TAUFIK RIZALDI, 2016 PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN ANIMASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN KONSTRUKSI BANGUNAN DI SMK PEKERJAAN UMUM NEGERI BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan KKM yang berlaku di sekolah SMK PU Bandung sebesar 2,67. Pada Diagraam 4.2 diatas dapat disimpulkan bahwa pada kelas
eksperimen hanya terdapat 14 responden atau setara dengan 40 siswa yang dinyatakan LULUS dan 21 responden atau setara 60 siswa yang dinyatakan
BELUM LULUS. Sedangkan pada kelas kontrol ada 16 responden atau setara dengan 47 siswa yang dinyatakan LULUS dan 18 responden atau setara
dengan 52,95 siswa yang dinyatakan BELUM LULUS. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa kelas eksperimen memiliki presentase kelulusan dan nilai
rata-rata lebih kecil dari kelas kontrol.
2,63
0,4 3,7
1,65 2,71
0,41 3,54
1,72 1
2 3
4
Nilai Rata-rata SD
Xmax Xmin
Perbandingan nilai Pre-Test
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 20152016
Diagram 4.2. Presentase Kelulusan nilai Pre-Test
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 20152016
Diagram 4.1 Perbandingan nilai Pre-Test
[VALUE ]
respon den;
[PERCE NTAGE]
[VALUE ]
respon den;
[PERCE NTAGE]
Presentase Kelulusan Kelas Eksperimen
LULUS TIDAK LULUS
[VALUE ]
respon den;
[PERCE NTAG
… [VALUE
] respon
den; [PERCE
NTAG …
Presentase Kelulusan Kelas Kontrol
LULUS TIDAK LULUS
2. Data Skor Post-Test
Tes akhir Post-test diberikan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan. Data post-test ini diambil baik pada kelas kontrol
maupun kelas eksperimen dan kemudian berpedoman pada KKM akan terlihat jumlah siswa yang akan dinyatakan lulus. Berikut ini adalah tabel
hasil nilai Post-Test yang diperoleh dari kelas Eksperimen dam kelas Kontrol.
Kelas Tugas ke
Rata-rata 1
2 3
4
Eksperimen 3,37
3,26 3,37
3,62 3,41
Kontrol 3,00
2,98 2,82
2,98 2,94
Pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 diatas dapat dilihat perbandingan nilai post-test antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan perolehan rata-
rata dari keempat post-test, kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata 3,41 nilai tertatas 3,77 dan nilai terendah 3,13 dengan standar deviasi 0,19.
sedangkan kelas kontrol memiliki nilai rata-rata 2,94 nilai teratas 3,50 dan nilai terendah 0,67 dengan standar deviasi 0,49. Dari hasil tersebut terlihat
bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari nilai rata-rata kelas kontrol.
3,41
0,19 3,77
3,13 2,94
0,49 3,5
0,67 1
2 3
4
Nilai Rata-rata SD
Xmax Xmin
Perbandingan nilai Post-Test
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Tabel 4.2. Data Skor Post-test
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 20152016
Diagram 4.3. Perbandingan Skor Post-Test
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 20152016
TAUFIK RIZALDI, 2016 PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN ANIMASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN KONSTRUKSI BANGUNAN DI SMK PEKERJAAN UMUM NEGERI BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Pada Diagraam 4.4 diatas dapat disimpulkan bahwa presentase kelulusan pada eksperimen adalah 100. Sedangkan pada kelas kontrol ada
31 responden 91,17 yang dinyatakan LULUS dan 3 responden 8,83 yang dinyatakan BELUM LULUS. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa
kelas eksperimen memiliki presentase kelulusan dan nilai rata-rata lebih besar dari kelas kontol.
3. Uji Instrumen Penelitian
Uji instrument penelitian ini dilakukan untuk membuktikan apakah instrument yang digunakan bisa digunakan atau tidak. Pengujian instrument
yang dilakukan pada penelitian ini yaitu menggunakan experts judgement dimana yang bertindak sebagai ahli adalah guru mata pelajaran Konstruksi
Bangunan di SMK Pekerjaan Umum Negeri Bandung.
4. Hasil Pennghitungan N-Gain
Data N-Gain diperoleh dari hasil pre-test dan post-test, nilai N-Gain dihitung untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa baik itu pada kelas
kontrol maupun kelas eksperimen. Adapun kriteria pengklasifikasian N-Gain tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3.
Diagram 4.4. Presentase Kelulusan nilai Post-Test
[VALUE ]
respon den;
[PERCE NTAGE]
[VALUE ]
respon den;
[PERCE NTAGE]
Presentase Kelulusan Kelas Eksperimen
LULUS TIDAK LULUS
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 20152016 [VALUE
] respon
den; [PERCE
NTAG …
[VALUE ]
respon den;
[PERCE NTAG
…
Presentase Kelulusan Kelas Kontrol
LULUS TIDAK LULUS
Rentang Nilai Klasifikasi
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
0,70 g ≤ 1,00 Tinggi
6 0,30 g ≤ 0,70
Sedang 28
18 0,00 g ≤ 0,30
Rendah 1
16
Berdasarkan Diagram 4.5. diatas memperlihatkan bahwa nilai ternormalisasi N-Gain pada kelas eksperimen berada diantara 0,22 dan 0,83
yang artinya klasifikasi N-gain berada pada rentang golongan Tinggi sebanyak 6 responden 17 yang Sedang berjumlah 28 responden 80,
dan Rendah 1 responden 3. Berbeda dengan kelas kontrol yang memperlihatkan bahwa nilai
ternormalisasi pada kelas kontrol berada diantara 0,17 dan 0,58 yang artinya klasifikasi N-Gain berada pada rentang golongan Sedang sebanyak 18
responden 44 dan golongan sedang sebanyak 9 responden 56. Hal ini memperlihatkan bahwa peningkatan nilai pada kelas eksperimen lebih besar
dari pada kelas kontrol.
5. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kondisi data apakah berdistribusi normal atau tidak. Kondisi data berdistribusi normal menjadi
syarat menentukan persamaan uji t-test yang digunakan.
Sumber: Dokumentasi Pribadi 20152016
Diagram 4.5. Presentase N-Gain
[VALUE ]
respon den;
[PERCE NTAGE]
[VALUE ]
respon den;
[PERCE NTAGE]
[VALUE ]
respon den;
[PERCE NTAGE]
Kelas Eksperimen
Tinggi Sedang
Rendah
Tabel 4.3. Klasifikasi N-Gain
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 20152016
[VALUE ]
respon den;
[PERCE NTAGE]
[VALUE ]
respon den;
[PERCE NTAGE]
[VALUE ]
respon den;
[PERCE NTAGE]
Kelas Kontrol
Tinggi Sedang
Rendah
TAUFIK RIZALDI, 2016 PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN ANIMASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN KONSTRUKSI BANGUNAN DI SMK PEKERJAAN UMUM NEGERI BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji chi-kuadrat χ
2
. Pada uji normalitas peneliti dibantu dengan menggunakan program aplikasi
SPSS v17.0. Hasil uji normalitas data dapat dilihat pada tabel 4.4., sebagai berikut:
Keterangan Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Chi-kuadrat Hitung χ
2 h
13,60 3,88
Derajat Kebebasan dk 26
27 Chi-kuadrat
Tabel χ
2 t
38,85 40,11
Distribusi Data Normal
Normal
Berdasarkan tabel 4.4. dapat disimpulkan bahwa data pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal. Pada kelas eksperimen
diketahui dk = 26 dengan taraf kepercayaan 95 maka χ
2 h
= 13,6 χ
2 t
= 40,11. Pada kelas kontrol diketahui dk = 27 dengan taraf kepercayaan 95
maka χ
2 h
= 3,88 χ
2 t
= 40,11. Maka dapat ditarik kesimpulan baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen dinyatakan berdistribusi normal.
6. Hasil Uji Homogenitas
Uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan uji Signifikansi. Uji homogenitas dibantu dengan menggunakan program aplikasi SPSS v17.0.
Hasil uji homogenitas data dapat dilihat pada tabel 4.5, sebagai berikut:
Keterangan dk1
dk2 Sig.
Berdasarkan Rata-rata 1
67 0,072
Berdasarkan Nilai Tengah 1
67 0,109
Setelah diketahui Signifikansi Sampel rata-rata sebesar 0,072 0,05 α
dan Sampel nilai tengah 0,109 0,05 dengan demikian signifikansi sampel semuanya berada diatas 0,05 maka dapat disimpulkan data tersebut
berdistribusi homogen.
Diagram 4.4. Uji Normalitas
Sumber: Dokumentasi Pribadi 20152016
Diagram 4.4. Uji Homogenitas
Sumber: Dokumentasi Pribadi 20152016
7. Uji t-Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan setelah uji normalitas dan uji homogenitas telah diketahui hasilnya. Pengujian hipotesis ini dilakukan berdasarkan nilai
N-Gain pada kelas kontrol dan eksperimen dengan menggunakan rumus uji-t t-test. Uji hipotesis dilakukan setelah uji normalitas dan uji homogenitas
telah diketahui hasilnya. Pengujian hipotesis ini dilakukan berdasarkan nilai N-Gain pada kelas kontrol dan eksperimen dengan menggunakan rumus uji-t
t-test. Uji-t t-test dilakukan menggunkan rumus polled varian karena jumlah anggota sampel n
1
= n
2
, dan varian homogen σ
1 2
= σ
2 2
, dengan derajat kebebasan dk = n
1
+ n
2
– 2.
UJI HIPOTESIS Kelas
n SD
Rata-rata t
hitung
t
tabel
Kesimpulan
Kontrol 35
0,19 3,40
0,00 2,00
H
o
ditolak
Eksperimen 34
0,49 2,94
Berdasarkan uji-t pada table 4.10 di atas, menggambarkan bahwa dari hasil perhitungan diperoleh t
hitung
= 0,00, sedangkan untuk t
tabel
= 2,00. Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa t
hitung
˃ t
tabel
, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti
“Terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar siswa yang positif dan signifikan antara
kelas kontrol menggunakan media animasi dan kelas eksperimen menggunakan media ceramah dan jobseheet dalam mata pelajaran
Konstruksi Bangunan Kelas XI TGB SMK Pekerjaan Umum Negeri Bandung
.” D.
Pembahasan Hasil Penelitian
Pada pembahasan hasil penelitian ini, peneliti akan memaparkan perbandingan antara penerapan media pembelajaran berbasis animasi dengan
penerapan media pembelajaran ceramah dan jobsheet untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Media pembelajaran berbasis animasi merupakan media
pembelajaran yang dijadikan penelitian oleh penulis, sedangkan media ceramah
Sumber: Dokumentasi Penulis 20152016
Diagram 4.5. Uji Hipotesis
TAUFIK RIZALDI, 2016 PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN ANIMASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN KONSTRUKSI BANGUNAN DI SMK PEKERJAAN UMUM NEGERI BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
dan jobsheet merupakan media pembelajaran yang biasa diterapkan pada mata pelajaran konstruksi bangunan SMK Pekerjaan Umum Negeri Bandung.
Berikut ini hasil dari analisis penulis, yaitu hasil analisis data untuk test awal pre-test antara kelompok kelas kontrol dan kelompok kelas eksperimen
terdapat nilai rata-rata yang berbeda. Berdasarkan rata-rata yang berbeda tersebut penulis menetapkan kelompok yang memiliki nilai rata-rata yang rendah sebagai
kelas eksperimen, dan kelompok yang memiliki nilai rata-rata yang tinggi sebagai kelas kontrol.
Penerapan media animasi ini merupakan suatu fasilitas belajar yang bersifat akademik dari pendidik kepada peserta didik untuk membantu kelancaran proses
belajar mandiri peserta didik secara perorangan berkaitan dengan materi ajar Konstruksi Bangunan. Hal ini diperkuat dengan peningkatan hasil belajar siswa
yang signifikan diperoleh dari kelas yang diberikan pembelajaran dengan media pembelajaran animasi. Hal ini dapat dilihat pada diagram 4.3 yang menunjukan
bahwa hasil belajar siswa kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata 3,41 lebih tinggi dari pada hasil belajar kelas kontrol dengan rata-rata 2,94.
Dapat dilihat pula pada diagram kelulusan hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol yang menunjukan setelah mendapatkan pembelajaran dengan
menggunakan media pembelajaran animasi untuk kelas eksperimen tingkat kelulusan meningkat hingga pada 60 hasil post-test sedangkan kelas kontrol
hanya meningkat 39 saja pada hasil post-testnya. Hasil analisis data pre-test dan post-test yang telah dihitung sehingga
terdapat hasil berupa nilai gain yang ternomalisasi N-Gain. Dari hasil pengujian N-Gain memperlihatkan bahwa nilai ternormalisasi pada kelas eksperimen berada
diantara 0,22 dan 0,83 jika dibandingkan dengan nilai ternormalisasi pada kelas kontrol berada diantara 0,17 dan 0,58. Menunjukan bahwa peningkatan dengan
media animasi lebih besar di bandingkan dengan media jobsheet dan ceramah Berdasarkan nilai N-Gain, penulis melakukan uji normalitas data dan uji
homogenitas data dan diperoleh hasil bahwa data yang dianalisis dan diteliti oleh penulis merupakan data yang berdistribusi normal dan homogen. Kedua pengujian
ini dilakukan sebagai landasan bagi penulis untuk menentukan rumus uji-t t-test yang tepat.
Hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor Rusyam, 1995, yaitu faktor internal, terdiri dari dua jenis, yaitu: a faktor fisiologis individu yang
bersifat bawaan maupun yang diperoleh, seperti struktur tubuh dan sebagainya; b Faktor psikologis individu baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh
seperti intelektif faktor potensial seperti intelegensi dan faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang dimiliki dan non intelekti seperti sikap, kebiasaan, minat,
kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri. Hasil belajar seseorang juga diperoleh dari pengalaman langsung, kenyataan yang ada di lingkunngan
seseorang, kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada lambang verbal seperti yang telah dijelaskan oleh diagram kerucut Edgar Dale dalam Arsyad, 2010: 11.
Dari pendapat ahli tersebut maka hasil belajar siswa pada kelas eksperimen menggunakan media animasi lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol tanpa
menggunakan media animasi, karena pada penggunaan media animasi dapat menterjemahkan materi yang diterima dengan lebih interaktif. Selain dari pada itu,
penggunaan media animasi membuat siswa menjadi lebih tertarik atas materi yang disampaikan, hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang lebih banyak
berpartisipasi dalam pembelajaran. Hal ini membuat siswa lebih aktif dalam mempelajari materi baik di dalam kelas ataupun di luar kelas karena siswa dapat
belajar secara mandiri, tentunya dengan kembali mengulang media animasi yang telah pendidik berikan. Media Animasi ini memberikan kemudahan dalam
mempelajari setiap materi gambar yang diberikan oleh guru mata pelajaran konstruksi bangunan. Berbeda dengan pembelajaran tanpa menggunakan media
animasi, dimana proses pembelajaran hanya lebih efektif ketika siswa didampingi oleh gurunya, sehingga ketika siswa mempelajari materi gambar di luar kelas,
siswa seringkali merasa santai karana tidak adanya bahan ajar yang menjadi acuan siswa dalam memahami materi pembelajaran.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Edgar Dale dalam Arsyad 2010, bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah media
pembelajaran yang digunakan oleh guru, maka hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Hal ini diperkuat dengan hasil uji
hipotesis yang dilakukan oleh penulis berdasarkan nial N-Gain yaitu t
hitung
˃ t
tabel
yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima dimana terdapat perbedaan peningkatan
TAUFIK RIZALDI, 2016 PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN ANIMASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN KONSTRUKSI BANGUNAN DI SMK PEKERJAAN UMUM NEGERI BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
hasil belajar siswa antara kelas kontrol tanpa menggunakan media animasi dan kelas eksperimen menggunakan media dalam mata pelajaran Konstruksi
Bangunan kelas XI TGB SMK Pekerjaan Umum Negeri Bandung. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran
menggunakan media dapat memberikan perubahan positif terhadap hasil belajar siswa, sehingga media ini efektif digunakan pada mata pelajaran Konstruksi
Bangunan, namun pada kenyataannya masih terdapat variabel eksternal lainnya yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yang tidak teliti dalam penelitian ini
yaitu lingkungan masyarakat, lingkungan pendidikan, fasilitas belajar, ataupun keadaan siswa itu sendiri.
TAUFIK RIZALDI, 2016 PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN ANIMASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN KONSTRUKSI BANGUNAN DI SMK PEKERJAAN UMUM NEGERI BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasi pengolahan data dan hasil penelitian yang telah dijelaskanmaka dalam penelitian quasi experimen yang dilaksanakan di SMK
Pekerjaan Umum Negeri Bandung pada kelas XI Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan dapat disimpulkan bahwa:
1. Hasil belajar siswa kelas XI mata pelajaran konstruksi bangunan pada
penerapan media pembelajaran ceramah dan jobsheet dapat dikatan kurang baik karena jika ditinjau dari penilaian secara keseluruhan, dengan menilai
hasil belajar siswa, hanya sedikit siswa yang lulus sesuai dengan standar KKM pada pemberian pre-test. Karena media pembelajaran sebelumnya yang
digunakan oleh guru, belum digunakan secara maksimal, karena tidak adanya inovasi dalam pembelajaran yang diberikan, akibatnya fokus siswa mudah
teralihkan dan jenuh ketika pemberian tes awal, sehingga hasil yang didapat tidak memuaskan.
2. Hasil belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran konstruksi bangunan setelah
penerapan media pembelajaran animasi dapat dikatakan baik jika dinjau dari penilaian secara keseluruhan, dengan menilai hasil belajar siswa dengan
adanya siswa yang lulus sesuai dengan standar KKM. Pada pemberian post- test. Hal ini menunjukan hasil penerapan media pembelajaran animasi cukup
memuaskan. Karena pada penerapan media pembelajaran animasi tersebut adanya media yang dapat menarik perhatian siswa. Dari proses pemberian
materi dengan media animasi didepan kelas, siswa dapat menangkap informasi lebih baik dibandingkan media ceramah dan jobsheet, sehingga ada
keterlibatan aktif siswa dan guru sebagai fasilitator. 3.
Dari hasil penilaian tes awal pre-test dan tes akhir post-test tersebut, dapat dikatan terdapat peningkatan hasil belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran
konstruksi bangunan setelah diberikan treatment dengan penerapan media
TAUFIK RIZALDI, 2016 PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN ANIMASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN KONSTRUKSI BANGUNAN DI SMK PEKERJAAN UMUM NEGERI BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
pembelajaran animasi yang dilihat dari peningkatan nilai N-gain yang dihitung memlaui pre-test dan post-test memiliki klasifikasi tingkatan sedang.
B. Saran
Mengacu pada hasil penelitian kuasi eksperimen yang dilaksanakan di SMK Pekerjaan Umum Negeri Bandung kelas XI Program Keahlian Teknik Gambar
Bangunan, dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut: 1.
Bagi Siswa
Media pembelajaran animasi ini dapat dipergunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Dengan penggunaan media pembelajaran ini, siswa perlu lebih aktif lagi didalam kelas, menguasai materi pembelajaran, namun tetap dibimbing
oleh guru, sehingga hasil yang didapat sesuai dengan yang akan dipelajari.
Diharapkan siswa mampu mengikuti pembelajaran dengan baik ketika proses belajar mengajar di kelas berlangsung, dikarenakan apabila tidak
adanya keaktifan siswa atau interaksi antara siswa dan guru, maka proses pembelajaranpun tidak dapat terlaksanakan dengan baik.
2. Bagi Guru
Dapat memberikan inovasi yang menarik dalam kegiatan pembelajaran, membuat suasana baru dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
Agar dapat mempertimbangkan hasil penelitian yang telah dilakukan, karena media pembelajaran animasi ini juga merupakan salah satu media
pembelajaran yang inovatif, sehingga dapat pula digunakan sebagai salah satu alternatif media pembelajaran, jika media pembelajaran sebelumnya
kurang maksimal. Selain itu, diperlukan juga keahlian yang memadai untuk dapat
menguasai media pembelajaran yang inovatif seperti media animasi. 3.
Bagi Sekolah Dapat memperbaiki dan meningkatkan lagi kualitas media pembelajaran
yang dapat meningkatkan kemampuan belajar para siswa dalam mengerjakan tugas dan menyukai segala bentuk tantangan dalam
belajarnya.