Kajian beberapa aspek agronomi tanaman obat meniran hijau dan meniran merah

KAJIAN BEBERAPA ASPEK AGRONOMI TANAMAN
OBAT MENIRAN HIJAU (Phyllanthus niruri L.) DAN
MENIRAN MERAH (Phyllanthus urinaria L.)

EVA OKTAVIDIATI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam disertasi
yang berjudul : Kajian Beberapa Aspek Agronomi Tanaman Obat Meniran Hijau
(Phyllanthus niruri L.) dan Meniran Merah (Phyllanthus urinaria L.) adalah
benar-benar karya saya dengan arahan komisi pembimbing, bukan hasil jiplakan
atau tiruan serta belum pernah diajukan dalam bentuk apapun untuk memperoleh
gelar program sejenis di perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutif dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis
lain telah dituliskan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian

akhir disertasi ini.

Bogor, Januari 2012
Eva Oktavidiati
NIM. A361020111

ABSTRACT
EVA OKTAVIDIATI. Study of Agronomic character of Medicinal Plants
Meniran (Phyllanthus niruri L. and Phyllanthus urinaria L.) Supervised by : M.
AHMAD CHOZIN as the chairman, NURHENI WIJAYANTO, MUNIF
GHULAMAHDI and LATIFAH K. DARUSMAN as the member of advisory
committee.
Phyllanthus niruri L. and Phyllanthus urinaria L. were identified as weeds
in rice plants and used as a medicinal plant. The objectives of this research were
(1) to identify and analyze public opinion which is the existence and used of
phyllanthus as medicinal plants, (2) to identify and analyze the morphological
character and contain of bioactive that can be used as selection criteria for
biomass production and high production of bioactive, (3) to identify and analyze
the diversity and genetic proximity 13 accessions of morphological character,
anthocyanin content and RAPD markers, (4) to identify and analyze the effects of

environmental factors (light, water and nutrients) on growth, biomass production
and contain of bioactive meniran. Exploration in Bangkalan and Gresik, East Java
Province, get 13 accessions belonging to six green meniran (Phyllanthus niruri
L.) accessions from Bangkalan, one red meniran (Phyllanthus urinaria L.)
accession from Bangkalan and six green meniran (Phyllanthus niruri L.)
accessions from Gresik. The results of a survey of public opinion indicated that
the meniran plant have already known and used by the community. Morphological
characters are correlated positively and significantly to the production of dry
biomass were plant height, leaf number, branch number, stem diameter and total
wet weight. Stem diameter, number of branches, total wet weight and leaf number
directly affects the production of dry biomass and can be used as characters for
selection. Exploration result carried out 13 accessions and 2 types meniran, green
meniran (Phyllanthus niruri L.) and red meniran (Phyllanthus urinaria L.), that
developed two groups including group A consists of all accessions green meniran
and group B consist of one red meniran accessions, based on RAPD markers.
Among 12 accessions of green meniran 2 accessions, green meniran from
Bangkalan (A6) and Gresik (A7), were higher on potential growth and biomass
production than the others. Though, red meniran from Bangkalan accession (A13)
has the great potential bioactive production. Based on the analysis, Phyllanthus
response to the differences treatment of shade, fertilization and soil water level

shown that to achieve the high growth and biomass production, green meniran
(A6 and A7) need opening condition until 25% shading, combination of fertilizer
manure + NPK and 100% soil water available to plants.Green meniran (A7) could
produce the high contain phyllantin under the without shade condition and manure
treatment. The high contain of hypophyllantin on green meniran (A7) need 50%
shading there with given manure. Red meniran on considerably conditions
(manure + NPK treatment and the availability of 50% soil water for the plants)
produce the high contain of anthocyanin leaf.
Key words: Phyllanthus, phyllantin, hypophyllantin, anthocyanin, flavonoid

RINGKASAN
EVA OKTAVIDIATI. Kajian Beberapa Aspek Agronomi Tanaman Obat Meniran
Hijau (Phyllanthus niruri L.) dan Meniran Merah (Phyllanthus urinaria L.).
Komisi Pembimbing : M. AHMAD CHOZIN (Ketua), NURHENI WIJAYANTO,
MUNIF GHULAMAHDI dan LATIFAH K. DARUSMAN (Anggota).
Meniran (Phyllanthus niruri L. dan Phyllanthus urinaria L.) teridentifikasi
sebagai gulma tanaman padi yang keberadaannya tidak dikehendaki. Meskipun
demikian, sebagian masyarakat sudah mengenal dan menggunakan meniran
sebagai salah satu tanaman berkhasiat obat. Hasil penelitian farmakologi
menunjukkan bahwa meniran mempunyai aktivitas antihepatotoksik,

hipoglikemik, antibakteri, diuretik, aktivitas antimicrobial dan aktivitas
antiplasmodial. Seiring dengan meningkatnya permintaan terhadap komoditas
tanaman obat maka usaha pembudidayaan tanaman obat menjadi penting untuk
dilakukan agar ketersediaannya berlangsung secara terus menerus. Sejauh ini
belum banyak ditemukan teknik agronomi yang tepat dalam pembudidayaan
tanaman meniran.
Penelitian dilakukan dalam lima kegiatan yaitu (1) Eksplorasi meniran
hijau (Phyllanthus niruri L.) dan meniran merah (Phyllanthus urinaria L.) di
Kabupaten Bangkalan dan Gresik Propinsi Jawa Timur, (2) Analisis keragaman
karakter morfologi, kandungan antosianin daun dan hubungan kekerabatan 13
aksesi meniran menggunakan penanda molekuler, (3) Pertumbuhan dan
kandungan total filantin dan hipofilantin aksesi meniran hijau (Phyllanthus niruri
L.) dan meniran merah (Phyllanthus urinaria L.) pada berbagai tingkat naungan,
(4) Pertumbuhan dan kandungan total filantin dan hipofilantin meniran hijau
(Phyllanthus niruri L.) dan meniran merah (Phyllanthus urinaria L.) pada
berbagai cara pemupukan, (5) Pertumbuhan dan kandungan antosianin daun
meniran hijau (Phyllanthus niruri L.) dan meniran merah (Phyllanthus urinaria
L.) pada berbagai kadar air tanah tersedia. Penelitian ini bertujuan untuk : (1)
mengidentifikasi dan menganalisis pendapat masyarakat tentang keberadaan dan
pemanfaatan tanaman meniran sebagai tanaman obat, (2) mengidentifikasi dan

menganalisis karakter morfologi dan kandungan bioaktif yang dapat digunakan
sebagai kriteria seleksi produksi biomassa dan produksi bioaktif yang tinggi, (3)
mengidentifikasi dan menganalisis keragaman karakter morfologi, kandungan
antosianin dan hubungan kekerabatan aksesi meniran berdasarkan penanda
RAPD, (4) mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh faktor lingkungan
(cahaya, air dan unsur hara) terhadap pertumbuhan, produksi biomassa dan
kandungan bioaktif meniran.
Eksplorasi meniran di Kabupaten Bangkalan dan Gresik Propinsi Jawa
Timur mendapatkan 13 aksesi meniran yang terdiri dari enam aksesi meniran
hijau asal Bangkalan, satu aksesi meniran merah asal Bangkalan dan enam aksesi
meniran hijau asal Gresik. Hasil survei terhadap pendapat masyarakat
menunjukkan bahwa tanaman meniran sudah dikenal dan dimanfaatkan oleh
masyarakat. Hal ini sangat mendukung untuk menjadikan tanaman meniran
menjadi tanaman obat yang dapat dibudidayakan di masyarakat mengingat
keberadaannya akan punah apabila dilakukan pengambilan secara terus menerus
tanpa ada kegiatan pembudidayaan.

Karakter morfologi yang berkorelasi positif dan nyata terhadap produksi
biomassa kering adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, diameter
batang dan bobot basah total. Diameter batang, jumlah cabang, bobot basah total

dan jumlah daun berpengaruh langsung terhadap produksi biomassa kering dan
dapat dijadikan sebagai karakter untuk seleksi. Dari karakter morfologi yang
diamati, tidak satupun karakter yang dapat digunakan sebagai karakter seleksi
terhadap kandungan flavonoid. Hasil eksplorasi 13 aksesi meniran mendapatkan
2 jenis meniran yaitu meniran hijau (Phyllanthus niruri L.) dan meniran merah
(Phyllanthus urinaria L.) yang membentuk 3 kelompok berdasarkan keragaman
karakter morfologi dan kandungan antosianin daun. Diantara 12 aksesi meniran
hijau terdapat 2 aksesi yaitu aksesi meniran hijau asal Bangkalan (A6) dan Gresik
(A7) mempunyai potensi pertumbuhan dan produksi biomassa yang lebih tinggi.
Sedangkan aksesi meniran merah asal Bangkalan (A13) mempunyai potensi
produksi bioaktif yang besar. Selanjutnya aksesi meniran hijau asal Bangkalan
(A6) dan Gresik (A7) dipilih untuk digunakan pada penelitian selanjutnya.
Berdasarkan kekerabatan secara molekuler terdapat 2 kelompok yaitu kelompok A
terdiri dari semua aksesi meniran hijau dan kelompok B terdiri dari satu aksesi
meniran merah.
Berdasarkan hasil analisis tanggap tanaman meniran terhadap perlakuan
pemberian naungan, pemupukan dan kadar air tanah yang berbeda didapatkan
hasil bahwa untuk menghasilkan pertumbuhan dan produksi biomassa yang tinggi,
meniran hijau (A6 dan A7) membutuhkan kondisi terbuka hingga ternaungi 25%,
pemberian pupuk berupa kombinasi pemberian pupuk kandang + NPK dan kadar

air tanah 100% tersedia bagi tanaman.
Meniran hijau (A7) membutuhkan kondisi tanpa naungan dan pemberian
pupuk kandang untuk menghasilkan kandungan filantin yang tinggi. Kandungan
hipofilantin yang tinggi pada meniran hijau (A7) membutuhkan kondisi ternaungi
50% disertai pemberian pupuk kandang. Meniran merah (A13) dengan pemberian
pupuk kandang + NPK, kadar air tanah 50% tersedia bagi tanaman menghasilkan
kandungan antosianin daun yang tinggi
Kata kunci : Meniran merah, meniran hijau, biomassa, bioaktif, potensi

©Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah.
b. pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.


KAJIAN BEBERAPA ASPEK AGRONOMI TANAMAN OBAT
MENIRAN HIJAU (Phyllanthus niruri L.) DAN MENIRAN
MERAH (Phyllanthus urinaria L.)

EVA OKTAVIDIATI

Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Agronomi

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

Penguji pada Ujian Tertutup : Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, M.S.
Dr. Ani Kurniawati, SP, M.Si
Penguji pada Ujian Terbuka : Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, M.Sc
Dr. James Sinambela, Apt.


Judul Disertasi

:

Kajian Beberapa Aspek Agronomi Tanaman Obat
Meniran Hijau (Phyllanthus niruri L.) dan Meniran
Merah (Phyllanthus urinaria L.)

Nama

: Eva Oktavidiati

NIM

:

A361020111

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. M.Ahmad Chozin, M.Agr
Ketua

Prof. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, M.S
Anggota

Prof. Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, M.S
Anggota

Prof. Dr. Ir. Latifah K.Darusman, M.S
Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Agronomi

Dekan Sekolah Pascasarjana


Prof. Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, M.S

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian : 10 Januari 2012

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanawataa’la atas segala
Rahmat dan Karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan
disertasi yang berjudul ‘Kajian Beberapa Aspek Agronomi Tanaman Obat
Meniran Hijau (Phyllanthus niruri L.) dan Meniran Merah (Phyllanthus urinaria
L.)’.
Penelitian dan penulisan disertasi ini berlangsung di bawah bimbingan
Prof. Dr. Ir. M. Ahmad Chozin, M.Agr selaku ketua Komisi Pembimbing, Prof.
Dr. Ir. Nurheni Wijayanto. M.S, Prof. Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, M.S dan Prof.
Dr. Ir. Latifah K. Darusman, M.S selaku anggota Komisi Pembimbing. Pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan atas waktu
dan kesempatan yang telah diluangkan dalam mengarahkan dan membimbing
penulis. Semoga semua ini menjadi ilmu yang bermanfaat dan amal jariah dimana
pahalanya mengalir terus sampai ke Yaumil Akhir.
Penghargaan dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Koordinator Kopertis Wilayah II Palembang dan Rektor Universitas
Muhammadiyah Bengkulu yang telah memberikan izin belajar.
2. Dirjen DIKTI yang telah memberikan beasiswa BPPS.
3. Rektor Institut Pertanian Bogor, Dekan Sekolah Pascasarjana, Dekan
Fakultas Pertanian dan Ketua Program Studi Agronomi Sekolah
Pascasarjana IPB yang telah menerima penulis untuk melanjutkan studi di
Institut Pertanian Bogor.
4. Dr. Ir. Ahmad Junaidi, MSc dan Dr. Ir. Maya Melati, MS, MSc selaku
penguji luar komisi saat Ujian Kualifikasi Program Doktor yang telah
memberikan saran-saran dan koreksi konstruktif.
5. Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, M.S dan Dr. Ani Kurniawati, SP, M.Si selaku
penguji luar komisi pada Ujian Tertutup yang telah memberikan saransaran dan koreksi konstruktif.
6. Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, M.Sc dan Dr. James Sinambela, Apt. selaku
penguji luar komisi pada Ujian Terbuka yang telah memberikan saransaran dan koreksi konstruktif.

7. Dosen di Fakultas Pertanian Sekolah Pascasarjana IPB atas semua ilmu
yang telah diberikan, khususnya kepada (Almarhumah) Prof. Dr. Ir. Sriani
Sujiprihati, MS, Dr. Muhammad Syukur,SP,MSi dan Dr. Rahmi Yuniarti,
SP, MSi yang banyak memberikan Ilmu tentang Pemuliaan Tanaman dan
nasehat agar penulis tetap semangat.
8. Dr. Ir. Satriyas Ilyas, MS dan Dr. Ir. Trikoesoemaningtyas, MS berturutturut sebagai moderator pada kolokium dan seminar hasil penelitian di
Pascasarjana IPB.
9. Dekan dan rekan-rekan Dosen di Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Bengkulu atas semua bantuan dan doanya.
10. Staf dan Pegawai Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian IPB atas kerjasama dan bantuannya.
11. Ibunda tercinta Hj. Aminah Djamil yang telah menemani hari-hari penulis
menempuh dan menyelesaikan pendidikan dari kecil hingga saat ini
dengan kasih sayang dan doa yang tak putus-putusnya agar ananda dapat
berhasil dan berguna dalam kehidupan ini. Almarhun Ayahanda
Syamsulbahri semoga dilapangkan kuburnya dan diampuni oleh Allah
Subhanawataa’la seluruh khilaf dan dosanya yang sampai akhir hidupnya
selalu mendoakan ananda agar dapat menyelesaikan studi S3 di IPB.
12. Ibu Mertua Hj. Soepatmi yang selalu memberikan doa dan pengertiannya.
13. Suami tercinta Dr. Ir. Sunaryadi, MS dan ananda tersayang Yesa Vadina
Afrasari, Divka Rayadi Ichmantara dan Davincka Muhammad Rayadi atas
pengertian, pengorbanan, doa dan kasih sayangnya, yang telah
menguatkan mama selama ini.
14. Bapak Adang Ruhiat selaku Kepala Kebun Percobaan Sawah Baru, Bapak
Milin selaku Kepala Kebun Percobaan Rumah Kaca Cikabayan, Bapak
Yudiansyah, Bapak Joko Mulyono, Ibu Ismi, Pak Ari, Agung Zaim, Mbak
Nunuk di Laboratorium.
15. Saudaraku Ir. Yulius Hero, MSc, Trismana Fitra Jaya, SE, Yopita Sari
S.Hut dan Nova Dewi Yani, S.Agb dan keluarga masing-masing, serta
keluarga Dr. Ir. Dwi Wahyuni Ganefianti, MSi atas semua bantuan dan
doanya.

16. Saudara ipar Eliyawati, SP dan John Harry atas semua bantuan dan
doanya.
17. Teman-teman di semua angkatan, Mbak Siti, Mbak Robi, Mbak Ika, Mbak
Arifah, Yuk Atra, Yuk Mega, Mbak Reni, Mbak Ririn, Pak Amin, Pak
Ismail, Pak Edison, Pak Bahar, Pak Agus, Bu Widi, Mbak Sri, Mbak
Mawi, Ajis, Amis Naipa, Hilda, Maisura, Safrizal, dan semua pihak yang
tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu,
diucapkan banyak terima kasih.
18. Rekan-rekan seperjuangan satu bimbingan, Pak Haris, Bu Selvie, Pak Hadi
dan Pak Dwi yang telah sama-sama berbagi semangat dan satu cita-cita
untuk bisa menyelesaikan program doktor tepat waktu sebelum
dieliminasi.

Semoga karya ini bermanfaat bagi pengembangaan ilmu pengetahuan
khususnya di bidang pertanian.

Bogor, Januari 2012
Eva Oktavidiati

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bengkulu Selatan pada tanggal 5 Oktober 1968,
merupakan putri ketiga dari lima bersaudara, dari Ayahanda Syamsulbahri
(Almarhum) dan Ibunda Aminah Djamil. Penulis menikah dengan Dr. Ir.
Sunaryadi, M.Si. pada tanggal 14 Mei 1995. Sampai saat ini penulis telah
dikaruniai tiga orang anak, seorang putri bernama Yesa Vadina Afrasari (Dina)
dan dua orang putra Divka Rayadi Ichmantara (Divka) dan Davincka Muhammad
Rayadi (Davi).
Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Agronomi, Jurusan
Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, lulus pada tahun
1991. Jenjang strata dua (S2) di Program Studi Agronomi Program Pascasarjana
IPB lulus tahun 2001. Selanjutnya, sejak tahun 2002 mengikuti jenjang starata
tiga (S3) pada Program Studi Agronomi Sekolah Pascasarjana IPB.
Penulis adalah penerima Tunjangan Ikatan Dinas (TID) dari Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan dan ditempatkan di Kopertis Wilayah II Palembang
diperbantukan (dpk) pada Universitas Muhammadiyah Bengkulu pada tahun 1994
dan sampai sekarang penulis merupakan Staf Pengajar di Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Bengkulu.
Karya ilmiah yang berjudul ‘Pertumbuhan Tanaman dan Kandungan Total
Filantin dan Hipofilantin Aksesi Meniran (Phyllanthus sp. L.) pada Berbagai
Tingkat Naungan’ telah diterbitkan pada Jurnal Penelitian Tanaman Industri
17(1): Maret 2011. Karya ilmiah ini merupakan bagian dari disertasi program S3
penulis.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL…………………………………………………..

xvii

DAFTAR GAMBAR……………………………………………….

Xx

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………..

xxi

PENDAHULUAN
Latar Belakang…………………………………………..
Perumusan Masalah …………………………………….
Tujuan Penelitian ……………………………………….
Hipotesis…………………………………………………
Ruang lingkup penelitian………………………………..
TINJAUAN PUSTAKA

1
4
5
5
6

Klasifikasi, Botani dan Syarat Tumbuh Meniran………..
Manfaat dan Kandungan Kimia…………………………
Senyawa Bioaktif Golongan Flavonoid…………………
Senyawa Bioaktif Golongan Lignan…………………….
Jalur Pembentukan Lignan………………………………
Pengaruh Cahaya, Air dan Unsur Hara………………….
EKSPLORASI MENIRAN HIJAU (Phyllanthus niruri L.) DAN
MENIRAN MERAH (Phyllanthus urinaria L.) DI KABUPATEN
BANGKALAN DAN GRESIK PROPINSI JAWA TIMUR
Abstrak…………………………………………………..
Abstract………………………………………………….
Pendahuluan……………………………………………..
Bahan dan Metode………………………………………
Hasil dan Pembahasan…………………………………..
Simpulan…………………………………………………
ANALISIS KERAGAMAN KARAKTER MORFOLOGI,
KANDUNGAN ANTOSIANIN DAUN DAN HUBUNGAN
KEKERABATAN 13 AKSESI MENIRAN MENGGUNAKAN
PENANDA MOLEKULER
Abstrak……………………………………………………
Abstract……………………………………………………
Pendahuluan ………………………………………………
Bahan dan Metode………………………………………..
Hasil dan Pembahasan…………………………………….
Simpulan ………………………………………………….

9
10
11
15
17
19

23
23
24
26
30
46

47
47
48
49
55
64

Halaman
PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN TOTAL FILANTIN
DAN HIPOFILANTIN AKSESI MENIRAN HIJAU (Phyllanthus
niruri L.) DAN MENIRAN MERAH (Phyllanthus urinaria L.)
PADA BERBAGAI TINGKAT NAUNGAN
Abstrak…………………………………………………….
Abstract……………………………………………………
Pendahuluan ………………………………………………
Bahan dan Metode………………………………………..
Hasil dan Pembahasan…………………………………….
Simpulan…………………………………………………..
PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN TOTAL FILANTIN
DAN HIPOFILANTIN MENIRAN HIJAU (Phyllanthus niruri L.)
DAN MENIRAN MERAH (Phyllanthus urinaria L.) PADA
BERBAGAI CARA PEMUPUKAN
Abstrak…………………………………………………….
Abstract……………………………………………………
Pendahuluan ………………………………………………
Bahan dan Metode………………………………………...
Hasil dan Pembahasan…………………………………….
Simpulan…………………………………………………..
PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN ANTOSIANIN DAUN
MENIRAN HIJAU (Phyllanthus niruri L.) DAN MENIRAN
MERAH (Phyllanthus urinaria L.) PADA BERBAGAI KADAR
AIR TANAH TERSEDIA
Abstrak…………………………………………………….
Abstract……………………………………………………
Pendahuluan ………………………………………………
Bahan dan Metode………………………………………..
Hasil dan Pembahasan…………………………………….
Simpulan…………………………………………………..
PEMBAHASAN UMUM………………………………………….
SIMPULAN DAN SARAN……………………………………….
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………
LAMPIRAN ……………………………………………………….

65
65
66
67
71
77

79
79
80
82
87
97

99
99
100
103
107
112
113
127
129
139

DAFTAR TABEL

Halaman
1

2
3
4
5

6
7
8
9
10

11

12

13
14
15
16
17

Daftar aksesi meniran beserta asal-usulnya yang diperoleh dari
hasil eksplorasi di Kabupaten Bangkalan dan Gresik Propinsi
Jawa Timur……………………………………………………..
Keadaan iklim, kadar air tanah dan keasaman tanah pada
setiap lokasi pengambilan sampel di Kabupaten Bangkalan….
Keadaan iklim, kadar air tanah dan keasaman tanah pada
setiap lokasi pengambilan sampel di Kabupaten Gresik………
Uraian deskripsi informasi masyarakat tentang tanaman
meniran…………………………………………………………
Rata-rata tinggi tanaman, jumlah daun majemuk, jumlah
cabang, bobot basah total, bobot kering total dan kandungan
flavonoid 13 aksesi meniran…………………………………
Koefisien korelasi antar pasangan karakter pada 13 aksesi
meniran ……………………………………………………….
Pengaruh langsung dan tidak langsung beberapa karakter
morfologi terhadap bobot kering total ………………………...
Pengaruh langsung dan tidak langsung beberapa karakter
morfologi terhadap kandungan flavonoid……………………
Bahan reaksi PCR analisis RAPD keragaman 13 aksesi
meniran…………………………………………………………
Pengaruh aksesi terhadap tinggi tanaman, jumlah daun
majemuk, jumlah cabang, diameter batang dan bobot 1000 biji
meniran umur 10 MST…………………………………………
Pengaruh aksesi terhadap bobot basah akar (BBA), batang
(BBB), daun (BBD) dan bobot basah total (BBT) meniran
umur 10 MST ………………………………………………….
Pengaruh aksesi terhadap bobot kering akar (BKA), batang
(BKB), daun (BKD) dan bobot kering total (BKT) meniran
umur 10 MST ………………………………………………….
Pengaruh aksesi terhadap kandungan antosianin daun meniran
umur 10 MST ………………………………………………….
Nilai ciri dua komponen utama 14 karakter 13 aksesi meniran..
Karakter morfologi pembentuk komponen utama……………..
Jumlah pita polimorfisme yang dihasilkan oleh 5 primer……...
Pengaruh naungan terhadap tinggi tanaman, jumlah daun
majemuk dan diameter batang 13 aksesi meniran umur 10
minggu setelah tanam………………………………………….

30
33
34
37

39
39
41
43
53

55

56

57
58
60
60
62

71

Halaman
18
19

20

21
22
23
24
25
26

27
28

29
30
31

33

34

35

Pengaruh interaksi naungan terhadap jumlah cabang 13 aksesi
meniran…………………………………………………………
Pengaruh aksesi terhadap bobot basah daun, bobot basah
batang, bobot basah akar dan bobot basah total meniran umur
10 minggu setelah tanam……………………………………….
Pengaruh aksesi terhadap bobot kering daun, bobot kering
batang, bobot kering akar dan bobot kering total meniran umur
10 minggu setelah tanam……………………………………….
Kandungan total filantin dan hipofilaantin dari tiga aksesi
meniran pada berbagai tingkat naungan………………………..
Pengaruh pemupukan terhadap jumlah cabang dan diameter
batang dua jenis meniran umur 10 minggu setelah tanam……..
Interaksi pemupukan terhadap tinggi tanaman dua jenis
meniran umur 4 minggu setelah tanam………………………..
Interaksi pemupukan terhadap jumlah daun majemuk meniran
umur 2 minggu setelah tanam………………………………….
Interaksi pemupukan terhadap bobot basah batang dua jenis
meniran umur 10 minggu setelah tanam……………………….
Pengaruh pemupukan terhadap bobot kering akar, bobot kering
daun, bobot kering total dua jenis meniran umur 10 minggu
setelah tanam…………………………………………………..
Interaksi pemupukan terhadap bobot kering batang dua jenis
meniran umur 10 minggu setelah tanam……………………….
Pengaruh pemupukan terhadap bobot kering akar, bobot kering
daun, bobot kering total dua jenis meniran umur 10 minggu
setelah tanam…………………………………………………...
Interaksi pemupukan terhadap kandungan antosianin daun dua
jenis meniran umur 10 minggu setelah tanam…………………
Kandungan total filantin dan hipofilantin dari tiga aksesi
meniran pada berbagai cara pemupukan……………………….
Pengaruh kadar air tanah tersedia terhadap tinggi tanaman,
jumlah daun, jumlah cabang dan diameter batang dua jenis
meniran umur 10 minggu setelah tanam……………………….
Pengaruh kadar air tanah tersedia terhadap bobot kering akar,
bobot kering batang, bobot kering daun dan bobot kering total
dua jenis meniran umur 10 minggu setelah tanam……………..
Interaksi kadar air tanah tersedia terhadap kandungan klorofil
a, klorofil b, total klorofil dan antosianin daun dua jenis
meniran umur 10 minggu setelah tanam……………………….
Persyaratan mutu simplisia meniran berdasarkan Farmakope
Herbal Indonesia (2008)……………………………………….

72

73

74
76
87
88
89
91

92
93

94
95
96

107

110

111
125

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Diagram alur penelitian………………………………………..
Penampilan meniran hijau dan meniran merah………………..
Jalur pembentukan metabolisme primer dan sekunder pada
tanaman …………………………………..................................
Jalur pembentukan fenilpropanoid dan jalur biosintesis
flavonoid ………………………………...................................
Struktur kimia antosianin………………………………………
Struktur kimia filantin dan hipofilantin………………………..
Senyawa aromatik berasal dari asam 5-dehidrokuinat………..
Senyawa aromatik berasal dari asam p-kumarat………………
Peta Kabupaten Bangkalan dan letak lokasi pengambilan
sampel………………………………………………………….
Peta Kabupaten Gresik dan letak lokasi pengambilan sampel...
Diagram lintas beberapa karakter morfologi yang berpengaruh
terhadap bobot kering total ………..………………………….
Diagram lintas beberapa karakter morfologi yang berpengaruh
terhadap kandungan flavonoid………………………………..
Dendrogram analisis gerombol karakter morfologi 13 aksesi
meniran…………………………………………………………
Analisis komponen utama karakter morfologi 13 aksesi
meniran…………………………………………………………
Dendrogram 13 aksesi meniran berdasarkan profil pola pita
DNA dengan teknik RAPD……………………………………
Kandungan total filantin dan hipofilantin meniran aksesi tujuh
pada berbagai tingkat naungan…………………………………
Kandungan hara N, P, dan K pada jaringan tanaman meniran
hijau dan meniran merah pada berbagai cara pemupukan…….
Kandungan total filantin dan hipofilantin meniran hijau asal
Gresik (A7) pada berbagai cara pemupukan…………………..
Penampilan (a) meniran hijau terserang hama, (b) dan meniran
merah yang sehat ……………………………………………...
Tepi daun (a) meniran hijau tanpa trikoma, (b) meniran merah
dengan trikoma ………………………….…………………….

7
10
13
14
15
16
17
18
32
35
42
45
59
61
62
76
97
99
120
121

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Data biner 32 pita DNA dari 5 primer RAPD pada 13 aksesi
meniran…………………………………………………………..
Metode analisis kandungan klorofil dan antosianin daun (mg g1 bobot kering)…………………………………………………..
Prosedur analisis jaringan tanaman untuk penetapan kadar
Nitrogen (N)……………………………………………………..
Prosedur analisis jaringan tanaman untuk penetapan kadar
Posfor (P) ……………………………………………………….
Prosedur analisis jaringan tanaman untuk penetapan kadar
Kalium (K)………………………………………………………
Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum penelitian pemupukan...
Hasil analisis kandungan unsur hara, kadar air dan abu pupuk
kandang (kotoran ayam)…………………………………………
Hasil analisis kandungan NPK jaringan tanaman meniran……..
Kromatografi hasil analisis HPLC dan contoh perhitungan
kandungan total filantin dan hipofilantin meniran………………

140
141
142
143
145
146
146
147
148

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi yang
tersebar di berbagai tipe habitat. Di hutan tropis Indonesia terdapat sekitar 30 ribu
tumbuhan jauh melebihi daerah tropis lainnya seperti Amerika Selatan dan Afrika
barat. Diketahui, sekitar 9600 spesies berkhasiat obat dan sekitar 200 spesies
diantaranya merupakan tumbuhan obat penting bagi industri obat tradisional
(Sampoerno 1999, Zuhud et al. 2001; Azmy 2002). Pada tahun 2008 penduduk
Indonesia yang menggunakan obat tradisional termasuk diantaranya obat herbal
mencapai 22.26% (BPS 2009). Menteri kesehatan dalam laporannya menyebutkan
bahwa menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 80% penduduk dunia
bergantung pada pengobatan tradisional, termasuk obat herbal (Depkes 2009).
Perubahan pola pikir masyarakat menuju gerakan hidup kembali ke alam
(back to nature) yang dalam pelaksanaannya membiasakan hidup dengan
menghindari bahan-bahan kimia sintesis dan lebih mengutamakan bahan-bahan
alami, semua yang serba natural semakin digemari dan dicari orang (WHO 2000;
Wayland 2004; Lynch dan Berry 2007). Kecenderungan untuk kembali ke alam
sudah menjadi gaya hidup dan kebutuhan pada berbagai kalangan masyarakat,
tidak hanya di pedesaan, masyarakat di perkotaan dan kalangan menengah ke atas
juga mulai banyak mengkonsumsi jamu untuk menjaga kebugaran dan kesehatan
tubuhnya.
Meniran (Phyllanthus sp. L.) teridentifikasi sebagai gulma tanaman padi
(Soerjani et al. 1987) yang keberadaannya tidak dikehendaki. Meskipun demikian,
sebagian masyarakat sudah mengenal dan menggunakan meniran sebagai salah
satu tanaman berkhasiat obat. Hasil penelitian farmakologi menunjukkan bahwa
meniran mempunyai aktivitas antihepatotoksik (Syamasundar et al. 1985; Sabir
dan Rocha 2008; Manjrekar et al. 2008), hipoglikemik, antibakteri, diuretika
(Narayana et al. 2001; Manjrekar et al. 2008; Lopez-Lazaro 2009), aktivitas
antimicrobial (Chitravadivu et al. 2009; Akin-Osanaiye et al. 2011)) dan aktivitas
antiplasmodial (Oluwafemi dan Debiri 2008; Njomnang Soh et al. 2009). Uji
toksiksitas akut terhadap Phyllanthus niruri L. termasuk dalam kelas toksik ringan

2

berdasarkan kriteria Gleason dengan LD50 1588.781 mg kg BB-1 dan tidak
ditemukan gejala klinis ketoksikan yang nyata pada mencit sebagai hewan
percobaan. Dengan demikian herba meniran aman untuk digunakan bagi manusia
(Halim 2010).
Uji fitokimia yang dilakukan pada tanaman meniran asal B2P2TO-OT
Tawangmangu menunjukkan meniran mengandung metabolit sekunder dari
golongan flavonoid, fenol hidroquinon, steroid, tanin, saponin dan lignan
(Wahyuni 2010). Akin-Osanaiye et al. (2011) menyatakan pada daun, akar dan
batang Phyllanthus amarus (Schum dan Tonn) terdapat alkaloid, tanin, flavonoid,
saponin, glikosida tetapi tidak ditemukan steroid. Sejauh ini kualitas meniran
ditentukan berdasarkan kandungan senyawa penanda tunggal dari golongan lignan
(Elfahmi 2006; Murugaiyah dan Chan 2008). Lignan utama dari genus ini adalah
filantin dan hipofilantin. Keberadaan filantin dapat digunakan sebagai senyawa
identitas dalam menganalisis ekstrak kental herba meniran (BPOM 2004). Figuera
et al. (2006) mendapatkan kandungan lignan dari 0.65 hingga 1.24% bobot kering
diantara 4 daerah yang diteliti. Kultivar amarus CIM-Jeevan mempunyai
kandungan filantin 0.70-0.77% bobot kering (tanaman kontrol filantin 0.30-0.36%
bobot kering) sedangkan kandungan hipofilantin berkisar antara 0.32-0.37% bobot
kering (tanaman kontrol 0.12-0.17% bobot kering) (www.freepatentsonline.com).
Seiring dengan meningkatnya permintaan terhadap komoditas tanaman
obat maka usaha pembudidayaan tanaman obat menjadi penting untuk dilakukan
agar ketersediaannya berlangsung secara terus menerus. Sejauh ini belum banyak
ditemukan teknik agronomi yang tepat dalam pembudidayaan tanaman meniran.
Beberapa pustaka menunjukkan pengaruh dari naungan terhadap pertumbuhan
dan produksi biomassa meniran (Tunggal 2002, Tresnawati 1993; Emmyzar et al.
1993) tetapi tidak ada informasi adanya hubungan antara perlakuan budidaya
terhadap kandungan bioaktifnya. Sampai saat ini sangat sulit menemukan petani
atau pihak tertentu yang membudidayakan meniran secara khusus.
Ghulamahdi (2003) menyatakan bahwa untuk berproduksi tinggi maka
budidaya tanaman obat harus dilakukan di tempat yang lingkungannya cocok
untuk kebutuhan spesies tersebut. Adapun kondisi lingkungan yang diperlukan
untuk masing-masing spesies dapat dilihat dari tempat asal spesies tersebut

3

ditemukan.

Pengetahuan mengenai taksonomi berupa pengelompokan jenis

spesies dalam famili akan sangat membantu cara perbaikan dan budidaya spesies
tersebut. Hal ini yang mendasari penyusunan perbaikan cara budidaya,
peningkatan produksi per satuan luas dan peningkatan kandungan bioaktif
tanaman.
Berdasarkan hal yang telah dikemukakan maka deskripsi tanaman
merupakan hal penting untuk dilakukan karena dapat memberikan informasi
tentang ciri-ciri dan sifat-sifat tanaman yang dapat digunakan sebagai pedoman di
dalam penelitian para pemulia dan budidayanya. Identifikasi tanaman dan analisis
hubungan kekerabatan antar tanaman dapat dilakukan secara kombinasi
menggunakan penanda morfologi, sifat agronomi atau analisis biokimia seperti
isozim (Waugh 1997). Analisis keragaman morfologi dilakukan dengan
menggunakan data hasil pengamatan atau pengukuran karakter morfologi tertentu.
Kelemahan analisis genetik menggunakan penanda morfologi adalah biasanya
dipengaruhi oleh lingkungan makro dan mikro serta umur suatu individu.
Kesulitan lain akan terjadi apabila karakter kuantitatif yang diatur oleh banyak
gen terekspresi pada akhir pertumbuhan seperti karakter hasil (Weising et al.
1995). Informasi mengenai keragaman genetik tanaman merupakan modal dasar
bagi para ahli pemuliaan dalam upaya melakukan perbaikan dan pengembangan
tanaman. Karakterisasi fenotip perlu didukung oleh karakterisasi yang dilakukan
melalui penanda molekuler. Analisis pada tingkat molekul dapat dilakukan
dengan teknik RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA). Teknik RAPD
memiliki kelebihan dibanding dengan teknik lainnya yaitu lebih sederhana.
Dengan hanya menggunakan beberapa nanogram DNA total genom telah mampu
mendeteksi pola pitanya. Primer oligonukleotida yang digunakan relatif lebih
pendek yaitu hanya 10 sampai 20 mer. Namun teknik ini memiliki kekurangan
karena tidak mampu mengidentifikasi heterozigot (Waugh 1997).
Stimulasi produksi bioaktif pada tanaman dapat dilakukan melalui
manipulasi faktor lingkungan seperti cahaya, air dan pemupukan. Gould dan
Lister (2006) mendapatkan terjadinya peningkatan kandungan flavonoid pada
tanaman yang mengalami cekaman cahaya. Peningkatan ini akan semakin tinggi

4

apabila diikuti dengan terjadinya cekaman air. Hal ini merupakan mekanisme
sistem pertahanan tanaman terhadap lingkungan yang kurang menguntungkan
dengan mengeluarkan senyawa metabolit sekunder (Gould dan Lister 2006).
Unsur hara esensial seperti nitrogen, fosfor dan kalium merupakan unsur
penting yang diperlukan dalam proses metabolisme pertumbuhan tanaman. Pupuk
anorganik (NPK) dapat menyediakan unsur hara tersedia langsung bagi tanaman.
Sedangkan pupuk kandang sebagai pupuk organik dapat memperbaiki sifat fisik
dan meningkatkan kesuburan tanah. Pupuk organik memberikan bagian yang
terbesar untuk lokasi pertukaran kation di dalam tanah dengan kapasitas buffer
bahan organik yang rendah (Babbar dan Zak 1994).
Perumusan Masalah
Meniran (Phyllanthus niruri L. dan Phyllanthus urinaria L.) merupakan
tanaman berkhasiat obat. Produksi kandungan bioaktif meniran dibutuhkan
sebagai bahan baku obat yang keberadaanya harus tersedia terus menerus. Hal ini
membutuhkan penyediaan bahan tanam maupun teknik budidaya yang tepat di
lapangan.
Mengingat meniran masih dianggap sebagai tumbuhan liar dan ada juga
yang mengelompokan sebagai gulma maka penelitian mengenai keberadaan
meniran yang ada di alam maupun meniran yang sudah dibudidayakan perlu
dilakukan. Penelitian dimulai dengan melakukan eksplorasi terhadap keberadaan
tanaman meniran di alam. Sebagai pembanding dilakukan penanaman meniran
dari alam dalam kondisi lingkungan yang sama untuk melihat gambaran
pertumbuhan tanaman dari penanaman hingga panen. Dari beberapa aksesi yang
ada selanjutnya dilakukan seleksi terhadap karakter morfologi yang berhubungan
dengan peningkatan bobot kering total dan kandungan flavonoid. Selanjutnya
dilakukan analisis keragaman morfologi dan genetik untuk melihat hubungan
kekerabatan diantara aksesi yang ada. Untuk melengkapi data dilakukan penelitian
melalui pengumpulan data dari masyarakat sekitar lokasi pengumpulan tanaman.
Data yang dituju adalah seberapa besar pengetahuan masyarakat tentang tanaman
meniran, manfaat sebagai tanaman obat maupun kegiatan budidayanya. Kegiatan
penelitian berikutnya adalah melihat respon yang ditunjukkan oleh tanaman
terhadap faktor lingkungan tanaman seperti cahaya, unsur hara dan air. Sejauh ini,

5

informasi tentang respon pertumbuhan dan produksi bioaktif terhadap perlakuan
naungan, pemupukan dan penentuan kadar air tersedia bagi tanaman meniran
belum banyak dilaporkan. Hal ini sangat perlu dilakukan karena kondisi ideal
untuk tanaman obat adalah kombinasi biomassa dan bioaktif yang tinggi.

Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi
mengenai keragaman plasma nutfah meniran dan mendapatkan rancangan
teknologi budidaya (naungan, pemupukan dan kadar air) terbaik dalam rangka
menghasilkan produksi bioaktif yang tinggi. Penelitian ini terdiri dari beberapa
tahapan kegiatan yang bertujuan untuk :
1. Mengidentifikasi

dan

menganalisis

pendapat

masyarakat

tentang

keberadaan dan pemanfaatan tanaman meniran sebagai tanaman obat.
2. Mengidentifikasi dan menganalisis karakter morfologi dan kandungan
bioaktif yang dapat digunakan sebagai kriteria seleksi produksi biomassa
dan produksi bioaktif yang tinggi.
3. Mengidentifikasi dan menganalisis keragaman karakter morfologi,
kandungan antosianin daun dan hubungan kekerabatan aksesi meniran
berdasarkan penanda molekuler (genetik).
4. Mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh faktor lingkungan (cahaya,
air dan unsur hara) terhadap pertumbuhan, produksi biomassa dan
kandungan bioaktif meniran.

Hipotesis
Dari setiap tahapan penelitian dapat ditarik beberapa hipotesis sebagai berikut :
1. Ada sebagian masyarakat yang telah mengetahui keberadaan tanaman
meniran dan manfaatnya sebagai obat.
2. Terdapat keragaman karakter morfologi antar aksesi meniran, diperoleh
karakter morfologi yang dapat dijadikan kriteria seleksi untuk perbaikan
produksi biomassa dan kandungan bioaktif meniran.

6

3. Diperoleh keragaman karakter morfologi, kandungan antosianin daun dan
hubungan kekerabatan beberapa aksesi meniran berdasarkan penanda
molekuler.
4. Terdapat perbedaan tanggap pertumbuhan, produksi biomassa dan
kandungan bioaktif aksesi meniran pada naungan, pemupukan dan kadar
air tanah yang berbeda.

Ruang Lingkup Penelitian
Untuk mencapai tujuan penelitian di atas, maka strategi penelitian yang
dilakukan harus mempunyai keterkaitan yang satu dengan penelitian lainnya.
Penelitian ini terdiri atas dua aspek : (1) keragaman plasma nutfah meniran dan
(2) tanggap perubahan karakter meniran. Kedua kelompok tersebut dikelompokan
menjadi 5 judul penelitian : (1) eksplorasi meniran (Phyllanthus niruri L. dan
Phyllantus urinaria L.) di Kabupaten Bangkalan dan Gresik. (2) analisis
keragaman karakter morfologi, kandungan antosianin daun dan hubungan
kekerabatan 13 aksesi meniran berdasarkan penanda molekuler, (3) pertumbuhan
dan kandungan total filantin dan hipofilantin aksesi meniran hijau (Phyllanthus
niruri L.) dan meniran merah (Phyllanthus urinaria L.) pada berbagai tingkat
naungan, (4) pertumbuhan dan kandungan total filantin dan hipofilantin meniran
hijau (Phyllanthus niruri L.) dan meniran merah (Phyllanthus urinaria L.) pada
berbagai cara pemupukan, (5) pertumbuhan dan kandungan antosianin daun
meniran hijau (Phyllanthus niruri L.) dan meniran merah (Phyllanthus urinaria
L.) pada berbagai kadar air tanah tersedia. Garis besar dari keseluruhan kegiatan
penelitian disajikan dalam Gambar 1.

7

Keragaman Tanaman di
Lapangan
(Survei di Kabupaten
Bangkalan dan Gresik)

Keragaman morfologi dan
genetik pada kondisi
terkontrol

Pengaruh faktor
Lingkungan

Keragaman karakter agronomi
Keragaman produksi biomassa
dan kandungan bioaktif
Keragaman genetik

Cahaya
Air
Unsur hara

Tanggap pertumbuhan, produksi biomassa
dan produksi bioaktif beberapa aksesi
meniran terhadap pengaruh faktor
lingkungan

Rancangan Teknologi
Budidaya Meniran

Gambar 1 Diagram alur penelitian.

8

9

TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi, Botani, dan Syarat Tumbuh Meniran
Meniran (Phyllanthus sp. L.) tergolong dalam divisi Spermatophyta,
subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo Geraniles, famili Euphorbiaceae,
genus Phyllanthus (Webster 1986; de Padua et al. 1999). Penyebarannya di seluruh
Asia termasuk Indonesia (Heyne 1987; Soerjani et al. 1987), Malaysia, India, Peru,
Afrika, Amerika dan Australia (Taylor 2003). Penyebarannya di seluruh Indonesia
teridentifikasi dengan adanya nama daerah yang berbeda untuk menyebutkan
tanaman meniran. Di Sumatera dikenal dengan nama sidukung anak, dudukung anak,
ba’me tano. Di Sulawesi dikenal dengan nama bolobungo. Di Maluku dikenal
dengan nama gosau ma dungi, gosau ma dongi roriha, belalang babiji (Kardinan dan
Kusuma 2004).
Meniran tumbuh di daerah dataran rendah hingga dataran tinggi dengan
ketinggian ± 1000 m di atas permukaan laut (Heyne 1987). Tumbuh secara liar di
tempat yang berbatu dan lembab seperti di tepi sungai, pantai, semak, lahan bekas
sawah atau tumbuh di sekitar pekarangan rumah, baik di pedesaan maupun di
perkotaan ( De Padua et al. 1999).
Iklim tropis merupakan syarat tumbuh tanaman meniran. Tanaman meniran
berakar tunggang, batang tegak, tinggi mencapai 40-100 cm, batang bulat berkayu,
permukaan kasar dan bercabang. Daun tersusun majemuk, duduk melingkar pada
batang, anakan daun mengkilap, bentuk bulat telur dengan panjang 1.5-3 cm, lebar
1– 1.5 cm, ujung daun runcing, pangkal tumpul dan tepi yang rata. Daun berwarna
hijau (Soerjani et al. 1987, De Padua et al. 1999, Dalimartha 2000). Bakal buah
beruang enam, mahkota berbentuk tabung, ujung membulat berwarna kuning.
Buahnya bulat, mempunyai 5-6 ruang, diameter 5-10 mm. Apabila masih muda buah
berwarna hijau setelah tua menjadi coklat. Biji buah berbentuk ginjal, pipih berwarna
coklat (De Padua et al. 1999).
Spesies meniran yang biasa digunakan untuk pengobatan hanya dua spesies
yaitu meniran hijau dan meniran merah (Gambar 2). Khusus untuk pengobatan,
Phyllanthus niruri L. (meniran hijau) lebih dominan digunakan dibandingkan dengan
Phyllanthus urinaria L. (meniran merah). Komponen yang terkandung dalam
meniran hijau lebih banyak dibandingkan dengan meniran merah (Taylor 2003).

0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa meniran hijau mampu menghambat aktivitas
virus hepatitis B sebesar 70%, lebih baik daripada meniran merah yang hanya
mampu menghambat sebesar 28%. Terdapat perbedaan morfologi antara meniran
hijau dan meniran merah. Meniran hijau memiliki batang berwarna hijau muda atau
hijau tua. Setiap cabang atau ranting terdiri dari 8-25 helai daun. Daun berwarna
hijau. Ukurannya 0.5-2 x 0.25-0.5 cm. Buah bertekstur licin, bulat pipih dengan
diameter 2-2.5 mm. Kepala sari meniran hijau yang sudah matang akan pecah secara
membujur. Sedangkan meniran merah memiliki batang berwarna merah coklat.
Setiap cabang terdiri dari 7-13 helai daun. Warna daun hijau coklat dengan ukuran
0.5-2 cm x 1-8 mm. Buah bertekstur kasar, bulat dengan diameter 3 mm. Kepala sari
meniran merah yang sudah matang akan pecah secara melintang (Soedibyo 1998;
Soerjani et al. 1987).

b

a
Gambar 2 Penampilan (a) meniran hijau, (b) meniran merah
Manfaat dan Kandungan Kimia

Meniran memiliki bahan aktif alkaloid, tanin, flavonoid, saponin, glikosida
tetapi tidak ditemukan steroid (Akin-Osanaiye et al. 2011), Uji fitokimia yang
dilakukan pada tanaman meniran asal B2P2TO-OT Tawangmangu menunjukkan
meniran mengandung metabolit sekunder dari golongan

flavonoid, fenol

hidroquinon, steroid, tanin, saponin dan lignan (Wahyuni 2010). Flavonoid dalam
tanaman meniran diidentifikasi sebagai quercetin, quercitrin, isoquercitrin, astragalin
dan rutin (Taylor 2003). Hasil penelitian farmakologi menunjukkan bahwa meniran
mempunyai aktivitas antihepatotoksik (Syamasundar et al. 1985; Sabir dan Rocha



2008; Manjrekar et al. 2008), hipoglikemik, antibakteri, diuretika (Narayana et al.
2001; Manjrekar et al. 2008; Lopez-Lazaro 2009), aktivitas antimicrobial
(Chitravadivu et al. 2009; Akin-Osanaiye et al. 2011)) dan aktivitas antiplasmodial
(Oluwafemi dan Debiri 2008; Njomnang Soh et al. 2009).
Khasiat yang beragam dari tanaman meniran berhubungan erat dengan zat
atau senyawa yang dikandungnya. Than et al. (2006) mendapatkan niruriflavone
yang merupakan senyawa antioksidan baru flavone sulfonic acid dari ekstrak
Phyllantus niruri. Senyawa flavonoid yang ada dalam meniran merupakan senyawa
anti oksidan yang lebih kuat dibandingkan dengan vitamin E. Senyawa ini mampu
merangsang kekebalan tubuh. Flavonoid rutine dan quercetin mampu menghambat
sintesis histamin yang merupakan mediator penting penyakit dermatitis alergika
(eksim). Nirurin dan quercetin yang terdapat dalam meniran berkhasiat sebagai
peluruh air seni (diuretik). Filantin, hipofilantin, tanin berperan dalam meningkatkan
sistem kekebalan tubuh dan sebagai hepatoprotektor. Hasil penelitian Rudiyanto
(2006) mendapatkan terjadinya regenerasi sel parenkim hati yang telah mengalami
kerusakan akibat paparan karbon tetraklorida dengan pemberian ekstrak etanol
meniran. Hal ini berkaitan dengan kemampuan menahan oksigen dalam darah
sehingga antibodi dapat berkembang.
Ekstrak meniran merupakan salah satu imunomodulator dari bahan biologi
aktif

nonsitokin

yang

tidak

berefek

samping.

Selama

ini

obat-obatan

imunomodulator banyak digunakan pada pasien dengan gangguan pada sistem imun
tubuh yang banyak ditemukan pada pasien AIDS. Imunomodulator adalah obat yang
bekerja dengan cara melakukan modulasi pada sistem imun (Elfahmi 2006).
Senyawa Bioaktif Golongan Flavonoid
Flavonoid adalah golongan metabolit sekunder yang dihasilkan oleh
tanaman. Markham (1988) menyebutkan bahwa sekitar 2% (1 x 109 ton per tahun)
dari seluruh karbon yang difotosintesis diubah menjadi flavonoid yang merupakan
salah satu golongan fenol alam yang terbesar. Flavonoid terdapat pada semua bagian
tumbuhan termasuk daun, akar, kulit kayu, tepung sari, nektar, bunga, buah dan biji
(Gould dan Lister 2006). Flavonoid alam ditemukan dalam bentuk glikosida, yaitu
suatu kombinasi antara gula dan alkohol. Flavonoid terdapat dalam tumbuhan
sebagai campuran, jarang sekali dijumpai hanya flavonoid tunggal dalam jaringan



tumbuhan. Disamping itu, sering terdapat campuran yang terdiri atas flavonoid yang
berbeda kelas (Harborne 1988). Flavonoid biasanya terdapat sebagai flavonoid Oglikosida (satu atau lebih gugus hidroksi flavonoid terikat pada gula), pengaruh
glikolisasi menyebabkan flavonoid menjadi kurang efektif sehingga mudah larut
dalam air, kondisi seperti ini memungkinkan flavonoid tersimpan dan berada dalam
vakuola sel (Markham 1988, Gould dan Lister 2006).
Gould dan Lister (2006) menyebutkan bahwa pada tumbuhan flavonoid dapat
meningkatkan dormansi, meningkatkan pembentukan sel-sel kalus, sebagai enzim
penghambat pembentukan protein, menghasilkan warna pada bunga untuk
merangsang serangga, burung dan satwa lainnya untuk mendatangi tumbuhan
tersebut sebagai agen dalam penyerbukan dan penyebaran biji. Dalam dunia
pengobatan beberapa senyawa flavonoid berfungsi sebagai antibiotik, misalnya anti
virus dan jamur, peradangan pembuluh darah, dan dapat digunakan sebagai racun
ikan.
Davies dan Schwinn (2006) menyebutkan bahwa proses biosintesis flavonoid
merupakan biosintesis gabungan dari jalur asam sikimat dan jalur asetat malonat.
Pada jalur sikimat akan terbentuk phenylalanine yang merupakan salah satu senyawa
asam amino aromik yang selanjutnya akan menghasilkan p-coumaric acid,
sedangkan pada jalur asetat malonat akan terbentuk acetyl CoA yang a