itu sendiri, karena merekalah yang lebih mengetahui akan kebutuhan utama yang h a m s dipnuhi terlebih dahulu sesuai dengan
sekala prioritas yang mereka buat.
Persepsi masyarakat
terhadap pembangunan akan semakin meningkat apabila dalampenyelenggaraan pembangunan tersebut mereka senantiasa
dilibatkan.
Pembangunan daerah di Indonesia dalam Repelita VI
merupakan kelanjutan pembangunan dalam Repelita-Repelita
sebelumnya yang dilaksanakan berdasarkan Undang-undang
Dasar 1945 dan Garis-garis Besar Haluan Negara. Pembangunan daerah merupakan upaya pencapaian sasaran nasional didaerah maupun di desa-desa yang menghadapi beragam masalah, potensi, aspirasi, dan beragam persepsi masyarakat di
daerah-daerah.
Pencapaian tujuan pembangunan masyarakat
yakni perubahan perilaku masyarakat pedesaan dari semula
berpikir tradisional menjadi berpikir progresif, semula
berpikir lokalit menjadi berpikir kosmopolit
senantiasa
perlu ditingkatkan terutama melalui partisipasi masyarakat
pedesaan itu sendiri dan peran aktif berbagai lembaga yang
ada dipedesaan ataupun dengan bantuan berbagai pihak dari
luar yang terkait dalam kegiatan pengaturan, penyuluhan
dan pelayanan dalam pembangunan melalui prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi pihak-pihak tersebut pada
setiap gerak pembangunan yang dilakukan di pedesaan.
Perkembangan desa-desa di Indonesia dewasa ini telah
mencapai banyak kemajuan, baik di bidang fisik desa maupun
peningkatan sumberdaya manusia
(GBHN, 1993).
Tingkat
kemajuan desa menurut Departemen Dalam Negeri dapat dikelompokkan kedalam tiga tipologi desa, yaitu tipe (a) desa
swadaya (6,10%) , desa swakarya (44,50%) , dan desa swasembada (49,40%).
Ini berarti persentase pencapaian desa
swasembada masih perlu t e n s ditingkatkan dalam pembangunan pada tahap berikutnya, terutama dalam PJPT I1 mendatang
dalam menyambut era tinggal landas (Su'ud, 1993).
Pada akhir Pelita V, perkembangan pembangunan pedesaan telah menunjukkan peningkatan, ha1 ini didukung oleh
adanya peran kelembagaan di pedesaan yang mengatur dan
memberikan pelayanan berbagai inovasi baru kepada masyarakat pedesaan.
Meningkatnya persepsi masyarakat pedesaan
terhadap pembangunan terutama dalam pemanfaatan sumberdaya
alam secara optimal di pedesaan terlihat dari semakin me-
.
ningkatnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan di pedesaan itu sendiri.
Mardjono dan Soesmanto
(1988) mengidentifikasi adanya 15 jenis kelembagaan yang
mendukung program pembangunan yang ditujukan kepedesaan,
meliputi kelembagaan di sektor pertanian dan pengairan,
sektor industri, sektor pertambangan dan energi, sektor
perhubungan dan pariwisata, sektor perdagangan dan koperasi, sektor tenagakerja dan transmigrasi, sektor pembangunan daerah, desa dan kota, sektor agama, sektor pendidikan,
generasi muda, kebudayaan nasional dan kepercayaan terhadap Tuhan YME, sektor kesehatan, kesejahteraan rakyat,
peranan wanita, kependudukan dan KB, sektor perumahan
rakyat dan pemukiman, sektor penerangan dan komunikasi sosial, sektor ilmu pengetahuan, teknologi dan penelitian,
sektor pengembangan dunia usaha; sektor sumber daya alam
dan sektor lingkungan hidup. Selain itu, peran kelembagaan
informal di pedesaan, seperti adanya kelompok tani, kelompencapir, kelompok pemakai air ( P 3 A ) ,
kelompok pengajian
dan kelompok lainnya turut mendukung dan memperlancar keberhasian pembangunan di pedesaan.
Menurunnya jumlah penduduk miskin dari 70 juta jiwa
(60%) pada tahun 1970 menjadi 27,2 juta (15,1%) pada tahun
1990 merupakan indikasi keberhasilan program pembangunan
baik sektoral maupun regional yang langsung maupun tidak
langsung ditujukan menanggulangi kemiskinan (Bappenas,
1993)
.
Namun demikian, masih dijumpai adanya kesen jangan
tingkat kualitas kehidupan masyarakat sebagai akibat pem-
.
bangunan baik antar masyarakat pedesaan itu sendiri maupun
antar masyarakat pedesaan dengan masyarakat perkotaan.
Kesenjangan tersebut dapat dilihat dari beberapa ha1 antara lain karena : (1) masih adanya masyarakat dengan kualitas hidup dibawah garis kemiskinan,
(2) belum meratanya
pembangunan di pedesaan; di bidang kependudukan : (1) terjadinya pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi , (2) meningkatnya pengangguran dan kurang berimbangnya komposisi
penduduk dalam beban dan tanggungan (Dependency Ratio); di
bidang kesehatan, rendahnya kualitas kesehatan lingkungan,
banyaknya perumahan yang tergolong kumuh dan kurang tersedianya air bersih terutama untuk masyarakat desa, bahkan
kebanyakan diantara mereka kekurangan gizi sehingga mengurangi kemampuan bekerja; disektor usaha, masih lambatnya
perkembangan pembangunan disektor non-pertanian, seperti
usaha industri kecil pede-saan, kerajinan rumah tangga,
transportasi
dan usaha-usaha lainnya.
Menteri Dalam Ne-
geri (1989) menyebutkan bahwa hingga saat ini masih dijumpai adanya: desa-desa yang bermasalah khusus dalam pengembangannya, desa-desa yang sedikit sekali memperoleh dampak
pembangunan, dan desa-desa dalam kawasan yang relatif terbelakang dan terpencil, sehingga berdampak terhadap rendahnya tingkat kualitas hidup masyarakatnya.
Sajogyo (1980), Singarimbun (1978), Mulyanto dan Evers
(1982) mengemukakan bahwa permasalahan utama yang dihadapi
masyarakat pedesaan saat ini adalah masalah kemiskinan.
Hal ini sebagai akibat : (1) kurangnya modal dan tabungan
.
yang dimiliki, (2) rendahnya tingkat kesehatan dan gizi,
(3) terjadinya pengangguran dan (4) rendahnya persepsi
mereka dalam pembangunan yang berlangsung di pedesaan.
Sebagai penyebab ha1 tersebut adalah terbatasnya kesempatan mengikuti pendidikan baik formal maupun non-formal,
terisolir dan terpencil sehingga berakibat terhadap rendahnya persepsi mereka dalam menerima ide-ide baru, kurang
tanggap terhadap adanya informasi, kemampuan terbatas dalam pembangunan, kurang memanfaatkan potensi sumberdaya,
dan usaha yang dilakukan kurang berorientasi pasar.
Dilihat dari pekerjaan dan pendidikan penduduk,
ternyata sebagian besar penduduk Indonesia berada dan bekerja di pedesaan (> 70 persen), dengan tingkat pendidikan
tergolong rendah (Hasil sensus penduduk tahun 1990
menun-
I
jukkan bahwa angkatan kerja di Indonesia yang hanya berpendidikan SD mencapai 67 persen, umumnya mereka tidak
tamat SD, bahkan masih ada yang buta huruf).
Masih ren-
dahnya tingkat pendidikan yang dicapai sebagian besar
penduduk pedesaan tersebut menyebabkan persepsi mereka
terhadap pembangunan rendah dan kesempatan kerja terbatas.
Terbatasnya kesempatan kerja bagi penduduk mengakibatkan
rendahnya pendapatan yang diperoleh dan pada gilirannya
menimbulkan kemiskinan masyarakat dipedesaan.
Peningkatan
jumlah angkatan kerja selama periode 1983-1988 mencapai
2 - 8 persen yaitu dari 63,5 juta orang menjadi 72,8 juta
sehingga diperlukan penyediaan lowongan pekerjaan sebanyak
6,l juta jiwa (Proyeksi BPS tahun 1990). Demikian pula
produktivitas masyarakat seperti yang diungkapkan Djojohadikosumo (1987) tergolong sangat rendah.
Apabila produk-
tivitas pekerja dihitung dalam satuan waktu bekerja 35 jam
perminggu maka hanya 45 persen orang Indonesia yang bekerja tergolong produktif.
Padahal di Korea Selatan, Singa-
pura dan Taiwan sebagai negara Industri baru, para pekerjanya bekerja mencapai 52 jam per minggu.
Berbagai usaha pembangunan yang ditujukan kepada
masyarakat pedesaan guna meningkatkan pengetahuan dan
persepsi mereka terhadap pembangunan telah dilakukan oleh
berbagai pihak, namun hasilnya belum mencapai tujuan seperti yang diharapkan.
Ndraha (1984) mengemukakan bahwa
pelaksanaan pembangunan yang ditujukan ke pedesaan masih
dirasakan kurang terpadu baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendaliannya, sehingga dilapangan sering
terjadi tumpang tindih dalam kegiatannya.
Penyelenggaraan
penyuluhan di pedesaan, saat ini terbatas dilakukan oleh
pihak-pihak tertentu saja seperti : (1) penyuluhan pertanian,
(2) penyuluhan koperasi,
(3) penyuluhan kesehatan
dan (4) penyuluhan Keluarga Berencana yang lebih mengutamakan kepentingan program masing-masing, sehingga secara
langsung maupun tidak langsung menyebabkan terjadinya saling tumpang tindih dalam penyampaian
ngunan maupun dalam pelaksanaannya.
pesan-pesan pembaPeranan penyuluhan
dalam pembangunan yakni mengubah perilaku masyarakat dan
meningkatkan kemandirian mereka dengan maksud agar mereka
memiliki persepsi yang tinggi terhadap pembangunan sehingga mereka tidak saja dijadikan sebagai obyek pembangunan,
*
tetapi diharapkan juga mereka sebagai subyek dalam penyelenggaraan pembangunan (Slamet, 1990).
Dalam ha1 kelembagaan di pedesaan, masih dihadapi
berbagai kendala baik kelembagaan formal maupun kelembagaan informal yang belum berfungsi sebagai pengatur dan pemberi pelayanan kepada masyarakat seperti yang diharapkan.
Lembaga pemerintah desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 5
tahun 1979 masih dirasakan belum berfungsi secara optimal,
dalam ha1 ini kemampuan aparat dalam menjalankan perannya
sebagai pengatur dan pelayan masih perlu ditingkatkan.
Persepsi masyarakat terhadap adanya Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) sebagai wadah penyampaian aspirasi
masyarakat desa dirasakan masih rendah, ha1 tersebut tampak dari kegiatannya yang masih mengutamakan penerapan
aturan dari atas desa sehingga terkesan sebagai alat perpanjangan tangan pemerintah.
Selain itu, wadah Koperasi
Unit Desa yang dibentuk guna mendukung perekonomian pedesaan khususnya sebagai sokoguru perekonomian rakyat dipedesaan belum dimanfaatkan optimal.
Pelayanan kesehatan
melalui PUSKESMAS dan POSYANDU serta pelayanan KB kepada
masyarakat dan berbagai pelayanan lainnya dirasakan belum
efektif dilaksanakan terutama di pedesaan.
Dari gambaran yang dikemukakan di atas memberikan pelajaran bahwa terjadinya kesenjangan antar masyarakat
dibidang ekonomi, kesehatan dan pendidikan khususnya dipedesaan
disebabkan karena adanya persepsi yang berbeda-
beda tentang pembangunan, selain itu juga kurang terpadunya penyelenggara pembangunan dalam menjalankan perannya,
baik peran sebagai penyuluh, peran
sebagai pengatur, mau-
pun peran sebagai petugas pelayanan.
Kurangnya kesesu-
aian antara ide-ide baru (materi penyuluhan) yang diberikan kepada masyarakat dengan kebutuhan yang mereka hadapi,
belum tepatnya penggunaan metode dan media penyuluhan serta relatif rendahnya kemampuan masyarakat dalam menerima
ide-ide baru tersebut sehingga menyebabkan belum efektif
hasil-hasil penyuluhan pembangunan yang telah berlangsung
selama ini.
Keterkaitan unsur-unsur penyuluhan pembangunan yang
didukung dengan pengaturan dan lpelayanan dalam mengubah
perilaku masyarakat dirasakan penting terutama dalam meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan perubahan sikap
masyarakat pedesaan sehingga mereka menjadi lebih tahu,
lebih mampu dan mau meningkatkan kesejahteraan hidupnya
kearah yang lebih baik daripada sebelumnya.
Lebih lanjut
dalam penelitian ini ingin menganalisis persepsi masyarakat pedesaan tersebut tentang unsur-unsur pembangunan yang
ada, terutama unsur penyuluhan yang didukung dengan unsur
pengaturan dan pelayanan,
serta menganalisis hubungan
unsur-unsur pembangunan tersebut terhadap keragaan perilaku masyarakat pedesaan.
Masalah Penelitian
.