Dalam rangka pemilihan strategi pembelajaran, diperlukan pemahaman guru terhadap pendekatan pembelajaran, sehingga guru tersebut mampu
memandang seluruh masalah yang terkait dengan dan dalam program belajar- mengajar. Pendekatan tersebut akan dapat membantu guru dalam berpikir,
bersikap, dan bertindak dalam rangka menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi.
Pemahaman guru
terhadap pendekatan
pembelajaran dapat
menuntunnya dalam pengembangan bahan ajar dan bagaimana penyampaiannya, memahami karakteristik peserta didik dan kemampuan dasarnya, serta makna
belajar bagi seorang anak Ismiyanto, 2010: 8. Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa strategi
pembelajaran merupakan pola dan urutan umum dalam mewujudkan kegiatan belajar-mengajar yang meliputi mengorganisasi kelas, materi dan waktu, memilih
metode, memanfaatkan media dan sumber belajar yang tentunya harus disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar serta kebutuhan
siswa sehingga pembelajaran dapat mencapai tujuan yang menjadi sasarannya.
2.1.7 Evaluasi Pembelajaran Seni Rupa
Ismiyanto 2009 mengatakan bahwa evaluasi hasil pembelajaran sebaiknya dilakukan dua kali, yaitu sebelum dan sesudah pelaksanaan
pembelajaran. Evaluasi sebelum pelaksanaan pembelajaran atau pretest dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal murid berkenaan isi pembelajaran.
Hasil evaluasi awal ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan guru
dalam menetapkan cara penyampaian dan mengidentifikasi isi pembelajaran yang sudah tidak perlu lagi danatau yang harus diberikan penekanan khusus, serta
dapat dilihat hasil belajar yang benar-benar dicapai lewat pembelajaran tersebut. Evaluasi akhir atau post-test adalah evaluasi yang dilakukan setelah kegiatan
pembelajaran usai dilakukan. Alat evaluasi atau tes yang digunakan sama persis dengan yang digunakan pada tes awal pretest. Adapun tujuan untuk mengetahui
gambaran kemampuan murid setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Dengan cara membandingkan hasil tes awal dan tes akhir pembelajaran, guru akan
mengetahui efektivitas pembelajaran yang telah dilakukan dan selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan perlu-tidaknya perbaikan remedial bagi
para murid atau perbaikan program pembelajaran. Jenis dan alat evaluasi hasil pembelajaran dapat dipilih kembangkan oleh
guru atau memanfaatkan alat evaluasi yang telah disusunkembangkan oleh pihak lain, misalnya dari Dinas Pendidikan KotaProvinsi, pakar, atau lembaga
pendidikan lainnya. Dalam hal menggunakan soal atau alat evaluasi yang disusunkembangkan oleh pihak lain, guru harus secara cermat-selektif, dengan
memperhatikan komponen-komponen pembelajaran yang telah dirumuskannya. Jenis atau bentuk alat evaluasi dapat berupa tes objektif, misalnya pilihan
ganda, memasangkan, isian singkat, dan sebagainya dengan berbagai ragamnya atau tes esai uraian atau dapat pula menggunakan non-test; berupa penugasan,
proyek, atau perbuatan. Pilihan jenis dan penyusunan alat evaluasi harus dengan mempertimbangkan komponen-komponen tujuan pembelajaran, pengorganisasian
bahan ajar, dan pengorganisasian kegiatan belajar-mengajar juga alokasi waktu yang disediakan.
Evaluasi dalam konteks kurikulum tidak hanya dipahami sebagai penilaian hasil belajar peserta didik, namun juga dalam rangka evaluasi program atau
kurikulum Schubert, 1986: 262 dalam Ismiyanto, 2008. Evaluasi yang hanya diasosiasikan sebagai pemberian nilai atau penilaian hasil belajar peserta didik
merupakan gagasan Ralph Tyler 1949 dan Hilda Taba 1962 dalam Ismiyanto, 2008. Sementara itu Zais 1976: 369 dalam Ismiyanto 2008 menuls bahwa
pencapaian tujuan pendidikan danatau pembelajaran diwarnai oleh berbagai aspek dan diperlukan perbaikan-perbaikan, maka evaluasi harus menyeluruh
mencakupi evaluasi produk, proses, tujuan, kesesuaian antara tujuan yang diharapkan dengan tujuan yang dicapai.
Syafii 2006: 35 mengemukakan bahwa evaluasi pembelajaran dilakukanguna mengetahui sejauh mana perubahan perilaku siswa telah terjadi,
dengan kata lain evaluasi pembelajaran dilakukan dalam rangka mengetahui ketercapaian tujuan yang telah direncanakan. Evaluasi pembelajaran seni rupa
disekolah menjadi hal yang sangat unik dan pelik, oleh karena dalam proses pembelajaran seni rupa, siswa tidak hanya terlibat dalam hal-hal yang sifatnya
kognitif, akan tetapi juga apresiatif dan kreatif. Oleh karena itu evaluasi pembelajaran seni rupa sesungguhnya tidak tepat jika hanya mengukur
measurement, atau menaksir assessment pada aspek keterampilan praktik. Dengan demikian, kerepresentatifan evaluasi pembelajaran seni rupa atas
kompetensi siswa hendaknya memperhatikan komprehensivitas materi yang
diajarkan, yakni yang berkaitan dengan pengetahuan kognitif, apresiatif afektif, dan kreatif psikomotor. Ketiga hal inilah akhirnya yang dijadikan
objek sasaran evaluasi hasil pembelajaran seni rupa.
2.2 Seni Kolase