Strategi Pengembangan Usaha Distro Bercorak Etnik NTB Melalui Penerapan Business Model Generation ( Studi Kasus pada Distro Bale Lombo Dompu, NTB)
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA DISTRO
BERCORAK ETNIK NTB MELALUI PENERAPAN
BUSINESS MODEL GENERATION
(Studi Kasus pada Distro BALE LOMBO Dompu NTB)
WAHYUNI FITRI HERAWATI
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Pengembangan
Usaha Distro Bercorak Etnik NTB Melalui Penerapan Business Model Generation
(Studi Kasus pada Distro Bale Lombo Dompu, NTB) adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014
Wahyuni Fitri Herawati
NIM H24114080
ABSTRAK
WAHYUNI FITRI HERAWATI. Strategi Pengembangan Usaha Distro Bercorak
Etnik NTB Melalui Penerapan Business Model Generation pada Distro Bale
Lombo Dompu, NTB. Dibimbing oleh PRAMONO D.FEWIDARTO.
Business Model Generation (BMG) adalah suatu alat untuk membantu
pelaku usaha melihat lebih akurat rupa usaha yang sedang dan akan dijalani. Bale
Lombo usaha distro yang mengalami kesulitan dalam pengembangan usaha, akan
menerapkan pendekatan BMG agar dapat mengevaluasi rencana usaha yang
sedang dijalani secara utuh, sehingga dapat langsung mengambil langkah praktis
dan strategi untuk mencapai tujuan usaha. Penelitian ini bertujuan
1) mengidentifikasi seluruh unsur komponen dalam BMG terkait usaha distro
Bale Lombo, 2) menetapkan komponen utama dalam BMG customer focus yang
perlu mendapatkan perhatian untuk peningkatan usaha, 3) merekomendasikan
strategi pengembangan komponen utama BMG customer focus. Terdapat empat
strategi prioritas dalam elemen BMG yang digunakan Bale Lombo untuk
pengembangan usaha yang terfokus pada konsumen, yaitu key activity, value
proposition, customer relationship dan channel. Hasil penelitian menunjukan
strategi yang dipilih adalah implementasi strategi key activity BMG.
Kata kunci: BMG, konsumen fokus, pengembangan usaha
ABSTRACT
WAHYUNI FITRI HERAWATI. Business Development Strategy for NTBethnic-sytle Distro by Implementing the Business Model Generation on Bale
Lombo Distro Dompu, NTB. Supervised by PRAMONO D. FEWIDARTO.
Business Model Generation (BMG) is an instrument to see much closer on
the business style that will be applied. Bale Lombo is a distro business which in a
difficulty of business development, applying BMG order to evaluate a businees
plan that is being undertaken as a whole, so it can immediately take practical step
and strategies to achieve business goals. This study aims to 1) identify all
components in the BMG related to the business of Bale Lombo Distro, 2)
determine the main component in the customer focus BMG which needs to be
concerned for the business improvement, and 3) recommend a development
strategy for customer focus BMG’s main component. There are four strategy in
the element of BMG will be apply by Bale Lombo for their business development
by focusing on customers, such as key activity, value proposition, customer
relationship, and channel. The research result showed that choiced strategy is
implementation of key activity.
Keywords: BMG, business develop, customer focus
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA DISTRO
BERCORAK ETNIK NTB MELALUI PENERAPAN
BUSINESS MODEL GENERATION
(Studi Kasus pada Distro BALE LOMBO Dompu, NTB)
WAHYUNI FITRI HERAWATI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Strategi Pengembangan Usaha Distro Bercorak Etnik NTB Melalui
Penerapan Business Model Generation ( Studi Kasus pada Distro
Bale Lombo Dompu, NTB)
Nama
: Wahyuni Fitri Herawati
NIM
: H24114080
Disetujui oleh
Ir Pramono D Fewidarto MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Mukhamad Najib, STP, MM
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi : Strategi Pengem , gan Csaha Distro Bercorak Etnik NTB Melalui
Penerapan Busines _fodel Generation ( Studi Kasus pada Distro
Bale Lombo Dompu, X TB)
Nama
: Wahyuni Fitri Herawati
:H24114080
NIM
Disetujui oleh
Ir Pramono D Fewidarto MS
Pembimbing
Tanggal Lulus:
1 1 MAR 2014
PRAKATA
Puji dan syukur disampaikan kehadirat Allah SWT, dengan rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya akhir ini. Shalawat serta salam
penulis haturkan kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga, sahabat, pengikutnya hingga akhir zaman. Skripsi ini disusun
berdasarkan hasil penelitian pada distro Bale Lombo dengan judul penelitian
Strategi Pengembangan Usaha Distro Bercorak Etnik NTB Melalui Penerapan
Business Model Generation (Studi Kasus pada Distro Bale Lombo Dompu, NTB).
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program
Sarjana Alih Jenis Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Melalui prakata ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Bapak
Ir. Pramono D. Fewidarto, MS, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih
juga ingin penulis sampaikan kepada pakar, responden, Dinas Provinsi Nusa
Tenggara Barat yang telah membantu dalam pengumpulan data serta orang tua
dan teman seperjuangan terimakasih untuk doa, semangat dan dukungannya.
Semoga apa yang penulis sajikan dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Bogor, Maret 2014
Wahyuni Fitri Herawati
DAFTAR ISI
PRAKATA
v
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitiaan
2
Manfaat Penelitian
3
Ruang Lingkup Penelitian
3
TINJAUAN PUSTAKA
4
Pengertian Strategi
4
Pengertian Bisnis
4
Usaha Distro
4
Pariwisata dan Etnik Nusa Tenggara Barat
5
Business Model Generation (BMG)
5
Analytical Hierarchy Process (AHP)
8
Penelitian Terdahulu
9
METODE PENELITIAN
11
Kerangka Pemikiran Penelitian
11
Lokasi dan Waktu Penelitian
11
Metode Penetapan Sampel
11
Pengolahan dan Analisis Data
14
HASIL DAN PEMBAHASAN
15
Gambaran Umum Distro Bale Lombo (DBL)
15
Analisis Struktur BMG Distro Bale Lombo (DBL)
17
Analisis Keterkaitan Antar Faktor atau Variabel
19
Analisis Hubungan Antar - Variabel Substansi Customer Focus
32
Penilaian Konsumen DBL Terkait Elemen BMG
41
Analisa Penetapan Prioritas Strategi
44
Hirarki Tingkat Dua Strategi Pengembangan Usaha DBL
47
Rekomendasi Strategi Kanvas Business Model Generation (BMG)
51
Implikasi Manajerial
51
SIMPULAN DAN SARAN
53
DAFTAR PUSTAKA
54
LAMPIRAN
55
RIWAYAT HIDUP
65
DAFTAR GAMBAR
1 Model bisnis kanvas (Osterwalder 2012)
2 Kerangka pemikiran penelitian
3 Struktur organisasi distro Bale Lombo
4 Model kanvas BMG Bale Lombo
5 Struktur hirarki strategi pengembangan disto Bale Lombo
6 Rekomendasi kanvas bisnis Bale Lombo
7
12
16
17
47
51
DAFTAR TABEL
1 Jenis dan sumber data
2 Profil konsumen Bale Lombo
3 Rekapitulasi hasil cross tab KA
4 Penilaian KA pelayanan terkait jenis kelamin
5 Penilaian KA produk terkait asal daerah
6 Penilaian KA pelayanan terkait asal daerah
7 Penilaian KA produk terkait lama tinggal di NTB
8 Penilaian KA produk terkait usia konsumen
9 Penilaian KA produk terkait rencana di NTB
10 Rekapitulasi hasil cross tab value proposition
11 Penilaian VP nilai tambah terkait jenis kelamin
12 Penilaian VP harga terkait lama tinggal
13 Penilaian VP harga terkait pengeluaran konsumen/bulan
14 Penilaian VP nilai tambah terkait rencana di NTB
15 Rekapitulasi hasil cross tab customer relationship
16 Penilaian CR diskon terkait jenis kelamin
17 Penilaian CR kepuasan pelanggan terkait asal daerah
18 Rekapitulasi hasil cross tab channel
19 Penilaian elemen BMG channel terkait jenis kelamin
20 Penilaian channel terkait setiap asal daerah
21 Penilaian channel terkait rencana di NTB
22 Rekapitulasi hasil cross tab KA dengan VP, CR dan Channel
23 Penilaian produk terkait harga
13
19
20
20
21
21
22
23
23
24
25
25
26
27
27
28
29
29
30
31
31
32
32
24 Penilaian produk terkait desain
25 Penilaian produk terkait nilai tambah
26 Penilaian produk terhadap bonus atau diskon
27 Penilaian produk terkait kepuasan pelanggan
28 Penilaian produk terkait lokasi
29 Penilaian produk terkait media promosi
30 Penilaian pelayanan terkait harga
31 Penilaian pelayanan terkait kepuasan pelanggan
32 Rekapitulasi hasil cross tab VP dengan CR dan Channel
33 Penilaian harga terkait kepuasan pelanggan
34 Penilaian desain terkait lokasi
35 Penilaian nilai tambah terkait kepuasan pelanggan
36 Rekapitulasi hasil cross tab customer relationship dan channel
37 Penilaian diskon atau bonus terkait lokasi
38 Penilaian kepuasan pelanggan terkait lokasi
39 Penilaian kepuasan pelanggan terkait media promosi
40 Penilaian konsumen Bale Lombo terkait KA
41 Penilaian konsumen Bale Lombo terkait VP
42 Penilaian konsumen Bale Lombo terkait CR
43 Penilaian konsumen Bale Lombo terkait channel
44 Rekapitulasi perhitungan persepsi konsumen
45 Bobot kriteria penetapan strategi
46 Bobot alternatif strategi untuk masing-masing kriteria
47 Bobot alternatif strategi
33
33
34
34
35
35
36
36
37
37
38
38
39
39
40
40
41
42
42
43
43
49
50
50
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil uji validitas
2 Uji reabilitas
3 Indikator penilaian konsumen
4 Rekapitulasi hasil tabulasi silang
5 Hirarki utama strategi pengembangan usaha DBL
6 Hirarki kedua strategi pengembangan usaha DBL
7 Hasil pengolahan AHP
8 Produk Bale Lombo
9 Rencana pengumpulan data terkait dengan tujuan penelitian
55
56
57
58
59
60
62
63
64
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan sektor bisnis di Indonesia mengalami peningkatan yang
semakin pesat, dilihat dari semakin banyaknya masyarakat yang memilih
menjadi seorang entrepreneur dibandingkan sebagai karyawan. Dewasa ini
bisnis industri kreatif disebut sebagai industri unggulan yang mampu
menopang perekonomian bangsa di era global, karena memiliki daya saing,
mampu menciptakan produktifitas dan menyerap tenaga kerja yang cukup
besar.
Salah satu bisnis unggulan yang prospektif adalah bisnis dalam dunia
fesyen, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) selama periode JanuariJuli 2012 ekspor fesyen mencapai 8.18 miliar dollar AS, meningkat 0.62 persen
bila dibandingkan pada tahun sebelumnya (www.kompas.com 2013). Mengutip
pernyataan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu pada
forum (www.lombokkita.com 2013), bahwa ekonomi kreatif mampu menyerap
11.8 juta pekerja pada tahun lalu dan dari jumlah tersebut industri fesyen diklaim
menyerap hingga 3.8 juta tenaga kerja, dengan perkembangan (industri) fesyen
tahun 2012 mencapai 164 triliun rupiah. Melihat pasar industri fesyen sangat luas
dan potensial, banyak pelaku bisnis yang memanfaatkan peluang tersebut untuk
merintis maupun mengembangkan usahanya, gempuran persaingan ketat pasti
akan terjadi.
Potensi bisnis industri kreatif fesyen di Indonesia sangat besar karena
didukung oleh ragam budaya yang sangat luas. Distro mengutamakan nilai
keunikan yang ada pada produk yang dijualnya, sehingga produk yang dijual
diproduksi dalam jumlah yang sangat terbatas. Bale Lombo merupakan sebuah
bisnis inovasi distro yang memiliki misi melestarikan pengetahuan tentang seni,
budaya dan pariwisata Nusa Tenggara Barat agar dapat terus diwariskan ke
generasi yang akan datang. Motif etnik NTB dimanfaatkan sebagai pilihan desain
pakaian yang akan diproduksi, namun tidak mengurangi nilai modis dalam
berbusana. Dapat dikatakan Bale Lombo merupakan industri kreatif berbasis
kearifan lokal mempunyai dasar bukan hanya sumber daya ekonomi, melainkan
juga mempunyai makna sosio kultural.
Besarnya potensi alam, seni dan budaya yang dimiliki NTB sudah terkenal
hingga mancanegara, menjadikan NTB sebagai salah satu provinsi gerbang wisata
internasional serta lumbung ikan nasional, karena memiliki luas wilayah lautan
yang lebih besar dibandingkan dengan daratan. Setiap daerah di NTB masingmasing memiliki prioritas komoditas untuk dikembangkan dan dimanfaatkan
secara bijak seperti daerah Meang Sekalong sebagai lumbung pangan, daerah
Kute merupakan kawasan ekonomi kepariwisataan NTB, daerah Sumbawa
merupakan daerah potensi peternakan NTB dan sebagainya. Potensi usaha distro
seperti Bale Lombo sangat prospektif karena masih sedikitnya media industri
kreatif yang digunakan untuk menyampaikan pesan mengenai etnik NTB dengan
balutan produk fesyen yang modis.
Lingkup usaha Bale Lombo yang masih kecil akan menghadapi produk
pesaing dari perusahaan besar. Produk Bale Lombo masih belum dikenal secara
2
luas sebagai merchandise khas NTB karena merupakan usaha baru yang memiliki
network terbatas baik dari segi pemasaran maupun dukungan intansi, hal tersebut
menjadi ancaman dan kelemahan dari Bale Lombo, maka diperlukan sebuah
strategi pengembangan usaha yang tepat. Melalui Business Model Generation
(BMG) sebuah inovasi model bisnis yang dikembangkan oleh Alexander
Osterwald untuk membantu dalam melihat lebih akurat bagaimana rupa bisnis
yang sedang dijalani, melalui kerangka pemikiran yang sederhana dan mudah
dimengerti.
BMG melakukan sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada
pengujian sebuah ide bisnis kepada kekuatan pasar yang sebenarnya. Berdasarkan
uraian latar belakang tersebut maka perlu diadakan penelitian, bagaimana
diterapkannya Business Model Generation terhadap usaha distro Bale Lombo
Dompu NTB sehingga dapat memberikan gambaran secara komprehensif,
menyeluruh dan dapat dengan mudah melakukan modifikasi serta inovasi dalam
pengelolaan bisnis yang sedang dijalankan.
Perumusan Masalah
Setiap usaha baru tentunya perlu memikirkan bagaimana cara
mengembangkan usahanya, apa yang bisa dilakukan untuk mengembangkan
usahanya dan bagaimana meningkatkan minat masyarakat untuk membeli produk.
Bale Lombo merupakan sebuah usaha distro yang mengalami kesulitan dalam
pengembangan usaha. Melihat peluang usaha berbasis etnik NTB yang masih
belum termanfaatkan secara maksimal dan kurang tersedianya cinderamata yang
menarik untuk mendukung pengembangan kepariwisatawan di NTB, Bale Lombo
hadir melalui usaha distro dengan memaksimalkan potensi NTB melalui
produknya.
Model pengembangan usaha yang banyak diterapkan dewasa ini tidak
mampu menghasilkan suatu usaha yang tangguh, oleh karena itu Bale Lombo
akan menerapkan pendekatan BMG agar dapat mengevaluasi rencana bisnis yang
sedang dijalani dari sudut pandang yang jelas dan utuh. Merancang, menerapkan
dan mengevaluasi satu demi satu elemen-elemen kunci usaha yang kurang tepat,
sehingga dapat langsung mengambil langkah praktis dan strategis untuk mencapai
tujuan. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan maka dapat dirumuskan
permasalahan penelitian yaitu bagaimana strategi yang tepat untuk
mengembangkan usaha distro Bale Lombo (DBL) yang efektif menggunakan
pendekatan Business Model Generation.
Tujuan Penelitiaan
Berdasarkan dari permasalahan yang akan dibahas, maka tujuan dari
penelitian adalah :
1. Mengidentifikasi unsur komponen (blok) dalam Business Model Generation
(BMG) terkait usaha distro Bale Lombo.
2. Menetapkan komponen utama dalam Business Model Generation (BMG)
customer focus yang perlu mendapatkan perhatian untuk peningkatan usaha.
3. Merekomendasikan strategi pengembangan komponen utama Business Model
Generation (BMG) customer focus.
3
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis,
usaha distro Bale Lombo, maupun pembaca. Bagi penulis sendiri, penelitian ini
berguna untuk untuk mengimplikasikan ilmu yang diperoleh selama masa kuliah
secara langsung di lapangan, juga untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
ada dalam suatu organisasi usaha sehingga ilmu yang didapatkan tidak bersifat
teoritis saja. Bagi tempat penelitian kelompok distro Bale Lombo (DBL), hasil
penelitian berguna sebagai salah satu masukan apakah model bisnis tersebut dapat
memberikan hasil dalam pengembangan usaha yang sedang dijalani. Bagi
pembaca, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai Business
Model Generation beserta bagaimana penerapannya dalam sebuah usaha,
sehingga dapat diikuti dengan penerapan yang lebih baik.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada kelompok PKM-K Bale Lombo IPB di danai
Dikti 2013, terdapat batasan yang diterapkan bertujuan agar penelitian lebih
terarah. Batasan ruang lingkup penelitian ini adalah: Penelitian difokuskan pada
penerapan dari Business Model Generation untuk mengembangkan usaha distro
Bale Lombo. Berfokus pada elemen customer focus BMG yang memperlihatkan
bagaimana sebuah usaha menghasilkan keuntungan. Elemen kunci tersebut
mencangkup empat bidang utama dalam suatu bisnis: yaitu pelanggan,
penawaran, infrastuktur dan kelangsungan finansial.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Strategi
Strategi berasal dari bahasa Yunani “strategia” yang diartikan sebagai “the
art of the general” merupakan seni seorang panglima yang biasanya digunakan
dalam peperangan. Secara umum strategi adalah rencana yang disatukan, luas dan
berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan
tantangan lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari
perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat. Berhubungan dengan
kesadaran perusahaan tentang bagaimana, kapan dan dimana ia harus bersaing,
melawan siapa dan untuk tujuan apa (David 2009).
Strategi erat kaitannya dengan pemenuhan tujuan organisasi dan menurut
David (2009), strategi digunakan untuk memenuhi tiga tujuan organisasi, yaitu :
a. Strategi sebagai pendukung untuk pengambilan keputusan.
b. Strategi sebagai sarana koordinasi dan komunikasi.
c. Strategi sebagai konsep.
Manajemen Strategi
David (2009) mengatakan manajemen strategi dapat didefinisikan sebagai
seni dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan serta
mengevaluasi keputusan–keputusan lintas fungsional yang memampukan sebuah
organiasi mencapai tujuannya. Sebagaimana disiratkan oleh definisi ini,
manajemen strategi berfokus pada usaha untuk mengintegrasikan manajemen,
pemasaran, keuangan/akuntasi, produksi/ operasi, penelitian dan pengembangan,
serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasional.
Tujuan manajemen strategi adalah untuk mengekploitasi serta menciptakan
berbagai peluang baru dan berbeda untuk esok, perencanaan jangka panjang,
sebaliknya berusaha mengoptimalkan tren–tren dewasa ini untuk esok.
Pengertian Bisnis
Menurut Umar (2005) bisnis diartikan sebagai seluruh kegiatan yang
diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang
perniagaan, dalam rangka memperbaiki standar serta kualitas hidup mereka. Jadi,
bisnis adalah suatu kegiatan usaha yang dilakukan secara individu atau kelompok
dengan tujuan agar dapat memperoleh keuntungan dengan memasarkan barang
dan jasa kepada masyarakat.
Usaha Distro
Distribution store (distro) merupakan tempat menjual produk jadi seperti
pakaian, jam digital, compact disk dan sebagainya yang merupakan barang dengan
desain kreatifias sendiri, karena hampir pemilik distro adalah anak muda yang
memulai usahanya semenjak mahasiswa. Usaha distro dikelompokan kedalam
skala usaha kecil dan menengah, badan usahanya ada yang bersifat perorangan,
komanditer (CV) dan Perseorangan Terbatas (PT).
Di Indonesia distro sudah ada sejak tahun 1993 tetapi mengalami
perkembangan pesat pada tahun 1998. Distro berasal dari kota yang terkenal
dengan pusat mode Paris Van Java Bandung, kemudian menjadi distributor
5
bagi produk clothing lokal dan merupakan sebuah industri kreatif yang bukan
lagi sebuah usaha kecil-kecilan. Distro berawal dari niat eksistensi diri kini
menjadi sebuah peluang usaha yang menjanjikan. Ide desain produk biasanya
merupakan ketertarikan desainer akan suatu model, gaya hidup dan hobi yang
sama sehingga membentuk komunitas.
Damn I Love Indonesia yang berdiri tahun 2008 merupakan salah satu distro
yang mengangkat budaya nasional serta menumbuhkan rasa patriotisme. Memiliki
desain motif unik serta terbatas, inilah nilai keunikan dan nilai jualnya yaitu
berbeda dengan produk lainnya, sehingga dapat memenuhi dari keinginan
konsumen yang ingin tampil berbeda. Sebagai media kreatifitas anak muda
bangsa, setiap usaha distro menampilkan tema desain yang berbeda dalam
mempromosikan merek sendiri. Berbagai tema yang ditawarkan kepada
konsumen seperti tema pelestarian lingkungan, artis, berita, musik dan pelestarian
seni budaya daerah (Pola pembiayaan usaha kecil menengah BI 2008).
Pariwisata dan Etnik Nusa Tenggara Barat
Etnik didefiniskan sebagai kelompok manusia yang mengamalkan budaya,
termasuk adat, pakaian, bahasa dan sebagainya, konsep etnik berkaitan erat
dengan konsep ras dan bangsa (Adorno 1950). Indonesia merupakan negara yang
memiliki potensi alam dan kebudayaan yang besar untuk dijadikan modal
pengembangan dalam industri pariwisata.
Menurut Undang Undang No. 10/2009 tentang kepariwisataan yang
dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang
didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat,
pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah. Nusa Tenggara Barat (NTB)
adalah salah satu provinsi di Indonesia yang merupakan kumpulan dari pulau
Sunda Kecil bagian barat Indonesia, dengan ibu kota provinsi yaitu kota Mataram.
Kekayaan budaya, pariwisata dan seni NTB yang masih belum tersentuh menjadi
daya tarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara dan terdapat sebuah
peluang bisnis. Salah satunya bisnis distro dengan mengusung konsep desain
berbasis pengenalan seni budaya dan pariwisata NTB.
Business Model Generation (BMG)
Sebuah model bisnis menggambarkan dasar pemikiran tentang bagaimana
organisasi menciptakan, memberikan, dan menangkap nilai. Business Model
Generation lebih populer dengan sebutan Business Model Canvas adalah suatu
alat untuk membantu kita melihat lebih akurat rupa usaha yang sedang atau kita
akan jalani. Mengubah konsep bisnis yang rumit menjadi sederhana yang
ditampilkan pada satu lembar kanvas berisi rencana bisnis dengan sembilan
elemen kunci yang terintegrasi dengan baik didalamnya mencangkup analisis
strategi secara internal maupun ekternal perusahaan (Osterwalder 2012).
Proses desain model bisnis
Proses desain model bisnis menurut Osterwalder (2012), memiliki lima fase
yaitu sebagai berikut :
a. Menggerakan : mempersiapkan proyek desain model bisnis yang sukses,
b. Memahami : meneliti dan menganalisis elemen yang diperlukan untuk
mendesain model bisnis,
6
c. Mendesain : membangkitkan dan menguji opsi–opsi model bisnis yang ada,
lalu memilih yang terbaik,
d. Menerapkan : menerapkan prototipe model bisnis di lapangan, dan
e. Mengelola : mengadaptasi dan memodifikasi model bisnis sebagai respon
terhadap reaksi pasar.
Inovasi Business Model Generation
Inovasi model bisnis dilakukan berdasarkan empat tujuan, yaitu :
a. Memenuhi kebutuhan pasar yang belum terjawab,
b. Menghadirkan teknologi, produk atau jasa yang baru ke pasar,
c. Meningkatkan, membangun atau mengubah pasar yang sudah ada dengan
model bisnis yang lebih baik, atau
d. Menciptakan pasar yang benar–benar baru.
Kondisi persaingan yang sangat kompetitif, kita harus membangun model
bisnis yang inovatif dan kreatif. Terdapat sembilan kotak yang merepresentasikan
elemen kunci yang secara umum akan ada pada semua model bisnis, melalui
sembilan blok memperlihatkan cara berpikir tentang bagaimana sebuah
perusahaan menghasilkan uang.
a. Key partnership
Blok bangunan ini menggambarkan jaringan pemasok dan mitra yang
membuat model bisnis dapat bekerja. Perusahaan membentuk kemitraan dengan
berbagai alasan dan menjadikan kemitraan sebagai salah satu landasan pada
model bisnisnya. Empat jenis kemitraan yang berbeda yaitu : Aliansi strategi
antara non-pesaing, kemitraan strategi antar pesaing, usaha patungan untuk
mengembangkan bisnis baru dan hubungan pembeli-pemasok untuk menjamin
pasokan yang diandalkan.
b. Key activities
Blok bangunan aktivitas kunci menggambarkan hal terpenting yang harus
dilakukan perusahaan agar model bisnis dapat bekerja atau beroperasi dengan
sukses, setiap aktivitas kunci yang dijalankan oleh perusahaan akan berbeda
bergantung pada jenis model bisnisnya.
c. Key resources
Sumber daya utama menggambarkan aset terpenting yang diperlukan agar
sebuah model bisnis dapat berfungsi, karena sumber daya memungkinkan sebuah
perusahaan menciptakan dan menawarkan proposisi nilai, menjangkau pasar,
mempertahankan hubungan dengan segmen pelanggan dan memperoleh
pendapatan. Sumber daya utama berbeda-beda sesuai jenis model bisnis dapat
berupa fisik, finansial, intelektual atau sumber daya manusia.
d. Cost structure
Cost structure menjelaskan biaya terpenting yang muncul ketika
mengoperasikan model bisnis tertentu. Biaya model bisnis dibedakan dalam dua
kelas, yaitu yang terpacu biaya (cost driven) dan terpacu oleh nilai (value driven),
kebanyakan dari model bisnis berada diantara kedua kelas ini.
7
e. Value propositions
Proposisi nilai adalah alasan yang membuat pelanggan beralih dari satu
perusahaan ke perusahaan lain dan dapat memecahkan masalah pelanggan atau
memuaskan kebutuhan pelanggan, karena berisi gabungan produk atau jasa
tertentu yang melayani kebutuhan segmen pelanggan spesifik. Nilai tersebut
seperti harga, kecepatan layanan, desain, pengalaman pelanggan dan sebagainya
yang disertai dengan fitur dan atribut tambahan.
f. Customer segments
Pelanggan merupakan inti dari semua model bisnis, tidak ada perusahaan
yang mampu bertahan dalam waktu lama. Perusahaan dalam memuaskan
pelanggan, mengelompokan mereka dalam segmen-segmen berbeda berdasarkan
kesamaan kebutuhan, perilaku, atau atribut lain.
g. Customer relationship
Customer relationship menggambarkan berbagai jenis hubungan tentang
perusahaan bersama segmen pelanggannya yang spesifik. Sebuah perusahaan
harus menjelaskan jenis hubungan yang ingin dibangunnya bersama segmen
pelanggan. Hubungan pelanggan dapat didorong oleh motivasi berikut : Akuisisi
pelanggan, mempertahankan pelanggan dan peningkatan penjualan.
h. Channel
Channel menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan berkomunikasi
dengan segmen pelanggannya untuk memberikan proposisi nilai, memiliki
beberapa fungsi, yaitu :
1) Meningkatkan kesadaran pelanggan atas produk dan jasa perusahaan,
2) Membantu pelanggan mengevaluasi proposisi nilai perusahaan,
3) Memungkinkan pelanggan membeli produk dan jasa yang spesifik,
4) Memberikan proposisi nilai kepada pelanggan, dan
5) Memberikan dukungan purna jual kepada pelanggan
i. Revenue streams
Arus pendapatan menggambarkan uang tunai yang dihasilkan perusahaan
dari masing-masing segmen. Model bisnis melibatkan dua jenis arus pendapatan
yaitu: pendapatan transaksi yang dihasilkan dari satu kali pembayaran pelanggan
dan pendapatan dari pembayaran berkelanjutan baik untuk memberikan proposisi
nilai kepada pelanggan maupun menyediakan dukungan pelanggan pasca
pembelian (Osterwalder 2012).
Gambar 1 Model bisnis kanvas (Osterwalder 2012)
8
Business Model Generation disebut dengan Bisnis Model Kanvas, karena
alat bantu ini mirip dengan kanvas pelukis yang memungkinkan setiap perusahaan
membuat lukisan dari bisnis model yang baru atau yang sudah. Bisnis Model akan
berfungsi dengan baik jika dicetak di atas permukaan yang luas sehingga
sekelompok orang dapat bekerja sama membuat sketsa dan mendiskusikan
elemen–elemen model bisnis dengan catatan post-it atau spidol, inilah alat bantu
yang akan menumbuhkan pemahaman, diskusi, kreativitas dan analisis.
Tabulasi Silang (Cross Tab)
Cross tab atau disebut dengan tabulasi silang menampilkan hubungan
diantara dua variabel atau lebih dengan data berskala nominal atau ordinal.
Tampilan cross tab sendiri terdiri atas baris dan kolom. Banyaknya baris dan
kolom tergantung pada banyaknya variabel, seperti hubungan elemen key activity
dalam BMG dengan jenis kelamin, asal daerah dan lain-lain. Analisis cross tab
variabel-variabel dipaparkan dalam satu tabel dan berguna untuk :
a. Menganalisis hubungan-hubungan antar variabel yang terjadi.
b. Melihat bagaimana kedua atau beberapa variabel berhubungan.
c. Mengatur data untuk keperluan analisis statistik.
d. Mengadakan kontrol terhadap variabel tertentu sehingga dapat dianalisis ada
tidaknya hubungan (Sugianto 2010).
Analytical Hierarchy Process (AHP)
AHP dikembangkan oleh Thomas Saaty pada tahun 1970an, merupakan
sistem pembuatan keputusan dengan menggunakan model matematik. AHP
membantu dalam menentukan priortitas dari beberapa kriteria. Ketika
dilakukannya pengambilan keputusan dalam perencanaan strategi sangatlah
penting untuk mengevaluasi setiap kemungkinan alternatif dengan baik dalam
beberapa situasi pengambilan keputusan strategis, dalam model bisnis terdapat
situasi dimana banyaknya faktor dapat menjadi sebuah kendala. Hal ini membuat
keputusan sulit untuk diambil dan meningkatkan kebutuhan dilakukannya
pendekatan tertentu yang memungkinkan pada pengambilan keputusan guna
memecahkan proses evaluasi tersebut dalam beberapa tingkat faktor–faktor yang
berbeda tetapi masih saling terkait.
Metode AHP adalah kerangka kerja yang komperhensif, logis dan
terstruktur. Metode ini memungkinkan dilakukannya pemahaman akan keputusan
yang kompleks dengan melakukan dekomposisi dari suatu masalah. Cara kerja
AHP dimulai dengan menyatukan semua keputusan yang relevan dan kemudian
dilakukan proses pembobotan untuk memudahkan pengambilan keputusan melihat
tingkat kepentingan dari masing–masing kriteria objektif (Saaty 1991).
Kegunaan Metode AHP
Metode AHP menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang
bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan
yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif
sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat (Saaty
1991). Menurut Fewidarto (1996), penggunaan hirarki dalam pengambilan
keputusan mempunyai beberapa keuntungan antara lain :
9
a. Penyajian sistem secara hirarki dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana
perubahan-perubahan prioritas pada level atas mempengaruhi prioritas pada
elemen-elemen di bawahnya.
b. Hirarki banyak memberikan informasi yang lengkap pada struktur dan fungsi
suatu sistem dalam level yang lebih rendah dan memberikan gambaran tentang
pelaku-pelaku dan tujuan-tujuan pada level yang lebih tinggi. Elemen-elemen
kendala yang terbaik adalah disajikan pada level yang lebih tinggi lagi untuk
menjamin bahwa kendala-kendala itu diperhatikan.
c. Sistem alamiah yang disusun secara hirarki, yaitu dengan membangun
konstruksi modul dan akhirnya menyusun rakitan modul-modul tersebut. Hal
ini jauh lebih efisien dari pada merakit modul-modul tersebut secara
keseluruhan sekaligus.
d. Hirarki lebih mantap (stabil dan fleksibel). Stabil dalam arti bahwa perubahanperubahan kecil mempunyai efek yang kecil dan lentur diartikan bahwa
penambahan untuk mendapatkan suatu hirarki yang terstruktur baik tidak
mengganggu untuk kerjanya.
Penelitian Terdahulu
Yuldinawati (2013), melakukan penelitian mengenai Strategi Pengembangan
Inovasi Produk technopreneurship melaui BMG pada Batik Geek. Alat bantu
analisis yang digunakan adalah penelitian kuantitatif serta analisis kualitatif. Hasil
penelitian menunjukan bahwa pada elemen key partner dan key activity yang
menjadi kendala utama, untuk key partnership produk casing batik geek masih
sangat bergantung kepada suplier di Hongkong sehingga jumlah produksi terbatas
serta dengan biaya pembuatan dan pengiriman yang relatif mahal disertai dengan
belum memiliknya sistem kemitraan yang permanen. Pada aspek key activity
membutuhkan inovasi produk, namun di sisilain memerlukan biaya yang sangat
besar guna riset pasar.
Faktor utama yang harus disoroti dalam meraih suksesnya aspek pelanggan
adalah aspek perusahaan. Berdasarkan hasil analisis BMG bahwa
technopreneurship di sektor UMKM mempunyai kendala pada bidang R&D,
oleh karena itu solusi tepat bagi sektor UMKM dengan memanfaatkan R&D
yang tidak terpakai karena faktor pendanaan dengan cara menjual inovasi kepada
mitra bisnis sehingga pengusaha mendapatkan tambahan dana, serta fokus dalam
bisnis inti dengan cara menjalin hubungan jangka panjang bersama mitra
usahanya.
Anugerah (2008), dengan judul penelitian Strategi Pengembangan Usaha
Kecil Kue Kering "Jalilo Snack", Kecamatan Bogor Timur. Hasil analisis
terhadap lingkungan internal menunjukkan kekuatan utama perusahaan adalah
keuletan pemilik dalam mengelola perusahaan, kelemahan utama yang dimiliki
perusahaan adalah distribusi produk belum luas. Analisis lingkungan eksternal,
didapatkan peluang utama perusahaan berupa dukungan Pemda Bogor, sedangkan
ancaman utama yang dihadapi perusahaan berupa adanya kenaikan tarif listrik dan
BBM.
Hasil analisis matriks IE, didapatkan posisi perusahaan pada kuadran IV,
pada posisi tersebut strategi yang terbaik dilakukan oleh perusahaan yaitu tumbuh
dan bina (growth and built) atau strategi intensif dengan alternatif pilihan strategi
adalah penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk. Hasil
10
QSPM didaptkan alternatif strategi bagi perusahaan “Jailo Snack” berdasarkan
prioritas yaitu (1) melakukan penetrasi pasar, (2) memanfaatkan dukungan Pemda
Bogor dalam pengajuan pinjaman modal kerja
Ningtias (2009), melakukan penelitian mengenai strategi pengembangan
usaha kecil pada “Waroeng Coklat” hasil analisis lingkungan eksternal diperoleh
bahwa faktor strategis yang merupakan peluang terbesar dan paling berpengaruh
bagi yaitu dukungan Disperindagkop dalam pelatihan dan pengembangan UKM di
Kota Bogor, sedangkan faktor eksternal yang menjadi ancaman utama yang dapat
dihindari yaitu hambatan masuk dalam usaha makanan (cookies dan praline)
relatif rendah. Hasil analisis lingkungan internal, faktor internal strategis yang
menjadi kekuatan yaitu keuletan pemilik dalam mengelola perusahaan, sedangkan
faktor strategis internal yang menjadi kelemahan terbesar yaitu promosi belum
optimal.
"Waroeng Cokelat" berada pada posisi sel V, sehingga strategi terbaik yang
dapat dilakukan yaitu pertahankan dan pelihara (hold and maintain). Hasil dari
pengolahan QSPM diperoleh prioritas strategi yaitu mengoptimalkan promosi,
memperluas pasar untuk meningkatkan volume penjualan, pengembangan produk,
meningkatkan modal usaha, mempertahankan dan meningkatkan jenis serta
kualitas produk, menambah tenaga kerja penyalur/distibutor, melakukan produksi
secara kontinyu dan memilih lokasi usaha yang strategis.
Habib (2008), melakukan penelitian terhadap strategi pengembangan usaha
minuman instan jahe pada CV. Hanabio-Bogor. Kekuatan utama perusahaan
adalah keterampilan serta keuletan pemilik perusahaan dalam mengelola
perusahaan. Kelemahan utama yang dimiliki perusahaan adalah keterbatasan
modal, dengan mengidentifikasi terhadap lingkungan eksternal bahwa faktor yang
menjadi peluang utama bagi perusahaan adalah wilayah kota Bogor yang sangat
strategis dan merupakan daerah tujuan wisata. Ancaman utama bagi perusahaan
adalah adanya produk subtitusi atau pengganti. Hasil analisis matriks QSPM,
bahwa strategi terbaik yang harus dilakukan perusahaan adalah mempertahankan
jaringan yang sudah ada dan meningkatkan jumlah distributor untuk
pengembangan pasar.
11
METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran Penelitian
Pengembangan Ilmu Pengetahuan mengenai akar seni, budaya dan
pariwisata berbanding terbalik dengan tren berbusana. Tata cara pengembangan
pengetahuan tentang seni, budaya dan pariwisata harus melalui cara-cara kreatif.
Dewasa ini cinderamata bercorak etnik masih terbatas sedangkan potensi NTB
menjadi daerah tujuan wisata cukup bagus karena mempunyai posisi strategis
yang disebut daerah segi tiga emas daerah tujuan wisata. Pemanfaatan industri
kreatif sebagai media penyampaian pengetahuan mengenai etnik NTB belum
tersedia secara optimal. Melalui pemanfaatan etnik, membuka peluang usaha
dalam menciptakan produk inovatif yaitu potensi usaha distro dengan mengusung
pengenalan seni, budaya dan pariwisata NTB.
Diharapkan pada masa mendatang, Bale Lombo sebuah usaha clothing yang
mampu menjadi brand identitas NTB sebagai media pengenalan pelestarian
kekayaan seni budaya dan pariwisata serta dapat menciptakan kebanggaan
tersendiri bagi customer, masyarakat NTB dan wisatawan yang berkunjung ke
NTB dengan menggunakan produk distro Bale Lombo (DBL). Bale Lombo
merupakan usaha yang tengah berkembang dan membutuhkan sebuah strategi
pengembangan usaha yang tepat, agar tujuan dari Bale Lombo dapat tercapai.
Melalui pendekatan Business Model Generation (BMG) dan Analytical Hierarchy
Process (AHP) diharapkan dapat tersusun rekomendasi strategi dan keputusan
yang tepat dalam pengembangan usaha Balelombo, yang berdampak pada
kepuasan wisatawan dan munculnya kebanggaan dalam diri masyarakat terhadap
produk yang mengusung etnik lokal. Kerangka pemikiran dan tahapan penelitian
dapat dilihat dalam Gambar 2.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2013 berlokasi
di Bogor sebagai tempat produksi dan Nusa Tenggara Barat (NTB) sebagai
sasaran utama target pasar. Pada 18 April–30 April 2013 melakukan promosi dan
analisis segmentasi, targeting dan positioning di Bandara Internasional Lombok
dan tempat wisata hingga Kabupaten Dompu. Pemilihan lokasi penelitian
dilakukan secara sengaja dengan alasan usaha distro Bale Lombo adalah usaha
baru, memiliki konsep yang khas dan lebih inovatif, target dan segmen pasar yang
terarah, tepat untuk dijadikan tempat penelitian dengan topik strategi
pengembangan usaha.
Metode Penetapan Sampel
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan non probability sampling
yaitu setiap unsur yang terdapat dalam populasi tidak memiliki kesempatan yang
sama untuk dipilih sebagai sampel, melalui teknik convinience sampling. Metode
convinience adalah metode dimana peneliti memiliki kebebasan untuk memilih
responden yang ditemui di lokasi pengambilan sampel.
12
Jumlah konsumen yang akan dijadikan responden ditentukan menggunakan
rumus Slovin dengan tingkat kesalahan 10 persen. Informasi yang diperoleh dari
total penjualan produk distro Bale Lombo (DBL), bahwa April sampai Juni 2013
total konsumen yang membeli produk DBL 108 orang. Hasil rumus Slovin, maka
diperoleh 51 orang konsumen yang akan dijadikan responden yang akan
dikelompokan menjadi konsumen NTB dan Non NTB.
n
Keterangan :
n = jumlah responden yang diambil
N = jumlah populasi atau rata-rata konsumen yaitu 103 orang
e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan responden
yang masih dapat ditoleransi, dalam penelitian ini nilainya ditentukan sebesar
10 %
Jumlah sampel yang digunakan untuk penentuan strategi dengan metode
proses hirarki analitik sebanyak enam pakar, yaitu pemilik usaha sebanyak empat
orang, mitra dan dinas perindustrian satu orang. Metode penentuan sampel
menggunakan teknik purposive sampling dengan alasan sampel yang diambil
memiliki maksud dan tujuan tertentu. Pemilihan pakar didasarkan pada
pertimbangan, bahwa mereka memahami usaha Bale Lombo dan dapat
memberikan masukan terkait pengembangan usaha.
Cinderamata bercorak etnik
NTB masih sangat terbatas
Potensi NTB Menjadi Daerah
Tujuan Wisata Cukup Bagus
Potensi Usaha Distro yang Mengusung
Seni, Budaya dan Pariwisata NTB
Pengembangan Usaha Distro yang Kuat
Strategi Pengembangan Usaha yang Tepat
Terpenuhinya Kebutuhan
Wisatawan dan Masyarakat
Kepuasan Wisatawan Meningkat
Tumbuh Berkembangnya Usaha Distro
Kebanggaan Masyarakat Terhadap
Produk Etnik Lokal
Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian
13
Jenis dan sumber data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer yang digunakan berupa hasil kuesioner dan wawancara
dengan konsumen, pemilik usaha dan dinas perindustrian NTB. Data Sekunder
yang digunakan adalah berbagai literatur yang berkaitan dengan pembahasan,
dokumen perusahaan dan dokumen dari dinas perindustrian dan perdagangan serta
dinas pariwisata provinsi NTB yang relevan untuk penelitian ini.
Tabel 1 Jenis dan sumber data
Jenis Data
Data
Primer
Profil Konsumen Bale Lombo
Penilaian konsumen terkait elemen Business
Model Generation (BMG)
Pola kerjasama atau pengembangan produksi
Kriteria, alternatif dan struktur awal
Sekunder
Gambaran usaha distro Bale Lombo
Data industri kreatif di NTB
Data kunjungan wisatawan NTB
Data penjualan Bale Lombo secara personal
maupun bundling dengan paket wisata
Teori-teori yang relevan dengan penelitian
Sumber Data
Konsumen Bale
Lombo,
Pemilik usaha,
Dinas Perindustrian
dan Perdagangan
NTB, mitra usaha
Distro Bale Lombo,
Dinas Perindustri
dan Perdagangan
NTB,
Dinas Pariwisata
dan
KebudayaanNTB,
Buku, jurnal, dan
penelitian terdahulu
BMG terdiri dari sembilan elemen kunci, penelitian ini terfokus pada elemen
konsumen, yaitu elemen key activity, value proposition, customer relationship dan
channel. Penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi strategi pengembangan usaha
bagi distro Bale Lombo.
Pengumpulan Data
Teknik pengumpilan data yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Studi Pendahuluan, turut dalam kegiatan promosi dan penjualan di Nusa
Tenggara Barat, pada bulan April sampai Mei 2013. Menganalisis kondisi
pasar usaha distro di NTB, pesaing dan calon konsumen
b. Field Research melakukan pengamatan langsung terhadap usaha Bale Lombo
dan mengikuti seluruh aktivitas usaha.
c. Library Research, metode ini dijadikan sebagai landasan secara teoritis yang
berhubungan dengan penyusunan, buku pendukung materi, jurnal, internet dan
literatur lainnya untuk menunjang dalam pelaksanaan penelitian.
d. Teknik Wawancara, yaitu melakukan wawancara dengan pihak DBL terkait
usaha yang sedang dijalani dan melakukan diskusi strategi usaha berdasarkan
BMG customer focus, mitra dan konsumen untuk mengetahui persepsi mereka
terhadap Bale Lombo. Selain itu melakukan wawancara terstruktur kepada
instansi seputar potensi dan dukungan terhadap usaha distro di NTB.
e. Penyebaran kuesioner, yang berisi daftar pertanyaan disebarkan kepada
konsumen, mitra Bale Lombo, intansi dan pemilik usaha.
14
Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif, disajikan dalam
bentuk tabel, gambar dan uraian. Metode analisis yang digunakan pada penelitian
ini menggunakan analisis struktur BMG, analisis keterkaitan antar faktor variabel
(cross tab) dan analisis penetapan prioritas strategi. Analisis BMG dalam
penelitian ini untuk menggambarkan pemikiran bagaimana sebuah usaha
menciptakan, memberikan dan menangkap nilai. Membuat sebuah frame work
yang terdiri elemen kunci usaha Bale Lombo, disertai dengan mengidentifikasi
faktor-faktor yang berpengaruh pada elemen customer focus BMG.
Analisis cross tab digunakan untuk penelitian yang berkaitan dengan
penentuan hubungan antar variabel atau faktor yang diperoleh dari data kualitatif.
Uji cross tab dilakukan untuk mengetahui keterkaitan antara profil konsumen
dengan indikator elemen BMG customer focus dan antara elemen BMG dengan
elemen BMG itu sendiri. Cross tab disertai dengan perhitungan tingkat keeratan
hubungan antar isi cross tab, alat statistik yang digunakan untuk mengukur
hubungan pada cross tab adalah Chi-Square.
Analisis penetapan prioritas strategi dengan menggunakan AHP, untuk
memperoleh prioritas keputusan yang efektif dalam pengembangan usaha
memungkinkan usaha pribadi untuk membentuk gagasan dan membatasi masalah,
dengan membuat asumsi dan menghasilkan pemecahan yang diinginkan. Struktur
hirarki yang digunakan adalah struktur hirarki sederhana, yaitu terdiri dari tiga
level. Level pertama adalah tujuan atau goal yang ingin dicapai, level kedua
adalah kriteria, dan level ketiga adalah alternatif strategi.
15
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Distro Bale Lombo (DBL)
Sejarah Perkembangan Usaha
Bale Lombo merupakan distro yang memproduksi merchandise khas NTB
dengan mengangkat seni budaya dan pariwisata NTB dalam pemilihan desainnya.
Keunggulan dari produk Bale Lombo adalah produk yang dapat memberikan
alternatif pelestarian ilmu pengetahuan mengenai seni, budaya dan pariwisata
yang ada di NTB, meningkatkan sense of belong to NTB bagi para generasi muda
dan masyarakat NTB serta media pengenalan bagi para wisatawan yang
berkunjung ke NTB.
Bale Lombo berdiri sejak tahun 2010 dipelopori oleh tiga mahasiswa IPB
rantau NTB yang berasal dari ke tiga suku khas NTB (Sasak, Samawa dan
Mbojo). Didasari kecintaan terhadap tanah kelahiran, mereka menciptakan brand
distro Bale Lombo “Senyum Lombok Sumbawa”. Bale sendiri merupakan
singkatan dari “Babaturan Lenga” yang memiliki arti “mari berteman kawan”
diambil dari bahasa Suku Sasak dan Suku Mbojo. dan Lombo yang berarti
“Pakaian” merupakan brand yang menggabungkan ke tiga suku yang ada di NTB
dengan tujuan pelestarian seni, budaya dan pariwisata NTB agar dikenal oleh
wisatawan serta dicintai oleh masyarakat NTB itu sendiri, namun perjalanan
usaha Bale Lombo tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan, usaha distro
tersebut bisa dikatakan tidak berkembang. Pada tahun 2012 Bale Lombo mulai
bangkit untuk mengembangkan bisnisnya dengan dana patungan dan investor.
Bale Lombo berproduksi dalam skala kecil, pertengahan tahun 2012 Bale Lombo
di usulkan untuk mengikuti Pekan Kreativitas Mahasiswa-Kewirausahaan dan
mendapatkan dana hibah DIKTI untuk pengembangan usaha.
Visi, Misi dan Nilai Budaya Kerja Bale Lombo
Sejak saat itu usaha Bale Lombo berkembang, memiliki struktur organisasi
dengan sistem manajerial yang sederhana serta merumuskan visi dan misi yaitu :
visi Bale Lombo adalah Menjadi ciri khas dan pilihan utama merchandise di NTB
dan misinya adalah berinovasi melalui aktivitas-aktivitas yang didasarkan pada
sinergisitas, mengangkat potensi yang dihasilkan oleh masyarakat lokal seperti
pengrajin anyaman, kain tenun dan sebagainya
Selain memiliki visi dan misi, Bale Lombo juga memiliki nilai budaya
perusahaan. Nilai-nilai tersebut merupakan landasan aksi yang diterapkan Bale
Lombo pada setiap kegiatan. Nilai-nilai tersebut adalah “BALE” Better,
Attractive, Learning dan Educative.
Organisasi Distro Bale Lombo (DBL)
Struktur organisasi merupakan kerangka yang berhubungan dengan
kebersamaan tanggung jawab antar tenaga kerja dalam melaksanakan kegiatan
untuk mencapai tujuan. Sistem organisasi yang digunakan oleh Bale Lombo
adalah sistem organisasi garis, dimana dalam organisasi ini setiap bawahan
bertanggung jawab langsung kepada atasannya masing-masing. Tim Bale Lombo
saat ini berjumlah empat orang yang terdiri dari direktur, divisi keuangan, divisi
16
desain dan divisi pemasaran. Khusus pada bagian pemasaran merupakan putra asli
daerah Mbojo NTB, agar memudahkan untuk berkomunikasi dengan pelanggan
dan mitra asli NTB serta dapat memberikan banyak pengetahuan atau informasi
mengenai Etnik NTB lebih banyak kepada wisatawan luar NTB.
Direktur
Divisi Keuangan
Divisi Desain
Divisi Pemasaran
Gambar 3 Struktur organisasi distro Bale Lombo
Aspek Pemasaran
Setiap usaha akan memasuki sebuah pasar yang ditujunya dan memasarkan
produknya, tentu saja hal ini tidak terlepas dari aktivitas pemasaran yang terdiri
dari STP dan bauran pemasaran.
a. Segmentasi, targeting dan positioning DBL
Proses pemasaran yang berhasil terdiri dari serangkaian langkah yang
berkesinambungan, menurut Kotler (2009) terdiri atas tiga tahap yaitu :
segmentation, targeting, positioning (STP). Begitupun dengan Bale Lombo agar
mampu mengetahui dan memuaskan kebutuhan konsumen menetapkan strategi
STP.
Segmentasi pasar dari produk Bale Lombo ini adalah berdasarkan demografis,
geografis dan psikografis. Target pasar Bale Lombo ini adalah wisatawan dan
masyarakat NTB. Bale Lombo memposisikan sebagai brand identitas khas NTB
yang mengangkat kekayaan seni, budaya dan pariwisata melalui desain
produknya.
b. Bauran Pemasaran DBL
Aktifitas pemasaran lebih dikenal dengan istilah 4P yang biasa disebut dengan
bauran pemasaran (marketing mix) terdiri dari product, price, place dan
promotion yang titik tolaknya adalah kebutuhan konsumen akan alat pemuas
kebutuhannya. Bauran pemasaranya DBL yaitu :
1) Product
Produk yang dijual DBL adalah tas dan pakaian dengan konsep yang
mengusung etnik NTB. Strategi diversifikasi produk dilakukan dengan cara
membuat produk yang sesuai dengan permintaan konsumen dan latar belakang
suku. Inovasi dari produk Bale Lombo adalah produk edukatif dimana adanya
penjelasan mengenai desain yang diangkat, selain itu DBL mendukung
pengrajin lokal yaitu pengrajin anyaman bambu Gunung Sari Lombok Barat,
Pengrajin kain tenun Desa Ranggo Dompu. Ragam produk DBL dapat dilihat
pada Lampiran 8.
2) Price
Harga jual kaos dan polo shirt Bale Lombo adalah Rp 119 000/pcs dan
Rp 99 000/pcs jika membeli 3 pcs. Model tanktop Rp 75 000/pcs dan harga tas
kain tenun mulai dari Rp 225 000/pcs hingga Rp 250 000/pcs dengan kualitas
bahan terbaik. Semua produk DBL merupakan special and limited edition,
sehingga harga tersebut menjadi wajar karena eksklusif.
17
3) Place
Lokasi penjualan berpusat di Kabupaten Dompu NTB sebagai distributor
utama, Bandara Internasional Lombok, mobile shop ke tempat wisata yang
ramai pengunjung.
4) Promotion
Strategi promosi yang dilakukan DBL adalah melalui promosi secara langsung
dan tidak langsung seperti : direct selling dilokasi wisata, taman kota, Bandara
Internasional Lombok. Strategi Word Of Mouth (WOM) pun diterapkan mulai dari
teman, komunitas NTB dikampus, keluarga dan sebagainya.
Pemberian informasi secara tidak langsung melalui poster, stiker, surat kabar
“Lombok Post” pemasangan X-Banner. Sarana teknologi dan informasi juga
digunakan, karena merupakan media yang efektif untuk melakukan promosi
dengan jangkauan penggunanya yang luas. Promosi media sosial DBL
di
BERCORAK ETNIK NTB MELALUI PENERAPAN
BUSINESS MODEL GENERATION
(Studi Kasus pada Distro BALE LOMBO Dompu NTB)
WAHYUNI FITRI HERAWATI
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Pengembangan
Usaha Distro Bercorak Etnik NTB Melalui Penerapan Business Model Generation
(Studi Kasus pada Distro Bale Lombo Dompu, NTB) adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014
Wahyuni Fitri Herawati
NIM H24114080
ABSTRAK
WAHYUNI FITRI HERAWATI. Strategi Pengembangan Usaha Distro Bercorak
Etnik NTB Melalui Penerapan Business Model Generation pada Distro Bale
Lombo Dompu, NTB. Dibimbing oleh PRAMONO D.FEWIDARTO.
Business Model Generation (BMG) adalah suatu alat untuk membantu
pelaku usaha melihat lebih akurat rupa usaha yang sedang dan akan dijalani. Bale
Lombo usaha distro yang mengalami kesulitan dalam pengembangan usaha, akan
menerapkan pendekatan BMG agar dapat mengevaluasi rencana usaha yang
sedang dijalani secara utuh, sehingga dapat langsung mengambil langkah praktis
dan strategi untuk mencapai tujuan usaha. Penelitian ini bertujuan
1) mengidentifikasi seluruh unsur komponen dalam BMG terkait usaha distro
Bale Lombo, 2) menetapkan komponen utama dalam BMG customer focus yang
perlu mendapatkan perhatian untuk peningkatan usaha, 3) merekomendasikan
strategi pengembangan komponen utama BMG customer focus. Terdapat empat
strategi prioritas dalam elemen BMG yang digunakan Bale Lombo untuk
pengembangan usaha yang terfokus pada konsumen, yaitu key activity, value
proposition, customer relationship dan channel. Hasil penelitian menunjukan
strategi yang dipilih adalah implementasi strategi key activity BMG.
Kata kunci: BMG, konsumen fokus, pengembangan usaha
ABSTRACT
WAHYUNI FITRI HERAWATI. Business Development Strategy for NTBethnic-sytle Distro by Implementing the Business Model Generation on Bale
Lombo Distro Dompu, NTB. Supervised by PRAMONO D. FEWIDARTO.
Business Model Generation (BMG) is an instrument to see much closer on
the business style that will be applied. Bale Lombo is a distro business which in a
difficulty of business development, applying BMG order to evaluate a businees
plan that is being undertaken as a whole, so it can immediately take practical step
and strategies to achieve business goals. This study aims to 1) identify all
components in the BMG related to the business of Bale Lombo Distro, 2)
determine the main component in the customer focus BMG which needs to be
concerned for the business improvement, and 3) recommend a development
strategy for customer focus BMG’s main component. There are four strategy in
the element of BMG will be apply by Bale Lombo for their business development
by focusing on customers, such as key activity, value proposition, customer
relationship, and channel. The research result showed that choiced strategy is
implementation of key activity.
Keywords: BMG, business develop, customer focus
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA DISTRO
BERCORAK ETNIK NTB MELALUI PENERAPAN
BUSINESS MODEL GENERATION
(Studi Kasus pada Distro BALE LOMBO Dompu, NTB)
WAHYUNI FITRI HERAWATI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Strategi Pengembangan Usaha Distro Bercorak Etnik NTB Melalui
Penerapan Business Model Generation ( Studi Kasus pada Distro
Bale Lombo Dompu, NTB)
Nama
: Wahyuni Fitri Herawati
NIM
: H24114080
Disetujui oleh
Ir Pramono D Fewidarto MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Mukhamad Najib, STP, MM
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi : Strategi Pengem , gan Csaha Distro Bercorak Etnik NTB Melalui
Penerapan Busines _fodel Generation ( Studi Kasus pada Distro
Bale Lombo Dompu, X TB)
Nama
: Wahyuni Fitri Herawati
:H24114080
NIM
Disetujui oleh
Ir Pramono D Fewidarto MS
Pembimbing
Tanggal Lulus:
1 1 MAR 2014
PRAKATA
Puji dan syukur disampaikan kehadirat Allah SWT, dengan rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya akhir ini. Shalawat serta salam
penulis haturkan kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga, sahabat, pengikutnya hingga akhir zaman. Skripsi ini disusun
berdasarkan hasil penelitian pada distro Bale Lombo dengan judul penelitian
Strategi Pengembangan Usaha Distro Bercorak Etnik NTB Melalui Penerapan
Business Model Generation (Studi Kasus pada Distro Bale Lombo Dompu, NTB).
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program
Sarjana Alih Jenis Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Melalui prakata ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Bapak
Ir. Pramono D. Fewidarto, MS, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih
juga ingin penulis sampaikan kepada pakar, responden, Dinas Provinsi Nusa
Tenggara Barat yang telah membantu dalam pengumpulan data serta orang tua
dan teman seperjuangan terimakasih untuk doa, semangat dan dukungannya.
Semoga apa yang penulis sajikan dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Bogor, Maret 2014
Wahyuni Fitri Herawati
DAFTAR ISI
PRAKATA
v
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitiaan
2
Manfaat Penelitian
3
Ruang Lingkup Penelitian
3
TINJAUAN PUSTAKA
4
Pengertian Strategi
4
Pengertian Bisnis
4
Usaha Distro
4
Pariwisata dan Etnik Nusa Tenggara Barat
5
Business Model Generation (BMG)
5
Analytical Hierarchy Process (AHP)
8
Penelitian Terdahulu
9
METODE PENELITIAN
11
Kerangka Pemikiran Penelitian
11
Lokasi dan Waktu Penelitian
11
Metode Penetapan Sampel
11
Pengolahan dan Analisis Data
14
HASIL DAN PEMBAHASAN
15
Gambaran Umum Distro Bale Lombo (DBL)
15
Analisis Struktur BMG Distro Bale Lombo (DBL)
17
Analisis Keterkaitan Antar Faktor atau Variabel
19
Analisis Hubungan Antar - Variabel Substansi Customer Focus
32
Penilaian Konsumen DBL Terkait Elemen BMG
41
Analisa Penetapan Prioritas Strategi
44
Hirarki Tingkat Dua Strategi Pengembangan Usaha DBL
47
Rekomendasi Strategi Kanvas Business Model Generation (BMG)
51
Implikasi Manajerial
51
SIMPULAN DAN SARAN
53
DAFTAR PUSTAKA
54
LAMPIRAN
55
RIWAYAT HIDUP
65
DAFTAR GAMBAR
1 Model bisnis kanvas (Osterwalder 2012)
2 Kerangka pemikiran penelitian
3 Struktur organisasi distro Bale Lombo
4 Model kanvas BMG Bale Lombo
5 Struktur hirarki strategi pengembangan disto Bale Lombo
6 Rekomendasi kanvas bisnis Bale Lombo
7
12
16
17
47
51
DAFTAR TABEL
1 Jenis dan sumber data
2 Profil konsumen Bale Lombo
3 Rekapitulasi hasil cross tab KA
4 Penilaian KA pelayanan terkait jenis kelamin
5 Penilaian KA produk terkait asal daerah
6 Penilaian KA pelayanan terkait asal daerah
7 Penilaian KA produk terkait lama tinggal di NTB
8 Penilaian KA produk terkait usia konsumen
9 Penilaian KA produk terkait rencana di NTB
10 Rekapitulasi hasil cross tab value proposition
11 Penilaian VP nilai tambah terkait jenis kelamin
12 Penilaian VP harga terkait lama tinggal
13 Penilaian VP harga terkait pengeluaran konsumen/bulan
14 Penilaian VP nilai tambah terkait rencana di NTB
15 Rekapitulasi hasil cross tab customer relationship
16 Penilaian CR diskon terkait jenis kelamin
17 Penilaian CR kepuasan pelanggan terkait asal daerah
18 Rekapitulasi hasil cross tab channel
19 Penilaian elemen BMG channel terkait jenis kelamin
20 Penilaian channel terkait setiap asal daerah
21 Penilaian channel terkait rencana di NTB
22 Rekapitulasi hasil cross tab KA dengan VP, CR dan Channel
23 Penilaian produk terkait harga
13
19
20
20
21
21
22
23
23
24
25
25
26
27
27
28
29
29
30
31
31
32
32
24 Penilaian produk terkait desain
25 Penilaian produk terkait nilai tambah
26 Penilaian produk terhadap bonus atau diskon
27 Penilaian produk terkait kepuasan pelanggan
28 Penilaian produk terkait lokasi
29 Penilaian produk terkait media promosi
30 Penilaian pelayanan terkait harga
31 Penilaian pelayanan terkait kepuasan pelanggan
32 Rekapitulasi hasil cross tab VP dengan CR dan Channel
33 Penilaian harga terkait kepuasan pelanggan
34 Penilaian desain terkait lokasi
35 Penilaian nilai tambah terkait kepuasan pelanggan
36 Rekapitulasi hasil cross tab customer relationship dan channel
37 Penilaian diskon atau bonus terkait lokasi
38 Penilaian kepuasan pelanggan terkait lokasi
39 Penilaian kepuasan pelanggan terkait media promosi
40 Penilaian konsumen Bale Lombo terkait KA
41 Penilaian konsumen Bale Lombo terkait VP
42 Penilaian konsumen Bale Lombo terkait CR
43 Penilaian konsumen Bale Lombo terkait channel
44 Rekapitulasi perhitungan persepsi konsumen
45 Bobot kriteria penetapan strategi
46 Bobot alternatif strategi untuk masing-masing kriteria
47 Bobot alternatif strategi
33
33
34
34
35
35
36
36
37
37
38
38
39
39
40
40
41
42
42
43
43
49
50
50
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil uji validitas
2 Uji reabilitas
3 Indikator penilaian konsumen
4 Rekapitulasi hasil tabulasi silang
5 Hirarki utama strategi pengembangan usaha DBL
6 Hirarki kedua strategi pengembangan usaha DBL
7 Hasil pengolahan AHP
8 Produk Bale Lombo
9 Rencana pengumpulan data terkait dengan tujuan penelitian
55
56
57
58
59
60
62
63
64
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan sektor bisnis di Indonesia mengalami peningkatan yang
semakin pesat, dilihat dari semakin banyaknya masyarakat yang memilih
menjadi seorang entrepreneur dibandingkan sebagai karyawan. Dewasa ini
bisnis industri kreatif disebut sebagai industri unggulan yang mampu
menopang perekonomian bangsa di era global, karena memiliki daya saing,
mampu menciptakan produktifitas dan menyerap tenaga kerja yang cukup
besar.
Salah satu bisnis unggulan yang prospektif adalah bisnis dalam dunia
fesyen, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) selama periode JanuariJuli 2012 ekspor fesyen mencapai 8.18 miliar dollar AS, meningkat 0.62 persen
bila dibandingkan pada tahun sebelumnya (www.kompas.com 2013). Mengutip
pernyataan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu pada
forum (www.lombokkita.com 2013), bahwa ekonomi kreatif mampu menyerap
11.8 juta pekerja pada tahun lalu dan dari jumlah tersebut industri fesyen diklaim
menyerap hingga 3.8 juta tenaga kerja, dengan perkembangan (industri) fesyen
tahun 2012 mencapai 164 triliun rupiah. Melihat pasar industri fesyen sangat luas
dan potensial, banyak pelaku bisnis yang memanfaatkan peluang tersebut untuk
merintis maupun mengembangkan usahanya, gempuran persaingan ketat pasti
akan terjadi.
Potensi bisnis industri kreatif fesyen di Indonesia sangat besar karena
didukung oleh ragam budaya yang sangat luas. Distro mengutamakan nilai
keunikan yang ada pada produk yang dijualnya, sehingga produk yang dijual
diproduksi dalam jumlah yang sangat terbatas. Bale Lombo merupakan sebuah
bisnis inovasi distro yang memiliki misi melestarikan pengetahuan tentang seni,
budaya dan pariwisata Nusa Tenggara Barat agar dapat terus diwariskan ke
generasi yang akan datang. Motif etnik NTB dimanfaatkan sebagai pilihan desain
pakaian yang akan diproduksi, namun tidak mengurangi nilai modis dalam
berbusana. Dapat dikatakan Bale Lombo merupakan industri kreatif berbasis
kearifan lokal mempunyai dasar bukan hanya sumber daya ekonomi, melainkan
juga mempunyai makna sosio kultural.
Besarnya potensi alam, seni dan budaya yang dimiliki NTB sudah terkenal
hingga mancanegara, menjadikan NTB sebagai salah satu provinsi gerbang wisata
internasional serta lumbung ikan nasional, karena memiliki luas wilayah lautan
yang lebih besar dibandingkan dengan daratan. Setiap daerah di NTB masingmasing memiliki prioritas komoditas untuk dikembangkan dan dimanfaatkan
secara bijak seperti daerah Meang Sekalong sebagai lumbung pangan, daerah
Kute merupakan kawasan ekonomi kepariwisataan NTB, daerah Sumbawa
merupakan daerah potensi peternakan NTB dan sebagainya. Potensi usaha distro
seperti Bale Lombo sangat prospektif karena masih sedikitnya media industri
kreatif yang digunakan untuk menyampaikan pesan mengenai etnik NTB dengan
balutan produk fesyen yang modis.
Lingkup usaha Bale Lombo yang masih kecil akan menghadapi produk
pesaing dari perusahaan besar. Produk Bale Lombo masih belum dikenal secara
2
luas sebagai merchandise khas NTB karena merupakan usaha baru yang memiliki
network terbatas baik dari segi pemasaran maupun dukungan intansi, hal tersebut
menjadi ancaman dan kelemahan dari Bale Lombo, maka diperlukan sebuah
strategi pengembangan usaha yang tepat. Melalui Business Model Generation
(BMG) sebuah inovasi model bisnis yang dikembangkan oleh Alexander
Osterwald untuk membantu dalam melihat lebih akurat bagaimana rupa bisnis
yang sedang dijalani, melalui kerangka pemikiran yang sederhana dan mudah
dimengerti.
BMG melakukan sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada
pengujian sebuah ide bisnis kepada kekuatan pasar yang sebenarnya. Berdasarkan
uraian latar belakang tersebut maka perlu diadakan penelitian, bagaimana
diterapkannya Business Model Generation terhadap usaha distro Bale Lombo
Dompu NTB sehingga dapat memberikan gambaran secara komprehensif,
menyeluruh dan dapat dengan mudah melakukan modifikasi serta inovasi dalam
pengelolaan bisnis yang sedang dijalankan.
Perumusan Masalah
Setiap usaha baru tentunya perlu memikirkan bagaimana cara
mengembangkan usahanya, apa yang bisa dilakukan untuk mengembangkan
usahanya dan bagaimana meningkatkan minat masyarakat untuk membeli produk.
Bale Lombo merupakan sebuah usaha distro yang mengalami kesulitan dalam
pengembangan usaha. Melihat peluang usaha berbasis etnik NTB yang masih
belum termanfaatkan secara maksimal dan kurang tersedianya cinderamata yang
menarik untuk mendukung pengembangan kepariwisatawan di NTB, Bale Lombo
hadir melalui usaha distro dengan memaksimalkan potensi NTB melalui
produknya.
Model pengembangan usaha yang banyak diterapkan dewasa ini tidak
mampu menghasilkan suatu usaha yang tangguh, oleh karena itu Bale Lombo
akan menerapkan pendekatan BMG agar dapat mengevaluasi rencana bisnis yang
sedang dijalani dari sudut pandang yang jelas dan utuh. Merancang, menerapkan
dan mengevaluasi satu demi satu elemen-elemen kunci usaha yang kurang tepat,
sehingga dapat langsung mengambil langkah praktis dan strategis untuk mencapai
tujuan. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan maka dapat dirumuskan
permasalahan penelitian yaitu bagaimana strategi yang tepat untuk
mengembangkan usaha distro Bale Lombo (DBL) yang efektif menggunakan
pendekatan Business Model Generation.
Tujuan Penelitiaan
Berdasarkan dari permasalahan yang akan dibahas, maka tujuan dari
penelitian adalah :
1. Mengidentifikasi unsur komponen (blok) dalam Business Model Generation
(BMG) terkait usaha distro Bale Lombo.
2. Menetapkan komponen utama dalam Business Model Generation (BMG)
customer focus yang perlu mendapatkan perhatian untuk peningkatan usaha.
3. Merekomendasikan strategi pengembangan komponen utama Business Model
Generation (BMG) customer focus.
3
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis,
usaha distro Bale Lombo, maupun pembaca. Bagi penulis sendiri, penelitian ini
berguna untuk untuk mengimplikasikan ilmu yang diperoleh selama masa kuliah
secara langsung di lapangan, juga untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
ada dalam suatu organisasi usaha sehingga ilmu yang didapatkan tidak bersifat
teoritis saja. Bagi tempat penelitian kelompok distro Bale Lombo (DBL), hasil
penelitian berguna sebagai salah satu masukan apakah model bisnis tersebut dapat
memberikan hasil dalam pengembangan usaha yang sedang dijalani. Bagi
pembaca, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai Business
Model Generation beserta bagaimana penerapannya dalam sebuah usaha,
sehingga dapat diikuti dengan penerapan yang lebih baik.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada kelompok PKM-K Bale Lombo IPB di danai
Dikti 2013, terdapat batasan yang diterapkan bertujuan agar penelitian lebih
terarah. Batasan ruang lingkup penelitian ini adalah: Penelitian difokuskan pada
penerapan dari Business Model Generation untuk mengembangkan usaha distro
Bale Lombo. Berfokus pada elemen customer focus BMG yang memperlihatkan
bagaimana sebuah usaha menghasilkan keuntungan. Elemen kunci tersebut
mencangkup empat bidang utama dalam suatu bisnis: yaitu pelanggan,
penawaran, infrastuktur dan kelangsungan finansial.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Strategi
Strategi berasal dari bahasa Yunani “strategia” yang diartikan sebagai “the
art of the general” merupakan seni seorang panglima yang biasanya digunakan
dalam peperangan. Secara umum strategi adalah rencana yang disatukan, luas dan
berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan
tantangan lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari
perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat. Berhubungan dengan
kesadaran perusahaan tentang bagaimana, kapan dan dimana ia harus bersaing,
melawan siapa dan untuk tujuan apa (David 2009).
Strategi erat kaitannya dengan pemenuhan tujuan organisasi dan menurut
David (2009), strategi digunakan untuk memenuhi tiga tujuan organisasi, yaitu :
a. Strategi sebagai pendukung untuk pengambilan keputusan.
b. Strategi sebagai sarana koordinasi dan komunikasi.
c. Strategi sebagai konsep.
Manajemen Strategi
David (2009) mengatakan manajemen strategi dapat didefinisikan sebagai
seni dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan serta
mengevaluasi keputusan–keputusan lintas fungsional yang memampukan sebuah
organiasi mencapai tujuannya. Sebagaimana disiratkan oleh definisi ini,
manajemen strategi berfokus pada usaha untuk mengintegrasikan manajemen,
pemasaran, keuangan/akuntasi, produksi/ operasi, penelitian dan pengembangan,
serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasional.
Tujuan manajemen strategi adalah untuk mengekploitasi serta menciptakan
berbagai peluang baru dan berbeda untuk esok, perencanaan jangka panjang,
sebaliknya berusaha mengoptimalkan tren–tren dewasa ini untuk esok.
Pengertian Bisnis
Menurut Umar (2005) bisnis diartikan sebagai seluruh kegiatan yang
diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang
perniagaan, dalam rangka memperbaiki standar serta kualitas hidup mereka. Jadi,
bisnis adalah suatu kegiatan usaha yang dilakukan secara individu atau kelompok
dengan tujuan agar dapat memperoleh keuntungan dengan memasarkan barang
dan jasa kepada masyarakat.
Usaha Distro
Distribution store (distro) merupakan tempat menjual produk jadi seperti
pakaian, jam digital, compact disk dan sebagainya yang merupakan barang dengan
desain kreatifias sendiri, karena hampir pemilik distro adalah anak muda yang
memulai usahanya semenjak mahasiswa. Usaha distro dikelompokan kedalam
skala usaha kecil dan menengah, badan usahanya ada yang bersifat perorangan,
komanditer (CV) dan Perseorangan Terbatas (PT).
Di Indonesia distro sudah ada sejak tahun 1993 tetapi mengalami
perkembangan pesat pada tahun 1998. Distro berasal dari kota yang terkenal
dengan pusat mode Paris Van Java Bandung, kemudian menjadi distributor
5
bagi produk clothing lokal dan merupakan sebuah industri kreatif yang bukan
lagi sebuah usaha kecil-kecilan. Distro berawal dari niat eksistensi diri kini
menjadi sebuah peluang usaha yang menjanjikan. Ide desain produk biasanya
merupakan ketertarikan desainer akan suatu model, gaya hidup dan hobi yang
sama sehingga membentuk komunitas.
Damn I Love Indonesia yang berdiri tahun 2008 merupakan salah satu distro
yang mengangkat budaya nasional serta menumbuhkan rasa patriotisme. Memiliki
desain motif unik serta terbatas, inilah nilai keunikan dan nilai jualnya yaitu
berbeda dengan produk lainnya, sehingga dapat memenuhi dari keinginan
konsumen yang ingin tampil berbeda. Sebagai media kreatifitas anak muda
bangsa, setiap usaha distro menampilkan tema desain yang berbeda dalam
mempromosikan merek sendiri. Berbagai tema yang ditawarkan kepada
konsumen seperti tema pelestarian lingkungan, artis, berita, musik dan pelestarian
seni budaya daerah (Pola pembiayaan usaha kecil menengah BI 2008).
Pariwisata dan Etnik Nusa Tenggara Barat
Etnik didefiniskan sebagai kelompok manusia yang mengamalkan budaya,
termasuk adat, pakaian, bahasa dan sebagainya, konsep etnik berkaitan erat
dengan konsep ras dan bangsa (Adorno 1950). Indonesia merupakan negara yang
memiliki potensi alam dan kebudayaan yang besar untuk dijadikan modal
pengembangan dalam industri pariwisata.
Menurut Undang Undang No. 10/2009 tentang kepariwisataan yang
dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang
didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat,
pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah. Nusa Tenggara Barat (NTB)
adalah salah satu provinsi di Indonesia yang merupakan kumpulan dari pulau
Sunda Kecil bagian barat Indonesia, dengan ibu kota provinsi yaitu kota Mataram.
Kekayaan budaya, pariwisata dan seni NTB yang masih belum tersentuh menjadi
daya tarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara dan terdapat sebuah
peluang bisnis. Salah satunya bisnis distro dengan mengusung konsep desain
berbasis pengenalan seni budaya dan pariwisata NTB.
Business Model Generation (BMG)
Sebuah model bisnis menggambarkan dasar pemikiran tentang bagaimana
organisasi menciptakan, memberikan, dan menangkap nilai. Business Model
Generation lebih populer dengan sebutan Business Model Canvas adalah suatu
alat untuk membantu kita melihat lebih akurat rupa usaha yang sedang atau kita
akan jalani. Mengubah konsep bisnis yang rumit menjadi sederhana yang
ditampilkan pada satu lembar kanvas berisi rencana bisnis dengan sembilan
elemen kunci yang terintegrasi dengan baik didalamnya mencangkup analisis
strategi secara internal maupun ekternal perusahaan (Osterwalder 2012).
Proses desain model bisnis
Proses desain model bisnis menurut Osterwalder (2012), memiliki lima fase
yaitu sebagai berikut :
a. Menggerakan : mempersiapkan proyek desain model bisnis yang sukses,
b. Memahami : meneliti dan menganalisis elemen yang diperlukan untuk
mendesain model bisnis,
6
c. Mendesain : membangkitkan dan menguji opsi–opsi model bisnis yang ada,
lalu memilih yang terbaik,
d. Menerapkan : menerapkan prototipe model bisnis di lapangan, dan
e. Mengelola : mengadaptasi dan memodifikasi model bisnis sebagai respon
terhadap reaksi pasar.
Inovasi Business Model Generation
Inovasi model bisnis dilakukan berdasarkan empat tujuan, yaitu :
a. Memenuhi kebutuhan pasar yang belum terjawab,
b. Menghadirkan teknologi, produk atau jasa yang baru ke pasar,
c. Meningkatkan, membangun atau mengubah pasar yang sudah ada dengan
model bisnis yang lebih baik, atau
d. Menciptakan pasar yang benar–benar baru.
Kondisi persaingan yang sangat kompetitif, kita harus membangun model
bisnis yang inovatif dan kreatif. Terdapat sembilan kotak yang merepresentasikan
elemen kunci yang secara umum akan ada pada semua model bisnis, melalui
sembilan blok memperlihatkan cara berpikir tentang bagaimana sebuah
perusahaan menghasilkan uang.
a. Key partnership
Blok bangunan ini menggambarkan jaringan pemasok dan mitra yang
membuat model bisnis dapat bekerja. Perusahaan membentuk kemitraan dengan
berbagai alasan dan menjadikan kemitraan sebagai salah satu landasan pada
model bisnisnya. Empat jenis kemitraan yang berbeda yaitu : Aliansi strategi
antara non-pesaing, kemitraan strategi antar pesaing, usaha patungan untuk
mengembangkan bisnis baru dan hubungan pembeli-pemasok untuk menjamin
pasokan yang diandalkan.
b. Key activities
Blok bangunan aktivitas kunci menggambarkan hal terpenting yang harus
dilakukan perusahaan agar model bisnis dapat bekerja atau beroperasi dengan
sukses, setiap aktivitas kunci yang dijalankan oleh perusahaan akan berbeda
bergantung pada jenis model bisnisnya.
c. Key resources
Sumber daya utama menggambarkan aset terpenting yang diperlukan agar
sebuah model bisnis dapat berfungsi, karena sumber daya memungkinkan sebuah
perusahaan menciptakan dan menawarkan proposisi nilai, menjangkau pasar,
mempertahankan hubungan dengan segmen pelanggan dan memperoleh
pendapatan. Sumber daya utama berbeda-beda sesuai jenis model bisnis dapat
berupa fisik, finansial, intelektual atau sumber daya manusia.
d. Cost structure
Cost structure menjelaskan biaya terpenting yang muncul ketika
mengoperasikan model bisnis tertentu. Biaya model bisnis dibedakan dalam dua
kelas, yaitu yang terpacu biaya (cost driven) dan terpacu oleh nilai (value driven),
kebanyakan dari model bisnis berada diantara kedua kelas ini.
7
e. Value propositions
Proposisi nilai adalah alasan yang membuat pelanggan beralih dari satu
perusahaan ke perusahaan lain dan dapat memecahkan masalah pelanggan atau
memuaskan kebutuhan pelanggan, karena berisi gabungan produk atau jasa
tertentu yang melayani kebutuhan segmen pelanggan spesifik. Nilai tersebut
seperti harga, kecepatan layanan, desain, pengalaman pelanggan dan sebagainya
yang disertai dengan fitur dan atribut tambahan.
f. Customer segments
Pelanggan merupakan inti dari semua model bisnis, tidak ada perusahaan
yang mampu bertahan dalam waktu lama. Perusahaan dalam memuaskan
pelanggan, mengelompokan mereka dalam segmen-segmen berbeda berdasarkan
kesamaan kebutuhan, perilaku, atau atribut lain.
g. Customer relationship
Customer relationship menggambarkan berbagai jenis hubungan tentang
perusahaan bersama segmen pelanggannya yang spesifik. Sebuah perusahaan
harus menjelaskan jenis hubungan yang ingin dibangunnya bersama segmen
pelanggan. Hubungan pelanggan dapat didorong oleh motivasi berikut : Akuisisi
pelanggan, mempertahankan pelanggan dan peningkatan penjualan.
h. Channel
Channel menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan berkomunikasi
dengan segmen pelanggannya untuk memberikan proposisi nilai, memiliki
beberapa fungsi, yaitu :
1) Meningkatkan kesadaran pelanggan atas produk dan jasa perusahaan,
2) Membantu pelanggan mengevaluasi proposisi nilai perusahaan,
3) Memungkinkan pelanggan membeli produk dan jasa yang spesifik,
4) Memberikan proposisi nilai kepada pelanggan, dan
5) Memberikan dukungan purna jual kepada pelanggan
i. Revenue streams
Arus pendapatan menggambarkan uang tunai yang dihasilkan perusahaan
dari masing-masing segmen. Model bisnis melibatkan dua jenis arus pendapatan
yaitu: pendapatan transaksi yang dihasilkan dari satu kali pembayaran pelanggan
dan pendapatan dari pembayaran berkelanjutan baik untuk memberikan proposisi
nilai kepada pelanggan maupun menyediakan dukungan pelanggan pasca
pembelian (Osterwalder 2012).
Gambar 1 Model bisnis kanvas (Osterwalder 2012)
8
Business Model Generation disebut dengan Bisnis Model Kanvas, karena
alat bantu ini mirip dengan kanvas pelukis yang memungkinkan setiap perusahaan
membuat lukisan dari bisnis model yang baru atau yang sudah. Bisnis Model akan
berfungsi dengan baik jika dicetak di atas permukaan yang luas sehingga
sekelompok orang dapat bekerja sama membuat sketsa dan mendiskusikan
elemen–elemen model bisnis dengan catatan post-it atau spidol, inilah alat bantu
yang akan menumbuhkan pemahaman, diskusi, kreativitas dan analisis.
Tabulasi Silang (Cross Tab)
Cross tab atau disebut dengan tabulasi silang menampilkan hubungan
diantara dua variabel atau lebih dengan data berskala nominal atau ordinal.
Tampilan cross tab sendiri terdiri atas baris dan kolom. Banyaknya baris dan
kolom tergantung pada banyaknya variabel, seperti hubungan elemen key activity
dalam BMG dengan jenis kelamin, asal daerah dan lain-lain. Analisis cross tab
variabel-variabel dipaparkan dalam satu tabel dan berguna untuk :
a. Menganalisis hubungan-hubungan antar variabel yang terjadi.
b. Melihat bagaimana kedua atau beberapa variabel berhubungan.
c. Mengatur data untuk keperluan analisis statistik.
d. Mengadakan kontrol terhadap variabel tertentu sehingga dapat dianalisis ada
tidaknya hubungan (Sugianto 2010).
Analytical Hierarchy Process (AHP)
AHP dikembangkan oleh Thomas Saaty pada tahun 1970an, merupakan
sistem pembuatan keputusan dengan menggunakan model matematik. AHP
membantu dalam menentukan priortitas dari beberapa kriteria. Ketika
dilakukannya pengambilan keputusan dalam perencanaan strategi sangatlah
penting untuk mengevaluasi setiap kemungkinan alternatif dengan baik dalam
beberapa situasi pengambilan keputusan strategis, dalam model bisnis terdapat
situasi dimana banyaknya faktor dapat menjadi sebuah kendala. Hal ini membuat
keputusan sulit untuk diambil dan meningkatkan kebutuhan dilakukannya
pendekatan tertentu yang memungkinkan pada pengambilan keputusan guna
memecahkan proses evaluasi tersebut dalam beberapa tingkat faktor–faktor yang
berbeda tetapi masih saling terkait.
Metode AHP adalah kerangka kerja yang komperhensif, logis dan
terstruktur. Metode ini memungkinkan dilakukannya pemahaman akan keputusan
yang kompleks dengan melakukan dekomposisi dari suatu masalah. Cara kerja
AHP dimulai dengan menyatukan semua keputusan yang relevan dan kemudian
dilakukan proses pembobotan untuk memudahkan pengambilan keputusan melihat
tingkat kepentingan dari masing–masing kriteria objektif (Saaty 1991).
Kegunaan Metode AHP
Metode AHP menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang
bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan
yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif
sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat (Saaty
1991). Menurut Fewidarto (1996), penggunaan hirarki dalam pengambilan
keputusan mempunyai beberapa keuntungan antara lain :
9
a. Penyajian sistem secara hirarki dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana
perubahan-perubahan prioritas pada level atas mempengaruhi prioritas pada
elemen-elemen di bawahnya.
b. Hirarki banyak memberikan informasi yang lengkap pada struktur dan fungsi
suatu sistem dalam level yang lebih rendah dan memberikan gambaran tentang
pelaku-pelaku dan tujuan-tujuan pada level yang lebih tinggi. Elemen-elemen
kendala yang terbaik adalah disajikan pada level yang lebih tinggi lagi untuk
menjamin bahwa kendala-kendala itu diperhatikan.
c. Sistem alamiah yang disusun secara hirarki, yaitu dengan membangun
konstruksi modul dan akhirnya menyusun rakitan modul-modul tersebut. Hal
ini jauh lebih efisien dari pada merakit modul-modul tersebut secara
keseluruhan sekaligus.
d. Hirarki lebih mantap (stabil dan fleksibel). Stabil dalam arti bahwa perubahanperubahan kecil mempunyai efek yang kecil dan lentur diartikan bahwa
penambahan untuk mendapatkan suatu hirarki yang terstruktur baik tidak
mengganggu untuk kerjanya.
Penelitian Terdahulu
Yuldinawati (2013), melakukan penelitian mengenai Strategi Pengembangan
Inovasi Produk technopreneurship melaui BMG pada Batik Geek. Alat bantu
analisis yang digunakan adalah penelitian kuantitatif serta analisis kualitatif. Hasil
penelitian menunjukan bahwa pada elemen key partner dan key activity yang
menjadi kendala utama, untuk key partnership produk casing batik geek masih
sangat bergantung kepada suplier di Hongkong sehingga jumlah produksi terbatas
serta dengan biaya pembuatan dan pengiriman yang relatif mahal disertai dengan
belum memiliknya sistem kemitraan yang permanen. Pada aspek key activity
membutuhkan inovasi produk, namun di sisilain memerlukan biaya yang sangat
besar guna riset pasar.
Faktor utama yang harus disoroti dalam meraih suksesnya aspek pelanggan
adalah aspek perusahaan. Berdasarkan hasil analisis BMG bahwa
technopreneurship di sektor UMKM mempunyai kendala pada bidang R&D,
oleh karena itu solusi tepat bagi sektor UMKM dengan memanfaatkan R&D
yang tidak terpakai karena faktor pendanaan dengan cara menjual inovasi kepada
mitra bisnis sehingga pengusaha mendapatkan tambahan dana, serta fokus dalam
bisnis inti dengan cara menjalin hubungan jangka panjang bersama mitra
usahanya.
Anugerah (2008), dengan judul penelitian Strategi Pengembangan Usaha
Kecil Kue Kering "Jalilo Snack", Kecamatan Bogor Timur. Hasil analisis
terhadap lingkungan internal menunjukkan kekuatan utama perusahaan adalah
keuletan pemilik dalam mengelola perusahaan, kelemahan utama yang dimiliki
perusahaan adalah distribusi produk belum luas. Analisis lingkungan eksternal,
didapatkan peluang utama perusahaan berupa dukungan Pemda Bogor, sedangkan
ancaman utama yang dihadapi perusahaan berupa adanya kenaikan tarif listrik dan
BBM.
Hasil analisis matriks IE, didapatkan posisi perusahaan pada kuadran IV,
pada posisi tersebut strategi yang terbaik dilakukan oleh perusahaan yaitu tumbuh
dan bina (growth and built) atau strategi intensif dengan alternatif pilihan strategi
adalah penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk. Hasil
10
QSPM didaptkan alternatif strategi bagi perusahaan “Jailo Snack” berdasarkan
prioritas yaitu (1) melakukan penetrasi pasar, (2) memanfaatkan dukungan Pemda
Bogor dalam pengajuan pinjaman modal kerja
Ningtias (2009), melakukan penelitian mengenai strategi pengembangan
usaha kecil pada “Waroeng Coklat” hasil analisis lingkungan eksternal diperoleh
bahwa faktor strategis yang merupakan peluang terbesar dan paling berpengaruh
bagi yaitu dukungan Disperindagkop dalam pelatihan dan pengembangan UKM di
Kota Bogor, sedangkan faktor eksternal yang menjadi ancaman utama yang dapat
dihindari yaitu hambatan masuk dalam usaha makanan (cookies dan praline)
relatif rendah. Hasil analisis lingkungan internal, faktor internal strategis yang
menjadi kekuatan yaitu keuletan pemilik dalam mengelola perusahaan, sedangkan
faktor strategis internal yang menjadi kelemahan terbesar yaitu promosi belum
optimal.
"Waroeng Cokelat" berada pada posisi sel V, sehingga strategi terbaik yang
dapat dilakukan yaitu pertahankan dan pelihara (hold and maintain). Hasil dari
pengolahan QSPM diperoleh prioritas strategi yaitu mengoptimalkan promosi,
memperluas pasar untuk meningkatkan volume penjualan, pengembangan produk,
meningkatkan modal usaha, mempertahankan dan meningkatkan jenis serta
kualitas produk, menambah tenaga kerja penyalur/distibutor, melakukan produksi
secara kontinyu dan memilih lokasi usaha yang strategis.
Habib (2008), melakukan penelitian terhadap strategi pengembangan usaha
minuman instan jahe pada CV. Hanabio-Bogor. Kekuatan utama perusahaan
adalah keterampilan serta keuletan pemilik perusahaan dalam mengelola
perusahaan. Kelemahan utama yang dimiliki perusahaan adalah keterbatasan
modal, dengan mengidentifikasi terhadap lingkungan eksternal bahwa faktor yang
menjadi peluang utama bagi perusahaan adalah wilayah kota Bogor yang sangat
strategis dan merupakan daerah tujuan wisata. Ancaman utama bagi perusahaan
adalah adanya produk subtitusi atau pengganti. Hasil analisis matriks QSPM,
bahwa strategi terbaik yang harus dilakukan perusahaan adalah mempertahankan
jaringan yang sudah ada dan meningkatkan jumlah distributor untuk
pengembangan pasar.
11
METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran Penelitian
Pengembangan Ilmu Pengetahuan mengenai akar seni, budaya dan
pariwisata berbanding terbalik dengan tren berbusana. Tata cara pengembangan
pengetahuan tentang seni, budaya dan pariwisata harus melalui cara-cara kreatif.
Dewasa ini cinderamata bercorak etnik masih terbatas sedangkan potensi NTB
menjadi daerah tujuan wisata cukup bagus karena mempunyai posisi strategis
yang disebut daerah segi tiga emas daerah tujuan wisata. Pemanfaatan industri
kreatif sebagai media penyampaian pengetahuan mengenai etnik NTB belum
tersedia secara optimal. Melalui pemanfaatan etnik, membuka peluang usaha
dalam menciptakan produk inovatif yaitu potensi usaha distro dengan mengusung
pengenalan seni, budaya dan pariwisata NTB.
Diharapkan pada masa mendatang, Bale Lombo sebuah usaha clothing yang
mampu menjadi brand identitas NTB sebagai media pengenalan pelestarian
kekayaan seni budaya dan pariwisata serta dapat menciptakan kebanggaan
tersendiri bagi customer, masyarakat NTB dan wisatawan yang berkunjung ke
NTB dengan menggunakan produk distro Bale Lombo (DBL). Bale Lombo
merupakan usaha yang tengah berkembang dan membutuhkan sebuah strategi
pengembangan usaha yang tepat, agar tujuan dari Bale Lombo dapat tercapai.
Melalui pendekatan Business Model Generation (BMG) dan Analytical Hierarchy
Process (AHP) diharapkan dapat tersusun rekomendasi strategi dan keputusan
yang tepat dalam pengembangan usaha Balelombo, yang berdampak pada
kepuasan wisatawan dan munculnya kebanggaan dalam diri masyarakat terhadap
produk yang mengusung etnik lokal. Kerangka pemikiran dan tahapan penelitian
dapat dilihat dalam Gambar 2.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2013 berlokasi
di Bogor sebagai tempat produksi dan Nusa Tenggara Barat (NTB) sebagai
sasaran utama target pasar. Pada 18 April–30 April 2013 melakukan promosi dan
analisis segmentasi, targeting dan positioning di Bandara Internasional Lombok
dan tempat wisata hingga Kabupaten Dompu. Pemilihan lokasi penelitian
dilakukan secara sengaja dengan alasan usaha distro Bale Lombo adalah usaha
baru, memiliki konsep yang khas dan lebih inovatif, target dan segmen pasar yang
terarah, tepat untuk dijadikan tempat penelitian dengan topik strategi
pengembangan usaha.
Metode Penetapan Sampel
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan non probability sampling
yaitu setiap unsur yang terdapat dalam populasi tidak memiliki kesempatan yang
sama untuk dipilih sebagai sampel, melalui teknik convinience sampling. Metode
convinience adalah metode dimana peneliti memiliki kebebasan untuk memilih
responden yang ditemui di lokasi pengambilan sampel.
12
Jumlah konsumen yang akan dijadikan responden ditentukan menggunakan
rumus Slovin dengan tingkat kesalahan 10 persen. Informasi yang diperoleh dari
total penjualan produk distro Bale Lombo (DBL), bahwa April sampai Juni 2013
total konsumen yang membeli produk DBL 108 orang. Hasil rumus Slovin, maka
diperoleh 51 orang konsumen yang akan dijadikan responden yang akan
dikelompokan menjadi konsumen NTB dan Non NTB.
n
Keterangan :
n = jumlah responden yang diambil
N = jumlah populasi atau rata-rata konsumen yaitu 103 orang
e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan responden
yang masih dapat ditoleransi, dalam penelitian ini nilainya ditentukan sebesar
10 %
Jumlah sampel yang digunakan untuk penentuan strategi dengan metode
proses hirarki analitik sebanyak enam pakar, yaitu pemilik usaha sebanyak empat
orang, mitra dan dinas perindustrian satu orang. Metode penentuan sampel
menggunakan teknik purposive sampling dengan alasan sampel yang diambil
memiliki maksud dan tujuan tertentu. Pemilihan pakar didasarkan pada
pertimbangan, bahwa mereka memahami usaha Bale Lombo dan dapat
memberikan masukan terkait pengembangan usaha.
Cinderamata bercorak etnik
NTB masih sangat terbatas
Potensi NTB Menjadi Daerah
Tujuan Wisata Cukup Bagus
Potensi Usaha Distro yang Mengusung
Seni, Budaya dan Pariwisata NTB
Pengembangan Usaha Distro yang Kuat
Strategi Pengembangan Usaha yang Tepat
Terpenuhinya Kebutuhan
Wisatawan dan Masyarakat
Kepuasan Wisatawan Meningkat
Tumbuh Berkembangnya Usaha Distro
Kebanggaan Masyarakat Terhadap
Produk Etnik Lokal
Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian
13
Jenis dan sumber data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer yang digunakan berupa hasil kuesioner dan wawancara
dengan konsumen, pemilik usaha dan dinas perindustrian NTB. Data Sekunder
yang digunakan adalah berbagai literatur yang berkaitan dengan pembahasan,
dokumen perusahaan dan dokumen dari dinas perindustrian dan perdagangan serta
dinas pariwisata provinsi NTB yang relevan untuk penelitian ini.
Tabel 1 Jenis dan sumber data
Jenis Data
Data
Primer
Profil Konsumen Bale Lombo
Penilaian konsumen terkait elemen Business
Model Generation (BMG)
Pola kerjasama atau pengembangan produksi
Kriteria, alternatif dan struktur awal
Sekunder
Gambaran usaha distro Bale Lombo
Data industri kreatif di NTB
Data kunjungan wisatawan NTB
Data penjualan Bale Lombo secara personal
maupun bundling dengan paket wisata
Teori-teori yang relevan dengan penelitian
Sumber Data
Konsumen Bale
Lombo,
Pemilik usaha,
Dinas Perindustrian
dan Perdagangan
NTB, mitra usaha
Distro Bale Lombo,
Dinas Perindustri
dan Perdagangan
NTB,
Dinas Pariwisata
dan
KebudayaanNTB,
Buku, jurnal, dan
penelitian terdahulu
BMG terdiri dari sembilan elemen kunci, penelitian ini terfokus pada elemen
konsumen, yaitu elemen key activity, value proposition, customer relationship dan
channel. Penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi strategi pengembangan usaha
bagi distro Bale Lombo.
Pengumpulan Data
Teknik pengumpilan data yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Studi Pendahuluan, turut dalam kegiatan promosi dan penjualan di Nusa
Tenggara Barat, pada bulan April sampai Mei 2013. Menganalisis kondisi
pasar usaha distro di NTB, pesaing dan calon konsumen
b. Field Research melakukan pengamatan langsung terhadap usaha Bale Lombo
dan mengikuti seluruh aktivitas usaha.
c. Library Research, metode ini dijadikan sebagai landasan secara teoritis yang
berhubungan dengan penyusunan, buku pendukung materi, jurnal, internet dan
literatur lainnya untuk menunjang dalam pelaksanaan penelitian.
d. Teknik Wawancara, yaitu melakukan wawancara dengan pihak DBL terkait
usaha yang sedang dijalani dan melakukan diskusi strategi usaha berdasarkan
BMG customer focus, mitra dan konsumen untuk mengetahui persepsi mereka
terhadap Bale Lombo. Selain itu melakukan wawancara terstruktur kepada
instansi seputar potensi dan dukungan terhadap usaha distro di NTB.
e. Penyebaran kuesioner, yang berisi daftar pertanyaan disebarkan kepada
konsumen, mitra Bale Lombo, intansi dan pemilik usaha.
14
Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif, disajikan dalam
bentuk tabel, gambar dan uraian. Metode analisis yang digunakan pada penelitian
ini menggunakan analisis struktur BMG, analisis keterkaitan antar faktor variabel
(cross tab) dan analisis penetapan prioritas strategi. Analisis BMG dalam
penelitian ini untuk menggambarkan pemikiran bagaimana sebuah usaha
menciptakan, memberikan dan menangkap nilai. Membuat sebuah frame work
yang terdiri elemen kunci usaha Bale Lombo, disertai dengan mengidentifikasi
faktor-faktor yang berpengaruh pada elemen customer focus BMG.
Analisis cross tab digunakan untuk penelitian yang berkaitan dengan
penentuan hubungan antar variabel atau faktor yang diperoleh dari data kualitatif.
Uji cross tab dilakukan untuk mengetahui keterkaitan antara profil konsumen
dengan indikator elemen BMG customer focus dan antara elemen BMG dengan
elemen BMG itu sendiri. Cross tab disertai dengan perhitungan tingkat keeratan
hubungan antar isi cross tab, alat statistik yang digunakan untuk mengukur
hubungan pada cross tab adalah Chi-Square.
Analisis penetapan prioritas strategi dengan menggunakan AHP, untuk
memperoleh prioritas keputusan yang efektif dalam pengembangan usaha
memungkinkan usaha pribadi untuk membentuk gagasan dan membatasi masalah,
dengan membuat asumsi dan menghasilkan pemecahan yang diinginkan. Struktur
hirarki yang digunakan adalah struktur hirarki sederhana, yaitu terdiri dari tiga
level. Level pertama adalah tujuan atau goal yang ingin dicapai, level kedua
adalah kriteria, dan level ketiga adalah alternatif strategi.
15
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Distro Bale Lombo (DBL)
Sejarah Perkembangan Usaha
Bale Lombo merupakan distro yang memproduksi merchandise khas NTB
dengan mengangkat seni budaya dan pariwisata NTB dalam pemilihan desainnya.
Keunggulan dari produk Bale Lombo adalah produk yang dapat memberikan
alternatif pelestarian ilmu pengetahuan mengenai seni, budaya dan pariwisata
yang ada di NTB, meningkatkan sense of belong to NTB bagi para generasi muda
dan masyarakat NTB serta media pengenalan bagi para wisatawan yang
berkunjung ke NTB.
Bale Lombo berdiri sejak tahun 2010 dipelopori oleh tiga mahasiswa IPB
rantau NTB yang berasal dari ke tiga suku khas NTB (Sasak, Samawa dan
Mbojo). Didasari kecintaan terhadap tanah kelahiran, mereka menciptakan brand
distro Bale Lombo “Senyum Lombok Sumbawa”. Bale sendiri merupakan
singkatan dari “Babaturan Lenga” yang memiliki arti “mari berteman kawan”
diambil dari bahasa Suku Sasak dan Suku Mbojo. dan Lombo yang berarti
“Pakaian” merupakan brand yang menggabungkan ke tiga suku yang ada di NTB
dengan tujuan pelestarian seni, budaya dan pariwisata NTB agar dikenal oleh
wisatawan serta dicintai oleh masyarakat NTB itu sendiri, namun perjalanan
usaha Bale Lombo tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan, usaha distro
tersebut bisa dikatakan tidak berkembang. Pada tahun 2012 Bale Lombo mulai
bangkit untuk mengembangkan bisnisnya dengan dana patungan dan investor.
Bale Lombo berproduksi dalam skala kecil, pertengahan tahun 2012 Bale Lombo
di usulkan untuk mengikuti Pekan Kreativitas Mahasiswa-Kewirausahaan dan
mendapatkan dana hibah DIKTI untuk pengembangan usaha.
Visi, Misi dan Nilai Budaya Kerja Bale Lombo
Sejak saat itu usaha Bale Lombo berkembang, memiliki struktur organisasi
dengan sistem manajerial yang sederhana serta merumuskan visi dan misi yaitu :
visi Bale Lombo adalah Menjadi ciri khas dan pilihan utama merchandise di NTB
dan misinya adalah berinovasi melalui aktivitas-aktivitas yang didasarkan pada
sinergisitas, mengangkat potensi yang dihasilkan oleh masyarakat lokal seperti
pengrajin anyaman, kain tenun dan sebagainya
Selain memiliki visi dan misi, Bale Lombo juga memiliki nilai budaya
perusahaan. Nilai-nilai tersebut merupakan landasan aksi yang diterapkan Bale
Lombo pada setiap kegiatan. Nilai-nilai tersebut adalah “BALE” Better,
Attractive, Learning dan Educative.
Organisasi Distro Bale Lombo (DBL)
Struktur organisasi merupakan kerangka yang berhubungan dengan
kebersamaan tanggung jawab antar tenaga kerja dalam melaksanakan kegiatan
untuk mencapai tujuan. Sistem organisasi yang digunakan oleh Bale Lombo
adalah sistem organisasi garis, dimana dalam organisasi ini setiap bawahan
bertanggung jawab langsung kepada atasannya masing-masing. Tim Bale Lombo
saat ini berjumlah empat orang yang terdiri dari direktur, divisi keuangan, divisi
16
desain dan divisi pemasaran. Khusus pada bagian pemasaran merupakan putra asli
daerah Mbojo NTB, agar memudahkan untuk berkomunikasi dengan pelanggan
dan mitra asli NTB serta dapat memberikan banyak pengetahuan atau informasi
mengenai Etnik NTB lebih banyak kepada wisatawan luar NTB.
Direktur
Divisi Keuangan
Divisi Desain
Divisi Pemasaran
Gambar 3 Struktur organisasi distro Bale Lombo
Aspek Pemasaran
Setiap usaha akan memasuki sebuah pasar yang ditujunya dan memasarkan
produknya, tentu saja hal ini tidak terlepas dari aktivitas pemasaran yang terdiri
dari STP dan bauran pemasaran.
a. Segmentasi, targeting dan positioning DBL
Proses pemasaran yang berhasil terdiri dari serangkaian langkah yang
berkesinambungan, menurut Kotler (2009) terdiri atas tiga tahap yaitu :
segmentation, targeting, positioning (STP). Begitupun dengan Bale Lombo agar
mampu mengetahui dan memuaskan kebutuhan konsumen menetapkan strategi
STP.
Segmentasi pasar dari produk Bale Lombo ini adalah berdasarkan demografis,
geografis dan psikografis. Target pasar Bale Lombo ini adalah wisatawan dan
masyarakat NTB. Bale Lombo memposisikan sebagai brand identitas khas NTB
yang mengangkat kekayaan seni, budaya dan pariwisata melalui desain
produknya.
b. Bauran Pemasaran DBL
Aktifitas pemasaran lebih dikenal dengan istilah 4P yang biasa disebut dengan
bauran pemasaran (marketing mix) terdiri dari product, price, place dan
promotion yang titik tolaknya adalah kebutuhan konsumen akan alat pemuas
kebutuhannya. Bauran pemasaranya DBL yaitu :
1) Product
Produk yang dijual DBL adalah tas dan pakaian dengan konsep yang
mengusung etnik NTB. Strategi diversifikasi produk dilakukan dengan cara
membuat produk yang sesuai dengan permintaan konsumen dan latar belakang
suku. Inovasi dari produk Bale Lombo adalah produk edukatif dimana adanya
penjelasan mengenai desain yang diangkat, selain itu DBL mendukung
pengrajin lokal yaitu pengrajin anyaman bambu Gunung Sari Lombok Barat,
Pengrajin kain tenun Desa Ranggo Dompu. Ragam produk DBL dapat dilihat
pada Lampiran 8.
2) Price
Harga jual kaos dan polo shirt Bale Lombo adalah Rp 119 000/pcs dan
Rp 99 000/pcs jika membeli 3 pcs. Model tanktop Rp 75 000/pcs dan harga tas
kain tenun mulai dari Rp 225 000/pcs hingga Rp 250 000/pcs dengan kualitas
bahan terbaik. Semua produk DBL merupakan special and limited edition,
sehingga harga tersebut menjadi wajar karena eksklusif.
17
3) Place
Lokasi penjualan berpusat di Kabupaten Dompu NTB sebagai distributor
utama, Bandara Internasional Lombok, mobile shop ke tempat wisata yang
ramai pengunjung.
4) Promotion
Strategi promosi yang dilakukan DBL adalah melalui promosi secara langsung
dan tidak langsung seperti : direct selling dilokasi wisata, taman kota, Bandara
Internasional Lombok. Strategi Word Of Mouth (WOM) pun diterapkan mulai dari
teman, komunitas NTB dikampus, keluarga dan sebagainya.
Pemberian informasi secara tidak langsung melalui poster, stiker, surat kabar
“Lombok Post” pemasangan X-Banner. Sarana teknologi dan informasi juga
digunakan, karena merupakan media yang efektif untuk melakukan promosi
dengan jangkauan penggunanya yang luas. Promosi media sosial DBL
di