4. Peran Keluarga Luas atau Kerabat bagi Anak Kyai
Di beberapa keluarga kyai di kelurahan Sekaran, tidak hanya ditinggali atau di huni oleh ayah, ibu dan anaknya saja, melainkan terdapat juga kakek,
nenek, menantu, cucunya dan seterusnya. Seperti di keluarga bapak Sholeh, yang dalam satu rumah terdapat beberapa anggota keluarga seperti tadi, ada
kakek, nenek, menantu dan cucunya. Bentuk keluarga seperti ini dikatakan sebagai bentuk keluarga luas extended family.
Dalam kegiatan pola asuh anak di keluarga kyai ini, pada dasarnya tidak lepas dari pengaruh keluarga luas tadi. Dalam hal ini keluarga luas tadi
penulis sebut juga dengan istilah kerabat luar. Secara sadar maupun tidak, kerabat luar ini memiliki andil yang cukup besar dalam membentuk perilaku
anak kyai. Selain seorang anak itu paling mudah untuk imitasi, maka ajaran- ajaran dari kerabat luar ini cukup penting bagi sang anak. Seperti contoh,
ketika sang ibu dan ayah itu pergi bekerja semua dan anak dititipkan oleh kerabat luar ini, maka secara otomatis sang anak juga menerima pelajaran dari
mereka, semisal dari kakek atau nenek. Kakek dan nenek ini memiliki peran dalam membantu tugas ayah dan ibu dalam keluarga, khususnya dalam
mengasuh anak. Seperti halnya di keluarga bapak Soleh dan bapak Busyri yang masih terdapat kerabat luar dalam membantu mengasuh anak.
Selain itu, anak kyai juga sering bermain ke rumah kerabat luar seperti paman atau bibik yang rumahnya berdekatan dengan rumah ayahnya. Seperti
dalam keluarga bapak Arifin dan Musyafa’ yang rumah paman dan bibiknya berdekatan dengan rumahnya. Pada saat bermain inilah terkadang anak itu
belajar berperilaku. Pengaruh dari luar itu terkadang juga lebih besar pengaruhnya jika pengaruh dari dalam itu masih kurang kuat. Maka dari itu,
dalam keluarga kyai penanaman nilai tadi paling besar adalah dilaksanakan dalam lingkungan keluarga. Ketika sang anak itu bermain ke rumah kerabat
luar maka itu tidak jadi persoalan. Kasus ini seperti kasus dari bapak Sholeh di Sekaran. Diungkapkan bahwa:
“ Saya itu memiliki anak laki-laki yang masih sekolah di MI. saya itu selain jadi orang tua yang mengurus anak kan juga harus bekerja. Si ibu
juga, ikut bekerja keluar. Jika kami itu tidak ada di rumah semua, maka anak saya itu selalu pergi kerumah pamannya di sebelah rumah kami. Jadi
anak kami itu sudah terbiasa tinggal disana dan belajar disana. Sepertinya, anak saya mendapat pelajaran banyak dari sana, akan tetapi saya itu selalu
memberikan pelajaran juga, yang mana yang seharusnya dilakukan oleh anak saya” wawancara pada tanggal 10 Mei 2009 di Sekaran
Dengan hal demikian, faktor keluaga luas ataupun kerabat luar ini pada dasarnya memiliki daya pengaruh yang cukup tinggi karena anak melakukan
kegiatan belajar di sana. Meskipun demikian, sang anak itu lebih bisa memilih ajaran yang di ajarkan oleh orang tua daripada orang lain. Peranan keluarga
luas dalam pengasuhan anak keluarga kyai ini adalah sebagai pihak yang membantu keluarga int orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak.
Dengan kata lain, keluarga luas ini berperan sebagai pengganti sementara atau pengasuh sementara orang tua anak kyai. Seperti halnya yang diungkapkan
oleh bapak Agus 70 tahun yang menerangkan bahwa: Kulo niku dados simbah teng mriki mpun mboten gadah gawean
meleh, kadose geh gaweane kulo niku mbantu-mbantu anakku lan mantu momong putu teng griyo mawon, luweh-luwe yen podo lungo
sedanten.
Artinya: ”saya itu sebagai kakek dalam keluarga ini sudah tidak punya pekerjaan apa-apa. Pekerjaan saya disini itu membantu anak dan
menantu saya merawan cucu di rumah. Terlebih kalau mereka keluar bersama-sama” wawancara pada tanggal 10 Mei 2009.
Dengan menggantikan orang tua kyai ini, keluarga luas merupakan media yang mendukung sosialisasi nilai dalam diri sang anak. Jadi, tidak harus
yang menanamkan nilai itu adalah orang tua saja.
B. PEMBAHASAN