Analisis ANALISIS KEBIJAKAN RANTAI PASOK

ANALISIS KEBIJAKAN RANTAI PASOK INDUSTRI KECIL KOMPONEN

KENDARAAN BERMOTOR DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM DI
JAWA BARAT
Oleh:
Ahmad Efendi
NPM. 078312005
ABSTRAK
The main problem of small industry of automotive components that is the production inability of
small industry of automotive components in West Java to meet the market demands as a
reflection of the difficulties in getting access to the capital and human resource constraints that
are ready and trained. In this study using a dynamic systems approach that attempts to explore
different variables into the system forming small industry of automotive components. Through
the dynamic systems approach, this study try to see what pattern is produced over time and
build the policy scenarios to improve those conditions. From the simulation results known that
by more training and low interest rates will impact significantly to the level of production. This
has affected the increase of component supply for large industry which fulfilled quickly since
the short distribution channels that is from small industry to large industry so that the large
industry can fulfill its needs for automotive from consumer. The model is used to simulate
several policy scenarios: 1) scenario in basic conditions, 2) a scenario that focuses on lending
rates, 3) a scenario that focuses on improving labor productivity and 4) a combination scenario

of interest rate and labor productivity.
Keywords: Supply Chain, Small Industry of Automotive Components, Systems Dynamics

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Salah satu kunci keberhasilan industri
adalah keberadaan jaringan rantai pasok
(supply chain) yang kompeten. Rantai pasok
adalah jaringan fisik yaitu perusahaanperusahaan yang terlibat dalam memasok
bahan baku, memproduksi barang, maupun
mengirimkannya ke pemakai akhir (Oliver
dan Weber, 1982). Menurut Council of

Logistics Management, Supply Chain
Management is the systematic, strategic
coordination of the traditional business
function within a particular company and
across business within the supply chain for
the purpose of improving the long term

performance of the individual company and
the suplly chain as a whole.

Munculnya SCM ini dilatarbelakangi
oleh dua hal pokok, yaitu praktek
manajemen logistik tradisional yang bersifat
adversarial pada era modern ini sudah tidak
relevan lagi, karena tidak dapat menciptakan
keunggulan kompetitif dan perubahan

lingkungan bisnis yang semakin cepat
dengan persaingan yang semakin ketat.
Pada dasarnya industri kecil dan
menengah (IKM) merupakan industri padat
karya, yaitu industri yang menyerap tenaga
kerja karena masih banyak menggunakan
manusia dibanding penggunaan mesin.
Permasalahan utama yang dihadapi oleh
industri kecil adalah sulitnya mendapatkan
akses permodalan, keterbatasan sumber

daya manusia yang siap, kurang dalam
kemampuan manajemen dan bisnis, serta
terbatasnya kemampuan akses informasi
untuk membaca peluang pasar serta
mensiasati perubahan pasar yang cepat.
Berdasarkan data Yayasan Darma Bakti
Astra bahwa potensi pasar komponen
kendaraan
bermotor
yang
dapat
dimanfaatkan oleh IKM mencapai Rp 32
triliun pada tahun 2007. Besarnya potensi
pasar yang ada tidak dapat dimanfaatkan
oleh industri kecil termasuk industri kecil
komponen yang ada di Jawa Barat. Hal ini
ditunjukkan dengan jumlah pemenuhan
komponen kendaraan bermotor oleh industri
kecil yang ada di Jawa Barat hanya
mencapai 21,15% saja.


Analisis Kebijakan Rantai Pasok Industri Kecil Komponen Kendaraan
Bermotor Dengan Pendekatan Dinamika Sistem di Jawa Barat

1

Pasar memiliki perilaku yang dinamis,
dimana terjadi perubahan-perubahan yang
begitu cepat di pasar. Hal ini juga berlaku
pada industri kecil tidak terkecuali industri
kecil komponen kendaraan bermotor dituntut
untuk dapat menyesuaikan diri dengan
perubahan yang terjadi di pasar. Hal ini tentu
saja menuntut adanya kebijakan-kebijakan
terutama kebijakan dalam rantai pasok pada
industri kecil, sehingga dengan demikian
rantai pasok dapat mendukung industri kecil.
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan

latar
belakang
permasalahan yang dikemukakan, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
a. Bagaimana industri kecil komponen
kendaraan
bermotor
merespon
permintaan pasar berdasarkan kriteria
rantai pasok?
b. Bagaimana
strategi
industri
kecil
komponen kendaraan bermotor dalam
merespon dinamika permintaan pasar?
c. Bagaimana tindakan atau keputusan
kebijakan yang akan diambil guna
meningkatkan kinerja dari rantai pasok

pada industri kecil komponen kendaraan
bermotor tersebut?
1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Pembuatan model dinamika sistem guna
mengetahui bentuk respon dari industri
kecil terhadap permintaan pasar dan
strategi yang digunakan.
a. Menganalisis kebijakan yang sebaiknya
diambil guna meningkatkan kinerja dari
rantai pasok pada industri kecil.
1.4. Pembatasan dan Asumsi

Pada dasarnya dalam pemecahan
masalah atau suatu persoalan diperlukan
adanya pembatas dan anggapan-anggapan
(asumsi) sehingga tidak menyimpang dari
tujuan semula. Jadi pembatasan dalam

penelitian ini adalah:
a. Penelitian ini terbatas pada industri kecil
di Jawa Barat.
b. Industri kecil yang akan diteliti adalah
gabungan industri kecil komponen
kendaraan bermotor.

c. Produk industri komponen kendaraan
bermotor diasumsikan homogen dalam
satuan rupiah.
d. Industri
kecil
yang
mempunyai
kompetensi berbeda-beda namun saling
terkait dan mendukung dalam memenuhi
order.
e. Mekanisme
dalam
menganalisis

penelitian menggunakan metode model
dinamika sistem. Metode dinamika
sistem
erat
berhubungan
dengan
pertanyaan tentang tendensi-tendensi
dinamika sistem yang kompleks, yaitu
pola tingkah laku yang dibangkitkan oleh
sistem seiring dengan perubahan waktu.
f. Berdasarkan sudut pandang dinamika
sistem, model dibuat untuk menjawab
sejumlah permasalahan, jadi dalam hal
ini
yang
dimodelkan
adalah
permasalahan yang dihadapi dan bukan
sistem secara keseluruhan. Hal ini perlu
ditekankan karena tujuan permodelan

akan
sangat
membantu
dalam
melakukan formulasi model, penentuan
batasan model, validasi model, analisis
kebijakan dan penerapan model dalam
dunia nyata.
g. Asumsi utama dari konsep dinamika
sistem adalah bahwa struktur pembentuk
sistem merupakan suatu kumpulan dari
struktur kausal yang melingkar dan
tertutup.
h. Validasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah validasi secara eksternal.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Industri
Industri dalam Undang-undang Nomor 5
Tahun
1984

tentang
Perindustrian
didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang
mengolah bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi dan/atau barang jadi
menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi
untuk penggunaanya, termasuk kegiatan
rancang bangun dan perekayasaan industri.
Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan
bahwa industri sebagai suatu kegiatan
mengubah barang dasar menjadi barang jadi
atau setengah jadi atau yang dari kurang
nilainya menjadi barang yang lebih tinggi
nilainya
dengan
maksud
untuk
dijual.Klasifikasi industri berdasarkan tenaga
kerja menurut BPS terdiri dari:


Analisis Kebijakan Rantai Pasok Industri Kecil Komponen Kendaraan
Bermotor Dengan Pendekatan Dinamika Sistem di Jawa Barat

2

1. Industri besar, yakni industri dengan
jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih.
2. Industri menengah/sedang, yakni industri
dengan jumlah tenaga kerja 20-99 orang
atau lebih.
3. Industri kecil, yakni industri dengan
jumlah tenaga kerja 5-19 orang.
4. Industri rumah tangga, yakni industri
dengan jumlah tenaga kerja 1-4 orang.
Secara umum industri komponen
kendaraan bermotor terbagi dalam dua jenis,
yaitu:
a. Product-base industry, yaitu industri yang
memproduksi komponen jadi yang bisa
langsung dipakai oleh end user.
Contohnya, busi, filter, motor wiper dan
dinamo.
b. Process-base industry, yaitu industri
pembuat komponen yang akan dikirim ke
industri berikutnya untuk dirakit dengan
produk process-based lainnya guna
djadikan produk akhir berupa kendaraan
bermotor roda dua ataupun roda empat.
2.2. Manajemen Rantai Pasok
Rantai
pasok
adalah
jaringan
perusahaan-perusahaan
yang
secara
bersama-sama bekerja untuk menciptakan
dan menghantarkan suatu produk ke tangan
pemakai akhir (Pujawan, 2005). Definisi
manajemen rantai pasok menurut Council of
Logistics Management (Pujawan, 2005):
Supply chain management is the
systematic, strategic coordination of the
traditional business function within a
particular company and across business
within the supply chain for the purpose of
improving the long term performance of the
individual company and the supply chain as
a whole.
Tujuan utama dalam manajemen rantai
pasok adalah menciptakan nilai untuk
konsumen akhir oleh dalam jaringan rantai
pasok. Perusahaan dalam jaringan rantai
pasok harus mengintegrasikan proses
aktivitas internalnya dengan perusahaan lain
yang terdapat dalam jaringan. Proses
integrasi merupakan koordinasi dan sharing
informasi serta sumber daya untuk memanage proses secara bersama-sama.

2.3. Dinamika Sistem
Dinamika sistem melihat sistem atau
proses sebagai suatu sosok yang terdiri dari
elemen-elemen
dimana
masing-masing
elemen saling berinteraksi. Elemen yang
berinteraksi ini yang akan menentukan
kinerja system secara keseluruhan.
Menurut Maani dan Mainzer sebuah
simulasi dinamika sistem akan dapat
mempelajari bagaimana sistem berkembang,
prilaku sistem dimasa datang dapat
diprediksi atau diramalkan serta dapat
menentukan bagaimana mempengaruhi
perilaku masa depan tersebut. Fokus utama
dari metodologi dinamika sistem adalah
pemahaman atas sistem sehingga langkahlangkah pemecahan masalah memberikan
umpan balik pada pemahaman sistem.
Sesuai namanya dinamika sistem
dikaitkan dengan kecenderungan dinamika
yang kompleks, pola seperti apa yang
dihasilkan seiring dengan berjalannya waktu.
Enam tahapan dalam pemecahan masalah
dinamika sistem adalah:
1. Identifikasi dan definisi masalah
2. Konseptualisasi sistem
3. Formulasi model
4. Simulasi dan validasi model
5. Analisis kebijakan dan perbaikan
6. Implementasi kebijakan
Asumsi utama paradigma dinamika
sistem bahwa kecenderungan muncul dari
struktur sebab akibat internalnya dari
kendala fisik dan tujuan sosialnya, imbalan
dan tekanan-tekanan yang menyebabkan
secara
kumulatif
menghasilkan
kecenderungan dinamik yang dominan pada
sistem secara keseluruhan. Model system
dinamik dibentuk oleh banyak lingkar umpan
balik yang dihubungkan bersama-sama,
yang menggambarkan system tertutup.
Sebagian besar variable terjadi dalam
hubungan umpan balik dan endogen, bila
ada faktor-faktor yang mempengaruhi
system dari luar tanpa dipengaruhi dirinya
sendiri, factor tersebut dipertimbangkan
sebagai variable aksogen dalam system.
Proses umpan balik tidak segera
beroperasi, pengaturan waktu (timing)
perilaku system bergantung adanya elemen
system yang menciptakan kelambatan
(delay). Elemen yang merupakan faktor
pembentuk sistem dapat terdiri lebih dari
satu
variabel
atau
parameter.

Analisis Kebijakan Rantai Pasok Industri Kecil Komponen Kendaraan
Bermotor Dengan Pendekatan Dinamika Sistem di Jawa Barat

3

Variabel/parameter ini didefinisikan untuk
membentuk struktur umpan balik. Lingkar
umpan balik dibedakan menjadi 2 yaitu
positif dan negatif. Lingkar umpan balik
positif jika jumlah tanda negatif ( - ) dalam
loop berjumlah genap. Tanda ( + ) dibentuk
dari hubungan antara 2 parameter. Lingkar
umpan balik negatif jika jumlah tanda ( - )
dalam loop berjumlah ganjil.
Pemahaman atas sistem melahirkan
identifikasi dan definisi atas permasalahan
yang terjadi dalam sistem tersebut.
Konseptualisasi sistem kemudian dilakukan
atas dasar permsalahan yang didefinisikan.
Ini
akan
menimbulkan
pemahamanpemahaman yang lebih mendalam atas
sistem yang selanjutnya mungkin akan
menimbulkan redefinisi masalah sampai
konseptualisasi sistem dinyatakan dapat
diterima.
Didasari atas konseptualisasi sistem ini,
selanjutnya model diformulasikan secara
detail dalam persamaan matematis yang
juga
akan
menimbulkan
tambahan
pemahaman akan sistem. Formulasi terus
berlangsung dengan tujuan mendapatkan
model logis yang dapat mempresentasikan
sistem nyata.
3. MODEL PEMECAHAN MASALAH
3.1. Tahapan Pemecahan Masalah
Sutau penelitian merupakan rangkaian
proses yang terkait secara sistematis. Tiap
tahap merupakan bagian yang menentukan
tahapan
berikutnya,
sehingga
harus
dilakukan secara cermat. Adapun tahapantahapan
pemecahan
masalah
dalam
penelitian ini adalah sebagaimana terlihat
pada gambar 3.1.
Metoda pemecahan masalah yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan
dinamika
sistem.
Langkah-langkah
metodologi dinamika sistem adalah sebagai
berikut (tampak pada gambar 3.2):
1. Identifikasi dan mendefinisikan masalah
Hal ini merupakan langkah pertama
dalam
menyelesaikan
masalah
menggunakan
metodologi
dinamika
sistem. Point-point yang ditunjukkan
dalam konteks ini adalah berorientasi
pada masalah, menunjukkan secara
holistik, merancang kebijakan, dan
horizon waktu yang lama.
2. Menggambarkan sistem

3.

4.

5.

6.

Sistem yang digambarkan meliputi
sebagai berikut yaitu batasan model,
identifikasi hubungan timbal balik, dan
gambaran kebijakannya.
Formulasi model
Sistem
yang
telah
digambarkan
didefinisikan secara jelas formulasi model
yang meliputi lingkaran pengaruh timbal
balik, aliran fisik dan informasi, variabel
dan
parameter-parameter.
Untuk
mengembangkan model maka data yang
diambil dari berbagai sumber dan
perilaku sistem yang menjelaskan secara
endogenus.
Simulasi dan validasi
Model dinamika sistem disimulasikan
untuk
menghasilkan
perilaku
dari
masalah-masalah pada sistem nyata.
Untuk beberapa kegunaan secara praktis
dari model adalah untuk melakukan
validasi kasus dalam dinamika sistem
dengan beberapa prosedur.
Analisis dan pengembangan kebijakan
Secara keseluruhan maksud utama dari
pembelajaran dan pemodelan ini adalah
untuk
mendesain
pengembangan
kebijakan sebagai suatu perbaikan
terhadap perilaku sistem.
Kebijakan didesain berdasarkan pada
pemahaman dari pemodelan yang dibuat.
Kebijakan baru yang diambil berdasarkan
intuisi dan hasil pengujian yang baik.
Implementasi
Implementasi
kebijakan
merupakan
langkah terakhir dan berorientasi pada
tindakan. Model-model dinamika sistem
dapat digunakan untuk pembelajaran dari
dinamika suatu penerapan kebijakan
baru.

Analisis Kebijakan Rantai Pasok Industri Kecil Komponen Kendaraan
Bermotor Dengan Pendekatan Dinamika Sistem di Jawa Barat

4

3.2. Model Awal

Pergerakan produk diawali dari adanya
informasi order kepada industri, dimana
kemudian industri merespon permintaan
tersebut dan mengirim produk kepada
distributor dan selanjutnya sampai ke tangan
konsumen. Adanya pergerakan produk dan
informasi, maka setiap industri dituntut untuk
menyampikannya secara cepat dan tepat.
Oleh karenanya, maka boundari sistem dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 3.2 Hubungan antara Industri dan
Pasar
Gambar 3.1 Flowchart Penelitian

Gambar 3.2

Metodologi Dinamika sistem
(Sushill, 1993)

4. ANALISA MODEL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hipotesa Model
Salah satu tahapan yang perlu
dilakukan dalam proses dinamika sistem
adalah tahapan dalam memformulasikan
hipotesa dinamis. Hipotesa dimulai dengan
membuat Causal Loop Diagram.
Hipotesis dari model yang dibangun
adalah sebagai berikut:
a. Hipotesis
1:
Rendahnya
delay
pengiriman mengakibatkan pemenuhan
PO produk oleh industri kecil komponen
kendaraan bermotor menjadi lebih cepat.
Salah satu permasalahan yang dihadapi
oleh industri kecil komponen kendaraan
bermotor
adalah
besarnya
delay
pengiriman yang terjadi, dimana ratarata delay pengiriman yang terjadi pada
industri kecil komponen kendaraan
bermotor antara 2 minggu sampai
dengan 1 bulan. Keterkaitan aktivitas
satu dengan yang lainnya di dalam subsistem pasar terdiri dari rangkaian loop
feedback negatif (B1) yang ditunjukkan
dengan adanya _ dalam jumlah ganjil
dan rangkaian loop feedback positif (R2).
Peningkatan penggunaan kendaraan
bermotor merupakan pangsa pasar
komponen kendaraan bermotor, dimana
pangsa pasar komponen untuk IKM

Analisis Kebijakan Rantai Pasok Industri Kecil Komponen Kendaraan
Bermotor Dengan Pendekatan Dinamika Sistem di Jawa Barat

5

adalah sebesar Rp 32 Triliun. Purchase
Order (PO) Produk yang masuk pada
industri kecil akan dipenuhi dari
persediaan yang tersedia dengan segera
melakukan pengiriman. Berkurangnya
persediaan produk jadi pada industri
dapat menimbulkan adanya delay
pengiriman. Delay pengiriman yang
terjadi dapat mempengaruhi waktu
pemenuhan PO Produk yang bisa
dijanjikan terhadap konsumen.

Gambar 4.1 Causal Loop Diagram SubSistem Pasar (Hipotesis 1)
b. Hipotesis 2: Tingkat produksi yang baik
akan menjamin ketersediaan produk jadi
komponen kendaraan bermotor.
Delay timbul karena buruknya pengiriman
yang dilakukan dan merupakan dampak
dari rendahnya tingkat produksi yang
dihasilkan oleh industri kecil komponen
kendaraan bermotor di Jawa Barat.
Proses produksi pada industri kecil
komponen kendaraan bermotor di
gambarkan pada causal loop diagram
(CLD) sub-sitem industri yang terbentuk
dari tiga rangkain loop feedback negatif
(B2, B3 dan B4) yang ditunjukkan
dengan adanya tanda
dalam jumlah
ganjil serta rangkaian loop feedback
positif (R1) yang ditunjukkan dengan
adanya tanda
dalam jumlah genap.

Gambar 4.2 Causal Loop Diagram SubSistem Industri Kecil Komponen Kendaraan
Bermotor (Hipotesis 2)
c. Hipotesis 3: Ketersediaan bahan baku
yang baik dapat mendukung kelancaran
proses produksi.
Proses produksi yang akan dijalankan
membutuhkan bahan baku yang akan
digunakan. Kebutuhan bahan baku harus
direncanakan agar sesuai dengan
banyaknya bahan baku yang dibutuhkan
sehingga tidak terjadi pemborosan bahan
baku, bila terjadi pemborosan berarti
dapat menimbulkan biaya.

Gambar 4.3 Causal Loop Diagram SubSistem Industri Kecil Komponen Kendaraan
Bermotor (Hipotesis 3)

Analisis Kebijakan Rantai Pasok Industri Kecil Komponen Kendaraan
Bermotor Dengan Pendekatan Dinamika Sistem di Jawa Barat

6

4.2. Skenario Kebijakan
Skenario kebijakan yang akan dipilih
disesuaikan dengan tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian yaitu menentukan
kebijakan yang sebaiknya diambil guna
meningkatkan kinerja dari rantai pasok,
maka kebijakan yang dipilih adalah kebijakan
yang memberikan dampak pada peningkatan
produksi.
a. Skenario 0
Pada skenario awal ini tidak dilakukan
intervensi-intervensi untuk meningkatkan
jumlah pinjaman yang berdampak pada
meningkatnya jumlah modal yang
digunakan industri kecil komponen
kendaraan bermotor melalui uapay
menurunkan tingkat suku bunga maupun
itervensi
untuk
meningkatkan
produktivitas tenaga kerja.
1e9
1

h
a
i
p
u
R

500,000,0004
2
3
0

1

4

23

1

1

4
23

4
23

1

4
23

1

1
2

2
3
4

10

20

Minggu

30

40

Tk_Produksi
Persediaan_BB
Persediaan_PJ
Kapasitas_Prod

50

Gambar 4.1 Perilaku Persediaan Bahan Baku,
Tingkat Produksi, Persediaan Produk Jadi dan
Kapasitas Produksi pada Skenario Dasar
Kondisi yang terjadi pada skenario dasar
masih belum stabil terutama pada awal
minggu dimana bahan baku yang
mengalami proses produksi masih jauh di
bawah kapasitas produksi yang ada dan
terjadi fluktuasi pada persediaan bahan
baku, tingkat produksi dan persediaan
produk jadi serta belum maksimalnya
penggunaan kapasitas produksi, maka
diperlukan intervensi-intervensi terhadap
sistem guna mengurangi fluktuasi yang
terjadi sehingga sistem lebih stabil dan
memaksimalkan kapasitas produksi yang
ada dengan meningkatkan jumlah modal
dengan cara menambah jumlah pinjaman
melalui kebijakan penurunan tingkat suku
bunga karena tingkat suku bunga yang
berlaku sekarang dirasakan tidak berpihak
pada industri kecil.
b. Skenario 1

Pada skenario ini dilakukan untuk
mengatasi
permasalahan
terhadap
rendahnya modal yang dimiliki industri

kecil komponen kendaraan bermotor
dimana tingkat suku bunga yang berlaku
sekarang tidak berpihak pada industri
kecil sehingga skenario ini dilakukan
dengan menurunkan tingkat suku bunga
pinjaman dari 16% menjadi 10%.
Skenario 1

2e9
1

1.5e9

h
a
i
p
u
R

1e9

1

500,000,0004
2
3
0

1

1

1

1

1

2 4
3

23

10

20

4

23

4

4
23

2

2
3
4

Minggu

30

40

Tk_Produksi
Persediaan_BB
Persediaan_PJ
Kapasitas_Prod

50

Skenario Dasar
1e9
1

h
a
i
p
u
R

500,000,000 4
2
3
0

1

1

4

4

23

1

23

4
23

1

4
23

1

1
2

2
3
4

10

20

Minggu

30

40

Tk_Produksi
Persediaan_BB
Persediaan_PJ
Kapasitas_Prod

50

Gambar 4.2 Perbandingan antara Perilaku
Skenario 1 dengan Skenario Dasar
Kondisi yang terjadi pada skenario 1
terlihat adanya peningkatan baik dari
kapasitas produksi, tingkat produksi,
persediaan
bahan
baku
maupun
persediaan produk. Peningkatan ini
terjadi karena pinjaman bertambah akibat
dari dari penurunan tingkat suku bunga
hingga modal mencapai Rp 480.000.000
yang meningkatkan rencana kebutuhan
bahan baku sebesar 55% dengan
penggunaan modal untuk peralatan guna
menambah kapasitas produksi sebesar
8,8% dan penggunaan modal untuk
bahan baku sebesar 91,2%.
Pada akhir tahun atau minggu ke-50 di
skenario 1, persediaan bahan baku
mencapai Rp 900.399.321 dan kapasitas
produksi mengalami peningkatan dari
kondisi stagnan yaitu sebesar Rp
500.000.000 pada kondisi dasar hingga
Rp 1.02 Milyar dengan tingkat produksi
mencapai Rp 2,05 Milyar. Sedangkan
untuk persediaan produk jadi mengalami
peningkatan hingga mencapai Rp
837.433.042.

Analisis Kebijakan Rantai Pasok Industri Kecil Komponen Kendaraan
Bermotor Dengan Pendekatan Dinamika Sistem di Jawa Barat

7

c. Skenario 2

Meningkatkan produktivitas tenaga kerja
dengan meningkatkan jumlah pelatihanpelatihan yang diikuti oleh tenaga kerja
industri kecil komponen kendaraan
bermotor.
Pelatihan
teknis
yang
diselenggarakan pemerintah sebanyak 1
hingga 2 kali tanpa adanya pelatihan
mental kerja ditingkatkan menjadi 3 kali
untuk pelatihan teknis (hard skill) dan 2
kali untuk pelatihan mental kerja (soft
skill).
Skenario 2

1.5e9

h
a
i
p
u
R

1e9

1

1
1

500,000,000
4
2
3
0

3
2

4

10

2

3

24

24

2

30

40

50

Minggu

Skenario Dasar
1

500,000,0004
2
3
0

1

1

1

4

4
23

23

1

3

4

20

1

3

3

1e9

h
a
i
p
u
R

1

4
23

1

4
23

1
2
3
4

20

30

Minggu

40

Persediaan_BB
Persediaan_PJ
Kapasitas_Prod

1

1
2

2
3
4

10

Tk_Produksi

Tk_Produksi
Persediaan_BB
Persediaan_PJ

95% atau pemeriksaan yang dilakukan
secara longgar.
Pencapaian skenario 2 diakhir tahun atau
minggu ke-50 yaitu persediaan bahan
baku Rp 467.698.453 sama dengan
kondisi dasar dan kapasitas produksi
sebesar Rp 500.000.000 juga sama
dengan kondisi dasar. Sedangkan untuk
tingkat produksi mencapai Rp 1,72 Milyar
dengan tingkat persediaan produk jadi
sebesar Rp 886.535.506.
d. Skenario 3
Menggabungkan (mixed) yang dibangun
dengan
mengkombinasikan
antara
skenario 1 dan skenario 2 yaitu industri
kecil berupaya untuk meningkatkan
modal kerja industri kecil komponen
kendaraan bermotor dengan kebijakan
mengurangi tingkat suku bunga menjadi
dan juga meningkatkan produktivitas
tenaga kerja dengan meningkatkan
jumlah pelatihan baik yang bersifat hard
skill maupun yang bersifat soft skill.
Skenario ini diikuti dengan seringnya
ekspansi pasar yang dilakukan oleh
industri kecil komponen kendaraan
bermotor.
Skenario 3

Kapasitas_Prod
3e9

50

Gambar 4.3 Perbandingan antar Perilaku pada
Skenario 2 dengan Skenario Dasar
Peningkatan produktivitas tenaga kerja
sebagai akibat dari peningkatan jumlah
pelatihan yang dilakukan pada pelatihan
teknis dan pelatihan mental kerja
berdampak
pada
perilaku
tingkat
produksi dan persediaan produk jadi
yang menunjukkan peningkatan namun
terhadap
kapasitas
produksi
dan
persediaan bahan baku tidak terjadi
perubahan
perilaku yaitu
perilaku
keduanya sama dengan perilaku pada
kondisi
dasar.
Meningkatnya
produktivitas
tenaga
kerja
hanya
memberikan perubahan yang signifikan
pada tingkat produksi hingga mencapai
diatas Rp 1,5 Milyar di akhir tahun.
Dengan meningkatnya tingkat produksi
akan diikuti dengan peningkatan pada
persediaan produk jadi yang didiringi
dengan tingkat pemeriksaan sebesar

1
1

2e9

h
a
i
p
u 1e9
R
1
2
03
0

1

1
2

4

2
3

2

4

10

20

3

4

2

Minggu

3

4

30

2

34

40

Skenario Dasar

1e9
1

h
a
i
p
u
R

1

1

500,000,0004
2
3
0

1

1

1

4

4
23

23

4
23

1

4
23

2

3
4

20

30

Minggu

40

Persediaan_PJ
Kapasitas_Prod

50

1

1
2

2
3
4

10

Tk_Produksi
Persediaan_BB

Tk_Produksi
Persediaan_BB
Persediaan_PJ
Kapasitas_Prod

50

Gambar 4.4. Perbandingan antara Perilaku
Skenario 3 dengan Skenario Dasar
Intervensi ini mengakibatkan kondisi
dimana terjadi peningkatan rencana
bahan baku sebesar 59% dengan
peningkatan kapasitas produksi dengan
penggunaan modal untuk penambahan
peralatan sebesar 8,8% dan 91,8%
modal digunakan untuk bahan baku.

Analisis Kebijakan Rantai Pasok Industri Kecil Komponen Kendaraan
Bermotor Dengan Pendekatan Dinamika Sistem di Jawa Barat

8

peningkatan
ini
diikuti
dengan
meningkatnya produktivitas tenaga kerja
sebesar 4 kali lipat dari nilai bahan baku
dan pemeriksaan yang dilakukan secara
longgar yang menghasilkan 95% produk
good
dan
scrap
sebesar
5%.
Peningkatan produktivitas tenaga kerja
ini juga menurunkan delay kirim yang
terjadi hingga di bawah 1 minggu yaitu
delay kirim yang terjadi hanya sebesar
0,8 minggu sehingga waktu pemenuhan
produk yang dijanjikan pada konsumen
hanya selama 2,8 minggu.
Dari hasil skenario kebijakan mixed
(gabungan)
diatas
memperlihatkan
bahwa seluruh persoalan yang terjadi
relatif dapat diatasi. Skenario ini terjadi
peningkatan tingkat produksi dari awal
minggu hingga akhir minggu dimana
tingkat produksi pada minggu ke-50
mencapai Rp 3,45 Milyar lebih yang
diiringi dengan ekspansi yang sering
dilakukan oleh industri kecil sehingga
kondisi persediaan produk jadi pada
minggu ke-50 sebesar Rp 1,2 Milyar.
Sedangkan
persediaan bahan baku
yang masuk pada proses produksi di
akhir tahun atau minggu ke-50 sebesar
Rp 956.526.960 dimana bahan baku
masuk
dalam
proses
produksi
terakomodir oleh kapasitas produksi dari
minggu ke-15 hingga minggu ke 50
karena kapasitas produksi mencapai Rp
1,09 Milyar pada minggu ke-50
sedangkan bahan baku yang tidak dapat
diakomodir oleh kapasitas produksi
terjadi pada awal minggu hingga minggu
ke-15.

delay kirim yang terjadi, dan upaya untuk
meningkatkan kapasitas produksi guna
mendukung proses produksi yang dilakukan
oleh industri kecil komponen kendaraan
bermotor sehingga tingkat produksi dapat
meningkat.
Sebagian dari skenario ini sebenarnya
bukanlah hal baru bagi industri kecil
komponen kendaraan bermotor karena
pernah dilakukan oleh industri kecil
komponen kendaraan bermotor. Namun,
pelatihan-pelatihan yang bersifat soft skill
masih sangat jarang diadakan padahal
pelatihan seperti ini sangat bermanfaat bagi
tenaga kerja industri kecil komponen
kendaraan bermotor. Sedangkan usaha
untuk meningkatkan kapasitas produksi
terpasang sangat jarang dilakukan karena
kondisi permodalan yang dihadapi industri
sebagai akibat penerapan tingkat suku
bunga yang tidak berpihak pada industri kecil
sehingga modal digunakan seluruhnya untuk
keperluan purchase order (PO) bahan baku.
Untuk meningkatkan produktivitas dan
peningkatan kapasitas produksi pada industri
kecil
komponen
kendaraan
bermotor
sebaiknya menjadi perhatian yang lebih dari
pelaku industri dan pemerintah. Pelaku
industri juga dituntut untuk berusaha
meningkatkan produktivitas tenaga kerja
dengan
memberikan
masukan
pada
pemerintah (dinas terkait) tentang pelatihanpelatihan yang dibutuhkan oleh pekerja
industri kecil komponen kendaraan bermotor.
Sehingga dengan demikian industri kecil
komponen kendaraan bermotor yang ada
dapat bersaing dan dapat menjaga
kelangsungan hidupnya.

4.3. Analisa Skenario Kebijakan
Dari hasil simulasi berbagai skenario
yang telah dilakukan maka skenario yang
terpilih
adalah
skenario
3
karena
memberikan nilai pada tingkat produksi yang
tinggi. Selain hal tersebut, kapasitas produksi
juga ikut meningkat seiring dengan
bertambahnya jumlah modal kerja yang
digunakan
industri
kecil
komponen
kendaraan bermotor. Skenario 3 merupakan
upaya perbaikan sistem industri kecil
komponen kendaraan bermotor secara
menyeluruh
dimana
perbaikan
yang
dilakukan meliputi upaya untuk meningkatan
produktivitas tenaga kerja, menurunkan

Tabel 4.1 Matriks Capaian Setiap Parameter
pada Skenario 1,2, dan 3

Skenario
1
2
3
Skenario Dasar Skenario 1 Skenario Dasar Skenario 2 Skenario Dasar Skenario 3
Waktu Pemenuhan Produk
1 Bulan
1 Bulan
1 Bulan
2,8 Minggu
1 Bulan
2,8 Minggu
Delay Kirim
2 Minggu
2 Minggu
2 Minggu 0,8 Minggu 2 Minggu 0,8 Minggu
Produktivitas Tenaga Kerja 2,29 Kali
2,29 Kali
2,29 Kali
4 kali
2,29 Kali
4 Kali
Rencana Keb Bahan Baku
26%
55%
26%
26%
26%
59%
Modal untuk Bahan Baku
100%
91,2%
100%
100%
100%
91,8%
Modal untuk Peralatan
0%
8,8%
0%
0%
0%
8,8%
Pemeriksaan
Ketat
Ketat
Ketat
Longgar
Ketat
Longgar
Presentase Produk Good
82%
82%
82%
95%
82%
95%
Presntase Scrap
18%
18%
18%
5%
18%
5%
Persediaan Bahan Baku Rp 447.032.974 Rp 900.399.321 Rp 447.032.974 Rp 447.032.974 Rp 447.032.974 Rp 956.526.960
Tingkat Produksi
Rp 1.01 Milyar Rp 2,05 Milyar Rp 1.01 Milyar Rp 1,72 Milyar Rp 1.01 Milyar Rp 3,45 Milyar
Kapasitas Produksi
Rp 500.000.000 Rp 1,02 Milyar Rp 500.000.000 Rp 500.000.000 Rp 500.000.000 Rp 1,09 Milyar
Persediaan Produk Jadi
Rp 415.121.008 Rp 837.433.042 Rp 415.121.008 Rp 886.535.506 Rp 415.121.008 Rp 1,2 Milyar
Parameter

Analisis Kebijakan Rantai Pasok Industri Kecil Komponen Kendaraan
Bermotor Dengan Pendekatan Dinamika Sistem di Jawa Barat

9

Dengan memiliki tenaga kerja yang
terampil berarti tenaga kerja memiliki skill
baik dan percepatan kerja yang tinggi
sehingga
hal
ini
berdampak
pada
produktivitas tenaga kerja yang dihasilkan
juga tinggi. Produktivitas tenaga kerja yang
tinggi dapat memberikan dampak yang baik
terhadap tingkat produksi yang dilakukan
sehingga output yang dihasilkan industri kecil
komponen kendaraan bermotor juga ikut
meningkat karena tingkat produk scrap yang
dihasilkan dapat ditekan sehingga secara
otomatis produk dengan kondisi good dapat
meningkat yang diiringi dengan penurunan
delay kirim sehingga waktu pemenuhan yang
dijanjikan pada pelanggan juga ikut
menurun.
Peningkatan performa dapat dicapai oleh
industri kecil komponen kendaraan bermotor
jika didukung dengan adanya kebijakankebijakan yang berpihak pada industri kecil.
Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan
performa dari industri kecil tersebut termasuk
industri kecil komponen kendaraan bermotor.
5. KESIMPULAN
1. Industri kecil merespon permintaan pasar
dengan melakukan peningkatan terhadap
kuantitas produksi melalui perencanaan
produksi
yang
dilakukan
juga
menetapkan ketersediaan produk jadi
untuk merespon permintaan pelanggan
atau konsumen. Dan juga penurunan
tingkat delay yang terjadi terutama delay
kirim yang timbul sehingga dengan
demikian waktu pemenuhan yang dapat
dijanjikan pada konsumen menjadi lebih
singkat atau cepat atau terjadi penurunan
tingkat ketidakpastian yang terjadi. Selain
hal tersebut juga terjadi peningkatan
dalam hal keterampilan tenaga kerja
yang dimiliki oleh industri kecil guna
mendukung proses produksi yang
dilakukan dalam memenuhi permintaan
pasar sehingga menghasilkan output
produksi dengan tingkat produk good
yang tinggi dan scrap yang rendah.
Kondisi ini dapat meningkatkan tingkat
kepercayaan yang terjadi antara industri
kecil dengan para konsumennya.
2. Dalam merespon dinamika pemintaan
pasar tentu saja diperlukan strategistrategi yang dapat diambil oleh industri
kecil yaitu meliputi:

a. Strategi dalam penggunaan dana
dimana jika dana pinjaman kecil
maka peruntukkannya hanya pada
modal kerja dan bila dana pinjaman
besar maka peruntukannya untuk
modal kerja dan pengembangan
kapasitas produksi (investasi).
b. Peningkatan produktivitas tenaga
kerja yang dimiliki oleh industri kecil
guna mendukung proses produksi
dimana bila dengan produktivitas
tenaga kerja yang tinggi dapat
meningkatkan hasil produksi serta
mempercepat proses produksi yang
dilakukan oleh industri kecil dengan
tingkat scrap yang rendah.
3. Setelah melakukan serangkaian simulasi
dengan 4 skenario (skenario dasar,
skenario 1, skenario 2 dan skenario 3)
maka yang terpilih adalah skenario 3
yaitu skenario yang dibangun dengan
mengkombinasikan antara skenario 1
dan skenario 2 guna meningkatkan
modal
kerja
industri
kecil
dan
peningkatan produktivitas tenaga kerja
yang dimiliki melalui kebijakan tingkat
suku bunga rendah sehingga jumlah
peminjaman yang dilakukan industri kecil
dapat lebih besar guna meningkatkan
modal kerja. Dan juga kebijakan dalam
peningkatan jumlah pelatihan yang dapat
diikuti para tenaga kerja industri kecil
baik yang bersifat hard skill maupun soft
skill yang dilakukan secara intensif.
Kebjiakan ini diambil guna mendukung
strategi industri kecil dalam menghadapi
permintaan pasar dan meningkatkan
kinerja rantai pasok industri kecil.
6. REFERENSI
1. Agarwal, Ashis, Ravi Shankar, Purnendu
Mandal., 2007: Modelling Integration and
Responsiveness for Supply Chain ,
International Journal System Dynamics
and Policy Making.
2. Bernhard J. Angerhofer, Marios C.
Angiledes, 2000: Journal
System
Dynamics Modelling in Supply Chain
Management:
Research
Review
Proceedings of the 2000 Winter
Simulation Conference.
3. Buchory H. Ahmad dan Djaslim Saladin.,
2010: Manajemen Strategik, Linda Karya,
Cetakan Pertama, Bandung.

Analisis Kebijakan Rantai Pasok Industri Kecil Komponen Kendaraan
Bermotor Dengan Pendekatan Dinamika Sistem di Jawa Barat

10

4. Anwar, Lidya, 2006, Analisis Bullwhip
Effect Dalam Struktur Jaringan Rantai
Pasok Melalui Pendekatan Dinamika
Sistem (Studi Kasus Produk Teh
PTPN8) . Thesis, Program Pascasarjana
Teknik Manajemen Industri, Universitas
Pasundan, Bandung.
5. Anatan, Lina dan Lena Ellitan., 2008:
Supply Chain Management Teori dan
Aplikasi, Alfabeta, Bandung.
6. BPS, 2010: Jumlah Perusahaan Menurut
Subsektor
2001-2007,
http://www.bps.go.id (28 April, 2010)
7. Christopher, Martin, 2005: Logistics and
Supply Chain Management Creating
Value-Adding Networks, Prentice Hall,
New Jersey.
8. Chopra, Sunil and Peter Meindl., 2001:
Supply Chain Management (Strategy,
Planning, and Operation), Upper Saddle
River, New Jersey.
9. Departemen
Perindustrian.,
2005:
Kebijakan
Pembangunan
Industri,
http://www.depperin.go.id (20 April 2009).
10.
.,
2005:
Rancangan Undang-Undang Industri,
http://www.depperin.go.id (20 April 2009).
11.
.,
2007:
Statistika
Industri
Indonesia,
http://www.depperin.go.id (4 Mei 2009).
12. Insidewinme,
2008:
Permasalahan
Indonesia
Pasca
Krisis,
http://
insidewinme.blogspot.com
(20
April
2009).
13. Infoukm, 2008: Komparasi Karakteristik
Dasar UKM, http://www.wordpress.com
(7 Mei 2009).
14.
., 2008: Kinerja UKM di
Indonesia, http://www.wordpress.com (16
Juni 2009).
15. Kuncoro, Mundrajad., 2007: Ekonomika
Industri Indonesia Menuju Negara
Industri
Baru,
CV
Andi
Offset,
Yogyakarta.

16. M. Nurman Helmi., 2006: Analisis
Bullwhip Effect dalam Struktur Jaringan
Rantai Pasok Melalui Pendekatan
Dinamika Sistem , Procceding Seminar
Nasional Logistik 2006, Universitas
Pasundan, Bandung.
17.
.,
2006:
Model
Dinamika Sistem Penerapan Clean
Development Mehanism pada Produksi
Semen di PT. Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk , Procceding Seminar
Nasional Logistik 2006, Universitas
Pasundan, Bandung.
18. Oktaviaranto, Surakhmad., 2009: Analisis
Automotive Glass Manufacture Melalui
Pendekatan Sistem Dinamis, Thesis,
Program
Pascasarjana
Teknik
Manajemen
Industri,
Universitas
Pasundan, Bandung.
19. Pardede, Pontas. M., 2011: Manajemen
Strategik dan Kebijakan Perusahaan
(Pedoman Utama Pembuatan Rencana
Strategik atau Renacana Pembangunan
Jangka Panjang), Mitra Wacana Media,
Jakarta.
20. Pujawan, I Nyoman., 2001: Supply Chain
Management, Edisi Pertama, Guna
Widya, Surabaya.
21. Rinks B. Dan., 2002: Journal Systems
Dinamics in Supply Chain , Information
system and decision science, E.J. Ourse
College of Business Administration.
22. Simatupang,
Togar.
M.,
1994:
Pemodelan Sistem, Nindita, Klaten.
23. Sterman J.D., 2000: Business Dynamics:
Systems Thinking and Modeling for a
Complex World, McGraw-Hill, USA.
24. Sushil., 1993: System Dynamics A
Practical
Approach
for
Manajerial
Problems, Wiley Eastern Limited, New
Delhi.

Analisis Kebijakan Rantai Pasok Industri Kecil Komponen Kendaraan
Bermotor Dengan Pendekatan Dinamika Sistem di Jawa Barat

11