Kajian Histopatologi Hati Pada Ayam Pedaging yang Terinfeksi Penyakit Marek dan Pengaruh Pemberian Kombinasi Kunyit, Bawang Putih dan Zink (Zn)

KAJIAN HISTOPATOLOGI HATI PADA AYAM PEDAGING
YANG TERINFEKSI PENYAKIT MAREK DAN PENGARUH
PEMBERIAN KOMBINASI KUNYIT, BAWANG PUTIH DAN
ZINK (Zn)

BAGUS RAFIQI

SKRIPSI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

Zhege lunwen gei wo suoyou ai de ren xie,
tebie shi wo mama he baba.
这个论文给我所有爱的人写,
特别是我妈妈和爸爸.

-------Bagus Rafiqi-------


ABSTRAK

BAGUS RAFIQI. Kajian Histopatologi Hati Pada Ayam Pedaging yang
Terinfeksi Penyakit Marek dan Pengaruh Pemberian Kombinasi Kunyit,
Bawang Putih dan Zink (Zn). Di bawah bimbingan WIWIN WINARSIH dan
SUS DERTHI WIDHYARI.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perubahan histopatologi pada
hati ayam pedaging yang terinfeksi penyakit Marek setelah ditambahkan
kombinasi kunyit, bawang putih dan mineral Zn pada pakan. Strain Ayam
pedaging yang digunakan adalah Ross 1 Super Jumbo 747 sebanyak 100 ekor.
Ayam dikelompokkan menjadi lima kelompok (R0, R1, R2, R3 dan R4)
berdasarkan komposisi ransum yang akan diberikan dan masing-masing kelompok
terdiri dari empat ulangan. Kelompok R0 diberi pakan basal (kontrol). Kelompok
R1 diberi pakan basal, serbuk bawang putih 2.5% dan serbuk kunyit 1.5%.
Kelompok R2 diberi pakan basal, serbuk bawang putih 2.5% dan ZnO 120 ppm.
Kelompok R3 diberi pakan basal, serbuk kunyit 1.5%, dan ZnO 120 ppm.
Kelompok R4 diberi pakan basal, serbuk bawang putih 2.5%, serbuk kunyit 1.5%
dan ZnO 120 ppm. Ayam dipanen pada minggu ke lima yang kemudian
dilanjutkan dengan nekropsi dan kemudian dilakukan pembuatan preparat
histopatologi hati dengan pewarnaan hematoksilin eosin (HE). Peubah yang

diamati adalah rataan jumlah sel tumor limfoid, skoring untuk kejadian degenerasi
dan persentasi kejadian kongesti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penambahan kombinasi kunyit, bawang putih dan mineral Zn pada pakan ayam
pedaging belum mampu mencegah degenerasi dan kongesti pada hati ayam
pedaging akibat infeksi penyakit Marek. Perlakuan yang diberikan terhadap
kelompok R2 dan R3 mampu menekan peningkatan jumlah sel tumor limfoid
pada hati ayam pedaging yang terinfeksi penyakit Marek.

ABSTRACT
BAGUS RAFIQI. Liver Hispathology Study on Marek’s Disease infected
Broiler Chiken and the Effect on the Application of Turmeric, Garlic and
Zinc (Zn) Combination. Under the assistance of WIWIN WINARSIH and
SUS DERTHI WIDHYARI.
The research was conducted to find out histopathological change in the
Marek’s disease infected broiler’s liver after the application of turmeric, garlic
and Zn combination to the fed. The broiler’s strain that was used in the research
was 100 Ross 1 Super Jumbo 747. The broiler was classified into 5 different
groups (R0, R1, R2, R3, dan R4) according to the application of diets that would
be given in which the group was consisted of four repetitions. The R0 group was
fed with basal diet (control). The R1 fed with basal diet, 2.5% garlic powder and

1.5% turmeric powder. The R2 fed with basal diet, 2.5% garlic powder and 120
ppm ZnO. The R3 fed with basal diet, 1.5% turmeric and 120 ppm ZnO. The R4
fed with basal diet, 2.5% garlic powder, 1.5% turmeric powder and 120 ppm ZnO.
The broilers were harvested in the fifth month which followed with necropsy and
preparing liver’s histopathology using hematoxylin & eosin (HE) for staining. The
variable observed were mean sample of the tumor lymphoid cell amount,
degeneration scoring and congestion percentage. The result of the research shown
that the application of turmeric, garlic and Zn to the broilers fed couldn’t prevent
broiler’s liver degeneration and congestion caused by Marek’s disease. Treatment
on R2 and R3 groups could reduce the tumor lymphoid cell growth on Marek’s
disease infected broiler.

KAJIAN HISTOPATOLOGI HATI PADA AYAM PEDAGING
YANG TERINFEKSI PENYAKIT MAREK DAN PENGARUH
PEMBERIAN KOMBINASI KUNYIT, BAWANG PUTIH DAN
ZINK (Zn)

BAGUS RAFIQI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

LEMBAR PENGESAHAN

Judul

: Kajian Histopatologi Hati Pada Ayam Pedaging yang
Terinfeksi Penyakit Marek dan Pengaruh Pemberian
Kombinasi Kunyit, Bawang Putih dan Zink (Zn)

Nama Mahasiswa

: Bagus Rafiqi


NIM

: B04104115

Disetujui

Dr. drh. Wiwin Winarsih, MSi.

Dr. drh. Sus Derthi Widhyari, MSi.

Pembimbing 1

Pembimbing 2

Diketahui

Dr. Nastiti Kusumorini
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor


Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kuningan Jawa Barat pada tanggal 30 April 1986.
Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari Bapak Drs. Mochamad
Machbub dan Ibu Kunah Kurniawati.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri (SDN)
Cibeureum 1 Kabupaten Kuningan dan lulus pada tahun 1998. Penulis
melanjutkan pendidikan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) 1
Jasinga Kabupaten Bogor dan lulus pada tahun 2001 kemudian melanjutkan ke
Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 3 Bogor dan lulus pada tahun 2004.
Pada tahun 2004 penulis diterima di Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Pertanian Bogor (FKH IPB) melalui jalur USMI. Selama menjadi mahasiswa
penulis mengikuti berbagai organisasi seperti: Himpunan Minat Profesi
(HIMPRO) Ruminansia, Veterinary English Club, Veterinary Japanese Club,
DKM An Nahl dan Bulutangkis.
Karya ilmiah yang dihasilkan penulis untuk meraih gelar Sarjana
Kedokteran Hewan diperoleh melalui penelitian selama satu tahun di Bogor yang

berjudul “Kajian Histopatologi Hati Pada Ayam Pedaging yang Terinfeksi
Penyakit Marek dan Pengaruh Pemberian Kombinasi Kunyit, Bawang Putih
dan Zink (Zn)” di bawah bimbingan Dr. drh. Wiwin Winarsih, MSi dan Dr. drh.
Sus Derthi Widhyari, MSi.

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Kajian Histopatologi Hati Pada Ayam Pedaging yang Terinfeksi
Penyakit Marek dan Pengaruh Pemberian Kombinasi Kunyit, Bawang Putih
dan Zink (Zn)” dapat selesai sesuai dengan yang diharapkan. Skripsi ini
merupakan hasil penelitian dalam program hibah bersaing DIKTI dan disusun
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan
pada Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya skripsi ini, yaitu kepada:
1. Keluarga tercinta (Bapa, Mama, Teh Andi, A Ikal, Teh Eva dan Shira).
2. Dr. drh. Wiwin Winarsih, M.Si selaku dosen pembimbing pertama dalam
penelitian ini.

3. Dr. drh. Sus Derthi Widhyari, M.Si selaku dosen pembimbing kedua
dalam penelitian ini.
4. drh. Ekowati Handharyani, MS, Ph.D selaku dosen penilai dan penguji
pada seminar penelitian dan sidang skripsi.
5. Dr. drh. M. Agil, M.Sc selaku pembimbing akademik.
6. Teman-teman sepenelitian (Upik Kurota Aini, Eka Febriana, Sri Ulina Br
Tumanggor, Kanda Yanuar Muhammad, Wahyu Kusuma Ningrum,
Herlina, Zamily Hati Harahap, Ratna Delima Natalia, Mas Mahmud dan
Ibu Sri mahasiswa sekolah pascasarjana Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor).
7. Keluarga besar Abah Praja dan Abah Machfud terima kasih atas
dukungannya.
8. Staf laboratorium Histopatologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Pertanian Bogor (Pak Kasnadi dan Pak Endang).
9. Teman-teman klub renang dan bulutangkis (Ivan Maulana Ersa, Fajrin
Arits Tumuha, Dhani Permana, Agus Prastowo, Yunneta Putri Arios, Ari
Oktaviani Sant Adji, Laoriza Firmasari Dewi dan Renny Safety Angie).

10. Teman-teman di Perwira 44 (Andika Pratama Hidayat, Candra, Gilang,
Fransius, Lestari, Royama Sari, Ornella Vontie, Sionita G Gunawan, Titin,

Sherly, Willine, Meimei dan Venven).
11. Teman-teman di Balio 27 (Zulfikar, Adriyan Permana Putra, Muhamad,
Fadly, Mas Agung, mas Oki, Mas Edi dan Mas Nunu).
12. Teman-teman di UPT Bahasa Mandarin (Defni, Difna, Rini laoshi, Rindi
loaoshi, Arif xiansheng) jia you ba…..keneng zanmen keyi yiqi qu
Zhongguo…..
13. Teman-teman asrama TPB C1 lorong Phoenix (Rasmawan, Wakid
Mutowal, Alfian, Rizki Abdillah, Angga, Dimas, David, Taufik, Akbar,
Dian, Didit, Kevin, Bernard, Omen, Tetuko, Arif, Sigit dan Kak Dedi).
14. Seluruh teman-teman FKH 41.
15. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan oleh karena itu saran dan
kritik yang membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat memberi
manfaat bagi kita semua.

Bogor, September 2008

Bagus Rafiqi


DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL....................................................................................

x

DAFTAR GAMBAR...............................................................................

xi

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................

xii

PENDAHULUAN
Latar Belakang................................................................................

1

Tujuan..............................................................................................


3

Sasaran Penelitian...........................................................................

3

TINJAUAN PUSTAKA
Bawang Putih……………………………………………………..

4

Kunyit…………………………………………………………......

7

Ayam Pedaging…………………………………………………...

9

Hati……………………….......…………………………………...

11

Zink (Zn)………………………………………………………….

12

Penyakit Marek…………………………………………………...

13

BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian…………………………………….

18

Bahan dan Alat Penelitian………………………………………...

18

Metode Penelitian…………………………………………………

18

HASIL DAN PEMBAHASAN
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan………………………………………………………..

32

Saran……………………………………………………………....

32

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Pembuatan Preparat Histopatologi………………………………..

38

Hasil Pengolahan Data dengan Metode Statistik............................

41

KAJIAN HISTOPATOLOGI HATI PADA AYAM PEDAGING
YANG TERINFEKSI PENYAKIT MAREK DAN PENGARUH
PEMBERIAN KOMBINASI KUNYIT, BAWANG PUTIH DAN
ZINK (Zn)

BAGUS RAFIQI

SKRIPSI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

Zhege lunwen gei wo suoyou ai de ren xie,
tebie shi wo mama he baba.
这个论文给我所有爱的人写,
特别是我妈妈和爸爸.

-------Bagus Rafiqi-------

ABSTRAK

BAGUS RAFIQI. Kajian Histopatologi Hati Pada Ayam Pedaging yang
Terinfeksi Penyakit Marek dan Pengaruh Pemberian Kombinasi Kunyit,
Bawang Putih dan Zink (Zn). Di bawah bimbingan WIWIN WINARSIH dan
SUS DERTHI WIDHYARI.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perubahan histopatologi pada
hati ayam pedaging yang terinfeksi penyakit Marek setelah ditambahkan
kombinasi kunyit, bawang putih dan mineral Zn pada pakan. Strain Ayam
pedaging yang digunakan adalah Ross 1 Super Jumbo 747 sebanyak 100 ekor.
Ayam dikelompokkan menjadi lima kelompok (R0, R1, R2, R3 dan R4)
berdasarkan komposisi ransum yang akan diberikan dan masing-masing kelompok
terdiri dari empat ulangan. Kelompok R0 diberi pakan basal (kontrol). Kelompok
R1 diberi pakan basal, serbuk bawang putih 2.5% dan serbuk kunyit 1.5%.
Kelompok R2 diberi pakan basal, serbuk bawang putih 2.5% dan ZnO 120 ppm.
Kelompok R3 diberi pakan basal, serbuk kunyit 1.5%, dan ZnO 120 ppm.
Kelompok R4 diberi pakan basal, serbuk bawang putih 2.5%, serbuk kunyit 1.5%
dan ZnO 120 ppm. Ayam dipanen pada minggu ke lima yang kemudian
dilanjutkan dengan nekropsi dan kemudian dilakukan pembuatan preparat
histopatologi hati dengan pewarnaan hematoksilin eosin (HE). Peubah yang
diamati adalah rataan jumlah sel tumor limfoid, skoring untuk kejadian degenerasi
dan persentasi kejadian kongesti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penambahan kombinasi kunyit, bawang putih dan mineral Zn pada pakan ayam
pedaging belum mampu mencegah degenerasi dan kongesti pada hati ayam
pedaging akibat infeksi penyakit Marek. Perlakuan yang diberikan terhadap
kelompok R2 dan R3 mampu menekan peningkatan jumlah sel tumor limfoid
pada hati ayam pedaging yang terinfeksi penyakit Marek.

ABSTRACT
BAGUS RAFIQI. Liver Hispathology Study on Marek’s Disease infected
Broiler Chiken and the Effect on the Application of Turmeric, Garlic and
Zinc (Zn) Combination. Under the assistance of WIWIN WINARSIH and
SUS DERTHI WIDHYARI.
The research was conducted to find out histopathological change in the
Marek’s disease infected broiler’s liver after the application of turmeric, garlic
and Zn combination to the fed. The broiler’s strain that was used in the research
was 100 Ross 1 Super Jumbo 747. The broiler was classified into 5 different
groups (R0, R1, R2, R3, dan R4) according to the application of diets that would
be given in which the group was consisted of four repetitions. The R0 group was
fed with basal diet (control). The R1 fed with basal diet, 2.5% garlic powder and
1.5% turmeric powder. The R2 fed with basal diet, 2.5% garlic powder and 120
ppm ZnO. The R3 fed with basal diet, 1.5% turmeric and 120 ppm ZnO. The R4
fed with basal diet, 2.5% garlic powder, 1.5% turmeric powder and 120 ppm ZnO.
The broilers were harvested in the fifth month which followed with necropsy and
preparing liver’s histopathology using hematoxylin & eosin (HE) for staining. The
variable observed were mean sample of the tumor lymphoid cell amount,
degeneration scoring and congestion percentage. The result of the research shown
that the application of turmeric, garlic and Zn to the broilers fed couldn’t prevent
broiler’s liver degeneration and congestion caused by Marek’s disease. Treatment
on R2 and R3 groups could reduce the tumor lymphoid cell growth on Marek’s
disease infected broiler.

KAJIAN HISTOPATOLOGI HATI PADA AYAM PEDAGING
YANG TERINFEKSI PENYAKIT MAREK DAN PENGARUH
PEMBERIAN KOMBINASI KUNYIT, BAWANG PUTIH DAN
ZINK (Zn)

BAGUS RAFIQI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

LEMBAR PENGESAHAN

Judul

: Kajian Histopatologi Hati Pada Ayam Pedaging yang
Terinfeksi Penyakit Marek dan Pengaruh Pemberian
Kombinasi Kunyit, Bawang Putih dan Zink (Zn)

Nama Mahasiswa

: Bagus Rafiqi

NIM

: B04104115

Disetujui

Dr. drh. Wiwin Winarsih, MSi.

Dr. drh. Sus Derthi Widhyari, MSi.

Pembimbing 1

Pembimbing 2

Diketahui

Dr. Nastiti Kusumorini
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kuningan Jawa Barat pada tanggal 30 April 1986.
Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari Bapak Drs. Mochamad
Machbub dan Ibu Kunah Kurniawati.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri (SDN)
Cibeureum 1 Kabupaten Kuningan dan lulus pada tahun 1998. Penulis
melanjutkan pendidikan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) 1
Jasinga Kabupaten Bogor dan lulus pada tahun 2001 kemudian melanjutkan ke
Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 3 Bogor dan lulus pada tahun 2004.
Pada tahun 2004 penulis diterima di Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Pertanian Bogor (FKH IPB) melalui jalur USMI. Selama menjadi mahasiswa
penulis mengikuti berbagai organisasi seperti: Himpunan Minat Profesi
(HIMPRO) Ruminansia, Veterinary English Club, Veterinary Japanese Club,
DKM An Nahl dan Bulutangkis.
Karya ilmiah yang dihasilkan penulis untuk meraih gelar Sarjana
Kedokteran Hewan diperoleh melalui penelitian selama satu tahun di Bogor yang
berjudul “Kajian Histopatologi Hati Pada Ayam Pedaging yang Terinfeksi
Penyakit Marek dan Pengaruh Pemberian Kombinasi Kunyit, Bawang Putih
dan Zink (Zn)” di bawah bimbingan Dr. drh. Wiwin Winarsih, MSi dan Dr. drh.
Sus Derthi Widhyari, MSi.

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Kajian Histopatologi Hati Pada Ayam Pedaging yang Terinfeksi
Penyakit Marek dan Pengaruh Pemberian Kombinasi Kunyit, Bawang Putih
dan Zink (Zn)” dapat selesai sesuai dengan yang diharapkan. Skripsi ini
merupakan hasil penelitian dalam program hibah bersaing DIKTI dan disusun
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan
pada Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya skripsi ini, yaitu kepada:
1. Keluarga tercinta (Bapa, Mama, Teh Andi, A Ikal, Teh Eva dan Shira).
2. Dr. drh. Wiwin Winarsih, M.Si selaku dosen pembimbing pertama dalam
penelitian ini.
3. Dr. drh. Sus Derthi Widhyari, M.Si selaku dosen pembimbing kedua
dalam penelitian ini.
4. drh. Ekowati Handharyani, MS, Ph.D selaku dosen penilai dan penguji
pada seminar penelitian dan sidang skripsi.
5. Dr. drh. M. Agil, M.Sc selaku pembimbing akademik.
6. Teman-teman sepenelitian (Upik Kurota Aini, Eka Febriana, Sri Ulina Br
Tumanggor, Kanda Yanuar Muhammad, Wahyu Kusuma Ningrum,
Herlina, Zamily Hati Harahap, Ratna Delima Natalia, Mas Mahmud dan
Ibu Sri mahasiswa sekolah pascasarjana Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor).
7. Keluarga besar Abah Praja dan Abah Machfud terima kasih atas
dukungannya.
8. Staf laboratorium Histopatologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Pertanian Bogor (Pak Kasnadi dan Pak Endang).
9. Teman-teman klub renang dan bulutangkis (Ivan Maulana Ersa, Fajrin
Arits Tumuha, Dhani Permana, Agus Prastowo, Yunneta Putri Arios, Ari
Oktaviani Sant Adji, Laoriza Firmasari Dewi dan Renny Safety Angie).

10. Teman-teman di Perwira 44 (Andika Pratama Hidayat, Candra, Gilang,
Fransius, Lestari, Royama Sari, Ornella Vontie, Sionita G Gunawan, Titin,
Sherly, Willine, Meimei dan Venven).
11. Teman-teman di Balio 27 (Zulfikar, Adriyan Permana Putra, Muhamad,
Fadly, Mas Agung, mas Oki, Mas Edi dan Mas Nunu).
12. Teman-teman di UPT Bahasa Mandarin (Defni, Difna, Rini laoshi, Rindi
loaoshi, Arif xiansheng) jia you ba…..keneng zanmen keyi yiqi qu
Zhongguo…..
13. Teman-teman asrama TPB C1 lorong Phoenix (Rasmawan, Wakid
Mutowal, Alfian, Rizki Abdillah, Angga, Dimas, David, Taufik, Akbar,
Dian, Didit, Kevin, Bernard, Omen, Tetuko, Arif, Sigit dan Kak Dedi).
14. Seluruh teman-teman FKH 41.
15. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan oleh karena itu saran dan
kritik yang membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat memberi
manfaat bagi kita semua.

Bogor, September 2008

Bagus Rafiqi

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL....................................................................................

x

DAFTAR GAMBAR...............................................................................

xi

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................

xii

PENDAHULUAN
Latar Belakang................................................................................

1

Tujuan..............................................................................................

3

Sasaran Penelitian...........................................................................

3

TINJAUAN PUSTAKA
Bawang Putih……………………………………………………..

4

Kunyit…………………………………………………………......

7

Ayam Pedaging…………………………………………………...

9

Hati……………………….......…………………………………...

11

Zink (Zn)………………………………………………………….

12

Penyakit Marek…………………………………………………...

13

BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian…………………………………….

18

Bahan dan Alat Penelitian………………………………………...

18

Metode Penelitian…………………………………………………

18

HASIL DAN PEMBAHASAN
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan………………………………………………………..

32

Saran……………………………………………………………....

32

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Pembuatan Preparat Histopatologi………………………………..

38

Hasil Pengolahan Data dengan Metode Statistik............................

41

DAFTAR TABEL

No

Teks

Halaman

1

Komposisi Bawang Putih dari Umbi Bawang Putih per 100
gram.................................................................................................

5

2

Karakteristik Kunyit........................................................................

8

3

Komposisi

Ransum

Untuk

Setiap

Kelompok

Perlakuan.........................................................................................

19

4

Komposisi Ransum Penelitian........................................................

20

5

Kandungan dan Kebutuhan Zat Makanan Ransum Ayam Broiler

21

Umur 1-35 Hari...............................................................................
6

Rataan Jumlah Sel Tumor Limfoid pada Hati................................

23

7

Rataan Nilai Persentasi Kongesti dari Tiap Kelompok...................

29

DAFTAR GAMBAR
No

Teks

Halaman

1

Bawang Putih.................................................................................

6

2

Struktur Kimia Alisin…………………………………………….

7

3

Struktur Kimia Kurkumin...............................................................

9

4

Rimpang kunyit…………………………………………………..

9

5

Histogram Jumlah Sel Tumor Lmfoid pada Hati

23

6

Akumulasi tumor limfoid pada kelompok R0 di daerah segitiga
kirnan hati (tanda panah). Pewarnaan HE, bar = 40μm…………..

7

Degenerasi hidropis pada seluruh hepatosit kelompok R1
Pewarnaan HE, bar = 20μm............................................................

8

26

28

Kongesti (tanda panah) pada kelompok R0 terlihat adanya
pelebaran pembuluh darah yang penuh berisi darah.. Pewarnaan
HE, bar = 40μm…………………………………………………..

31

DAFTAR LAMPIRAN
No

Teks

Halaman

1

Pembuatan Preparat Histopatologi.................................................

38

2

Hasil Pengolahan Data dengan Metode Statistik............................

41

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Penyakit Marek (Marek’s Disease) adalah penyakit limfoproliferatif pada
ayam yang mempengaruhi banyak organ dan jaringan (Jordan et al. 1990).
Penyakit ini dikenal juga dengan nama fowl paraliysis, range paralysis, dan
neurolymphomatosis (Tabbu 2000). Penyebab dari penyakit ini adalah Gallid
herpevirus 2 yang merupakan alphaherpesvirus. Virus ini memiliki 3 serotipe,
dan hanya serotipe ke-1 yang dapat menginduksi sel tumor (Kamaldeep et al.
2007).
Kelainan patologi yang sering terlihat adalah kelainan pada saraf perifer,
bentuk limfoma pada berbagai organ dan jaringan, serta atrofi pada bursa
Fabricius dan timus (Payne 1985). Infiltrasi sel-sel limfoid yang difus pada hati
akan menyebabkan kehilangan struktur lobuli yang normal dan kerapkali
menyebabkan permukaannya terlihat kasar dan bergranular (Calnek dan Witter
1991).
Metode paling efektif untuk pencegahan penyakit Marek adalah
memperbaiki manajemen peternakan dan melakukan vaksinasi pada ayam di
daerah yang pernah terinfeksi penyakit Marek (Sharma 1985; Jordan et al. 1990).
Oleh karena itu, penelitian untuk menemukan obat untuk penyakit ini terus
dilakukan, salah satunya adalah pemanfaatan keanekaragaman hayati yang ada di
Indonesia yakni dengan memanfaatkan tanaman obat yang berkhasiat antitumor
(Rulita 2007).
Tanaman obat yang yang pernah diteliti dan terbukti sebagai antitumor
adalah bawang putih dan kunyit. Menurut Nagpurkar et al. (2005), sejumlah studi
dengan metode in vitro dan in vivo menyatakan bahwa bawang putih dapat
menghambat pertumbuhan tumor dan memiliki sifat sebagai antikanker. Zat aktif
pada bawang putih yang berfungsi sebagai antitumor adalah thiosulfinat. Menurut
Barnes et al. (2002), kombinasi ekstrak bawang putih dan serbuk bawang putih
dapat menghambat pertumbuhan sel tumor pada hati manusia (HepG2,). Ekstrak
dari bawang putih yang tua dapat berfungsi sebagai imunomodulator yang secara

efektif dapat meningkatkan aktivitas sel NK (Natural Killer Cell). Percobaan
dengan metode in vitro menunjukkan bahwa bawang putih dapat berkhasiat
sebagai antiviral terhadap herpes simplex tipe 1. Selain itu, minyak bawang putih
dan unsur pokok dari bawang putih yaitu alliin, S-allymercaptocysteine dan Smethylmercaptocysteine dapat berfungsi sebagai antiheptotoksik.
Menurut Anonim (2008a), kunyit termasuk salah satu tanaman rempah dan
obat, habitat asli tanaman ini meliputi wilayah Asia khususnya Asia Tenggara.
Senyawa yang terkandung dalam tanaman kunyit adalah senyawa kurkuminoid
yang memberi warna kuning pada kunyit. Kurkuminoid ini pada umumnya berupa
kurkumin yang mempunyai kegunaan sebagai antioksidan, antiinflamasi, efek
pencegah kanker dan menurunkan risiko serangan jantung.
Zink (Zn) merupakan unsur mineral penting yang dibutuhkan oleh hewan.
Pada tubuh hewan mengandung Zn sekitar 30 mg/kg berat badan (Jordan et al.
1990). Zn terdapat dalam semua jaringan dan berperan dalam beberapa reaksi
enzim (Djiwa et al. 1993). Konsentrasi paling banyak ditemukan pada jaringan
epidermis, sedangkan jumlah yang sedikit ditemukan pada tulang dan bagian lain.
Pada hewan, Zn memiliki peran terhadap pertumbuhan, perkembangan,
reproduksi dan banyak berfungsi pada fungsi metabolik. Zn biasanya ditambahkan
pada ransum unggas dengan tujuan untuk pertumbuhan dan perkembangan tulang,
untuk pembentukan dan pemeliharaan jaringan epitel dan produksi telur (Jordan et
al. 1990). Kekurangan Zn akan menyebabkan pertumbuhan ayam terganggu,
nafsu makan hilang dan dalam keadaan kronis menyebabkan kematian (Sudaryani
et al. 1994). Zn diperlukan dalam ransum dalam jumlah yang sedikit, namun
penelitian yang mendalam dengan ayam petelur di Universitas Wisconsin yang
dilaporkan oleh Anggorodi (1979), memperlihatkan bahwa produksi telur turun
akibat defisiensi Zn. Anak ayam yang baru menetas tubuhnya akan lemah jika
terjadi defisiensi Zn pada ransumnya, tidak dapat berdiri, makan atau minum,
pertumbuhan bulu terganggu dan terlihat bulu-bulu yang mengeriting. Selain itu,
embrio yang menderita defisiensi Zn memperlihatkan pembengkokan tulang
punggung dan jari kaki sering tidak ada (Yasin 1988).

Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah mengamati perubahan histopatologi
hati pada ayam pedaging yang terinfeksi penyakit Marek dan efek pemberian
kombinsi kunyit, bawang putih dan Zn yang ditambahkan pada pakan.

Sasaran Penelitian
Penelitian ini diharapkan untuk mengetahui efek pemberian kombinasi
antara herbal (kunyit dan bawang putih) dengan Zn terhadap perubahan hati ayam
pedaging yang terinfeksi penyakit Marek.

TINJAUAN PUSTAKA

Bawang Putih
Bawang putih (Allium sativum) termasuk klasifikasi tumbuhan berumbi
lapis atau siung yang bersusun (Anonim 2008a). Asal distribusi bawang putih
adalah jenis liar Allium longicurpis Regel. Jenis ini masih terdapat di daerah Asia
bagian tengah, sedangkan di Mesir tanaman ini sudah dikenal sekitar 2.500-3.000
tahun SM. Kemudian pelaut Spanyol, Portugis dan Prancis menyebarkan ke Eropa
bagian barat (Ashari 1995). Bawang putih tumbuh secara berumpun dan berdiri
tegak sampai setinggi 30 -75 cm, mempunyai batang semu yang terbentuk dari
pelepah-pelepah daun. Helaian daunnya mirip pita, berbentuk pipih dan
memanjang. Akar bawang putih terdiri dari serabut-serabut kecil yang berjumlah
banyak dan setiap umbi bawang putih terdiri dari sejumlah anak bawang (siung)
yang setiap siungnya terbungkus kulit tipis berwarna putih (Anonim 2008a).
Menurut Linnaeus dalam Syamsiah dan Tajudin (2005), taksonomi
bawang putih adalah:
Kingdom

:

Plantae

Divisio

:

Spermatophyta

Subdivisio

:

Angiospermae

Kelas

:

Monocotyledoneae

Ordo

:

Lilifrae

Famili

:

Amaryllidaceae

Bangsa

:

Alliae

Genus

:

Allium

Spesies

:

Allium sativum L.

Menurut Anonim (2008a), bawang putih tumbuh dengan baik apabila
memenuhi syarat-syarat sebagai berkut:
a. Iklim
Bawang putih dapat tumbuh pada ketinggian tempat 600 - 1.200 m di atas
permukaan laut dan curah hujan 800-2000 mm/tahun. Suhu udara yang cocok
berkisar pada 15–200C dengan kelembaban tinggi dan penyinaran sedang. Selain
itu, pada musim hujan bawang putih dapat tumbuh jika curah hujan di atas 100

mm/bulan selama 5-7 bulan, sedangkan pada musim kemarau bawang putih masih
dapat tumbuh jika masih ada curah hujan minimal 60 mm/bulan selama 4-6 bulan.
b. Persiapan Bibit
Bibit berasal dari tanaman cukup tua (85 - 135 hari), sehat dan tidak cacat.
Bibit disimpan dalam ruangan kering sekitar 5-8 bulan dan digantung pada parapara serta siung untuk bibit sebaiknya berasal dari umbi yang beratnya 5–7.5
gram/umbi.
c. Penanaman
Lubang tanam dibuat sedalam 3-4 cm dengan tugal dan atur jarak tanam
10x10 cm atau 15x10 cm. Bibit ditancapkan dengan posisi tegak lurus dengan
ujung siung di atas dan ¾ bagian siung tertanam dalam tanah. Kemudian tanah
halus ditaburkan dan ditutup merata dengan jerami setelah 3 cm.
d. Komposisi Bawang Putih
Tabel 1. Komposisi Bawang Putih dari Umbi Bawang Putih per 100 gram
Komposisi
1. Protein
2. Lemak
3. Karbohidrat
4. Vitamin B1
5. Vitamin C
6. Kalori
7. Posfor
8. Kalsium
9. Air
Sumber : elearning.unej.ac.id (2008)

Banyaknya
4.50 gram
0.20 gram
23.10 gram
0.22 miligram
15 miligram
95 kalori
134 miligram
1 miligram
71 gram

Menurut Nagpurkar et al. (2005), siung bawang putih yang masak
terutama mengandung sistein sulfoksida seperti alliin (5-14 mg/g bawang putih
segar), methiin dan isoalliin yang dibentuk oleh γ-Glutamil-Sistein. Sistein
sulfoksida (8-19 mg/g berat bersih) dan γ-Glutamil-Sistein (5-16 mg/g) terdapat +
82% dari total sulfur pada bawang putih segar. Ketika bawang putih dipotong atau
dihancurkan, maka enzim alliinase dihasilkan yang kemudian akan mengubah
sistein sulfoksida menjadi thiosulfinat. Suing bawang putih mengandung banyak
sistein sulfoksida (alliin) + 85%, pada daun (12%) dan jumlah sedikit pada akar
(2%). Selain itu, zat yang terkandung dalam bawang putih adalah alliinase dan
thiosulfinat yang memproduksi substansi bau yang dihasilkan secara enzimatis
ketika bawang putih dipotong atau dihancurkan, dan beberapa senyawa tambahan

seperti: safonin, vitamin (asam askorbat 30 mg/100 g berat bersih, vitamin E 9.4
µg/g) dan mineral (selenium 0.014 mg/100 mg dan kromium 0.05 mg/100 g).

Gambar 1. Bawang Putih (Sumber: www.iptek.net.id, 2008)

Manfaat Bawang Putih Untuk Kesehatan
Menuurut Nagpurkar et al. (2005), perpaduan antara bawang putih yang
telah diolah dengan minyak ikan yang mengandung omega-3 telah dilaporkan
dapat menurunkan kolesterol dan trigliserida pada orang yang terkena
hiperkolesterolemik. Studi ini dibuktikan dengan adanya penurunan dari total
kolerterol serum sekitar 10-12%. Sebuah analisis pada manusia dengan
menggunakan preparat bawang putih (serbuk) menunjukkan bahwa bawang putih
secara signifikan dapat menurunkan tekanan darah baik sistol maupun diastol.
Salah satu efek terapeutik dari bawang putih juga telah diketahui sejak tahun
1978 yaitu memiliki efek potensial menghambat agregasi platelet. Zat aktif allicin
(alisin) dapat digunakan sebagi antmikroba (untuk bakteri gram positif dan
negatif) yang mana 1 mg alisin sama dengan 15 IU penicillin. Menurut Winarto
(2003), allium merupakan zat yang terkandung dalam bawang putih dapat
menghambat pertumbuhan tumor dan memiliki sifat sebagai antikanker dengan
merusak pembentukan ribosom pada sel kanker.
Efek Merugikan dari Bawang Putih
Sejumlah studi menyatakan bahwa bawang putih bersifat nontoksik, hal ini
dibuktikan dengan studi klinik dengan menambahkan 10 gram/hari bawang putih
pada makanan manusia. Studi lain menyatakan pernah dilakukan uji LD50 pada

mencit yang mana LD50 allicin pada mencit adalah 60 mg/kg secara intra vena dan
120 mg/kg secara sub kutan (Nagpurkar et al. 2005).

Gambar 2. Struktur kimia alisin (Sumber: www.benbest.com, 2008)

Kunyit
Kunyit merupakan tanaman obat yang tersebar dan tumbuh di daerah
tropis dan ekstrak dari kunyit diduga dapat berfungsi sebagai antifungal,
imunomodulator, anti oksidan dan antimutagenik (Kermanshahi et al. 2006).
Kunyit telah banyak digunakan sebagai pewarna makanan dan sebagai obat
tradisional untuk anti radang (Emadi et al. 2007) .
Taksonomi tanaman kunyit menurut Valenton dalam Anonim (2008a) adalah:
• Divisi

: Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

• Kelas

: Monocotyledoneae (biji berkeping satu)

• Ordo

: Zingiberales

• Famili

: Zingiberaceae

• Genus

: Curcuma

• Spesies

: Curcuma domestica Val.

Menurut Al-Sultan (2003), kunyit memiliki kandungan minyak atsiri (6%)
yang terdiri dari keton sesquiterpen, turmeron, tumeon (6%), zingiberen (25%),
felandren, sabinen, borneol dan siniel. Selain itu, kunyit mengandung vitamin C
(45-55%) dan garam mineral (Fe, P, dan Ca).

Tabel 2. Karakteristik Kunyit
Tanaman, daun, dan bunga

Rimpang

• Tinggi dapat mencapai 100 cm
• Batang semu, tegak, bulat, dan
membentuk rimpang
• Berwarna hijau kekuningan
• Daun tunggal
• Lanset memanjang

• Rimpang induk menjorong
• Rimpang cabang lurus atau
sedikit melengkung
• Keseluruhan rimpang
membentuk rumpun yang
rapat

• Helai daun berjumlah 3-8
• Ujung dan pangkal runcing

• Berwarna oranye dan tunas
muda berwarna putih

• Tepi rata
• Panjang 20-40 cm

• Akar serabut berwarna
cokelat muda

• Lebar 8-12,5 cm
• Pertulangan menyirip
• Berwarna hijau pucat
• Bunga tumbuh dari ujung batang semu
dengan panjang 10-15 cm
• Bunga berwarna kuning atau kuning pucat
Sumber: elearning.unej.ac.id (2008)

Menurut Chattopadhyay et al. (2004), kunyit mengandung protein (6,3%),
lemak (5,1%), karbohidrat (69,4%), air (13,1%). Minyak esensial (5,8%)
diperoleh dengan cara mendistilasi uap rimpang yang mengandung αphellandrene (1%), sabinene (0,6%), cineol (1%), borneol (0,5%), zingiberene
(25%)

dan sesquiterpines (53%).

Kurkumin

(diferuloymethane)

(3-4%)

menyebabkan warna kunyit menjadi kuning dan terdiri dari kurkumin I (94%),
kurkumin II (6%) dan kurkumin III (0,3%). Demethoxy dan bisdemethoxy yang
merupakan turunan dari kurkumin juga sering diisolasi karena memiliki fungsi
sebagai antioksidan. Kurkumin pertama kali diisolasi pada tahun 1815 dan
struktur kimia ditemukan oleh Roughley dan Whiting tahun 1973. Titik didih dari
kurkumin adalah 176-177oC; membentuk garam berwarna cokelat kemerahan
dengan basa dan larut dalam etanol, basa, keton, asam asetat, dan kloroform. Pada
manusia serbuk kunyit dapat digunakan untuk mengobati kerusakan hati. Selain
itu, kurkumin yang terdapat dalam kunyit memiliki kemampuan mempertahankan
hepatosit, antioksidan, dan antikarsinogenik. Kurkumin dapat meningkatkan Nitrit
Oksida (NO) dan sel NK yang berfungsi dalam menghambat replikasi virus.

Gambar 3. Struktur kimia kurkumin (Sumber: http://id.wikipedia.org, 2008)

Gambar 4. Rimpang Kunyit (Sumber: www.tanamanherbal.com, 2008)

Ayam Pedaging (Broiler)
Menurut Suprijatna et al. (2005), taksonomi zoologi ternak ayam di dalam
dunia hewan adalah sebagai berikut:
Filum

:

Chordata

Subfilum

:

Vertebrata

Kelas

:

Aves

Subkelas

:

Neornithes

Ordo

:

Galliformes

Genus

:

Gallus

Spesies

:

Gallus domesticus

Ayam pedaging (broiler) adalah ayam jantan dan betina muda yang
berumur di bawah 8 minggu ketika dijual dengan bobot tubuh tertentu,
mempunyai pertumbuhan yang cepat serta mempunyai dada yang lebar dengan
timbunan daging yang banyak. Ayam pedaging yang berusia 6 minggu sudah
sama besarnya dengan ayam kampung dewasa dan bila dipelihara hingga berusia
8 bulan, bobotnya dapat mencapai 2 kg. Bobot sebesar itu sulit dicapai oleh ayam
kampung dewasa maupun ayam ras petelur apkir pada usia 1.5 tahun (Rasyaf
1983). Budidaya unggas tercatat mulai sejak tahun 1000 SM di India, namun
ayam pedaging yang kita kenal sekarang ini adalah ayam yang baru
dikembangkan + 50 tahun yang lalu. Istilah broiler ditujukan pada ayam tipe
berat pedaging yang lebih muda dan berukuran lebih kecil dibandingkan dengan
ayam panggang (roaster). Dalam kurun waktu 6–7 minggu ayam broiler akan
tumbuh 40–50 kali dari bobot awalnya. Pada minggu terakhir, ayam broiler
tumbuh sebanyak 50–70 gram per hari. Ayam pedaging dapat menghasilkan
daging dalam jumlah banyak terutama pada bagian dada daging lebih empuk dan
sedikit mengandung lemak (Amrullah 2002).
Ayam ras pedaging mempunyai kemampuan mengubah bahan makanan
menjadi daging dengan sangat hemat, artinya dengan jumlah yang sedikit dapat
diperoleh penambahan berat badan yang tinggi. Selain itu, karena keunggulan
dalam berproduksi, pengembangan yang pesat terhadap pembudidayaan ayam ras
pedaging ini adalah juga merupakan upaya penanganan untuk mengimbangi
kebutuhan masyarakat terhadap daging ayam yang semakin meningkat akibat
pertambahan penduduk yang pesat. Oleh karenanya pengembangan ayam ras
pedaging sangat tepat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut.
Ayam ras pedaging yang dikembangkan di Indonesia pada umumnya
merupakan jenis ras unggul hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang
dikenal memiliki daya produktivitas yang tinggi yang pembiakannya dilakukan di
negara-negara maju. Jenis yang dihasilkan dari pembiakan tersebut adalah sudah
merupakan “Final Stock”. Jadi bibit DOC dari final stock tersebut hanya
diternakkan untuk memproduksi atau menghasilkan daging saja, tidak bisa
dikembangkan lebih lanjut untuk menghasilkan telur-telur tetas atau bibit-bibit
baru sebab ketrunan yang dihasilkan dari final stock tersebut tidak memiliki

keunggulan sebaik atau seperti induknya. Hasil keturunan dari final stock
memiliki sifat pertumbuhan badan lambat, daya tahan tubuh merosot sehingga
mudah terserang penyakit dan lain-lain. Dengan demikian apabila keturunan dari
final stock diternakkan, tidak akan menguntungkan. Oleh sebab itu, dalam
pemeliharaan selanjutnya para peternak harus membeli lagi bibit DOC yang
merupakan final stock dari perusahaan pembibitan yang telah mengeluarkannya,
apabila telah panen dan akan memulai lagi pada pemeliharaan berikutnya. Pada
umumnya tiap strain atau galur diberi nama tersendiri sesuai dengan perusahaan
pembibitan (breeding farm) yang membentuk atau memproduksi strain final stock
yang bersangkutan, sehingga dikenal berbagai macam galur atau strain ayam
pedaging yang beredar di pasaran sesuai dengan nama-nama perdagangan yang
dikeluarkan oleh masing-masing perusahaan pembibitan. Adapun strain ayam ras
pedaging

yang

banyak

beredar

di

pasaran

adalah:

Super 77, Tegal 70, ISA, Kim cross, Missouri, Cobb, Hubbard, Shaver starbo,
Lohman 202, Hyline, Vedette, Arbor arcres, Pilch, Yabro, Goto, Ross, Tatum,
Indian river, Hybro, Cornish, Brahma, Langshans, Hypeco broiler, Marshall “m”,
Euribrid, A.A. 70, H & N, Sussex, Bromo dan CP 707.
Strain ayam pedaging tersebut di atas memiliki ciri-ciri: ukuran badan
kokoh, timbangan tubuhnya berat yakni dapat mencapai 1.7 kg pada yang betina
umur 42 hari dan 2 kg pada yang jantan umur 42 hari, tubuhnya banyak
mengandung daging dan lemak, produksi telurnya sedikit, otot kaki pada sisi
belakang tebal, daging berwarna putih bersih, empuk, dan tulang rawan pada
bagian dadanya lunak (Cahyono 1995).

Hati
Hati merupakan kelenjar terbesar yang tersusun dari dua lobus dan
memiliki banyak fungsi. Organ ini erat sekali hubungannya dengan pencernaan
karena sekresi yang dikeluarkannya disalurkan ke dalam saluran usus untuk
membantu pencernaan bahan makanan. Zat yang disekresikannya berupa cairan
empedu yang berfungsi untuk menetralkan kondisi asam dari saluran usus dan
mengawali pencernaan lemak dengan bentuk emulsi (Amrullah 2002; Delmann
1998; Suprijatna et al. 2005). Dari hati terdapat dua saluran yang mengalirkan

empedu ke bagian terminal dari duodenum. Makanan di dalam duodenum akan
memacu kantung empedu untuk mengkerut dan menumpahkan isinya ke dalam
usus untuk membantu proses penyerapan lemak oleh usus halus. Hati juga
berfungsi menyaring darah dan menyimpan glikogen yang dibagikan ke seluruh
tubuh melalui aliran darah (Akso 1998).
Menurut Suprijatna et al. (2005), fungsi lain dari hati adalah: detoksifikasi
persenyawaan racun bagi tubuh, metabolisme protein, karbohidrat dan lipida,
penyimpanan vitamin, penyimpanan karbohidrat, destruksi sel-sel darah merah,
pembentukan protein plasma dan inaktifasi hormon polipeptida.

Zink (Zn)
Mineral yang dibutuhkan oleh ternak dapat dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu mineral makro dan mineral mikro. Termasuk mineral makro
adalah kalsium (Ca), fosfor (P), magnesium (Mg), natrium (Na), kalium (K),
Khlor (Cl), dan sulfur (S). Sedangkan mineral mikro adalah besi (Fe), tembaga
(Cu), iodium (I), kobalt (Co), seng (Zn), Mangan (Mn), Selenium (Se),
Molibdenum (Mo) dan flour (F). Secara umum mineral berfungsi sebagai bahan
pembentuk tulang dan gigi yang membuat adanya jaringan yang keras dan kuat,
mempertahankan keadaan koloidal dari beberapa senyawa dalam tubuh serta
memelihara keseimbangan asam dan basa alam tubuh. Disamping itu, mineral
berfungsi

mempertahankan

kontraksi

yang

tetap

dari

urat

daging,

mempertahankan keasaman getah pencernaan, mencegah kekejangan dan ada
hubungannya dengan fungsi vitamin tertentu dalam pembentukan tulang (Santoso
1987).
Zink merupakan nutrisi yang telah dikenal sebagai nutrisi yang penting
untuk pertumbuhan dan tumbuhnya bulu ayam (Ao et al. 2006). Sejumlah studi
menyatakan bahwa Zn memiliki banyak fungsi bagi tubuh dan memiliki hubungan
yang erat dengan komponen elemen dasar yang lainnya (Jahanian et al. 2008).
Konsentrasi Zn tertinggi ditemukan pada jaringan epidermis, sedangkan
jumlah yang sedikit ditemukan pada tulang dan bagian lain. Pada ayam Zn
memiliki peran pada masa pertumbuhan, perkembangan, reproduksi dan
membantu fungsi metabolik. Zn biasanya ditambahkan pada ransum unggas

dengan tujuan untuk pertumbuhan dan perkembangan tulang, untuk pembentukan
dan pemeliharaan jaringan epitel dan produksi telur. Kekurangan Zn
menyebabkan menurunnya proses perkembangan dan nafsu makan, penurunan
proses pembentukan dan kerusakan bulu, kulit bersisik terutama terjadi pada kaki,
pada burung muda yang sedang berkembang terjadi kelainan berupa parakeratosis
dan kadang-kadang ditandai dengan langkah-langkah seperti langkah angsa.
Selain itu, terjadi penurunan produksi telur dan lamanya proses penetasan.
Kematian embrio terjadi pada pertengahan inkubasi, kegagalan pembentukan
tulang belakang, abnormalitas paruh, kepala, otak dan perkembangan mata diduga
adanya keterlibatan proses metabolik Zn-dependent dalam perkembangan
mesodermik tulang (Anggorodi 1979; Jordan 1990; Nugroho 1989). Defisiensi
Zn juga dapat menyebabkan pengapuran tulang, luka-luka pada kulit, nafsu makan
hilang dan dalam keadaan kronis menyebabkan kematian (Djiwa et al. 1993;
Sudaryani et al.1994).
Defisiensi Zn pada ransum anak ayam yang baru menetas dari induknya
akan menyebabkan tubuh anak ayam menjadi lemah, tidak dapat berdiri, makan
atau minum, pertumbuhan bulu terganggu dan terlihat bulu-bulu yang
mengeriting.

Embrio

yang

menderita

defisiensi

Zn

memperlihatkan

pembengkokan tulang punggung dan jari-jari sering tidak ada (Yasin 1988).
Menurut Pond et al. (2005), untuk semua spesies hewan toksisitas Zn
terlihat ketika level Zn dalam pakan telah mencapai sekitar 1000 ppm. Dosis Zn
1200-1400 ppm pada ayam pedaging dan ayam petelur belum bersifat toksik,
tetapi dosis 3000 ppm dapat menekan pertumbuhan tubuh ayam dan menurunkan
nafsu makan.

Penyakit Marek

Sejarah
Penyakit Marek (Marek’s Disease) pertama kali ditemukan oleh seorang
dokter hewan dari Hungaria yang bernama Josef Marek (1868-1952) pada tahun
1907 (Jordan 1990; Payne 1985; Schat 2004). Penyakit Marek dapat dicegah
dengan cara vaksinasi pada anak ayam umur sehari atau embrio yang telah

diinkubasikan selama 18 hari. Vaksin penyakit Marek pada umumnya dapat
memberikan perlindungan yang optimal, tetapi kadang-kadang ditemukan adanya
vaccine breaks (kebocoran vaksinasi). Kebocoran vaksinasi terutama disebabkan
oleh proses vaksinasi yang suboptimal, praktek manajemen yang kurang baik dan
adanya galur MDV (Marek’s Disease Virus) yang sangat virulen (Tabbu 2000).
Selain itu, perlindungan optimal yang ditimbulkan oleh vaksin MD bergantung
pada kombinasi beberapa faktor, yaitu pengamanan biologis, sanitasi atau
desinfeksi, waktu istirahat kandang dan pemilihan vaksin atau kombinasi MD
yang optimal. Hal ini menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup tinggi bagi
peternak karena harus mengeluarkan biaya yang besar untuk vaksin (Schat 2004).

Penyakit Marek
Penyakit Marek atau neurolymphomatosis, fowl paralysi, dan range
paralysis adalah penyakit proliferasi limfoid yang sering pada ayam dan
mempengaruhi banyak organ dan jaringan. Penyakit Marek ditandai oleh infiltrasi
sel-sel mononuklear pada syaraf perifer, gonad, iris, organ viseral, urat daging
dan kulit. Paling sering ditemukan pada ayam, tetapi dapat juga menyerang jenis
unggas lainnya (Schat 2004; Jordan et al. 1990 ).
Penyakit Marek oleh OIE diklasifikasikan pada daftar B (List B).
Penyakit ini disebabkan oleh virus DNA (Marek’s Disease Virus/MDV) yang erat
hubungannya dengan sel-sel (cell associated) dan termasuk famili Herpesviridae.
Virus

yang

dimaksud

adalah

Gallid

herpevirus

2

yang

merupakan

alphaherpesvirus. MDV dapat digolongkan menjadi 3 serotipe, yaitu serotipe 1
memiliki sifat onkogenik atau patogenik, serotipe 2 memiliki sifat nononkogenik
atau apatogenik dan serotipe 3 memiliki sifat nononkogenik. Sel tumor hanya
dapat diinduksi oleh serotipe 1 (Kamaldeep et al. 2007; Tabbu 2000). Penyakit
Marek tidak ditularkan secara vertikal, namun ditularkan secara horizontal dan
untuk beberapa minggu pertama ayam akan terlindungi dengan adanya maternal
antibodi kemudian ayam akan terinfeksi secara inhalasi melalui debu yang telah
tercemar Gallid herpevirus 2 (Murphy et al. 1995).
Menurut Calnek et al. (1991) waktu inkubasi dari penyakit Marek dengan
cara experiment pada ayam yang rentan kira-kira 2 minggu sejak diinkubasi

sampai terlihat gejala klinis dan perubahan patologis anatomis. Tetapi waktu
inkubasi pada infeksi alam sukar ditentukan karena kapan ayam itu mengalami
infeksi virus tidak diketahui. Kematian biasanya terjadi pada umur 8 minggu dan
biasanya mencapai puncak pada umur antara 16 dan 20 minggu. Tetapi pada
kelompok ayam yang sudah tertular biasanya kematian masih terdapat selama
kelompok ayam itu masih dipertahankan.

Gejala Klinis dan Perubahan Patologi
Gejala klinis dari penyakit Marek yang klasik berupa inkoordinasi lumpuh
dari satu atau lebih anggota tubuh pada ayam berumur 12-16 minggu. Karena
fungsi motoris terganggu maka ayam mengalami kelumpuhan dari kedua kakinya.
Kaki yang satu diletakkan ke depan sedangkan yag lainnya diletakkan ke
belakang. Sayap, ekor, dan kelopak mata jatuh tergantung dan kadang-kadang
ayam sukar bernafas. Ayam akan menjadi sangat kurus, tetapi jumlah yang sakit
dan yang mati biasanya rendah. Bentuk akut dari penyakit Marek biasanya
terdapat pada ayam berumur 6-8 minggu dan gejala klinis yan terlihat ialah tidak
ada nafsu makan dan terdepres. Sering tumor dapat diraba pada organ tubuh
abdominal, urat daging atau kulit. Jumlah yang sakit dan yang mati dapat
mencapai 50% dari kelompok ayam. Menurut Murphy et al. (1995) gejala klinis
penyakit Marek dibagi menjadi:
1. Tipe Neurolimfomatosis
Gejala ini disebut juga penyakit Marek tipe klasik yang ditandai dengan
paralisis asimetris dari kaki maupun sayap. Inkoordinasi merupakan bentuk awal
yang sering terjadi, pada umumnya salah satu kaki tertarik ke depan dan kaki yang
lainnya tertarik ke belakang serta sayap jatuh menggantung sampai sejajar dengan
leher atau kepala. Jika nervus vagus terkena dapat menyebabkan dilatasi tembolok
dan lambung.
2. Tipe Akut
Penyakit marek akut sering terjadi pada kelompok besar (flok) yang
ditandai dengan depresi dan beberapa hari kemudian terjadi paralisis akibat ataxia.
Pada tipe ini kematian bisa terjadi tanpa ditandai dengan gejala saraf.

3. Tipe Limfomatosis Okuler
Limfomatosis okuler menyebabkan iris mata berwarna keabuan yang
diakibatkan infiltrasi limfoblastoid. Selain itu, tipe ini menyebabkan pupil tidak
beraturan (irregular) dan eksentris serta dapat menyebabkan kebutaan sebagian
atau total.
4. Tipe Kutaneus
Penyakit Marek tipe ini ditandai dengan adanya lesio nodular hingga
berdiameter 1 cm pada folikel bulu. Lesio ini dapat terlihat setelah ayam dibului
(Murphy et al. 1995)
5. Tipe Viseral
Penyakit marek terjadi pada ayam yang masih muda yaitu umur 3-4
minggu menyebabkan tingkat kematian (mortalitas) yang tinggi. Tingkat
mortalitas dari tipe ini biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan bentuk klasik.
Kejadiannya antara 10-30% dan pada saat wabah kejadian dapat meningkat
hingga 80%. Bentuk ini merupakan bentuk yang sering terjadi walaupun ayam
sudah divaksinasi, namun tingkat mortalitasnya masih di atas 30% (Jordan 1990;
Sainsbury 1984; Hybro 2006 dalam Rulita 2007).
Tipe ini menunjukkan kejadian tumor yang cukup tinggi. Tumor limfoid
dapat ditemukan pada hati, limpa, ovarium, ginjal, jantung, proventrikulus,
mesenterium, otot dan kulit. Unggas akan pucat, stres, bobot badan dan
produksinya menurun kemudian dalam beberapa minggu ayam akan mati.
Beberapa dapat mengalami depresi sebelum mati dan menunjukkan gejala
paralisis sama seperti terlihat pada penyakit marek tipe klasik (Jordan et al. 1990).
Perubahan

mikroskopik

pada

organ

viseral

sehubungan

dengan

pembentukan tumor limfoid akan ditemukan bent

Dokumen yang terkait

Kajian Antibakteri Temulawak, Jahe dan Bawang Putih terhadap Bakteri Salmonella typhimurium serta Pengaruh Bawang Putih terhadap Performans dan Respon Imun Ayam Pedaging

0 27 78

Suplementasi bawang putih untuk meningkatkan produksi dan kekebalan ayam pedaging yang terinfeksi salmonella typhimurium

0 8 1

Kajian antibakteri temulawak, jahe dan bawang putih terhadap Salmonella lyphimuriam serta pengaruh bawang putih terhadap performans dan respon imun ayam pedaging

0 4 11

Pengaruh pemberian bawang putih dalam ransum terhadap organ dalam serta histopatologi usus dan hati ayam kampung yang diinfeksi telur Ascaridia galli

1 8 62

Efek Pemberian Serbuk Kunyit, Bawang Putih dan Mineral Zink Terhadap Protein Total, Albumin dan Globulin Pada Ayam Broiler

1 3 66

Kajian Histopatologi Pemberian Kombinasi Herbal (Bawang Putih dan Kunyit) dengan Zink Terhadap Organ Ginjal Ayam Broiler yang Terinfeksi Virus Marek

0 10 62

Kajian Efektifitas Pemberian Kombinasi Kunyit, Bawang Putih dengan Mineral Zink dalam Ransum Terhadap Performa dan Respon Imun Ayam Pedaging yang Diinfeksi Escherichia coli.

3 32 219

Profil protein total, albumin dan globulin pada ayam Broiler yang diberi kunyit, bawang putih dan zinc (zn)

0 3 1

Kajian Efektifitas Pemberian Kunyit, Bawang Putih Dan Mineral Zink terhadap Performa, Kadar Lemak, Kolesterol Dan Status Kesehatan Broiler

3 15 166

Kajian Efektifitas Pemberian Kombinasi Kunyit, Bawang Putih dengan Mineral Zink dalam Ransum Terhadap Performa dan Respon Imun Ayam Pedaging yang Diinfeksi Escherichia coli

0 18 115