Model Perubahan Struktural dan kultural

Model Perubahan Struktural
Berfokus pada mekanisme dimana ekonomi terbelakang mengubah stuktur ekonomi
demestik dari tekanan berat pada pertanian subsisten tradisional menjadi lebih modern, lebih
banyak urbanisasi, dan industri lebih beragam pada manufaktur dan layanan ekonomi. Model
ini menggunakan perangkat harga neoklasik serta teori alokasi sumber dan ekonometrik
modern untuk mendeskripsikan bagaimana proses transformasi ini terjadi. 2 contoh
representatif terkenal dari pendekatan perubahan struktural yaitu “surplus tenaga kerja dua
sektor” teori model W. Arthur Lewis dan “pola pembangunan “ analisis empiris Hollis
B.Chenery.
1. Teori pembangunan Lewis
A. Model Dasar
Satu dari teori terbaik model pembangunan yang berfokus pada perubahan struktural
dari ekonomi subsisten pokok yang diformulasikan oleh Nobel W. Arthur Lewis pada
pertengahan tahun 1959 lalu kemudian dimodifikasi, diformalkan, dan diperluas oleh John
Fei dan Gustav Ranis. Model 2 sektor Lewis menjadi teori umum proses pembangunan di
surplus tenaga kerja negara dunia ke-tiga selama akhir dasawarsa tahun 1960 dan awal 1970.
Model ini masih memiliki banyak penganut sampai saat ini, khususnya para ahli ekonomi
pembangunan Amerika.
Pada model Lewis, ekonomi terbelakang terdiri dari 2 sektor : tradisional, sektor
subsisten pedesaan yang kelebihan populasi penduduk dicirikan dengan 0 produktivitas
tenaga kerja marginal (kondisi yang memungkinkan Lewis untuk mengklasifikasikan ini

sebagai surplus tenaga kerja pada pemahaman bahwa itu dapat dipisahkan dari sektor
pertanian tanpa kehilangan output apapun) dan sektor industri perkotaan modern yang tingkat
produktivitasnya tinggi dan menjadi tempat penampungan tenaga kerja yang ditransfer sedikit
demi sedikit dari sector subsisten. Fokus utama dari model adalah pada proses pengalihan
tenaga kerja dan pertumbuhan output dan penyerapan tenaga kerja pada sektor modern. Baik
pengalihan tenaga kerja dan pertumbuhan lapangan kerja sektor modern yang dibawa oleh
perluasan output pada sektor itu. Kecepatan dimana perluasan ini terjadi ditentukan oleh laju
tingkat investasi industri dan akumulasi modal secara keseluruhan di sektor modern.
Beberapa penginvestasian memungkinkan kelebihan profit sektor modern melampaui upah
pada asumsi, kapitalis menginvestasikan kembali seluruh profit mereka. Akhirnya, tingkat

upah pada sektor industri perkotaan diasumsikan konstan dan ditentukan sebagai given
premium melampaui level subsistem rata rata tetap dari upah di sektor pertanian tradisional.
(Lewis berasumsi bahwa upah perkotaan paling tidak kurang dari 30% lebih tinggi dari ratarata pendapatan pedesaan rata-rata agar pekerja migrasi dari area rumah mereka). Pada upah
perkotaan yang konstan, kurva penawaran dari tenaga kerja pedesaan ke sektor moderen
dianggap elastis sempurna.

Kita dapat mengilustrasikan model Lewis dari pertumbuhan sektor moderen di 2
sektor ekonomi menggunakan gambar 3.1. Sektor pertanian tradisional digambarkan di 2 sisi
kanan diagram gambar 3.1b. Diagram atasnya menunjukkan bagaimana produksi makanan

subsistem berbeda dengan peningkatan input tenaga kerja. Ini adalah ciri fungsi produksi
pertanian dimana output total atau produk (TPA) dari makanan ditentukan oleh perubahan
pada jumlah variabel input, tenaga kerja (LA), kuantitas tetap modal, KA , dan teknologi
tradisional yang tak berubah, ta . pada diagram bawah kanan, kita memiliki rata-rata dan
produk marginal dari kurva tenaga kerja, APLA dan MPLA , yang berasal dari kurva produk
total yang ditunjukkan diagram atas. Kuantitas dari tenaga kerja pertanian (QLA) sama sama
terdapat pada kedua sumbu horizontal dan dinilai dalam jutaan pekerja, selama Lewis

mendeskripsikan ekonomi terbelakang dimana 80% sampai 90% dari populasi tinggal dan
bekerja di area pedesaan.
Lewis membuat 2 asumsi tentang sektor tradisional. Pertama, surplus tenaga kerja
diartikan MPLA adalah 0, dan kedua, semua pekerja pedesaan membagi sama output agar upah
riil pedesaan ditentukan oleh rata-rata dan bukan produk marginal tenaga kerja ( seperti yang
akan menjadi kasus di sektor modern). Anggaplah LA pekerja pertanian memproduksi TPA
makanan, yang dibagi sama rata WA makanan per pekerja (ini produk rata-rata, yang sama
dengan TPA / LA ). Produk marginal dari LA pekerja adalah 0, seperti yang ditampilkan
diagram bawah dari gambar 3.1b.; oleh karena itu asumsi surplus tenaga kerja diterapkan
kepada seluruh pekerja yang kelebihan LA (catatan kurva horizontal TPA melewati pekerja LA
di diagram atas kanan.
Pada diagram atas kiri gambar 3.1a menggambarkan kurva produk total (fungsi

produksi) untuk sektor modern, industri. Sekali lagi, output dari, katakanlah, barang
manufaktur (TPM) adalah suatu fungsi variabel input tenaga kerja, L M , untuk stok modal KM
dan teknologi tM. Pada sumbu horizontal, kuantitas tenaga kerja yang dipekerjakan untuk
memproduksi sebuah output, katakanlah, TP M , dengan stok modal KM , ditunjukkan dengan
ribuan pekerja perkotaan, L1. Lewis model, stok modal sektor moderen diperbolehkan untuk
meningkatkan dari KM1 ke KM2 ke KM3 seperti hasil investasi kembali profit kapitalis
industrialis. Hal ini akan menyebabkan kurva produk total di gambar 3.1a bergeser ke atas
dari TPM (KM1) ke TPM (KM2) ke TPM (KM3). Proses yang akan menghasilkan profit kapitalis
untuk investasi kembali dan pertumbuhan diilustrasikan di diagram kiri bawah gambar 3.1a .
Di sini kita memiliki sektor modern, produk marginal dari kurva tenaga kerja sebenarnya
kurva permintaan aktual untuk tenaga kerja. Berikut merupakan penjelasan bagaimana sistem
bekerja.
WA di diagram bawah gambar 3.1a dan 3.1b merepresentasikan level rata-rata
pendapatan subsistem riil di sektor pedesaan tradisional. WM di gambar 3.1a adalah upah riil
di sektor kapitalis modern. Pada upah ini, penawaran tenaga kerja pedesaan dianggap tidak
terbatas atau elastis sempurna, seperti yang ditampilkan kurva penawaran tenaga kerja
horizontal WMSL. Dengan kata lain, Lewis berasumsi bahwa upah perkotaan W M di atas
pendapatan rata-rata pedesaan WA , pekerja sektor modern dapat menyewa sebanyak surplus
pekerja pedesaan seperti yang mereka inginkan tanpa takut upah yang meningkat. (catatan
kuantitas dari tenaga kerja di sektor pedesaan , gambar 3.1b ditunjukkan dengan jutaan pada


sektor perkotaan moderen, gambar 3.1a, unit tenaga kerja ditunjukkan dengan ribuan).
Diberikan sebuah penawaran tetap modal KM1 di tahap inisial dari pertumbuhan sektor
modern, kurva permintaan untuk tenaga kerja ditentukan penurunan marginal produk tenaga
kerja dan ditunjukkan dengan kurva slope negatif D1 (KM1) di kiri bawah diagram. Karena
memaksimalkan profit pekerja sektor modern diasumsikan untuk menyewa pekerja sampai ke
titik dimana marginal fisik produk mereka sama dengan upah riil (i.e. titik F irisan antara
permintaan tenaga kerja dan kurva penawaran), total lapangan kerja sektor modern akan
sama dengan L1. Total output sektor modern TP M1 akan diberikan oleh area yang dikelilingi
titik OD1FL1. Pembagian total output ini dibayarkan ke pekerja agar upah sama, maka, area
persegi panjang OWMFL1. Keseimbangan output ditunjukkan oleh area WMD1F akan menjadi
profit total yang bertambah ke kapitalis. Karena Lewis berasusmsi bahwa semua profit
diinvestasikan kembali, stok modal total di sektor modern akan meningkat dari KM1 ke KM2.
Stok modal yang lebih besar ini menyebabkan kurva produk total dari sektor modern
meningkat ke TPM (KM2), yang mana menimbulkan peningkatan kurva permintaan marginal
produk untuk tenaga kerja. Pergeseran luar kurva permintaan tenaga kerja ditunjukkan oleh
garis D2 (KM2) di setengah bawah gambar 3.1a. tingkat lapangan kerja sektor modern
ekuilibrium yang baru akan terarah pada titik G dengan L2 pekerja yang sekarang
dipekerjakan. Output total meningkat ke TPM2 atau OD2GL2 sementara upah total dan profit
meningkat ke OWMGL2 dan WMD2G, berurutan. Sekali lagi, profit lebih besar (WMD2G)

yang diinvestasikan ini, meningkatkan stok modal total ke KM3, menggeser produk total dan
kurva permintaan tenaga kerja ke TP M(KM3) dan ke D3(KM3), berurutan, dan meningkatkan
level lapangan kerja sektor modern ke L3.
Proses sektor modern pertumbuhan mempertahankan diri dan perluasan lapangan
kerja diasumsikan untuk bersambung sampai semua tenaga kerja pedesaan surplus diserap di
sektor industri baru. Kemudian, pekerja tambahan dapat dipisahkan dari sektor pertanian
hanya pada harga yang lebih tinggi dari kehilangan produksi makanan karena penurunan
rasio tenaga kerja lapangan yang artinya produk marginal dari tenaga kerja pedesaan tidak
lagi nol. Kurva penawaran tenaga kerja menjadi slope positif seperti upah sektor modern dan
lapangan kerja melanjutkan pertumbuhan. perubahan strutural ekonomi akan terjadi, dengan
keseimbangan aktivitas ekonomi bergeser dari pertanian pedesaan tradisional ke industri
perkotaan modern.

B. Kritik Terhadap Model Lewis
Meskipun model pembangunan 2 sektor Lewis praktis dan kira-kira mencerminkan
pengalaman sejarah pertumbuhan ekonomi Barat, 3 dari kunci asumsi tidak sesuai dengan
realita ekonomi dan institusional dari sebagian besar negara pembangunan kontemporer.

Pertama, secara implisit model mengasumsikan bahwa tingkat pengalihan tenaga
kerja dan penciptaan lapangan kerja di sektor modern sebanding dengan tingkat akumulasi

modal sektor modern. Semakin cepat tingkat akumulasi modal, tingkat pertumbuhan sektor
modern semakin tinggi dan tingkat penciptaan lapangan kerja semakin cepat pula. Tapi
apabila profit kapitalis diinvestasikan kembali lebih kepada pemutakhiran penghematan
tenaga kerja peralatan modal daripada hanya menggandakan modal saat ini yang ada seperti
yang secara implisit diasumsikan oleh model Lewis? (kita tentu disini menerima asumsi yang
belum pasti bahwa profit kapital pada kenyataannya diinvestasikan kembali pada ekonomi
lokal dan tidak dikirim keluar negeri sebagai bentuk pelarian modal yang ditambahkan ke
deposit bank Barat). Gambar 3.2. yang meniru bagian bawah diagram sektor modern gambar
3.1a hanya saat itu kurva permintaan tenaga kerja tidak bergeser seragam keluar tetapi pada
nyatanya menyilang. Kurva permintaan D2(KM2) memiliki slope negatif yang lebih besar dari
D2(KM1) untuk mencerminkan kenyataan bahwa tambahan stok modal mewujudkan
peningkatan teknik penghematan tenaga kerja, dimana teknologi KM2 membutuhkan jauh
lebih sedikit tenaga kerja per unit dibandingkan teknologi KM1.

Kita amati bahwa meskipun output total secara substansial tumbuh (i.e. OD 2EL1,
secara signifikan lebih besar dari OD1EL1), upah total (OWMEL1) dan lapangan kerja (L1)
tetap tidak berubah. Seluruh output tambahan ditambahkan ke kapitalis dalam bentuk
kelebihan profit. Gambar 3.2 sehingga memberikan ilustrasi yang beberapa menyebutnya
pertumbuhan ekonomi “antipembangunan”, seluruh pendapatan tambahan dan pertumbuhan
output didistribusikan ke beberapa pemilik modal, sementara pendapatan dan tingkat

lapangan kerja untuk masa pekerja tetap tidak berubah secara besar. Meskipun PDB akan
meningkat, hanya akan mengalami peningkatan kecil atau bahkan tidak ada pada
kesejahteraan sosial agregat yang diukur, katakanlah, dalam hal pendistribusian yang lebih
luas menguntungkan di pendapatan dan lapangan kerja.
Asumsi model Lewis yang dipertanyakan kedua adalah dugaan bahwa kelebihan
tenaga kerja yang ada di area pedesaan, sementara lapangan kerja tersedia penuh di area
perkotaan. Seperti yang akan kita bahas pada bagian 7 dan 8, sebagian besar penelitian
kontemporer mengindikasikan bahwa kebalikan sepertinya lebih benar di banyak negara
berkembang (pengangguran besar besaran di area perkotaan tetapi pada umumnya kecil
surplus tenaga kerja di lokasi pedesaan. Benar, musim dan letak geografis pengecualian pada
aturan ini (e.g bagian subkontinen Asia dan daerah terisolasi Amerika Latin dimana
kepemilikan daratan sangat tidak sama.), tetapi besar, ahli ekonomi pembangunan setuju
bahwa asumsi dari surplus tenaga kerja perkotaan secara empiris lebih valid dari asumsi
Lewis surplus tenaga pedesaan.
Asumsi ketiga yang tidak nyata adalah dugaan persaingan sektor modern pasar tenaga
kerja yang menjamin eksistensi yang berkelanjutan dari upah riil perkotaan ke titik dimana
penawaran surplus tenaga kerja pedesaan habis terpakai, tidak dapat diterima. Hal ini akan
dibahas pada bab 8 yang terfokus pada tahun 1980, keistimewaan mencolok dari pasar tenaga
kerja perkotaan dan penentuan upah di sebagian besar negara berkembang merupakan
kecenderungan untuk upah naik secara besar seiring waktu, baik jangka absolut maupun

relatif ke pendapatan pedesaan rata-rata, meskipun dengan adanya kenaikan tingkat dari
pengangguran terbuka sektor modern dan rendah atau nol nya produktivitas marginal
pertanian. faktor institusional seperti daya tawar serikat, skala upah pelayanan sipil, dan
praktek pengupahan perusahaan multinasional cenderung kekuatan persaingan apapun yang
mungkin ada pada LDC pasar tenaga kerja sektor modern.

Kami menyimpulkan, jadi, saat salah satu memperhitungkan penghematan tenaga
kerja sebagian besar pengalihan teknologi modern , adanya pelarian modal besar, tidak
adanya penyebaran surplus tenaga kerja pedesaan, pertumbuhan yang merata dari surplus
tenaga kerja perkotaan, dan kecenderungan upah sektor modern untuk meningkat pesat meski
dengan adanya pengangguran terbuka yang besar, model 2 sektor Lewis—meski sangat
bernilai sebagai gambaran konseptual awal dari proses pembangunan interaksi sektoral dan
perubahan struktural—membutuhkan modifikasi besar pada asumsi dan analisis untuk
menyesuaikan dengan kenyataan dari pembangunan bangsa kontemporer.
2. Perubahan Struktural dan Pola Pembangunan
Seperti model Lewis di awal, analisis pola pembangunan perubahan struktural
berfokus pada proses berurutan melalui ekonomi, industri, dan struktur institusional dari
ekonomi berkembang diubah seiring waktu sehingga memungkinkan industri baru
menggantikan pertanian tradisional sebagai penggerak roda pertumbuhan ekonomi. Sehingga,
berbeda model Lewis dan pandangan tahap awal pembangunan, meningkatkan penghematan

dan penginvestasian dirasakan oleh analis pola pembangunan sangat dibutuhkan tetapi bukan
kondisi yang cukup untuk pertumbuhan ekonomi. Pada tambahan akumulasi modal, baik fisik
maupun sumber daya manusia, merupakan paket perubahan yang saling berhubungan pada
struktur ekonomi suatu negara yang dibutuhkan untuk beralih dari sistem ekonomi tradisonal
ke modern. Perubahan struktural ini hampir melibatkan semua fungsi ekonomi, termasuk
perubahan dari produksi dan perubahan pada komposisi dari permintaan konsumen,
perdagangan internasional, dan penggunaan sumber daya sebaik perubahan faktor
sosioekonomi seperti urbanisasi dan pertumbuhan dan distribusi dari populasi negara.
Analis perubahan struktural empiris menekankan pada baik kendala domestik maupun
internasional

pada pembangunan. Kendala domestik termasuk kendala ekonomi seperti

kepemilikan sumber daya negara dan ukuran fisik dan populasi sebaik kendala institusional
seperti kebijakan pemerintah dan obyektif. Kendala pembangunan internasional termasuk
akses ke modal eksternal, teknologi, dan perdagangan internasional. Perbedaan di tingkat
pembangunan antara negara berkembang adalah lebih besar berasal dari domestik dan
kendala internasional. Sehingga, kendala internasional yang membuat peralihan dari negara
yang saat ini berkembang berbeda dengan negara industri sekarang. Pada tingkatan negara
berkembang memilik akses ke kesempatan yang dibuat oleh negara industri seperti

sumberdaya modal, teknologi, dan impor manufaktur seperti ekspor pasar, mereka dapat

membuat pengalihan pada beberapa tingkat yang lebih cepat dari yang dicapai oleh negara
industri selama awal periode pembangunan ekonomi. Jadi, tidak seperti model tahap
sebelumnya, model perubahan struktural

memperkenalkan kenyataan bahwa negara

berkembang merupakan bagian dari sistem internasional yang terintegrasi tinggi yang dapat
memajukan (seperti penghalang) pembangunan mereka.
Model yang paling terkenal dari perubahan struktural adalam salah satu yang sebagian
besar berdasarkan pada kinerja empiris ekonomis Harvard Hollis B. Chenery, yang menguji
pola pembangunan pada beberapa negara dunia ketiga selama periode setelah perang. Studi
empirisnya, baik sekat-silang (antar negara pada titik waktu tertentu) dan seri waktu (selama
periode waktu yang panjang), dari negara pada tingkat yang berbeda pendapatan perkapita
mengarah pada identifikasi dari beberapa karakteristik istimewa dari proses pembangunan.
Hal ini termasuk pada pergeseran dari pertanian ke produksi industri, akumulasi tetap dari
modal fisik dan sumber daya manusia, perubahan permintaan konsumen dari tekanan pada
kebutuhan dasar dan makanan untuk keinginan keberagaman manufaktur barang dan jasa,
pertumbuhan kota dan industri perkotaan seperti migrasi manusia dari kebun dan kota kecil,

dan penurunan ukuran keluarga dan pertumbuhan populasi keseluruhan seperti anak –anak
kehilangan nilai ekonomi mereka dan orang tua menggantikan kualitas anak-anak
(pendidikan) untuk kuantitas (bab 6).
3. Kesimpulan dan implikasi
Perubahan struktural yang telah kita diskripsikan merupakan pola “pemerataan” dari
pembangunan Chenery dan pengamatan rekan antar negara pada analisis seri waktu dan sekat
silang. Hipotesis utama dari model perubahan struktural adalah pembangunan merupakan
proses pengidentifikasian pertumbuhan dan perubahan yang ciri utamanya hampir sama di
semua negara. Sehingga, seperti disebutkan diawal, model tidak memperkenalkan bahwa
perbedaan dapat meningkat antar negara pada langkah dan pola pembangunan , tergantung
pada keadaan serangkaian fakta mereka. Faktor yang menyebabkan proses pembangunan
termasuk kepemilikan sumber daya negara dan ukuran , kebijakan pemerintah dan obyektif,
keberadaan modal eksternal dan teknologi, dan lingkungan perdagangan internasional.
Singkatnya, studi empiris pada proses perubahan struktural mengarah pada
kesimpulan bahwa langkah dan pola pembangunan dan berubah ubah menurut baik faktor
domestik dan internasional, banyak yang berada diluar kendali individu negara berkembang.

Meskipun variasi ini, ahli ekonomi perubahan struktural berpendapat bahwa salah satu dapat
mengidentifikasikan pola tertentu yang terjadi pada hampir seluruh negara selama proses
pembangunan. Dan pola ini, mereka berpendapat, mungkin dipengaruhi oleh pilihan
kebijakan pembangunan dikejar oleh pemerintahan LDC seperti perdagangan internasional
dan kebijakan bantuan asing dari bangsa maju. Karenanya, analis perubahan struktural pada
dasarnya optimis bahwa campuran tepat dari kebijakan ekonomi akan menghasilkan pola
bermanfaat dari pertumbuhan mandiri. Sekolah ketergantungan internasional, perbedaannya,
lebih banyak kurang percaya dan pada banyak kasus secara tegas pesimis. Pendukungnya
berpendapat bahwa tidak hanya rata-rata statistik yang dikalkulasikan oleh ahli ekonomi
perubahan struktural dari rentang keberagaman negara miskin dan kaya dari nilai praktek
terbatas pada identifikasi faktor kritis di proses pembangunan bangsa utama, tetapi yang lebih
penting, mereka mengalihkan perhatian dari faktor riil di ekonomi global yang memelihara
dan mengekalkan kemiskinan bangsa berkembang. Mari sekarang pelajari tentang teori
ketergantungan.