Visitasi dilakukan ke lokasi lahan kampus PTS yang akan didirikan oleh Tim Evaluator didampingi oleh wakil dari L2 Dikti setempat, dan diterima oleh Ketua Pengurus Badan
Penyelenggara tidak dapat diwakilkan dari PTS yang akan didirikan, serta para anggota Pengurus lainnya, dengan susunan acara sebagai berikut:
• Pembukaan oleh Ketua Pengurus Badan Penyelenggara PTS yang akan didirikan;
• Penyocokan data dan informasi yang dicantumkan dalam perbaikan dokumen sebagaimana dimaksud dalam angka 2.1. huruf a sampai dengan huruf j dengan fakta
lapangan, antara lain calon dosen dan calon tenaga kependidikan, calon prasarana dan sarana, dan penerimaan lingkungan masyarakat setempat.
e. Setelah visitasi, Tim Evaluator dapat memberikan rekomendasi tentang izin pendirian PTS
kepada Direktur Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti. f.
Setelah menerima dan mempertimbangkan rekomendasi tentang izin pendirian PTS dari Tim Evaluator, Direktur Jenderal mengajukan usul tertulis penerbitan izin pendirian PTS
dilampiri keputusan akreditasi minimum dari BAP-PT atau LAM kepada Menteri. g.
Menteri menetapkan izin pendirian PTS yang berbentuk universitas, institut, sekolah
tinggi, politeknik, atau akademi, yang akan diberitahukan kepada pengusul secara online.
h. Setelah penetapan pendirian PTS oleh Menteri sebagaimana dimaksud pada huruf h, PTS
baru tersebut dapat menyelenggarakan pendidikan tinggi.
Pengusul yang tidak memanfaatkan kesempatan perbaikan dokumen, dianggap mengundurkan diri dari proses pengusulan. Jika di kemudian hari pengusul mengajukan
usul baru, maka usul tersebut akan diperlakukan sama dengan usul baru dari pengusul lain.
3.2. Prosedur Perubahan Bentuk PTS
a.
Badan penyelenggara dari PTS baru yang akan dibentuk meminta rekomendasi L2 Dikti di
wilayah PTS baru yang akan dibentuk. Dalam hal L2 Dikti belum terbentuk di wilayah di mana PTS baru yang akan dibentuk, maka tugas dan fungsinya masih dijalankan oleh
Kopertis wilayah tersebut.
L2 Dikti atau Kopertis setempat memberi rekomendasi tentang: • rekam jejak Badan Penyelenggara dari PTS baru yang akan dibentuk;
• tingkat kejenuhan berbagai prodi yang akan diselenggarakan dalam PTS baru yang akan dibentuk di wilayah L2 Dikti;
• tingkat keberlanjutan PTS baru yang akan dibentuk, jika diberi izin perubahan bentuk PTS oleh Pemerintah.
b. Badan Penyelenggara dari PTS baru yang akan dibentuk menyiapkan dan menyusun
dokumen sesuai persyaratan sebagaimana dimaksud dalam angka 2.2. huruf a sampai dengan huruf m, dengan susunan sebagai berikut:
No Dokumen
Contoh di Lampiran
Bentuk
a Surat usul perubahan bentuk dari PTS lama
ke PTS baru yang akan dibentuk, yang disusun oleh Badan Penyelenggara dari PTS
baru yang akan dibentuk
Lihat Lampiran 11
Semua dokumen:
• Dibuat dalam file pdf; • Dipindai scan;
• Dikirim secara digital
ke Direktur Jenderal
b Akta Notaris Pendirian Badan Penyelenggara
dan semua perubahannya
Lihat Lampiran 2
c Dokumen pengesahan Badan Penyelenggara
sebagai Badan Hukum
Lihat Lampiran 3
d Sertifikat status lahan kampus PTS baru yang
akan dibentuk an. Badan Penyelenggara atau perjanjian sewa menyewa lahan
Lihat Lampiran 4
Kelembagaan IPTEK dan Dikti
dengan alamat:
silemkerma.dikti. go.id
e Studi kelayakan perubahan bentuk PTS
Lihat Lampiran 5
f Usul Pendirian Perguruan Tinggi yang berisi
Instrumen Akreditasi pendirian perguruan tinggi dari BAN-PT yang sudah diisi oleh
Badan Penyelenggara
Lihat Lampiran 6
g Usul Pembukaan Program Studi yang berisi
Instrumen Akreditasi Pembukaan Prodi dari BAN-PT yang sudah diisi oleh Badan
Penyelenggara satu Instrumen Pembukaan Prodi untuk setiap prodi
Lihat Lampiran 7
h Laporan Keuangan Badan Penyelenggara dari
PTS baru yang akan dibentuk
Lihat Lampiran 8
i Surat bukti kepemilikan dana Badan
Penyelenggara dari PTS baru yang akan dibentuk
Lihat Lampiran 9
j Rekomendasi Lembaga Layanan Pendidikan
Tinggi L2 Dikti di wilayah PTS baru yang akan dibentuk
Lihat Lampiran 10
k Akta Notaris berisi kesepakatan 2 dua atau
lebih Badan Penyelenggara
Tidak diberi contoh
l Semua SK Izin Pendirian PTS dan Izin
Pembukaan Prodi pada PTS lama
Tidak diberi contoh
m Surat pernyataan telah berkoordinasi dengan
organisasi profesi dari organisasi profesi terkait bila disyaratkan oleh peraturan
perundang-undangan
Tidak diberi contoh
Perhatian: Badan Penyelenggara dari PTS baru yang akan dibentuk bertanggungjawab atas kebenaran data dan
informasi yang dimuat dalam semua Dokumen di atas. Apabila Badan Penyelenggara dari PTS baru yang akan dibentuk memberikan data dan informasi yang tidak benar, Badan Penyelenggara tersebut dapat
dikenakan sanksi pidana berdasarkan Pasal 242 ayat 1 juncto ayat 3 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
c. Direktur Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti menugaskan Tim Evaluator untuk
melakukan evaluasi dan verifikasi dokumen sebagaimana dimaksud dalam angka 2.2. huruf a sampai dengan huruf m secara digital.
d.
Tim Evaluator dapat memberikan rekomendasi untuk presentasi usul perubahan bentuk PTS oleh pengusul pada waktu yang diberitahukan secara online oleh Direktorat Jenderal
Kelembagaan IPTEK dan Dikti.
Presentasi usul perubahan bentuk PTS dilakukan oleh Ketua Pengurus Badan Penyelenggara tidak dapat diwakilkan dari PTS baru yang akan dibentuk, didampingi
oleh para anggota Pengurus lainnya di hadapan Tim Evaluator, dengan susunan acara sebagai berikut:
Pembukaan oleh Tim Evaluator;
Presentasi ringkasan Studi Kelayakan perubahan bentuk PTS oleh Ketua Pengurus Badan Penyelenggara disajikan dalam bentuk slide presentasi;
Diskusi dan tanya jawab dengan Tim Evaluator.
e. Setelah presentasi, Tim Evaluator dapat memberikan rekomendasi untuk dilakukan
visitasi. Pemberitahuan jadwal visitasi kepada Pengusul dilakukan secara online.
Visitasi dilakukan ke lokasi lahan kampus PTS baru yang akan dibentuk oleh Tim Evaluator didampingi oleh wakil dari L2 Dikti setempat, dan diterima oleh Ketua Pengurus Badan
Penyelenggara tidak dapat diwakilkan dari PTS baru yang akan dibentuk, serta para anggota Pengurus lainnya, dengan susunan acara sebagai berikut:
Pembukaan oleh Ketua Pengurus Badan Penyelenggara dari PTS baru yang akan
dibentuk;
Penyocokan data dan informasi yang dicantumkan dalam dokumen sebagaimana
dimaksud dalam angka 2.2. huruf a sampai dengan huruf l dengan fakta lapangan, antara lain calon dosen dan calon tenaga kependidikan, calon sarana dan prasarana,
penerimaan lingkungan masyarakat setempat. dan
f. Setelah visitasi, Tim Evaluator dapat memberikan rekomendasi tentang izin perubahan
bentuk PTS kepada Direktur Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti. g.
Setelah menerima dan mempertimbangkan rekomendasi tentang izin perubahan bentuk PTS dari Tim Evaluator, Direktur Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti mengajukan usul
tertulis perubahan bentuk PTS dilampiri keputusan BAN-PT atau LAM, kepada Menteri. h.
Menteri menetapkan izin perubahan bentuk PTS yang berbentuk universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik, atau akademi, yang akan diberitahukan kepada pengusul secara
online.
i. Setelah penetapan izin perubahan bentuk PTS oleh Menteri sebagaimana dimaksud pada
huruf h, PTS baru tersebut dapat menyelenggarakan pendidikan tinggi.
Perbaikan Dokumen Perubahan Bentuk PTS Pengusul yang belum berhasil memenuhi persyaratan perubahan bentuk PTS, diberi
kesempatan untuk memperbaiki dokumen yang telah dikirimkan, dengan langkah sebagai berikut:
a.
Badan Penyelenggara dari PTS baru yang akan dibentuk memperbaiki dokumen sesuai permintaan Tim Evaluator yang akan diberitahukan secara online, dan mengirimkan
kembali secara online ke alamat: silemkerma.dikti. go.id.
b. Direktur Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti menugaskan Tim Evaluator untuk
melakukan evaluasi dan verifikasi perbaikan dokumen sebagaimana dimaksud dalam angka huruf a secara digital.
c.
Jika dipandang perlu, Tim Evaluator dapat memberikan rekomendasi untuk presentasi
perbaikan dokumen perubahan bentuk PTS oleh pengusul, pada waktu yang diberitahukan secara online oleh Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti.
Presentasi perbaikan dokumen perubahan bentuk PTS dilakukan oleh Badan Penyelenggara PTS baru yang akan dibentuk pada waktu yang diberitahukan secara online
oleh Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti.
Presentasi perbaikan dokumen perubahan bentuk PTS dilakukan oleh Ketua Pengurus Badan Penyelenggara tidak dapat diwakilkan dari PTS baru yang akan dibentuk,
didampingi oleh para anggota Pengurus lainnya di hadapan Tim Evaluator, dengan susunan acara sebagai berikut:
Pembukaan oleh Tim Evaluator;
Presentasi ringkasan perbaikan dokumen perubahan bentuk PTS oleh Ketua Pengurus Badan Penyelenggara disajikan dalam bentuk slide presentasi;
Diskusi dan tanya jawab dengan Tim Evaluator. d.
Jika dipandang perlu, setelah presentasi Tim Evaluator dapat memberikan rekomendasi
untuk dilakukan visitasi. Pemberitahuan jadwal visitasi kepada Pengusul dilakukan secara online.
Visitasi dilakukan ke lokasi rencana kampus PTS baru yang akan dibentuk oleh Tim Evaluator didampingi oleh wakil dari L2 Dikti setempat, dan diterima oleh Ketua Pengurus
Badan Penyelenggara tidak dapat diwakilkan dari PTS baru yang akan dibentuk, serta para anggota Pengurus lainnya, dengan susunan acara sebagai berikut:
• Pembukaan oleh Ketua Pengurus Badan Penyelenggara dari PTS baru yang akan
dibentuk;
• Penyocokan data dan informasi yang dicantumkan dalam perbaikan dokumen sebagaimana dimaksud dalam angka 2.2. huruf a sampai dengan huruf l dengan fakta
lapangan, antara lain calon dosen dan calon tenaga kependidikan, calon prasarana dan calon sarana, dan penerimaan lingkungan masyarakat setempat
e. Setelah visitasi, Tim Evaluator dapat memberikan rekomendasi tentang izin perubahan
bentuk PTS kepada Direktur Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti. f.
Setelah menerima dan mempertimbangkan rekomendasi tentang izin perubahan bentuk PTS dari Tim Evaluator, Direktur Jenderal mengajukan usul tertulis penerbitan izin
perubahan bentuk PTS dilampiri keputusan BAN-PT atau LAM, kepada Menteri. g.
Menteri menetapkan izin perubahan bentuk PTS yang berbentuk universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik, atau akademi, yang akan diberitahukan kepada pengusul secara
online.
h. Setelah penetapan perubahan bentuk PTS oleh Menteri sebagaimana dimaksud pada
huruf g, PTS baru tersebut dapat menyelenggarakan pendidikan tinggi.
Pengusul yang tidak memanfaatkan kesempatan perbaikan dokumen, dianggap mengundurkan diri dari proses pengusulan. Jika di kemudian hari pengusul mengajukan
usul baru, maka usul tersebut akan diperlakukan sama dengan usul baru dari pengusul lain.
4. Jadwal