Analisis Kebutuhan dan Kendala pada Pelaku Rantai Pasok Kentang Dieng dengan Metode Interpretive Structural Modeling

ANALISIS KEBUTUHAN DAN KENDALA PADA PELAKU
RANTAI PASOK KENTANG DIENG DENGAN METODE
INTERPRETIVE STRUCTURAL MODELING

NURNYA IKTIKAF SANI

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kebutuhan
dan Kendala pada Pelaku Rantai Pasok Kentang Dieng dengan Metode
Interpretive Structural Modeling adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2014

Nurnya Iktikaf Sani
NIM H24100097

ABSTRAK
NURNYA IKTIKAF SANI. Analisis Kebutuhan dan Kendala pada Pelaku Rantai
Pasok Kentang Dieng dengan Metode Interpretive Structural Modeling.
Dibimbing oleh ALIM SETIAWAN S dan M SYAMSUN.
Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan hortikultura yang dapat
dijadikan produk diversifikasi pangan pengganti beras. Dataran Tinggi Dieng,
Jawa Tengah merupakan sentra produksi komoditas kentang yang memberikan
kontribusi 23.63% dari produksi kentang nasional. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengidentifikasi dan menganalisis rantai pasok kentang Dieng dan
mengidentifikasi sub elemen kunci dari setiap kebutuhan dan kendala dari pelaku
rantai pasok. Pada penelitian ini, Interpretive Structural Modeling digunakan
untuk menjelaskan hubungan antar kebutuhan dan kendala pada pelaku rantai
pasok. Rantai pasok kentang berdasarkan tujuan akhir secara umum dapat

dikelompokkan menjadi tiga jalur utama, yaitu pasar tradisional, pasar modern
dan industri pengolahan. Petani dan Gapoktan merupakan pelaku yang paling
berpengaruh terhadap pelaku lain, dengan kebutuhan penyediaan infrastruktur,
peningkatan penyuluhan dan bantuan kredit untuk modal. Kendala para pelaku
yang menyebabkan kendala yang lainnya yaitu iklim dan cuaca yang mudah
mengalami perubahan dan modal petani yang terbatas.
Kata kunci: interpretive structural modeling, kebutuhan, kendala, pelaku, rantai
pasok

ABSTRACT
NURNYA IKTIKAF SANI. The Analysis of Needs and Constraints on Supply
Chain Actors of Dieng Potato with Interpretive Structural Modeling Method.
Supervised by ALIM SETIAWAN S AND M SYAMSUN.
Potato (Solanum tuberosum L) is a horticultural product that can be used for
diversification product as a substitute for rice. Dieng Plateau in Central Java is a
center of potato production which contributes 23.63% of the national potato
production. The purpose of this study is to identify and analyze the supply chain
and identify key elements of the needs and constraints in the supply chain actors
of Dieng potato. On this research, Interpretive Structural Modeling is used to
explain the relationship between needs and constraints on the actors of supply

chain. Potato supply chain that is based on final goal in general can be classified
into three major flows, which are traditional market, modern market and
manufacture industry. Farmer and combined farmers groups (Gapoktan) are two
main actors that give most impact toward other actors, with needs infrastructure
availability, training and credit helps for capital. The constraints of actors that
cause other constraints are weather and climate that easily change and farmer
capital that are limited.
Keywords: actors, constraints, needs, interpretive structural modeling, supply
chain

ANALISIS KEBUTUHAN DAN KENDALA PADA PELAKU
RANTAI PASOK KENTANG DIENG DENGAN METODE
INTERPRETIVE STRUCTURAL MODELING

NURNYA IKTIKAF SANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada

Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Analisis Kebutuhan dan Kendala pada Pelaku Rantai Pasok
Kentang Dieng dengan Metode Interpretive Structural Modeling
Nama
: Nurnya Iktikaf Sani
NIM
: H24100097

Disetujui oleh

Alim Setiawan S STP, MSi
Pembimbing I


Dr Ir M Syamsun MSc
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Mukhamad Najib STP MM
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2013 ini ialah
rantai pasok, dengan judul Analisis Kebutuhan dan Kendala pada Pelaku Rantai
Pasok Kentang Dieng dengan Metode Interpretive Structural Modeling.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Alim Setiawan S. S.TP, M.Si
dan Bapak Dr. Ir. M. Syamsun M.Sc selaku pembimbing. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Sutiyono dan Bapak Nindyo
Sulistiyono selaku PPL di BPP Kecamatan Kejajar, Bapak Hari Susatyo selaku

Kasi Sayuran Dinas Pertanian Wonosobo, Bapak Rosyadi selaku Kabid beserta
staf tanaman pangan dan hortikultura Dinas Pertanian Banjarnegara, Ibu Abdul
Rahman, Bapak Andi Purnomo dan Bapak Heri Eko Haryanto yang telah
membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada abah, ibu, seluruh keluarga, serta seluruh sahabat dan keluarga manajemen
47 atas segala doa dan kasih sayangnya.
Penulis menyadari adanya keterbatasan ilmu dan kemampuan, sehingga dalam
penelitian ini mungkin masih terdapat banyak kekurangan, maka kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang membutuhkan.

Bogor, Mei 2014
Nurnya Iktikaf Sani

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR


vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian


3

Ruang Lingkup Penelitian

3

METODE

3

Kerangka Penelian

3

Lokasi dan Waktu Penelitian

4

Jenis dan Sumber Data


4

Metode Pengambilan Sampel

5

Pengolahan dan Analisis Data

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

7

Rantai Pasok Kentang Dieng

7

Identifikasi Elemen dan Sub Elemen


8

Implikasi Manajerial

24

SIMPULAN DAN SARAN

25

DAFTAR PUSTAKA

26

LAMPIRAN

28

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6
7

Produksi sayuran di Indonesia tahun 2010-2012 (ton)
Perbandingan antara AHP, ANP dan ISM
Kebutuhan dan kendala pada pelaku rantai pasok kentang
SSIM elemen pelaku yang terlibat
Reachability Matrix (RM) awal pelaku
Reachability Matrix (RM) akhir pelaku
Implikasi manajerial

1
2
9
11
11
12
24

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kerangka pemikiran
Rantai pasok kentang
Rantai pasok kentang jenis Granola
Diagram model struktural elemen pelaku yang terlibat
Matriks DP-D elemen pelaku yang terlibat
Diagram model struktural elemen kebutuhan para pelaku
Matriks DP-D elemen kebutuhan para pelaku
Diagram model struktural elemen kendala para pelaku
Matriks DP-D elemen kendala para pelaku

4
7
8
12
13
17
18
22
23

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

SSIM elemen kebutuhan para pelaku rantai Ppasok
RM awal kebutuhan pada rantai pasok para pelaku rantai pasok
RM akhir elemen kebutuhan pada rantai pasok
SSIM elemen kendala para pelaku rantai pasok
Awal kendala dalam rantai pasok para pelaku rantai pasok
RM akhir kendala dalam rantai pasok para pelaku rantai pasok
Kuesioner

28
28
29
30
30
31
32

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang menggantungkan konsumsi utamanya
pada produk pertanian beras. Kebutuhan produk pertanian semakin meningkat
sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk serta pola konsumsi masyarakat.
Hal ini menyebabkan ketersediaan bahan pangan alternatif harus mencukupi
kebutuhan masyarakat. Selain beras, produk hortikultura memiliki peranan besar
dalam memenuhi kebutuhan pangan tersebut. Salah satu komoditas hortikultura,
kentang (Solanum tuberosum L) juga memegang peranan penting dalam
pengembangan diversifikasi pangan. Kentang sudah dijadikan sebagai salah satu
sayuran yang mendapat prioritas untuk dikembangkan. Hal ini dibuktikan dengan
data yang berasal dari Badan Pusat Statistik (2013) menunjukkan bahwa kentang
termasuk salah satu komoditi yang memiliki rata-rata produksi yang relatif besar
dibandingkan dengan beberapa jenis sayuran lain (Tabel 1).
Tabel 1. Produksi sayuran di Indonesia tahun 2010-2012 (ton)
Bawang
Tahun
Kentang
Kubis
Cabai
Petsai/Sawi Wortel
Merah
2010 1.048.934 1.060.805 1.385.044 1.328.864
583.770
403.827
2011
893.124
955.488 1.363.741 1.903.229
580.969
526.917
2012
960.072 1.068.800 1.487.532 1.650.831
594.834
458.392
Sumber: Badan Pusat Statistik (2013)
Kawasan Dieng seluas 54.974,27 ha secara administratif terletak di Provinsi
Jawa Tengah, dan berada di 6 (enam) kabupaten yaitu Kabupaten Banjarnegara,
Temanggung, Wonosobo, Kendal, Batang dan Pekalongan. Dilihat dari fungsinya,
di dalam kawasan Dieng terdapat beberapa fungsi kawasan yaitu sebagai kawasan
konservasi, kawasan hutan produksi terbatas, kawasan hutan produksi, kawasan
hutan lindung dan areal penggunaan lainnya. Secara umum kondisi penutupan dan
kondisi lahan sangat kritis, tingkat erosi mencapai lebih dari 180 ton/ha/tahun. Di
pihak lain justru sebagian besar luas wilayah kawasan dimanfaatkan untuk usaha
budidaya tanaman kentang, sayuran dan tembakau (BPDAS dalam Martopo et al
2012).
Mata pencaharian penduduk di wilayah Dieng didominasi oleh sektor
pertanian. Hal itu ditunjukkan dengan rasio rumah tangga tani terhadap jumlah
rumah tangga yang menunjukkan angka 88,91%. Sektor pertanian yang
berkembang terutama adalah pertanian tanaman kentang. Pada beberapa desa,
seperti di Sembungan, Jojogan dan Sikunang seluruh penduduknya terlibat dalam
kegiatan pertanian, terutama pertanian tanaman kentang. Dari keuntungan yang
diperoleh, hampir semua petani di kawasan Dieng mengusahakan tanaman
kentang. Namun demikian, keberhasilan pengusahaan tanaman kentang juga
sangat tergantung terhadap harga jual kentang tersebut di pasaran (Sudibyakto et
al 2002).
Kentang sampai ke tangan konsumen bukan hanya karena peran dari petani
saja, namun ada pelaku-pelaku yang terlibat sehingga terbentuk suatu rantai pasok

2
produk kentang. Pelaku-pelaku dalam rantai pasok produk kentang tersebut
memiliki kebutuhan dan kendala yang perlu diidentifikasi untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas rantai pasok dalam mencapai tujuannya. Saxena dalam
Rasdan et al (2013) menyatakan bahwa suatu program dalam ISM dapat dibagi
menjadi sembilan elemen yaitu: 1) Sektor masyarakat yang terpengaruhi; 2)
Kebutuhan; 3) Kendala utama; 4) Perubahan yang dimungkinkan; 5) Tujuan dari
program; 6) Tolok ukur untuk menilai setiap tujuan program; 7) Aktivitas yang
dibutuhkan guna perencanaan tindakan; 8) Ukuran aktivitas guna mengevaluasi
hasil yang dicapai; 9) Lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan program. Dari
sembilan elemen tersebut dipilih elemen kebutuhan dan kendala pada pelaku
rantai pasok kentang Dieng, karena elemen kebutuhan dan kendala dari pelaku
dianggap elemen yang mendominasi menurut hasil wawancara dengan para ahli
sehingga perlu dilakukan identifikasi.
Kebutuhan dan kendala dari pelaku rantai pasok akan terkait antara satu
dengan yang lain. Pemenuhan salah satu kebutuhan akan mempengaruhi
pemenuhan kebutuhan yang lain, begitu juga dengan kendala. Keterkaitan tersebut
harus dikelola secara bersama agar memberikan kontribusi yang positif terhadap
seluruh anggota rantai pasok dan mengurangi akibat negatif pada setiap anggota
rantai pasok sehingga risiko yang terjadi dapat diminimalisir. Interpretive
Structural Modeling (ISM) digunakan untuk menjelaskan hubungan antar
kebutuhan, kendala dan pelaku rantai pasok kentang. ISM merupakan metode
yang dapat diterapkan pada sebuah sistem agar dapat lebih memahami hubungan
langsung dan hubungan tidak langsung antara komponen dalam system (Gorvett
dan Liu dalam Astuti et al 2010).
Terdapat tiga teknik kontemporer seperti Interpretive Structural Modeling
(ISM) , Analytic Network Process (ANP) dan Analytic Hierarchy Process (AHP)
yang digunakan untuk pemodelan dan pengambilan keputusan. Thakkar et al
dalam Shahabadkar et al (2012) membandingkan tiga teknik tersebut yang
ditunjukkan pada Tabel 2 . Perbandingan ini bertujuan untuk menyajikan manfaat
ISM, yaitu suatu metodologi untuk mengidentifikasi hubungan antara items
tertentu, untuk mendefinisikan masalah tersebut.
Tabel 2. Perbandingan antara AHP, ANP dan ISM
No
1

AHP
Disiplin hirarki harus
diikuti secara ketat

ANP
Penawaran dengan
jaringan yang longgar

2

Menganggap
independence fungsional
dari bagian atas hirarki
dari satu lebih rendah
Gagal dalam masalah
kehidupan nyata yang
kompleks
Kemampuan untuk
menangkap kompleksitas
dinamis sedang

Memperhitungkan saling
ketergantungan dan nonlinearitas

ISM
Melibatkan seperangkat
kriteria yang saling
berhubungan
Menetapkan "mengarah
ke" hubungan antar
kriteria

Berguna dalam masalah
non-linear kehidupan
nyata
Kemampuan untuk
menangkap kompleksitas
lebih rendah dari ISM

Menangkap
kompleksitas masalah
kehidupan nyata
Kemampuan yang lebih
tinggi untuk menangkap
kompleksitas dinamis

3

4

3
Interpretive Structural Modeling (ISM) menyediakan suatu perintah dalam
kerangka sebuah masalah yang kompleks dan memberikan keputusan berupa
gambaran realistis tentang situasi dan variabel yang terlibat. Proses ISM
melibatkan identifikasi faktor, definisi antar hubungan dalam faktor tersebut,
memberikan urutan peringkat dan menjelaskan arah masalah yang kompleks dari
perspektif sistem. Proses ISM mengubah suatu model menjadi lebih jelas dan
terlihat sehingga model tersebut bisa didefinisikan dengan baik. Model ini
membantu untuk menemukan faktor kunci atau elemen kunci terkait dalam sebuah
masalah. Setelah identifikasi elemen kunci, strategi dapat dikembangkan untuk
menangani masalah tersebut (Attri et al 2013).

Perumusan Masalah
Permasalahan yang akan diselesaikan dalam penelitian ini adalah 1)
Bagaimanakah rantai pasok kentang Dieng?; 2) Apa sajakah kebutuhan dan
kendala pada pelaku yang terlibat dalam kegiatan rantai pasok kentang Dieng?; 3)
Apa sajakan sub elemen kunci dari kebutuhan dan kendala pada pelaku yang
terlibat dalam kegiatan rantai pasok kentang Dieng?

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah 1) Menguraikan rantai pasok kentang Dieng; 2)
Mengidentifikasi macam-macam kebutuhan dan kendala pada pelaku yang terlibat
dalam kegiatan rantai pasok kentang Dieng; 3) Mengidentifikasi sub elemen kunci
dari setiap kebutuhan dan kendala pada pelaku yang terlibat dalam kegiatan rantai
pasok kentang Dieng.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menganalisis kebutuhan dan kendala pada pelaku yang terlibat
dalam rantai pasok kentang di Dataran Tinggi Dieng. Rantai pasok yang dikaji
dalam penelitian ini adalah kentang konsumsi jenis Granola.

METODE
Kerangka Pemikiran
Indonesia merupakan negara yang potensial dalam pengembangan
komoditas kentang, salah satu wilayah potensialnya berada di dataran tinggi
Dieng. Diperlukan suatu analisis terhadap rantai pasok kentang yaitu dengan
mengidentifikasi kebutuhan dan kendala pada pelaku yang terlibat dalam rantai
pasok kentang. Kemudian didapatkan sub elemen kunci dari kebutuhan dan
kendala pada pelaku yang terlibat dalam rantai pasok kentang tersebut dengan
metode Interpretive Structural Modeling. Sehingga dapat dilakukan pengendalian

4
guna meningkatkan keunggulan kompetitif dan menciptakan daya saing pada
komoditas kentang. Adapun kerangka penelitian ini dapat diihat pada Gambar 1.
Potensi Kentang di Indonesia
Struktur Rantai Pasok Kentang Dieng
Pelaku-pelaku yang Terlibat
dalam Rantai Pasok
Identifikasi Kebutuhan
pada Pelaku
Rantai Pasok Kentang

Identifikasi Kendala
pada Pelaku
Rantai Pasok Kentang

Analisis ISM

Evaluasi Sub Elemen Kunci

Keunggulan Kompetitif dan
Daya Saing Kentang
Gambar 1. Kerangka pemikiran

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan November 2013 – Januari 2014.
Pengambilan data dilakukan melalui wawancara pakar yang bergerak di bidang
produk kentang Dieng, yaitu petani besar, pengumpul, penyuluh pertanian, serta
Dinas Pertanian dengan lokasi penelitian di Kabupaten Wonosobo dan
Banjarnegara.

Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan berupa data primer dan sekunder. Data sekunder
diperoleh dari dokumen, literatur, jurnal ilmiah, laporan serta dari berbagai
sumber seperti Biro Pusat Statistik, Departemen Pertanian dan pihak-pihak yang
relevan. Sedangkan data primer diperoleh melalui beberapa cara yaitu observasi
lapangan, wawancara dan pendapat pakar.

5
Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel berdasarkan non probability sampling dimana
pengumpulan informasi dan pengetahuan dari pakar menggunakan metode
purposive sampling untuk menentukan pakar yang dilibatkan dalam penelitian.
Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan untuk menentukan pakar adalah
kesesuaian pendidikan pakar, pengalaman pakar dan track record kepakarannya.

Pengolahan dan Analisis Data
Analisis Deskriptif
Analisis ini merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok
manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu
kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat dan hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Data yang terkumpul dianalisis dengan metode ini, sehingga dapat diperoleh
gambaran karakteristik responden, hubungan kontekstual kebutuhan, kendala dan
pelaku dalam rantai pasok kentang.
Interpretive Structural Modeling (ISM)
Langkah-langkah identifikasi hubungan antar sub elemen dalam suatu
sistem yang komplek dengan metode ISM (Indrawanto 2009) adalah:
1. Identifikasi elemen-elemen sistem.
Elemen-elemen sistem dan sub elemennya sistem diidentifikasi dan
didaftar. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui penelitian, brainstorming atau
lainnya.
2. Penetapan hubungan kontekstual antar elemen.
Hubungan kontekstual antar elemen atau sub elemen ditetapkan sesuai
dengan tujuan dari pemodelan.
3. Pembentukan Structural Self Interaction Matrix (SSIM).
Matriks ini merupakan hasil persepsi pakar responden terhadap
hubungan kontekstual antar elemen atau antar sub elemen. Empat macam
simbol untuk menyajikan tipe hubungan yang ada adalah:
a. Simbol V untuk menyatakan adanya hubungan kontekstual yang telah
ditetapkan diatas antara elemen Ei terhadap elemen Ej, tetapi tidak
sebaliknya.
b. Simbol A untuk menyatakan adanya hubungan kontekstual yang telah
ditetapkan diatas antara elemen Ej terhadap elemen Ei, tetapi tidak
sebaliknya.
c. Simbol X untuk menyatakan adanya hubungan kontekstual yang telah
ditetapkan diatas secara timbal balik antara elemen Ei dengan elemen Ej
d. Simbol O untuk menyatakan tidak adanya hubungan kontekstual yang
telah ditetapkan diatas antara elemen Ei dan elemen Ej

6
4. Pembentukan Reachability Matrix (RM)
Matriks ini adalah matriks biner hasil konversi dari SSIM. Aturan
konversi dari SSIM menjadi RM adalah:
a. Jika simbol dalam SSIM adalah V, maka nilai Eij = 1 dan nilai Eji = 0
dalam RM
b. Jika simbol dalam SSIM adalah A, maka nilai Eij = 0 dan nilai Eji = 1
dalam RM
c. Jika simbol dalam SSIM adalah X, maka nilai Eij = 1 dan nilai Eji = 1
dalam RM
d. Jika simbol dalam SSIM adalah O, maka nilai Eij = 0 dan nila Eji = 0
dalam RM
Matriks RM awal perlu dimodifikasi untuk menunjukkan direct dan
indirect reachability, yaitu kondisi dimana jika Eij = 1 dan Ejk = 1 maka Eik
= 1. Eij adalah kondisi hubungan kontekstual antara elemen Ei terhadap
elemen Ej. Dari matriks RM yang telah dimodifikasi didapat nilai Driver
Power (DP) dan nilai dependence (D). Berdasarkan nilai DP dan D,
elemenelemen dapat diklasifikasikan kedalam 4 sektor, yaitu:
a. Sektor autonomous yaitu sektor dengan nilai DP rendah dan nilai D rendah.
Elemen-elemen yang masuk dalam sektor ini umumnya tidak berkaitan
dengan sistem atau memiliki hubungan sedikit.
b. Sektor dependent yaitu sektor dengan nilai DP rendah dan nilai D tinggi.
Elemen yang masuk dalam sektor ini elemen yang tidak bebas dalam
sistem dan sangat tergantung pada elemen lain.
c. Sektor linkage yaitu sektor dengan nilai DP tinggi dan nilai D tinggi.
Elemen yang masuk dalam sektor ini harius dikaji secara hati-hati karena
perubahan pada elemen tersebut akan berdampak pada elemen lainnya dan
yang pada akhirnya akan kembali berdampak pula pada elemen tersebut.
d. Sektor independent yaitu sektor dengan nilai DP tinggi dan nilai D rendah.
Elemen yang masuk dalam sektor ini dapat dianggap sebagai elemen bebas.
Setiap perubahan dalam elemen ini akan berimbas pada elemen lainnya
sehingga elemen-elemen dalam sektor ini juga harus dikaji secara hatihati.
5. Pembuatan level partitioning.
Elemen-eleman diklasifikasikan kedalam level yang berbeda dari
struktur ISM yang akan dibentuk. Untuk tujuan ini dua perangkat
diasosiasikan dengan setiap elemen dalam sistem, yaitu reachability set (Ri)
yang merupakan set elemen-elemen yang dapat dicapai oleh elemen Ei, dan
antecedent set (Ai) yang merupakan set elemen-elemen dimana elemen Ei
dapat dicapai.
6. Pembentukan canonical matrix.
Elemen-elemen dengan level yang sama dikelompokkan. Matriks ini
selanjutnya digunakan untuk mempersiapkan digraph.
7. Digraph.
Digraph adalah sebuah grafik dari elemen-elemen yang saling
berhubungan secara langsung, dan level hierarki.
8. Membangkitkan ISM dengan memindahkan seluruh jumlah elemen dengan
deskripsi elemen aktual. ISM memberikan deskripsi yang sangat jelas dari
elemen-elemen sistem beserta alur hubungannya.

7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Rantai Pasok Kentang Dieng
Rantai pasok produk merupakan aktifitas yang berawal dari bahan mentah
sampai dengan penanganan purna jual. Rantai pasok ini mencakup aktivitas yang
terjadi karena hubungan dengan produsen, pemasok dan hubungan dengan
konsumen. Aktifitas ini merupakan kegiatan yang terpisah tapi sangat tergantung
satu dengan yang lain, Porter dalam Aini (2013).
Menurut Indrajit dan Pranoto dalam Nugraha (2011), rantai pasokan
adalah suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya
kepada para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jaringan dari berbagai
organisasi yang saling berhubungan yang mempunyai tujuan yang sama, yaitu
menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut. Model rantai
pasokan yaitu suatu gambaran mengenai hubungan mata rantai dari pelaku-pelaku
tersebut yang dapat membentuk seperti mata rantai yang terhubung satu dengan
yang lain. Salah satu faktor kunci untuk mengoptimalkan rantai pasok adalah
dengan menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat
diantara jaringan atau mata rantai tersebut, dan pergerakan barang yang efektif
dan efisien yang menghasilkan kepuasan maksimal pada para pelanggan. Rantai
pasok komoditas kentang dapat digambarkan pada Gambar 2.
Industri
Pengolahan
Pemasok

Supermarket

Konsumen

Petani
Pedagang
Pengumpul

Pedagang
Pasar Induk

Pedagang
Pasar Lokal

Pedagang
Keliling

Gambar 2. Rantai pasok kentang
Rantai pasok kentang berdasarkan tujuan akhir secara umum dapat
dikelompokkan menjadi tiga jalur utama, yaitu pasar tradisional, pasar modern
dan industri pengolahan. Sebagian petani memiliki kontrak dengan industri
pengolahan, seperti Indofood melalui kemitraan dengan jenis dan kualitas produk
yang sudah ditentukan. Kentang jenis Granola biasanya dipasarkan ke pasar
tradisional dan pasar modern, sedangkan kentang Atlantik untuk industri
pengolahan. Rantai pasok kentang jenis Granola, yaitu kentang konsumsi dapat
dilihat pada Gambar 3.
Petani umunya menjual hasil produksi kentangnya pada pedagang
pengumpul. Beberapa petani menjual kentangnya langsung kepada pedagang

8
dengan hubungan saling percaya. Ada juga petani yang menjual kepada petani
besar yang sudah memiliki jaringan pemasaran yang baik. Namun ada juga petani
yang menjual langsung hasil panennya ke pasar tradisional di daerah Wonosobo
dan Banjarnegara tetapi jumlahnya relatif sedikit.

Petani

Pemasok

Supermarket

Pedagang
Pengumpul

Pedagang
Pasar Induk

Pedagang
Pasar Lokal

Konsumen

Pedagang
Keliling

Gambar 3. Rantai pasok kentang jenis Granola
Pedagang pengumpul menjual kentang kepada pedagang-pedagang besar di
pasar induk atau pasar tradisional besar yang umumnya juga berada di kota-kota
besar. Pedagang pengumpul biasanya sudah memiliki langganan tertentu di pasarpasar besar tersebut. Pedagang besar di pasar induk menjual kepada sesama
pedagang di pasar induk dan kepada pedagang di pasar tradisional lain. Di pasar
tradisional, kentang masih mungkin didistribusikan oleh pedagang-pedagang kecil
seperti pedagang keliling dan pedagang di kampong-kampung. Supermarket
memperoleh kentang dari supplier yang telah ditunjuk berdasarkan kontrak.
Konsumen rumah tangga dapat membeli kentang dari berbagai macam pasar
yang tersedia. Sebagian besar membeli di pasar tradisional dan supermarket. Jika
konsumen membutuhkan kentang dalam jumlah yang besar dapat membeli di
pasar induk. Namun di pasar indukpun terdapat pedagang-pedagang pengecer
untuk konsumen yang membutuhkan kentang dalam jumlah kecil.

Identifikasi Elemen dan Sub Elemen
Hasil diskusi kelompok dengan para pakar, pihak terkait, penelitian di
lapangan dan beberapa studi pustaka, diperoleh elemen kebutuhan dan elemen
kendala pada pelaku yang terlibat dalam rantai pasok kentang. Elemen-elemen
yang dipilih dalam melakukan analisis rantai pasok ini adalah elemen yang
berperan secara dominan. Dari elemen tersebut dikaji dan diuraikan menjadi sub
elemen berdasarkan pendapat para pakar, dilanjutkan dengan penilaian hubungan
kontekstual antar sub elemen dari setiap elemen. Secara keseluruhan, kebutuhan
dan kendala dari pelaku rantai pasok dapat dilihat pada Tabel 3.

9
Tabel 3. Kebutuhan dan kendala pada pelaku rantai pasok kentang
Pelaku
Kebutuhan
Kendala
a. Petani
- Ketersediaan bibit
- Pascapanen kurang baik
- Ketersediaan lahan
- Bencana alam
- Infrastruktur yang layak
- Perubahan iklim
- Sumberdaya manusia yang
berkualitas
- Jaringan komunikasi
- Peningkatan penyuluhan
- Bantuan kredit
- Peningkatan pendapatan
b. Pemilik Lahan - Kepastian pasar dan harga
- Kualias dan kuantitas bibit
- Bibit bersertifikasi
- Kentang impor
- Fasilitas pergudangan
- Bencana alam
- Sumberdaya manusia yang
- Wawasan tentang
berkualitas
lingkungan
- Tenaga kerja
- Jaringan komunikasi
- Informasi kapasitas pasar
- Bantuan kredit
- Peningkatan pendapatan
c. Gapoktan
- Sumberdaya manusia yang
- Akses pasar kurang
berkualitas
- Kentang impor
- Jaringan komunikasi
- Informasi kapasitas pasar
- Bantuan kredit
d. Pengumpul
- Kepastian pasar dan harga
- Kentang impor
- Transportasi
- Jaringan komunikasi
e. Pedagang Pasar - Kepastian pasar dan harga
- Akses pasar kurang
- Jaringan komunikasi
f. Supermarket
- Kualitas dan kuantitas
- Akses pasar kurang
kentang
- Informasi kapasitas pasar
g. Pemasok
- Kepastian pasar dan harga
- Kentang impor
- Jaringan komunikasi
- Sewa truk mahal
- Informasi kapasitas pasar
h. Jasa
- Sarana transportasi
- Bencana alam
Transportasi
- Infrastruktur yang layak
i. Pemerintah
- Bibit bersertifikasi
- Kualias dan kuantitas bibit
- Jaringan komunikasi
- Kentang impor
- Pascapanen kurang baik

Elemen Pelaku yang Terlibat dalam Rantai Pasok Kentang
Hasil diskusi kelompok dengan para pakar, pihak terkait, penelitian di
lapangan dan beberapa studi pustaka, diperoleh sembilan pelaku dalam rantai

10
pasok dengan 15 kebutuhan utama dan 14 kendala yang dihadapi oleh pelaku. Sub
elemen dari elemen pelaku yang terlibat yang teridentifikasi yaitu petani (a),
sebagian besar penduduk daerah Dieng menggantungkan hidupnya pada lahan
pertanian sebagai mata pencaharian utamanya. Terdapat tiga jenis petani, yaitu
petani pemilik lahan, petani pemilik lahan yang sekaligus juga menggarap lahan
dan petani sebagai buruh tani. Kehidupan petani identik dengan pedesaan dan
merupakan petani kecil yang memiliki sumberdaya terbatas sehingga menciptakan
tingkat hidup yang rendah. Pemilik lahan (b) belum tentu ikut menggarap lahan,
namun sebagian besar pemilik lahan ikut serta dalam proses budidaya kentang.
Pemilik lahan harus berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan
mengingat keadaan lingkungan Dieng sudah menghawatirkan sehingga sering
terjadi bencana longsor akibat pemilik lahan kurang memperhatikan keadaan
tanah yang digunakan untuk budidaya kentang dan penggunaan bahan-bahan
kimia yang sangat merusak kesuburan tanah.
Gapoktan (c) yang terdiri dari beberapa kelompok tani dengan anggota
petani yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah. Gapoktan harus berfungsi
sebagai wadah petani itu sendiri dan sekaligus menjadi regulator dari semua
kebutuhan petani. Diharapkan melalui program Gapoktan, masyarakat petani
dapat lebih berdaya dan dalam segi hasil panen maupun finansial serta
kesejahteraan hidupnya dapat meningkat. Dengan adanya Gapoktan, memudahkan
para penyuluh pertanian melakukan pembinaan dalam memfasilitasi para petani
dalam mengembangkan usahanya. Pengumpul (d) memiliki akses pasar yang luas
sehingga seorang pengumpul membeli hasil panen petani dalam jumlah besar
untuk kemudian dipasarkan kepada pedagang. Pedagang pengumpul biasanya
sudah memiliki langganan tertentu di pasar-pasar besar.
Pedagang (e) berperan sebagai pelaku rantai pasok akhir sebelum kentang
diterima oleh konsumen. Permasalahan yang dihadapi oleh pedagang tidak lepas
dari permasalahan yang dihadapi petani. Misalnya besar variasi harga tiap waktu
yang berkaitan dengan persoalan pasokan serta permintaan kentang. Kentang yang
masuk ke supermarket (f) adalah kentang yang memiliki grade AB atau super
tanpa cacat. Hanya kentang dengan kualitas dan mutu yang memenuhi syarat yang
dapat diterima supermarket. Supplier (g) sebagai pemasok ke supermarket
ataupun industri yang sudah memiliki kontrak jelas. Sebagian besar supplier
mendapatkan produk kentang langsung dari petani dan menjual kembali kepada
pelanggannya, seperti industri dan supermarket.
Kentang Dieng dipasarkan ke luar kota menggunakan jasa transportasi (h)
dengan truk yang bisa disewa dengan harga bervariatif. Transportasi berperan
dalam memperlancar perpindahan produk dari lokasi produksi sampai ke lokasi
konsumen akhir. Fungsi transportasi dimaksudkan untuk menjadikan suatu produk
berguna dengan memindahkannya dari produsen ke konsumen. Biaya transportasi
ditentukan oleh lokasi produksi, area pasar yang dilayani, bentuk produk yang
dipasarkan, ukuran dan kuantitas produk yang dipasarkan. Dinas Pertanian
Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo merupakan perwakilan dari pihak
pemerintah (i) yang memiliki kepentingan terhadap keberlangsungan sektor
pertanian di Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo. Dalam rantai pasok
kentang, Dinas Pertanian berperan dalam pembinaan dan penyuluhan budidaya
dan usaha kentang.

11
Hasil analisis menggunakan metode ISM terhadap 9 sub elemen pelaku
dengan hubungan kontekstual antar pelaku yang satu mempengaruhi pelaku yang
lain, diperoleh Structural Self Interaction Matrix (SSIM) dari hasil wawancara
yang ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4. SSIM elemen pelaku yang terlibat
j

a

b

c

d

e

f

g

h

i

V

X

V

V

V

V

V

V

A

O

V

O

A

A

A

V

V

O

V

V

V

O

O

O

V

O

A

A

O

A

O

O

O

O

A

i

a
b
c
d
e
f
g

A

h
i

Hasil SSIM diubah menjadi Reachability Matrix (RM) awal (Tabel 5). RM
awal merupakan konversi dari SSIM. Aturan konversi dari SSIM menjadi RM
yaitu jika simbol dalam SSIM adalah V, maka nilai Eij adalah 1 dan nilai Eji
adalah 0 dalam RM. Jika simbol dalam SSIM adalah A, maka nilai Eij adalah 0
dan nilai Eji adalah 1. Jika simbol dalam SSIM adalah X, maka nilai Eij dan Eji
adalah 1. Sedangkan jika simbol dalam SSIM adalah O, maka nilai Eij dan nila Eji
adalah 0 dalam RM.
Tabel 5. Reachability Matrix (RM) awal pelaku
j

a

b

c

d

e

f

g

h

i

a

1

1

1

1

1

1

1

1

1

b

0

1

0

0

1

0

0

0

0

c

1

1

1

1

1

0

1

1

1

d

0

0

0

1

0

0

0

1

0

e

0

0

0

0

1

0

0

0

0

f

0

0

0

0

1

1

0

0

0

g

0

1

0

0

1

0

1

0

0

h

0

1

0

0

0

0

0

1

0

i

0

1

0

0

1

0

1

1

1

i

Matriks RM awal perlu dimodifikasi untuk menunjukkan direct dan
indirect reachability, yaitu kondisi dimana jika Eij = 1 dan Ejk = 1 maka Eik = 1.

12
Eij adalah kondisi hubungan kontekstual antara elemen Ei terhadap elemen Ej.
Dari matriks RM yang telah dimodifikasi didapat nilai Driver Power (DP) dan
nilai dependence (D) yang ditunjukkan pada RM akhir (Tabel 6).
Tabel 6. Reachability Matrix (RM) Akhir Pelaku
j

a

b

c

d

e

f

g

h

i

DP

R

a
b
c
d
e
f
g
h
i
D

1
0
1
0
0
0
0
0
0
2

1
1
1
1
0
0
1
1
1
7

1
0
1
0
0
0
0
0
0
2

1
0
1
1
0
0
0
0
0
3

1
1
1
1
1
1
1
1
1
9

1
0
1
0
0
1
0
0
0
3

1
0
1
0
0
0
1
0
1
4

1
0
1
1
0
0
0
1
1
5

1
0
1
0
0
0
0
0
1
3

9
2
9
4
1
2
3
3
5

6
2
6
4
1
2
3
3
5

i

Dari hasil RM Akhir diperoleh diagram model struktural pelaku rantai
pasok yang ditunjukkan pada Gambar 4. Berdasarkan Driver Power (DP) dan
Dependence (D) diperoleh matriks DP-D yang ditunjukkan pada Gambar 5.
Pemasok

Pemilik
Lahan

Supermarket

Pedagang

Jasa
Transportasi

Pengumpul

Pemerintah

Petani

Gapoktan

Gambar 4. Diagram model struktural elemen pelaku yang terlibat

13

Keterangan:
a. Petani
b. Pemilik Lahan
c. Gapoktan
d. Pengumpul
e. Pemasok

f. Supermarket
g. Pedagang
h. Jasa Transportasi
i. Pemerintah

Gambar 5. Matriks DP-D elemen pelaku yang terlibat
Petani (a), Gapoktan (c) dan pemerintah (i) merupakan pelaku yang paling
berpengaruh terhadap pelaku yang lain dalam rantai pasok kentang Dieng.
Apabila ketiga pelaku tersebut dapat ditangani dengan baik, maka akan
mendorong pelaku-pelaku yang lain melakukan perannya dalam kegiatan rantai
pasok lebih baik pula.
Petani (a) berperan sangat besar dalam keberhasilan produk kentang,
karena petani langsung turun tangan pada saat on farm. Petani dapat memperoleh
teknik budidaya yang baik dari berbagai instansi, seperti penyuluhan dari dinas
pertanian, pendampingan dari perusahaan mitra bagi petani kentang jenis Atlantik
atau juga pertukaran informasi dari petani lain yang lebih sukses. Pengalaman
secara turun-temurun di satu sisi memberikan tingkat keterampilan yang sangat
baik dari para petani, namun disisi lain biasanya juga menimbulkan susahnya
menerima inovasi baru terkait dengan budidaya kentang dalam rangka perbaikan
produksi serta kelestarian alam.
Gapoktan (c), tujuan utama pembentukan dan penguatan Gapoktan adalah
untuk memperkuat kelembagaan petani yang ada, sehingga pembinaan pemerintah
kepada petani akan terfokus dengan sasaran yang jelas. Gapoktan diposisikan
sebagai institusi yang mengkoordinasi lembaga-lembaga fungsional di bawahnya

14
yaitu para kelompok tani. Gapoktan lebih banyak berperan di luar aktivitas
produksi atau usaha tani, karena kegiatan tersebut telah dijalankan oleh kelompokkelompok tani serta petani secara individual. Gapoktan harus menciptakan relasirelasi yang personal dengan mitra usaha. Sebagian besar Gapoktan di wilayah
Dieng kurang berjalan dengan baik, kegiatan Gapoktan tidak berjalan sesuai visi
misi dan tujuannya. Pemerintah (i) yaitu dinas pertanian berperan dalam
pembinaan dan penyuluhan budidaya dan usaha kentang. Upaya mensukseskan
pembangunan di bidang pertanian tidak terlepas dari peran seorang penyuluh
sebagai fasilitator yang dapat memberikan kontribusi bagi para petani dalam hal
menyelesaikan permasalahan di bidang pertanian.
Petani (a) dan Gapoktan (c) merupakan sub elemen kunci pada elemen
pelaku yang terlibat yang menjadi dasar bagi sub elemen lainnya. Kedua pelaku
tersebut sangat berpengaruh bagi pemerintah (i) dalam menjalankan aktifitas
rantai pasok kentang. Ketiga pelaku tersebut mempunyai ketergantungan yang
lemah terhadap pelaku lain dalam rantai pasok ini. Hal ini ditunjukkan pada
matriks DP-D kebutuhan rantai pasok kentang. Dengan daya gerak yang besar dan
ketergantungan yang lemah maka gapoktan, pemilik lahan dan pedagang
merupakan pelaku yang diutamakan untuk dipenuhi dalam rantai pasok kentang
ini.
Pemasok (e), pemilik lahan (b) dan jasa transportasi (h) merupakan pelaku
yang tergantung pada pelaku lain dan mempunyai kekuatan penggerak yang
lemah. Hal tersebut ditunjukkan pada matriks DP-D kebutuhan rantai pasok, yaitu
ketiga kebutuhan tersebut terletak pada kuadran II pada sektor dependent.
Pedagang pasar (g), pengumpul (d) dan supermarket (f) terletak pada kuadran I
yaitu sektor Autonomous dengan nilai DP rendah dan nilai D rendah. Keempat sub
elemen ini hanya memiliki sedikit hubungan, mempunyai kekuatan penggerak
lemah dan mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap elemen-elemen yang
lainnya.
Elemen Kebutuhan Para Pelaku Rantai Pasok
Identifikasi kebutuhan dalam rantai pasok kentang perlu dilakukan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas rantai pasok mencapai tujuannya.
Kebutuhan dari hulu hingga hilir sepanjang rantai pasok kentang sangat
berhubungan namun perlu diprioritaskan kebutuhan yang perlu terpenuhi terlebih
dahulu sebelum kebutuhan yang lainnya. Terdapat 15 sub elemen pada elemen
kebutuhan rantai pasok kentang. Sub elemen dari elemen kebutuhan yang
teridentifikasi adalah jaminan kepastian pasar dan harga (a), masalah utama dalam
usaha budidaya kentang adalah kepastian pasar dan harga jual. Petani kentang
mengalami masalah pada saat produksi meningkat namun tidak ada jaminan pasar,
atau produksi kurang harga jual rendah karena masuknya kentang impor. Melalui
kemitraan antara petani dengan industri, para petani mendaptankan kepastian
mengenai jaminan pasar atas produk mereka dan kepastian dalam menghasilkan
pendapatan yang lebih baik diperoleh petani, dalam kemitraan ini, kentang jenis
atlantis yang dibudidayakan. Namun untuk petani yang menanam kentang
konsumsi jenis granola, belum mendapatkan jaminan kepastian pasar dan harga
yang jelas.

15
Jaminan kualitas dan kuantitas kentang yang memenuhi syarat (b). Upaya
produksi sesuai dengan budidaya yang benar diperlukan untuk menghasilkan
kentang berkualitas dengan produktivitas yang optimal. Pelaksanaan Prosedur
Operasional Standar (POS) harus konsisten oleh setiap pelaku usaha untuk
mendapatkan hasil kentang dengan kualitas dan kuantitas yang memenuhi syarat.
Penggunaan bibit yang baik dan bersertifikat (c), sebagian besar petani akan
memilih benih dengan kualitas yang lebih baik walaupun harganya lebih mahal.
Benih yang baik yaitu yang bermutu dari varietas unggul yang bersertifikat.
Tujuannya adalah menjamin benih yang ditanam jelas varietasnya, memiliki
tingkat keseragaman yang tinggi, berproduktivitas tinggi dan menghasilkan
kentang yang sehat. Jaminan ketersediaan bibit secara kontinu (d), kebutuhan
benih dalam negeri masih belum bisa dipenuhi. Data dari Ditjen Hortikultura
menunjukkan ketersediaan benih sayuran dalam bentuk biji baru bisa mencapai
61% dibandingkan kebutuhan, sedangkan ketersediaan benih sayuran dalam
bentuk umbi seperti kentang dan bawang merah malah masih di bawah 15%.
Khusus untuk benih kentang belum dapat mencukupi benih sumber dari varietas
kentang untuk french fries dan terbatas untuk chip. Sedangkan untuk sayur yaitu
varietas granola Indonesia sudah mampu memproduksinya. Salah satu faktor
penyebabnya karena produsen benih yang berminat berusaha dalam industri benih
kedua jenis sayuran ini masih terbatas (Jogja Benih 2010).
Ketersediaan lahan yang sesuai untuk bertanam kentang (e), lahan yang
sesuai untuk tanaman kentang berada pada ketinggian di atas 1.000 m dpl, dengan
kemiringan lahan anjuran 5-20°C dengan curah hujan berkisar 1.500-5.000
mm/tahun. Lahan yang digunakan bukan lahan bekas tanaman sejenis atau
sefamili dan lahan bukan sumber penyakit tular tanah terutama Nematoda Sista
kentang (Bank Indonesia 2011). Penyediaan fasilitas pergudangan (f), gudang
berfungsi untuk melindungi kentang dari kerusakan akibar faktor luar. Gudang
harus memenuhi persyaratan seperti ventilasi udara dan penyebaran cahaya yang
baik, serta kebersihan gudang tetap terjaga yaitu bersih dari sisa-sisa kotoran umbi
yang busuk. Penyediaan sarana transportasi yang layak (g), sarana transportani
pada saat on farm dan off farm perlu diperhatikan agar kualitas kentang yang
dihasilkan tanpa cacat akibat sarana transportasi yang digunakan. Sektor pertanian
memerlukan dukungan sektor transportasi, keterkaitannya sangat penting dalam
rangka mewujudkan jaringan kegiatan usaha pertanian.
Penyediaan infrastruktur yang layak (h), infrastruktur yang baik sangat
menunjang bagi keberhasilan produk kentang. Dari infrastruktur hulu hingga hilir
sangat penting dan perlu diperhatikan. Infrastruktur yang baik akan berimbas baik
juga pada produksi pertanian. Petani tidak akan sejahtera jika infrastruktur,
terutama jalan untuk akses produk pertanian rusak, karena mengganggu distribusi
produk pertanian tersebut. Sumberdaya manusia yang berkualitas (i) sangat
diperlukan untuk menghasilkan komoditas kentang yang berkualitas pula yaitu
sumberdaya yang memiliki teknik budidaya yang baik dan memiliki wawasan
lingkungan yang baik pula. Dengan sumberdaya manusia yang berkualitas pula
kerusakan lingkungan dapat diminimalisir. Sumberdaya manusia yang dimaksud
yaitu setiap pelaku dalam rantai pasok kentang.
Penyediaan tenaga kerja buruh (j), tenaga kerja usaha tani kentang sebagian
besar berasal dari keluarga tani sendiri dan beberapa tenaga upah harian.
Keberadaan buruh tani sebagai tenaga penanam, penyiang, dan pemanen masih

16
sangat dibutuhkan. Mengingat di negara kita belum mampu menerapkan teknologi
secara maksimal dan menyeluruh untuk ketiga pekerjaan tersebut. Namun buruh
tani kurang diminati oleh kaum muda, sebagian besar tenaga kerja buruh telah
berusia lanjut. Penyediaan jaringan komunikasi (k), perlu adanya komunikasi
yang baik antara anggota rantai pasok sehingga informasi tentang produk akan
cepat diterima. Interaksi petani dengan sesama petani dan pihak lainnya dalam
sara produksi kentang saling terbuka, karena petani tinggal dalam satu lokasi dan
lahan sehamparan biasanya saling kontak dan berkomunikasi satu sama lain.
Jaringan komunikasi dapat dibentuk dalam kelompok tani maupun Gapoktan.
Pemberian fasilitas informasi tentang kapasitas pasar (l), petani perlu
mengetahui informasi tentang kapasitas pasar sehingga mereka tahu kapan waktu
yang tepat untuk menjual hasil panennya. Belum banyak perhatian dari berbagai
pihak, termasuk pemerintah, atas penyediaan informasi pertanian kepada para
petani. Perhatian pemerintah lebih diarahkan kepada hal-hal seperti penyuluhan,
pemberian pupuk ataupun bibit serta regulasi pertanian. Padahal, hal seperti itu
tidak menciptakan kesejahteraan yang berkelanjutan bagi petani. Peningkatan
penyuluhan bagi petani (m), sebagian petani kentang telah memiliki wawasan
teknik budidaya yang diwariskan orang tuanya. Namun petani senantiasa
memperbarui wawasannya dengan mengikuti penyuluhan, pelatihan teknis dan
manajemen. Penyuluhan pertanian merupakan salah satu upaya pemberdayaan
petani dan pelaku usaha pertanian lain untuk meningkatkan produktivitas,
pendapatan dan kesejahteraannya
Penyediaan bantuan kredit untuk modal petani (n), modal sangat dibutuhkan
oleh petani untuk membeli perlengkapan budidaya terutama pembelian bibit yang
berkualitas dan bersertifikat. Kemampuan petani untuk membiayai usahataninya
sangat terbatas sehingga produktivitas yang dicapai masih di bawah produktivitas
potensial. Peningkatan pendapatan setiap pelaku dalam rantai pasok (o), usaha
budidaya kentang berdampak pada peningkatan pendapatan dan status sosial
masyarakat. Setiap pelaku dalam rantai pasok kentang yang menekuni usahanya
secara profesional mampu hidup secara berkecukupan karena memiliki kepastian
pendapatan.
Hasil analisis menggunakan metode ISM terhadap 15 sub elemen kebutuhan
pada pelaku yang terlibat dalam rantai pasok kentang, dengan hubungan
kontekstual antar kebutuhan yang satu mendukung kebutuhan yang lain, diperoleh
Structural Self Interaction Matrix (SSIM) dari hasil wawancara yang ditunjukkan
pada Lampiran 1. Hasil SSIM diubah menjadi Reachability Matrix (RM) awal
(Lampiran 2). RM awal merupakan konversi dari SSIM dengan aturan penilaian
berdasarkan metode ISM. Matriks Reachability Matrix (RM) awal perlu
dimodifikasi untuk menunjukkan direct dan indirect reachability. Dari matriks
RM yang telah dimodifikasi didapat nilai Driver Power (DP) dan nilai
dependence (D) yang ditunjukkan pada Reachability Matrix (RM) akhir
(Lampiran 3). Dari hasil RM Akhir diperoleh diagram model struktural kebutuhan
yang ditunjukkan pada Gambar 6. Berdasarkan Driver Power (DP) dan
Dependence (D) diperoleh matriks DP-D yang ditunjukkan pada Gambar 7.

17

Ketersediaan
Bibit

Peningkatan
pendapatan

Kepastian pasar &
harga

Jaringan
Komunikasi

Kualitas
&
Kuantitas
kentang

Ketersediaan
Lahan

Fasilitas
Pergudangan

Transportasi

Tenaga
Kerja

Bibit
Bersertifikat

Informasi
Kapasitas Pasar

SDM Berkualitas

Infrastruktur
yang Layak

Peningkatan
Penyuluhan

Bantuan Kredit

Gambar 6. Diagram model struktural elemen kebutuhan para pelaku rantai pasok

Penyediaan infrastruktur yang layak (h), peningkatan penyuluhan bagi
petani (m) dan penyediaan bantuan kredit untuk modal petani (n) merupakan sub
elemen kunci pada elemen kebutuhan yang menjadi dasar bagi sub elemen
lainnya. Sarana dan prasarana terkait infrastruktur belum efektif dalam
melindungi optimalisasi distribusi produk kentang. Kebutuhan utama dalam rantai
pasok kentang adalah penyediaan infrastruktur yang layak (h), infrastruktur
pertanian belum mampu mendorong pemanfaatan lahan secara optimal. Buruknya
kondisi infrastruktur dasar pertanian selama ini masih kurang mendapat perhatian
dari pemerintah dimana hal ini tercermin dari kebijakan anggaran pemerintah
yang sangat minim.

18

Keterangan:
a. Kepastian pasar & harga
b. Kualitas & kuantitas kentang
c. Bibit bersertifikat
d. Ketersediaan bibit
e. Ketersediaan lahan
f. Fasilitas pergudangan
g. Sarana transportasi
h. Infrastruktur yang layak

i. SDM berkualitas
j. Tenaga kerja buruh
k. Jaringan komunikasi
l. Informasi kapasitas pasar
m. Peningkatan penyuluhan
n. Bantuan kredit
o. Peningkatan pendapatan

Gambar 7. Matriks DP-D elemen kebutuhan para pelaku rantai pasok
Pemerintah harus memberikan prioritas utama pada revitalisasi infrastruktur
pertanian dengan menaikkan APBN lebih tinggi untuk infrastruktur pada sektor
pertanian. Petani yang berdomisili di Banjarnegara harus membawa produk
pertaniannya melewati Wonosobo sehingga jarak tempuh untuk distribusi ke luar
kota, seperti Jakarta menjadi lebih jauh karena jalur terdekat dari Banjarnegara ke
Jakarta tidak layak sehingga diperlukan pembangunan infrastruktur jalan raya
yang memberikan akses terdekat. Jalan yang dilalui petani untuk mencapai lahan
kentang juga perlu diperbaiki. Sebagian besar petani menanam kentang di daerah
perbukitan yang memiliki kemiringan sangat curam dengan hanya melewati jalan
setapak yang sangat berbahaya. Akses jalan yang layak sangat diperlukan oleh
petani. Pemerintah harus memberikan prioritas utama karena di sektor inilah
mayoritas masyarakat miskin menggantungkan kehidupannya.
Peningkatan penyuluhan bagi petani (m) merupakan kebutuhan yang
mendapatkan prioritas utama. Sebagian besar petani kurang mempunyai
pengetahuan serta wawasan yang memadai untuk memahami permasalahan
pertanian mereka dan memilih pemecahan masalah yang tepat. Misalnya untuk
memilih jarak tanam yang sesuai dan pemilihan pestisida yang tepat. Penyuluh

19
bertugas untuk membantu petani dengan memberikan informasi dan memberikan
pandangan terhadap masalah yang dihadapi. Penyuluhan pertanian meningkatkan
kemampuan petani untuk mengelola usaha taninya dengan produktif, efisien dan
menguntungkan, sehingga petani dapat meningkatkan kesejahteraannya.
Penyediaan bantuan kredit untuk modal petani (n) juga merupakan
kebutuhan yang diutamakan berdasarkan hasil analisis. Lemahnya permodalan
masih menjadi salah satu permasalahan utama yang dihadapi oleh pelaku usaha
pertanian. Petani tidak mudah mengakses modal dari lembaga pembiayaan akibat
prosedur dan persyaratan yang ketat dan tingkat suku bunga yang tinggi. Peran
pemerintah sangat diperlukan untuk mengatasi permodalan petani dengan
memberikan bantuan subsidi kepada petani yang memiliki keterbatasan modal.
Apabila ketiga kebutuhan tersebut terpenuhi maka akan dapat mendorong
tercapainya sumberdaya manusia yang berkualitas (i), pemberian fasilitas
informasi tentang kapasitas pasar (l) penggunaan bibit yang baik dan bersertifikasi
(c) dan penyediaan jaringan komunikasi (k). Ketujuh kebutuhan tersebut
mempunyai ketergantungan yang lemah terhadap kebutuhan lain dalam rantai
pasok ini. Hal ini ditunjukkan pada matriks DP-D kebutuhan rantai pasok
kentang. Dengan daya gerak yang besar dan ketergantungan yang lemah, maka
penyediaan infrastruktur yang layak, peningkatan penyuluhan bagi petani,
penyediaan bantuan kredit untuk modal petani, sumberdaya manusia yang
berkualitas, pemberian fasilitas informasi tentang kapasitas pasar, penggunaan
bibit yang baik dan bersertifikasi dan penyediaan jaringan komunikasi merupakan
kebutuhan yang diutamakan untuk dipenuhi dalam rantai pasok kentang ini.
Jaminan kualitas dan kuantitas kentang yang memenuhi syarat (b),
ketersediaan lahan yang sesuai untuk bertanam kentang (e), penyediaan fasilitas
pergudangan (f), Penyediaan sarana transportasi yang layak (g) dan penyediaan
tenaga kerja buruh (j) terletak pada kuadran 3 pada matriks DP-D yang berarti
menempati sektor linkage. Hal ini menunjukkan terpenuhinya kelima sub elemen
tersebut sangat dipengaruhi oleh tercapainya sub elemen lain sekaligus juga
sangat mempengaruhi tercapainya sub elemen lain pula, oleh karena itu sub
elemen ini harus ditangani secara hati-hati. Pada diagram model kebutuhan
ditunjukkan bahwa kelima sub elemen ini dipengaruhi oleh ketujuh sub elemen
yang terletak dibawahnya dan sekaligus mempengaruhi tercapainya tiga sub
elemen yang terletak di atasnya.
Jaminan kepastian pasar dan harga (a), jaminan ketersediaan bibit secara
kontinu (d) dan peningkatan pendapatan setiap pelaku dalam rantai pasok (o)
merupakan kebutuhan yang tergantung pada kebu