Kajian Histopatologi Pemberian Kombinasi Herbal (Bawang Putih dan Kunyit) dengan Zink Terhadap Organ Ginjal Ayam Broiler yang Terinfeksi Virus Marek

KAJIAN HISTOPATOLOGI PEMBERIAN KOMBINASI
HERBAL (BAWANG PUTIH DAN KUNYIT) DENGAN ZINK
TERHADAP ORGAN GINJAL AYAM BROILER YANG
TERINFEKSI VIRUS MAREK

UPIK KUROTA AINI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

ABSTRAK
UPIK KUROTA AINI. Kajian Histopatologi Pemberian Kombinasi Herbal
(Bawang Putih dan Kunyit) dengan Zink Terhadap Organ Ginjal Ayam Broiler
yang Terinfeksi Virus Marek. Dibimbing oleh WIWIN WINARSIH dan SUS
DERTHI WIDHYARI.
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji efektifitas pemberian kombinasi
herbal dengan zink dalam pakan ayam broiler yang terinfeksi virus Marek
melalui pengamatan histopatologi organ ginjal. Sebanyak 100 ekor DOC (Day
Old Chick) dibagi secara acak kedalam lima perlakuan,yang terdiri dari: Pakan

basal (R0), pakan basal ditambah bawang putih 2.5% dan kunyit 1.5% (R1),
pakan basal ditambah bawang putih 2.5% dan ZnO 120 ppm (R2), pakan basal
ditambah kunyit 1.5% dan ZnO 120 ppm (R3) dan pakan basal ditambah bawang
putih 2.5%, kunyit 1.5% dan ZnO 120 ppm (R4). Herbal yang digunakan adalah
bawang putih (Allium sativum Linn.) dan kunyit (Curcuma domestica Val.),
sedangkan mineral yang digunakan adalah ZnO (Zink Oksida). Pemeriksaan
histopatologi ginjal dilakukan setelah ayam berumur 5 minggu yaitu dengan
membuat sediaan yang diwarnai HE (hematoksilin dan eosin). Parameter
pengamatan histopatologi meliputi rataan jumlah proliferasi sel tumor limfoid
sebanyak 3 fokus tumor, presentase kejadian degenerasi dan nekrosa dalam 25
tubulus serta presentase kejadian kongesti dalam 25 glomerulus. Data yang
diperoleh dianalisis menggunakan uji Anova dan dilanjutkan dengan uji Duncan.
Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa rataan proliferasi sel tumor limfoid,
nekrosa sel tubulus dan kongesti glomerulus menunjukkan tidak berbeda nyata
antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol (p>0.05), sedangkan
degenerasi tubulus nyata meningkat pada perlakuan R2, R3, dan R4. Jumlah
proliferasi sel tumor limfoid terendah pada perlakuan R2 sedangkan kejadian
nekrosa tubulus terendah pada R3.

KAJIAN HISTOPATOLOGI PEMBERIAN KOMBINASI

HERBAL (BAWANG PUTIH DAN KUNYIT) DENGAN ZINK
TERHADAP ORGAN GINJAL AYAM BROILER YANG
TERINFEKSI VIRUS MAREK

UPIK KUROTA AINI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

Judul Skripsi : Kajian Histopatologi Pemberian Kombinasi Herbal (Bawang
Putih dan Kunyit) dengan Zink Terhadap Organ Ginjal Ayam
Broiler yang Terinfeksi Virus Marek
Nama

: Upik Kurota Aini
NRP
: B04104162

Disetujui

Dr. Drh. Wiwin Winarsih, MSi
Pembimbing I

Dr. Drh. Sus Derthi Widhyari, MSi
Pembimbing II

Diketahui

Dr. Nastiti Kusumorini
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan
cintaNya yang selalu tercurah setiap saat sehingga skripsi dengan judul KAJIAN
HISTOPATOLOGI

PEMBERIAN

HERBAL

(BAWANG

PUTIH

DAN

KUNYIT) DAN ZINK TERHADAP ORGAN GINJAL AYAM BROILER
YANG TERINFEKSI VIRUS MAREK

berhasil diselesaikan. Penulis

mengucapkan terima kasih kepada Dr. drh. Wiwin Winarsih, MSi dan Dr. drh.

Sus Derthi Widhyari, MSi serta drh. Ekowati Handharyani, MS, Ph.D atas
bimbingannya, saran, dan bantuannya. Drh. Chusnul Choliq, MS. MM sebagai
dosen pembimbing akademik Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada
staf Laboratorium Patologi (Pak Kas dan Pak Endang), bapak-bapak satpam, serta
seluruh civitas FKH IPB.
Terimakasih tak terhingga ku haturkan untuk Bapak dan Mama yang tak
pernah bosan menggayutkan doa, kasih sayang, dan nasihat agar diri ini menjadi
insan terbaik. Keluarga besarku:Mb Nia, Mas Eko, Ipan, &ege, Angah, Bu Yanti,
Jogja dan Lampung Family atas doa dan semangat yang diberikan. Anak-anak
ayam ( Bagus, Popon, Sri Ul, Ami, Ratna, Kanda, Wahyu, Herlina, Bu Sri, Mas
Mahmud) akhirnya kita berhasil melewati ini. Saudara-saudara terbaikku: Jameela
(Cmaydutz, Mpok, Ryudutz), Green House, Iswara, My Big Mommy (RM) dan
Charlies Angel yang telah menjadi keluarga ku selama di Bogor, my teacher
Bunsay-Q, Mbae, Ninis, 3SDI, xL, DePer@ B@j@y yang selalu menguatkanku
untuk terus berjuang. Hilda, Utx, Devit, Etitut, adik2q (Meri, Fajrin, Masclihah,
Pita, Dhika, Cha2, Archi, V3, Azizah, Nu2, Eka, Ani, Nani, Putri, Milah, Fatma)
ukhuwah itu sangat indah, penggenap dien ku kelak. Himpro Ruminansia, DKM
An-Nahl, IMAKAHI, Asteroidea 41, all sesepuh-sesepuh, adik2 @ 42, 43, 44
yang telah mengisi hari-hari di FKH dengan banyak pembelajaran dan canda
tawa. Akhirnya penulis ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah

banyak membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini. Semoga ini dapat menjadi
amal jariyah dan bermanfaat untuk penulis dan seluruh pembaca. Amin.
Bogor, September 2008

Upik Kurota Aini

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 09 Agustus 1986 dari ayah Drs.
H. M. Hasyimi dan Ibu Dra. Hj. Roswita. Penulis merupakan putri ketiga dari
empat bersaudara.
Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1998 di SDN 06 Bekasi,
pendidikan menengah pertama diselesaikan tahun 2001 di SLTPN 11 Bekasi, dan
pendidikan menengah atas di SMUN 10 Yogyakarta diselesaikan pada tahun
2004, serta pada tahun yang sama penulis diterima di Fakultas Kedokteran Hewan
IPB melalui jalur SPMB.
Selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif di
organisasi formal kampus diantaranya: DKM An-Nahl, Himpro Ruminansia,
IMAKAHI, Gentra Kaheman, dan UKM Bulu tangkis.

LAMPIRAN


DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ......................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................

ix

PENDAHULUAN ......................................................................................
Latar Belakang .....................................................................................
Tujuan Penelitian ..................................................................................
Sasaran Penelitian ................................................................................


1
1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................
Bawang Putih (Allium sativum) ...........................................................
Kunyit (Curcuma domestical)...............................................................
Mineral Zink .........................................................................................
Ginjal ....................................................................................................
Sistem Urinaria Ayam...........................................................................
Penyakit Marek .....................................................................................
Etiologi.........................................................................................
Cara Penularan .............................................................................
Gejala Klinik ................................................................................
Perubahan Patologi.......................................................................

4
4
6

8
9
10
11
11
13
14
15

BAHAN DAN METODE ...........................................................................
Waktu dan Tempat Penelitian ...............................................................
Bahan dan Alat......................................................................................
Metode Penelitian .................................................................................
Perlakuan Hewan Coba ................................................................
Pembuatan Serbuk Bawang Putih dan Kunyit .............................
Pakan ............................................................................................
Pengambilan Sampel dan Pembuatan Preparat Histopatologi .....
Pengamatan Histopatologi ..........................................................
Analisis Data ................................................................................


18
18
18
18
18
19
19
20
22
22

HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................

23

KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................

32

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................


33

LAMPIRAN................................................................................................

35

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Bawang putih(Allium sativum).........................................................

5

2. Kunyit (Curcuma domestica)............................................................

6

3. Virus Marek ......................................................................................

13

4. Rataan jumlah sel tumor limfoid pada ginjal. ...................................

24

5. Pertumbuhan sel tumor limfoid.........................................................

25

6. Rataan presentase degenerasi tubulus ..............................................

26

7. Rataan presentase nekrosa tubulus...................................................

26

8. Nekrosa dan degenerasi sel-sel tubulus.............................................

28

9. Rataan presentase kongesti glomerulus ............................................

29

10. Kongesti glomerulus .........................................................................

30

KAJIAN HISTOPATOLOGI PEMBERIAN KOMBINASI
HERBAL (BAWANG PUTIH DAN KUNYIT) DENGAN ZINK
TERHADAP ORGAN GINJAL AYAM BROILER YANG
TERINFEKSI VIRUS MAREK

UPIK KUROTA AINI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

ABSTRAK
UPIK KUROTA AINI. Kajian Histopatologi Pemberian Kombinasi Herbal
(Bawang Putih dan Kunyit) dengan Zink Terhadap Organ Ginjal Ayam Broiler
yang Terinfeksi Virus Marek. Dibimbing oleh WIWIN WINARSIH dan SUS
DERTHI WIDHYARI.
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji efektifitas pemberian kombinasi
herbal dengan zink dalam pakan ayam broiler yang terinfeksi virus Marek
melalui pengamatan histopatologi organ ginjal. Sebanyak 100 ekor DOC (Day
Old Chick) dibagi secara acak kedalam lima perlakuan,yang terdiri dari: Pakan
basal (R0), pakan basal ditambah bawang putih 2.5% dan kunyit 1.5% (R1),
pakan basal ditambah bawang putih 2.5% dan ZnO 120 ppm (R2), pakan basal
ditambah kunyit 1.5% dan ZnO 120 ppm (R3) dan pakan basal ditambah bawang
putih 2.5%, kunyit 1.5% dan ZnO 120 ppm (R4). Herbal yang digunakan adalah
bawang putih (Allium sativum Linn.) dan kunyit (Curcuma domestica Val.),
sedangkan mineral yang digunakan adalah ZnO (Zink Oksida). Pemeriksaan
histopatologi ginjal dilakukan setelah ayam berumur 5 minggu yaitu dengan
membuat sediaan yang diwarnai HE (hematoksilin dan eosin). Parameter
pengamatan histopatologi meliputi rataan jumlah proliferasi sel tumor limfoid
sebanyak 3 fokus tumor, presentase kejadian degenerasi dan nekrosa dalam 25
tubulus serta presentase kejadian kongesti dalam 25 glomerulus. Data yang
diperoleh dianalisis menggunakan uji Anova dan dilanjutkan dengan uji Duncan.
Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa rataan proliferasi sel tumor limfoid,
nekrosa sel tubulus dan kongesti glomerulus menunjukkan tidak berbeda nyata
antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol (p>0.05), sedangkan
degenerasi tubulus nyata meningkat pada perlakuan R2, R3, dan R4. Jumlah
proliferasi sel tumor limfoid terendah pada perlakuan R2 sedangkan kejadian
nekrosa tubulus terendah pada R3.

KAJIAN HISTOPATOLOGI PEMBERIAN KOMBINASI
HERBAL (BAWANG PUTIH DAN KUNYIT) DENGAN ZINK
TERHADAP ORGAN GINJAL AYAM BROILER YANG
TERINFEKSI VIRUS MAREK

UPIK KUROTA AINI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

Judul Skripsi : Kajian Histopatologi Pemberian Kombinasi Herbal (Bawang
Putih dan Kunyit) dengan Zink Terhadap Organ Ginjal Ayam
Broiler yang Terinfeksi Virus Marek
Nama
: Upik Kurota Aini
NRP
: B04104162

Disetujui

Dr. Drh. Wiwin Winarsih, MSi
Pembimbing I

Dr. Drh. Sus Derthi Widhyari, MSi
Pembimbing II

Diketahui

Dr. Nastiti Kusumorini
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan
cintaNya yang selalu tercurah setiap saat sehingga skripsi dengan judul KAJIAN
HISTOPATOLOGI

PEMBERIAN

HERBAL

(BAWANG

PUTIH

DAN

KUNYIT) DAN ZINK TERHADAP ORGAN GINJAL AYAM BROILER
YANG TERINFEKSI VIRUS MAREK

berhasil diselesaikan. Penulis

mengucapkan terima kasih kepada Dr. drh. Wiwin Winarsih, MSi dan Dr. drh.
Sus Derthi Widhyari, MSi serta drh. Ekowati Handharyani, MS, Ph.D atas
bimbingannya, saran, dan bantuannya. Drh. Chusnul Choliq, MS. MM sebagai
dosen pembimbing akademik Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada
staf Laboratorium Patologi (Pak Kas dan Pak Endang), bapak-bapak satpam, serta
seluruh civitas FKH IPB.
Terimakasih tak terhingga ku haturkan untuk Bapak dan Mama yang tak
pernah bosan menggayutkan doa, kasih sayang, dan nasihat agar diri ini menjadi
insan terbaik. Keluarga besarku:Mb Nia, Mas Eko, Ipan, &ege, Angah, Bu Yanti,
Jogja dan Lampung Family atas doa dan semangat yang diberikan. Anak-anak
ayam ( Bagus, Popon, Sri Ul, Ami, Ratna, Kanda, Wahyu, Herlina, Bu Sri, Mas
Mahmud) akhirnya kita berhasil melewati ini. Saudara-saudara terbaikku: Jameela
(Cmaydutz, Mpok, Ryudutz), Green House, Iswara, My Big Mommy (RM) dan
Charlies Angel yang telah menjadi keluarga ku selama di Bogor, my teacher
Bunsay-Q, Mbae, Ninis, 3SDI, xL, DePer@ B@j@y yang selalu menguatkanku
untuk terus berjuang. Hilda, Utx, Devit, Etitut, adik2q (Meri, Fajrin, Masclihah,
Pita, Dhika, Cha2, Archi, V3, Azizah, Nu2, Eka, Ani, Nani, Putri, Milah, Fatma)
ukhuwah itu sangat indah, penggenap dien ku kelak. Himpro Ruminansia, DKM
An-Nahl, IMAKAHI, Asteroidea 41, all sesepuh-sesepuh, adik2 @ 42, 43, 44
yang telah mengisi hari-hari di FKH dengan banyak pembelajaran dan canda
tawa. Akhirnya penulis ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah
banyak membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini. Semoga ini dapat menjadi
amal jariyah dan bermanfaat untuk penulis dan seluruh pembaca. Amin.
Bogor, September 2008

Upik Kurota Aini

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 09 Agustus 1986 dari ayah Drs.
H. M. Hasyimi dan Ibu Dra. Hj. Roswita. Penulis merupakan putri ketiga dari
empat bersaudara.
Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1998 di SDN 06 Bekasi,
pendidikan menengah pertama diselesaikan tahun 2001 di SLTPN 11 Bekasi, dan
pendidikan menengah atas di SMUN 10 Yogyakarta diselesaikan pada tahun
2004, serta pada tahun yang sama penulis diterima di Fakultas Kedokteran Hewan
IPB melalui jalur SPMB.
Selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif di
organisasi formal kampus diantaranya: DKM An-Nahl, Himpro Ruminansia,
IMAKAHI, Gentra Kaheman, dan UKM Bulu tangkis.

LAMPIRAN

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ......................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................

ix

PENDAHULUAN ......................................................................................
Latar Belakang .....................................................................................
Tujuan Penelitian ..................................................................................
Sasaran Penelitian ................................................................................

1
1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................
Bawang Putih (Allium sativum) ...........................................................
Kunyit (Curcuma domestical)...............................................................
Mineral Zink .........................................................................................
Ginjal ....................................................................................................
Sistem Urinaria Ayam...........................................................................
Penyakit Marek .....................................................................................
Etiologi.........................................................................................
Cara Penularan .............................................................................
Gejala Klinik ................................................................................
Perubahan Patologi.......................................................................

4
4
6
8
9
10
11
11
13
14
15

BAHAN DAN METODE ...........................................................................
Waktu dan Tempat Penelitian ...............................................................
Bahan dan Alat......................................................................................
Metode Penelitian .................................................................................
Perlakuan Hewan Coba ................................................................
Pembuatan Serbuk Bawang Putih dan Kunyit .............................
Pakan ............................................................................................
Pengambilan Sampel dan Pembuatan Preparat Histopatologi .....
Pengamatan Histopatologi ..........................................................
Analisis Data ................................................................................

18
18
18
18
18
19
19
20
22
22

HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................

23

KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................

32

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

33

LAMPIRAN................................................................................................

35

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Bawang putih(Allium sativum).........................................................

5

2. Kunyit (Curcuma domestica)............................................................

6

3. Virus Marek ......................................................................................

13

4. Rataan jumlah sel tumor limfoid pada ginjal. ...................................

24

5. Pertumbuhan sel tumor limfoid.........................................................

25

6. Rataan presentase degenerasi tubulus ..............................................

26

7. Rataan presentase nekrosa tubulus...................................................

26

8. Nekrosa dan degenerasi sel-sel tubulus.............................................

28

9. Rataan presentase kongesti glomerulus ............................................

29

10. Kongesti glomerulus .........................................................................

30

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Analisa statistik sel tumor limfoid.....................................................

37

2. Analisa statistik kongesti..................................................................

38

3. Analisa statistik degenerasi ..............................................................

39

4. Analisa statistik nekrosa...................................................................

40

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Kandungan normal mineral tulang pada ayam ...................................

8

2. Komposisi Pakan Penelitian................................................................

20

3. Rataan jumlah sel tumor limfoid pada ginjal ......................................

23

4. Rataan presentase degenerasi dan nekrosa tubulus............................

25

5. Rataan presentase kongesti glomerulus .............................................

28

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Protein hewani memiliki peranan penting dalam membangun kualitas
sumber daya manusia yang unggul. Permintaan dunia terhadap protein hewani
(daging, telur, dan susu serta produk olahannya) sangat besar dan diproyeksikan
akan meningkat sangat cepat selama periode tahun 2005-2020 mendatang
khususnya di negara-negara yang sedang berkembang. Penduduk dunia saat ini
sekitar 6.3 milyar dan diperkirakan meningkat sebanyak 76 juta jiwa setiap
tahunnya, dari jumlah penduduk tersebut sekitar 5.3 milyar (84%) diantaranya
berdomisili di negara-negara sedang berkembang yang rata-rata tingkat konsumsi
protein hewaninya relatif sangat rendah. Indonesia termasuk negara sedang
berkembang, dengan jumlah penduduk sekitar 212 juta jiwa dengan laju
pertumbuhan rata-rata 1.5% per tahun serta peningkatan pendapatan per kapitanya
sekitar 3% per tahun. Dari jumlah penduduk tersebut tentunya membutuhkan
pangan hewani yang cukup besar dan diproyeksikan meningkat sangat cepat di
masa

mendatang.

masyarakat

tentang

Peningkatan kesejahteraan
pentingnya

protein

masyarakat

hewani

juga

dan kesadaran
ikut

mendorong

meningkatnya permintaan terhadap pangan hewani (Deptan 2006).
Sejalan dengan pesatnya permintaan akan protein hewani terutama unggas,
masalah penyakit pun menjadi perhatian dalam kemajuan industri peternakan.
Salah satunya adalah penyakit Marek. Penyakit ini pertama kali dilaporkan oleh
Dr. Jozsef Marek pada tahun 1907 di Hongaria. Penyakit ini dikenal juga dengan
nama fowl paralysis, range paralysis dan neurolymphomatosis. Penyakit Marek
merupakan salah satu penyakit yang paling penting pada ayam yang menyebabkan
kerugian ekonomi yang besar pada peternakan ayam pedaging maupun petelur
(Tabbu 2000). Virus Marek mempunyai tingkat infeksi yang tinggi sehingga
sangat mudah menular baik dengan kontak langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itulah penyakit ini sangat ditakuti di industri peternakan (Anonim 2007b).
Secara mikroskopik, penyakit Marek akan mengakibatkan proliferasi sel-sel
limfoid pada berbagai organ viscera, kulit, dan otot. Organ viscera tersebut
diantaranya ginjal yang berfungsi sebagai sistem urinaria dan bertanggung jawab

2

untuk berlangsungnya ekskresi bermacam-macam produk buangan dari dalam
tubuh (Frandson 1992).
Menurut Fadilah & Polana (2004), belum ada pengobatan yang efektif untuk
menyembuhkan penyakit Marek. Usaha pencegahan yang dapat dilakukan adalah
dengan cara peningkatan kekebalan melalui vaksinasi, memperbaiki manajemen
dan menjaga kebersihan, isolasi serta melakukan sanitasi yang baik (Bains 1979;
Sainsbury 1984; Jordan 1990). Pencegahan kejadian penyakit Marek dapat
dilakukan dengan adanya usaha peningkatan daya tahan tubuh.
Indonesia sangat kaya dengan berbagai spesies flora. Dari 40 ribu jenis flora
yang tumbuh di dunia, 30 ribu diantaranya tumbuh di Indonesia. Sekitar 26%
telah dibudidayakan, lebih dari 940 jenis digunakan sebagai obat tradisional
(Syukur 2002). Melihat kondisi ini, penggunaan tanaman herbal merupakan
langkah yang tepat

sebagai feed supplement dalam pakan ayam untuk

peningkatan daya tahan tubuh. Diantaranya penggunaan bawang putih (Allium
sativum Linn.) dan kunyit (Curcuma domestica Val) karena kedua jenis herbal ini
telah lama dikenal mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit dan
meningkatkan daya tahan tubuh karena kandungan zat-zat didalamnya. Mineral
merupakan unsur nutrisi yang sifatnya penting untuk kerangka tubuh, bagian dari
berbagai cairan dan sistem, untuk pertumbuhan tulang, untuk pembentukan kulit
telur dan banyak fungsi fisiologis lainnya yang membutuhkan mineral (Rasyaf
1992). Salah satunya adalah Zn. Menurut Pery et al. (2004) Zn juga berperan pada
sistem kekebalan tubuh.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek pemberian kombinasi
antara herbal (bawang putih dan kunyit) dengan Zn terhadap perubahan
histopatologi organ ginjal ayam broiler yang terinfeksi virus Marek.

Sasaran Penelitian
Penyakit Marek merupakan salah satu penyakit unggas yang memiliki
tingkat infeksi tinggi yang dapat menular dengan kontak langsung maupun tidak
langsung sehingga dapat menimbulkan masalah ekonomi yang serius pada

3

industri peternakan unggas. Oleh sebab itu, dibutuhkan usaha pengendalian yang
efektif dalam menangani kasus ini. Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat
memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai efek pemberian herbal (bawang
putih dan kunyit) dengan Zn sehingga dapat dijadikan dasar dalam usaha
pengendalian penyakit Marek.

4

TINJAUAN PUSTAKA
Bawang Putih (Allium sativum Linn.)
Bawang putih tumbuh secara berumpun dan berdiri tegak sampai setinggi
30-75 cm, mempunyai batang semu yang terbentuk dari pelepah-pelepah daun.
Helaian daunnya mirip pita, berbentuk pipih dan memanjang. Akar bawang putih
terdiri dari serabut-serabut kecil yang berjumlah banyak dan setiap umbi bawang
putih terdiri dari sejumlah anak bawang (siung) yang setiap siungnya terbungkus
kulit tipis berwarna putih (Anonim 2007a). Bunga bawang putih berupa bunga
majemuk, bertangkai, berbentuk bulat dan menghasilkan biji untuk keperluan
generatif (Syamsiah dan Tajudin 2003). Sebagaimana warga kelompok
monokotiledon, sistem perakarannya tidak memiliki akar tunggang dan akarnya
serabut yang tidak panjang, tidak terlalu dalam berada di dalam tanah sehingga
tanaman ini tidak tahan terhadap kekeringan terutama pada waktu proses
pembesaran umbi (Wibowo 1999). Akar bawang putih terdiri dari serabut-serabut
kecil yang berjumlah banyak terletak di batang pokok, tepatnya di bagian dasar
umbi atau pangkal umbi yang berbentuk cakram. Fungsi akar serabutnya adalah
sebagai penghisap makanan (Syamsiah & Tajudin 2003).
Didekat pusat batang pokok (bersifat rudimenter) bagian bawah terdapat
tunas yang kemudian tumbuh menjadi umbi-umbi kecil yang disebut siung
(Syamsiah & Tajudin 2003). Siung ini terdiri dari dua bagian, yaitu dua helai daun
dewasa dan sebuah tunas vegetatif. Salah satu dari dua helai daun tersebut, yaitu
daun dewasa yang terletak di sebelah luar, berfungsi sebagai daun pelindung
untuk sehelai daun yang lebih muda dan tunas vegetatif di bagian dalam (Wibowo
1999). Bawang putih (Allium sativum) termasuk genus allium atau di Indonesia
lazim disebut bawang putih. Bawang putih termasuk klasifikasi tumbuhan terna
berumbi lapis atau siung yang bersusun.
Klasifikasi bawang putih (Allium sativum) menurut Linnaeus dalam
Syamsiah dan Tajudin (2003) adalah :
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

5

Subdivisi

: Angiospermae

Kelas

: Monocotyledone

Ordo

: Liliflorae

Famili

: Amaryllidaceae

Bangsa

: Allieae

Genus

: Allium

Spesies

: Allium sativum Linn.

Gambar 1. Bawang putih (Allium sativum)
Sumber: http://www.medikaholoistik.com/ 2007
Pada perang dunia ke-2, bawang putih telah digunakan untuk mengatasi
luka saat antibiotik lain tidak ada yang cocok. Bawang putih digunakan untuk
mencegah atherosklerosis, hipertensi, demam, sakit kepala, kecacingan dan tumor
dalam jumlah yang banyak (Mazza & Oomah 2000). Umbi lapis bawang putih
kaya akan nutrisi dan secara kimiawi terdiri dari berbagai macam unsur yang
dapat mempengaruhi penyebab penyakit. Penelitian laboratorium membuktikan
bahwa bawang putih dapat merangsang sistem imun tubuh yang berguna untuk
menekan pertumbuhan sel kanker, menekan sintesis kolestrol di hati dan
menghancurkan penumpukan lemak di pembuluh darah seperti pembuluh darah
jantung dan otak. Bahan aktifnya S-allyl cysteine, suatu komponen thioallyl yang
mempunyai khasiat hipolipidemik dan antitrombotik (Dalimartha 2002). Menurut
Noerdjito (1985) bawang putih (Allium sativum) digunakan sebagai obat batuk,
muntah-muntah, masuk angin, kolera, cacingan dan sebagainya.
Kehebatan bawang putih sebagai obat diduga karena kombinasi dua
senyawa yang dikandungnya yaitu alisin dan scordinin. Alisin berfungsi sebagai
antibiotik alami yang sanggup membasmi berbagai macam mikroba. Alisin

6

mampu melawan infeksi yang disebabkan oleh amuba, bakteri, jamur atau virus.
Scordinin memiliki kemampuan meningkatkan daya tahan tubuh dan juga
berfungsi sebagai antioksidan (Syamsiah & Tajudin 2005).
Menurut Mazza & Oomah (2000) komposisi bawang putih terdiri dari air
(56-68%), diikuti oleh karbohidrat (26-30%). Komponen yang paling signifikan,
dalam pengobatan adalah kandungan tambahan organo sulfur (11-35 mg/g
bawang putih segar). Bawang putih juga mengandung berbagai jenis tambahan
seperti saponin, vitamin (asam askorbat 30mg/100g berat segar, vitamin E 9.4
µg/g), mineral (selenium 0.014 mg/ 100g, kromium 0.05 mg/ 100g ) dan lain-lain.

Kunyit (Curcuma domestica Val.)
Kunyit termasuk salah satu tanaman suku temu-temuan (Zingiberacea).
Taksonomi tumbuhan kunyit

menurut Valenton dalam Winarto (2003)

dikelompokkan sebagai berikut:
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Sub-divisi

: Angiospermae

Kelas

: Monocotiledónea

Ordo

: Zingiberales

Family

: Zingiberaceae

Genus

: Curcuma

Species

: Curcuma domestica Val.

Gambar 2. Kunyit (Curcuma domestica)
Sumber: http://www.pusri.co.id/budidaya/obat/KUNYIT/2007

7

Kunyit merupakan tanaman terna, berbatang semu, tinggi dapat mencapai
1m. Bentuk batangnya bulat, berwarna hijau keunguan. Kunyit mampu
membentuk rimpang, berwarna oranye bila tua dan tunas mudanya berwarna
putih, membentuk rumpun yang rapat. Berakar serabut, berwarna coklat muda.
Setiap tanaman berdaun 3-8 helai, panjang daun berserta pelepahnya sampai 70
cm, helaian daun berbentuk lanset memanjang, berwarna hijau dan hanya bagian
atas dekat pelepahnya berwarna agak keunguan, panjang 28-85 cm, lebar 10-25
cm. Bunga muncul dari ujung batang semu panjang 10-15 cm (Martha Tilaar
Inovation Center 2002).
Bagian tanaman yang digunakan adalah rimpang atau akarnya. Rimpang
kunyit mengandung minyak atsiri dengan senyawa antara lain fellandrene,
sabinene, sineol, borneol, zingiberene, kurkumin, tumeron, kamfene, kamfor,
sesquiterpene, asam kafrilat, asam metoksisinamat dan tolimetil karbinol. Selain
itu, rimpang kunyit juga mengandung tepung dan zat warna yang mengandung
alkaloid kurkumin (Mahendra 2002). Menurut Dalimartha (2002), rimpang ini
berkhasiat melancarkan darah dan energi vital, menghilangkan sumbatan,
karminatif, peluruh haid (emenagog), mempermudah persalinan, antibakteri,
antiinflamasi, memperlancar pengeluaran empedu ke usus (kolagagum) dan
pengelat. Menurut Winarto (2003), efek farmakologis kunyit yang banyak dikenal
diantaranya adalah merangsang daya tahan tubuh, antiradang (antiinflamasi),
antibakteri dan lain-lain. Kandungan zat aktif kunyit diduga memiliki peran
sebagai antiradang, antioksidan dan merangsang kekebalan tubuh.
Beberapa penelitian secara in vitro dan in vivo menunjukkan, kunyit
mempunyai aktivitas sebagai antiinflamasi (antiperadangan), aktivitas terhadap
peptic ulcer, antitoksik, antihiperlipidemia dan aktivitas antikanker. Kunyit dapat
mencegah kanker usus dengan cara menginhibisi enzim-enzim lipid peroksidase
dan siklooksigenase-2 yang merupakan implikasi perkembangan kanker dan
menginduksi

enzim

glutation

S-transferase.

Induksi

siklooksigenase-2

dihubungkan dengan produksi prostaglandin (hormon pengatur gerakan otot).
Kunyit juga menunjukkan aktivitas sebagai antioksidan yang dihubungkan dengan
mekanisme pemadaman singlet O2 yang dapat merusak DNA, namun sifat

8

antioksidan ini bukan sebagai penghambatan superoksida anion atau radikal bebas
hidroxil (Sumiati & Adnyana 2007).

Mineral Zink
Mineral merupakan unsur nutrisi yang sifatnya penting untuk kerangka
tubuh, bagian dari berbagai cairan dan sistem tubuh, untuk pertumbuhan tulang,
untuk pembentukan kulit telur dan banyak fungsi fisiologis lainnya yang
membutuhkan mineral. Mineral dibagi atas mineral utama dan mineral pratama.
Mineral utama yang dimaksudkan ini adalah mineral yang dibutuhkan dalam
jumlah besar, seperti: kalsium, fosfor, sodium, potassium, magnesium dan klorin,
kemudian mineral yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit (pratama) adalah: besi,
mangan, copper, molybdenum, seng dan selenium (Rasyaf, 1992).

Tabel 1. Kandungan Normal Mineral Tulang Pada Ayam.
Mineral
Kalsium
Fosfor
Magnesium
Seng
Tembaga
Mangan
Besi
Sumber: Amrullah 2003

Jumlah
37%
18%
0,6%
200-250 ppm
20 ppm
3-5 ppm
400-500 ppm

Salah satu mineral yang mendapatkan perhatian besar sebagai zat tambahan
makanan pada ransum ayam adalah Zn. Menurut Wahju (1985), meningkatnya
perhatian terhadap gizi Zn ialah pada waktu Tucker dan Salmon mendapatkan
bahwa defisiensi Zn mengakibatkan parakeratosis pada babi. Sesudah itu
O’Delldan Savage memperlihatkan bahwa defisiensi Zn mengakibatkan
penurunan pertumbuhan dan perkembangan tulang yang abnormal. Gejala ini
dilaporkan pula oleh Morisson, Scott dan Norris dan lain-lain pada anak ayam
yang diberi ransum yang dimurnikan, dengan demikian sumber anorganik seperti
zink oksida atau zink karbonat dipergunakan untuk suplementasi ransum unggas.
Zink (Zn) merupakan unsur anorganik yang tidak dapat dikonversi dari zat
gizi lain, oleh karena itu mineral ini mutlak dan harus ada di dalam pakan
walaupun dalam jumlah relatif sedikit. Zink merupakan mineral essensial yang

9

berperan penting pada pembentukan, pertumbuhan dan pemeliharaan sel-sel
tubuh. Zink berfungsi sebagai antioksidan dan mampu mencegah terjadinya
radikal bebas sehingga proses apoptosis atau kematian sel secara terencana dapat
ditekan (Fukamachi 1998; Truong et al. 2000). Zink diperlukan dalam
metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Zink juga berperan pada sistem
kekebalan tubuh (Perry et al. 2004). Menurut Manalu (1999), Zn merupakan
aktivator dari beberapa sistem enzim.
Menurut Nugroho (1989), bila anak ayam diberi ransum yang kekurangan
Zn, maka pertumbuhannya akan terganggu, bulu-bulunya jelek, tulang-tulang
panjang pada kaki dan sayap akan memendek dan menebal, sendi-sendi lututnya
membesar. Kadar abu dalam tulang akan berkurang, anak ayam memperlihatkan
kecenderungan untuk tetap berjongkok dan dalam beberapa kasus kekurangan Zn
kadang-kadang ditandai dengan langkah-langkah seperti langkah angsa. Kadangkadang kulit di telapak kaki menjadi kering dan menebal, timbul retak-retak pada
lapisan epidermia dan retak-retak tadi dapat sampai ke jaringan subkutan (di
bawah kulit).
Menurut Underwood (1966), batas konsumsi Zn yang aman perlu
diperhatikan untuk mendukung kesehatan ternak dan pertumbuhan yang optimum.
Resiko keracunan Zink dalam peternakan sapi relatif lebih kecil jika dibandingkan
dengan peternakan babi dan unggas. Pada konsentrasi 1.000 ppm belum
menunjukkan gejala gejala sakit tetapi dalam konsentrasi yang lebih tinggi, akan
menyebabkan pertumbuhan dan nafsu makan menurun, artritis, dan pendarahan
pada saluran pencernaan. Kematian dapat terjadi di level 4.000 – 8.000 ppm. Pada
ayam broiler, level 1.200 – 1.400 ppm dalam diet belum menunjukkan gejala sakit
tetapi pada level 3.000 ppm ditandai dengan pertumbuhan dan nafsu makan yang
menurun.

Ginjal
Ginjal adalah organ yang menyaring plasma dan unsur-unsur plasma dari
darah dan kemudian secara selektif menyerap kembali air dan unsur-unsur
berguna kembali dari filtrat, yang akhirnya mengeluarkan kelebihan dan produk
buangan plasma. Hampir semua jenis ternak ginjalnya memiliki bentuk seperti

10

kacang, kecuali ginjal sapi dengan lobul-lobulnya, serta kuda dengan ginjal kanan
yang menyerupai bentuk jantung (Frandson 1992). Menurut Lu (1995), struktur
yang menonjol dalam ginjal adalah nefron, kira-kira berjumlah 1.3 x 106. Tiap
nefron

terdiri

atas

glomerulus

dan

serangkaian

tubulus.

Glomerulus

divaskularisasi oleh sistem kapiler bertekanan tinggi yang menghasilkan
ultrafiltrat dari plasma. Filtrat yang terkumpul dalam kapsula Bowman mengalir
melalui tubulus proksimal, ansa henle dan tubulus distal, kemudian mengalir
melewati kumpulan tubulus ke dalam piala ginjal dan dibuang sebagai urin.
Menurut Guyton & Hall (2007) ginjal memiliki fungsi multipel, antara lain:
1. Ekskresi produk sisa metabolik dan bahan kimia asing.
2. Pengaturan keseimbangan air dan elektrolit.
3. Pengaturan osmolalitas cairan tubuh dan konsentrasi elektrolit.
4. Pengaturan tekanan arteri.
5. Pengaturan keseimbangna asam-basa.
6. Sekresi, metabolisme dan ekskresi hormon.
7. Glukoneogenesis.
Sistem urinari

bertanggung

jawab

untuk

berlangsungnya

ekskresi

bermacam-macam produk buangan dari dalam tubuh. Sistem ini juga penting
sebagai faktor untuk mempertahankan homeokinesis (homeostatis), yaitu suatu
keadaan yang relatif konstan dari lingkungan internal di dalam tubuh (Frandson
1992), sedangkan menurut Lu (1995) fungsi utama ginjal adalah menyingkirkan
buangan metabolisme normal dan mengekskresikan xenobiotik dan metabolitnya.

Sistem Urinaria Ayam
Sistem urinaria ayam terdiri dari dua ginjal yang berlokasi di belakang paruparu. Tiap ureter berhubungan ke tiap ginjal dengan kloaka (Bell & Weaver 2002;
Fadhilah & Polana 2004). Masing-masing ginjal terdiri dari tiga gelambir
berwarna coklat merah (Setijanto1998). Menurut Frandson (1992), ginjal reptilian,
bangsa burung dan amfibia menerima sebagian darah dari vena yang berasal dari
dinding tubuh atau kaki belakang. Sistem ini yang disebut sistem portal renal,
tidak terdapat pada mamalia. Pleksus pampiniform vena yang berasal dari testikel
mamalia, dianggap sebagai sisa-sisa dari sistem portal renal yang lebih primitif.

11

Unggas tidak mempunyai kantong air seni, urin mengalir dari ginjal melalui
ureter langsung ke kloaka. Diperkirakan volume urin yang dibuat per hari ±700800 ml, akan tetapi sewaktu turun ke kloaka sebagian besar kandungan air dalam
urin tersebut diserap kembali oleh tubuh, sehingga urin yang masuk ke dalam
kloaka mengandung sedikit sekali cairan. Di dalam kloaka urin bercampur dengan
feses dan dikeluarkan dari kloaka bersama-sama. Seperti pada mamalia, satuan
fungsional ginjal adalah nefron, yang terdiri atas korpuskulus renalis dan tubulus
renalis. Diameter korpuskulus renalis pada unggas lebih kecil dibandingkan pada
mamalia, tetapi secara umum jumlah per satuan volume jaringan ginjal lebih
banyak. Gambaran morfologisnya dapat dibedakan dengan adanya 2 tipe nefron,
yaitu (1) tipe kortikal (reptilian-type nephron) dan (2) tipe medula (mammaliantype) (Setijanto1998). Air kemih ayam berupa asam urat dan merupakan hasil
akhir produk metabolisme protein (Fadhilah & Polana 2004). Menurut Suprayitno
(2006), presentase berat ginjal ayam broiler umur 5 minggu adalah 0.98-1.13%
dari berat hidup.

Penyakit Marek
Penyakit Marek merupakan penyakit yang disebabkan oleh herpesvirus
(Fadhila & Polana 2002). Menurut Tabbu (2000), penyakit Marek merupakan
suatu penyakit limfoproliferatif pada ayam yang sangat mudah menular dan
tersifat oleh adanya pembengkakan atau tumor limfoid pada berbagai organ
visceral, kulit dan otot. Penyakit ini pertama kali dilaporkan oleh Dr. Jozsef
Marek pada tahun 1907 di Hongaria. Marek menggambarkan penyakit ini
menyebabkan paralisis yang mempengaruhi kaki dan sayap ayam dan memiliki
kateristik yaitu terjadi penebalan saraf serta infiltrasi sel mononuklear pada saraf
(Payne 1985). Penyakit ini dikenal juga dengan nama fowl paralysis, range
paralysis dan neurolymphomatosis (Tabbu 2000). Unggas yang rentan terhadap
penyakit ini menurut Herendra (1996) adalah kalkun, bebek, angsa, burung puyuh
dan ayam hutan.
Etiologi
Penyakit Marek adalah suatu penyakit neoplastik dan neuropatik pada
unggas terutama ayam, disebabkan oleh herpesvirus cell-associated yang sangat

12

infeksius (Adjid et al. 2008). Secara umum virus Marek dibagi kedalam tiga
serotipe dimana dapat dibedakan di kultur sel dari onkogenik virus dengan sedikit
perbedaan morfologi (Payne 1985). Menurut Sharma & Adlakha (1995)
berdasarkan serotipenya virus penyakit Marek digolongkan menjadi 3 serotipe
yaitu:
a. Serotipe 1, yang merupakan herpesvirus yang diisolasi dari ayam yang
bersifat patogenik dan oncogenik.
b. Serotipe 2, yang merupakan herpesvirus yang diisolasi dari ayam
bersifat non patogenik atau non-oncogenik.
c. Serotipe 3, yang merupakan herpesvirus yang diisolasi dari kalkun
(Herpes Virus of Turkey) yang bersifat non-patogenik pada ayam.
Infeksi antara virus penyakit Marek dengan sel dapat terjadi melalui 3
bentuk, yaitu infeksi produktif (sitolitik), infeksi laten yang bersifat non produktif,
dan infeksi transformasi. Infeksi produktif terjadi di dalam folikel bulu dan
menghasilkan virion yang mempunyai envelope dan bersifat infeksius. Infeksi
produktif menyebabkan lisis, pembentukan badan inklusi intranuklear dan
nekrosis sel. Infeksi laten yang bersifat nonproduktif hanya ditemukan di dalam
limfosit, terutama limfosit T. Sebagian besar limfosit B dapat juga menunjukkan
infeksi laten. Pada infeksi laten, genom dari virus telah terbentuk, tetapi tidak
diekspresikan. Infeksi transformasi dapat ditemukan pada sebagian besar sel yang
mengalami transformasi pada tumor limfoid yang disebabkan oleh penyakit
Marek atau sel limfoblastoid yang berasal dari tumor limfoid. Berbeda dengan
infeksi laten, fenotip yang mengalami transformasi pada infeksi transforming
tersifat oleh adanya ekspresi yang terbatas dari genom virus penyakit Marek
(Calnek et al. 1997).
Litter atau bulu yang berasal dari ayam yang terserang penyakit Marek
bersifat infeksius dan diperkirakan mengandung virus penyakit Marek cell-free
yang berasal dari epitel folikel bulu yang bercampur dengan hancuran sel.
Infektivitas material tersebut dapat bertahan selama 4-8 bulan pada temperatur
kamar dan selama paling sedikit 10 tahun pada temperatur 40C. Virus tersebut
akan mengalami inaktivasi setelah pemberian berbagai jenis desinfektan dalam

13

waktu 10 menit. Kemampuan untuk hidup dari virus penyakit Marek akan
menurun jika kelembaban ditingkatkan (Tabbu 2000).

Gambar 3. Virus Marek
Sumber: http://www. cdfa.ca.gof/2008
Cara Penularan
Menurut Bains (1979), ada 4 cara penularan penyakit Marek yaitu:
1. Kontak langsung antara ayam yang sakit dengan ayam yang sehat.
Penularan dengan cara ini biasanya terjadi pada saat ayam baru berumur
beberapa hari.
2. Airborne (melalui udara). Penularan dengan cara ini dapat berlangsung
secara alami yang masuk melalui inhalasi dari debu yang mengandung
virus.
3. Dender (reruntuhan folikel bulu).
4. Lainnya: Penularan dapat berasal dari peralatan, orang dan lain-lain.
Epitel kulit kantung bulu yang mengandung virus menjadi sumber penularan
yang utama. Penularan terjadi diantara ayam dengan cara kontak langsung
maupun tidak langsung. Kontak langsung terjadi jika epitel mengandung virus
terhisap atau termakan oleh ayam yang sehat. Kontak tidak langsung terjadi jika
epitel yang mengandung virus mencemari ransum atau air minum. Virus yang ada
di tinja, litter atau kumbang (Alphitobius diaperinus) termakan oleh ayam (Retno
et al. 1998). Secara nyata tidak ada transmisi vertikal untuk virus penyakit Marek
dan transmisi dari induk ke anak melalui kontaminasi telur juga tidak biasa terjadi

14

karena ketahanan virus yang kurang pada suhu dan kelembaban untuk inokulasi
(Calnek et al. 1997). Menurut Fenner et al. (1995), anak ayam umur sehari rentan
terhadap infeksi virus virulen, waktu tersingkat untuk dapat mendeteksi lesi secara
mikroskopik adalah 1-2 minggu, dan lesi umum terjadi setelah 3-4 minggu.
Pengeluaran virus secara maksimum terjadi 5-6 minggu setelah infeksi.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada kejadian penyakit juga berpengaruh
pada waktu inkubasinya. Faktor ini adalah strain virus, dosis, jalannya infeksi,
umur, strain ayam dan kelamin. Pada kejadian di lapangan sulit untuk menentukan
waktu inkubasi.
Gejala Klinik
Menurut Tabbu (2000) penyakit Marek dapat ditemukan pada ayam umur 4
minggu atau lebih. Penyakit ini paling banyak ditemukan pada umur 12-24
minggu. Meskipun demikian, ayam yang lebih tua dapat juga terserang. Beberapa
peneliti melaporkan kejadian penyakit Marek sampai umur 60 minggu. Gejala
klinik sehubungan dengan penyakit Marek dapat ditemukan dalam beberapa
bentuk, yaitu bentuk akut (viseral), bentuk klasik (saraf, kronis) dan sindrom
paralisis sementara.
a. Bentuk Akut (Viseral)
Marek tipe akut angka kematiannya tinggi. Kelainan tubuh yang menonjol
adalah pembentukan tumor pada berbagai alat tubuh seperti: hati, organ
reproduksi, paru-paru, jantung dan ginjal. Dapat juga terbentuk tumor pada
folikel kantung bulu. Pada tipe ini ayam yang sakit bisa mati mendadak, tanpa
tampak tanda-tanda sakit sebelumnya. Ayam yang lain dapat tampak sangat
lesu sebelum mati dan ayam yang lain dapat menunjukkan gejala gangguan
syaraf seperti pada tipe klasik (Retno et al. 1998). Beberapa hari kemudian,
beberapa ayam tetapi tidak semua akan mengalami ataksia dan kemudian
paralisis unilateral atau bilateral dari anggota tubuh. Sebagian unggas juga
mengalami gejala dehidrasi, kurus dan lemah (Calnek et al. 1997).
b. Bentuk Klasik (Saraf, Kronis)
Gejala yang terlihat pada umumnya berhubungan dengan paresis progresif
yang bersifat asimetris dan pada stadium lanjut terjadinya paralisis pada satu
atau lebih ekstrimitas. Oleh karena salah satu atau beberapa syaraf dapat

15

terserang, maka gejala klinik yang terlihat akan bervariasi dari ayam yang satu
ke ayam yang lainnya (Tabbu 2000). Menurut Retno et al. (1998), pada Marek
tipe klasik angka kematian rendah. Lesio hanya terbatas pada susunan syaraf
tepi, syaraf membesar dan timbul kelumpuhan, syaraf-syaraf autonom dan
plexus-plexus biasanya terserang.
Kelumpuhan pada syaraf menyerang bagian sayap dan kaki, sehingga
menyebabkan koordinasi kaki abnormal dan kelumpuhan pada sayap sehingga
sayap terkulai (Zainuddin & Wibawan 2007). Menurut Sharma & Adlakha
(1995), jika nervus vagus terkena maka dapat menyebabkan dilatasi dari
tembolok dan lambung.
c. Sindrom Paralisis Sementara
Ayam yang terserang akan menunjukkan berbagai bentuk ataksia dan
paralisis partial atau paralisis total pada kaki, sayap dan leher. Sebagian besar
ayam yang terkena akan sembuh dan gejala biasanya akan hilang dalam waktu
1-2 hari (Tabbu 2000). Tipe paralisis sementara merupakan manifestasi dari
virus penyakit Marek yang terjadi pada ayam yang berumur antara 5 sampai
18 minggu (Jordan 1990).
Perubahan Patologi
Perubahan Makroskopik
Menurut Fadilah & Polana (2004), lesio ayam terkena penyakit Marek
diantaranya terdapat tumor viscera dan terjadi infiltrasi limfoid pada saraf tepi
(peripheral). Setidaknya empat pola lesi diketahui: pertumbuhan berlebih dan
kekuningan serta kehilangan dari cross-striation dari saraf perifer, iris tidak
berwarna, pembesaran dari folikel bulu dengan kemerahan (leukosis kulit) dan
tumor viseral meliputi hati, jantung, limpa, gonad, ginjal, proventrikulus dan
organ lain serta jaringan. Tumor viseral lesi frekuensinya paling cepat, tapi
kombinasi dari pola lesi paling umum (Charlton 1996). Perubahan-perubahan
makrokopis ini, kecuali perubahan pada bursa Fabricius, tidak dapat dibedakan
dari perubahan leukosis yang diakibatkan oleh agen yang lain (seperti limfoid
leukosis).
Pada sejumlah ayam dapat ditemukan bentukan nodular akibat adanya
tumor limfoid yang ditemukan di dalam parenkim, yang mengalami perluasan dari

16

parenkim tersebut. Palpasi organ yang terkena biasanya mengeras dan bidang
irisannya halus (Tabbu 2000). Infiltrasi sel-sel limfoid yang difus pada hati akan
menyebabkan organ tersebut kehilangan struktur lobuli yang normal dan kerap
kali menyebabkan permukaannya terlihat kasar dan berglanular (Calnek et al.
1997). Tumor pada ginjal terlihat berbentuk noduler, tetapi ada juga yang difus.
Menurut Tabbu (2000), lesi pada ovarium yang tidak produktif akan terlihat
sebagai daerah berwarna kelabu mengkilat berukuran kecil sampai besar. Jika
tumor telah membesar maka struktur normal ovarium akan menghilang. Jantung
yang terserang dapat menunjukkan daerah yang berwarna pucat atau pembentukan
tumor nodular yang tunggal maupun multipel pada miokardium (Calnek et al.
1997). Tumor pada kulit ditandai dengan folikel kulit terlihat membesar terutama
pada daerah paha, pembesaran ini diikuti oleh kemerahan dari kulit (Herendra
1996). Bentuk ini dikarakteristik dengan hadirnya lesi nodular sampai dengan
diameter 1 cm yang terlihat pada folikel bulu (Sharma & Adlakha 1995).
Penyakit Marek dapat juga menimbulkan lesi non neoplastik, meliputi atrofi
pada bursa Fabricius dan timus, lesi degeneratif atau nekrotik pada sumsum tulang
dan berbagai organ viscera. Lesi-lesi tesebut merupakan akibat infeksi sitolitik
yang ekstensif dan dapat menyebabkan kematian pada ayam pada stadium awal
infeksi virus penyakit Marek sebelum pembentukan tumor limfoid. Penyakit ini
dapat juga menimbulkan aterosklerosis pada berbagai pembuluh darah, misalnya
arteri koronaria ukuran besar, aorta dan percabangannya dan berbagai arteri
lainnya (Tabbu 2000).
Perubahan Mikroskopik
Perubahan histopatologi pada penyakit Marek akut dan klasik pada dasarnya
sama. Pada awalnya, penyakit ini ditandai oleh proliferasi sel-sel limfoid, yang
menjadi progresif pada sejumlah kasus tetapi mengalami regresi pada sejumlah
kasus lainnya. Pada penyakit Marek bentuk klasik, perubahan regresi lebih sering
terjadi dibandingkan dengan penyakit Marek bentuk akut yang biasanya
menyebabkan proliferasi sel-sel limfoid yang mengakibatkan pembentukan tumor
pada berbagai organ (Tabbu 2000) atau sel limfoid pleomorfik pada submukosa
dan kelenjar proventrikulus yang terdiri atas limfosit dan limfoblas sebagai
neoplasia (Pradhan et al. 1980).

17

Pada sistem saraf, lesi pada saraf perifer dapat bersifat proliferatif (lesi tipe
A), radang (lesi tipe B) dan kronis namun ringan (lesi tipe C). Lesi tipe A
mempunyai karakter neoplastik yang terdiri atas sel limfoid yang berproliferasi,
meliputi limfosit ukuran kecil, menengah dan besar, beberapa limfoblas, sel-sel
retikular primitif dan sel-sel yang telah mengalami aktivasi (Tabbu 2000). Tipe B
atau tipe oedematosa terjadi pada ayam yang le