BAHASA INDONESIA RAGAM ILMIAH

BAHASA INDONESIA RAGAM ILMIAH
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan untuk tujuan tertentu dan
konteks ini akan menentukan ragam bahasa Indonesia yang harus digunakan. Oleh
karena itu mahasiswa didasarkan bahwa dalam dunia akademi/ilmiah, ragam
bahasa Indonesia yang digunakan adalah ragam ilmiah, yang memliki cirri khas :
cendekia, lugas dan jelas, menghindari kalimat fragmentasi, bertolak dari gagasan,
formal dan objektif, ringkas dann padat, dan konsisten.
A.

Pengertian dan Karakteristik Bahasa Indonesia Ragam ilmiah
Bahasa Indonesia ilmiah merupakan bahasa yang digunakan dalam menulis
karya ilmiah. Mengapa misalkan bahasa Indonesia ini ddigunakan dalam karya
ilmiah. Hal itu dikarenakan bahwa :
Karya ilmiah memiliki tujuan dan khalayak sasaran yang jelas. Meskipun
demikian, dalam karya ilmiah, aspek komunikasi tetap memegang peranan utama.
Oleh karenanya, berbagai kemungkinan untuk penyampaian yang komunikatif
tetap

harus

dipikirkan.


Penulisan

karya

ilmiah

bukan

hanya

untuk

mengekspresikan pikiran tetapi untuk menyampaikan hasil penelitian. Kita harus
dapat meyakinkan pembaca akan kebenaran hasil yang kita temukan di lapangan.
Dapat pula, kita menumbangkan sebuah teori berdasarkan hasil penelitian kita.
Jadi, sebuah karya ilmiah tetap harus dapat secara jelas menyampaikan pesan
kepada pembacanya.
Persyaratan bagi sebuah tulisan untuk dianggap sebagai karya ilmiah adalah
sebagai berikut (Brotowidjojo, 1988: 15-16).

1. Karya ilmiah menyajikan fakta objektif secara sistematis atau menyajikan aplikasi
hukum alam pada situasi spesifik.
2. Karya ilmiah ditulis secara cermat, tepat, benar, jujur, dan tidak bersifat terkaan.
Dalam pengertian jujur terkandung sikap etik penulisan ilmiah, yakni penyebutan
rujukan dan kutipan yang jelas.
3. Karya ilmiah disusun secara sistematis, setiap langkah direncanakan secara
terkendali, konseptual, dan prosedural.

4. Karya ilmiah menyajikan rangkaian sebab-akibat dengan pemahaman dan alasan
yang indusif yang mendorong pembaca untuk menarik kesimpulan.
5. Karya ilmiah mengandung pandangan yang disertai dukungan dan pembuktian
berdasarkan suatu hipotesis.
6. Karya ilmiah ditulis secara tulus. Hal itu berarti bahwa karya ilmiah hanya
mengandung kebenaran faktual sehingga tidak akan memancing pertanyaan yang
bernada keraguan. Penulis karya ilmiah tidak boleh memanipulasi fakta, tidak
bersifat ambisius dan berprasangka. Penyajiannya tidak boleh bersifat emotif.
7. Karya ilmiah pada dasarnya bersifat ekspositoris. Jika pada akhirnya timbul kesan
argumentatif dan persuasif, hal itu ditimbulkan oleh penyusunan kerangka
karangan yang cermat. Dengan demikian, fakta dan hukum alam yang diterapkan
pada situasi spesifik itu dibiarkan berbicara sendiri. Pembaca dibiarkan

mengambil kesimpulan sendiri berupa pembenaran dan keyakinan akan kebenaran
karya ilmiah tersebut.
Adapun beberapa cirri-ciri atau karakteristik dari bahasa Indonesia ragam
ilmiah ini adalah :
1. Bahasa Indonesia bersifat cendekia artinya bahasa Indonesia itu mampu
digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir logis, yakni mampu
membentuk pernyataan yang tepat dan seksama.
Contoh :
Infeksi cendawan pembentuk mikoriza (CPM) akan mempengaruhi serapan hara
fosfor oleh tanaman inang melalui akar terutama tanaman yang tumbuh pada
tanah yang kekurangan fosfor yang dimungkinkan oleh adanya hifa eksternal.
2.

Bahasa Indonesia bersifat lugas artinya Paparan bahasa yang lugas akan
menghindari kesalah-pahaman dan kesalahan menafsirkan isi kalimat dapat
dihindarkan.Penulisan yang bernada sastra perlu dihindari.
Contoh :

a.


Mahasiswa sering mendapatkan tugas yang tidak dapat dikatakan ringan
sehingga kemampuan berfikirnya menjadi berada di awing-awang.

b.

Mahasiswa sering mendapatkan tugas yang berat sehingga kemampuan
berfikirnya menjadi menurun.

3.

Bahasa Indonesia bersifat jelas artinya Gagasan akan mudah dipahami apabila :

a.

Dituangkan dalam bahasa yang jelas dan

b.

Hubungan antara gagasan yang satu dengan yang lain juga jelas. Kalimat yang
tidak jelas, umumnya akan muncul pada kalimat yang sangat panjang.

Contoh :
Struktur cendawan pembentuk mikoriza (CPM) pada apikal akar berbentuk bebas
dan berpengaruh tidak langsung terhadap kapasitas serapan hara oleh akar,
misalnya dalam kompetisidalam memanfaatkan karbohidrat, karena cendawan
pembentuk mikorisa sangat tergantung kepada kandungan karbon tanaman inang
sebagai sumber energinya serta kapasitas dan mekanisme CPM dalam menyerap
hara hanya akan dievaluasi dari asosiasinya dengan tanaman inang.

4.

Bahasa Indonesia bersifat Formal artinya Bahasa yang digunakan dalam
komunikasi ilmiah bersifat formal. Tingkat keformalan bahasa dalam tulisan
ilmiah dapat dilihat pada lapis kosa kata, bentukan kata, dan kalimat.
Contoh-15 :
Kata Formal : Kata Non-formal :
Wanita

: Cewek

Daripada


: Ketimbang

Hanya

: Cuma

Membuat

: Bikin

Dipikirkan

: Dipikirin

Bagaimana

: Gimana

Matahari


: Mentari

Tulisan ilmiah termasuk kategori paparan yang bersifat teknis.
5.

Bahasa Indonesia bersifat menghindari kalimat fragmentasi artinya kalimat yang
belum selesai. Kalimat yang seperti ini terjadi karena adanya keinginan tanpa

menyadari kesatuan gagasan dalam beberapa kalimat tanpa menyadari kesatuan
yang diyngkapkan.
justify;">
6.
Bahasa Indonesia ragam ilmiah bersifat bertolak dari gagasan artinya
penonjolan diadakan pada gagasan atau hal yang diungkapkan dan tidak pada
penulis. Implikasinya, kalimat-kalimat yang digunakan didominasi oleh kalimat
pasif.
Contoh :
Penulis menyimpulkan bahwa hifa cendawan pembentuk mikoriza yang
berasosiasi dengan akar tanaman mampu membantu tanaman untuk menyerap

unsur hara fosfor dan nitrogen.
7.

Bahasa Indonesia ragam ilmiah bersifat objektif artinya Sifat objektif tidak
cukup dengan hanya menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak, tetapi juga
diwujudkan dalam penggunaan kata.
Contoh :
Daun tanaman kedelai yang mengalami khlorosis disebabkan oleh kekurangan
unsur nitrogen. Kata yang menunjukkan sikap ekstrem dapat memberi kesan
subyektif dan emosional. Kata seperti harus, wajib, tidak mungkin tidak, pasti,
selalu perlu dihindari.

8.

Bahasa Indonesia ragam ilmiah bersifat ringkas dan padat direalisasikan dengan
tidak adanya unsur-unsur bahasa yang hemat.
Contoh : Tri dharma perguruan tinggi menjadi ukuran kinerja setiap sivitas
akademika.

9.


Bahasa Indonesia ragam ilmiah bersifat konsisten artinya sifat yang
ditampakkan pada penggunaan unsur bahasa, tanda baca, tanda-tanda lain dan
istilah yang sesuai dengan kaidah dan semuanya digunakan secara konsisten.
Contoh :

Untuk mengatasi bahaya kelaparan pada musim kemarau 2001, masyarakat
dihimbau untuk menghemat penggunaan beras dengan sistem diversifikasi pangan
dan menggalakan kembali lumbung desa.
B.

Berbagai ragam bahasa
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda
menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara,
orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990).
Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik
(mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam
karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi,
atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa
baku atau ragam bahasa resmi.

Ragam bahasa yang digunakan dalam suasana akrab (santai) biasanya
mempunyai kelainan jika dibandingkan dengan bahasa yang dipakai dalam
suasana resmi. Brenmstein menanmkan kedua ragam bahasa yang terakhir ini
masing-masing sebagai ragam ringkas (restricted code) dan ragam lengkap
(elaborate code).

1.

Ragam Lisan dan Ragam Tulisan
Ragam suatu bahasa dapat juga dibedakan berdasarkan jenis kesatuan
dasarnya (Halim, 1998). Hubungan antara lisan dan ragam tulisan adalah timbale
balik. Hubungan perlambangan antara kedua ragam bahasa itu tidak jarang
menimbulkan kesan bahwa struktur ragam tulisan. Dalam kenyataan, kedua ragam
bahasa pada dasarnya berkembang pada dasarnya berkembang menjadi dua sistem
bahasa yang terdiri atas perangkat kaidah yang tidak seluruhnya sama. Dalam
hubungan antara bahasa indonesi, perbedaan antara kaidah ragam lisan dan kaidah
ragam tulisan telah berkembang sedemikian rupa, sehingga kedua ragam itu
memerlukan pembakuan yang berbeda, sesuai dengan perkembangannya sebagai
bahasa perhubungan antardaerah dan antar suku selama berabad-abad di seluruh
Indonesia. (Teew,1961; Halim, 1998).


Adapun beberapa Contoh perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa
tulis (berdasarkan tata bahasa dan kosa kata) :
1.

Tata Bahasa
(Bentuk kata, Tata Bahasa, Struktur Kalimat, Kosa Kata)

a.

Ragam bahasa lisan :

-

Nia sedang baca surat kabar

-

Ari mau nulis surat

-

Tapi kau tak boleh nolak lamaran itu.

-

Mereka tinggal di Menteng.

-

Jalan layang itu untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.

-

Saya akan tanyakan soal itu
.

b.

Ragam bahasa Tulis :

-

Nia sedangmembaca surat kabar

-

Ari mau menulis surat

-

Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.

-

Mereka bertempat tinggal di Menteng

-

Jalan layang itu dibangun untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.

-

Akan saya tanyakan soal itu.

2.

Kosa kata
Contoh ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata :

a.

Ragam Lisan

-

Ariani bilang kalau kita harus belajar

-

Kita harus bikin karya tulis

-

Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak

b.

Ragam Tulis

-

Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar

-

Kita harus membuat karya tulis.

-

Rasanya masih terlalu muda bagi saya, Pak.

2.

Ragam Baku dan Ragam Nonbaku
Dalam pembicaraan seseorang penutur selalu mempertimbangkan kepada
siapa ia berbicara, dimana, tentang masalah apa, kapan, dan dalam suasana
bagaimana. Dengan adanya pertimbangan tersebut, timbullah ragam pemakaian
bahasa sesuai dengan fungsi dan situasinya (Suwito, 1983).
Situasi di kantor, di depan kelas, dalam ruangan rapat resmi, dalam
berdiskusi, berpidato, memimpin rapat resmi dan sebagainya merupakan
situasi/suasana resmi(formal). Dalam situasi seperti ini hendaknya dipakai ragam
resmi atau formal yang biasa disebut dengan istilah ragam bahasa baku atau
dengan singkat ragam baku. Sebaliknya, situasi di dalam rumah tangga, di pinggir
jalan, di warung-warung, di pasar, di lapangan dan sebagainyamerupakan
situasi/suasana yang tak resmi (informal). Dalam suasana seperti ini hendaknya
kita menggunakan ragam bahasa tak resmi (informal) yang biasanya disebut
dengan istilah ragam bahasa tak baku (nonbaku) atau dengan singkat ragam
takbaku (nonbaku).