Pengaruh Koreksi Pencaran dan Penggunaan Daerah Sidik Jari terhadap Klasifikasi Asal Geografis Tanaman Obat. (Studi Kasus : Tanaman Meniran dan Kumis kucing di Pulau jawa).

PENGARUH TEKNIK KOREKSI PENCARAN DAN PENGGUNAAN
DAERAH SIDIK JARI TERHADAP KLASIFIKASI ASAL GEOGRAFIS
TANAMAN OBAT
(Studi Kasus : Tanaman Meniran dan Kumis Kucing di Pulau Jawa)

ERMALINDA ZEBUA
G14104002

DEPARTEMEN STATISTIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010

ABSTRAK
ERMALINDA ZEBUA. Pengaruh Koreksi Pencaran dan Penggunaan Daerah Sidik
Jari terhadap Klasifikasi Asal Geografis Tanaman Obat. (Studi Kasus : Tanaman
Meniran dan Kumis kucing di Pulau jawa). Dibimbing oleh ERFIANI dan UTAMI
DYAH SYAFITRI.
Tanaman obat adalah tanaman yang memiliki khasiat untuk pengobatan maupun
pencegahan penyakit. Khasiat ini bersumber pada komponen kimia aktif dalam
tanaman yang tidak sedikit dipengaruhi oleh faktor-faktor geografis. Oleh karena itu,

perbedaan asal geografis tanaman obat memungkinkan adanya perbedaan
karakteristik yang menyebabkan inkonsistensi khasiat sehingga upaya eksploratif
untuk mengelompokkan jenis tanaman obat berdasarkan asal geografis penting
dilakukan. Pengukuran yang seringkali digunakan adalah dengan teknik Fourier
Transform Infra Red (FTIR). Namun, keluaran yang dihasilkan FTIR ini hanya
berupa spektrum yang menunjukkan nilai serapan saat contoh disinari inframerah
yang kontinu terhadap bilangan gelombang. Untuk memperoleh informasi yang
menyeluruh dan akurat dari spektrum keluaran FTIR ini diperlukan teknik
penanganan tertentu. Untuk mengantisipasi hal itu maka digunakan teknik Koreksi
Pencaran. Sebagai studi kasus, pada penelitian ini digunakan data keluaran FTIR
untuk sampel tanaman Meniran hijau dan Kumis Kucing berbunga putih yang
diperoleh dari beberapa daerah di Pulau Jawa. Analisis Komponen Utama digunakan
sebagai analisis perantara untuk mereduksi dimensi data yang sangat besar sehingga
menjadi lebih mudah untuk diklasifikasikan dengan analisis gerombol. Hasil
penggerombolan menunjukkan bahwa pada sampel tanaman Meniran maupun Kumis
Kucing diperoleh sembilan gerombol karakteristik wilayah.
Kata Kunci : Daerah Sidik Jari, Koreksi Pencaran, Analisis Gerombol, Analisis
Komponen Utama

PENGARUH TEKNIK KOREKSI PENCARAN DAN PENGGUNAAN

DAERAH SIDIK JARI TERHADAP KLASIFIKASI ASAL GEOGRAFIS
TANAMAN OBAT
(Studi Kasus : Tanaman Meniran dan Kumis Kucing di Pulau Jawa)

ERMALINDA ZEBUA

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN STATISTIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT
atas limpahan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
ilmiah ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah

SAW beserta keluarga, para sahabat serta umatnya.
Karya ilmiah yang berjudul “ Pengaruh Teknik Koreksi Pencaran dan
Penggunaan Daerah Sidik Jari terhadap Klasifikasi Menurut Karakteristik Asal
Geografis Tanaman Obat (Studi Kasus : Tanaman Meniran dan Kumis Kucing di
Pulau Jawa)” ini merupakan bagian Hibah Pasca Sarjana Direktorat Pendidikan
Tinggi (kerjasama Departemen Statistika dengan Pusat Studi Biofarmaka – Institut
Pertanian Bogor). Selama penyusunan karya ilmiah ini, tentu banyak sekali hal positif
yang penulis dapatkan. Untuk itu, ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada
semua pihak yang telah memberikan dukungan antara lain :
1.
Ibu Dr. Ir. Erfiani, M.Si dan Ibu Utami Dyah Syafitri, S.Si, M.Si atas
bimbingan, kesabaran serta saran-saran dan masukannya selama menyelesaikan
tugas akhir ini.
2.
Suami tercinta, Ari Budiyanto, dengan segenap cinta dan dukungannya yang
senantiasa menjaga nyala asa untuk menyempurnakan ikhtiar dalam
menunaikan amanah ini.
3.
Orang tua (Mama, Papa termasuk Bapak dan Ibu mertua), adik Dian Novita Z,
Kakak-kakak ipar, ponakan-ponakan serta keluarga besar di Sumedang dan

Yogyakarta yang senantiasa mengalirkan do’a sehingga Allah Memberikan
yang terbaik dalam setiap langkah penyelesaian tugas akhir ini.
4.
Keluarga besar Departemen Statistika IPB (termasuk Kakak-kakak 40, temanateman 41, adik-adik 42, 43 dan 44) serta PSB-Crew atas bantuan, do’a dan
dukungannya secara langsung maupun tidak langsung.
5.
Saudara-saudaraku tercinta dimana pun di bumi Allah yang tetap istiqamah
mencurahkan segenap daya dan upaya untuk melangsungkan kembali
kehidupan Islam, serta semua pihak yang tentunya tidak dapat saya sebutkan
satu per satu karena keterbatasan ruang dan waktu.
Hanya Allah yang mampu membalas amal baik yang telah diberikan kepada
penulis dengan sebaik-baik balasan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan sehingga menjadi amal kebaikan yang senantiasa mengalir
bagi penulis kelak. Amiin.

Bogor, Juni 2010

Ermalinda Zebua

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 23 Maret 1986 sebagai anak
pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Aroli Zebua dan Ibu Tuti Sumarni.
Penulis menyelesaikan pendidikan tingkat dasar di SD Citimun II Sumedang pada
tahun 1998. Pendidikan tingkat menengah pertama diselesaikan penulis di SLTP
Negeri 1 Cimalaka Sumedang pada tahun 2001. Penulis menyelesaikan pendidikan
tingkat menengah umum di SMU Negeri 1 Sumedang pada tahun 2004. Pada tahun
yang sama penulis diterima menjadi mahasiswa Departemen Statistika Institut
Pertanian Bogor, melalui jalur Undangan Saringan Masuk IPB (USMI) dengan
mengambil mata kuliah berbasis Ekonomi Pertanian sebagai mata kuliah pilihan.
Selama kuliah penulis pernah aktif sekaligus teribat dalam berbagai kepanitiaan di
Himpunan Profesi Gamma Sigma Beta (Himpro GSB), Keluarga Mahasiswa Muslim
Statistika (KAMMUS Statistika), Departemen Keputrian Badan Kerohanian Islam
Mahasiswa (BKIM) dan pernah menjadi salah satu Mahasiswa Pendamping Pos
Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga (POSDAYA) kerjasama P2SDM IPB
dengan Yayasan Damandiri. Pada bulan Juli-September 2009, penulis melakukan
kegiatan praktik lapang di Pusat Studi Biofarmaka-LPPM IPB.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL...................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................. viii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ....................................................................................................... 1
Tujuan .................................................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA
Meniran .................................................................................................................. 1
Kumis Kucing ........................................................................................................ 2
Fourier Transform Infra Red (FTIR)..................................................................... 2
Daerah Sidik Jari .................................................................................................... 3
Koreksi Pencaran ................................................................................................... 3
Analisis Komponen Utama .................................................................................... 3
Analisis Gerombol.................................................................................................. 3
Metode Ward.......................................................................................................... 4
BAHAN DAN METODE
Bahan...................................................................................................................... 5
Metode.................................................................................................................... 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Koreksi Pencaran ................................................................................................... 6
Analisis Kompnen Utama ...................................................................................... 7

Analisis Gerombol ................................................................................................. 7
Penggerombolan Meniran ...................................................................................... 9
Penggerombolan Kumis Kucing .......................................................................... 10
KESIMPULAN
SARAN ...................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 11
LAMPIRAN............................................................................................................... 13

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Contoh Perhitungan Rata-rata untuk Koreksi Pencaran ..................................... 6
Tabel 2. Perolehan Komponen Utama .............................................................................. 7
Tabel 3. Hasil Penggerombolan Tanaman Meniran.......................................................... 9
Tabel 4. Hasil Penggerombolan Tanaman Kumis Kucing.............................................. 10

DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1. Tahapan Analisis............................................................................................ 8

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Overlay Spektrum Sampel Meniran................................................................ 6

Gambar 2. Overlay Spektrum Sampel Kumis Kucing ..................................................... 6
Gambar 3. Plot Data Meniran Tanpa Koreksi................................................................... 6
Gambar 4. Plot Data Kumis Kucing Terkoreksi ............................................................... 7
Gambar 5. Dendogram pada Daerah Sidik Jari Meniran Terkoreksi................................ 7
Gambar 6. Dendogram pada Daerah Sidik Jari kumis Kucing Terkoreksi....................... 7

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Tabel Kode Wilayah Pengambilan Sampel Meniran ................................ 14
Lampiran 2. Tabel Kode Wilayah Pengambilan Sampel Kumis Kucing....................... 15
Lampiran 3. Perolehan Koefisien Dugaan β0 dan β1 ...................................................... 16
Lampiran 4. Perbandingan Plot Data Sebelum dan Setelah Terkoreksi ........................ 18
Lampiran 5. Tabel Skor Komponen Utama Meniran Seluruhnya ................................. 21
Lampiran 6. Tabel Skor Komponen Utama Meniran Seluruhnya Terkoreksi ............... 22
Lampiran 7. Tabel Skor Komponen Utama Kumis Kucing Seluruhnya ....................... 23
Lampiran 8. Tabel Skor Komponen Utama Kumis Kucing seluruhnya Terkoreksi...... 24
Lampiran 9. Tabel Skor Komponen Utama Daerah Sidik Jari Meniran........................ 25
Lampiran 10. Tabel Skor Komponen Utama Daerah Sidik Jari Meniran Terkoreksi .... 26
Lampiran 11. Tabel Skor Komponen Utama Daerah Sidik Jari Kumis Kucing............. 27
Lampiran12. Tabel Skor Komponen Utama Daerah Sidik Jari Kumis Kucing

Terkoreksi ............................................................................................... 28
Lampiran 13. Penggerombolan pada Data Meniran ...................................................... 29
Lampiran 14. Penggerombolan pada Data Meniran Terkoreksi . .................................. 29
Lampiran 15. Penggerombolan pada Data Daerah Sidik Jari Meniran.......................... 30
Lampiran 16. Penggerombolan pada Data Daerah Sidik Jari Meniran Terkoreksi ....... 30
Lampiran 17. Penggerombolan pada Data Kumis Kucing............................................. 31
Lampiran 18. Penggerombolan pada Data Kumis Kucing Terkoreksi .......................... 31
Lampiran 19. Penggerombolan pada Data Daerah Sidik Jari Kumis Kucing................ 32
Lampiran 20. Penggerombolan pada Data Daerah Sidik
Jari Kumis Kucing Terkoreksi ................................................................ 32

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman obat menurut Departemen
Kesehatan Republik Indonesia dalam Utami
dan Tim Lentera (2003) adalah tanaman atau
bagian tanaman yang secara langsung
digunakan sebagai obat tradisional, pemula
bahan obat (prekursor) atau ekstraknya
digunakan sebagai obat. Tanaman obat ini

biasa digunakan untuk penyembuhan maupun
pencegahan penyakit.
Kualitas tanaman obat dipengaruhi oleh
zat (komponen kimia) aktif yang terkandung
di dalamnya. Kandungan kimia aktif tanaman
Komponen kimia aktif suatu tanaman
merupakan sistem campuran senyawa yang
sangat bervariasi, tergantung dari banyak
faktor. Faktor tersebut antara lain lingkungan
tempat tumbuh, hara tanah, iklim, ketinggian,
kualitas bibit, teknologi budidaya (termasuk
pencahayaan), umur tanaman sewaktu
dipanen, pengolahan pasca panen dan
penyimpanan (Dalimartha, 2008). Oleh karena
itu, perbedaan asal geografis tanaman obat
memungkinkan
adanya
perbedaan
karakteristik yang menyebabkan inkonsistensi
khasiat (Wijaya 2009). Dengan pertimbangan

ini, maka upaya eksploratif untuk mengetahui
pengelompokan tanaman obat berdasarkan
karakteristik geografis wilayah asal menjadi
sesuatu yang penting.
Sebagaimana disampaikan pada paragraf
sebelumnya, informasi yang lazim menjadi
dasar penelitian mengenai khasiat suatu
tanaman obat adalah kandungan senyawa aktif
yang terkandung di dalamnya. Pada penelitian
mengenai konsentrasi atau kandungan
senyawa aktif ini seringkali digunakan
instrumentasi FTIR (Fourier Transform Infra
Red). Teknik FTIR relatif sederhana karena
prosesnya yang cepat dan biayanya yang
murah. Namun, keluaran yang dihasilkan
FTIR ini hanya berupa spektrum yang
menunjukkan nilai serapan saat contoh disinari
inframerah yang kontinu terhadap bilangan
gelombang (Arnita, 2005).
Untuk memperoleh informasi yang sesuai
kebutuhan dari data keluaran FTIR ini, maka
diperlukan teknik tertentu yang mampu
mengurangi sejumlah informasi lain yang
tidak relevan akibat penebaran cahaya pada

permukaan sampel yang tidak rata atau dapat
juga terjadi akibat tidak murninya ekstrak
disebabkan pengaruh luar yang tidak
terkendali selama proses ekstraksi maupun
penyimpanan ekstrak sampel. Data keluaran
FTIR yang dihasilkan merupakan Spektra
dengan
informasi
kompleks
yang
mencerminkan kandungan kimia suatu bahan.
Spektra tersebut menunjukkan informasi
bilangan gelombang pada kisaran 400-4000
cm-1. Metode yang biasa digunakan untuk
memperoleh informasi komponen kimia aktif
pada spektra adalah dengan menggunakan
daerah sidik jari tanaman. Daerah sidik jari
hanya menggunakan sebagian dari informasi
bilangan gelombang.
Pada penelitian terdahulu oleh Wijaya
(2009) dikatakan bahwa perlu adanya upaya
untuk memperoleh informasi dari keseluruhan
bilangan gelombang dalam mengelompokkan
tanaman berdasarkan asal geografis. Dengan
kata lain, perolehan informasi tidak
mencukupkan hanya menggunakan daerah
sidik jari. Ini sejalan dengan penelitian Arnita
(2005) yang menerapkan koreksi pencaran
untuk mereduksi informasi tidak relevan pada
data spektrum keluaran FTIR pada rimpang
Jahe (Zingiber officiale roscue).
Sebagai studi kasus, dalam penelitian ini
digunakan data keluaran FTIR sampel
tanaman Meniran hijau (Pyillantus niruri L)
dan
Kumis
Kucing
berbunga
putih
(Ortosiphon sp.). Kedua jenis tanaman
tersebut memiliki khasiat untuk pengobatan.
Akan tetapi, perbedaan sebaran geografis
daerah (tempat) pengambilan sampel keduanya
memungkinkan munculnya inkonsitensi dalam
hal kualitas obat yang bersumber dari
komponen kimia aktif pada masing-masing
tanaman.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh teknik koreksi pencaran dan
penggunaan daerah sidik jari pada data
keluaran FTIR terhadap klasifikasi geografis
asal sampel tanaman Meniran dan Kumis
Kucing di Pulau Jawa.

1

TINJAUAN PUSTAKA
Meniran
(Pyillanthus nirruri, Phyllanthus L., P.
urinaria, P. Alatus BL, P. Leprocarpus
Weight, P. Cantonensis Hornem). Famili :
Euphorbiaceae.
Meniran termasuk rumput-rumputan
berdaun kecil, warna hijau, batang warna hijau
pucat atau hijau kemerahan. Tinggi batang
dapat mencapai 30-40cm. Meniran memiliki
bunga jantan dan
betina. Meniran
mengandung senyawa kuersitin, filantin,
ipofilantin, pseudokhiratin, nirurin dan kalium.
Tanaman ini tumbuh liar di pekarangan,
galangan sawah, tepi sungai, daerah berbatu,
lapangan rumput dan hutan yang lembap.
Tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian
1.000 m dpl.
Meniran berguna sebagai obat penyakit
ginjal, sariawan, gonorhoea, sakit perut, sakit
gigi, antipiretik, dan anti diare. Menurut hasil
penelitian
terbaru,
Meniran
dapat
meningkatkan fungsi kekebalan tubuh
terhadap
gangguan
penyakit
anti
hepatoprotektor (Dalimartha, 2005).
Kumis Kucing
(Ortosiphon aristatus, O. grandiflorus
Bold., O. stamineus BTH., O. spiralis (Lour)
Merril). Famili : Lamiaceae/Labiatae
Tanaman Kumis Kucing merupakan
tanaman berbatang basah, tumbuh tegak dan
tingginya bisa mencapai 2 m. Batang Kumis
Kucing berbentuk segi empat, agak beralur,
berambut pendek atau gundul dan pada bukubuku batang bagian bawah timbul akar. Daun
tunggalnya berbentuk bulat telur, lanset atau
belah ketupat dengan panjang antara 4-10cm
serta lebar 5-7,5mm. Urat daun sepanjang tepi
berambut atau gundul dan kedua permukaan
berbinti-bintik karena adanya kelenjar. Bunga
Kumis Kucing majemuk, tersusun dalam
bentuk tandan, keluar dari ujung cabang,
panjang 7-29cm dan ditutupi oleh rambut
pendek berwarna ungu yang akhirnya menjadi
putih.
Bagian tanaman Kumis Kucing yang
berkhasiat adalah daun. Daunnya mengandung
senyawa sinensitin, flavon-flavon, 2 flavonolglikosid, zat samak, saponin, garam kalium,
asam-asam organik, tannin dan minyak atsiri.

Kumis Kucing memiliki efek farmakologi
seperti antiradang, infeksi kandung kemih,
batu saluran kemih dan empedu, asam urat,
kencing batu dan keputihan.
Daun Kumis Kucing bersifat diuretic dan
digunakan sebagai obat batu ginjal. Di India,
Kumis Kucing digunakan untuk mengobati
reumatik dan reumatik akut, menurunkan
kadar gula pada penderita diabetes, encok serta
menurunkan panas.
Tanaman Kumis Kucing dapat tumbuh
dengan baik di dataran rendah sampai 1.500 m
dpl. Tanah yang sesuai untuk pertumbuhan
Kumis Kucing adalah tanah lempung berpasir
dengan struktur tanah gembur, subur dan
mengandung humus yang cukup. Tanaman
Kumis Kucing menghendaki iklim tropis
dengan curah hujan lebih dari 3.000
mm/tahun. Pertumbuhan tanaman Kumis
Kucing akan lebih baik di tempat yang terbuka
dan disinari matahari penuh (Mahendra, 2005)
Fourier Transform Infrared (FTIR)
Spektrum inframerah terletak pada daerah
dengan panjang gelombang dari 0,78-1000 m
atau bilangan gelombang 12.800-10 cm-1.
Dilihat dari segi aplikasi dan instrumentasi,
spektrum inframerah dibagi ke dalam tiga jenis
radiasi, yaitu inframerah dekat, pertengahan
dan jauh (Nur dan Adijuwana 1989 dalam
Rohaeti dkk 2005). FTIR termasuk dalam
kategori radiasi inframerah pertengahan (4000200 cm-1).
Masalah utama dalam spektrometer
dispersif
klasik
terletak
pada
monokromatornya.
Monokromator
mempunyai celah kecil untuk jalan masuk dan
keluarnya sinar yang akan membatasi pajang
gelombang radiasi mencapai detektor. Berbeda
dari spektrometer klasik, FTIR tidak mengukur
panjang gelombang satu demi satu, melainkan
dapat megukur intensitas transmitan pada
berbagai panjang gelombang secara serempak
(Skoog et al. 1998 dalam Rohaeti dkk 2005).
Monokromator prisma atau grating yang dapat
mengurangi energi sinar diganti dengan
interferometer. Interferometer ini mengatur
intensitas sumber sinar inframerah dengan
mengubah posisi dari cermin pemantul yang
memantulkan sinar dari sumber sinar ke
sampel. Jadi, adanya interferometer membuat
spektrometer mampu mengukur semua
frekuensi optik secara serempak dengan
mengatur intensitas dari setiap frekuensi

2

tunggal sebelum sinyal sampai ke detektor.
Hasil dari penyapuan interferometer yang
berupa interferogram (plot antara intensitas
dengan posisi cermin) ini tidak dapat
diinterpretasikan dalam bentuk aslinya. Proses
matematika
Fourier
Transform
akan
mengubah interferogram menjadi spektrum
antara intensitas dengan frekuensi. (George &
McIntyre 1987 dalam Rohaeti dkk 2005).
Daerah Sidik Jari
Hampir semua gugus fungsi organik
memiliki bilangan gelombang yang khas di
daerah tertentu. Daerah
pada spektrum
inframerah di atas 1200 cm-1 menunjukkan pita
spektrum atau puncak yang disebabkan oleh
getaran ikatan kimia atau gugus fungsi dalam
molekul. Daerah di bawah 1200 cm-1
menunjukkan pita spektrum yang disebabkan
oleh getaran seluruh molekul (Wijaya 2009).
Walaupun sukar untuk menandai setiap
puncak, pola umumnya khas untuk suatu
senyawa seperti sidik jari orang dan karena
kerumitannya dikenal dengan daerah ‘sidik
jari’.
Koreksi Pencaran
Koreksi pencaran merupakan teknik pra
pemrosesan yang berguna untuk mereduksi
pengaruh pencaran cahaya dalam penebaran
spektroskopi. Awalnya Issakson dan Naes
(1988) dalam Naes et al (2002) mengenalkan
teknik koreksi
pencaran pada saat
pengembangan model kalibrasi dengan tujuan
mereduksi sebanyak mungkin informasi yang
tidak relevan. Hal ini penting untuk
menghasilkan pendugaan yang baik dan
spektra yang dapat diinterpretasikan.
Koreksi pencaran miltiplikatif adalah
salah satu metode koreksi pencaran yang
banyak berkembang. Geladi (1985) dan
Jorgensen (2000) dalam Arnita (2005)
mengembangkan metode ini untuk tujuan
mengoreksi posisi pencaran tiap contoh
terhadap posisi pencaran contoh rujukan,
dalam hal ini adalah rata-rata keseluruhan
contoh. Koreksi tersebut dilakukan dengan
membuat persamaan regresi antara spektrum
masing-masing contoh dengan rataannya.
Persamaan garis regresinya diduga dengan
metode kuadrat terkecil. Bentuk persamaan
regresi untuk masing-masing contoh tersebut
sebagai berikut :

xij = β0i + β1i

x j + eij ( i=1, …, n ; j=1,…, p)

dimana
xij = amatan pada bilangan gelombang ke-i
dan peubah sampel wlayah ke-j
β0i = pengaruh aditif (intersep) pada sampel
ke-i
β1i = pengaruh multiplikatif (kemiringan) pada
sampel ke-i
x j = rata-rata seluruh sampel

xj =

1 n
∑ xij
n i =1

Analisis Komponen Utama
Analisis komponen utama pada dasarnya
berfungsi menerangkan struktur ragam
peragam melalui kombinasi linear dari peubah.
Secara umum, analisis ini dilakukan dengan
tujuan untuk mereduksi dimensi data dan
menginterpretasikannya (Johnson & Wichern,
2002).
Analisis Gerombol
Analisis gerombol merupakan suatu
metode untuk mengelompokkan n unit
pengamatan ke dalam k gerombol (k < n)
sehingga unit-unit dalam satu gerombol
memiliki kesamaan atau secara relatif lebih
homogen (Karson, 1982).
Dalam analisis gerombol terdapat
beberapa ukuran jarak yang digunakan sebagai
ukuran kemiripan dua unit pengamatan,
diantaranya adalah jarak Euclid antara
pengamatan xi dan xj dengan p peubah adalah :
1

2

2
d (xi , x j ) = ∑ (x ki − x kj ) 
 k =1


Kesamaan antara dua unit pengamatan
semakin dekat jika d(xi,xj) semakin kecil.
Syarat penggunaan jarak Euclid menurut
Duran dan Odell (1974) diacu dalam Wijaya
(2009) adalah semua peubah tidak saling
berkorelasi. Jika syarat tersebut tidak
terpenuhi maka digunakan jarak Mahalanobis.
Jarak Mahalanobis merupakan bentuk umum
dari jarak Euclid. Jarak Mahalanobis
dinyatakan sebagai :

d 2 (x i , x j ) = (x i − x j ) S −1 (x i − x j )
'

3

dimana S adalah matriks ragam peragam
contoh. Namun demikian, menurut Timm
(2002), untuk peubah kontinu (skala interval
dan rasio), ukuran ketidaksamaan yang paling
lazim digunakan adalah jarak Euclid antara
dua objek. Disamping itu, matriks jarak Euclid
paling efektif untuk peubah-peubah yang
sepadan.
Secara umum analisis gerombol terbagi
menjadi dua yaitu metode gerombol
berhierarki (Hierarchical Method) dan metode
non hierarki (Non Hierarchical Method).
Metode gerombol berhierarki digunakan jika
jumlah gerombol yang terbentuk belum
ditentukan, sedangkan metode non hierarki
digunakan jika jumlah gerombol yang
dibentuk sudah ditentukan.
Metode Ward
Pada
penelitian
ini
digunakan
penggerombolan dengan metode Ward.
Metode Ward adalah pengggerombolan
berhierarki yang mendasarkan prosedurnya
pada upaya meminimalisasi informasi yang
hilang dari penggabungan dua gerombol.
Metode ini biasanya diterapkan dengan
informasi yang hilang diambil menjadi
peningkatan dalam kriteria jumlah kuadrat
kesalahan. Dengan kata lain, meminimumkan
keragaman
total
sehingga diperoleh gerombol yang homogen.
Pada setiap langkah dari analisis ini,
penggabungan setiap kemungkinan pasang
gerombol dipertimbangkan. Dua gerombol
dapat digabungkan ketika hasil kombinasinya
memiliki peningkatan error sum square
minimum (minimum loss information).
Pada metode ini didefinisikan beberapa hal
sebagai berikut, dengan makna indeks ijk
sebagai gerombol ke-i, peubah ke-j dan
pengamatan ke-k.
Kesalahan Jumlah Kuadrat

ESS = jumlah kuadrat kesalahan
X ijk = nilai pengamatan individu k, peubah
ke-j pada gerombol ke-i
xi.k = rata-rata gerombol untuk peubah j

Pada
tahap
ini
seluruh
peubah
dijumlahkan berikut semua unit pengamatan
yang ada pada setiap gerombol. Pengamatan
individu setiap peubah dibandingkan dengan
rata-rata gerombol (centroid) untuk peubah
tersebut. Jika jumlah kesalahan kuadrat kecil,
maka ini menunjukkan bahwa data yang
dimiliki dekat dengan centroid. Dengan kata
lain, gerombol tersebut memiliki anggotaanggota yang mempunyai kemiripan.

TSS = jumlah kuadrat total
X ijk = nilai pengamatan individu k untuk setiap
peubah j dan gerombol i.
Pada tahap ini, pengamatan individu untuk
setiap peubah dibandingkan terhadap rata-rata
untuk peubah tersebut.

r2 diartikan sebagai proporsi keragaman yang
diterangkan oleh penggerombolan atas
pengamatan tertentu.
Pada metode ward ini langkah pertama
dimulai dengan seluruh unit sampel dalam
gerombol n yang masing-masing berukuran
satu. Pada langkah pertama dari algoritma, n-1
gerombol terbentuk. Salah satunya berukuran
2 dan siasanya 1. Jumlah kesalahan kuadrat
dan r2 nilai-nilai ini kemudian dihitung.
Pasangan unit sampel yang mempunyai jumlah
kesalahan kuadrat terkecil atau nilai
r2
terbesar akan membentuk gerombol pertama.
Kemudian pada langkah kedua algoritma,
n-2 gerombol dibentuk dari n-1gerombol. Ini
dapat mencakup dua gerombol ukuran 2 atau
satu gerombol tunggal ukuran 3 termasuk dua
item yang tergerombolkan pada langkah
pertama. Sekali lagi, r2 akan dimaksimumkan.
Jadi pada setiap langkah algoritma, gerombol
ataupun pengamatan digabungkan sedemikian
rupa untuk meminimumkan kesalahan kuadrat
atau memaksimumkan nilai r2. Algoritma akan
berhenti jika seluruh unit sampel digabungkan
ke dalam gerombol tunggal yang besar
ukurannya adalah n (Hartigan, 1975).

4

mentransformasi data asli dengan
mengurangkan nilai amatan xij

BAHAN DAN METODE
Bahan
Data yang digunakan pada penelitian ini
adalah data sekunder berupa keluaran FTIR
dari Penelitian Hibah Pascasarjana kerjasama
Departemen Statistika dengan Pusat Studi
Biofarmaka (PSB), Institut Pertanian Bogor.
Data diperoleh sekitar bulan Oktober 2009
dengan menggunakan 51 sampel dari 2 macam
tanaman yaitu Meniran hijau dan Kumis
Kucing berbunga putih. Sampel diperoleh dari
beberapa daerah di Pulau Jawa. Meniran
sebanyak 28 sampel dan Kumis Kucing
sebanyak 23 sampel dengan nama daerah
seperti yang disajikan pada Lampiran 1.
Metode
Langkah-langkah yang dilakukan setelah
data sekunder berupa spektrum keluaran FTIR
diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Melakukan pemilahan data antara data
bilangan gelombang untuk daerah sidik
jari dengan data untuk keseluruhan
bilangan gelombang .
2. Data daerah sidik jari dan data
keseluruhan bilangan gelombang ada
yang kemudian dikoreksi dan ada juga
yang tanpa koreksi.
3. Menerapkan metode koreksi pencaran
dengan tahapan :
i. Spektrum semua contoh diplot
terhadap rata-rata untuk melihat pola
garis lurus yang dibentuk oleh
spektrum tiap contoh tersebut.
ii. Untuk data keseluruhan bilangan
gelombang, maka nilai rata-rata
dihitung
dengan
merata-ratakan
semua nilai pada keseluruhan
bilangan gelombang. Sementara pada
data daerah sidik jari, maka nilai ratarata diperoleh dengan merata-ratakan
semua nilai absorbansi pada bilangan
gelombang yang termasuk pada
daerah sidik jari.
iii. Membentuk model regresi linier
xij = β0i + β1i x j + eij ( i=1, …, n ;
j=1,…, p)
dan
menduga
parameter
menggunakan
metode
kuadrat
terkecil.
iv. Setelah parameter dugaan β diperoleh
kemudian
digunakan
untuk

terhadap konstanta

β̂ 0i dan membagi

hasil pengurangan terhadap
sehingga
diperoleh
transformasinya

βˆ1i ,
bentuk

xij* = (xij - β̂ 0i )/ βˆ1i

,
dimana
xij* = data setelah dikoreksi
xij = data sebelum dikoreksi
4.

Melakukan eksplorasi awal dengan
analisis komponen utama berdasarkan
matriks korelasi untuk mereduksi dimensi
peubah pada data hasil koreksi pencaran
dan data hasil pemilihan daerah sidik jari.
5. Melakukan eksplorasi lanjutan dengan
menggunakan analisis gerombol untuk
mendapatkan hasil klasifikasi tanaman
Meniran dan Kumis Kucing berdasarkan
karakteristik geografis. Jarak Euclid
digunakan sebagai ukuran kemiripan.
Sementara metode gerombol yang
digunakan adalah metode Ward dengan
harapan anggota-anggota dalam satu
gerombol lebih homogen.
6. Membandingkan hasil pengelompokan
berupa
gerombol-gerombol
yang
diperoleh, berdasarkan kedekatannya
dengan informasi geografis masingmasing wilayah asal sampel tanaman.
Untuk membantu langkah-langkah
pengerjaan dalam penelitian ini, maka
digunakan program Microsoft Excel dan
Minitab 15. Alur penelitian ini dapat dilhat
pada Diagram 1.
HASIL PEMBAHASAN
Tanaman obat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Meniran dan Kumis
Kucing. Jenis yang digunakan adalah Meniran
hijau dan Kumis Kucing berbunga putih,
mengingat keduanya merupakan jenis Meniran
dan Kumis Kucing yang sering ditemukan di
pulau Jawa.
Meniran terdiri dari 28 sampel, sedangkan
Kumis Kucing sebanyak 23 sampel. Masingmasing diperoleh dengan mengambil sampel
dari beberapa daerah di Pulau Jawa, seperti
Bandung, Bogor, Cianjur, Garut, Sukabumi,

5

Karang Anyar, Semarang, Malang dan
Probolinggo.
Sampel yang telah diperoleh kemudian
diekstraksi untuk dijadikan semacam pelet.
Pelet inilah yang selanjutnya disinari
inframerah melalui proses spektroskopi FTIR.
Keluarannya
berupa
spektrum
yang
menggambarkan bilangan panjang gelombang
dan absorbansi masing-masing sampel, seperti
ditunjukkan pada Gambar 1 dan Gambar 2
berikut :
Daerah Sidik
Jari

Gambar 1. Overlay Spektrum Sampel Meniran

Daerah Sidik
Jari

Gambar 2. Overlay Spektrum Sampel Kumis
Kucing
Sesuai dengan langkah
penelitian,
tahapan berikutnya yang dilakukan adalah
memilah antara data daerah sidik jari dengan
data nilai
absorbansi pada keseluruhan
bilangan gelombang. Pada spektrum akan
terlihat perbedaan pola khas daerah sidik jari
Meniran dan Kumis Kucing. Berdasarkan
informasi dari Pusat Studi Biofarmaka, daerah
sidik jari ini
berkisar pada bilangan
gelombang 600-1200 cm-1 .

Tabel 1. Contoh Perhitungan Rata-rata
untuk Koreksi Pencaran.
Bil. Gel

BDG-1

...

SKB-4

x

3996,251
3994,322
3992,394
...
399,239

0,00005
0,00005
0,00005
...
0,03327

...
...
...
...

0,00107
0,00107
0,00107
...
0,00652

0.00544
0.00544
0.00544
...
0,027758

Nilai rata-rata ( x ) yang diperoleh selanjutnya
dijadikan dasar untuk menduga β0 dan β1
dengan meregresikan antara nilai absorbansi
suatu sampel dengan rata-ratanya. Nilai
absorbansi sampel sebagai peubah respon dan
rata-rata sebagai peubah penjelas. Perolehan
koefisien dugaan β0 dan β1 disajikan pada
Lampiran 3.
Pada plot spektrum data yang telah
dikoreksi dengan koreksi pencaran tampak
adanya pemampatan yang seolah menarik tiap
spektra ke nilai rata-ratanya. Meskipun tidak
begitu besar perubahan tampak pada plot
spektrum antara data sebelum dan setelah
dikoreksi, tetapi perubahan itu tetap dikatakan
ada. Dengan kata lain, teknik koreksi pencaran
mampu mengoreksi pencaran spektra sampel.
Contoh perbandingan data sebelum dan setelah
dikoreksi dapat dilihat pada Gambar 3 dan
Gambar 4, yaitu perbandingan pada Meniran.
Sementara yang lainnya dapat dilihat pada
Lampiran 4.
Berdasarkan
perbandingan
data
sebelum dan setelah koreksi pencaran (data
terkoreksi dan data tidak terkoreksi),
perbedaan pada data daerah sidik jari (baik
Meniran maupun Kumis Kucing) tampak lebih
jelas daripada data keseluruhan spektrum. Ini
menguatkan pernyataan sebelumnya bahwa
koreksi pencaran memberikan pengaruh
terhadap plot spektrum.

Koreksi Pencaran
Tahapan awal koreksi pencaran adalah
mencari nilai rata-rata keseluruan data, seperti
contoh perhitungan Meniran berikut :
Gambar 3. Plot Data Meniran Tanpa Koreksi

6

Gambar 4. Plot Data Meniran Terkoreksi
Analisis Komponen Utama
Data tanpa koreksi maupun data
terkoreksi yang ada masih memiliki ukuran
yang sangat besar dan saling berkorelasi
sehingga terlalu rumit untuk diklasifikasikan
tanpa teknik perantara. Untuk itu, Analisis
Komponen Utama digunakan sebagai analisis
perantara (dengan Minitab 15).
Dalam menentukan jumlah komponen
utama, metode yang digunakan adalah
Kaiser’s Criterion, dimana sebuah kombinasi
linier dapat dipertahankan sebagai komponen
utama apabila nilai akar cirinya lebih besar
atau sama dengan 1, λ ≥ 1. Berdasarkan
kriteria ini diperoleh komponen – komponen
utama dengan proporsi keragaman hingga 99%
yang tersaji pada Tabel 2 di bawah ini.
Sementara skor komponen utama disajikan
pada Lampiran 5 sampai dengan Lampiran 12.
Skor masing-masing komponen utama yang
diperoleh ini akan dijadikan dasar untuk
melakukan pengelompokan dengan analisis
gerombol sebagai langkah eksplorasi lanjutan.

Gambar 5. Dendogram pada daerah sidik
jari Meniran terkoreksi.

Tabel 2. Perolehan Komponen Utama
No

Data

1
2
3
4
5
6

Meniran
Sidik Jari Meniran
Kumis Kucing
Sidik Jari Kumis Kucing
Meniran Terkoreksi
Sidik Jari Meniran
Terkoreksi
Kumis Kucing Terkoreksi
Sidik Jari Kumis Kucing
Terkoreksi

7
8

Analisis Gerombol
Analisis gerombol yang digunakan adalah
analisis gerombol berhierarki dengan metode
Ward.
Data
yang
dijadikan
dasar
pengelompokan adalah skor komponen utama
yang telah diperoleh dari Analisis Komponen
Utama sebelumnya. Pengelompokan pada
analisis gerombol ini berhubungan dengan
penentuan
banyaknya
gerombol
yang
terbentuk melalui tahap pemotongan pada
dendogram berdasarkan ukuran kemiripan
tertentu. Ukuran kemiripan yang dijadikan
dasar
penggerombolan
adalah
ukuran
kemiripan (similarity) mendekati 66,7%.
Dengan pertimbangan bahwa pada ukuran
kemiripan 66,7% ini memuat hampir 2/3 (dua
per tiga) dari kemiripan karakteristik yang ada
sehingga dianggap memadai untuk melakukan
pengelompokkan berdasarkan asal geografis
sebagaimana yang telah dilakukan oleh Wijaya
(2009). Hasilpenggerombolan yang diperoleh
disajikan pada Tabel 3 dan 4.

Banyak
Komponen
Utama
18
8
17
7
18
9
14
9
Gambar 6. Dendogram pada daerah sidik
jari Kumis Kucing terkoreksi.

7

Ekstraksi tanaman

FTIR

Data Daerah Sidik
Jari

Data Keseluruhan

Tanpa Koreksi

Koreksi Pencaran

Tanpa Koreksi

Koreksi Pencaran

Analisis
Komponen
Utama

Analisis
Komponen
Utama

Analisis
Komponen
Utama

Analisis
Komponen
Utama

Analisis
Gerombol

Analisis
Gerombol

Analisis
Gerombol

Analisis
Gerombol

Hasil Klasifikasi

Hasil Klasifikasi

Hasil Klasifikasi

Hasil Klasifikasi

Membandingkan

Kesimpulan

Diagram 1. Alur Penelitian

8

Tabel 3. Pengelompokan Asal Geografis Sampel Tanaman Meniran
Gerombol
1

2

Kabupaten
Bandung
Garut

Kecamatan
Banjaran
Tarogong
Kaler
Cilawu

Karakteristik
Dataran tinggi dengan ketinggian tempat ± 600 m
dpl dengan jenis tanah andosol, latosol, aluvial,
regosol, grumusol, litosol dan mediteran. Intensitas
cahaya penuh dengan curah hujan tinggi. Suhu panas
berkisar 24°-27°C. Kelembaban 70-80%. Lahan
pekarangan berpasir dan lahan sawah.

Bogor

Darmaga (1)
Pamijahan (1)
Ciomas
Karang
Pandan

Dataran tinggi dengan ketinggian tempat ±600 m dpl
dengan jenis tanah latosol, aluvial, regosol,
grumusol, mediteran. Curah hujan tinggi. Intensitas
cahaya kurang karena ternaungi. Jenis tanah latosol,
andosol. Suhu panas.

Darmaga (2)
Darmaga (3)
Cilaku
Warung Kiara
Cikembar (2)
Cikembar (3)
Karangpandan
Bandungan
Turen
Pamijahan (2)
Banyumanik
Lawang

Dataran tinggi dengan ketinggian tempat 600-800 m
dpl dengan jenis tanah latosol, aluvial, regosol,
grumusol, mediteran. Suhu sejuk. Curah hujan tinggi
dengan intensitas cahaya penuh.

Karang
Tengah
Warung
Kondang
Karang
Pandan (1)
Karang
Pandan (3)
Karang Ploso
Sukapura (1)

Dataran rendah 350-375 m dpl, lahan terbuka. Jenis
tanah renzina dan latosol. Suhu panas.

Karang Anyar
3

Bogor
Cianjur
Sukabumi

4

Karang Anyar
Semarang
Malang
Bogor
Semarang
Malang

5

Cianjur

6

Karang Anyar

7

Malang
Probolingo

8

Probolinggo

9

Sukabumi

Sukapura
Muneng
Cikembar (1)

Ketinggian tempat 600 m dpl. Intensitas cahaya
kurang karena tumbuh di sela-sela atau di bekas
tanaman palawija ternaungi dan kondisi lahan
kering. Jenis tanah latosol, andosol, mediteran. Suhu
panas.

Ketinggian tempat 500 m – 600 m dpl dengan jenis
tanah latosol, grumusol, regosol, mediteran, aluvial,
litosol, aluvial, regosol. Suhu sejuk.

Dataran rendah dengan kondisi lahan kering.
Meniran yang tumbuh usia relatif muda. Suhu panas.
Dataran rendah, lahan kering. Suhu panas
Dataran tinggi dengan ketinggian tempat ±600 m dpl
dengan jenis tanah latosol, aluvial, regosol,
grumusol, mediteran. Curah hujan tinggi dengan
intensitas cahaya kurang karena ternaungi. Meniran
tumbuh di pinggir jalan dengan usia yang masih
muda. Suhu sejuk.

9

Tabel 4. Pengelompokan Asal Geografis Sampel Tanaman Kumis Kucing
Gerombol
1

2

3

Kabupaten
Bandung
Bogor

Cianjur
Semarang
Bogor
Garut
Sukabumi

Malang
Cianjur

Kecamatan
Ciwidey
Ciomas
Pamijahan (1)
Pamijahan (2)
Pacet
Bandungan
Darmaga
Cilawak
Warungkiara
Cikembar
Cikembar
Pakis Aji
Cipanas

Karakteristik
Dataran tinggi dengan ketnggian 800 m –
1450 m dpl. Jenis tanah aluvial, latosol,
andosol. Curah hujan 1500-4000 mm/tahun.
Suhu dingin.

Ketinggian tempat ± 600 m dpl. Jenis tanah
latosol, aluvial, grumusol, regosol, mediteran.
Temperatur udara 24°-30° C. Curah hujan
1300 mm – 3600 mm/tahun Kelembaban
udara 80%-95%.
Ketinggian tempat 800 m – 1080 m dpl. Udara
sejuk. Jenis tanah aluvial. Curah hujan 1500
mm/tahun.

4

Cianjur
Karang Anyar

Gekbrong
Karang Pandan (1)
Karang Pandan (2)
Karang Pandan (3)

Ketinggian tempat 500 m – 600 m dpl. Jenis
tanah podsolik, latosol, andosol, mediteran.
Curah hujan tinggi, 1600 mm – 1800
mm/tahun.

5

Garut

Samarang

Ketinggian tempat 600-800 m dpl. Suhu
sejuk. Jenis tanah andosol.

6

Karang Anyar

Tawangmangu

Ketinggian tempat ± 2000 m dpl. Curah hujan
tinggi. Udara dingin. Jenis tanah andosol,
latosol, mediteran.

7

Malang
Probolinggo

Pujon
Sukapura

Ketinggian tempat 500 m – 600 m dpl. Jenis
tanah latosol, andosol, mediteran, litosol,
alluvial dan regosol. Kondisi tanaman Kumis
Kucing agak ternaungi.

8

Malang

Mulyoredjo

Ketinggian tempat 600 m – 1000 m dpl.
Kondisi tanah agak kering. Kondisi tanaman
Kumis Kucing ternaungi.

9

Malang

Turen

Ketinggian tempat 600 m-1000 m dpl. Jenis
tanah latosol, andosol, mediteran, litosol,
alluvial dan regosol. Usia tanaman Kumis
Kucing masih muda.

10

Secara umum kriteria geografis suatu
wilayah dapat dilihat dari ketinggian tempat,
iklim yang meliputi curah hujan, suhu harian,
kelembaban serta kemiringan dan kondisi
tanah. Namun dalam penelitian yang
melibatkan tanaman Meniran dan Kumis
Kucing ini, intensitas cahaya, tempat dimana
tanaman tersebut tumbuh dan usia tanaman
juga menyebabkan sampel tanaman dari
kondisi asal geografis yang sama tertetak pada
gerombol yang berbeda.
Intensitas cahaya dipengaruhi oleh kondisi
tumbuhnya tanaman yang ternaungi atau tidak.
Tempat tumbuh tanaman dapat diartikan
bahwa tumbuhnya tanaman Meniran dan
Kumis Kucing tersebut secara spesifik tumbuh
pada lahan pesawahan (pematang sawah),
pekarangan, pinggir jalan atau pada lahan
bekas tanaman palawija. Sementara itu,
Meniran yang digunakan pada penelitian ini
biasa tumbuh sebagai gulma dengan usia 2-3
bulan, sedangkan Kumis Kucing biasanya
tumbuh di pekarangan sebagai tanaman pagar
dengan usia 2-3 tahun.
Berdasarkan penggerombolan dengan
metode Ward, dari data Meniran maupun
Kumis Kucing diperoleh sembilan gerombol
karakteristik asal wilayah sampel. Hasil
penggerombolan yang paling stabil dan
cenderung memiliki kemiripan dengan
informasi geografis wilayah asal sampel
adalah pada data daerah sidik jari terkoreksi.
Namun demikian, informasi karakteristik
gerombol belum begitu khas karena
keterbatasan data geografis pada masingmasing wilayah (data per kecamatan dan
desa/kelurahan tidak lengkap). Oleh karena
itu, karakteristik masing-masing gerombol
didasarkan pada kesamaan kriteria geografis
secara umum.
Pada hasil penggerombolan terdapat
beberapa gerombol yang dilihat dari
karakteristik geografis memiliki kemiripan
tetapi berada dalam gerombol yang berbeda
karena faktor perbedaan usia tanaman,
intensitas pencahayaan dan lokasi spesifik
tanaman tersebut tumbuh. Dengan kata lain,
kurang khasnya karakteristik geografis
gerombol-gerombol yang terbentuk dapat
dipengaruhi
oleh
proses
mulai
dari
pengambilan sampel, penyimpanan sampai
pada proses FTIR ekstrak tanaman yang
memungkinkan adanya pengaruh lain yang
tidak terantisipasi.

KESIMPULAN
Tanaman obat Meniran hijau dan Kumis
Kucing berbunga putih yang menjadi objek
dalam penelitian ini dapat dikelompokkan
berdasarkan kriteria geografis asal wilayah
sampelnya menjadi sembilan kelompok.
Pengelompokan tersebut merupakan hasil
perbandingan antara data Meniran dan data
Kumis Kucing yang terkoreksi dan tanpa
koreksi (baik pada data keseluruhan bilangan
gelombang maupun pada daerah sidik jari).
Berdasarkan perbandingan yang dilakukan
menggunakan teknik koreksi pencaran ini
dapat diketahui bahwa daerah sidik jari
terkoreksi memberikan pengaruh yang paling
baik (stabil dan mendekati informasi geografis
yang tersedia) terhadap hasil klasifikasi asal
geografis sampel tanaman Meniran dan Kumis
Kucing di Pulau Jawa.
Karakteristik geografis kelompok yang
terbentuk menjadi kurang khas karena
keterbatasan informasi kondisi geografis asal
wilayah sampel. Selain itu, hal tersebut juga
dipengaruhi kondisi spesifik pada saat
pengambilan masing-masing sampel, seperti
usia, intensitas cahaya, serta keberadaan
tumbuhnya tanaman (sendiri atau bersama
dengan tanaman lain).
SARAN
Upaya untuk melakukan analisis terhadap
hasil gerombol yang terbentuk sedikit
terkendala
oleh
terbatasnya
informasi
geografis yang dimiliki masing-masing
wilayah kabupaten. Oleh karena itu,
diharapkan adanya kerjasama sektoral untuk
penelitian dalam rangka menyediakan
database geografis per wilayah yang lengkap.
Standardisasi sampel yang digunakan
(usia, intensitas cahaya, kondisi tumbuh
bersama atau tidaknya dengan tanaman lain)
sebaiknya menjadi pertimbangan untuk
penelitian yang melibatkan pengelompokan
tanaman menurut karakteristik geografis
wilayah kedepannya. Penerapan metode pra
pemrosesan lain juga dapat dicobakan untuk
mengetahui metode yang paling sesuai untuk
tujuan klasifikasi tanaman berdasarkan
karakteristik asal geografis.

11

DAFTAR PUSTAKA
Arnita. 2005. Koreksi Pencaran dalam Model
Kalibrasi Peubah Ganda pada Data
Senyawa Aktif Gingerol Serbuk Rimpang
Jahe (Zingiber officinale roscue). [Tesis].
Institut Pertanian Bogor.
Dalimartha, dr Setiawan. Tanaman Obat di
Lingkungan Sekitar Kita. 2005. Jakarta :
Puspa Swara, Anggota IKAPI.
Dalimartha, dr. Setiawan. 2008. 1001 Resep
Herbal. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hartigan, J.A. 1975. Clustering Algorithms
(Ward’s Method). www.stat.psu.edu. [9
Juni 2010]
Johnson, R. A., Wichern, D. W. 1988. Applied
Multivariate Statistical Analysis, second
edition. Prentice-Hall Internatioanl, Inc.
New Jersey.
Karson, Marvin J. 1982. Multivariate
Statistical Methods. The Iowa State
University Press. Ames, Iowa USA.
Mahendra, B. 13 Jenis Tanaman Obat Ampuh.
2005. Jakarta : Pustaka Swadaya.
Naes T, Issakson T, Fearn T, Davies T. 2002.
A User Friendly Guide to Multivariate
Calibration and Classification. United
Kingdom : NIR Publications Chichester.
Rohaeti dkk. 2005. Metode Cepat Penentuan
Total Simplisia Obat Tradisional.
Interpretasi
Kemometrik
terhadap
Spektra FTIR Simplisia [Jurnal]. Institut
Pertanian Bogor.
Timm, Neil H. 2002. Applied Multivariate
Analysis. Springer-Verlag New York, Inc.
Utami, dr. Prapti dan Tim Lentera. 2003.
Tanaman Obat untuk Mengatasi Diabetes
Mellitus. Agromedia Pustaka. Tangerang.
Wijaya, Andhika. D. 2009. Penerapan Hasil
Analisis Gerobol Menggunakan Analisis
Komponen
Utama
(Studi
Kasus;
Penyusunan Obat Herbal di pulau Jawa).
[Skripsi]. Institut Pertanian Bogor.

12

LAMPIRAN

13

Lampiran 1. Tabel Kode Wilayah Pengambilan Sampel Tanaman Meniran
KODE
WILAYANH

KABUPATEN

KECAMATAN

DESA

KAMPUNG

1

BDG-1

BANJARAN

KAMASAN

KAMASAN

KAMASAN

2

BGR -1D

BOGOR

DARMAGA

KEBUN BIOFARMAKA

3

BGR-1S

BOGOR

PAMIJAHAN

GUNUNG MENYAN

4

BGR-2D

BOGOR

DARMAGA

KEBUN BIOFARMAKA

5

BGR-2S

BOGOR

PAMIJAHAN

GUNUNG PICUNG

6

BGR-3D

BOGOR

DARMAGA

KEBUN BIOFARMAKA

7

BGR-3S

BOGOR

CIOMAS

SIRNAGALIH

8

CJR-1

CIANJUR

CILAKU

SIRNAGALIH

NO

BABAKAN
GUNUNG PICUNG
KIARA LAWANG
-

9

CJR-2

CIANJUR

KARANGTENGAH

SINDANGLOKA

CAGAK

10

CJR-3

CIANJUR

WARUNGKONDANG

CIKARYA

CIJOKO

11

GRT-1

GARUT

TAROGONG KALER

RANCA BANGO

TEGAL LEGA

12

GRT-2

GARUT

CILAWU

NGEMPLANG SARI

CINERAGAS

13

KRA-1

KARANGANYAR

KARANGPANDAN

KARANGPANDAN

-

14

KRA-2

KARANGANYAR

KARANGPANDAN

SALAM GEDANGAN

-

15

KRA-3

KARANGANYAR

KARANGPANDAN

PAKELAN

-

16

KRA-4

KARANGANYAR

KARANGPANDAN

GODANG GENTONG

-

17

MLG-4

MALANG

LAWANG

LAWANG

-

18

MLG-5

MALANG

KARANGPLOSO

KEPUHARJO

-

19

MLG-6

MALANG

TUREN

PAGEDANGAN

-

20

PBG-1

PROBOLINGGO

SUKAPURA

NGEPUNG

-

21

PBG-2

PROBOLINGGO

LUMBANG

LUMBANG

-

22

PBG-3

PROBOLINGGO

MUNENG

MUNENG

-

23

SMG-1

SEMARANG

BANYUMANIK

SIDORO

-

24

SMG-2

SEMARANG

BANDUNGAN

DUREN

-

25

SKB-1

SUKABUMI

CIKEMBAR

SUKAMULYA

CIANGSANA

26

SKB-2

SUKABUMI

WARUNGKIARA

BOJONGKERTA

BOJONGKERTA

27

SKB-3

SUKABUMI

CIKEMBAR

CIKEMBAR

CILANGKAP

28

SKB-4

SUKABUMI

CIKEMBAR

BOJONG

BOJONG

14

Lampiran 2. Tabel Kode Wilayah Pengambilan Sampel Tanaman Kumis Kucing
NO

KODE
WILAYAH

KABUPATEN

KECAMATAN

DESA

KAMPUNG

1

BDG-3

BANDUNG

CIWIDEY

PANUNDAAN

RANCAGEDE

2

BGR-1D

BOGOR

DARMAGA

KEBUN BIOFARMAKA

GUNUNG PICUNG

3

BGR-2D

BOGOR

CIOMAS

SIRNAGALIH

BABAKAN

4

BGR-3D

BOGOR

PAMIJAHAN

GUNUNG PICUNG

KIARA LAWANG

5

BGR-3S

BOGOR

PAMIJAHAN

GUNUNG MENYAN

6

CJR-1

CIANJUR

CIPANAS

SINDANGLAYA

TARIGU
PASANTREN

7

CJR-2

CIANJUR

PACET

CIPUTRI

PASIR SARONGGE

8

CJR-3

CIANJUR

GEKBRONG

SINDANGBARANG

CIBADAK

9

GRT-1

GARUT

CILAWAK

NGEMPALANGSARI

CIMARANGGAS

10

GRT-2

GARUT

SAMARANG

TANJUNGKARYA

PASIR MUNCANG

11

KRA-1

KARANGANYAR

KARANGPANDAN

KARANGPANDAN

-

12

KRA-2

KARANGANYAR

KARANGPANDAN

SALAM GEDANGAN

-

13

KRA-3

KARANGANYAR

KARANGPANDAN

PAKELAN

-

14

KRA-4

KARANGANYAR

TAWANGMANGU

RAGEAN

-

15

MLG-3

MALANG

PUJON

PANDESARI

-

16

MLG-4

MALANG

MULYOREDJO

NGANTENG

-

17

MLG-5

MALANG

TUREN

PAGEDANGAN

-

18

MLG-6

MALANG

PAKIS AJI

GENENGAN

-

19

PBG-1

PROBOLINGGO

SUKAPURA

NGEPUNG

-

20

SMG1

SEMARANG

BANDUNGAN

KENTENG

21

SKB-1

SUKABUMI

WARUNGKIARA

BOJONGKERTA

BOJONGKERTA

22

SKB-2

SUKABUMI

CIKEMBAR

CIKEMBAR

CILANGKAP

23

SKB-3

SUKABUMI

CIKEMBAR

BOJONG

BOJONG

-

15

Lampiran 3. Perolehan Koefisien Dugaa β0 dan β1
Koefisien Regresi Meniran pada
Seluruh Bilangan Gelombang

Sampel
BDG-1
BGR-1D
BGR-1S
BGR-2D
BGR-2S
BGR-3D
BGR-3S
CJR-1
CJR-2
CJR-3
GRT-1
GRT-2
KRA-1
KRA-2
KRA-3
KRA-4
MLG-4
MLG-5
MLG-6
PBG-1
PBG-2
PBG-3
SMG-1
SMG-2
SKB-1
SKB-2
SKB-3
SKB-4

β̂ 0
-0,0233
0,0168
-0,0119
0,00695
0,0262
-0,00029
0,0458
-0,0232
-0,00593
-0,0428
0,00574
0,0104
0,0514
-0,0374
0,00806
0,0376
-0,0177
0,0787
-0,00990
-0,0165
0,0291
0,0386
-0,00675
0,00388
-0,0671
-0,0227
-0,0176
-0,0562

β̂1
0,986
0,827
0,726
0,825
0,869
1,11
1,17
1,05
1,11
0,971
1,04
1,03
1,09
1,00
0,988
1,12
1,08
0,981
1,10
1,01
1,14
0,888
0,857
1,10
0,839
1,07
1,05
0,968

Koefisien Regresi Meniran Daerah
Sidik Jari

Sampel
BDG-1
BGR-1D
BGR-1S
BGR-2D
BGR-2S
BGR-3D
BGR-3S
CJR-1
CJR-2
CJR-3
GRT-1
GRT-2
KRA-1
KRA-2
KRA-3
KRA-4
MLG-4
MLG-5
MLG-6
PBG-1
PBG-2
PBG-3
SMG-1
SMG-2
SKB-1
SKB-2
SKB-3
SKB-4

β̂ 0
-0,00104
-0,00553
-0,0346
0,00675
0,0626
0,0148
0,00884
0,0189
-0,00481
0,0161
-0,0205
0,0182
0,00071
-0,0457
-0,0179
0,0377
-0,0305
-0,0126
-0,00555
0,0228
-0,0549
-0,0319
0,0191
0,00637
0,0534
-0,00705
0,0129
-0,0266

β̂1
1,10
0,926
0,677
0,911
0,658
1,07
1,28
0,879
1,19
0,760
1,19
1,06
1,27
0,967
0,985
1,31
1,18
0,983
1,12
0,741
1,38
1,18
0,825
1,09
0,400
0,965
1,06
0,826

16

Lanjutan Lampiran 3. Perolehan Koefisien Dugaan β0 dan β1
Koefisien Regresi Kumis Kucing pada
Seluruh Bilangan Gelombang

Sampel
BDG-3
BGR-1D
BGR-2D
BGR-3D
BGR-3S
CJR-1
CJR-2
CJR-3
GRT-1
GRT-2
KRA-1
KRA-2
KRA-3
KRA-4
MLG-3
MLG-4
MLG-5
MLG-6
PBG-1
SMG-1
SKB-1
SKB-2
SKB-3

β̂ 0
-0,0208
-0,0443
-0,00307
-0,0295
-0,0371
0,0296
-0,0413
0,0133
0,0306
0,0320
0,00515
-0,00440
-0,0366
0,00187
0,0631
-0,0168
0,0310
0,0491
0,0621
-0,0266
-0,0225
-0,0275
-0,00740

β̂1
1,06
1,05
0,868
0,908
0,816
0,736
1,05
1,12
1,16
1,16
1,12
1,10
1,05
0,810
0,775
0,757
0,937
1,16
1,07
1,06
1,05
1,08
1,09

Koefisien Regresi Kumis Kucing pada
Daerah Sidik Jari

Sampel
BDG-3
BGR-1D
BGR-2D
BGR-3D
BGR-3S
CJR-1
CJR-2
CJR-3
GRT-1
GRT-2
KRA-1
KRA-2
KRA-3
KRA-4
MLG-3
MLG-4
MLG-5
MLG-6
PBG-1
SMG-1
SKB-1
SKB-2
SKB-3

β̂ 0
-0,0255
-0,0265
-0,0325
-0,0164
-0,00338
0,00193
-0,0446
0,0426
0,0173
-0,00984
0,0427
0,0478
0,0260
0,0185
0,00693
0,0400
-0,0372
0,0295
-0,0380
-0,00758
0,00055
-0,0152
-0,0200

β̂1
1,34
1,05
1,02
0,880
0,719
0,717
1,17
1,01
1,21
1,21
0,967
0,839
0,816
0,596
0,954
0,467
1,09
1,26
1,35
0,952
1,15
1,06
1,18

17

Lampiran 4. Perbandingan Plot Data Sebelum dan Setelah Terkoreksi

(a) Data Daerah Sidik Jari Meniran Tanpa Koreksi

(b) Data Daerah Sidik Jari Meniran Terkoreksi

18

Lanjutan Lampiran