Kecernaan Energi dan Energi Termetabolis Ransum Biomassa Ubi Jalar dengan Suplementasi Urea atau DL-Methionin pada Kelinci Jantan Persilangan Lepas Sapih

KECERNAAN ENERGI DAN ENERGI TERMETABOLIS RANSUM
BIOMASSA UBI JALAR DENGAN SUPLEMENTASI UREA ATAU
DL-METHIONIN PADA KELINCI JANTAN
PERSILANGAN LEPAS SAPIH

SKRIPSI
BUHARI MUSLIM

PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

RINGKASAN
BUHARI MUSLIM. D02400072. Kecernaan Energi dan Energi Termetabolis
Ransum Biomassa Ubi Jalar dengan Suplementasi Urea atau Dl-Methionin
pada Kelinci Jantan Persilangan Lepas Sapih. Skripsi. Program Studi Ilmu
Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama
: Ir. Lilis Khotijah, M.Si
Pembimbing Anggota : Ir. Didid Diapari, M.Si.

Biomassa ubi jalar merupakan sumber bahan baku alternatif yang melimpah
ketersediaannya, dengan kandungan nutrisi yang cukup baik sebagai sumber zat
makanan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi kelinci, tetapi masih perlu ditingkatkan
kualitasnya dengan suplementasi urea sebagai sumber nitrogen yang dapat
dimanfaatkan oleh mikroba dan akan menghasilkan protein mikroba sebagai salah
satu sumber asam amino, atau methionin yang merupakan asam amino esensial
untuk pertumbuhan kelinci.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus hingga November 2003 di
Laboratorium Lapang Kandang B dan analisa bahan dilakukan di Labotarium Kimia
Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui energi tercerna dan energi
termetabolis pada ransum pelet biomassa ubi jalar yang disuplementasi dengan urea
atau.Dl-methionin.
Penelitian ini menggunakan 20 ekor kelinci jantan persilangan lepas sapih
berumur 4-6 minggu dengan bobot badan rata-rata 479 ± 84 g. Rancangan percobaan
yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan ransum
biomassa ubi jalar yang di suplementasi urea atau methionin dengan lima ulangan.
Peubah yang diamati meliputi konsumsi bahan kering (g/e/hari), konsumsi energi
(kkal/kg BB0,75/hari), energi feses (kkal/kg BB0,75/hari), energi tercerna (kkal/kg

BB0,75/hari), energi urin (kkal/kg BB0,75/hari) dan energi termetabolis (kkal/kg
BB0,75/hari), perlakuan yang diberikan terdiri atas ransum komersil dari indofeed
(RK), ransum biomassa ubi jalar (RUJ), ransum biomassa ubi jalar + 0,5 persen urea
(RU) dan ransum biomassa ubi jalar + 0,5 persen methionin (RM) yang semuanya
berbentuk pellet..
Data yang diperoleh dianalisis dengan uji sidik ragam, bila terdapat perbedaan
yang nyata dilakukan uji kontras orthogonal (Steel dan Torrie, 1993).
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa nilai energi tercerna dan energi
termetabolis ransum komersil nyata lebih tinggi dibanding semua ransum biomassa
ubi jalar (p0,05) tetapi suplementasi urea
pada ransum biomassa ubi jalar nyata lebih tinggi rataan energi tercerna dan energi
termetabolis (p=0,1) dibanding dengan penambahan Dl-methionin.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan suplementasi urea 0.5 %
pada ransum pellet biomassa ubi jalar cenderung memberikan pengaruh yang lebih
baik terhadap kecernaan energi dan energi termetabolis.dibandingkan dengan
suplementasi 0,5 % Dl-methionin. Ransum biomassa ubi jalar yang disuplementasi

urea atau Dl-methionin dapat dijadikan sebagai sumber pakan alternatif untuk
kelinci
Kata - kata kunci : kelinci, ubi jalar, energi, urea, Dl-methionine


ABSTRACT
Digestible Energy and Metabolizable Energy Feed of Sweet Potatoes Biomass
With Suplementation of Urea or Dl-Methionine to Weaned Crossed Male
Rabbit
B. Muslim, L. Khotijah, D. Diapari
The objective of this experiment was to observe and study the effects of rations
containing sweet potato biomass suplemented with urea or methionine digestible
energy and energy metabolismed in weaned-crossed male rabbit. Twenty male
weaned-crossed male rabbits, which age were 4-6 weeks and have 478 ± 84 g of live
weight average were had been used in this experiment Variable measured were
digestible energy and metabolismed energy. Four type of pelleted rations were used
pelleted rations from indofeed as a commercial feed (RK), pelleted sweet potato
(RUJ), pelleted sweet potato + 0.5 % urea (RU) and pelleted sweet potato + 0.5 %
methionine (RM). A completely randomized design with rations biomass sweet
potato treatment with suplemented urea or Dl-methionine with five replications was
used in this experiment. Data were analysed with analysis of variance and
deferences among treatments were analysed with contrast orthogonal (steel and
torrie, 1993). The results showed that suplementation with urea or Dl-methionine at
a level 0.5 % in rations containing sweet potato biomass gave significant effect on

digestible energy and metabolismed energy. Suplementation urea in rations
containing sweet potato biomass gave the better effect compered with rations
containing sweet potato biomass suplemented with methionine on digestible energy
and metabolismed energy.
Key words : rabbit, sweet potato, energy, urea, Dl-methionine

KECERNAAN ENERGI DAN ENERGI TERMETABOLIS RANSUM
BIOMASSA UBI JALAR DENGAN SUPLEMENTASI UREA ATAU
DL-METHIONIN PADA KELINCI JANTAN
PERSILANGAN LEPAS SAPIH

Oleh
BUHARI MUSLIM
D02400072

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor


PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

KECERNAAN ENERGI DAN ENERGI TERMETABOLIS RANSUM
BIOMASSA UBI JALAR DENGAN SUPLEMENTASI UREA ATAU
DL-METHIONIN PADA KELINCI JANTAN
PERSILANGAN LEPAS SAPIH

Oleh
BUHARI MUSLIM
D02400072

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan
Komisi Ujian Lisan pada Tanggal 6 Juni 2008

Pembimbing Utama

Pembimbing Anggota


Ir. Lilis Khotijah, M.Si.
NIP.131. 999. 587

Ir. Didid Diapari, M.Si
NIP.131.878.940

Dekan
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

Dr.Ir. Luki Abdullah, M.Sc. Agr
NIP. 131.955.531

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 2 Juli 1982 di kota Sumenep Madura Jawa
Timur, penulis adalah anak ke lima dari lima bersaudara dari pasangan Bapak H.
Muslih Buhari (alm) dan Ibu Hj. Nurhayati Syamsoel.
Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1994 di SDN 06 pagi Cijantung,
pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1997 di SMP Negeri

179 Kalisari dan pendidikan lanjutan menengah umum diselesaikan pada tahun 2000
di SMU Negeri 98 Kalisari Jakarta Timur.
Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Ilmu Nutrisi dan
Makanan Ternak (INMT), Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui
jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2000.

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah wa syukurillah, puji syukur panjatkan kehadirat Allah SWT
atas rahmat-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul “ Kecernaan Energi dan
Energi Termetabolis Ransum Biomassa Ubi Jalar dengan Suplementasi Urea atau
Dl-Methionin Pada Kelinci Jantan Persilangan Lepas Sapih” ini dapat
diselesaikan dengan baik, skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Berbagai upaya dalam pemenuhan daging yang berkualitas saat ini telah
banyak dilakukan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat.
Daging kelinci diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi peningkatan
protein hewani dengan salah satu cara meningkatkan pengetahuan tentang daya
cerna dan ketersediaan zat-zat makanan di dalam pakan ternak kelinci yang saat
ini masih terbatas, dengan potensi sumber bahan baku alternatif yang melimpah,
ubi jalar dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternatif karena potensi ubi jalar

sebagai pakan alternatif sangat besar dengan kandungan nutrisi yang cukup baik
dan dapat lebih ditingkatkan dengan suplementasi urea atau Dl-methionin untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi kelinci.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat
Bogor, Juni 2008
Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN …………………………………………………………………. ii
ABSTRACT …………………………………………………………………... iii
RIWAYAT HIDUP …………………………………………………………… iv
KATA PENGANTAR ………………………………………………………… v
PRAKATA …………………………………………………………………… vii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………..viii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………. ix
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………….. x
PENDAHULUAN……………………………………………………………... 1
Latar Belakang …………………………………………………………… 1
Perumusan Masalah …………………………………………………….... 1

Tujuan ……………………………………………………………………. 2
TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………….. 3
Ubi Jalar ( Ipomea batatas. L. ).................................................................... 3
Ternak Kelinci …………….. ...................................................................... 4
Urea ............................................................................................................. 5
Asam Amino Methionin ............................................................................. 6
Energi Tercerna ........................................................................................... 8
Energi Termetabolis .................................................................................... 9
METODE ............................................................................................................. 11
Lokasi dan Waktu ....................................................................................... 11
Materi .......................................................................................................... 11
Ternak ................................................................................................ 11
Kandang dan peralatan ....................................................................... 11
Ransum .............................................................................................. 11
Prosedur Pelaksanaan .................................................................................. 12
Pembuatan Pelet Ubi Jalar ................................................................. 12
Pengambilan Contoh Analisis Ransum .............................................. 15
Feses .......................................................................................... 15
Urin ........................................................................................... 15
Peubah yang Diamati ......................................................................... 15

Rancangan Percobaan ................................................................................. 15
Perlakuan ............................................................................................ 15
Model Statistik ................................................................................... 16
Analisis Data ...................................................................................... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 17
Energi Tercerna ........................................................................................... 17
Konsumsi Bahan Kering .................................................................... 17
Konsumsi Energi ................................................................................ 18
Energi Feses ....................................................................................... 18
Energi Tercerna .................................................................................. 19
Energi Termetabolis .................................................................................... 21
Persentase Energi Termetabolis ......................................................... 21
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 23
Kesimpulan ................................................................................................. 23
Saran ........................................................................................................... 23
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 25
LAMPIRAN ......................................................................................................... 29


KECERNAAN ENERGI DAN ENERGI TERMETABOLIS RANSUM
BIOMASSA UBI JALAR DENGAN SUPLEMENTASI UREA ATAU
DL-METHIONIN PADA KELINCI JANTAN
PERSILANGAN LEPAS SAPIH

SKRIPSI
BUHARI MUSLIM

PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

RINGKASAN
BUHARI MUSLIM. D02400072. Kecernaan Energi dan Energi Termetabolis
Ransum Biomassa Ubi Jalar dengan Suplementasi Urea atau Dl-Methionin
pada Kelinci Jantan Persilangan Lepas Sapih. Skripsi. Program Studi Ilmu
Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama
: Ir. Lilis Khotijah, M.Si
Pembimbing Anggota : Ir. Didid Diapari, M.Si.
Biomassa ubi jalar merupakan sumber bahan baku alternatif yang melimpah
ketersediaannya, dengan kandungan nutrisi yang cukup baik sebagai sumber zat
makanan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi kelinci, tetapi masih perlu ditingkatkan
kualitasnya dengan suplementasi urea sebagai sumber nitrogen yang dapat
dimanfaatkan oleh mikroba dan akan menghasilkan protein mikroba sebagai salah
satu sumber asam amino, atau methionin yang merupakan asam amino esensial
untuk pertumbuhan kelinci.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus hingga November 2003 di
Laboratorium Lapang Kandang B dan analisa bahan dilakukan di Labotarium Kimia
Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui energi tercerna dan energi
termetabolis pada ransum pelet biomassa ubi jalar yang disuplementasi dengan urea
atau.Dl-methionin.
Penelitian ini menggunakan 20 ekor kelinci jantan persilangan lepas sapih
berumur 4-6 minggu dengan bobot badan rata-rata 479 ± 84 g. Rancangan percobaan
yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan ransum
biomassa ubi jalar yang di suplementasi urea atau methionin dengan lima ulangan.
Peubah yang diamati meliputi konsumsi bahan kering (g/e/hari), konsumsi energi
(kkal/kg BB0,75/hari), energi feses (kkal/kg BB0,75/hari), energi tercerna (kkal/kg
BB0,75/hari), energi urin (kkal/kg BB0,75/hari) dan energi termetabolis (kkal/kg
BB0,75/hari), perlakuan yang diberikan terdiri atas ransum komersil dari indofeed
(RK), ransum biomassa ubi jalar (RUJ), ransum biomassa ubi jalar + 0,5 persen urea
(RU) dan ransum biomassa ubi jalar + 0,5 persen methionin (RM) yang semuanya
berbentuk pellet..
Data yang diperoleh dianalisis dengan uji sidik ragam, bila terdapat perbedaan
yang nyata dilakukan uji kontras orthogonal (Steel dan Torrie, 1993).
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa nilai energi tercerna dan energi
termetabolis ransum komersil nyata lebih tinggi dibanding semua ransum biomassa
ubi jalar (p0,05) tetapi suplementasi urea
pada ransum biomassa ubi jalar nyata lebih tinggi rataan energi tercerna dan energi
termetabolis (p=0,1) dibanding dengan penambahan Dl-methionin.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan suplementasi urea 0.5 %
pada ransum pellet biomassa ubi jalar cenderung memberikan pengaruh yang lebih
baik terhadap kecernaan energi dan energi termetabolis.dibandingkan dengan
suplementasi 0,5 % Dl-methionin. Ransum biomassa ubi jalar yang disuplementasi

urea atau Dl-methionin dapat dijadikan sebagai sumber pakan alternatif untuk
kelinci
Kata - kata kunci : kelinci, ubi jalar, energi, urea, Dl-methionine

ABSTRACT
Digestible Energy and Metabolizable Energy Feed of Sweet Potatoes Biomass
With Suplementation of Urea or Dl-Methionine to Weaned Crossed Male
Rabbit
B. Muslim, L. Khotijah, D. Diapari
The objective of this experiment was to observe and study the effects of rations
containing sweet potato biomass suplemented with urea or methionine digestible
energy and energy metabolismed in weaned-crossed male rabbit. Twenty male
weaned-crossed male rabbits, which age were 4-6 weeks and have 478 ± 84 g of live
weight average were had been used in this experiment Variable measured were
digestible energy and metabolismed energy. Four type of pelleted rations were used
pelleted rations from indofeed as a commercial feed (RK), pelleted sweet potato
(RUJ), pelleted sweet potato + 0.5 % urea (RU) and pelleted sweet potato + 0.5 %
methionine (RM). A completely randomized design with rations biomass sweet
potato treatment with suplemented urea or Dl-methionine with five replications was
used in this experiment. Data were analysed with analysis of variance and
deferences among treatments were analysed with contrast orthogonal (steel and
torrie, 1993). The results showed that suplementation with urea or Dl-methionine at
a level 0.5 % in rations containing sweet potato biomass gave significant effect on
digestible energy and metabolismed energy. Suplementation urea in rations
containing sweet potato biomass gave the better effect compered with rations
containing sweet potato biomass suplemented with methionine on digestible energy
and metabolismed energy.
Key words : rabbit, sweet potato, energy, urea, Dl-methionine

KECERNAAN ENERGI DAN ENERGI TERMETABOLIS RANSUM
BIOMASSA UBI JALAR DENGAN SUPLEMENTASI UREA ATAU
DL-METHIONIN PADA KELINCI JANTAN
PERSILANGAN LEPAS SAPIH

Oleh
BUHARI MUSLIM
D02400072

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

KECERNAAN ENERGI DAN ENERGI TERMETABOLIS RANSUM
BIOMASSA UBI JALAR DENGAN SUPLEMENTASI UREA ATAU
DL-METHIONIN PADA KELINCI JANTAN
PERSILANGAN LEPAS SAPIH

Oleh
BUHARI MUSLIM
D02400072

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan
Komisi Ujian Lisan pada Tanggal 6 Juni 2008

Pembimbing Utama

Pembimbing Anggota

Ir. Lilis Khotijah, M.Si.
NIP.131. 999. 587

Ir. Didid Diapari, M.Si
NIP.131.878.940

Dekan
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

Dr.Ir. Luki Abdullah, M.Sc. Agr
NIP. 131.955.531

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 2 Juli 1982 di kota Sumenep Madura Jawa
Timur, penulis adalah anak ke lima dari lima bersaudara dari pasangan Bapak H.
Muslih Buhari (alm) dan Ibu Hj. Nurhayati Syamsoel.
Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1994 di SDN 06 pagi Cijantung,
pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1997 di SMP Negeri
179 Kalisari dan pendidikan lanjutan menengah umum diselesaikan pada tahun 2000
di SMU Negeri 98 Kalisari Jakarta Timur.
Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Ilmu Nutrisi dan
Makanan Ternak (INMT), Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui
jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2000.

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah wa syukurillah, puji syukur panjatkan kehadirat Allah SWT
atas rahmat-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul “ Kecernaan Energi dan
Energi Termetabolis Ransum Biomassa Ubi Jalar dengan Suplementasi Urea atau
Dl-Methionin Pada Kelinci Jantan Persilangan Lepas Sapih” ini dapat
diselesaikan dengan baik, skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Berbagai upaya dalam pemenuhan daging yang berkualitas saat ini telah
banyak dilakukan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat.
Daging kelinci diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi peningkatan
protein hewani dengan salah satu cara meningkatkan pengetahuan tentang daya
cerna dan ketersediaan zat-zat makanan di dalam pakan ternak kelinci yang saat
ini masih terbatas, dengan potensi sumber bahan baku alternatif yang melimpah,
ubi jalar dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternatif karena potensi ubi jalar
sebagai pakan alternatif sangat besar dengan kandungan nutrisi yang cukup baik
dan dapat lebih ditingkatkan dengan suplementasi urea atau Dl-methionin untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi kelinci.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat
Bogor, Juni 2008
Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN …………………………………………………………………. ii
ABSTRACT …………………………………………………………………... iii
RIWAYAT HIDUP …………………………………………………………… iv
KATA PENGANTAR ………………………………………………………… v
PRAKATA …………………………………………………………………… vii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………..viii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………. ix
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………….. x
PENDAHULUAN……………………………………………………………... 1
Latar Belakang …………………………………………………………… 1
Perumusan Masalah …………………………………………………….... 1
Tujuan ……………………………………………………………………. 2
TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………….. 3
Ubi Jalar ( Ipomea batatas. L. ).................................................................... 3
Ternak Kelinci …………….. ...................................................................... 4
Urea ............................................................................................................. 5
Asam Amino Methionin ............................................................................. 6
Energi Tercerna ........................................................................................... 8
Energi Termetabolis .................................................................................... 9
METODE ............................................................................................................. 11
Lokasi dan Waktu ....................................................................................... 11
Materi .......................................................................................................... 11
Ternak ................................................................................................ 11
Kandang dan peralatan ....................................................................... 11
Ransum .............................................................................................. 11
Prosedur Pelaksanaan .................................................................................. 12
Pembuatan Pelet Ubi Jalar ................................................................. 12
Pengambilan Contoh Analisis Ransum .............................................. 15
Feses .......................................................................................... 15
Urin ........................................................................................... 15
Peubah yang Diamati ......................................................................... 15
Rancangan Percobaan ................................................................................. 15
Perlakuan ............................................................................................ 15
Model Statistik ................................................................................... 16
Analisis Data ...................................................................................... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 17
Energi Tercerna ........................................................................................... 17
Konsumsi Bahan Kering .................................................................... 17
Konsumsi Energi ................................................................................ 18
Energi Feses ....................................................................................... 18
Energi Tercerna .................................................................................. 19
Energi Termetabolis .................................................................................... 21
Persentase Energi Termetabolis ......................................................... 21
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 23
Kesimpulan ................................................................................................. 23
Saran ........................................................................................................... 23
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 25
LAMPIRAN ......................................................................................................... 29

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1. Komposisi Zat Makanan Daun, Batang dan Umbi Ubi Jalar Berdasarkan
Bahan Kering (BK) ....................................................................................... 3
2. Komposisi Bahan Makanan dalam Ransum Penelitian .................................. 12
3. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian Berdasarkan
Bahan Kering (BK) ........................................................................................ 14
4. Rataan Konsumsi Bahan Kering, Konsumsi Energi, Energi Feses dan
Energi Tercerna .............................................................................................. 17
5. Rataan Eneri Urin dan Energi Termetabolis .................................................. 21

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1. Struktur Kimia Urea (Parakkasi, 1999) .......................................................... 5
2. Struktur Kimia Pembentukan Urea (Parakkasi, 1999) ................................... 6
3. Struktur Kimia Methionin sebagai Salah Satu Asam Amino Esensial
(Cheeke, 1987)................................................................................................ 7
4. Skema Penggunaan Bahan Makanan oleh Ternak secara Umum
(Crampton dan Harris, 1969) .......................................................................... 10
5. Proses Pembuatan Pellet Biomassa Ubi Jalar ................................................ 13
6. Bentuk Pelet Ransum Komersil (RK) dan Ubi Jalar (RUJ,RU dan RM) ...... 14

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1. Sidik Ragam Konsumsi Bahan Kering ......................................................... 30
2. Sidik Ragam Konsumsi Energi ...................................................................... 30
3. Sidik Ragam Energi Feses ............................................................................. 30
4. Uji Kontras Orthogonal Energi Feses ............................................................ 30
5. Sidik Ragam Energi Tercerna ........................................................................ 30
6. Sidik Ragam Energi Tercerna (%) ................................................................. 31
7. Uji Kontras Orthogonal Energi Tercena (%) ................................................. 31
8. Sidik Ragam Energi Urin ............................................................................... 31
9. Sidik Ragam Energi Termetabolis ................................................................. 31
10. Sidik Ragam Energi Termetabolis (%) .......................................................... 31
11. Uji Kontras Orthogonal Energi Termetabolis (%) ......................................... 32

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berbagai upaya dalam pemenuhan daging yang berkualitas saat ini telah
banyak dilakukan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat.
Daging kelinci memiliki kandungan protein yang tinggi dan rendah kolesterol
diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi peningkatan protein hewani yang
berkualitas, dan mempunyai kelebihan dari segi produksinya yaitu pemeliharaan
yang cukup mudah dengan rata-rata kelahiran ”litter size” 7 ekor dan dapat
beranak sebanyak 8 kali setiap tahun, sehingga dapat menghasilkan kelinci lepas
sapih sebanyak 40 ekor/tahun atau setara dengan 80 kg daging/tahun.
Pemberian pakan yang berkualitas untuk kelinci saat ini masih jarang
dilakukan disebabkan masih adanya persaingan dengan komoditi lain misalnya
unggas yang dianggap mempunyai nilai ekonomis yang lebih menguntungkan,
sehingga produktivitas dari kelinci masih rendah. Salah satu cara untuk mengatasi
hal tersebut dengan cara memanfaatan sumber bahan baku alternatif yang
memiliki kualitas, kuantitas dan kontinuitas yang baik.
Ransum biomassa ubi jalar sebagai pakan alternatif mempunyai nilai
kecernaan energi dan energi termetabolis yang dapat menunjang pertumbuhan
yang normal pada kelinci (Erawati, 2003), namun hasilnya belum maksimal.
Untuk itu perlu dilakukan suplementasi zat makanan yang diduga ketersediaannya
rendah dalam ransum biomassa ubi jalar yaitu methonin sebagai salah satu asam
amino esensial untuk pertumbuhan atau urea sebagai sumber nitrogen yang dapat
dimanfaatkan mikroba untuk pembentukan protein mikroba.
Perumusan Masalah
Kelinci merupakan hewan monogastrik, tetapi memiliki kemampuan untuk
mencerna serat kasar cukup baik. Dalam sekum kelinci hidup beberapa bakteri
yang dapat mencerna serat kasar. Salah satunya adalah bakteri ureolitik, bakteri
tersebut dapat menggunakan urea (amonia) untuk menghasilkan protein mikroba.
Penambahan Dl-methionin dalam ransum perlu dilakukan karena asam amino
esensial yang harus tersedia cukup dalam pakan sehingga keseimbangan asam
amino dapat dicapai dan meningkatkan kualitas ransum.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh
suplementasi urea atau Dl-methionin dalam ransum pellet biomassa ubi jalar,
terhadap energi tercerna dan energi termetabolis pada kelinci jantan persilangan
lepas sapih, serta mencari pakan alternatif sebagai pengganti pakan komersil bagi
kelinci.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Ubi Jalar ( Ipomea batatas L .)
Ubi jalar ( Ipomea batatas L.) merupakan sumber pangan yang paling efisien
dalam memproduksi karbohidrat per satuan waktu.

Ditinjau dari komposisi

kimianya, ubi jalar berpotensi sebagai sumber karbohidrat, mineral dan vitamin,
oleh karena itu ubi jalar sering disebut sebagai sumber pangan masa depan
(Sutoro dan Minantyorini, 2003).
Soenarjo (1984) menyatakan bahwa ubi jalar memiliki beberapa sifat khas
yang umumnya tidak dimiliki oleh tanaman lainnya, yaitu (a) adaptasi yang luas,
dapat ditanam di berbagai jenis tanah, yang berpasir maupun yang berbatu-batu
dan tanah lempung (Heyne, 1987); dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah
dan dataran tinggi (Heriyanto et al., 2001); (b) menghasilkan kalori yang efisien,
yakni 48 x 10 per hektar per hari (De Vries et al., 1967); (c) biaya produksi yang
relatif rendah; (d) bentuk dan tipe tanaman yang ideal; (e) sebagai lumbung hidup;
hal ini disebabkan karena saat panen dapat fleksibel atau bervariasi; (f) tidak
terikat iklim; (g) dapat ditanam di musim kemarau atau hujan (Heriyanto et al.,
2001); (h) disamping itu pada batang ubi jalar mengandung protein kasar 11,32%
dalam bahan kering (Herawati, 2002). Adapun komposisi zat makanan yang
terkandung dalam daun, batang dan umbi ubi jalar dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Zat Makanan Daun, Batang dan Umbi Ubi Jalar
Berdasarkan Bahan Kering (BK)
Kandungan Nutrisi
Protein Kasar ( % )

Daun
22,94

Batang
11,32

Umbi
5,11

Serat Kasar ( % )

15,61

38,62

3,48

Lemak Kasar ( % )

2,99

3,55

1,26

Ca ( % )

0,42

3,32

0,95

P(%)

0,21

0,41

0,78

GE ( kkal/ kg )

3.448

4.071

1.085

Sumber : Herawati (2002)

Disamping unggul kandungan karbohidrat, ubi jalar terutama yang berwarna
orange atau jingga kemerah-merahan mengandung beta karoten dan vitamin A

yang tinggi (Nair et al., 1989; Flach dan Rumawas, 1996; Juanda dan Cahyono,
2002); sebanding dengan kadar beta karoten pada wortel (Soenarjo, 1984); namun
jauh lebih tinggi dibandingkan sayuran dan buah-buahan (Bureau dan Bushway,
1986).
Menurut Sudaryanto et al. (1984), dari beberapa hijauan yang dimanfaatkan
oleh ternak kelinci, konsumsi daun ubi jalar segar merupakan yang tertinggi, yaitu
379,50 g/ekor/hari pada kelinci jantan dan 389,85 g/ekor/hari pada kelinci betina.
Efisiensi makanan yang paling baik juga terlihat pada perlakuan dengan
pemberian ransum yang mengandung daun ubi jalar, baik untuk kelinci jantan
maupun kelinci betina. Selanjutnya, disarankan untuk menggunakan daun ubi
jalar dalam bentuk kering, misalnya dalam bentuk pelet sehingga jumlah
konsumsi bahan kering yang dibutuhkan dapat terjamin.
Umbi ubi jalar mengandung zat antinutrisi yaitu trypsin inhibitor yang
menghambat kerja trypsin dalam mengurai protein sehingga menyebabkan
terganggunya pencernaan protein (Onwueme, 1978; Tsou et al., 1989). Selain itu,
ubi

jalar

juga

mengandung

senyawa-senyawa

seperti

ipomaemarone,

funaroterpen, koumarin dan polifenol (Akazawa, 1980 dalam Tsou et al., 1989).
Senyawa tersebut dapat menurunkan rasa ubi jalar (menimbulkan rasa pahit) dan
secara umum terbentuk dalam jaringan yang luka oleh serangan hama (Tsou et al.,
1989). Masalah ini dapat diatasi dengan pemanasan (Yeh, 1982), pengeringan
sinar matahari dan tekanan uap tinggi (Onwueme, 1978).
Direktorat Jendral Bina Produksi Tanaman Pangan (2002) menyatakan
bahwa bagian batang ubi jalar dan daun ubi jalar dapat dimanfaatkan untuk pakan
ternak. Umbi ubi jalar kering yang disuplementasi dengan urea dapat digunakan
juga untuk pakan ternak (Yeh, 1982). Ruiz (1982) menyatakan bahwa daun dan
batang ubi jalar mengandung 12-17% protein kasar dan kandungan protein kasar
umbi berkisar antara 1,3-10% dari bahan kering (Flach dan Rumawas, 1996),
sehingga penggunaan tanaman ubi jalar dan limbahnya dapat digunakan sebagai
pakan ternak.
Ternak Kelinci
Kelinci termasuk hewan herbivora nonruminan yang mempunyai sistem
pencernaan monogastrik, sebab memilki sekum yang memiliki kemampuan

4

mencerna serat kasar seperti ruminansia, sehingga kelinci disebut pseudoruminansia (Cheeke dan Patton, 1982).

Kelinci dapat menggunakan protein

hijauan secara efisien, reproduksi tinggi, efisiensi pakan tinggi, hanya
membutuhkan makanan dalam jumlah sedikit dan kualitas dagingnya cukup tinggi
(Cheeke, 1983; Farrel dan Raharjo, 1984).
Struktur daging kelinci lebih halus dengan warna dan bentuk fisik yang
menyerupai daging ayam.

Sebagai sumber gizi, daging kelinci mengandung

protein tinggi dibandingkan daging ternak lainnya seperti sapi, domba, kambing,
babi atau ayam dan juga kandungan lemak dan kolesterolnya lebih rendah
(Kartadisastra, 2001).

Menurut Cheeke (1987) daging kelinci mengandung

protein yang tinggi (18,5%), lemak rendah (7,4%), kolesterol rendah (136
mg/100g) dan sodium rendah (393 ppm) sehingga sangat baik dikonsumsi
manusia.
Menurut Templeton (1968), jumlah zat makanan yang dibutuhkan dalam
ransum kelinci tergantung pada umur, besar hewan dan tujuan pemeliharaan.
NRC (1977) menyatakan bahwa kebutuhan hidup pokok ternak kelinci
memerlukan bahan kering 3-4% dari bobot badan; sedangkan untuk hidup pokok
dan pertumbuhan diperlukan bahan kering sebanyak 5-8% dari bobot badan.
Menurut Templeton (1968) kelinci muda yang akan jadi bibit, setiap harinya
membutuhkan bahan kering sekitar 6-7% dari bobot badannya. Untuk kelinci
dewasa, jantan atau induk yang tidak sedang menyusui membutuhkan bahan
kering 3-8% dari bobot badannya.
Urea
Salah satu sumber Non Protein Nitrogen (NPN) yang umum digunakan
adalah urea. Urea merupakan zat kimia yang sengaja dibuat dalam bentuk kristal
putih yang mudah larut dalam air dan menggandung 45% nitrogen dengan tujuan
untuk meningkatkan sumber protein (nitrogen) dalam ransum (Parakkasi, 1999).
Struktur kimia urea dapat dilihat pada Gambar 1.
O
NH2

C

NH2

Gambar 1. Struktur Kimia Urea (Parakkasi, 1999)

5

Menurut Singh et al. (1988) transfer urea dari darah ke sekum dipengaruhi
oleh aktifitas enzim urease di sekum dan kebiasaan coprophagy, sehingga
memungkinkan kelinci untuk menggunakan urea sebagai sumber nitrogen.
Menurut Parakkasi (1999) , dalam pemanfaatan urea ada syarat-syarat yang harus
dipenuhi, yaitu (1) sumber karbohidrat yang mudah dicerna harus cukup tersedia,
misalnya molases atau pati, (2) urea harus tercampur merata dalam ransum yang
diberikan, (3) mengalokasikan waktu adaptasi sekitar 2-3 minggu, (4) jangan
menggunakan urea 1/3 N protein ekuivalen dalam ransum penggemukan, (5)
jangan menggunakan urea lebih besar dari 1% ransum lengkap atau lebih besar
dari 5% konsentrat dan (6) harus disertai dengan penambahan mineral S dan P.
Urea dibuat dengan jalan mereaksikan amonia dan karbondioksida.

Struktur

kimia pembentukan urea dapat dilihat pada Gambar 2.
C

O





NH4 + CO2
NH4 ─ O ─ C ─ O ─ NH4
Amonium Karbondioksida
Diamonium Karbonat

NH2 ─ C ─ NH2
Urea

Gambar 2. Struktur Kimia Pembentukan Urea (Parakkasi, 1999)
Pada ternak kelinci urea dalam proses fermentasi akan diuraikan kembali
oleh enzim urease di dalam sekum menjadi amonia dan karbondioksida, sekum
merupakan lokasi utama hidrolisis urea dalam saluran pencernaan kelinci. Urea
disekresikan ke dalam sekum dengan bantuan darah yang berguna untuk
membantu menjaga kebutuhan N bagi metabolisme mikroba (Cheeke, 1987).
Bakteri yang mampu menghidrolisis urea adalah bakteri ureolitik, aktifitas
ureolitik di dalam sekum terutama terjadi dengan bantuan mikroorganisme yang
berhubungan dengan mukosa sekum (Cheeke, 1987), selanjutnya amonia akan
digunakan untuk membentuk asam amino. Fardiaz (1992) menyatakan nitrogen
dalam media fermentasi mempunyai fungsi dalam membentuk protein tubuh
mikroorganisme yang merupakan bagian dari protein, asm nukleat, dan enzim.
Asam Amino Methionin
Menurut Parakkasi (1999) asam amino dapat dibedakan menjadi dua yaitu
asam amino essensial dan asam amino non essensial. Asam amino essensial yaitu
asam amino yang harus ada di dalam bahan makanan, karena tidak dapat disintesis

6

dalam tubuh ternak, sedangkan asam amino non essensial yaitu asam amino yang
dapat disintesis guna mencukupi kebutuhan pertumbuhan normal. Ternak non
ruminasia memperoleh asam amino dari pencernaan enzimatik dan protein ransum
seperti methionin.
Sigit (1995) menyatakan bahwa methionin adalah asam amino yang
mengandung sulfur yang essensial bagi manusia dan ternak monogastrik. Asam
amino methionin merupakan salah satu kerangka yang membentuk

jaringan

tubuh, dengan kata lain apabila terjadi kekurangan asam amino methionin
akibatnya adalah lambatnya laju pertumbuhan (Prawirokusumo et al., 1987).
Menurut Anggorodi (1995), methionin harus tersedia di dalam makanan
karena ternak monogastrik tidak dapat mensintesanya. Kekurangan salah satu
atau beberapa asam amino tersebut akan mengurangi efisiensi penggunaan
makanan secara keseluruhan. Methionin dibutuhkan oleh sistem metabolisme
guna memperoleh zat sulfurnya, berperan penting sebagai donor metil dalam
pembentukan kholin. Rumus struktur kimia dari methionin dapat dilihat pada
Gambar 3.
NH2
CH3

S

CH2

CH3

C

COOH

H
Gambar 3. Struktur Kimia Methionin sebagai Salah Satu Asam Amino
Essensial (Cheeke, 1987).
Sutardi (1980) menyatakan methionin sebagai komponen alam terdapat
dalam konfigurasi L-Methionin. Di dalam alat pencernaan asam amino-L (L-AA)
mengalami deaminasi (pencopotan gugus amino) oleh mikroba menjadi asam
ketoalfa. Asam ketoalfa dapat pula deaminasi menjadi asam amino dalam bentuk
L-AA atau D-AA. Hasil penelitian Sanchez et al. (1984) memperlihatkan, bahwa
penambahan Dl-Methionin dalam ransum kelinci cenderung meningkatkan rataan
konsumsi ransum harian dan menghasilkan pertumbuhan yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan ransum tanpa penambahan methionin, juga untuk membantu
detoksifikasi HCN dalam ransum yang mengandung tepung gaplek (Gomez et al.,
1984)

7

Energi Tercerna
Energi merupakan komponen yang terpenting dalam ransum ternak.
Besarnya kebutuhan energi tergantung pada intake makanan dan besarnya energi
yang hilang selama proses pencernaan dan proses metabolisme (Davies, 1982).
Penyediaan energi yang diperoleh melalui perombakan karbohidrat, protein dan
lemak makanan menjadi asetil koenzim A melalui siklus asam trikarboksilat yang
merupakan jalur metabolisme utama (Tillman et al., 1991).
Karbohidrat seperti pati dan gula sebagian besar proses pencernaan terjadi di
mulut dan lambung. Pencernaan karbohidrat juga terjadi pada usus halus yang
menghasilkan glukosa sebagai sumber energi, sedangkan karbohidrat seperti
selulosa dan hemiselulosa difermentasi pada sekum menjadi asam-asam lemak
terbang (Anggorodi, 1995).
Persediaan asam amino yang melebihi kebutuhan dalam tubuh dapat
digunakan untuk menghasilkan energi.

Energi yang bersumber dari protein

digunakan pada saat tertentu, jika energi dalam ransum terbatas atau kurang dari
kebutuhan ternak. Apabila energi cukup tersedia, maka protein tidak akan diubah
menjadi energi, melainkan dicerna dan masuk melalui lintasan metabolisme untuk
memenuhi kebutuhan nitrogen tubuh (Anggorodi, 1995; Tillman et al, 1991).
Kandungan energi dalam ransum mempengaruhi konsumsi ransum, karena
kelinci mempunyai sifat yang khas yaitu ” mengkonsumsi untuk energi ”, maka
pada ransum dengan kandungan energi tersedia rendah, kelinci akan
mengkonsumsi ransum lebih banyak dibandingkan ransum yang menghasilkan
energi tinggi (Fekete, 1984).
Pada umumnya semakin tingggi suatu bahan makanan mengandung serat
kasar, maka semakin rendah kecernaan bahan makanan tersebut (Anggorodi,
1995). Pada hewan monogastrik, proses fermentasi zat-zat makanan oleh mikroba
terjadi dalam sekum dan kolon. Makin tinggi kadar serat kasar yang terkandung
dalam ransum maka laju pergerakan makanan dalam sekum semakin tinggi
sehingga dapat diperkirakan koefisien cerna zat-zat makanan semakin rendah
(Cheeke, 1983). Menurut Maynard et al. (1979), bahan makanan yang sedikit
mengandung serat kasar mudah dicerna sebab dinding sel dari bahan makanan
tersebut tipis sehingga mudah ditembus oleh enzim-enzim pencernaan.

8

Energi termetabolis
Nilai energi bahan makanan atau ransum dapat dinyatakan dalam bentuk
energi bruto, energi tercerna (DE), total nutrien tercerna (TDN), energi
termetabolis (ME) dan energi netto (NE) (Tillman et al., 1991).

Energi

termetabolis adalah energi tercerna dikurangi energi yang hilang melalui urin
(Sutardi, 1980)
Neraca energi merupakan keseimbangan antara energi yang dikonsumsi
dengan energi yang diekskresikan melalui feses dan urin (Maynard dan loosli,
1956). Neraca energi dapat bernilai positif, negati dan nol. Bila neraca energi
bernilai positif berarti ternak tersebut mengalami penambahan energi berupa
pertumbuhan jaringan baru atau peletakkan energi dalam tenunan urat dagingnya.
Apabila neraca energi bernilai negatif berarti terjadi kehilangan energi jaringan
melalui katabolisme sebagai akibat dari energi ransum yang dikonsumsi tidak
mencukupi kebutuhan hidup pokok ternak yang bersangkutan. Sedangkan bila
neraca energi bernilai nol berarti ternak tersebut berada dalam keadaan seimbang
yaitu energi yang dikonsumsi hanya cukup untuk hidup pokok (Crampton dan
Harris, 1969; Maynard dan Lossli, 1956)
Zat-zat makanan yang dapat dicerna semuanya diasimilasikan dan digunakan
di dalam tubuh. Hal tersebut tidak sepenuhnya benar karena pencernaan dan
penggunaan bahan makanan terdapat tiga macam bentuk kehilangan energi
lainnya, antara lain : (1) Energi yang hilang melalui urin; (2) Sejumlah kecil
energi yang hilang dalam gas-gas yang terbakar terutama methan, hasil fermentasi
dari selulosa, pentosa dan karbohidrat lainnya; (3) Kehilangan energi yang lebih
besar terjadi pada berbagai proses seperti mengunyah, mencerna dan
mengasimilasikan bahan makanan (Anggorodi, 1995). Lebih lanjut Ensminger
(1995) menyatakan bahwa tidak semua energi yang terkandung dalam ransum
dapat digunakan oleh ternak akan tetapi sebagian terbuang melalui feses dan urin,
ketersedian energi itu tergantung pada jumlah yang hilang selama proses
pencernaan dan metabolis.
Sutardi (1980), menyatakan energi yang keluar melalui urin relatif kecil dan
konstan serta dapat diukur dengan membakar bagian pada urin (setelah
dievaporasi) dalam bom calorimeter. Energi urin tidak seluruhnya berasal dari

9

makanan tetapi sebagian berasal dari tubuh antara lain berasal dari tenunan tubuh
yang aus dan katabolisme zat-zat makanan asal tubuh ( Sutardi, 1980; Mc.
Donald, et al 1995).

Penggunaan bahan makanan oleh ternak secara umum

diilustrasikan oleh Crampton dan Harris (1969) dan dapat dilihat pada Gambar 4.
Energi Bruto (GE)
(dalam bahan makanan)

Energi Feses (FE) dari :
a. makanan tidak dicerna
b. produk metabolic
(mukosa, bakteri, enzim)

Energi Urin, CH4

Energi Tercerna (DE) :
a. energi fermentasi
b. energi gas hasil fermentasi
(CH4)

Energi gas hasil pencernaan :
a. sisa-sisa zat makanan
b. katabolisme endogenous

Energi Termetabolis (ME)

Energi panas (Heat Energy):
a. panas dari metabolisme
b. zat makanan
c. panas dari fermentasi

NE untuk hidup pokok :
a. metabolisme basal
b. aktifitas bebas
c. panas untuk menjaga temperatur tubuh

Energi Netto (NE)

NE untuk produksi :
a. disimpan dalam jaringan
b. disimpan dalam hasil ternak
c. kerja

Gambar 4. Skema Penggunaan Bahan Makanan oleh Ternak secara Umum
(Crampton dan Harris, 1969).

10

METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan, yang dimulai dari bulan
Agustus sampai November 2003.

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium

Lapangan Nutrisi Ternak Daging dan Kerja (kandang B), Laboratorium Industri
Makanan Ternak dan Laboratorium Kimia Nutrisi Ternak Daging dan Kerja,
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor.
Materi
Ternak
Ternak yang digunakan adalah 20 ekor kelinci jantan persilangan lepas sapih
yang berumur 4–6 minggu, dengan bobot badan awal rata-rata 479 ± 84 gram.
Kandang dan peralatan
Dalam penelitian ini digunakan 20 buah kandang individu yang terbuat dari
kayu dengan ukuran 50 x 80 x 40 cm berdinding dan beralas kawat kotak sebesar
1 x 1 cm. Tiap kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum, untuk
memudahkan pengumpulan sampel feses, di bawah kandang diberi kawat nyamuk
yang berukuran 0,5 x 0,5 cm. Sedangkan untuk penampungan urin digunakan
plastik yang diletakkan di bagian bawah kawat kotak.
Ransum
Ransum yang diberikan terdiri dari empat macam dalam bentuk pelet yaitu
ransum komersil yang dibuat oleh PT. Indofeed terdiri atas bungkil - bungkilan
dan biji - bijian diantaranya jagung kuning, pollard, dedak padi, bungkil kedelai,
bungkil kelapa, vitamin serta mineral dan ransum komplit biomassa ubi jalar
(Ipomea batatas). Ransum komplit biomassa ubi jalar terdiri dari daun, batang
dan umbi ubi jalar dengan rasio masing-masing 63%, 22,7% dan 13%. Ditambah
dengan beberapa bahan lain, yaitu minyak, garam, dan premiks, serta ransum
komplit biomassa ubi jalar yang masing – masing disuplementasi 0,5 % urea atau
0,5 % Dl-methionin. Kadar nutrisi ransum disusun berdasarkan rekomendasi
NRC (1977) yaitu mengandung 16 % protein dan energi tercerna 2500 kkal/kg.
Komposisi bahan makanan dalam ransum penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi Bahan Makanan dalam Ransum Penelitian

RUJ

Perlakuan **
RU
……...%...........

RM

Daun

63,0

63,0

63,0

Batang

22,7

22,7

22,7

Umbi

13,0

13,0

13,0

Minyak

1,0

1,0

1,0

Methionin

-

0,5

-

Urea

-

-

0,5

Garam

0,2

0,2

0,2

Premiks *

0,1

0,1

0,1

Bahan Baku Ransum

Keterangan : * Setiap kg Premiks CATTLE MAS MIX-2 yang menggunakan mengandung
vitamin A (2.000.000 IU), D3 (400.000 IU), E (1.200 mg), Manganese (6.000 mg),
Zinc (5.000), Ferros (5.000 mg), Copper (1.000 mg), Cobalt (10 mg), Iodida (15
mg), Selenium (20 mg), Calsium (180.000 mg), Phospor (100.000 mg), Magnesium
(5.000 mg), Antioksidant, Carrier a. s. f. (1 kg).
** RUJ : Ransum pellet biomasa ubi jalar ; RU : RUJ + 0,5% urea ; RM : RUJ +
0,5% Dl-Methionin

Prosedur Pelaksanaan
Pembuatan Pelet Ubi Jalar
Umbi ubi jalar dibersihkan dari tanah, dipotong dengan menggunakan mesin
slicer lalu dijemur di bawah sinar matahari. Daun dan batang yang didapat,
dipisahkan terlebih dahulu sebelum dikeringkan, kemudian batang dipotongpotong terlebih dahulu dengan menggunakan mesin chopper lalu dijemur hingga
kering. Umbi, daun dan batang yang telah kering masing-masing digiling hingga
menjadi tepung lalu dicampurkan dengan premiks, minyak dan garam hingga
homogen. Biomassa ubi jalar yang didapat dibagi menjadi tiga yang terdiri dari
biomassa ubi jalar (RUJ), biomassa ubi jalar dengan suplementasi 0,5 % urea
(RU) atau dengan suplementasi 0,5 % Dl-methionin, setelah dibagi tiga lalu
ransum kemudian dibuat pelet. Pemberian ransum dan air minum dilakukan 2
kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari secara ad libitum. Proses pembuatan pelet
biomassa ubi jalar dapat dilihat pada Gambar 5. Bentuk pellet ubi jalar ( RUJ, RU

12

dan RM) dan ransum komersil (RK) yang digunakan selama penelitian dapat
dilihat pada Gambar 6.

TANAMAN UBI JALAR

UBI JALAR

BATANG

DAUN

DIPOT