Bagaimana Teknologi Konstruksi Membuat Pencakar Langit Semakin Menjulang dan Ramping

Bagaimana Teknologi Konstruksi
Membuat Pencakar Langit Semakin
Menjulang dan Ramping
Posted on 30/06/2015 by Admin

Kaki langit Manhattan, New York, Amerika Serikat, semakin berbeda
dibanding satu dekade lalu. Bangunan-bangunan tinggi mencakar
angkasa terus bermunculan. Fungsinya pun bermacam-macam, ada
apartemen, perkantoran, hingga perhotelan.
Sejumlah pencakar langit baru tersebut dalam beberapa kasus tampaknya
melawan gravitasi. Sebut saja SHoP Architects’ 111 W. 57 St, Christian de
Portzamparc’s One57, Jean Nouvel’s 53 W. 53rd St., dan Rafael Viñoly’s
432 Park Ave.
Hal yang menarik dari struktur-struktur jangkung ini adalah dimensi
eksentrik. SHoP Architects’ 111 W. 57 St. misalnya, memiliki rasio lebar
dan tinggi satu berbanding dua puluh tiga, sementara menara World Trade
Center adalah satu berbanding tujuh. Beberapa struktur baru ini,
terutama pada bagian atasnya, hanya memiliki satu unit per lantai.
Arsitek dan insinyur telah menyesuaikan perbaikan dalam baja dan beton
bertulang yang memungkinkan pengembang membangun gedung dengan
ketinggian melebihi Empire State Building. Hasilnya, saat ini adalah

zaman keemasan bagi bangunan tinggi dan ramping.

Selama beberapa waktu yang lalu, terobosan teknologi telah
memungkinkan pembangun untuk mengurangi proporsi elemen, misalnya
struktur baja dan beton. Kini, bangunan dengan lebih banyak kaca, mulai
menjamur. Meski bangunan terlihat mudah goyah, pada kenyataannya,
terdapat kekuatan luar biasa.
Sampai akhir abad ke-19, sebagian besar bangunan memanfaatkan
dinding batu dan rangka besi. Sayangnya, material ini hanya bisa
menopang sekitar 10 lantai.
Lalu, datanglah baja. Pencakar langit seperti Gedung Flatiron mampu
melambung begitu tinggi karena mereka ditahan oleh kerangka dari balok
baja pada struktur dasarnya.
Pada tahun 1930-an, kemajuan fabrikasi kaca, membuat batu
tersingkirkan. Bangunan Mies van der Rohe pada tahun 1922 contohnya,
mulai menggunakan tirai kaca.
Kemudian, selama tiga dekade terakhir, insinyur telah menemukan
berbagai inovasi dalam alternatif bahan dan desain, terutama di bidang
beton bertulang. Inovasi ini memungkinkan pengembang mengurangi
ukuran kolom eksterior.

Leo Argiris, seorang pelaku rekayasa, desain dan perencanaan
perusahaan Arup, mengatakan, tidak ada penemuan baru dalam evolusi
beton bertulang. Menurut dia, inovasi terdapat pada serangkaian langkahlangkah dalam memastikan bahwa setiap materi yang digunakan
berkualitas tinggi dan bahan-bahan ini dicampur dan dituangkan pada
waktu yang tepat.
Sementara itu, kendala lain yang juga penting untuk dipertimbankan
adalah bagaimana mengangkut warga ke lantai paling dari bangunanbangunan tinggi ini. Gedung Park Avenue misalnya, yang memiliki 96
lantai, menempatkan banyak lift, akan menghabiskan ruang. Sementara
lift yang sedikit akan membutuhkan waktu lama.
Sumber : kompas.com