Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Sebagai Kawasan Ekotourisme
KARYA TULIS
PEMANFAATAN JASA LINGKUNGAN HUTAN SEBAGAI
KAWASAN EKOTOURISME
Oleh :
Nurdin Sulistiyono, S.Hut, MSi
NIP. 132 259 567
Departemen Kehutanan
Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
2008
Nurdin Sulistiyono : Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Sebagai Kawasan Ekotourisme, 2008
USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISI
Halaman
Makna Ekoturisme ........................................................................................ 1
Faktor Pendorong Ekoturisme........................................................................ 2
Ekoturisme dan wisata alam .......................................................................... 3
Tourist dan Ecotourist ................................................................................... 3
Konservasi Melalui Ekoturisme..................................................................... 5
Penilaian Ekonomi Manfaat Ekoturisme ....................................................... 5
Ekoturisme dan Pemerintah .......................................................................... 7
Bahan Bacaan................................................................................................. 8
Nurdin Sulistiyono : Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Sebagai Kawasan Ekotourisme, 2008
USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Sebagai Kawasan Ekotourisme 1
Oleh : Nurdin Sulistiyono 2
Makna Ekoturisme
Ecotourism merupakan gabungan dari ecologycal dengan tourism. Ekologi
merupakan suatu ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia
dengan lingkungannya. Di Indonesia khususnya, keilmuan ini secara umum relatif
belum berkembang sebagaimana diharapkan. Ilmu ini lebih banyak berkaitan erat
dengan tatanan kehidupan manusia, baik manusia secara pasif sebagai bagian dari
alam maupun manusia sebagai elemen aktif yang dapat merekayasa alam. Berbagai
kegiatan kehidupan manusia yang berkaitan erat dengan ekologi antara lain
kehidupan ekonomi, sosial, maupun budaya. (Hardesty;1977; Soewarno;2000).
Dalam Pengantar Ecotourism: A Guide for Planners and Managers (1993)
dinyatakan: Ekoturisme adalah perjalanan secara bertanggungjawab ke daerah-daerah
yang alami sembari menjaga kelestarian alam serta berupaya meningkatkan
kesejahteraan penduduk sekitarnya. Mengadakan perjalanan ke daerah yang masih
alami, tanpa simbol-simbol kemewahan, sambil belajar pada pengalaman dengan
tetap melestarikan lingkungan dan berkenalan lebih akrab dengan masyarakat
setempat, merupakan alternatif yang sangat menguntungkan, baik dari segi ekonomi
maupun ekologi. Sementara itu World Tourism Organization (WTO) sebagai badan
dunia kepariwisataan menggulirkan isu ekoturisme sejalan dengan manuver
konservasi alam di berbagai belahan dunia. WTO mendifinisikan ecotourism sebagai
kegiatan perjalanan yang tidak mengganggu lingkungan alami dengan kegiatan
khusus berupa belajar, mengagumi dan menikmati keindahan alam, tumbuhan dan
satwa liar, serta budaya masyarakat yang ada di kawasan tersebut
1
2
Karya Tulis Ilmiah untuk Perpustakaan USU
Staf Pengajar Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian USU
Nurdin Sulistiyono : Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Sebagai Kawasan Ekotourisme, 2008
USU e-Repository © 2008
Faktor Pendorong Ekoturisme
Selama ini pariwisata dipandang sebagai kegiatan memasarkan potensi
keindahan yang lebih bersifat massal-komersial untuk meningkatkan devisa negara.
Pariwisata dikembangkan dengan memaksimalkan pemasaran potensi keindahan
dengan segala daya dukungnya. Misalnya sarana transportasi, hotel, sarana
komunikasi dan sebagainya. Obyek wisata disulap menjadi kawasan yang megah,
modern dan mewah.
Perkembangan industri pariwisata merupakan salah satu isu utama dari isu 4T
dalam
milenium
ketiga.
Keempat
T
tersebut
adalah
Transportation,
Telecommunication, Tourism dan Technology. Artinya, pariwisata menjadi salah satu
industri yang akan tumbuh dan dominan di berbagai belahan dunia pada milenium
ketiga. Industri pariwisata selama milenium ketiga memiliki peran dan makna begitu
tinggi dalam aspek kehidupan manusia.
Selain isu di atas, pemeliharaan lingkungan alam tiada hentinya menjadi isu
penting
dalam
berbagai
forum
dunia.
Lingkungan
alam
dijadikan
basis
pengembangan hampir keseluruhan industri. Pariwisata merupakan salah satu industri
yang tidak luput dari tuntutan aplikasi pengembangan industri berwawasan
pemeliharaan lingkungan alam tersebut.
Kerangka berpikir dan bekerja industri pariwisata berubah menjadi,
bagaimana mengembangkan pariwisata tanpa mengubah dan merusak alam.
Perumusan
kerangka
pengembangan
pariwisata
berwawasan
pemeliharaan
lingkungan adalah hal mendesak yang perlu direalisasikan. Makin mencuatnya isu
pemeliharaan dan pelestarian alam diekspresikan antara lain dalam bentuk
greenspeak. Greenspeak itu sendiri berkonotasi mendalam untuk kemaknaan "alam
yang hijau dan terpelihara." Oleh karena itu, serta-merta muncul isu go green.
(Cooper;1997;WTO;2000).
Isu lain yang telah lama mengglobal adalah back to nature yang tidak luput
menyentuh pengembangan pariwisata. Kembali ke alam menjalar bukan saja di
negara-negara maju, tetapi juga masuk ke negara-negara berkembang termasuk
Indonesia. Indonesia memiliki kekayaan alam lebih dibanding negara lainnya di
Nurdin Sulistiyono : Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Sebagai Kawasan Ekotourisme, 2008
USU e-Repository © 2008
dunia. Alam hijau baik alam hutan maupun tanaman rekayasa manusia begitu
melimpah. Dengan demikian Indonesia berpeluang membangun kepariwisataan yang
berkelanjutan melalui pemeliharaan lingkungan alam.
Ekoturisme dan Wisata Alam
Ecotourism atau ecologycal tourism diterjemahkan menjadi wisata ekologi,
lengkapnya pariwisata ekologi, berarti bertanggung jawab atas perjalanan wisata ke
area alam yang mampu memelihara lingkungan, serta bertanggung jawab untuk
memelihara keberadaan manusia dan mahluk hidup di sekitarnya untuk tetap hidup
aman dan nyaman dalam lingkungannya (Blangly dan Megan;1994). Tentu berbeda
dengan hanya sekadar wisata alam. Karena itu penyetaraan makna ekoturisme dengan
'wisata alam' tentu saja tidak tepat. Ekoturisme maknanya setara dengan pariwisata
yang berwawasan konservasi lingkungan. Sementara itu, wisata alam adalah kegiatan
berwisata di dalam lingkungan alam.
Apakah suatu kegiatan wisata alam merupakan ekoturisme? Wisata alam
belum tentu sama dengan kegiatan ekoturisme. Kegiatan wisata alam umpamanya
arung jeram, pendakian gunung, wisata selam, wisata tirta dan sejenisnya. Mungkin
saja pendakian gunung menimbulkan kerusakan pada lingkungan dan keaslian alam
pegunungan tersebut. Oleh karena itu, wisata seperti itu tidak masuk kualifikasi
wisata berwawasan pelestarian lingkungan alam. Karena itulah, ekoturisme ini sarat
oleh aspek primer yakni, mengelaborasi alam untuk kepentingan pariwisata tanpa
menurunkan kualitas alam, atau mengubahnya menjadi wujud intervensi penyebab
degradasi ekosistem.
Tourist dan Ecotourist
Mayo dan Jarvis (1981) mengatakan bahwa motivasi untuk berpariwisata
dapat dibagi kedalam 4 kategori yakni :
1. motivasi fisik : istirahat fisik, ikut berolah raga, rekreasi pantai, hiburan yang
membuat tubuh tidak tegang dan pertimbangan kesehatan.
Nurdin Sulistiyono : Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Sebagai Kawasan Ekotourisme, 2008
USU e-Repository © 2008
2. Motivasi budaya : keinginan mengetahui negeri lain, misalnya seni, adatistiadat, tari, lukisan dan agama
3. Motivasi antar pribadi: keinginan bertemu dengan muka-muka baru ;
mengunjungi sanak saudara, keluarga atau tetangga atau menciptakan sahabat
baru.
4. Motivasi status dan martabat : kebutuhan akan pengakuan, perhatian,
penghargaan dan reputasi.
Menurut pasal 5 Resolusi Dewan Ekonomi dan Sosial PBB No 870, yang
dimaksudkan pengunjung adalah orang yang mengunjungi suatu negara yang bukan
merupakan tempat tinggalnya yang biasa, dengan alasan apapun juga, kecuali
mengusahakan sesuatu pekerjaan yang dibayar oleh negara yang dikunjunginya.
Menurut rumusan pengunjung, yang termasuk dalam pengunjung adalah :
1. Wisatawan (tourist) yaitu pengunjung sementara yang paling sedikit tinggal
selama 24 jam di negara yang dikunjunginya dan tujuan perjalanannya dapat
digolongkan ke dalam klasifikasi sebagai berikut :
Pesiar (leisure), seperti untuk tujuan rekreasi, liburan, kesehatan, studi,
keagamaan dan olahraga.
Hubungan dagang (business), keluarga, konperensi dan misi.
2. Pelancong (exursionist) yaitu pengunjung sementara yang tinggal kurang dari
24 jam di negara yang dikunjunginya.
Seorang ecotourist adalah pelaku kegiatan ecotourisme, seorang ecotourist
setidaknya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Bertanggung jawab
Perjalanan yang bertanggung jawab akan menjaga kebersihan lingkungan
alam dengan tidak mengotorinya dengan sampah misalnya.
2. Menghargai
Ekoturis akan mengetahui bahwa tidak semua masyarakat yang akan
dikunjunginya memiliki budaya seperti mereka.
Untuk itu perlu kiranya
Nurdin Sulistiyono : Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Sebagai Kawasan Ekotourisme, 2008
USU e-Repository © 2008
mengetahui keadaan iklim, ekonomi, lingkungan, budaya dan tradisi
masyarakat yang akan dikunjungi.
3. Layak
Tidak mengharapkan yang lebih apa yang tersedia ketika melakukan
ekoturisme. Ekoturis akan menerima keadaan itu sebagai bagian dari kegiatan
petualangannya.
4. Rasional
Ekoturis yang rasional akan mengetahui akibat perbedaan budaya yang
mereka hadapi ketika melakukan ekoturisme. Mereka akan melakukan yang
terbaik untuk menghargai budaya dan lingkungan masyarakat lokal.
Konservasi Melalui Ekoturisme
Konservasi alam merupakan upaya mempertahankan keaslian serta keasrian
tatanan alam sehingga manusia dan makhluk hidup lainnya dapat tetap hidup dan
terpelihara dengan baik. Konservasi alam dapat diusahakan melalui berbagai media,
salah
satunya
melalui
eksplorasi
dan
elaborasi
ecotourism
(ekoturisme).
Pengembangan ekoturisme bukan saja sejalan dengan isu penanganan kerusakan
hutan yang tiap hari digembar-gemborkan di negeri ini, tetapi juga sejalan dengan
terus merebaknya berbagai isu yang berorientasi pada pemeliharaan lingkungan alam
di berbagai belahan dunia.
Ekoturisme telah menjadi sarana yang efektif dalam kegiatan konservasi.
Dengan ekoturisme kerusakan lingkungan dapat diminimalisir dengan tetap menjaga
keaslian alam serta budaya masyarakat lokal. Dari sisi ekonomi, manfaat finansial
yang di dapatkan dari kegiatan ekoturisme dapat digunakan untuk mendanai kegiatan
konservasi alam.
Penilaian Ekonomi Manfaat Ekoturisme
Untuk menduga nilai ekonomi ekoturisme dapat digunakan pendekatan biaya
perjalanan (Travel Cost Method - TCM) dan pendekatan kontingensi (Contingent
Valuation Method - CVM). Pendekatan CVM dilakukan dengan menghitung
Nurdin Sulistiyono : Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Sebagai Kawasan Ekotourisme, 2008
USU e-Repository © 2008
besarnya kesediaan membayar (Willingness to pay - WTP) dari pelaku ekoturisme.
Formulasi penentuan manfaat ekonomi dari kegiatan ekoturisme dengan metode
CVM adalah sebagai berikut :
NEE
= WTPr x JP
WTPr
n
= ∑ WTPi / ni
i=1
dimana :
NEE
= Nilai ekonomi ekoturisme (Rp/tahun)
WTPr
= Rata-rata kesediaan membayar (Rp/tahun/orang)
WTPi
= Kesediaan membayar responden ke i (Rp/tahun)
ni
= Jumlah responden
JP
= Jumlah populasi
Sedangkan pendekatan dengan TCM dimulai dengan cara menghitung
besarnya biaya perjalanan pelaku ekoturisme.
Biaya perjalanan yang digunakan
termasuk diantaranya biaya transportasi, biaya konsumsi, biaya penginapan dan biaya
untuk membeli tiket masuk kawasan wisata alam. Tahapan penentuan nilai ekonomi
wisata alam adalah sebagai berikut :
1. Menduga jumlah pengunjung dari masing-masing daerah asal pengunjung
(zone) berdasarkan wawancara dengan responden.
Zi
= Pi x ∑Y
dimana :
Pi
= Persentase kunjungan dari zone i
Zi
= Jumlah pengunjung dari zone-i
∑Y
= Jumlah seluruh kunjungan
2. Menentukan besarnya biaya perjalanan rata-rata dari jumlah total biaya
perjalanan yang dikeluarkan selama melakukan perjalanan atau kegiatan
rekreasi.
BPR
= TR + D + KR + L
Dimana :
Nurdin Sulistiyono : Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Sebagai Kawasan Ekotourisme, 2008
USU e-Repository © 2008
BPR
= Biaya perjalanan rata-rata (Rp/orang)
TR
= Biaya transportasi (Rp/orang)
D
= Biaya dokumentasi (Rp/orang)
KR
= Biaya konsumsi selama berwisata (Rp/orang)
L
= Biaya lain-lain (Rp/orang)
3. Menentukan biaya perjalanan rata-rata zone i (X1i)
n
∑ Bpi
X1i
=
j=1
Ni
dimana :
X1i
= Biaya perjalanan rata-rata daerah asal i
Bpi
= Biaya perjalanan hasil pengambilan contoh i
Ni
= Jumlah populasi daerah asal i
4. Menentukan laju kunjungan pengunjung per 1000 orang zona i dalam satu
tahun.
LKi
=
∑ JPi x 1000
∑ JPT
dimana :
LKi
= Laju kunjungan pengunjung zona i
JPi
= Jumlah pengunjung zona i
JPT
= Jumlah populasi pengunjung zona i
5. Menentukan nilai ekonomi wisata
Nilai ekonomi wisata didapatkan dari total kesediaan membayar seluruh
pengunjung pada tinkat harga karcis tanda masuk yang berlaku.
Total
kesediaan membayar pengunjung adalah luas daerah dibawah kurva
permintaan jasa wisata pada tingkat harga karcis tanda masuk yang berlaku.
Ekoturisme dan Pemerintah
Indonesia dengan segala kekayaan alam dan lingkungannya sangat berpotensi
besar untuk dikembangkannya kegiatan ekoturisme.
Kegiatan ekoturisme akan
Nurdin Sulistiyono : Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Sebagai Kawasan Ekotourisme, 2008
USU e-Repository © 2008
berhasil dengan baik manakala terdapat sinergisitas antar stakeholders dalam
memajukan ekoturisme. Dukungan yang diberikan pemerintah dalam pengembangan
ekoturisme bisa berupa :
1. Peningkatan koordinasi antar departemen mengenai pengembangan
ekoturisme
2. Perbaikan dan perbaikan perencanaan pengembangan ekoturisme
3. Peningkatan sumberdaya informasi dan sistem monitoring
4. Pemberdayaan pemasaran atau sumberdaya manusia
5. Mendukung pendidikan, penelitian dan pelatihan di bidang ekoturisme
6. Mempersiapkan stimulan ekonomi untuk konservasi (penambahan biaya
untuk kawasan lindung, penyediaan sumbangan, mendukung perlindungan
lingkungan.
Nurdin Sulistiyono : Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Sebagai Kawasan Ekotourisme, 2008
USU e-Repository © 2008
Bahan Bacaan
Boo, E. 1990. Ecotourism : Potensial and Pitfalls. World Wildlife Fund. Washinton
D.C.
Darsoprajitmno, H.S. 2002. Ekologi Pariwisata. Penerbit Angkasa Bandung
Darusman, D. 2002. Pembenahan Kehutanan Indonesia. Dokumentasi Kronologis
Tulisan 1986 – 2002. Lab Politik Ekonomi dan Sosial Kehutanan. Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pearce D, D Moran 1994. The Economic Value of Biodeversity. IUCN The World
Conservation Union. Earthscan Publication Ltd, London.
Nurdin Sulistiyono : Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Sebagai Kawasan Ekotourisme, 2008
USU e-Repository © 2008
PEMANFAATAN JASA LINGKUNGAN HUTAN SEBAGAI
KAWASAN EKOTOURISME
Oleh :
Nurdin Sulistiyono, S.Hut, MSi
NIP. 132 259 567
Departemen Kehutanan
Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
2008
Nurdin Sulistiyono : Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Sebagai Kawasan Ekotourisme, 2008
USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISI
Halaman
Makna Ekoturisme ........................................................................................ 1
Faktor Pendorong Ekoturisme........................................................................ 2
Ekoturisme dan wisata alam .......................................................................... 3
Tourist dan Ecotourist ................................................................................... 3
Konservasi Melalui Ekoturisme..................................................................... 5
Penilaian Ekonomi Manfaat Ekoturisme ....................................................... 5
Ekoturisme dan Pemerintah .......................................................................... 7
Bahan Bacaan................................................................................................. 8
Nurdin Sulistiyono : Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Sebagai Kawasan Ekotourisme, 2008
USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Sebagai Kawasan Ekotourisme 1
Oleh : Nurdin Sulistiyono 2
Makna Ekoturisme
Ecotourism merupakan gabungan dari ecologycal dengan tourism. Ekologi
merupakan suatu ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia
dengan lingkungannya. Di Indonesia khususnya, keilmuan ini secara umum relatif
belum berkembang sebagaimana diharapkan. Ilmu ini lebih banyak berkaitan erat
dengan tatanan kehidupan manusia, baik manusia secara pasif sebagai bagian dari
alam maupun manusia sebagai elemen aktif yang dapat merekayasa alam. Berbagai
kegiatan kehidupan manusia yang berkaitan erat dengan ekologi antara lain
kehidupan ekonomi, sosial, maupun budaya. (Hardesty;1977; Soewarno;2000).
Dalam Pengantar Ecotourism: A Guide for Planners and Managers (1993)
dinyatakan: Ekoturisme adalah perjalanan secara bertanggungjawab ke daerah-daerah
yang alami sembari menjaga kelestarian alam serta berupaya meningkatkan
kesejahteraan penduduk sekitarnya. Mengadakan perjalanan ke daerah yang masih
alami, tanpa simbol-simbol kemewahan, sambil belajar pada pengalaman dengan
tetap melestarikan lingkungan dan berkenalan lebih akrab dengan masyarakat
setempat, merupakan alternatif yang sangat menguntungkan, baik dari segi ekonomi
maupun ekologi. Sementara itu World Tourism Organization (WTO) sebagai badan
dunia kepariwisataan menggulirkan isu ekoturisme sejalan dengan manuver
konservasi alam di berbagai belahan dunia. WTO mendifinisikan ecotourism sebagai
kegiatan perjalanan yang tidak mengganggu lingkungan alami dengan kegiatan
khusus berupa belajar, mengagumi dan menikmati keindahan alam, tumbuhan dan
satwa liar, serta budaya masyarakat yang ada di kawasan tersebut
1
2
Karya Tulis Ilmiah untuk Perpustakaan USU
Staf Pengajar Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian USU
Nurdin Sulistiyono : Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Sebagai Kawasan Ekotourisme, 2008
USU e-Repository © 2008
Faktor Pendorong Ekoturisme
Selama ini pariwisata dipandang sebagai kegiatan memasarkan potensi
keindahan yang lebih bersifat massal-komersial untuk meningkatkan devisa negara.
Pariwisata dikembangkan dengan memaksimalkan pemasaran potensi keindahan
dengan segala daya dukungnya. Misalnya sarana transportasi, hotel, sarana
komunikasi dan sebagainya. Obyek wisata disulap menjadi kawasan yang megah,
modern dan mewah.
Perkembangan industri pariwisata merupakan salah satu isu utama dari isu 4T
dalam
milenium
ketiga.
Keempat
T
tersebut
adalah
Transportation,
Telecommunication, Tourism dan Technology. Artinya, pariwisata menjadi salah satu
industri yang akan tumbuh dan dominan di berbagai belahan dunia pada milenium
ketiga. Industri pariwisata selama milenium ketiga memiliki peran dan makna begitu
tinggi dalam aspek kehidupan manusia.
Selain isu di atas, pemeliharaan lingkungan alam tiada hentinya menjadi isu
penting
dalam
berbagai
forum
dunia.
Lingkungan
alam
dijadikan
basis
pengembangan hampir keseluruhan industri. Pariwisata merupakan salah satu industri
yang tidak luput dari tuntutan aplikasi pengembangan industri berwawasan
pemeliharaan lingkungan alam tersebut.
Kerangka berpikir dan bekerja industri pariwisata berubah menjadi,
bagaimana mengembangkan pariwisata tanpa mengubah dan merusak alam.
Perumusan
kerangka
pengembangan
pariwisata
berwawasan
pemeliharaan
lingkungan adalah hal mendesak yang perlu direalisasikan. Makin mencuatnya isu
pemeliharaan dan pelestarian alam diekspresikan antara lain dalam bentuk
greenspeak. Greenspeak itu sendiri berkonotasi mendalam untuk kemaknaan "alam
yang hijau dan terpelihara." Oleh karena itu, serta-merta muncul isu go green.
(Cooper;1997;WTO;2000).
Isu lain yang telah lama mengglobal adalah back to nature yang tidak luput
menyentuh pengembangan pariwisata. Kembali ke alam menjalar bukan saja di
negara-negara maju, tetapi juga masuk ke negara-negara berkembang termasuk
Indonesia. Indonesia memiliki kekayaan alam lebih dibanding negara lainnya di
Nurdin Sulistiyono : Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Sebagai Kawasan Ekotourisme, 2008
USU e-Repository © 2008
dunia. Alam hijau baik alam hutan maupun tanaman rekayasa manusia begitu
melimpah. Dengan demikian Indonesia berpeluang membangun kepariwisataan yang
berkelanjutan melalui pemeliharaan lingkungan alam.
Ekoturisme dan Wisata Alam
Ecotourism atau ecologycal tourism diterjemahkan menjadi wisata ekologi,
lengkapnya pariwisata ekologi, berarti bertanggung jawab atas perjalanan wisata ke
area alam yang mampu memelihara lingkungan, serta bertanggung jawab untuk
memelihara keberadaan manusia dan mahluk hidup di sekitarnya untuk tetap hidup
aman dan nyaman dalam lingkungannya (Blangly dan Megan;1994). Tentu berbeda
dengan hanya sekadar wisata alam. Karena itu penyetaraan makna ekoturisme dengan
'wisata alam' tentu saja tidak tepat. Ekoturisme maknanya setara dengan pariwisata
yang berwawasan konservasi lingkungan. Sementara itu, wisata alam adalah kegiatan
berwisata di dalam lingkungan alam.
Apakah suatu kegiatan wisata alam merupakan ekoturisme? Wisata alam
belum tentu sama dengan kegiatan ekoturisme. Kegiatan wisata alam umpamanya
arung jeram, pendakian gunung, wisata selam, wisata tirta dan sejenisnya. Mungkin
saja pendakian gunung menimbulkan kerusakan pada lingkungan dan keaslian alam
pegunungan tersebut. Oleh karena itu, wisata seperti itu tidak masuk kualifikasi
wisata berwawasan pelestarian lingkungan alam. Karena itulah, ekoturisme ini sarat
oleh aspek primer yakni, mengelaborasi alam untuk kepentingan pariwisata tanpa
menurunkan kualitas alam, atau mengubahnya menjadi wujud intervensi penyebab
degradasi ekosistem.
Tourist dan Ecotourist
Mayo dan Jarvis (1981) mengatakan bahwa motivasi untuk berpariwisata
dapat dibagi kedalam 4 kategori yakni :
1. motivasi fisik : istirahat fisik, ikut berolah raga, rekreasi pantai, hiburan yang
membuat tubuh tidak tegang dan pertimbangan kesehatan.
Nurdin Sulistiyono : Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Sebagai Kawasan Ekotourisme, 2008
USU e-Repository © 2008
2. Motivasi budaya : keinginan mengetahui negeri lain, misalnya seni, adatistiadat, tari, lukisan dan agama
3. Motivasi antar pribadi: keinginan bertemu dengan muka-muka baru ;
mengunjungi sanak saudara, keluarga atau tetangga atau menciptakan sahabat
baru.
4. Motivasi status dan martabat : kebutuhan akan pengakuan, perhatian,
penghargaan dan reputasi.
Menurut pasal 5 Resolusi Dewan Ekonomi dan Sosial PBB No 870, yang
dimaksudkan pengunjung adalah orang yang mengunjungi suatu negara yang bukan
merupakan tempat tinggalnya yang biasa, dengan alasan apapun juga, kecuali
mengusahakan sesuatu pekerjaan yang dibayar oleh negara yang dikunjunginya.
Menurut rumusan pengunjung, yang termasuk dalam pengunjung adalah :
1. Wisatawan (tourist) yaitu pengunjung sementara yang paling sedikit tinggal
selama 24 jam di negara yang dikunjunginya dan tujuan perjalanannya dapat
digolongkan ke dalam klasifikasi sebagai berikut :
Pesiar (leisure), seperti untuk tujuan rekreasi, liburan, kesehatan, studi,
keagamaan dan olahraga.
Hubungan dagang (business), keluarga, konperensi dan misi.
2. Pelancong (exursionist) yaitu pengunjung sementara yang tinggal kurang dari
24 jam di negara yang dikunjunginya.
Seorang ecotourist adalah pelaku kegiatan ecotourisme, seorang ecotourist
setidaknya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Bertanggung jawab
Perjalanan yang bertanggung jawab akan menjaga kebersihan lingkungan
alam dengan tidak mengotorinya dengan sampah misalnya.
2. Menghargai
Ekoturis akan mengetahui bahwa tidak semua masyarakat yang akan
dikunjunginya memiliki budaya seperti mereka.
Untuk itu perlu kiranya
Nurdin Sulistiyono : Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Sebagai Kawasan Ekotourisme, 2008
USU e-Repository © 2008
mengetahui keadaan iklim, ekonomi, lingkungan, budaya dan tradisi
masyarakat yang akan dikunjungi.
3. Layak
Tidak mengharapkan yang lebih apa yang tersedia ketika melakukan
ekoturisme. Ekoturis akan menerima keadaan itu sebagai bagian dari kegiatan
petualangannya.
4. Rasional
Ekoturis yang rasional akan mengetahui akibat perbedaan budaya yang
mereka hadapi ketika melakukan ekoturisme. Mereka akan melakukan yang
terbaik untuk menghargai budaya dan lingkungan masyarakat lokal.
Konservasi Melalui Ekoturisme
Konservasi alam merupakan upaya mempertahankan keaslian serta keasrian
tatanan alam sehingga manusia dan makhluk hidup lainnya dapat tetap hidup dan
terpelihara dengan baik. Konservasi alam dapat diusahakan melalui berbagai media,
salah
satunya
melalui
eksplorasi
dan
elaborasi
ecotourism
(ekoturisme).
Pengembangan ekoturisme bukan saja sejalan dengan isu penanganan kerusakan
hutan yang tiap hari digembar-gemborkan di negeri ini, tetapi juga sejalan dengan
terus merebaknya berbagai isu yang berorientasi pada pemeliharaan lingkungan alam
di berbagai belahan dunia.
Ekoturisme telah menjadi sarana yang efektif dalam kegiatan konservasi.
Dengan ekoturisme kerusakan lingkungan dapat diminimalisir dengan tetap menjaga
keaslian alam serta budaya masyarakat lokal. Dari sisi ekonomi, manfaat finansial
yang di dapatkan dari kegiatan ekoturisme dapat digunakan untuk mendanai kegiatan
konservasi alam.
Penilaian Ekonomi Manfaat Ekoturisme
Untuk menduga nilai ekonomi ekoturisme dapat digunakan pendekatan biaya
perjalanan (Travel Cost Method - TCM) dan pendekatan kontingensi (Contingent
Valuation Method - CVM). Pendekatan CVM dilakukan dengan menghitung
Nurdin Sulistiyono : Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Sebagai Kawasan Ekotourisme, 2008
USU e-Repository © 2008
besarnya kesediaan membayar (Willingness to pay - WTP) dari pelaku ekoturisme.
Formulasi penentuan manfaat ekonomi dari kegiatan ekoturisme dengan metode
CVM adalah sebagai berikut :
NEE
= WTPr x JP
WTPr
n
= ∑ WTPi / ni
i=1
dimana :
NEE
= Nilai ekonomi ekoturisme (Rp/tahun)
WTPr
= Rata-rata kesediaan membayar (Rp/tahun/orang)
WTPi
= Kesediaan membayar responden ke i (Rp/tahun)
ni
= Jumlah responden
JP
= Jumlah populasi
Sedangkan pendekatan dengan TCM dimulai dengan cara menghitung
besarnya biaya perjalanan pelaku ekoturisme.
Biaya perjalanan yang digunakan
termasuk diantaranya biaya transportasi, biaya konsumsi, biaya penginapan dan biaya
untuk membeli tiket masuk kawasan wisata alam. Tahapan penentuan nilai ekonomi
wisata alam adalah sebagai berikut :
1. Menduga jumlah pengunjung dari masing-masing daerah asal pengunjung
(zone) berdasarkan wawancara dengan responden.
Zi
= Pi x ∑Y
dimana :
Pi
= Persentase kunjungan dari zone i
Zi
= Jumlah pengunjung dari zone-i
∑Y
= Jumlah seluruh kunjungan
2. Menentukan besarnya biaya perjalanan rata-rata dari jumlah total biaya
perjalanan yang dikeluarkan selama melakukan perjalanan atau kegiatan
rekreasi.
BPR
= TR + D + KR + L
Dimana :
Nurdin Sulistiyono : Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Sebagai Kawasan Ekotourisme, 2008
USU e-Repository © 2008
BPR
= Biaya perjalanan rata-rata (Rp/orang)
TR
= Biaya transportasi (Rp/orang)
D
= Biaya dokumentasi (Rp/orang)
KR
= Biaya konsumsi selama berwisata (Rp/orang)
L
= Biaya lain-lain (Rp/orang)
3. Menentukan biaya perjalanan rata-rata zone i (X1i)
n
∑ Bpi
X1i
=
j=1
Ni
dimana :
X1i
= Biaya perjalanan rata-rata daerah asal i
Bpi
= Biaya perjalanan hasil pengambilan contoh i
Ni
= Jumlah populasi daerah asal i
4. Menentukan laju kunjungan pengunjung per 1000 orang zona i dalam satu
tahun.
LKi
=
∑ JPi x 1000
∑ JPT
dimana :
LKi
= Laju kunjungan pengunjung zona i
JPi
= Jumlah pengunjung zona i
JPT
= Jumlah populasi pengunjung zona i
5. Menentukan nilai ekonomi wisata
Nilai ekonomi wisata didapatkan dari total kesediaan membayar seluruh
pengunjung pada tinkat harga karcis tanda masuk yang berlaku.
Total
kesediaan membayar pengunjung adalah luas daerah dibawah kurva
permintaan jasa wisata pada tingkat harga karcis tanda masuk yang berlaku.
Ekoturisme dan Pemerintah
Indonesia dengan segala kekayaan alam dan lingkungannya sangat berpotensi
besar untuk dikembangkannya kegiatan ekoturisme.
Kegiatan ekoturisme akan
Nurdin Sulistiyono : Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Sebagai Kawasan Ekotourisme, 2008
USU e-Repository © 2008
berhasil dengan baik manakala terdapat sinergisitas antar stakeholders dalam
memajukan ekoturisme. Dukungan yang diberikan pemerintah dalam pengembangan
ekoturisme bisa berupa :
1. Peningkatan koordinasi antar departemen mengenai pengembangan
ekoturisme
2. Perbaikan dan perbaikan perencanaan pengembangan ekoturisme
3. Peningkatan sumberdaya informasi dan sistem monitoring
4. Pemberdayaan pemasaran atau sumberdaya manusia
5. Mendukung pendidikan, penelitian dan pelatihan di bidang ekoturisme
6. Mempersiapkan stimulan ekonomi untuk konservasi (penambahan biaya
untuk kawasan lindung, penyediaan sumbangan, mendukung perlindungan
lingkungan.
Nurdin Sulistiyono : Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Sebagai Kawasan Ekotourisme, 2008
USU e-Repository © 2008
Bahan Bacaan
Boo, E. 1990. Ecotourism : Potensial and Pitfalls. World Wildlife Fund. Washinton
D.C.
Darsoprajitmno, H.S. 2002. Ekologi Pariwisata. Penerbit Angkasa Bandung
Darusman, D. 2002. Pembenahan Kehutanan Indonesia. Dokumentasi Kronologis
Tulisan 1986 – 2002. Lab Politik Ekonomi dan Sosial Kehutanan. Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pearce D, D Moran 1994. The Economic Value of Biodeversity. IUCN The World
Conservation Union. Earthscan Publication Ltd, London.
Nurdin Sulistiyono : Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Sebagai Kawasan Ekotourisme, 2008
USU e-Repository © 2008