Program Penanggulangan Kemiskinan di Era

Program Penanggulangan Kemiskinan di
Era Otonomi Daerah
Oleh Maya Fathia / Rabu 31 Desember 2014 / Tanggapi?

Dengan pengintegrasian berbagai program pemberdayaan masyarakat ke dalam
kerangka kebijakan PNPM mandiri, cakupan pembangunan diharapkan dapat diperluas
hingga ke daerah-daerah terpencil dan terisolir.

Program Penanggulangan Kemiskinan di Era Otonomi Daerah

Sejak pelaksanaan otonomi daerah 2001, upaya penanggulangan kemiskinan dilaksanakan
secara terdesentralisasi, dengan mendorong secara terus-menerus kepada pemerintah daerah
(provinsi, kabupaten/kota, desa) dan segenap elemen masyarakat lainnya (perguruan tinggi,
dunia usaha, lembaga swadaya/organisasi masyarakat, dan masyarakat miskin) untuk
berpartisipasi dalam kegiatan penanggulangan kemiskinan secara menyeluruh, terpadu dan
berkelanjutan.
Untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan, pemerintah telah memutuskan untuk
melakukan pengarusutamaan penanggulangan kemiskinan dalam proses penyusunan
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN). Dimulai dengan rancangan
Repeta 2003 yang menempatkan masalah penanggulangan kemiskinan sebagai salah satu
prioritas kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Untuk itu dalam RAPBN 2003

dilakukan penajaman program/kegiatan di seluruh sektor terkait melalui langkah kebijakan:


Penciptaan kesempatan yang berkaitan dengan sasaran pemulihan ekonomi makro,
perwujudan pemerintahan yang baik, dan peningkatan pelayanan umum;



Pemberdayaan masyarakat yang berkaitan dengan sasaran penyediaan akses
masyarakat miskin ke sumber daya ekonomi dan keterlibatan masyarakat miskin dalam
pengambilan keputusan;



Peningkatan kemampuan yang berkaitan dengan sasaran peningkatan pelayanan
pendidikan, kesehatan, pangan,perumahan agar masyarakat makin produktif; dan



Perlindungan sosial yang berkaitan dengan sasaran pemberian jaminan kehidupan bagi

masyarakat yang mengalami kecacatan, fakir miskin, keterisolasian, konflik sosial, kehilangan
pekerjaan sehingga berpotensi menjadi miskin.
Langkah yang diambil pemerintah adalah dengan membentuk Komite Penanggulangan
Kemiskinan (KPK) melalui Kepres No. 124 Tahun 2001 jo. No. 8 Tahun 2002 jo. No. 34 Tahun
2004. Kemudian KPK menetapkan dua pendekatan utama untuk menanggulangi kemiskinan,
yaitu: (1) mengurangi beban biaya bagi penduduk miskin; dan (2) meningkatkan pendapatan
atau daya beli penduduk miskin. Pendekatan ini dijadikan pedoman bagi langkah kebijakan
pembangunan yang bertujuan untuk menanggulangi kemiskinan. Saat itu pemerintah menyusun
Strategi Penanggulangan Kemiskinan melalui tahapan-tahapan yang terdiri: (i) Identifikasi
permasalahan kemiskinan; (ii) Evaluasi kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan; (iii)
Perumusan strategi dan kebijakan; (iv) Perumusan program dan cara penyampaian program;
dan (v) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan program.
Selain itu, dalam pengarusutamaan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan, mulai
2002 pemerintah menyiapkan pedoman dan petunjuk bagi instansi sektoral dan daerah untuk
menyusun program dan rencana anggaran pembangunan yang berpihak pada upaya
penanggulangan kemiskinan serta memberikan bantuan teknis kepada instansi sektoral dan
daerah untuk melaksanakan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan secara
terdesentralisasi.
Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua pihak secara
bersama dan terkoordinasi. Namun penanganannya selama ini cenderung parsial dan tidak

berkelanjutan. Peran dunia usaha dan masyarakat pada umumnya juga belum optimal.
Kerelawanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang dapat menjadi sumber penting
pemberdayaan dan pemecahan akar permasalahan kemiskinan juga mulai luntur. Untuk itu
diperlukan perubahan yang bersifat sistemik dan menyeluruh dalam upaya penanggulangan
kemiskinan.
Untuk meningkatkan efektifitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja,
pemerintah meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri mulai
tahun 2007. Melalui PNPM Mandiri dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan
kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan,
hingga pemantauan dan evaluasi. Melalui proses pembangunan partisipatif, kesadaran kritis dan
kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin, dapat dikembangkan sehingga mereka
bukan sebagai obyek melainkan sebagai subyek upaya penanggulangan kemiskinan.

Pelaksanaan PNPM Mandiri tahun 2007 dimulai dengan Program Pengembangan Kecamatan
(PPK) sebagai dasar pengembangan pemberdayaan masyarakat di perdesaan beserta program
pendukungnya seperti PNPM Generasi; Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan
(P2KP) sebagai dasar bagi pengembangan pemberdayaan masyarakat di perkotaan; dan
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) untuk pengembangan
daerah tertinggal, pasca bencana, dan konflik. Mulai tahun 2008 PNPM Mandiri diperluas
dengan melibatkan Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW)

untuk mengintegrasikan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan daerah sekitarnya. PNPM
Mandiri diperkuat dengan berbagai program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh
berbagai departemen/sektor dan pemerintah daerah. Pelaksanaan PNPM Mandiri 2008 juga
diprioritaskan pada desa-desa tertinggal.
Dengan pengintegrasian berbagai program pemberdayaan masyarakat ke dalam kerangka
kebijakan PNPM mandiri, cakupan pembangunan diharapkan dapat diperluas hingga ke daerahdaerah terpencil dan terisolir. Efektivitas dan efisiensi dari kegiatan yang selama ini sering
berduplikasi antar proyek diharapkan juga dapat diwujudkan. Mengingat proses pemberdayaan
pada umumnya membutuhkan waktu 5-6 tahun, maka PNPM Mandiri akan dilaksanakan
sekurang-kurangnya hingga tahun 2015. Hal ini sejalan dengan target waktu pencapaian tujuan
pembangunan milenium atau Millennium Development Goals (MDGs). Pelaksanaan PNPM
Mandiri yang berdasar pada indikator-indikator keberhasilan yang terukur akan membantu
Indonesia mewujudkan pencapaian target-target MDGs tersebut.
Untuk meningkatkan akselerasi penanggulangan kemiskinan, pada tahun 2010 dikeluarkan
Peraturan Presiden RI Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan penanggulangan kemiskinan
terdiri dari:


Kelompok program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga, bertujuan untuk
melakukan pemenuhan hak dasar, pengurangan beban hidup, dan perbaikan kualitas hidup
masyarakat miskin;




Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat,
bertujuan untuk mengembangkan potensi dan memperkuat kapasitas kelompok masyarakat
miskin untuk terlibat dalam pembangunan yang didasarkan pada prinsip-prinsip
pemberdayaan masyarakat;



Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha ekonomi
mikro dan kecil, bertujuan untuk memberikan akses dan penguatan ekonomi bagi pelaku
usaha berskala mikro dan kecil;



Program-program lainnya yang baik secara langsung ataupun tidak langsung dapat
meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat miskin.
Percepatan penanggulangan kemiskinan dilaksanakan dengan menyusun kebijakan dan
program yang bertujuan mensinergikan kegiatan penanggulangan kemiskinan di berbagai


kementrian/lembaga, serta melakukan pengawasan dan pengendalian dalam pelaksanaannya.
Untuk melaksanakan percepatan penanggulangan kemiskinan dibentuk Tim Nasional
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan yang bertugas: (a) menyusun kebijakan dan program
penanggulangan kemiskinan; (b) melakukan sinergi melalui sinkronisasi, harmonisasi, dan
integrasi program-program penanggulangan kemiskinan di kementrian/lembaga; (c) melakukan
pengawasan dan pengendalian pelaksanaan program dan kegiatan penanggulangan
kemiskinan.
Dalam upaya meningkatkan koordinasi penanggulangan kemiskinan di tingkat Provinsi dan
Kabupaten/kota, dibentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan yang selanjutnya disebut
TKPK. Di tingkat provinsi dibentuk TKPK Provinsi, yang berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada Gubernur. Di tingkat kabupaten/kota dibentuk TKPK Kabupaten/Kota
yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota. TKPK Provinsi
dan Kabupaten/Kota bertugas melakukan koordinasi penanggulangan kemiskinan di daerah
masing-masing sekaligus mengendalikan pelaksanaan kebijakan dan program penanggulangan
kemiskinan sesuai Keputusan Tim Nasional.
Disarikan dari buku: Sinkronisasi Perencanaan Desa, Penulis: Rohidin Sudarno, Suraji, Hal: 5562.