Analisis kultural dan struktural program penanggulangan kemiskinan

RINGKASAN

LILIS NURLINA (95.104/SPD). Analisis Kultural dan

Struk-

tural Program Penanggulangan Kemiskinan, Kasus Program IDT di
Desa Barusari, Kabupaten Garut, Jawa Barat (di bawah bimbingan
Prof.

Dr.

Ir. Sajogyo sebagai ketua komisi

dan Dr.

Basita

Ginting S., MA sebagai anggota komisi pembimbing).
Tujuan penelitian ini adalah untuk


mengevaluasi keber-

hasilan program IDT terutama sebagai gerakan masyarakat, menganalisa usaha-usaha yang dilakukan oleh anggota dan pengurus
dalam upaya mempertahankan dan inengembangkan usaha produktifnya dan kemajuan kelompok, menganalisa peranan wanita

serta

mengkaji

faktor-faktor yang menghambat

keberhasilan program

tersebut

terutama dari aspek budaya dan

struktur masyarakat

setemp~t.

Indikator keberhasilan program IDT menurut BAPPENAS
DEPDAGRI

(1994) perlu dinilai dari dimensi program

gerakan masyarakat.
dalam

baku

dan
dan

Selanjutnya Chen (1990) menyatakan bahwa

ilmu sosial, perlu mengkaji hubungan-hubungan yang

ada

dalam konteks struktural dan ekologis serta faktor-faktor

sosial.

Oleh

karena

itu perlu

mengkaji

keserasian antara

"lingkungan program normatif" dengan "lingkungan praktek"

di

suatu wilayah tertentu. Dari sejumlah temuan-temuan ketidakcocokan, evaluasi dapat memberikan masukan (feedback) kepada
yang memiliki
sebut.


program mengenai

sumber kendala program ter-

Pene1.it.ian ini bersifat studi kasus dengan menggunakan
metode

kualitatif. Pengumpulan data primer dilakukan dengan

cara wawancara mendalam melalui teknik bola salju, observasi
partisipasi dan diskusi kelompok. Subjek dalam penelitian
adalah

anggota

dan pengurus kelompok yang

kelompok tahap pertama dan 4 kelompok
pembanding.


diambil

ini

dari

4

tahap kedua sebagai

Jumlah responden 40 orang yang terdiri

dari

27

pria dan 13 wanita anggota IDT ditambah 6 orang isteri anggota
yang

tidak termasuk daftar responden. Satuan analisis dalam


penelitian ini adalah individu untuk hipotesis 1 sampai 7 dan
keluarga untuk hipotesis 8. Informannya antara

lain

Desa dan pamongnya, Ketua LKMD, Pengurus PKK, Camat

Kepala
sebagai

pembina, Kasi PMD, PPL peternakan dan pertanian, tokoh masyarakat

setempat (kiyai, guru SD, petani kaya) serta pedagang

pengumpul/bandar.

Tahapan pengumpulan data primer

dengan cara mendatangi informan yaitu Kasi

Desa, Sekretaris Desa dan pamongnya.

PMD

dilakukan

dan

Kepala

Baru dari informasinya,

peneliti mendatangi setiap ketua kelompok yang memberi

infor-

masi mengenai anggota yang berhasil dan yang gagal. Terakhir,
peneliti mendatangi anggota yang berhasil dan yang gagal
kedelapan kelompok masing-masing 2 orang.


dari

Data sekunder di-

ambil dari Kantor Desa Barusari berupa data Profil Desa dan
data

Profil IDT, dokumen dari Kantor Kecamatan

Samarang

instansi terkait lainnya, juga dari pedoman program
literatur

lainnya.

Kedua jenis data

tersebut


dan

IDT dan

dikelompokkan

menurut tema kemudian dilakukan pemahaman dan pembahasan.

Telrnik analisis data dilakukan secara kualitatif-deskriptif

dengan model analisis interaktif, dinlana dalam model

ini

terdapat empat komponen yang harus dilakukan yaitu : pengumpu].an data, reduksi data, display data dan pengambilan kesimpulan.

Keempat

proses


ini tidak

berlangsung

secara linier,

tetapi merupakan siklus yang interaktif (Faisal, 1992).
Dari

hasil penelitian di Desa Barusari, Kabupaten Garut

menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk sebagian besar

di

bidang pertanian (86,47% ) dengan petani penggarap-buruh tani
sebesar

34,08 %. Tingkat pendidikan formal penduduk


besar setingkat SD (97,ll % ) . Kedua ha1 tersebut yang

sebagian
menjadi

salah satu kriteria dimana desa ini termasuk kategori desa
tertinggal.
Dari hasil pembahasan menunjukkan bahwa pelaksanaan program IDT di Desa Barusari belum berhasil menjadi suatu gerakan
masyarakat.Ha1 ini nampak jelas dari keadaan sebagai berikut :
Sosialisasi program IDT yang hanya dilakukan pada
pelaksanaan

program

tokoh masyarakat

dan kurang melibatkan tokoh

lainnya, menyebabkan

agama

awal
dan

kurangnya kesadaran

anggota dan pengurus akan hak dan kewajibannya.
Upaya pendampingan dari aparat kecamatan dan aparat

desa

dalam pembinaan penduduk miskin dalam kelompok kurang intensif
dan tidak berkelanjutan juga kepedulian tokoh masyarakat dalam
mendukung serta mengenlbangkan usaha kelompok hampir tidak ada,
sehingga usaha anggota dan kelompolr kurang berkembang.

Sikap terbuka dan bekerja sama anggota

pokmas rendah,

sehingga kewajiban yang mereka lakeanakan sepenuhnya hanya
menjalankan usaha produktifnya, sedangkan kewajiban menabung,
menggulirkan dan memberi sumbangan pemikiran untuk

kemajuan

kelompok kurang diperhatikan.
Anggota

dan pengurus kurang memahami arti

penting

dan

manfaat kelompok bagi perbaikan kehidupannya. Akibatnya, kekeaktifan sebagian pengurus pokmas dalam melaksanakan kewajibannya

seperti dalam pemantauan perkembangan usaha anggota,

memungut

tabungan dan pengadministrasian perguliran kurang

didukung

oleh kesadaran anggota, dan pengurus juga belum

laksanakan perencanaan untuk masa
kelompok belum

rapi

dan belum

me-

depan, pengadministrasian

melakukan

interaksi dengan

lembaga lain sehingga belum tercapai kemandirian kelompok.
Wanita janda yang berperan sebagai kepala keluarga telah
berupaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara bekerja
serabutan, sehingga dari pendapatannya sebagian dari mereka
mampu

menabung

masyarakat

dan menggulirkan ternaknya kepada anggota

lainnya.

Sumbangan pendapatan wanita

keluarga cukup besar

(44,42 X )

dan

terhadap

pengambilan keputusan

keluarga selalu melibatkan wanita sebagai keputusan bersama
Keberhasilan pelaksanaan
masyarakat

mengahadapi

.

program IDT sebagai gerakan

kendala budaya

dan

struktural baik

ditinjau dari dimensi partisipan, pelaksana (pendamping), pendekatan program, maupun dimensi organisasi pelaksana program.