Study on the impact of coal mine land reclamation on watershed hydrological and ecological function and social economic aspects of the local community

KAJIAN DAMPAK REKLAMASI LAHAN TAMBANG
BATUBARA TERHADAP KOMPONEN FUNGSI HIDROLOGIS
DAN EKOLOGIS DAS SERTA MANFAAT BAGI
MASYARAKAT

ONESIMUS PATIUNG

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Kajian Dampak Reklamasi
Lahan tambang Batubara terhadap Komponen Fungsi Hidrologis dan Ekologis
DAS serta Manfaat bagi Masyarakat adalah karya saya dengan arahan komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.


Bogor, September 2012

Onesimus Patiung
A165090061

ABSTRACT
ONESIMUS PATIUNG. Study on the Impact of Coal Mine Land Reclamation on
Watershed Hydrological and Ecological Function and Social Economic Aspects of
the Local Community. Under Supervision of NAIK SINUKABAN as chairman,
SURIA DARMA TARIGAN and DUDUNG DARUSMAN as members.
This research was conducted at the PT Adaro Indonesia coal mining area in
Negara watershed, sub-watershed of Barito, South Kalimantan Province. The aims
of the study were: 1) to identify of the methods used for coal mined land
reclamation; 2) to analyze the impacts of the reclamation on the hydrological and
ecological functions of the watershed; and 3) to analyze the impact of the land
reclamation activities on the involvements of and benefits for the communities.
This study was carried out using survey method and field measurements in
identifying the methods of reclamation. Analyzis of watershed hydrological
function showed that reclamation activities significantly increased soil infiltration

rate from 0.27 cm/hr to 1.01 cm/hr, decreased runoff coefficient from 49.04% to
13.97% and decreased erosion rate from 130.28 ton/ha to 7.64 ton/ha. Biodiversity
analysis showed that there was no significant impact of reclamation activities on
biodiversity at the early stage of reclamation trees up to 6 years of its development.
However, after the reclamation trees were at the age of 15 years, the biodiversity
indexes increased significantly; shurb index increased up to 1,10, seedlings 0.76,
saplings 0.85, poles 0.53, and trees 0.23. Carbon sequestration analysis showed that
the reclamation activities increased carbon sequestration significantly. At the area
where the reclamation trees were at 15 years old the carbon stock reached 103.57
ton/ha, which consist of 95.94 ton/ha at trees, 4.12 ton/ha at undergrowth, and 3.51
ton/ha at the litter. Analysis of the impact of reclamation on social-economic of the
local communities showed that the income of labor increased substantially up to Rp
36,000,000 per year, the income that have been greater than the income that can
support life worthed living standard (Rp 24,000,000/year). This income was also
already greather than income of South Kalimantan GDP (195%) and national GDP
(117%). Multiple benefits gained by the local communities during the reclamation
activities among others were the opportunities for supplier of food and housing,
compost and plant seeds; the post-mining benefits from timber and non timber
product of reclamation; as well as benefits from infrastructure/roads and recreation
facilities.

Keyword : Reclamation, erosion, runoff, hydrological and ecological function

RINGKASAN
ONESIMUS PATIUNG. Kajian Dampak Reklamasi Lahan Tambang Batubara
terhadap Komponen Fungsi Hidrologis dan Ekologis DAS serta Manfaat bagi
Masyarakat. Dibimbing oleh NAIK SINUKABAN sebagai ketua, SURIA DARMA
TARIGAN dan DUDUNG DARUSMAN sebagai anggota.
Tambang batubara di Indonesia umumnya menggunakan teknik tambang
terbuka (open pit mining) yaitu metode penambangan dengan segala aktivitasnya
dilakukan diatas atau relatif dekat dengan permukaan tanah. Aktivitas tersebut akan
meninggalkan kerusakan lahan berupa lubang-lubang yang besar/perubahan
bentang lahan, rusaknya sifat-sifat tanah, hilangnya berbagai jenis flora dan fauna,
iklim mikro, fungsi hidrologis, serta sosial ekonomi dan budaya. Untuk menghindari
kerusakan yang lebih serius pada setiap lahan tambang, pemerintah telah
mengeluarkan berbagai peraturan untuk dipedomani oleh setiap perusahaan dalam
melaksanakan reklamasi sebagai upaya untuk memperbaiki atau memulihkan
kembali lahan dan vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal
sesuai dengan peruntukannya. Reklamasi lahan tambang membutuhkan waktu yang
lama dalam pemulihannya serta biaya yang besar, namun memberikan dampak
yang besar terhadap perubahan fungsi hidrologis dan ekologis DAS serta manfaat

bagi masyarakat. Untuk mengetahui dampak tersebut, maka perlu dilakukan kajian.
Tujuan penelitian ini adalah : 1) mengidentifikasi metoda reklamasi lahan
tambang batubara yang telah dilaksanakan. 2) mengkaji dampak reklamasi lahan
tambang batubara terhadap komponen fungsi hidrologis dan ekologis DAS. 3)
menganalisis keterlibatan masyarakat dan manfaat yang diperoleh dari kegiatan
reklamasi lahan tambang batubara. Penelitian ini dilaksanakan pada lahan reklamasi
tambang batubara PT Adaro Indonesia yang terletak pada sub DAS Negara, DAS
Barito Kabupaten Tanjung dan Balangan Provinsi Kalimantan Selatan.
Penelitian ini menggunakan metode survei untuk mengetahui metoda
reklamasi yang digunakan. Pengukuran dan pengamatan lapangan dilakukan untuk
mengetahui dampak reklamasi lahan terhadap komponen fungsi hidrologis dan
ekologis DAS. Pengumpulan data fungsi hidrologis meliputi infiltrasi dilakukan
dengan menggunakan double ring infiltrometer, aliran permukaan dan erosi
dilakukan dengan membuat petak erosi skala kecil. Pengamatan fungsi ekologis
seperti biodiversitas dilakukan dengan membuat petak ukuran 20 m x 20 m untuk
tingkat pohon, tiang 10 m x 10 m, pancang 5 m x 5 m dan semai 2 m x 2 m.
Pengamatan sekuestrasi karbon dilakukan dengan membuat petak ukuran 40 m x 5
m untuk diameter tegakan lebih dari 5 cm dan 0,5 m x 0,5 m untuk tanaman bawah
diameter kurang dari 5 cm. Kajian keterlibatan serta manfaat yang diperoleh
masyarakat dari kegiatan reklamasi dilakukan wawancara terstruktur.

Hasil identifikasi metoda reklamasi lahan tambang pada PT Adaro Indonesia
menggunakan metoda ketebalan batuan dan tanah timbunan 6 - 12 m, ketebalan
tanah pucuk 15 cm, panjang lereng 22 - 46 m, kemiringan lereng 20 – 22 % yang
ditanami tanaman penutup (famili leguminoceae dan gramineae) serta tanaman
reklamasi (Acacia mangium, johar (Cassia siamea), kaliandra (Calliandra
calothyrsus), waru (Hibiscus tiliaceus L.) dan Acacia auriculiformis). Reklamasi
lahan tambang batubara mampu meningkatkan laju infiltrasi dari 0,27 cm/jam
menjadi 1,01 cm/jam, menurunkan koefisien aliran permukaan dari 49.04%

menjadi 13.97% dan menurunkan erosi dari 130,28 ton/ha menjadi 7,64 ton/ha.
Reklamasi lahan tambang batubara belum mampu meningkatkan keragaman spesies
sampai umur 6 tahun, namun setelah umur 15 tahun mengalami peningkatan
dengan indek keragaman spesies (H'); herba 1,10, semai 0,76, pancang 0,85, tiang
0,53 dan pohon 0,23. Tanaman hasil revegetasi pada lahan reklamasi tambang
batubara mampu meningkatkan sekuestrasi karbon tegakan, tanaman bawah dan
serasah. Sekuestrasi karbon tertinggi ditemukan pada umur 15 tahun mencapai
103,57 ton yaitu tegakan 95,94 ton C/ha, tanaman bawah 4,12 ton C/ha dan serasah
3,51 ton C/ha. Kegiatan reklamasi lahan tambang batubara mampu meningkatkan
pendapatan tenaga kerja diatas Rp. 36.000.000 pertahun sudah lebih besar dari
pendapatan untuk hidup layak (Rp. 24.000.000). Pendapatan tersebut sudah diatas

pendapatan PDRB perkapita Kalimantan Selatan 195 % dan PDB perkapita
Nasional 117 %. Manfaat ganda yang diperoleh masyarakat selama kegiatan
reklamasi adalah meningkatnya peluang berusaha sebagai penyedia bahan
pokok/makanan, perumahan, pupuk kompos dan bibit tanaman, manfaat
pascatambang hasil reklamasi berupa produk kayu dan non kayu, serta manfaat
sarana prasarana seperti jalan dan rekreasi
Kata Kunci : Reklamasi, erosi, aliran permukaan, fungsi hidrologis dan ekologis

© Hak cipta milik IPB, tahun 2012
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

KAJIAN DAMPAK REKLAMASI LAHAN TAMBANG
BATUBARA TERHADAP KOMPONEN FUNGSI HIDROLOGIS
DAN EKOLOGIS DAS SERTA MANFAAT BAGI

MASYARAKAT

ONESIMUS PATIUNG

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Ilmu Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

Ujian Tertutup :

3 Juli 2012

Penguji


Dr. Ir. Irdika Mansur, M.For.Sc (Fakultas Kehutanan IPB)

:

Dr. Ir. Iskandar (Fakultas Pertanian IPB)
Ujian Terbuka :

2 Agustus 2012

Penguji

Dr. Ir. Eka Widodo Soegiri, MM (Direktur Perencanaan dan
Evaluasi Pengelolaan DAS, Ditjen Bina Pengelolaan DAS
dan Perhutanan Sosial, Kementerian Kehutanan)

:

Prof. Dr. Ir. Kukuh Murtilaksono, MS (Guru Besar Fakultas
Pertanian IPB)


Judul Penelitian

: Kajian Dampak Reklamasi Lahan Tambang Batubara terhadap
Komponen Fungsi Hidrologis dan Ekologis DAS serta
Manfaat bagi Masyarakat.
Nama Mahasiswa : Onesimus Patiung
Nomor Pokok
: A165090061

Disetujui:
Komisi Pembimbing,

Prof. Dr. Ir. Naik Sinukaban, MSc
Ketua

Dr. Ir. Suria Darma Tarigan, MSc
Anggota

Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, MA
Anggota


Diketahui :
Ketua Program Studi
Ilmu Pengelolaan DAS,

Dr. Ir. Suria Darma Tarigan, MSc

Tanggal ujian : 2 Agustus 2012

Dekan Sekolah Pascasarjana,

Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr.

Tanggal lulus :

PRAKATA

Puji dan syukur patut kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih
dan Penyayang atas segala berkat, rahmat dan pertolongan-Nya sehingga penelitian
dan penulisan disertasi berjudul “Kajian Dampak Reklamasi Lahan Tambang

Batubara terhadap Komponen Fungsi Hidrologis dan Ekologis DAS serta Manfaat
bagi Masyarakat” ini dapat diselesaikan.
Ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Prof. Dr. Ir. Naik Sinukaban,
MSc selaku ketua komisi pembimbing, Dr. Ir. Suria Darma Tarigan, MSc dan Prof.
Dr. Ir. Dudung Darusman, MA selaku anggota yang telah banyak memberikan
arahan, petunjuk dan saran sejak penyusunan rencana penelitian sampai selesainya
disertasi ini. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dekan
Sekolah Pascasarjana (SPs) IPB dan Ketua Progran Studi Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai (DAS) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk
menempuh pendidikan program doktor pada SPs IPB. Ucapan terima kasih juga
disampaikan pada Direktur Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
dan Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan, Kementerian Kehutanan
atas kesempatan yang diberikan untuk melanjutkan pendidikan program doktor di
IPB. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Dr. Ir. Irdika Mansur, MFor.Sc
dan Dr. Ir. Iskandar atas kesediaannya menjadi penguji luar komisi pada ujian
tertutup serta Dr. Ir. Eka Widodo Soegiri, MM dan Prof. Dr. Ir. Kukuh
Murtilaksono, MS sebagai penguji luar komisi pada ujian terbuka.
Ucapan terima kasih juga kepada Pimpinan dan Staf PT Adaro Indonesia yang
telah memberikan kesempatan dan fasilitasi selama melaksanakan penelitian.
Ucapan terima kasih yang tulus dan dalam penulis sampaikan kepada kedua orang
tua Bapak Pdt Daniel Patiung (alm) yang masih sempat menyaksikan sidang
terbuka dan Ibu Ester Patti (alm) serta mertua Bapak Agus Songgo dan Ibu Ruth
Haniga atas segala kasih sayang dan doa mereka yang tidak pernah berhenti.
Kepada keluarga kakak Daniel Todingan, Agustinus Patiung, Nelmon Tangke Allo,
Semuel Patiung dan keluarga adik Dominggus Patiung dan Teopilus Patiung,
penulis sampaikan terima kasih atas dukungan dan doanya. Kepada istri tercinta
Saartje Songgo, anak-anak Gratia Honestha Patiung dan EbenHaezer Honestho
Patiung, penulis sampaikan terima kasih atas pengorbanan waktu, dorongan
semangat, kasih sayang dan doa selama mengikuti pendidikan S3 di IPB.
Kepada kawan-kawan seperjuangan pada program studi Ilmu Pengelolaan
DAS yang telah memberikan dorongan dan kerjasama selama menempuh
perkuliahan juga diucapkan terima kasih. Semoga segala bantuan, dukungan dan
perhatian yang telah diberikan mendapat balasan berkat yang melimpah dari Tuhan
Yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Bogor,

September 2012
Onesimus Patiung

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Toraja Utara pada tanggal 06 Januari 1971 sebagai
anak kelima dari pasangan Bapak Daniel Patiung dan Ibu Ester Patti (alm).
Pendidikan sarjana ditempuh pada Program Studi Manajemen dan Budidaya Hutan
Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin, lulus tahun 1995. Pada tahun 2001,
penulis diterima untuk melanjutkan ke program master pada Program Studi Ilmu
Kehutanan Pascasarjana Universitas Gadjah Mada dan lulus pada tahun 2003.
Kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke program doktor pada Program Studi
Ilmu Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) pada Institut Pertanian Bogor
diperoleh pada tahun 2009. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari
Kementerian Kehutanan Republik Indonesia.
Penulis bekerja sebagai staf pada Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial (BPDAS-PS) Kementerian Kehutanan
sejak tahun 1997 hingga saat ini. Pada tahun 1997 - 2001 sebagai staf pada Balai
RLKT Benain Noelmina di Kupang. Tahun 201 - 2003 sebagai karyasiswa pada
Ilmu Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tahun 2003 - 2007 sebagai
staf pada Direktorat Bina Perhutanan Sosial. Tahun 2007 - 2009 sebagai kepala
seksi Program pada Balai Pengelolaan DAS Wampu Sei Ular di Medan. Tahun
2009 sebagai kepala seksi usaha hasil hutan kayu pada Direktorat Bina Perhutanan
Sosial Ditjen BPDAS-PS, Kementerian Kehutanan di Jakarta.
Selama mengikuti program doktor, penulis aktif pada organisasi kampus
sebagai Ketua Forum DAS pada Program Studi Ilmu Pengelolaan DAS tahun 2009
- 2012 dan Ketua Bidang Kerjasama Eksternal Dewan Mahasisawa Pascasarjana
IPB tahun 2010 - 2011. Wakil Ketua Forum Pascasarjana Kementerian Kehutanan
IPB tahun 2011 - 2012. Sebuah artikel dengan judul Pengaruh Umur Reklamasi
Bekas Tambang Batubara terhadap Fungsi Hidrologis telah diterbitkan pada Jurnal
Hidrologi Lingkungan dan Tanah (Hidrolitan) Volume 2 No. 2 tahun 2011 dan
artikel lain dengan judul Tingkat Serapan Karbon Tanaman Revegetasi pada Lahan
Reklamasi Bekas Tambang Batubara diterbitkan pada Jurnal Tanah dan
Lingkungan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian
IPB Volume 13 No 1 tahun 2011. Karya-karya ilmiah tersebut merupakan bagian
dari program doktor penulis.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................

xiv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................

xvi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................

xvii

PENDAHULUAN .........................................................................................
Latar Belakang .......................................................................................
Permasalahan .........................................................................................
Kerangka Pikir .......................................................................................
Tujuan Penelitian ..................................................................................
Manfaat Penelitian .................................................................................

1
1
3
5
6
6

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................
Reklamasi ................................................................................................
Siklus Hidrologi .....................................................................................
Erosi dan Faktor Penyebabnya ...............................................................
Biodiversitas ...........................................................................................
Sekuestrasi Karbon ...............................................................................
Partisipasi ...............................................................................................
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai ......................................................

9
9
10
18
24
27
30
33

METODE PENELITIAN ............................................................................
Lokasi Penelitian .....................................................................................
Bahan dan Alat ........................................................................................
Tahapan Penelitian ...............................................................................
Identifikasi Metoda Reklamasi Lahan Tambang Batubara ...................
Kajian Dampak Reklamasi Lahan Tambang Batubara terhadap
Komponen Fungsi Hidrologis DAS .......................................................
Kajian Dampak Reklamasi Lahan Tambang Batubara terhadap
Komponen Fungsi Ekologis DAS ...........................................................
Kajian Manfaat Kegiatan Reklamasi bagi Masyarakat ...........................
Analisa Data ...........................................................................................

37
37
37
38
39

43
46
47

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ....................................
Letak dan Luas .......................................................................................
Kondisi Biofisik .....................................................................................
Kondisi Sosial Ekonomi .........................................................................
Kegiatan Tambang PT Adaro Indonesia ................................................

53
53
53
58
60

HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................
Identifikasi Metoda Reklamasi ..............................................................
Dampak Reklamasi terhadap Sifat Fisik, Kimia dan Biologi Tanah .....
Dampak Reklamasi terhadap Komponen Fungsi Hidrologis DAS .........
Dampak Reklamasi terhadap Komponen Fungsi Ekologis DAS ..........
Analisis Tenaga Kerja dan Manfaat Reklamasi bagi Masyarakat .........
Dampak Ganda Kegiatan Reklamasi ......................................................

65
65
70
81
87
102
113

39

IMPLIKASI KEBIJAKAN ...........................................................................

115

SIMPULAN DAN SARAN ..........................................................................
Simpulan ................................................................................................
Saran ......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
LAMPIRAN ..................................................................................................

125
125
126
127
133

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Pengaruh beberapa faktor terhadap proses dan tingkat erosi tanah ...........

21

2. Gudang penyimpan karbon .......................................................................

28

3. Distrubusi karbon (%) pada gudang simpanan karbon yang berbeda
di hutan dan kebun kayu ...........................................................................

29

4. Penutupan Lahan Kabupaten Tabalong dan Balangan ..............................

55

5. Data kelerengan Kabupaten Tabalong dan Balangan ................................

56

6. Jenis tanah di Kabupaten Tabalong dan Balangan ....................................

57

7. Lahan kritis berdasarkan administrasi Kabupaten Tabalong dan
Balangan ....................................................................................................

57

8. Luas dan cakupan Sub DAS Negara DAS Barito ......................................

57

9. Kondisi Catchment Area pada wilayah konsesi PT Adaro Indonesia .......

58

10. Jumlah penduduk di Kabupaten Tabalong dan Balangan ..........................

58

11. Banyaknya rumah tangga di Kabupaten Tabalong dan Balangan .............

59

12. Rata-rata penduduk per desa, per Km2 dan rata-rata jumlah
anggota rumah tangga di Kabupaten Tabalong dan Balangan ...................

59

13. Perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Tabalong dan
Balangan Tahun 2005-2008 .......................................................................

59

14. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Tabalong dan Balangan
Tahun 2003-2008 .......................................................................................

59

15. Kemajuan tambang batubara PT Adaro (1991-2012) dan rencana
hingga tahun 2042 dalam memproduksi batubara (ton) dan OB (bcm) .....

60

16. Luas kemajuan tambang PT Adaro Indonesia sampai dengan 2011 .........

61

17. Kapasitas kolam pengendap pada areal Tambang PT Adaro
Indonesia (Tutupan, Paringin dan Wara) ...................................................

63

18. Karakteristik lahan pada setiap umur reklamasi ........................................

65

19. Bobot isi tanah pada berbagai umur reklamasi ..........................................

71

20. Porositas tanah pada berbagai umur reklamasi .........................................

72

21. Permeabilitas tanah pada berbagai umur reklamasi ..................................

74

22. Ketersediaan unsur C, N dan P tanah pada berbagai umur reklamasi .......

77

23. Aktivitas Organisme Tanah pada berbagai umur reklamasi ......................

80

24. Laju infiltrasi pada berbagai umur reklamasi lahan tambang ....................

82

25. Aliran permukaan pada berbagai umur reklamasi .....................................

84

26. Laju erosi pada berbagai umur reklamasi ..................................................

86

27. Nilai kerapatan relatif (KR) tertinggi berdasarkan umur reklamasi ..........

89

28. Nilai frekuensi relatif (FR) tertinggi berdasarkan umur reklamasi ............

90

29. Nilai dominansi relatif (DR) tertinggi berdasarkan umur reklamasi .........

92

30. Tiga tumbuhan dengan INP tertinggi setiap fase pertumbuhan
pada plot tanaman penutup tanah (TP, cover crops) umur 3 bulan ...........

93

31. Tiga tumbuhan dengan INP tertinggi setiap fase pertumbuhan
pada plot Acacia mangium (AM) umur 6 bulan ........................................

93

32. Tiga tumbuhan dengan INP tertinggi setiap fase pertumbuhan
pada plot johar (JR, cassia siamea) umur 2 tahun .....................................

93

33. Tiga tumbuhan dengan INP tertinggi setiap fase pertumbuhan
pada plot kaliandra (KL, Calliandra calothyrsus) umur 4 tahun...............

94

34. Tiga tumbuhan dengan INP tertinggi setiap fase pertumbuhan
pada plot waru (WR, Hibiscus tiliaceus L.)umur 6 tahun .........................

94

35. Tiga tumbuhan dengan INP tertinggi setiap fase pertumbuhan
pada plot Acacia auriculiformis (AA) umur 15 tahun ...............................

94

36. Indeks keanekaragaman spesies (H’) pada setiap umur reklamasi ............

96

37. Total C-organik yang hilang melalui erosi dan aliran permukaan .............

101

38. Jumlah tenaga kerja pada PT Adaro Indonesia dari tahun 2000 - 2011 ....

103

39. Kebutuhan Hidup Layak (KHL) tenaga kerja pada kegiatan reklamasi ....

112

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.

Kerangka pemikiran dalam meningkatkan komponen fungsi hidrologis
dan ekologis DAS .......................................................................................

7

2.

Siklus Hidrologi .......................................................................................... 12

3.

Lokasi penelitian pada Tambang Tutupan dan Tambang Paringin ............ 37

4.

Plot Pengamatan erosi dan aliran permukaan ............................................. 42

5.

Plot Pengamatan bio Bentuk dan ukuran contoh plot lingkaran (a) dan
petak persegi (b) yang dipakai untuk inventarisasi vegetasi diversitas....... 46

6.

Plot Pengamatan karbon sekuestrasi ........................................................... 47

7.

Pengelolaan kualitas air limbah ................................................................. 62

8.

Ketebalan batuan/tanah timbunan (m) dan topsoil (cm) setiap metoda
reklamasi ..................................................................................................... 66

9.

Hubungan antara porositas (%) dengan permeabilitas tanah (cm/jam) ...... 75

10. Laju infiltrasi pada berbagai metoda reklamasi (cm/menit) ....................... 82
11. Serapan karbon biomassa tegakan (ton C/ha) pada berbagai umur dan jenis
penutup lahan reklamasi.............................................................................. 97
12. Serapan karbon tanaman bawah (ton C/ha) pada berbagai umur dan jenis
penutup lahan reklamasi.............................................................................. 98
13. Stok karbon serasah (ton C/ha) pada berbagai umur dan jenis penutupan
lahan reklamasi ......................................................................................... 100
14. Sebaran tenaga kerja yang terlibat pada kegiatan reklamasi tambang ....

104

15. Sebaran tenaga kerja yang terlibat pada kegiatan reklamasi tambang
berdasarkan kelompok umur ...................................................................

106

16. Sebaran tenaga kerja yang terlibat pada kegiatan reklamasi tambang
berdasarkan tingkat pendidikan ...............................................................

108

17. Sebaran tenaga kerja yang terlibat pada kegiatan reklamasi tambang
berdasarkan lama menetap .......................................................................

109

18. Sebaran tenaga kerja yang terlibat pada kegiatan reklamasi tambang
berdasarkan lamanya bekerja ..................................................................

110

19. Sebaran tenaga kerja yang terlibat pada kegiatan reklamasi tambang
berdasarkan tingkat pendapatan ..............................................................

111

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Peta PT Adaro Indonesia dan Pembagian Sub DAS ...................................

133

2. Peta lokasi penelitian pada lahan reklamasi Tambang Tutupan ................

134

3. Peta lokasi penelitian pada lahan reklamasi Tambang Paringin ................

135

4. Sifat-sifat tanah pada kedalaman 0 – 15 cm setiap umur reklamasi ...........

136

5. Sifat-sifat tanah pada kedalaman 15 – 30 cm setiap umur reklamasi .........

136

6. Rencana kegiatan tambang batubara PT Adaro Indonesia sampai
dengan tahun 2042 ......................................................................................

137

7. Hasil pengukuran curah hujan periode Mei hingga September 2011 .........

138

8. Penilaian permeabilitas tanah ......................................................................

138

9. Klasifikasi erosi menurut Hammer (1981) ..................................................

138

10. Kriteria penilaian sifat kimia tanah (Staf Pusat Penelitian Tanah
Bogor, 1983) ...............................................................................................

139

11. Kriteria tingkat kritis sifat-sifat fisik dan kimia tanah
(Lal, 1984 dalam Shukla, Lal dan Ebinger, 2004) ......................................

140

12. Nilai Kerapatan Relatif (KR) tertinggi berdasarkan umur reklamasi .........

141

13. Nilai Frekuensi Relatif (FR) tertinggi berdasarkan umur reklamasi...........

142

14. Nilai Dominansi Relatif (DR) tertinggi berdasarkan umur reklamasi ........

143

15. Nilai KR, FR, INP tanaman bawah/herba pada hutan paringin ..................

144

16. Nilai KR, FR, INP tingkat semai pada hutan paringin ................................

144

17. Nilai KR, FR, INP tingkat pancang pada hutan paringin ............................

145

18. Nilai KR, FR, DR, INP tingkat tiang pada hutan paringin ........................

145

19. Nilai KR, FR, DR, INP tingkat pohon pada hutan paringin .......................

145

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tambang batubara merupakan salah satu penggerak roda perekonomian dan
pembangunan nasional Indonesia baik sebagai sumber energi maupun sumber devisa
negara. Deposit batubara Indonesia hingga tahun 2011 diperkirakan mencapai 105
miliar ton. Produksi batubara Indonesia yang diekspor sebesar 75% dari 327 juta
ton total produksi batubara, sedangkan sisanya 25% untuk memenuhi kebutuhan
energi dalam negeri. Tujuan ekspor batubara Indonesia terutama ke Jepang,
Taiwan, Korea Selatan dan Eropa dan sisanya untuk kebutuhan dalam negeri
(Kemen ESDM, 2011). Tambang batubara di Indonesia umumnya dilakukan dengan
sistem tambang terbuka (open pit mining) sehingga berdampak terhadap kerusakan
lingkungan lokal maupun secara global.
Berdasarkan ijin Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara
(PKP2B), PT Adaro Indonesia terletak di dua Provinsi dan empat Kabupaten.
Aktivitas tambang

berada pada Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Balangan

Provinsi Kalimantan Selatan. Areal tersebut termasuk dalam wilayah sub-sub DAS
Tabalong dan sub-sub DAS Balangan, Sub DAS Negara, DAS Barito. Sedangkan
jalan angkut dan pelabuhan khusus batubara kelanis berada di Kabupaten Barito Timur
dan Barito Selatan Provinsi Kalimantan Tengah. Luas konsesi PT Adaro Indonesia
Mine 35.800,80 ha setelah mengalami perubahan luas dari 148.148 ha yang mulai
kegiatan operasional pada tahun 1985 berdasarkan SK Direktorat Jenderal
Pertambangan Umum No. 1022.K/222/030000/1985 tentang Kuasa Pertambangan
(KP) Eksplorasi DU-182/Kalsel.
Peningkatan aktivitas pertambangan akan berdampak terhadap kerusakan
lingkungan baik kerusakan biofisik, iklim mikro, perubahan lanskap, fungsi hidrologis
maupun sosial ekonomi dan budaya. Kerusakan lingkungan dapat dibagi dua yaitu
kerusakan iklim mikro dan kerusakan tanah. Kerusakan iklim mikro terjadi akibat
menyingkirkan seluruh vegetasi yang ada diatasnya serta lapisan tanah dan batuan
yang berada di atas deposit batubara. Hilangnya vegetasi berhutan akan berpengaruh
terhadap menghilangkan fungsi hutan sebagai pengatur tata air (hidrologi), pengendali

2
erosi dan banjir, biodiveritas, penyerap karbon dan pengatur suhu mikro.
Reklamasi lahan tambang batubara merupakan kewajiban bagi setiap
perusahaan yang harus dilaksanakan berdasarkan peraturan pemerintah yang
berlaku. Peraturan yang mengatur tentang reklamasi antara lain: Peraturan
Pemerintah No. 76 tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan,
Peraturan Pemerintah No. 78 tahun 2010 tentang Rekalamasi dan Pascatambang,
Permen ESDM No. 18 Tahun 2008 tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang,
Permenhut No. 60/Menhut-II/2009 tentang Pedoman Penilaian Keberhasilan
Reklamasi Hutan dan Permenhut No. 4/Menhut/II/2011 tentang Reklamasi Hutan.
Sinukaban (2007) mengemukakan bahwa lahan bekas tambang umumnya
mempunyai sifat fisik, kimia dan biologi yang buruk sehingga hanya sedikit tumbuhan
yang dapat hidup dengan baik bahkan tidak ada tumbuhan yang dapat hidup dengan
baik. Disamping itu aliran permukaan, erosi dan sedimentasi terjadi sangat intensif
pada lahan reklamasi tambang. Hal tersebut dapat berdampak buruk terhadap kondisi
lingkungan setempat maupun dalam skala luas.
Aktivitas tambang terbuka akan meninggalkan lubang yang besar dan
menghasilkan tanah timbunan (over burden) yang sangat banyak, sehingga perlu
segera ditangani. Reklamasi lahan tambang merupakan upaya perbaikan lingkungan
yang rusak akibat pertambangan paling sedikit mendekati kondisi alaminya (rona
awal). Reklamasi lahan yang dilakukan dengan menata batuan/tanah timbunan,
penebaran tanah pucuk (topsoil), penanaman tanaman penutup tanah (cover crops) dan
tanaman kayu-kayuan cepat tumbuh serta jenis lokal yang bernilai ekonomis. Peranan
vegetasi dalam ekosistem meliputi pengaturan tata air, pengaturan keseimbangan
karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi
tanah. Kualitas tanah sangat ditentukan oleh tiga parameter utama yaitu (1) fisik tanah
berupa jenis, fraksi, tekstur, porositas, elevasi, dll; (2) kimia tanah berupa kandungan
senyawa organik dan anorganik tanah dan (3) biologi tanah berupa mikroba
dekomposer, nematoda dan organisme tanah lainnya.
Kegiatan petambangan pada DAS Barito sebagian besar berada pada bagian
hulu DAS sehingga berpotensi menyumbang kerusakan fungsi hidrologis dan ekologis
DAS. Untuk itu pengelolaan DAS perlu ditangani sebagai satu kesatuan antara
wilayah hulu dan hilir, karena adanya interdependensi. Wilayah DAS pada bagian

3
hulu merupakan daerah tangkapan air hujan dan merupakan sumber air bagi
daerah di bawahnya, maka perhatian yang cukup terhadap wilayah ini sangat
diperlukan. Hulu DAS umumnya didominasi oleh penutupan vegetasi hutan, jika
penutupan hutan rusak maka fungsi hidrologi DAS juga dapat dipastikan akan
rusak. Tujuan utama pengelolaan DAS adalah mewujudkan DAS yang berkelanjutan
(Sustainable), yang dicirikan oleh pendapatan masyarakat didalamnya cukup tinggi,
teknologi yang diterapkan tidak menimbulkan kerusakan dan teknologi tersebut dapat
diterapkan (acceptable) serta dapat dibuat dan dikembangkan sendiri (replicable)
(Sinukaban, 1999).
Kerusakan lingkungan DAS terutama yang disebabkan oleh aktivitas
pertambangan perlu segera diperbaiki dengan melaksanakan reklamasi. Beberapa
indikator yang dapat diukur dari keberhasilan reklamasi antara lain perbaikan
fungsi hidrologis DAS (infiltrasi, aliran permukaan dan erosi), perbaikan sifatsifat tanah, meningkatknya fungsi ekologis DAS (biodiversitas dansekuestrasi
karbon) serta manfaat bagi masyarakat.
Permasalahan
Peningkatan produksi batubara ditujukan untuk memenuhi kebutuhan energi
dalam negeri dan pasar dunia mengalami kenaikan tiap bulannya secara signifikan
tidak dapat dihindari. Hal tersebut menjadikan batubara sebagai primadona yang
akan mendorong berbagai pihak dalam melakukan eksploitasi yang lebih besar
untuk mencapai permintaan pasar. Bahkan ada pihak-pihak tertentu melakukan
aktivitas penambangan tanpa ijin (PETI) atau illegal mining yang tidak memiliki
aturan pertambangan semakin memperparah kerusakan lingkungan. Kebijakan
pemerintah dalam memberikan ijin penambahan kapasitas produksi berdampak
positif pemanfaatan eksploitasi batubara sehingga mendorong percepatan
kerusakan lingkungan.
Tambang batubara di Indonesia dalam aktivitasnya menggunakan teknik
tambang terbuka (open pit mining) yaitu menindahkan lapisan batuan dan tanah
yang menutupi lapisan batubara untuk memudahkan pengambilan batubara.
Aktivitas pertambangan dilakukan dengan mengupas lapisan tanah pucuk dan
batuan yang ada diatasnya sampai pada lapisan yang mengandung batubara.

4
Kegiatan pengupasan dan pemindahan lapisan tanah pucuk dan batuan berdampak
pada perubahan bentang lahan, hilangnya biodiversitas, fungsi hidrologisnya,
rusaknya sifat-sifat (fisik, kimia dan biologi) tanah, serta berbagai aktivitas
manusia diatasnya. Untuk menghindari kerusakan yang lebih serius pada setiap
lokasi bekas tambang perlu direklamasi untuk mengembalikan pada kondisi yang
mendekati rona awal. Upaya reklamasi tambang membutuh waktu yang lama
dalam pemulihannya serta biaya yang besar, namun biaya tersebut jauh lebih kecil
jika dibandingkan dengan harga batubara yang dieksploitasi.
Pemerintah dalam mendorong pelaksanaan reklamasi telah mengeluarkan
berbagai peraturan-peraturan. Peraturan terbaru dikeluarkan oleh Kementerian
Kehutanan yaitu Permenhut Nomor : P.04 Tahun 2011 tentang Pedoman
Reklamasi Hutan. Kegiatan reklamasi lahan tambang batubara pada beberapa
perusahan tambang telah berjalan dengan baik merupakan kewajiban perusahan
untuk memperbaiki lahan yang rusak akibat aktivitas pertambangan. Salah satu
perusahaan tambang yaitu PT Adaro Indonesia yang masih aktif telah dan sedang
melaksanakan kegiatan reklamasi terutama ditujukan pada batuan/tanah timbunan
dan tanah pucuk. Kegiatan tersebiut dirancang untuk mencapai perbaikan
lingkungan sampai pascatambang sehingga siap untuk dikembalikan kepada
pemerintah. Hasil reklamasi yang telah dilaksanakan oleh PT Adaro Indonesia
dengan berbagai metoda memberikan dampak yang beragam terhadap fungsi
hidrologis dan ekologis DAS. Selain itu peranan serta manfaat yang diperoleh
masyarakat sekitar areal tambang perlu berdampak positif baik pada saat ini
maupun pascatambang.
Kerangka Pemikiran
Potensi batubara Indonesia tersebar hampir diseluruh pulau di Indonesia
telah dilakukan eksploitasi dengan sistem tambang terbuka. Hal tersebut
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri dan permintaan pasar
dunia yang ditujukan untuk membiayai pembangunan dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Aktivitas tambang batubara menghadapi permasalah
besar terhadap kerusakan lingkungan sejak tambang dimulai dan akan
berlangsung

seterusnya

apabila

tidak

dilakukan

perencanaan

perbaikan

5
lingkungan melalui reklamasi. Areal tambang batubara yang tidak direklamasi
akan menimbulkan masalah seperti pada musim hujan menyebabkan erosi yang
tinggi dan kekeringan pada musim kemarau. Selain itu air hujan yang jatuh
hampir seluruhnya menjadi aliran permukaan karena tidak terinfiltrasi kedalam
tanah. Hal tersebut terjadi karena rusaknya partikel-partikel tanah oleh energi
kinetik hujan karena kurangnya tanaman penutup lahan (cover crops). Aliran
permukaan banyak membawa partikel-partikel tanah yang kaya akan unsur hara
sehingga menyebabkan lahan reklamasi semakin miskin hara dan lapisan tanah
pucuk semakin tipis bahkan hilang. Aliran permukaan yang besar akan membuat
alur-alur mulai dari yang ringan sampai yang berat, meningkatnya laju erosi
menyebabkan pendangkalan alur sungai dan pada muara sungai berupa
penimbunan sedimen.
Kegiatan reklamasi yang dilakukan seringkali tanpa memperhatikan teknik
konservasi tanah dan air yang tepat. Upaya yang dilakukan membutuhkan waktu
yang lama dengan biaya yang besar sehingga tidak efektif bahkan gagal. Hasil
reklamasi dari segi fisik berupa penataan tanah timbunan dan penebaran tanah
pucuk, penanaman tanaman penutup tanah dan vegetasi berkayu menunjukkan
hasil yang baik. Secara biofisik, kimia tanah serta fungsi hidrologis belum
menunjukkan hasil yang mendukung pemulihan lingkungan setempat sehingga
perlu dilakukan kajian-kajian untuk mengetahui tingkat keberhasilan serta dampak
yang ditimbulkan bagi lingkungan dan masyarakat sekitar.
Areal pertambangan batubara PT Adaro Indonesia berada pada hulu DAS
Barito berpotensi memberikan dampak terhadap menurunnya fungsi hidrologis
pada DAS tersebut. Hasil reklamasi yang dilakukan memberikan kontribusi
terhadap perbaikan kualitas DAS Barito sehingga perlu dilakukan konservasi
tanah dan air yang tepat agar lestari dan menjamin fungsi hidrologi dalam DAS.
Sinukaban, et al. (2001), menyatakan bahwa agar sustainabilitas dalam DAS dapat
diwujudkan, maka diperlukan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan DAS
secara cermat dan seksama. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa tahapan
perencanaan meliputi

penataan penggunaan lahan

yang mengacu atau

mempertimbangkan faktor-faktor biofisik setempat, pemilihan metoda reklamasi
serta pemilihan jenis tanaman penutup tanah dan tanaman reklamasi yang tepat.

6
Selain itu pelaksanaan reklamasi, pemeliharaan, pengawasan dan monitoring
sangat penting dalam mencapai keberhasilan reklamasi. Untuk mengetahui
metoda reklamasi yang telah diterapkan dan dampaknya terhadap fungsi hidrologi
dan ekologis DAS serta manfaat bagi masyarakat sekitar, maka perlu dilakukan
kajian. Kerangka pemikiran untuk mewujudkan reklamasi lahan tambang batubara
dalam memperbaiki fungsi hidrologis dan ekologis DAS seperti pada Gambar 1.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan pada reklamasi lahan bekas tambang batubara
maka penelitian ini bertujuan:
1. Mengidentifikasi metoda reklamasi lahan tambang batubara yang telah
dilaksanakan.
2. Mengkaji dampak reklamasi lahan tambang batubara terhadap komponen
fungsi hidrologis dan ekologis DAS.
3. Menganalisis manfaat yang diperoleh masyarakat dari kegiatan reklamasi
tambang batubara.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1.

Diketahuinya metoda reklamasi lahan tambang batubara yang telah
dilaksanakan.

2.

Diketahuinya dampak reklamasi lahan tambang batubara terhadap komponen
fungsi hidrologis dan ekologis DAS.

3.

Diperolehnya informasi manfaat yang diperoleh masyarakat dari kegiatan
reklamasi tambang batubara.

7

TAMBANG BATUBARA

Kerusakan Lingkungan akibat aktivitas
Pertambangan (pit dan outpit)
Metoda Reklamasi Tambang

KONDISI HIDROLOGIS
1. Infiltrasi
2. Aliran Permukaan
3. Erosi
4. Tanah (Sifat Fisik, Kimia
dan Biologi)

Kajian kondisi
hidrologis

KONDISI EKOLOGIS:

KONDISI SOSIAL
EKONOMI:

1. Biodiversitas
2. Sekuestrasi karbon

Tenaga kerja,
manfaat bagi
masyarakat.

Kajian kondisi
ekologis

meningkat laju infiltrasi,
menurunnya erosi dan
aliran permukaan dan
Perbaikan biofisik dan
kimia tanah

Biodiversitas meningkat
Sekuestrasi karbon
meningkat

Kajian kondisi Sosial
dan Ekonomi

Keterlibatan masyarakat
manfaat reklamasi
pendapatan ≥ standar KHL

Meningkatnya dampak reklamasi lahan tambang
batubara terhadap komponen fungsi hidrologis dan
ekologis DAS serta manfaat bagi masyarakat.

Gambar 1. Kerangka pemikiran dalam meningkatkan komponen
hidrologis dan ekologis DAS.

fungsi

TINJAUAN PUSTAKA

Reklamasi
Kegiatan pertambangan terbuka menyebabkan terjadinya degradasi lahan
yang sangat besar. Degradasi lahan merupakan hilangnya atau berkurangnya
kegunaan atau potensi kegunaan lahan, kehilangan atau perubahan kenampakan
lahan tidak dapat diganti. Degradasi lahan dapat diperbaiki melalui rehabilitasi
baik berupa reklamasi maupun restorasi. Reklamasi didefinisikan sebagai kegiatan
yang bertujuan untuk memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu
untuk beberapa penggunaan sedangkan restorasi adalah perlakukan perbaikan
kembali ke penggunaan awal (Sitorus, 2004). Menurut Balkau (1998) setelah
penutupan tambang seluruh areal termasuk penimbunan tailing harus ditinggalkan
dalam kondisi stabil baik secara fisik maupun secara kimiawi. Kestabilan tersebut
sebaiknya menjadi karakter intrinsik dari rancangan akhir area yang akan ditutup
dan disana sebaiknya tetap memerlukan pengawasan/ penjagaan dan intervensi.
ICMM (2006) menjelaskan bahwa beberapa terminologi tentang rehabilitasi
di daerah bekas tambang yakni a) reklamasi : proses secara umum dimana
permukaan lahan dikembalikan ke berbagai bentuk yang dapat dimanfaatkan
kembali. b) pemulihan (restorasi) yaitu reklamasi yang dilakukan berdasarkan
prinsip-prinsip ekologi dan mempromosikan penutupan dan pemulihan sesuai
keterpaduan ekologis, pengembalian kembali dari ekosistem asli (sebelum
penambangan) kepada semua aspek dari fungsi-fungsi dan struktur-strukturnya, c)
rehabilitasi yaitu proses kemajuan menuju pengembalian kembali kepada
ekosistem aslinya dan d) penggantian (replacement) yaitu penciptaan ekosistem
alternatif kepada ekosistem yang asli. Definisi pemulihan secara ekologi
(ecological restoration) adalah serangkaian aktivitas-aktivitas seperti peningkatan,
perbaikan, rekonstruksi dari ekosistem yang terdegradasi dan mengenai
pengoptimalan pengembalian keragaman hayati yang tercermin dari pemantapan
kembali kemampuan dari suatu lahan untuk menangkap dan memelihara serta
menahan sumberdaya-sumberdaya yang fundamental seperti energi, air, nutrisi
dan species-species.

Tibbet

(2005) mengemukakan bahwa keberhasilan

10
rehabilitasi sangat ditentukan oleh kualitas dari tanah atau lahan yang telah
direkonstruksi serta penutupan tanaman yang memerlukan keterlibatan dari ahli
bidang geoteknik, hidrologi, botani dan stakeholder setempat untuk menentukan
tipe-tipe yang cocok dalam penggunaan lahan dan perencanaan species yang akan
ditanam. Rekonstruksi ekosistem yang berkelanjutan memerlukan proses yang
cocok baik dari bawah permukaan tanah dan diatas tanah sehingga diperlukan
manipulasi yang cermat dari komponen biotik dan abiotik. Hutan yang terjaga
unsur-unsur ekosistemnya pada saat yang sama memberikan manfaat-manfaat lain
bagi manusia seperti rekreasi, hidrologi (jumlah dan kualitas air), pengurangan
CO2, dan sebagainya, bahkan memberikan manfaat tangible lainnya seperti hasil
hutan non kayu yang mudah dipasarkan (Darusman, 2002).
Mullingan (2003) memformulasikan strategi rehabilitasi dari hasil studinya
mengenai industri batubara di Australias meliputi kestabilan bentuk lahan
(landform stability), kestabilan ekosistem, kondisi-kondisi yang toleran untuk
pertumbuhan (tolerable condition for growth), komposisi species, siklus nutrisi,
kemampuan reproduktif, penerimaan dan ketahanan dari gangguan-gangguan
(resillence to disturbance) dan kriteria yang lengkap. Tongway dan Hindley
(2003) merumuskan indikator untuk keberhasilan rehabilitasi ekosistem melalui
verifikasi dari indikator Environmental Function Analysis (EFA) yang terdiri dari
kriteria kestabilan, infiltrasi, pernafasan tanah dan ukuran kelompok makanan.
Siklus Hidrologi
Hidrologi didefinisikan sebagai ilmu yang berkaitan dengan air bumi,
terjadinya peredaran dan agihannya, sifat-sifat kimia dan fisikanya, dan reaksinya
dengan

lingkungannya

termasuk

hubungannya

dengan

makhluk

hidup

(International Glossary of Hydrology dalam Seyhan, 1990). Secara ringkas, Lee
(1990) menyatakan bahwa hidrologi adalah ilmu mengenai air dan fenomena yang
berkaitan dengan air. Konsep dasar mengenai ilmu hidrologi sangat berkaitan
dengan siklus hidrologi. Daur atau siklus hidrologi diberikan batasan sebagai
suksesi tahapan-tahapan yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali lagi
ke atmosfer. Pada saat hujan, bagian yang dianggap sebagai kehilangan presipitasi
terdiri dari intersepsi oleh penutup tajuk, simpanan depresi permukaan seperti air

11
yang terakumulasi dalam cekungan dan infiltrasi ke dalam tanah. Intersepsi dan
simpanan depresi permukaan ditentukan oleh karakteristik vegetasi serta
karakteristik permukaan tanah atau dianggap dapat diabaikan untuk kejadian
hujan dengan intensitas tinggi (Chow et al., 1988).
Presipitasi dalam segala bentuk (salju, hujan batu es, hujan dan lain-lain)
jatuh ke atas vegetasi, batuan gundul, permukaan tanah, permukaan air dan
saluran-saluran sungai (presipitasi saluran). Air yang jatuh pada vegetasi mungkin
diintersepsi (yang kemudian berevaporasi dan/atau mencapai permukaan tanah
dengan menetes saja maupun sebagai aliran batang) selama suatu waktu atau
secara langsung jatuh pada tanah (through fall) khususnya pada kasus hujan
dengan intensitas tinggi dan lama. Sebagian besar presipitasi berevaporasi selama
perjalanannya dari atmosfer dan sebagian pada permukaan tanah. sebagian dari
prsipitasi yang membasahi permukaan tanah akan berinfiltrasi ke dalam tanah dan
bergerak menurun sebagai perkolasi di bawah muka air tanah. air ini secara
perlahan berpindah melalui akifer ke saluran-saluran sungai. Beberapa air yang
berinfiltrasi bergerak menuju dasar sungai tanpa mencapai muka air tanah sebagai
aliran bawah permukaan. Air yang berinfiltrasi juga memberikan kehidupan pada
vegetasi sebagai lengas tanah. Beberapa dari lengas ini diambil oleh vegetasi dan
transpirasi berlangsung dari stomata daun.
Setelah bagian presipitasi yang pertama yang membasahi permukaan tanah
dan berinfiltrasi, suatu selaput air yang tipis dibentuk permukaan tanah yang
disebut detensi permukaan/lapis air. Selanjutnya detensi permukaan menjadi lebih
tebal (lebih dalam) dan aliran air mulai dalam bentuk laminer. Dengan
bertambahnya kecepatan aliran, aliran air menjadi turbulen (deras). Air yang
mengalir disebut sebagai limpasan permukaan. Selama perjalanannya menuju
dasar sungai, bagian dari limpasan permukaan akan disimpan pada depresi
permukaan yang disebut sebagai cadangan depresi. Akhirnya limpasan permukaan
mencapai saluran sungai dan menambah debit sungai. Air pada sungai mungkin
berevaporasi secara langsung ke atmosfer atau mengalir kembali ke dalam laut
dan selanjutnya berevaporasi. Kemudian, air ini nampak kembali pada permukaan
bumi sebagai presipitasi (Seyhan, 1990).

12
Pada siklus hidrologi terdapat beberapa proses yang saling terkait
mencerminkan pergerakan air, meliputi proses presipitasi, evaporasi, transpirasi,
intersepsi, infiltrasi, perkolasi, aliran limpasan, aliran air bawah tanah.
Selanjutnya proses Evapotranspirasi, intersepsi, infiltrasi, perkolasi, aliran disebut
sebagai komponen ketersediaan air. Pergerakan air pada suatu DAS merupakan
manifestasi dari siklus hidrologi untuk mencapai keseimbangan ketersediaan air di
bumi. Konsep keseimbangan air adalah water balance atau persamaan air
(viessman et.al, 1977, Arsyad, 2006), yaitu:
AP = P - IN - ET – PE – ∆SA
Keterangan : AP = Aliran permukaan; P = curah hujan; IN = intersepsi; ET = evapotranspirasi;
PE = Perkolasi; dan ∆SA = perubahan simpanan air.
Atmosfer

Hujan

Evaporasi/
Evapotranspirasi

Evaporasi/
Evapotranspirasi

Intersepsi

Hujan Lebih

Infiltrasi

Direct runoff

Aliran Bawah
Permukaan

Perkolasi
Ground

Baseflow

Produksi Air

Badan
Sungai/Laut

Gambar 2. Siklus hidrologi (disadur dari Chow, 1964)

13
Menurut Chow (1964), secara umum siklus air merupakan suatu rangkaian
proses yang terjadi pada air dari saat air hujan jatuh ke permukaan bumi, dialirkan
menjadi aliran permukaan ke badan-badan sungai hingga menguap ke udara, dan
kemudian jatuh kembali ke permukaan bumi (Gambar 2). Berdasarkan Gambar 2,
sebagian air hujan yang jatuh akan menguap (evaporasi) sebelum tiba di
permukaan bumi, dan sebagian lainnya akan menjadi aliran permukaan (direct
runoff) setelah diintersepsi oleh tanaman dan terinfiltrasi ke dalam tanah, serta
mengalami pe