Pola Asuh Anak Pada Keluarga Petani (Di desa Jumantuang, Kecamatan Siempatnempu Kabupaten Dairi)

(1)

POLA ASUH ANAK PADA KELUARGA PETANI

Di Desa Jumantuang, Kecamatan Siempatnempu Kabupaten Dairi

SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi salah satu yarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial

dalam bidang Antropologi Oleh

HERRY A. SIANTURI 050905064

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman persetujuan

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh

Nama : Herry A. Sianturi Nim : 050905064

Departemen : Antropologi Sosial Judul : POLA ASUH ANAK

PADA KELUARGA PETANI

(Di desa Jumantuang, Kecamatan Siempatnempu Kabupaten Dairi)

Pembimbing Skripsi Ketua Departemen

Dra. Rytha Tambunan, M.Si Dr. Fikarwin Zuska NIP.196308291990032001 NIP.19621220 1989031005

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Prof. Dr. Badaruddin M.Si NIP. 196805251992031002


(3)

PERNYATAAN

POLA ASUH ANAK PADA KELUARGA

PETANI

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatau perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan disini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, 2011


(4)

iv

ABSTRAK

Herry A Sianturi, 2011. Judul skripsi: POLA ASUH ANAK PADA KELUARGA PETANI (Etnografi Tentang Pola Asuh Anak pada Keluarga Petani Di Desa Jumantuang, Kecamatan Siempatnempu, kabupaten Dairi.

Keluarga merupakan unit sosial yang terkecil dari masyarakat dan merupakan suatu sendi dasar dalam organisasi sosial. Suatu ikatan keluarga di tandai atau di dahului oleh suatu struktus sosial perkawinan, hal ini dimaksudkan bahwa perkawinan merupakan syarat mutlak terbentuknya suatu keluarga. Tanpa perkawinan sepasang laki-laki dan perempuan yang tinggal dalam suatu rumah belum berhak dikatakan sebuah keluarga. Menumbuh-kembangkan anggota keluarganya, dengan tidak boleh mengabaikan faktor nilai, norma dan juga tingkah laku yang diharapkan baik dalam lingkungan keluarga ataupun lingkungan yang lebih luas dalam masyarakat. Proses sosialisasi bersangkutan dengan proses belajar kebudayaan dalam hubungan dengan sistem sosial. Dalam proses itu seorang individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam peranan sosial yang mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari (Koentjaraningrat, 1980;243).

Tujuan penelitian ini adalah: untuk mendeskripsikan secara mendalam tentang pola asuh anak pada keluarga petani dan bagaimana orang tua membagi waktu antara pekerjaan di luar rumah dengan mendidik anak-anak dalam mempersiapkan anak-anak di dalam kehidupan bermasyarakat. Fokus permasalahannya adalah bagaimana pola asuh anak yang dilakukan pada keluarga petani. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang bersifaat deskriptif.

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa pola asuh anak pada keluarga petani di Desa Jumantuang menerapakan 3 (tiga) macam pola asuh pertama adalah pola asuh demokratis yang artinya orang tua memberikan kebebasan kepada anak dan masih di kontrol, dan wajib diketahui oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya. Pola asuh demokrasi lebih cendrung dilakukan oleh keluarga petani pemilik dan penyewa, kedua adalah pola asuh otoriter yang artinya adalah pola asuh yang bersifat paksaan dan memiliki batasan terhadapa anak. Pola asuh otoriter lebih cendrung dilakukan oleh keluarga petani penyewa, pemilik dan penggarap, yang ketiga adalah pola asuh permisif yang artinya adalah orang tua memberikan kebebasan kepada anak dan bersifat orang tua tidak peduli kepada apa yang dilakukan ananknya, lebih cenderung dilakukan oleh keluarga petani penggarap dan petani penyewa.

Kesimpulan penelitian ini adalah bapak lebih cendrung mengurus perkembangan emosi anak dan cara pengambilan keputusan seorang anak, dan mengajari anak dalam bertani dengan cara memlibatkan anak langsung dalam pertanian. ibu lebih terlihat aktif dalam mengasuh anak dalam sehari-hari, melengkapi kebutuhan anak sehari-hari dan mengajari anak dalam kegiatan sehari-hari yang harus dilakukan dan dipahami oleh seoarang anak seperti, mengajari anak makan, memakai baju, menyapu rumah, dan sebagainya. Cara ibu mengajari anak dengan dua cara yaitu melakukan langsung kepada anak dan memberitahu hal-hal yang tidak boleh dilakukan anak.


(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang kasihnya selalu penulis rasakan dalam setiap detik nafas kehidupan serta pergumulan dalam hidupku yang membuatku semakin kagum dan hormat akan Dia, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Adapun yang menjadi judul skripsi ini adalah ETNOGRAFI TENTANG POLA ASUH ANAK PADA KELUARGA PETANI di desa Jumantuang, Kecamatan Siempatnempu, Kabupaten Dairi). Penulis menyadari masih banyak kesalahan dalam penyusunan skripsi ini, untuk itu penulis sangat berterimakasih saran dan kritik yang tentunya bertujuan untuk penyempurnaan skripsi ini.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada orang tua yang merupakan sahabat terbaik dan sosok yang paling aku sayangi dalam hidupku, kepada Bapak Tigor Sianturi yang telah menjadi kepala keluarga yang bertanggung jawab mencukupkan segala kebutuhan keluarga dan biarlah tiap-tiap hari Tuhan yang membentuk karakter Bapak supaya tetap berjuang setia kepada-Nya dan Mamak Mesti Sagala yang penuh kasih dan cinta mengayomi penulis untuk tetap semangat dan tidak takut dalam segala hal di mana tetap harus berserah kepada Tuhan. Penulis sangat menyanyangi dan mengormati Bapak dan Mamak sebagai orang tua, karena doa dan setiap hal yang telah Bapak dan Mamak lakukan tidak akan bisa terbalaskan olehku.

Terkhusus buat Santy Maria Hutapea S.sos atas cinta kasihnya dan kesabarannya selama mendampingi penulisan skripsi ini saya ucapkan terimakasih. Tidak lupa buat abang dan adik penulis yang terkasih Herna Sianturi, Alfian Sianturi, Eduward Sianturi, Roma Uly Sianturi, SE, Tiur Maida Sianturi, Mesra Karyawati Sianturi, dan Erlina Yanti Sianturi . karena kasih, kebersamaan dan doa-doa cinta tulus dari kalian semua, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dan tidak lupa Selama penulisan skripsi, penulis banyak menerima bantuan baik dari segi moral dan materil, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang tak terhingga dan mengucapkan penghargaan yang setinggi-


(6)

vi

tingginya kepada semua pihak yang menjadi inspirasi luar biasa bagi penulis untuk tetap berkarya:

Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si sebagai Dekan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Kepada Bapak Dr. Fikarwin Zuska sebagai Ketua Departemen Antropologi dan Kepada Ibu Dra. Rytha Tambunan, M.Si selaku dosen pembimbing penulis yang telah meluangkan waktu, memberikan kontribusi teoritis dalam penulisan skripsi ini serta banyak menambah pengetahuan saya. Penulis mengucapkan banyak terimakasih atas seluruh kebijaksanaan, bimbingan, ketulusan dan kesediaan beliau dalam membantu penulisan skripsi ini. Drs.Agustrisno, MSP yang telah menjadi ketua penguji penulis dalam selesainya skripsi ini, terimakasih atas segala saran, arahan dan motivasi. Dra. Sabariah, M.Si yang telah menjadi penguji penulis pada saat seminar proposal, dan ujian meja hijau terimakasih atas segala saran, arahan dan motivasi.

Bapak Nurman Achmad, S.Sos, M,Soc selaku dosen wali yang selalu memberikan perhatian bagi penulis. Staf Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (kakak Sri, kakak Nur, kakak Sofie, dan semuanya). Bapak kepala Desa Jumantuang Bontor Sianturi, masyarakat Desa Jumantuang dan Ibu Herlina Simamora sebagai sekestaris Desa Jumantuang yang setia selalu mmenemani saya di lapangan.

Untuk sahabat yang diizinkan Tuhan sekaligus saudaraku yang membuat adanya suka dan duka mewarnai hidupku, Sandrak Manurung S.sos, Remaja Putra Barus S.sos, Erold Eben Situmorang S.sos, Syahfery Ginting, Eva Y Manurung S.sos, Minarwaty Sinaga S.sos, Dani Syahfani S.sos, Ronal Famati Gea, Tasvin Mirdasy dan Andri Nugraha S.sos. Terima kasih Tuhan mereka Ekau hadirkan yang telah mendoakan, mendukung, mendengar/berbagi cerita suka dan duka, tangis dan tawa serta sehingga penulis tetap semangat dan berjuang, terima kasih atas cinta kalian. Biarpun kelak kita berpisah aku berharap kita selalu saling mendoakan dan berjuang menjadi anak yang termanis di hadapan Tuhan.


(7)

Sahabat-sahabat seperjuangan stambuk 2005, Sri Ulina, Riza, Tuti, Hery Manurung, Toni, Bambang, Roseva, Sri, Salsa, Wendy, Juli, Marsono, Naomi, Fauzi, Mahruzi, Edison, Seri Wedari, Yenni, Eldevia, Fitri, Vera, Mia, Hendra, Erna, Mey Feronica Saragih, S.Sos Vivi, Minartina, Ria, Tika, Sukma, Criston, Dangiel, Sulia Rimbi dan Darwin, dan Stambuk 04 : Lenti, Farida, Lelita, kakak Kekem, Ales, Ricardo, Arnov Dan Hizkia

Buat teman-teman yang tergabung dalam SGC (Study Group of Culture) yang meninggalkan banyak kenangan manis dan pengalaman yang sangat luar biasa. Buat teman-taman satu kontrakan di Medan Johor, No 41 terimakasi atas kebersamaannya.

Akhir kata, atas bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, penulis mendoakan semoga Kasih Tuhan selalu memberikan limpahan kasih dan berkatnya kepada kita dan semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan, 2011 Penulis


(8)

viii

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Herry A. Sianturi, lahir pada tanggal 18 Mey 1985 di Sidikalang, Kabupaten Dairi. Beragama Kristen Protestan, anak ke-6 dari 8 bersaudara dari pasang Bapak T. Sianturi dan Ibu M. Sagala.

Riwayat pendidikan penulis 1992 – 1998 SD Negeri 033914, 1998 – 2001 SMP N 1 Sidikalang, 2001 – 2004 SMA N 2 Sidikalang 2005 – 2011 Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Selama kuliah penulis aktif dalam mengikuti pelatihan dan seminar diantaranya:

Tahun 2006 Pelatihan kepemimpinan dasar di Sibolangit, Kab. Deliserdang. Oleh FMN (Front Mahasiswa Nasionalis). Tahun 2006 Seminar Saresehan Nasional-VIII Jaringan Kekerabatan Antropologi Indonesia, Oleh Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Tahun 2008 Seminar Saresehan Nasional-XI Jaringan Kekerabatan Antropologi Indonesia “Menggaggas Pebangunan Berbasis Globalisasi Pengetahuan Masyarakat “ Oleh; Universitas Cendrawasih, Sebagai Peserta. Tahun 2009 Seminar sosialisasi Pemilihan Umum Presiden di Medan. Oleh IDW (Indonesian Democration Watch). Tahun 2009 Seminar “Evaluasi Hasil Inventarisasi Tenun Oles Pakpak serta Identifikasi dan Kajian Organisasi Sosial (Sistem Gotong Royong) Masyarakat Pakpak Bharat di Sumatera Utara”

Pengalaman organisasi diantaranya 2005 – 2010 Anggota Ikatan Dongan Sabutuha Antropologi (INSAN). FISIP USU 2007 -2008 Anggota KASS_PALA FISIP USU. 2007-2010. FMN (Front Mahasiswa Nasionalis) Medan. 2005 – 2010 Anggota Jaringan Kekerabatan Antropologi se-Indonesia (JKAI). 2008-2010 Sekretaris KOMPADA (Komunitas Mahasiswa Pencinta Alam Dairi) Medan. 2007 -2009 Ketua SGC (Study Grup of Culture). 2007 Ketua Panitia Pelaksana Inisiasi Departemen Antropolgi FISIP USU.

Selain mengikuti seminar dan organisasi turut bekerja membantu program kerja luar kampus diantaranya Tahun 2007 Relawan banjir bandang Besitang Kab.langkat oleh FMN (Front Mahasiswa Nasionalis). Tahun 2010 Enumurator/Peneliti pada Survei Kepuasan Masyarakat terhadap pelayanan Pemerintah. Oleh SCBD Kab. Simalungun. Tahun 2010 Asisten Peneliti persepsi stakeholders terhadap daerah tujuan wisata Danau Toba, Kab. Simalungun dan Kab. Samosir oleh INDECON. Tahun 2010 Fasilitaor pembuatan KPE (Kartu Pegawai Elektronik) Pemerintah Provinsi Sumatera Utara PT. SCOFINDO. Tahun 2010 Surveyor pembuatan KPE (Kartu Pegawai Elektronik) Pemerintah Kab. Aceh Tengah dan kabupaten Nagan Raya PROV.NAD oleh PT. SCOFINDO. Tahun 2010 Enumurator/Peneliti pada Survei AMDAL Pertamina Kecamatan Pangkalan Susu oleh LP. USU (lembaga penelitian Universitas Sumatera utara ). Tahun 2011 Fasilitator SIA (Social Impac Accessment) PTPN III di Sumatera Utara oleh Lembaga Penelitian Universitas Sumatera Utara (LP-USU). Tahun 2011 Assesmen Pengembangan wisata Danau Toba Kabupaten Samosir oleh INDECON (Jakarta). Tahun 2011 Fasilitator SIA (Social Impac Accessment) PTPN IV di Sumatera Utara oleh Lembaga Penelitian Universitas Sumatera Utara (LP-USU).


(9)

KATA PENGANTAR

Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Jurusan Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Medan. Dalam rangka memenuhi persyaratan tersebut penulis telah menyusun sebuah skripsi dengan judul “Etnografi tentang Pola Asuh Anak Pada Keluarga Petani”.

Pada skripsi ini dilakukan pembahasan secara menyeluruh mengenai Pada skripsi ini dilakukan pembahasan secara menyeluruh mengenai bagaimana pengasuhan orang tua terhadap anak pada keluarga petani di desa Juamantuang Pembahasan tersebut diuraikan dari bab I sampai dengan bab V.

Bab I Pendahuluan. Pada bab ini akan menguraikan garis besar penulisan skripsi secara menyeluruh, antara lain dikemukakan latar belakang masalah, perumusan masalah penelitian sehingga dapat diketahui apa yang ingin dikemukakan dalam penulisan skripsi ini. Selanjutnya, akan diuraikan juga lokasi penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjuan pustaka, metode penelitian, dan teknik pengumpulan data. Penguraian pada bab ini, dimaksudkan agar dapat memberikan gambaran secara keseluruhan mengenai materi penulisan yang dimaksud dalam penelitian/skripsi ini.

Bab II Gambaran umum desa Jumantuang. Pada bab ini akan diuraikan mengenai identifikasi desa (meliputi : letak dan kondisi geografis, sejarah Singkat Kabupaten Dairi dan desa Jumantuang, pola pemukiman, keadaan penduduk,sarana dan prasarana dan sistem organisasi sosial.


(10)

x

Bab III kehidupan keluarga petani. Pada bab ini akan diuraikan secara keseluruhan mengenai kegiatan keluarga petani mulai dari mengelola lahan petanian, kepemilikan lahan dan menyertakan anak dalam bertani. mengenai hubungan antara anak dan keluarga, lingkungan serta masyarakat. jenis-jenis pola asuh pada keluarga petani di desa Jumantuang.

Bab IV . Pada bab ini akan diuraikan pola pengasuhan anak pada keluarga petani di desa Jumantuang berdasarkan nilai anak di dalam keluarga dan berdasarkan umur anak, dan juga menguraikan peran serta anggota keluarga petani dalam melakukan pembagian waktu antara bekerja di ladang dan mengasuh anak.

Bab V Penutup. Penutup berisikan tentang kesimpulan dan saran. Pada bab ini akan disimpulkan kembali secara keseluruhan dari hasil penelitian tentang pola pengasuhan anak pada keluarga petani. Diakhir bab ini, penulis menyampaikan beberapa saran yang berguna untuk meningkatkan pengetahuan tentang pola asuh anak.

Sebagai akhir dari tulisan ini, penulis juga membuat daftar pustaka sebagai bahan refrensi dari skripsi ini serta lampiran-lampiran seperti pedoman wawancara, Sketsa lokasi penelitian, surat penelitian, serta gambar-gambar di lokasi penelitian.


(11)

Akhirnya, penulis mengharapkan semoga skrpisi ini bermanfaat bagi kita semua. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan, materi, dan pengalaman penulis. Penulis, dengan tidak mengurangi rasa hormat, mengharapkan kritik dan saran maupun sumbangan pemikiran yang bersifat membangun dari berbagai pihak untuk menyempurnakan skripsi ini.

Medan, 14 NOVEMBER 2011 Penulis

Herry A Sianturi


(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN……….……..…………... i

PERNYATAAN………...………...…...……... ii

ABSTRAK………..………..….…………. iii

UCAPAN TERIMAKASI……….……...……….………… iv

RIWAYAT HIDUP………... vii

KATA PENGANTAR………..………...……….. viii

DAFTAR ISI………...………..……… xi

DAFTAR TABEL………...………... xiv

DAFTAR GAMBAR………...………….………. xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang………..………....…... 1

1.2. Rumusan Masalah………...…..……... 8

1.3 Tujuan dan Manafaat Penelitian ………….…………..…...……... 8

1.4 Lokasi Penelitian………...….……….. 9

1.5. Tinjauan Pustaka………..…… …………...……….……... 9

1.6 Metode Penelitian ………...…………...…....…. …. 16

1.6.1 Tehnik pengumpulan data………...……....……. 17

1.6.2 Study Dokumentasi………...……...………..…... 22

1.6.3 Tehnik Analisa Data……….………... 22

1.6.4 Kendala dan Pengalaman di Lapangan ………...…….... 22

BAB II GAMBARAN UMUM DESA 2.1 Letak dan Kondisi Geografis... 24

2.2 Sejarah Singkat Kabupaten Dairi dan Desa Jumantuang...25

2.3 Pola Pemukiman dan Tata Lahan... .29

2.4 Keadaan Penduduk……….….…....…. 32

2.5 Sarana dan Prasarana………....……....….…...…… 41

2.5.1 Sarana Pemerintahan ………..……...41

2.5.2 Sarana Pendidikan dan Sarana Peribadatan…….………..44

2.5.3 Sarana Kesehatan dan Jalan……….…..44

2.6. Sistem Organisasi Sosial ………..…... 45


(13)

2.6.2. Lembaga Adat………... 46

2.6.3. Lembaga Umum………..…………...………... 47

BAB III KELUARGA PETANI DI DESA JUMANTUANG 3.1 Keluarga Petani………...….. ... 49

3.1.1 Keluarga Petani Pemilik………... 50

3.1.2 Keluarga Petani Penggarap………...……… 51

3.1.3 Keluarga Petani Penyewa……….…… 51

3.2 Anak dalam Keluarga Petani………... 57

3.2.1 Hubungan Ayah dan Ibu………..……. 57

3.2.2 Hubungan Antara Anak dengan Orang Tua…………... 59

3.2.3 Hubungan antara Anak dengan Lingkungan ………. 60

3.2.4 Hubungan Antara Anak Dengan Anak Dalam Keluarg….. 63

3.2.5 Hubungan Antara Tetangga ……….. 64

3.3 Tingkat Pendidikan Dalam Keluarga Petani………...….. 65

3.3.1 Pendidikan Orang Tua……….……… 65

3.3.2 Pendidikan Anak………...….……….… 66

3.4 Nilai Anak Dalam Keluarga Petani………... 69

3.4.1 Nilai Anak Laki-laki………..…... 69

3.4.2 Nilai Anak Perempuan ………... 70

3.4.3 Nilai Sosial Anak dalam Keluarga petani……….. 71

3.4.4 Nilai Ekonomis Anak dalam Keluarga………….…..….. 73

3.5 Kontribusi Anak dalam Keluarga petani………...…. ….. 74

BAB IV POLA PENGASUHAN ANAK PADA KELUARGA PETANI DI DESA JUMANTUANG 4.1. Pola Asuh di Desa Jumantuang………...………. 78

4.1.1 Pola Asuh Demokratis……….…………..…… 79

4.1.2. Pola Asuh Otoriter. ………..………... 81

4.1.3 Pola Asuh Permisif………..…. 83

4.2. Pola Asuh Anak………..….. 84


(14)

xiv

4.2.2 Pasca kelahiran Anak………...… 86

4.2.3 Bayi Tiga Tahun (BATITA)………...….. 88

4.2.4 Bayi Lima Tahun (BALITA)………...….. 90

4.2.5 Pola Asuh Anak Remaja………...…. . 91

4.3. Pendidikan Anak pada Keluarga Petani ……….…..……. 94

4.3.1 Pendidikan formal ………....….. 94

4.3.2 Pendidikan informal………..………..…. 96

4.3.3 Kesehatan anak ………..…... 97

4.4. Peranan Keluarga Petani dalam Mengasuh Anak………... 99

4.4.1 Pola Asuh Ibu/ Mamak ……….………...….…. 99

4.4.2 Pola Pengasuhan Ayah/ Bapak………..…. 106

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ………..…….…. 110

5.2 Saran ……….……..…… 111

Daftar pustaka………...……….….….……. 113

LAMPIRAN LAMPIRAN Daftar Informan……… 116

Daftar Interview Guide………. 119

Surat keterangan penelitian di Desa Jumantuang ……….…….….….. 122


(15)

DAFTAR TABEL

TABEL 2.1 Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin…………... 33

TABEL 2.2 Komposisi penduduk berdasarkan kepala keluarga……...….….. 34

TABEL 2. 3 Komposisi penduduk berdasarkan Pekerjaan..…..……..………..36

TABEL 2.4 Komposisi penduduk berdasarkan usia………..36

TABEL 2.5 Komposisi penduduk berdasarkan status Pendidikan usia 7- 19 Tahun ...37

TABEL 2.6 . Komposisi penduduk berdasarkan kelas………...….39

TABEL 2.7 Komposisi penduduk berdasarkan Agama ………..…...40

TABEL 2.8 Komposisi penduduk berdasarkan Etnis………40

TABEL 2.9 Lembaga formal dan non formal di desa Juamantuang... 48

TABEL 4.1 Pembagian waktu dan curah yang dihabiskan anak dalam melakukan pekerjaan ………..…75


(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Desa Jumantuang... 28

Gambar 2.2 Pola Pemukiman di Desa Jumantuang... 32

Gambar 2.3 Kantor Desa…… ………... 43

Gambar 2.4 Balai Desa Jumantuang ... 43

Gambar 2.5 Sarana Jalan Desa Jumantuang……….….... 45

Gambar 3.1 Anak-anak bermain……...………...….………….…… 62

Gambar 3.2 Anak-anak yang harus berjalan kaki sejauh 7 Km agar sampai di sekolah…….……….…….... 69

Gambar 3.3 Seorang anak perempuan mengatarkan makanan ke ladang sambil menjaga adik……….. 70

Gambar 4.2 Anak-anak Sepulang Sekolah ... 96

Gambar 4.3 Anak-anaknya Seorang ibu memandikan ……….………... 98

Gambar 4.4 Anak-anak yang Sedang Bermain Tanpa Dampingan Orang Tua,………..… 105


(17)

ABSTRAK

Herry A Sianturi, 2011. Judul skripsi: POLA ASUH ANAK PADA KELUARGA PETANI (Etnografi Tentang Pola Asuh Anak pada Keluarga Petani Di Desa Jumantuang, Kecamatan Siempatnempu, kabupaten Dairi.

Keluarga merupakan unit sosial yang terkecil dari masyarakat dan merupakan suatu sendi dasar dalam organisasi sosial. Suatu ikatan keluarga di tandai atau di dahului oleh suatu struktus sosial perkawinan, hal ini dimaksudkan bahwa perkawinan merupakan syarat mutlak terbentuknya suatu keluarga. Tanpa perkawinan sepasang laki-laki dan perempuan yang tinggal dalam suatu rumah belum berhak dikatakan sebuah keluarga. Menumbuh-kembangkan anggota keluarganya, dengan tidak boleh mengabaikan faktor nilai, norma dan juga tingkah laku yang diharapkan baik dalam lingkungan keluarga ataupun lingkungan yang lebih luas dalam masyarakat. Proses sosialisasi bersangkutan dengan proses belajar kebudayaan dalam hubungan dengan sistem sosial. Dalam proses itu seorang individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam peranan sosial yang mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari (Koentjaraningrat, 1980;243).

Tujuan penelitian ini adalah: untuk mendeskripsikan secara mendalam tentang pola asuh anak pada keluarga petani dan bagaimana orang tua membagi waktu antara pekerjaan di luar rumah dengan mendidik anak-anak dalam mempersiapkan anak-anak di dalam kehidupan bermasyarakat. Fokus permasalahannya adalah bagaimana pola asuh anak yang dilakukan pada keluarga petani. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang bersifaat deskriptif.

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa pola asuh anak pada keluarga petani di Desa Jumantuang menerapakan 3 (tiga) macam pola asuh pertama adalah pola asuh demokratis yang artinya orang tua memberikan kebebasan kepada anak dan masih di kontrol, dan wajib diketahui oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya. Pola asuh demokrasi lebih cendrung dilakukan oleh keluarga petani pemilik dan penyewa, kedua adalah pola asuh otoriter yang artinya adalah pola asuh yang bersifat paksaan dan memiliki batasan terhadapa anak. Pola asuh otoriter lebih cendrung dilakukan oleh keluarga petani penyewa, pemilik dan penggarap, yang ketiga adalah pola asuh permisif yang artinya adalah orang tua memberikan kebebasan kepada anak dan bersifat orang tua tidak peduli kepada apa yang dilakukan ananknya, lebih cenderung dilakukan oleh keluarga petani penggarap dan petani penyewa.

Kesimpulan penelitian ini adalah bapak lebih cendrung mengurus perkembangan emosi anak dan cara pengambilan keputusan seorang anak, dan mengajari anak dalam bertani dengan cara memlibatkan anak langsung dalam pertanian. ibu lebih terlihat aktif dalam mengasuh anak dalam sehari-hari, melengkapi kebutuhan anak sehari-hari dan mengajari anak dalam kegiatan sehari-hari yang harus dilakukan dan dipahami oleh seoarang anak seperti, mengajari anak makan, memakai baju, menyapu rumah, dan sebagainya. Cara ibu mengajari anak dengan dua cara yaitu melakukan langsung kepada anak dan memberitahu hal-hal yang tidak boleh dilakukan anak.


(18)

xvii BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Keluarga merupakan unit sosial yang terkecil dari masyarakat dan merupakan sendi dasar dalam organisasi sosial. Keluarga adalah kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia belajar dan menyatakan dirinya sebagai manusia sosial di dalam hubungan dalam kelompoknya. Keluarga adalah satu kesatuan sosial yang terkecil yang terdiri atas suami dan istri. Keturunan atau anak adalah salah satu faktor mengapa individu itu membentuk keluarga, selain dari mengharapkan keturunan ada faktor-faktor lain yang menyebabkan adanya perkawinan yaitu: memenuhi kebutuhan biologis dan untuk pembagian tugas misalnya mendidik anak, mencari nafkah dan sebagainya (Suwardiman, 1989: 121).

Terbentuknya sebuah keluarga didahului oleh suatu perkawinan artinya perkawinan merupakan syarat mutlak terbentuknya suatu keluarga. Tanpa perkawinan sepasang laki-laki dan perempuan yang tinggal dalam suatu rumah belum berhak dikatakan sebuah keluarga. Sebagai keluarga yang terikat oleh hubungan intim mempunyai fungsi-fugsi utama yang meliputi: pemberian dukungan dan persahabatan, memproduksi dam membesarkan anak, meneruskan norma-norma kebudayaan, agama dan moral pada yang muda, membagi dan melaksanakan tugas-tugas di dalam keluarga maupun di luar keluarga, serta mengembangkan kepribadian.


(19)

Zanden (1986)1

(Malinowski 1930;23 dalam Megawangi 1998;34)

menyatakan bahwa fungsi keluarga adalah sebagai wahana terjadinya sosialisasi antara individu dengan masyarakat yang lebih besar, karena anak pertaman kali berinteraksi dengan ibunya dan anggota keluarga lain, pengalaman dini belajar anak (terutama sikap sosial) awal mula diperoleh di dalam keluarga dan keluarga sesuai peran dan fungsinya diidentikan sebagai tempat pengasuhan yang di dalamnya mencakup proses sosialisasi yang sekaligus bertanggung jawab untuk menumbuh-kembangkan anggota keluarganya, dengan tidak boleh mengabaikan faktor nilai, norma dan juga tingkah laku yang diharapkan baik dalam lingkungan keluarga ataupun lingkungan yang lebih luas (masyarakat).

2

tentang dasar-dasar kekuasaan sebagai basis keluarga, bahwa struktur sosial3

(Mcclelland dalam Morgan,1986) menyatakan bahwa faktor sosial budaya berpengaruh dalam menampilkan motivasi berprestasi. Menurut pendapatnya, penelitian lintas budaya menunjukkan bahwa kebutuhan untuk berprestasi pada masyarakat yang berbeda, berkorelasi dengan pola pengasuhan anak. Suku Batak Toba meletakkan nilai pendidikan sebagai hal yang utama dalam kehidupan harus di diajarkan sejak individu dilahirkan agar seorang anak mengetahui dan memahami posisi dan kedudukannya, dengan harapan agar mampu menyesuaikannya dalam masyarakat kelak setelah ia dewasa. Dengan kata lain, keluarga merupakan sumber agen terpenting yang berfungsi meneruskan budaya melalui proses sosialisasi antara individu dengan lingkungan.

1

http://astaqauliyah.com/2007/02/keluarga-dan-hubungannya-dengan-sosialisasi-pada-anak/

2

http://www.damandiri.or.id/file/muazarhabibiupibab2.pdf

3

Konsep perumusan asas hubungan antar individu dalam kehidupan masyarakat yang merupakan pedoman bagi tingkah laku individu.


(20)

xix

mereka. Untuk pola pengasuhan, baik itu untuk pendidikan dan ekonomi, keluarga suku Batak Toba satu dan lainnya sangat berkompetisi dalam menyekolahkan anak-anaknya.

Hal ini dilandasi oleh nilai-nilai filsafat Batak Toba, bahwa jalan menuju tercapainya kekayaan (hamoraon4) dan kehormatan (hasangapon5) adalah melalui pendidikan. Namun diantara nilai-nilai tersebut, anak (hagabeon6

Untuk menciptakan ketertiban sosial diperlukan suatu struktur yang dimulai dalam keluarga. Plato mengibaratkannya seperti tubuh manusia, yang terdiri atas tiga bagian yaitu, kepala (akal), dada (emosi dan semangat) dan perut (nafsu) yang memperlihatkan struktur dalam tubuh organik manusia itu sendiri, dimana masing-masing individu akan mengetahui dimana posisinya dan mampu menjalankan fungsi-fungsi yang diembannya melalui pembagian kerja yang patuh pada sistem nilai yang melandasi sistem tersebut (Plato dalam Megawangi, 1999;48).

) merupakan nilai yang penting. Dalam nilai gabe, juga tercakup unsur-unsur kaya dan kehormatan.

Keluarga merupakan sistem yang terdiri atas elemen-elemen yang saling terkait antara satu dengan lainnya dan memiliki hubungan yang kuat. Oleh karena itu, untuk mewujudkan satu fungsi tertentu bukan yang bersifat alami saja melainkan juga adanya berbagai faktor atau kekuatan yang ada di sekitar keluarga, seperti nilai-nilai, norma dan tingkah laku serta faktor-faktor lain yang ada dimasyarakat.

7

Pengasuhan memberikan sumbangan dalam perkembangan terhadap

4

Kekayaan

5

kehoramatan

6

martabat

7


(21)

bentuk-bentuk prilaku sosial pada anak. Pola asuh yang diterapkan keluarga pada anak berbeda-beda. Hal ini sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dari dalam keluarga dan faktor dari luar keluarga. Faktor dalam keluarga misalnya latar belakang keluarga orang tua, usia orang tua, anak, pendidikan serta wawasan orang tua dalam keluarga dan yang termasuk faktor dari luar keluarga adalah tradisi yang berlaku dalam keluarga atau dalam masyarakat, sosial ekonomi lingkungan, kebudayaan dan semua hal yang berasal dari luar.

Pola asuh keluarga petani tidak sama dengan pola asuh keluarga pedagang. Keluarga petani akan memperkenalkan dan mengajari anaknya tentang pertanian dan bercocok tanam, sedangkan keluarga pedagang akan memberi pengetahuan kepada anaknya bagaimana cara berdagang dan memilih barang dagangan yang bagus. Demikian pula pola asuh orang tua berpendidikan rendah dengan pola asuh orang tua berpendidikan tinggi, Ada yang menerapkan dengan pola demokratis yang artinya bebas memilih seorang anak tanpa paksaan dan selalu diawasi orang tua. Ada pula yang memakai pola asuh yang acuh yang artinya orang tua tidak peduli terhadap perkembangan anak.

Pola asuh orang tua sangat erat hubungannya dengan kepribadian anak setelah anak menjadi dewasa. Hal ini dikarenakan cir-ciri dan unsur-unsur watak seorang individu dewasa sebenarnya sudah diletakkan benih-benihnya kedalam jiwa seorang individu sejak awal, yaitu pada masa ia masih anak-anak. Pola asuh anak terkandung pula pendidikan, sopan santun, membentuk latihan-latihan tanggung jawab dan nilai-nilai budaya dalam keluarga maupun dalam masyarakat luas. Peranan keluarga khususnya orang tua sangat penting, karena secara langsung ataupun secara tidak langsung orang tua melalui tindakannya akan


(22)

xxi

membentuk watak anak-anak dan menentukan sikap anak serta tindakannya dikemudian hari.

Anak merupakan bagian terpenting dari seluruh proses pertumbuhan manusia, karena pada masa anak-anaklah sesungguhnya karakter dasar seseorang dibentuk baik yang bersumber dari fungsi otak maupun emosionalnya. Setiap anak harus memiliki perlindungan dari orang tua yang bertanggung jawab atas pertumbuhan anak tersebut. Anak tumbuh dan berkembang di bawah asuhan orang tua. Melalui orang tua, anak beradaptasi dengan lingkungannya dan mengenal dunia sekitarnya serta pola pergaulan hidup yang berlaku di lingkungannya. Ini disebabkan oleh orang tua merupakan dasar pertama bagi pembentukan pribadi anak. Peranan orang tua dan anggota keluarga lainnya sangat penting, karena secara langsung ataupun tidak orang tua melalui tindakannya akan membentuk watak anak dan menentukan sikap anak serta tindakannya di kemudian hari.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan (Baumrin, 1967),8

Hasil penelitian (Munandar, 1985: 45-46 ) menunjukan bahwa mendidik anak-anak dengan cara-cara yang biasa (tradisional) dilakukan, tanpa disadari telah menghambat mental anak. Cara-cara tradisional dimaksud seperti : anak diajarkan pola asuh yang berkaitan dengan pertumbuhan kemampuan diri untuk mengontrol dan mengarahkan tingkah laku secara mandiri adalah orangtua yang memberikan kebebasan kepada anak untuk menentukan pilihan yang berhubungan dengan dirinya sendiri namun tetap menuntut tanggung jawab serta mengarahkan anaknya melalui diskusi yang menjelaskan yang logis dan rasional dibalik peraturan dan hukuman yang diberikan kepada anaknya.

8


(23)

berjam-jam dalam gendongan atau tempat tidur tanpa adanya variasi permainan dan orang tua yang penting sianak tidak menangis. Lain halnya dengan orang tua yang mengusahakan untuk bermain, dimana sianak diberi kesempatan untuk mendapatkan banyak pengalaman yang merangsang sianak akan cepat belajar, anak akan terdorong akan senang belajar.

Salah satu sumber mata pencaharian yang berada pada sektor pertanian yang memberikan peluang kerja bagi tenaga kerja pedesa an, yang sangat membantu ekonomi keluarga petani adalah dibidang kerja informal. Banyaknya angkatan kerja yang diserap sektor keluarga pertanian tradisional mengakibatkan kelurga petani melibatkan tenaga dari anak-anak yang seharusnya fokus dalam pendidikan dan pengasuhan. Orang tua meyakini bahwa mereka memiliki kuasa penuh atas anak mereka dan berhak atas kehidupan anak tersebut, dengan secara sepihak orang tua menyuruh atau dipaksa oleh keadaan untuk membantu perekonomian keluarga, sehingga pengasuhan tidak sempurna di dapatkan seorang anak.

Pola pengasuhan pada keluarga petani bervariasi cara mengasuh dengan keluarga nelayan, seperti hasil penelitian (A. Utomo Budi S, 2005)9

9

pada keluarga nelayan di Kabupaten Pekalaongan, pengasuhan dibedakan kepada tarap tingkat perekonomian nelayan, keluarga tidak mempunyai kecenderungan untuk menggunakan salah satu jenis pola asuh saja, orang tua di keluarga nelayan juragan lebih mengarah menggunakan pola asuh demokratis, sedangkan untuk keluarga nelayan pekerja dan nelayan pemilik/ miskin menggunakan kombinasi bentuk pola asuh demokratis dan fermisif. Pola asuh demokratis ditandai dengan


(24)

xxiii

adanya dorongan orang tua untuk anak, perhatian, jika ada perbedaan pendapat dilakukan dengan jalan musyawarah untuk mencari jalan tengah, serta adanya komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak, sedangkan pola asuh fermisif mempunyai ciri orang tua memberikan kebebasan kepada anaknya untuk bergaul atau bermain dan mereka kurang begitu tahu tentang apa yang dilakukan anak.

Penelitian tentang pola asuh anak sudah pernah dilakukan oleh para ahli seperti, penelitian yang dilakukan oleh (Munandar, 1985:48) yang menyimpulkan bahwa ibu-ibu yang bekerja pada ibunya kurang menggunakan tekhnik disiplin yang keras atau otoriter kepada anak-anak. Mereka menunjukkan lebih banyak pengertian dalam keluarganya khususnya dengan anak.

Pada umumnya masyarakat di desa Jumantuang adalah keluarga petani yang sehari-hari bekerja di ladang. Pengelolaan pertanian masih menggunakan alat-alat tradisional sehingga menyerap tenaga kerja dan mebutuhkan waktu banyak. Tidak jarang kita lihat di lapangan anak-anak ikut ke ladang untuk membantu orang tua di ladang.

Keluarga petani di desa Jumantuang bekerja sebagai petani tidak hanya mengelola lahan pertanian di daerahnya sendiri tetapi mereka bertani sampai memasuki wilayah daerah lain dalam pengelolaan pertanian masih bersifat tradisional. Keluarga petani di desa Jumantuang bekerja di ladang bervariasi, ada yang tiap hari dan ada yang tidak rutin pergi ke ladang mereka pergi ke ladang pagi hari dan pulang sudah sore hari bahkan sampai malam, bahkan ada yang bertempat tinggal di ladang dalam seminggu hanya sekali pulang ke desa Jumantuang.


(25)

Peranan ayah/bapak sebagai kepala keluarga yang berkewajiban mencari nafkah untuk keberlangsungan keluarga, Keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang membuat kehidupan pada masyarakat di desa Jumantuang selalu mengandalkan dari pertanian, sehingga waktu tersita untuk bekerja di ladang sangat banyak dibandingkan waktu untuk mengasuh anak. Sehingga penting untuk melihat atau mendeskripsikan bagaimana pola asuh pada masyarakat petani di desa Jumantuang.

I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah menguraikan keluarga petani dalam pembagian waktu antara pengasuhan orang tua terhadap anak dan bekerja sebagai petani yang setiap hari harus bekerja di ladang. Maka ruang lingkup masalah yang akan diteliti difokuskan kepada: Bagaimana pola asuh anak yang dilakukan keluarga petani?

I.3 Tujuan dan Manafaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara mendalam tentang pola asuh anak pada keluarga petani dan bagaimana orang tua membagi waktu antara pekerjaan diluar rumah dengan mendidik anak-anak dalam mempersiapkan anak-anak di dalam kehidupan bermasyarakat.

Manfaat penelitian ini dapat dilihat secara akademis dan praktis. Secara akademis, manfaatnya menambah pemahaman mengenai pola asuh anak pada keluarga petani yang ada di desa . Secara praktis manfaatnya adalah memberikan sumbangan pemikiran dan masukan-masukan kepada masyarakat dalam melihat


(26)

xxv

bagaimana sebuah realita sosial dan perkembangnnya mengenai peranan keluarga dalam pendidikan anak dan keberhasilan oran tua dalam menjalankan tanggung jawab dalam mengasuh anak.

I.4 Lokasi Penelitian

Peneliti memilih lokasi penelitian di desa Jumantuang, Kecamatan Siempatnempu, Kabupaten Dairi pada umumnya masyarakat di desa Jumantuang adalah keluarga petani tradisional yang turun temurun dari nenek moyang mereka sebagai pendatang di desa Jumantuang.

I.5. Tinjauan Pustaka

Popkin dalam Heddy (2003: 31-32)10

Pada umumnya rumah tangga petani hidup begitu dekat dengan batas-batas subsistensi dan menjadi sasaran-sasaran permainan alam serta tuntutan-tuntutan dari pihak luar, maka mereka meletakkan landasan etika subsistensi atas dasar pertimbangan prinsip dahulukan selamat. Maksudnya bahwa para petani lebih beranggapan bahwa seorang petani pertama-tama memperhatikan kesejahteraan dan keamanan diri dan keluarganya. Apapun nilai-nilai dan tujuan hidupnya dia akan bertindak ketika dia memperhitungkan kemungkinan memperoleh hasil yang diinginkan atas dasar tindakan-tindakan individual. Kedua, hubungan petani dengan orang lain tidak selalu didasarkan atas beberapa prinsip moral yang umum, tetapi pada kalkulasi apakah hubungan-hubungan semacam itu akan dapat menguntungkan diri dan keluarganya atau malah merugikan.

10


(27)

memperhatikan kegagalan apa yang akan dihadapi dan berusaha untuk manghindarinya karena dapat berakibat menghancurkan kehidupan mereka. Mereka tidak terlalu mementingkan keuntungan yang besar dengan mengambil resiko yang berat, (Damsar, 2002: 99). suatu keluarga lebih termotivasi dalam melihat kegagalan yang pernah dialaminya. Hal ini menjadi suatu acuan orang tua dalam meningkatkan nilai pendidikan anak-anaknya, McClelland dalam Suwarsono (1991: 27)

Seseorang dalam sebuah sistem dengan status sosial tertentu, tidak akan lepas dari peranannya yang semuanya berfungsi untuk kelangsungan hidup atau pencapaian keseimbagan pada sistem tersebut dan semuanya itu harus berawal dari proses pembelajaran. Pembelajaran secara umum didefinisikan sebagai suatu proses yang membawa bersama kognitif, emosional, dan lingkungan pengaruh, dan pengalaman untuk memperoleh, meningkatkan, atau membuat perubahan yang pengetahuan satu, keterampilan, nilai, dan pandangan dunia (Illeris, 2000; Ormorod, 1995).

Sistem nilai budaya adalah tingkat tertinggi dan paling abstrak dari adat istiadat. Nilai budaya terdiri dari konsep-konsep mengenai segala sesuatu yang dinilai berharga dan penting oleh warga suatu masyarakat. Nilai dapat berfungsi sebagai pedoman orientasi kehidupan para warga masyarakat yang bersangkutan. Sejak kecil manusia telah diresapi oleh berbagai nilai budaya yang hidup dalam alam jiwa. Oleh karena itu untuk mengganti nilai budaya yang telah dimiliki dengan nilai budaya lain diperlukan waktu lama, (Koentjaraningrat, 1996: 75-76).

Pengasuhan anak merupakan bagian yang sangat penting dari proses sosialisasi yang dapat berakibat besar terhadap kelakuan si anak jika dia sudah


(28)

xxvii

memnjadi dewasa. Hal ini terkait dengan kelakuan manusia yang bervariasi tergantung pada masyarakat yang dibicarakannya atau pendukung kebudayaan tersebut. Variasi-variasi itu diteruskan dari satu generasi ke generasi yang berikutnya melalui ³sosial learning´ (Linton, 1962;127-129). Pengaruh kebudayaan pada keprbadian anak sangat besar dengan cirri-ciri kepribadian anak yang berkebudayaaan berlainan tidaklah sama. Hal ini disebabkan oleh sistem nilai kebudayaan masing-masing yang berbeda sehingga cara mengasuh dan mendidiknya pun berbeda (Linton, 1962 :119-121).11

Seorang anak manusia sejak dilahirkan hanya dapat bertahan hidup apabila mendapat perawatan dan asuhan dari orang tuanya maupun orang lain. Begitu juga yang dikemukakan oleh William J Goode ( 1985:39), ia yang menyatakan bahwa

Pembelajaran yang diterapkan orang tua terhadap anak-anaknya melalui nilai-nilai budaya, dan tidak terlepas kebiasaan-kebiasaan yang diturunkan oleh orang tua sehari-hari terutama dari ibu (wanita) yang merupakan orang terdekat dengan anak. Wanita tidak dapat lepas dari pembahasan mengenai keluarga, karena wanita merupakan bagian dari suatu keluarga dan juga sebaliknya keluarga merupakan bagian dari kehidupan wanita dalam hubungan dengan peranannya sebagai anak perempuan, istri, maupun ibu rumah tangga (Kartika Enda,1995:9). Istilah keluarga disini menunjuk kepada konsepsi keluarga inti, yaitu terdiri dari ibu, ayah dan anak-anak yang masih menjadi tanggungan orang tuanya. sedangkan istilah rumah tangga menuju pada pengertian keluarga yang terdiri dari ibu, ayah, anak-anak dan ditambah dengan orang lain baik kerabat atau bukan yang tinggal dibawah satu atap dan makan dari datu dapur ( Koentjaraningrat 1985:105)

11


(29)

anak manusia tidak biasa bertahan hidup jika tidak ada orang tuanya yang telah bertanggung jawab untuk memeliharanya. Hal ini merupakan hubungan utama antara ketahanan biologis-organisme itu sendiri, sistem sosial keluarga, antara ketahanan biologis jenis manusia, dan penerusan kebudayaan dari satu generasi kepada yang berikutnya.

Sosialisasi

Manusia adalah mahluk sosial yang akan mempunyai kecendrungan untuk hidup bersama dalam suatu bentuk pergaulan hidup yang disebut masyarakat. Dalam hidup bermasyarakat manusia dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya melalui suatu proses. Proses penyesuaian diri individu kedalam kehidupan sosial dapat disebut sosialisasi.

Proses sosialisasi bersangkutan dengan proses belajar kebudayaan dalam hubungan dengan sistem sosial. Dalam proses itu seorang individu dari masa kanak-kanak hingga masa tuanya belajar cara tindakan dalam interaksi dengan segala macam peranan sosial yang mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari (Koentjaraningrat, 1980;243).

Dalam konsep watak kebudayaan sebagai kesamaan regularities sifat di dalam organisasai intra psikis individu anggota suatu masyarakat tertentu yang diperoleh karena cara pengasuhan anak yang sama di dalam masyarakat yang bersangkutan, (Margaret Mead dalam james danandjaja, 2005) 12

12

http://salsabilashafiraadin.blogspot.com/2011/04/pola-pengasuhan-anak.html

Apabila ini dikaitkan dengan konsep watak masyarakat dilandasi oleh pikiran untuk menghubungkan kepribadian tipikal dari suatu kebudayaan dengan kebutuhan obyektif tersebut membentuk watak masyarakat dari masyarakat tersebut melalui


(30)

xxix

latihan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak-anak mereka, sementara orang tua telah memperoleh unsur-unsur watak tersebut baik dari orangtuanya atau sebagai jawaban langsung terhadap kondisi-kondisi perubahan masyarakat.

Menurut (Soekanto, 1984:140), secara luas, sosialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses, dimana warga masyarakat di didik untuk mengenal, memahami, mentaati, dan menghargai norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat mempelajari kebudayaannya, belajar mengendalikan diri serta mempelajari peranan-peranan dalam masyarakat.

Sosialisasi sebagai bagian dari pendidikan berlangsung dalam tiga komponen penting dan jadi faktor penentu terbentuknya kepribadian seseorang. Factor tersebut dirangkum dalam suatu istilah bernama tri pusat pendidikan yaitu: meliputi rumah atau keluarga, sekolah atau lembaga pendidikan formal, masyarakat atau pendidikan non formal. Di rumah dalam keluarga anak berinteraksi dengan orang tua (pengganti orang tua) dan segenap anggota keluarga lainnya.

Anak memperoleh pendidikan informal, berupa pembentukkan pembiasaan-pembiasaan seperti, cara makan, tidur, bangun pagi, gosok gigi, mandi, cara berpakaian, tata krama, sopan santun, religi, dan lain sebagainya. Pendidikan informal dalam keluarga akan banyak membantu dalam meletakan dasar pembentukan kepribadian anak, misalnya sikap religius, disiplin, lembut/kasar, rapi/rajin, menghemat/memboros, dan sebagainya dapat tumbuh bersemi dan berkembang senada dan seirama dengan kebiasaan di rumah.

Anak berinteraksi di sekolah dengan guru-guru/pengajar beserta bahan-bahan pendidikan dan pengajaran, teman-teman peserta didik lainnya serta


(31)

pegawai-pegawai tata usaha. Anak memperoleh pendidikan formal (terpogram dan terjabarkan dengan tetap) di sekolah berupa pembentukan nilai-nilai, pengetahuan, keterampilan dan sikap terhadap bidang studi atau mata pelajaran. Akibat bersosialisasi dengan pendidikan formal, terbentuklah kepribadian untuk tekun dan rajin belajar disertai dengan keinginan untuk meraih cita-cita akademis yang setinggi-tingginya. Dimasyarakat anak beriteraksi dengan seluruh anggota masyarakat yang beranekaragam (heterogen). Seperti orang-orang, benda-benda dan peristiwa-peristiwa. Anak memperoleh pendidikan non formal atau pendidikan diluar sekolah berupa berbagai pengalam hidup. Agar masyarakat melanjutkan ekstensinya, maka kepada generasi muda harus diteruskan atau diwariskan nilai-nila, sikap, pengetahuan, keterampila dan bentuk-bentuk pola prilaku yang lainnya.13

Kepribadian adalah produk enkulturasi

14

13

(http://www.uns.ac.id/data/s).

14

Enkutularasi adalah proses penerusan kebudayaan dari generasi yang satu kepada generasi berikutnya, mulai segera sesudah dilahirkan.

dan mengacu pada cara-cara yang khas mengenai pikiran, perasaan, dan prilaku seseorang. Ahli Antropologi Jhon dan Beatrice, dan Irvin Child, berdasarkan study lintas budaya, telah memastikan adanya hubungan antara kepribadian, praktek pengasuhan anak, dan aspek-aspek kebudayaan lain. Pendidikan merupakan wujud dari kebudayaan manusia yang tercipta berdasarkan atas kebutuhan hidup manusia itu sendiri, kerena kebudayaan itu adalah pengetahuan yang dimiliki warga yang diakumulasikan untuk digunakan di masa yang akan datang. Oleh karena itu kebudayaan bersifat turun menurun, yang diwariskankan lewat generasi antar generasi. Kita telah mengetahui bahwasanya kebudayaan itu terdiri dari tiga wujud yang saling berhubungan satu sama lainnya. Sistem ide/gagasan, tingkah laku yang overt, yaitu pembicaraan dan


(32)

xxxi

gerak serta aktivitas manusia dan hasil-hasil nyata dari semua ini seperti alat-alat rumah tangga, ladang, hasil pertanian seperti jagung, padi dan lain-lain. (Suparlan,1984:78)

Sebagian manusia yang berbudaya, pengetahuan berhubungan dengan pendidikan seseorang dalam menganalisa sesuatu. Tetapi pengetahuan dapat dibedakan dengan pendidikan, cara memperoleh materi pendidikan atau pengetahuan. Pendidikan diperoleh melalui jalur formal, informal dan non formal, tetapi pengetahuan hanya diperoleh dari hasil penglihatan dan pengamatan, pendengaran dan lain-lain. Namun, hal yang mendasar dari pendidikan dan pengetahuan adalah membantu manusia dalam menganalisa sebuah objek.

Penelitian tentang pola asuh anak sudah pernah dilakukan oleh para ahli. contohnya penelitian yang dilakukan oleh munandar yang menyimpulkan bahwa ibu-ibu yang bekerja pada ibunya kurang menggunakan tekhnik disiplin yang keras atau otoriter kepada anak-anak. Mereka menunjukkan lebih banyak pengertian dalam keluarganya khususnya dengan anak (Munandar, 1985:48).

Dengan adanya kewajiban atau fungsi baru sebagai penunjang ekonomi keluarga maka terjadilah benturan antara dua kebutuhan yaitu keluarga dan pekerja. Kedua kebutuhan itu sering menuntut pemenuhan pada saat yang bersamaan. Mendahulukan yang satu sering berarti mengorbankan yang lain, bila yang dikorbankan anak maka sering timbul rasa menyesal dan bersalah. Sementara bila pekerjaan yang harus dikorbankan maka timbul perasaan kurang nyaman karena merasa tidak konsekuen dan tidak bertanggung jawab terhadap kerjaan, sehingga dalam hal ini perlu diberlakukan prioritas.


(33)

Dalam Penelitian ini akan dilihat bagaimana pola asuh anak pada keluarga petani. Dengan demikian, dapat mengetahui bagaimana peranan keluarga dalam mengasuh dan memberi pendidikan kepada anak. Selain itu juga kita akan dapat mengetahui komunikasi yang terjadi antara orang tua dengan anak-anak. Karena komunikasi dalam keluarga bisa dipengaruhi oleh pola hubungan antara peran di dalam keluarga. Hal ini disebabkan masing-masing peran yang ada dalam keluarga dilaksanakan melalui komunikas

I.6 Metode Penelitian

Sebelum melakukan penelitan, penulis mengurus surat izin dari kampus yang ditujukan ke Kepala desa Jumantuang. Surat izin penelitian dikeluarkan sebagai salah satu persyaratan melakukan penelitian. Setelah surat izin sampai kepada kepala desa saya mendapatkan izin untuk melakukan penelitian di desa Jumantuang yang terkait dengan masalah yang saya teliti.

Hari pertama di lapangan saya langsung bertemu dengan kepala desa Jumantuang yaitu Bapak Bontor Sianturi yang terlebih dahulu membuat janji kepada beliau. Kepala desa menyambut saya dengan sapaan “Horas” yang biasa katakan Suku Batak Toba menyambut seseorang. Sambil meminum kopi yang disuguhkan kepala desa , Saya menyampaikan pokok permasalah yang saya teliti di desa Juamantuang dan beliau menyambut dengan baik dan bersedia mendampingi saya serta memberi data yang saya perlukan.

Awalnya bapak Bontor Sianturi menceritakan tentang keadaan desa , masyarakat dan sejarah desa Jumantuang. Sembari mencatat, kepala desa juga memberitahu nama-nama tokoh masyarakat yang mengetahui sejarah dan keadaan


(34)

xxxiii

sosial desa serta nomor kontak serta alamat rumah tokoh-tokoh masyarakat tersebut.

Setelah bercerita banyak tentang desa , bapak kepala desa mengajak saya untuk berkeliling desa untuk melihat secara langsung kondisi geografis dan lingkungan desa pada umumnya. Saya dan bapak kepala desa berkeliling ke dusun-dusun selama 3 jam karena dusun yang kami kunjungi lumayan jauh dari dusun yang satu ke dusun yang lainnya bahkan ada satu dusun harus menyebrangi sungai. Saya diperkenalkan bapak kepala desa kepada setiap kepala dusun dan memerintahkan mereka untuk mendampingi saya di lapangan.

Hari kedua saya didampingi oleh seketaris desa ibu Herlina Simamora untuk mendapatkan data-data skunder dan gambaran umum desa jumantuang, karena data-data dari kantor desa tidak lengkap, saya dan ibu Herlina mendata ulang kembali data penduduk dengan mendatangi setiap kepala dusun. Pendataan ulang yang kami lakukan bersama ibu seketaris selama seminggu.

1.6.1 Tehnik Pengumpulan Data - Observasi ..

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi terlibat secara aktif dengan arti kata ikut berperan serta dalam kegiatan di ladang dan di rumah serta di dalam arena kegiatan subjek untuk mengamati dan mempelajari realitas yang berhubungan dengan masalah yang dikaji, dengan melibatkan aktif dalam kegiatan hidup mereka.

Adapun yang diteliti berdasarkan pada situasi sosial yang terdiri dari aktor, tempat dan kegiatan keluarga dalam mengasuh anak. Aktor disini adalah


(35)

orang tua dan anggota keluarga yang terlibat dalam pengasuhan anak yang bekerja sebagai petani. Tempat yaitu lokasi di rumah dan di ladang orang tua dan anggota keluarga lainnya melakukan pengasuhan dan bekerja sebagai petani, sedangkan kegiatan adalah pengasuhan anak yang dilakukan orang tua dan anggota keluarga lainnya seperti :

1. Proses kelahiran sampai pemberian nama sang anak, observasi dilakukan melihat bagaimana persiapan orang tua dan anggota keluarganya dalam menyambut kelahiran anak. Disamping itu peneliti melihat bagaimana proses perawatan anak yang baru lahir sampai pemberian nama oleh orang tua.

2. Mendidik anak, mengajari berbicara, mendampingi anak dalam proses belajar dan mengajari sopan santun. Orangtua yang bekerja sebagai petani mengasuh anak pada mulai dari sepulang dari ladang pukul 17.00 s/d 20.00 WIB, sementara anggota keluaraga lainnya (kakak dan abang) mengasuh adik mulai pulang sekolah pukul 13.00 s/d 17.00 WIB Peneliti juga melihat sikap hidup masyasrakat yang pada umumnya sebagi petani dan suku Batak Toba yang tinggal dengan bentukan pemukiman misalnya pola pemukiman yang berjauhan dusun satu ke dusun yang lain dan fasilitas umum yang ada di desa Jumantuang.

3. Kegiatan rutin keluarga petani yang menjadi sumber matapencaharian mereka yang utama. Ibu sudah bangun pukul 5 pagi memasak untuk sarapan anak-anaknya dan suami. Setelah anak-anak berangkat ke sekolah pukul 7 pagi, ayah dan ibu mempesiapkan peralatan untuk


(36)

xxxv

dibawa keladang dan makanan untuk makan siang. Saya mengamati cara orangtua mensosialisasikan cara bercocok tanam kepada anak-anaknya. 4. Dalam melakukan pengamatan atau observasi peneliti mengamati skema

perilaku orang tua dan anggota keluarga lainnya yang tinggal dalam satu rumah dalam mengasuh anak-anak disela-sela kesibukannya bekerja. Sehingga dengan pengamatan ini peneliti menemukan beberapa persamaan dan perbedaan yang tampak dalam aktivitas atau cara berfikir mereka.

Penelitian dilakukan mulai dari bulan November 2010 - Februari 2011. Dibulan pertama saya tinggal di desa Jumantuang menginap di beberapa keluarga petani yang sudah terlebih dahulu ditentukan dan dibantu kepala desa .

1. Keluarga Bapak Amos

Keluarga Bapak Amos adalah keluarga yang pertama saya datangi dan tinggal dirumahnya, sambutan bapak Amos begitu hangat ditambah lagi istrinya yang begitu ramah. Ibu Desma adalah istri dari Bapak Amosdi. Bapak Amos mempunyai tiga orang anak dari hasil pernikahannya dengan Ibu Desma. Anaknya yang pertama adalah Jubel Aritonang sudah berumur 15 tahun, kelas III SLTP, adiknya perempuan Debora Aritonang berumur 12 tahun duduk di kelas IV Sekolah Dasar dan Anto 8 Tahun duduk di kelas II Sekolah Dasar.

Di rumah Bapak Amos saya menginap selama 4 hari dan saya terlibat dalam kegiatan mereka sehari- hari, ketika mereka ke ladang saya ikut keladang. Di ladang saya mengamati mereka bekerja bersama anak-anak serta istrinya. Sore hari kami pulang dari ladang dan mengamati ibu Desma mengurus anak-anaknya. Malam pertama anak-anak belajar di dampingi oleh ibu Desma.


(37)

Malam kedua saya diajak bapak Amos ke kedai tuak/ lapo tuak. Di lapo tuak saya, bapak Amos dan beberapa bapak-bapak sedang menikmati minuman tuak sambil bernyanyi. Seorang bapak menanyakan kepada bapak Amos “ ise na iboan ho lae?”, lalu Bapak Amos mempekenalkan saya kepada mereka. Di lapo tuak saya menggunakan momen tersebut untuk mengorek informasi mengenai penelitian saya. Beberapa orang kelihatan serius dan ada juga yang cuek dengan pembahasan kami.

2. Keluarga Ibu Duma

Keluarga Ibu Duma adalah keluarga kedua saya tinggal dirumahnya. Ibu Duma mempunyai tiga orang anak dari hasil pernikahannya dengan Bapak Suparman. Anaknya yang sulung sudah bekerja di Sidikalang , sedangkan dua anaknya yang di kampung masih bersekolah di SMP dan SD. Dirumah Ibu duma saya juga melihat bagai mana aktivitas mereka sehari-hari. Saya tinggal dan menginap selama 3 hari di rumah beliau.

Selain dua keluarga di atas saya juga mengamati beberapa keluarga lainnya tanpa tinggal di rumah mereka seperti, keluarga Bapak Marlinton, keluarga Mungkur Munthe dan Keluarga Bapak Paulus Aritonang.

- Wawancara

Dalam pengumpulan data dilapangan saya melakukan wawancara dengan cara berkomunikasi langsung dengan para informan. Wawancara dilakukan dengan masyarakat Dalam metode wawancara mendalam dan wawancara sambil lalu


(38)

xxxvii

dengan interview guide (daftar pertanyaan). Fungsinya sebagai panduan bagi peneliti agar pertanyaan yang diajukan tidak lari dari pokok permasalahan.

Dalam wawancara saya menentukan beberapa informan sebagai sumber informasi yang terkait dengan topik penelitian yaitu: Kepala Desa Jumantuang Bapak Bontor Sianturi, sekretaris Desa Ibu Herlina Simamora, Guru PAUD yaitu ibu Sinta, dan bapak Paulus Aritonang sebagai Tokoh masyarakat yang mengetahui keadaan desa dan seluk beluk kehidupan masyarakat pada umumnya. Saya membuat beberapa kriteria bagi masyarakat yang diwawancarai yaitu:

- Keluarga petani - Memiliki anak

- Sudah lama tinggal di desa Jumantuang - Kedua orang tua adalah petani

Studi kepustakaan

Studi kepustakaan dimaksudkan peneliti untuk mencari dan mengumpulkkan data dari berbagai buku dan hasil penelitian pada ahli yang berhubungan dengan masalah peneliti guna menambah pengertian dan wawasan peneliti demi kesempurnaan penelitian.

1.6.3. Studi Dokumentasi

Data yang diperoleh dari pengamatan dan wawancara akan lebih disempurnakan dengan melakukan studi dokumentasi yang diperoleh dari, artikel, internet, foto lokasi penelitian dan foto masyarakat yang melakukan aktifitas.


(39)

1.6.4. Teknik Analisa Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif dimana peneliti mengklafikasikan data skunder dan data primer. Proses Analisis yakni proses pola asuh anak pada keluarga petani. Dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari wawancara kepada informan. Data tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: proses yang dilalui adalah kehidupan keluarga petani, apa yang menjadi motivasi orang tua membesarkan anak dan bagaimana keluarga petani memberi pengasuhan pada anak. Dengan analisa pola asuh anak tersebut maka penulis dapat melihat bagaimana pola asuh anak pada keluarga petani . Semua data yang telah diperoleh baik melalui pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi kemudian diidentifikasikan dan disusun secara sistematis.

1.6.5. Kendala dan Pengalaman Yang Dihadapi Saat Penelitian.

Selama melakukan penelitian di lapangan banyak hal yang lucu dan hal yang mengesankan pada saya yang menjadi salah satu memori dalam hidup saya. Di desa Jumantuang banyak saya temukan orang-orang yang enak diajak berbicara, ramah dan sopan serta memiliki motivasi yang tinggi meski keadaan yang pas-pasan.

Selain hal yang lucu saya juga menemukan bebrapa kendala di lapangan, diantaranya lokasi dusun yang berjauhan dari dusun yang satu ke dusun yang lain, Sehingga saya harus berjalan sejauh 5 Km untuk menemukan dusun yang lain.

Dusun Juma podi satu adalah dusun yang paling jauh diantara ke 7 dusun yang lainnya, saya harus menyebrangi sungai untuk sampai ke dusun tersebut,


(40)

xxxix

sama hal yang dilakukan masyarakat yang tinggal di dusun jumapodi 1. Kendaraan tidak dapat masuk ke dusun tersebut melewati pusat desa . Kendaraan dapat masuk harus melewati desa lain yang harus melewati Kota Sidikalang, Ibu kota Kabupaten Dairi memakan waktu 2 jam naik kendaraan roda dua.

Selain kendala di lapangan, pengalaman yang lucu pernah terjadi saat saya dilapangan, saat saya dan Bapak Amos pergi ke kedai tuak atau lapo tuak . Di lapo tuak saya berbincang-bincang dengan teman Pak Amos, sementara Pak Amos asik meminum tuak sambil mennyayikan lagu. Sangkin asiknya bernyanyi Pak Amos lupa sudah berapa gelas tuak diminumnya, lama kelamaan pak Amos sudah kelihatan mabuk terlihat dari pembicaraan tidak terarah. Pukul 12 malam saya mengajak pak Amos pulang dan pak Amos tidak mau, “dang habis dope tuak “jawabnya, sayapun mengikut saja dan bapak Amos terus meminum tuak.

Pukul 02.00 kami pulang, stelah mau beranjak dari tempat duduk pak Amos, dia berdiri dan seketika itu dia jatuh dan tidak bisa bangkit lagi. Teman-temannya yang lain tertawa dan kami berusaha mengangkat pak Amos, mau tak mau saya harus menggendong pak Amos pulang dan dibantu seorang pemuda, Guntur. Saya menggendong bapak sampai ke rumahnya sejauh 2 Km dari lapo tuak.


(41)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

II.1. Letak dan Kondisi Geografis

Berdasarkan administrasi pemerintahan, desa Jumantuang merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Siempatnempu, Kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera Utara. Luas keseluruhan desa Jumantuang 650 Ha yang terdiri dari areal pemukiman 17 Ha, hutan, jalan dan lain-lain dengan batas administrasi sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan desa Tualang - Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Juma tiguhar - Sebelah Timur berbatasan dengan desa Tambahan - Sebelah Barat berbatasan dengan desa Siolok

Desa Jumantuang terdiri dari 7 dusun yakni : dusun I Barisan sihombing, II Barisan Mesjid/Gereja, dusun III Barisan aritonang, dusun IV Gunung Gajah, dusun V Sendidin, dusun VI Jumapadi I dan dusun VII Jumapadi II yang masing-masing dusun dikepalai oleh seorang Kepala dusun yang diangkat oleh Kepala desa , saat ini Kepala desa Jumantuang adalah Bontor Sianturi yang dipilih masyarakat melalui pilkades Tahun 2010.

Desa Jumantuang terletak pada ketinggian 800 M di atas permukaan laut (dpl), secara umum desa Jumantuang berbentuk dataran yang berbukit-bukit dan mempunyai permukaan yang bergelombang, di mana temperature udara di desa tersebut 560 sampai dengan 650 C. Luas keseluruhan Desa 650 Ha dengan perincian penggunaan sebagai berikut : persawahan dan perladangan 541 Ha, pemukiman dan pekarangan17 Ha (dusun I 2 Ha, dusun II 2 Ha, dusun III 8 Ha,


(42)

xli

dusun IV 1,5 Ha, dusun V 1,5 Ha, dusun VI 1,5 Ha, dan dusun VII 0,5 Ha, hutan 15 Ha selebihnya adalah jalan, pemakaman dan semak-semak belukar yang tidak dikelola masyarakat.

Wilayah desa Juamantuang sebelah utara yang berbatasan dengan desa Tualang berbukit masyarakat setempat menamai Dolok siraut, dan bagian tengah desa terdapat perbukitan. Daerah dataran rendah di desa ini dijadikan sebagai tempat pemukiman dan bercocok tanam. Keadaan tanah di desa ini sangat subur dan kualitas air sangat baik, hal ini dapat terlihat dengan adanya tanaman yang bervariasi seperti padi, cabe, jagung, kacang-kacangan, cokelat dan tanaman kopi dan cokelat.

II.2. Sejarah Singkat Kabupaten Dairi

Kabupaten Dairi merupakan sebuah wilayah yang terletak di Propinsi Sumatera Utara. Nama Dairi berasal dari kata “Dai” dan “Ri”, yang artinya “Dai” rasa dan “Ri” ilalang. Jika diartikan Dairi berarti rasa ilalang. Menurut sejarahnya, Dairi dahulu kala dihuni oleh etnis Pakpak.

Daerah ini juga merupakan daerah lintas pedangang kapur barus yang mengangkut kapur barus dari Barus ke tanah Gayo/Alas/Aceh. Pada Tahun 1879 – 1880 ketika perang Sisingamangaraja terjadi, tentara Belanda menerobos Negeri Toba dari Takengon melalui Sidikalang (salah satu kota di Kabupaten Dairi). Ketika itu di Dairi banyak ditumbuhi ilalang yang hidup bertahun-tahun. Apabila pangkal ilalang dikunyah akan menghasilkan manisan yang lebih manis dari tebu.

Setelah perang Sisingamangaraja XII usai (1907), Dairi oleh pemerintahan kolonial Belanda dimasukkan ke dalam wilayah Karesidenan Tapanuli


(43)

Utara/Tanah Batak/Batak landen. Karesidenan Tapanuli Utara berpusat di Tarutung, dipimpin seorang residen. Karesidenan Tapanuli Utara di bagi lagi menjadi 5 Onderafdeeling yaitu onderafdeeling Samosir, Toba (Balige), Hoogvlakte Van Toba (Siborong-borong), Silindung (Tarutung) dan Dairilanden. Onderafdeeling dipimpin seorang demang. Wilayahnya dibagi atas beberapa onderdistrik yang dipimpin asisten demang. Onderdistrik terdiri dari beberapa negeri (bius) yang dipimpin oleh seorang kepala negeri (jaihutan) jaikuten. Negeri terdiri dari beberapa Desa (horja) yang dipimpin kepala kampung (pengulu). Kampung terdiri dari beberapa Dusun (huta) yang dipimpin Raja huta. Pengulu biasanya dipilih dari salah seorang Raja huta. Onderafdeeling Dairilanden berpusat di kota Sidikalang. Setelah proklamasi kemerdekaan 1945, Dairilanden dialihkan menjadi salah satu urung/kewedanaan Tapanuli Utara/Tanah Batak (Sangti, 1967).

Terbentuknya Kabupaten Dati II Dairi bermula dari residen Tapanuli Yaitu Dr. Ferdinand Lumban Tobing telah menetapkan pembentukan Kabupaten Dairi terhitung mulai tanggal 1 Oktober 1947 dan mengangkat Paulus Manurung sebagai Bupati Dairi yang pertama. Akan tetapi pada Tahun 1948, lahirlah Undang-Undang No. 22 tentang pembentukan pemerintahan daerah, dimana materinya menyatakan semua Kabupaten pada masa agresi I dan II harus dileburkan kembali sehingga dengan ketentuan UU tersebut, terhitung sejak 1 April 1950 Kabupaten Dati II Dairi kembali menjadi bagian Tapanuli Utara. Pada tahun Tahun 1958 terjadilah pemberontakan PRRI yang mengakibatkan terganggunya hubungan antara Dairi dan Tarutung sebagai Ibukota Kabupaten sehingga penyelenggaraan pemerintahanpun terganggu. Oleh karena itu tokoh-tokoh masyarakat Dairi berupaya menemui pejabat di pusat dan Tingkat I Sumatera Utara agar Dairi dapat


(44)

xliii

menjadi daerah otonom. Akhirnya atas dasar pertimbangan efesiensi dan efektivitas pemerintahan, maka pemerintah pusat menyetujui serta menetapkan pembentukan kembali Kabupaten Dairi dengan UU No. 4 Perpu 1964, terhitung mulai 1 Januari 1964, kemudian menjadi UU No.15 Tahun 1964 yang berlaku sekarang. Dengan demikian, Kabupaten Dairi sudah dua kali terjadi pembentukannya yaitu Tanggal 1 Oktober 1947 dan Tanggal 1 Januari 1964 (Sihotang, 1996:2).

Pada tahun 2003, Kabupaten Dairi dimekarkan menjadi 2 (dua) Kabupaten yaitu Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Bharat. Setelah pemekaran tersebut Kabupaten terbagi dalam 15 Kecamatan yaitu Kecamatan Sidikalang, Kecamatan Sitinjo, Berampu, Parbuluan, Sumbul, Silalahisabungan, Silima Punggapungga, Lae Parira, Siempatnempu, Siempatnempu hulu, Siemapatnempu Hilir, Tiga Lingga, Gunung Sitember, dan Tanah Pinem. Desa Jumantuang berada di Kecamatan Siempatnempu

Sejarah singkat desa Jumantuang,

desa Jumantuang adalah salah satu desa yang terletak di Kabupaten Dairi Kecamatan Siempatnempu. Asal mula nama desa Jumantuang berasal dari kata Juma dan Attuang, Juma yang berarti Ladang dan Attuang adalah jenis pohon. Jumantuang berarti ladang Attuang, pada awalnya desa ini didiami oleh suku asli daerah ini, yaitu marga Banurea sebagi Raja tanah atau pemilik tanah ulayat. Akibat dari penjajahan Belanda banyak masyarakat melakukan perpindahan dari Daerah satu ke daerah lain karena ketidak nyamanan, Pada Tahun 1930 marga Aritonang datang ke desa Jumantuang untuk mencari pemukiman baru. Pada saat kedatangan mereka ke wilayah Jumantuang disambut dengan adat Pakpak oleh


(45)

Raja tanah dan berbagai prosesi acara adat Pakpak. Untuk menyambung kehidupan di wilayah Pakpak, si Raja tanah memberikan tanah untuk dipakai oleh marga Aritionang dengan proses adat. Setelah kedatangan marga Aritonang, pada Tahun 1940-an marga Sihombing datang ke Jumantuang dan mendapat tanah dari Raja tanah. Status tanah yang diberikan adalah pinjam pakai pada saat itu, Suku Pakpak marga Banurea yang tinggal di Desa pada saat ini hanya tinggal beberapa kepala keluarga. Mayoritas suku Batak Toba sebagai pendatang tinggal di desa dan menguasai tanah.

Gambar 2.1. Desa Jumantuang (sumber : koleksi foto-foto pribadi)

II.3 Pola Pemukiman dan Tata Lahan.

Desa Jumantuang merupakan desa yang terdapat di lereng perbukitan yang rata-rata bukitnya mencapai 700-800 M dpl (di atas permukaan laut) yang terdapat di Kecamatan Siempatnempu, Kabupaten Dairi. Jarak antara kantor camat di Buntu Raja dengan desa Jumantuang adalah ± 8 km dengan waktu tempuh sekitar 15-20 menit dengan bus (kendaraan bermotor) dan 1 jam berjalan kaki. Jarak antara Ibu kota Kabupaten Dairi Sidikalang adalah 18 km dan dapat ditempuh


(46)

xlv

dengan roda empat dan roda dua selama 30 menit-35 menit. Jika dari Sidikalang kita banyak desa yang kita lewati untuk sampai di desa Jumantuang dan tidak melewati Ibu kota Kecamatan.

Sebelum menemukan desa Jumantuang, beberapa desa kita lewati yaitu desa Amborgang, desa Juma Sianak dan desa Jumateguh. Kelompok pemukiman pertama yang dijumpai setelah ‘simpang tiga’ adalah pemukiman dusun I (bagian dusun-1 desa Jumantuang). Perjalanan selanjutnya akan melewati dusun II memasuki wilayah desa Jumantuang, kemudian akan ditemui Gereja HKBP sebelah kiri jalan, di sekitar Gereja HKBP banyak kita jumpai masyarakat pendatang yaitu marga Sihombing dan marga Aritonang.

Beberapa rumah pertama yang dijumpai terlihat permanen, sebahagian lagi semi permanen dengan lantai semen, dinding setengah batu, setengah papan dan dicat berwarna terang, dan beratap seng yang sudah berwarna kecoklatan. Secara umum kondisi-kondisi rumah cenderung semi permanen. Perumahan penduduk di desa Jumantuang umumnya saling berjauhan dan memilki jarak 10-15 M, sehingga masing-masing rumah memiliki pekarangan dan kebun. Pada umumnya memiliki jendela samping atau belakang. Rumah di desa Jumantuang ini dapat dibagi kedalam tiga bagian yaitu: rumah permanen, semi permanen, non permanen. Tiga bangian rumah penduduk akan dijelaskan di bawah ini :

1. Rumah Permanen

Rumah permanen umumnya di desa Jumantuang ini masih bisa dihitung sebab yang punya dan menempati rumah permanen ini juga adalah orang-orang yang sudah lama tinggal di desa Jumantuang dan mempunyai lahan pertanian milik sendiri serta memiliki ekonomi yang penghasilan yang baik. Rumah jenis ini


(47)

sudah ada yang mempunyai kamar mandi sendiri tetapi ada juga yang tidak mempunyai kamar mandi sendiri. Lantai rumah sudah ada terbuat dari keramik juga ada yang dari semen tidak lagi dari tanah yang dikeringkan, sedangkan jendela sudah dari kaca nako dan jeruji besi.

2. Rumah semi permanen

Rumah semi permanen umumnya berukuran 3 x 4 meter, 5 x 4. Rumah semi permanen di desa Jumantuang dibuat setengah batu, berdindingkan papan dan berlantaikan semen dan atap rumah terbuat dari seng. Rumah sebahagian sudah ada yang dicat dan beberapa belum dicat dan lantai rumah dibuat dari semen serta keramik. Di dalam rumah terdapat ruang tamu, kamar dan dapur. Ruang tamu adalah tempat keluarga berkumpul di ruangan ini semuanya terletak, meja makan, kursi tamu, dan sebagainya dan ada juga dimanfaatkan sebagai kedai baik jualan nasi maupun jualan jajanan, rokok, keperluan untuk mandi dan mencuci. Ada juga yang menjadikan pekarangan rumahnya di jadikan tempat untuk meletakkan hasil pertanian yang baru dipanen maupun siap jual.

3. Rumah non Permanen

Sebahagian rumah di desa Jumantuang ini adalah non pemanen. Rumah yang dimaksud disini adalah rumah yang memiliki tata ruang dan bentuknya sangat memprihatinkan dimana mereka bisa tinggal dirumah yang sepantasnya tidak layak untuk dihuni sebab rumahnya sudah hampir tumbang dan udara kurang masuk


(48)

xlvii

Rata-rata ukuran tiap rumah non permanen ini terdiri dari 4 x 6 meter persegi dimana sebagian bangunan rumah itu terbuat dari papan yang diolah sendiri berbahan baku pohon durian dan pada umumnya memiliki lantai tanah. Ruangan yang hanya memiliki luas 4 x 6 meter tempat meletakkan barang-barang keluarga, dimanfaatkan baik itu dari ruang tamu, ruang kamar maupun ruang keluarga juga ruang dapur. Di ruangan inilah mereka meletakkan seluruh barang yang dimilikinya baik dari barang elektronik seperti TV, VCD, Tape Recorder, hasil pertanian dan peralatan dapur mereka. untuk jenis rumah non permanen jarang kita jumpai hanya terlihat 4 keluarga yang menempati rumah jenis non parmanen.

Pemukiman di desa Jumantuang dikelompokan pada 7 dusun, yaitu dusun I Barisan Sihombing, dusun II Barisan Mesjid/Gereja, dusun III Barisan Aritonang, dusun IV Gunung Gajah, dusun V Sendidin, dusun VI Jumapadi I dan dusun VII Jumapadi.

Gambar 2.2 Pola Pemukiman di desa Jumantuang (Sumber photo koleksi pribadi)


(49)

II.4 Keadaan Penduduk.

Masyarakat yang tinggal di desa Juamantuang mayoritas adalah pendatang dan berdomisili menetap di desa Jumantuang dan berdasarkan tabel I di bawah, menunjukkan bahwa perbandingan jumlah jenis kelamin laki-laki sebanyak 1362 jiwa tidak jauh berbeda dengan jumlah perempuan sebanyak 1300 jiwa, dan dari setiap dusun juga menunjukkan jumlah yang sebanding antara laki-laki dan perempuan. Dusun I laki-laki 203 jiwa, perempuan berjumlah 242 jiwa , di dusun II laki-laki 165 jiwa perempuan141 jiwa, di dusun III laki-laki 233 jiwa dan perempuan 137 jiwa, di dusun IV laki-laki 85 jiwa dan perempuan 99 jiwa , Di dusun V laki-laki 274 jiwa dan perempuan 227 jiwa, di dusun VI laki-laki 187 jiwa dan perempuan 219 jiwa dan di dusun VII laki-laki 215 jiwa dan perempuan 235 jiwa. Jumlah penduduk yang lebih banyak adalah di dusun V. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 2.1.

TABEL 2.1

KOMPOSISI PENDUDUK BERDASARKAN JENIS KELAMIN Dusun Laki-laki Perempuan Jumlah

Dusun I 203 242 442

Dusun II 165 141 306

Dusun III 233 137 450

Dusun IV 85 99 184

Dusun V 274 227 501

Dusun VI 187 219 406

Dusun VII 215 235 450

Jumlah 1362 1300 2662

Sumber: Data Statistik desa Jumantuang Tahun 2007, dikelola penulis Sementara itu komposisi penduduk berdasarkan Kepala Keluarga (KK) di desa Jumantuang terdapat sebanyak 431 KK. Dilihat berdasarkan dusun, lebih banyak bermukim di dusun V dengan jumlah 100 KK, sedangkan dusun I


(50)

xlix

sebanyak 95 KK dan dusun II sebanyak 59 KK, dusun III 50 kk, dusun IV 45 KK, dusun VI 80 KK dan di dusun VII 91 KK, seperti terdapat pada Tabel I.2 sebagai berikut:

TABEL 2.2

KOMPOSISI PENDUDUK BERDASARKAN KEPALA RUMAH TANGGA (KK)

Dusun Kepala rumah

tangga

Persen

Dusun I 95 kk 22,04%

Dusun II 59 kk 13,68%

Dusun III 50 kk 11,60%

Dusun IV 45 kk 10,44%

Dusun V 100 kk 23,20%

Dusun VI 80 kk 18,56%

Dusun VII 91 kk 21,11%

Jumlah 431 kk 100%

Sumber: Data Statistik desa Jumantuang 2010, dikelola penulis Pada umumnya penduduk desa Jumantuang bekerja sebagai petani dengan berbagai jenis tanaman yang ditanam seperti; jagung, padi, kopi, cokelat, cabai dan sayur-sayuran. Produk unggulan petani di desa ini adalah cokelat dan kopi hampir setiap kepala keluarga memiliki tanaman cokelat, harga cokelat 1Kg (kilogram) saat ini mencapai rata-rata Rp 13.000,-. Tanaman cokelat dikenal masyarakat 10 tahun belakangan ini. Sebelum tanaman cokelat dikenal masyarakat tanaman unggulan di desa ini adalah kopi tetapi banyak warga yang beralih ke tanaman cokelat karena tanaman kopi tidak menjanjikan lagi dan harganya semakin turun . Hal ini dikarenakan tanaman kopi tidak bagus lagi pertumbuhannya dan harganya sudah murah. Selain dari tanaman keras masyarakat juga menanam tanaman muda seperti sayur-sayuran, padi, cabe, kacang-kacangan dan lain-lain.

Pengelolaan lahan pertanian masih pengelolaan tradisional yang menggunakan peralatan yang masih tradisional seperti cangkul, parang dan


(51)

lain-lain. Penggunaan pupuk masih didominasi pupuk kandang yang dihasilkan dari ternak masyarakat sendiri karena pupuk non organik mahal dan susah didapatkan. Pengerjaan lahan pertanian dikerjakan oleh tenaga dari kelaurga yaitu Ayah dan Ibu serta dibantu oleh anak-anak yang sudah cukup usia. Tidak jarang juga lahan pertanian dikerjakan beramai-ramai secara bergiliran (marsiruppa) untuk membuka ladang baru, saat menanam maupun saat memanen.

Produksi hasil pertanian dijual langsung ke pusat pasar kecamatan atau toke-toke datang langsung ke desa untuk mengambil hasil pertanian seperti padi, cabe, kopi, cokelat, dan sayur-sayuran. Selain dijual langsung oleh petani ada juga sebahagian petani menjual ke koperasi desa .

Selain dari bercocok tanam masyarakat desa Jumantuang juga bertenak, adapun jenis yang diternak masyarakat adalah ayam, itik dan babi sebagai penghasilan tambahan untuk menyokong keperluhan hidup sehari-hari. Sebagian penduduk juga bekerja di kantor-kantor pemerintahan sebagai pegawai Kecamatan, guru sekolah dasar. Penduduk juga bekerja sebagai buruh kasar pengambil batu krikil di desa Tualang, supir, pedagang dengan membuka warung-warung yang menjual bahan pokok. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.3 sebagai berikut:


(52)

li TABEL 2. 3

KOMPOSISI BERDASARKAN PEKERJAAN

Status/ pekerjaan Jumlah Persentase (%)

Petani 1.157 92.19 %

PNS/ TNI 25 1,99 %

Wiraswasta 17 1,35 %

Lainnya 56 4,47 %

Jumlah Total 1255 100 %

Sumber: Data Statistik desa Jumantuang Tahun 2010 dikelola penulis Mata pencaharian penduduk di desa Jumantuang masih didominasi sektor pertanian yaitu sebanyak 1.157 jiwa dari 1255 jiwa jumlah penduduk keseluruhan desa Jumantuang. Mata pencaharian sebagai petani yang turun temurun dilakukan penduduk Sudah dipertahankan mulai dari nenek monyang mereka mendatangi desa Jumantuang.

TABEL 2.4

JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN USIA

No Usia Laki-laki Perempuan Jumlah

1 0- 10 tahun 219 265 484

2 11-20 tahun 161 179 340

3 21- 30 tahun 100 129 229

4 31- 40 tahun 98 112 200

5 41-50 tahun 179 188 377

6 51-60 tahun 194 208 402

7 61-70 tahun 181 207 388

8 71-80 tahun 70 81 151

Jumlah 1202 1369 2571

Sumber: Data Statistik Desa Jumantuang Tahun 2010, dikelola penulis Berdasarkan Tabel I.4 diatas menunjukkan bahwa usia produktif di desa Jumantuang yaitu antara usia 20 Tahun –50 Tahun. Dengan demikian bila kita melihat data desa diatas akan kita temui penduduk yang masih usia sekolah dan


(53)

lanjut usia. Dengan usia produktif tersebut, memungkinkan para petani di desa tersebut dapat mengelola lahan pertanian mereka. Disamping itu, usia produktif yang masih sekolah dapat membantu orang tua mereka di ladang atau di sawah setelah mereka pulang dari sekolah. Pada usia lanjut 60 tahun ke atas lebih banyak beternak dan menanam tanaman muda dipekarangan rumah.

TABEL 2.5

KOMPOSISI PENDUDUK BERDASARKAN STATUS PENDIDIKAN USIA 7-19 TAHUN

No Tingkat pendidikan

Laki-laki

Perempuan jumlah %

(persentase)

1 Tidak sekolah 60 77 137 24,42 %

2 Sekolah 201 223 424 75,57 %

Jumlah 261 300 561 100 %

Sumber: BPS Kab, Dairi Tahun 2008, dikelola penulis

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting terhadap setiap manusia, sehingga setiap orang atau keluarga selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan pendidikan. Jika dilihat Tabel I.5 diatas, komposisi penduduk desa Jumantuang berdasarkan status pendidikan dihitung dari usia produktif masuk sekolah, mulai yang tidak pernah sekolah sampai menyelesaikan tamat SLTA sebagai berikut; tidak sekolah sebanyak 137 jiwa, 60 jiwa laki- laki dan 77 jiwa perempuan.

Jumlah penduduk yang pernah sekolah sampai tamat SLTA adalah 201 jiwa laki-laki dan 232 jiwa perempuan. Keterbatasan ekonomi keluarga merupakan salah satu penyebab tidak melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, namun pada saat ini tingkat pendidikan di desa Jumantuang sudah lebih maju dari Tahun-tahun sebelumnya.

Kemajuan tingkat pendidikan di desa Jumantaung dapat dilihat dari semua anak berusia sekolah dasar yang ada di desa Jumantuang mengikuti jenjang pendidikan Sekolah dasar (SD) yang ada di desa , namun untuk data anak yang


(54)

liii

mengikuti pendidikan SLTP dan SLTA tidak dapat didata karena di desa Jumantuang tidak terdapat sekolah untuk SLTP dan anak-anak mengikuti proses belajar mengajar di luar desa seperti di Ibu kota Kecamatan atau Ibu kota Kabupaten. Untuk data jumlah murid SD (Sekolah Dasar) yang masih aktif saat ini dapat dilihat pada tabel VI dibawah ini. Disamping dari kemajuan desa Jumantuang yang dialami dari tingkat pendidikan dari Tahun ke Tahun, masih ada anak- anak yang putus sekolah dan tidak bersekolah.

TABEL 2.6 .

JUMLAH MURID SD MENURUT KELAS

Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase

I 7 10 17 13,30

II 11 7 18 14,06

III 13 8 21 16,40

IV 12 14 26 20,31

V 11 17 28 21,88

VI 10 8 18 14,06

Jumlah 64 64 128 100

Sumber: Data Statistik desa Jumantuang Tahun 2010, dikelola penulis Penduduk di desa Jumantuang telah memiliki Agama, Agama yang ada di desa tersebut yakni Kristen Protestan, Kristen Katolik, dan Islam. Bila di lihat dari Tabel 1.7 jumlah penganut agama terbesar ketiga Dusun tersebut adalah Kristen Protestan yang berjumlah 1.366 jiwa disusul oleh Kristen Katolik yang berjumlah 181 jiwa dan Islam 191 jiwa.

Banyaknya penganut agama kristern diwilayah ini, umumnya di Kabupaten Dairi tidak terlepas dari peranserta missioner Jerman R. Brinkschmit dan N. Fuchs yang datang ke Sidikalang pada tahun 1908 dalam rangka memperluas daerah


(55)

kerja Zending. Sampai pertengahan tahun 1920-an kekristenan sudah berkembang di Dairi bahkan Raja-raja di Dairi hampir semuanya menerima kekristenan. Sebelum masuknya Agama di Dairi, orang Pakpak pada waktu itu masih memeluk Agama suku atau animisme (Purba, 1998; 36-37). Penduduk di desa Jumantuang memiliki 3 Variasi agama, dapat kita lihat di Tabel 2.7 dibawah ini :

TABEL 2.7

KOMPOSISI PENDUDUK BERDASARKAN AGAMA

No Agama Jumlah Persentase

( % )

1 K.Protestan 1.366 78,59 %

2 K. Katolik 181 10,41 %

3 Islam 191 10,98 %

4 Budha - 0 %

5 Hindu - 0 %

Jumlah 1.738 100 %


(56)

lv TABEL 2.8

KOMPOSISI PENDUDUK BERDASARKAN ETNIS No Etnis Jumlah Persentase

( % )

1 Toba 1310 85,78 %

2 Pakpak 79 5,17 %

3 Simalungun 123 8,05 %

4 Jawa 15 0,98 %

5 Lain-lain - 0,00 %

Jumlah -1527 100 %

Sumber: Data Statistik desa Jumantuang Tahun 2007, dikelola penulis

.

Berdasarkan tabel 2.8 diatas, desa Jumantuang didonimasi oleh etnik Toba sebanyak 1310 jiwa, setelah itu etnik Pakpak sebanyak 79 jiwa, selanjutnya etnik Simalungun sebanyak 123 jiwa, etnik Karo sebanyak 15 jiwa dan etnik Jawa sebanyak 15 jiwa. Etnik Pakpak merupakan penduduk asli/lokal desa Jumantuang, sementara etnik Toba, Simalungun, Karo dan Jawa merupakan penduduk pendatang.

II.5. Sarana dan Prasarana

II.5.1. Sarana Pemerintahan

Pemerintahan desa Jumantuang dipimpin oleh seorang Kepala desa yang dipilih langsung oleh masyarakat. Kepala desa sekarang adalah Bontor Sianturi yang dipilih berdasarkan pemilihan Kepala desa yang langsung dipilih oleh masyarakat desa Jumantuang pada tahun 2010. Kepala desa dibantu seorang


(1)

Pekerjaan : Pelajar

19. Nama : Mukhlis Padang

Umur : 36 Tahun

J.Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Petani

20. Nama : Ibu Norma Simamora,

Umur : 25Tahun

J.Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu rumah tangga/Petani

21. Nama : Duma Br. Simamora Umur : 45 tahun

J.Kelamin : Perempuan


(2)

cxxx

INTERVIEWGUIDE N

O

Isu Utama Variable Aspek Parameter Metode Sumber informasi 1 Gammbaran

umum Desa, Wilayah/Pemuki man dan Penduduk Lokasi dan keadaan alam

- Sejarah desa - Letak Geografid - Keadaan Alam - Indentifikasi bata-batas wilayah. Wawanc ara dan observasi Masyarak at, Kepala Desa, dan BPS.

2 Keluarga Petani Pengetah un tetang bertani 1. Darimana awalnya masyarakat mengetahui pertanian? 2. Bagaimana proses perkembanga n pertanian di Desa? Wawanc ara dan observasi Masyarak at, Rutinitas petani

1. Apa rutinitas sehari-hari keluarga petani? 2. Bagaimana proses melalukan rutinitas sehari-hari? Wawanc ara dan observasi Masyarak at, Hubunga n dalam keluarga 1. Bagaimana hubungan antara ayah dan ibu? 2. Bagaimana hubungan orangtua dan anak? 3. Bagaimana hubungan antara anak dan anak dalam keluarga? Wawanc ara dan observasi Keluarga Petani/ Masyarak at,


(3)

4. Bagaiman hubungan komunikasai orang tua dengan anak?

3 Anak pada keluarga Rutinitas anak 1. Bagaimana kegiatan anak sehari-hari dalam keluarga petani? 2. Bagaimana hubungan anak dengan: - masyaraka? - sekolah - teman bermain? Wawanc ara dan observasi Keluarga Petani/ Masyarak at, Nilai anak pada keluarga 1. Bagaimana pandangan orang tua terhadap anak dalam keluarga? 2. Bagaimana orang tua mempersiapk an masa depan anak? Wawanc ara dan observasi Keluarga Petani/ Masyarak at, Pendidik an anak. 1. Bagaimana pandangan orang tua tentang pendidikan anak? 2. Apa kendala

orang tua dalam menyekolahk an anak? Wawanc ara dan observasi Keluarga Petani/ Masyarak at,

4 Pengasuhan Anak

pola asuh 1. Apa pengertian pola asuh menurut Wawanc ara dan observasi Keluarga Petani/ Masyarak at,


(4)

cxxxii masyarakat? 2. Bagaimana pola asuh orang tua pada anak dalam keluaraga petani? 3. Pola asuh apa

saja yang dilakukan terhadap anak? 5 Orang tua dalam

keluarga Fusngsi dan peran 1. Bagaimana usaha orang tua dalam mengasuh anak-anak? 2. Bagaimana

cara orang tua dalam memberikan pengetahuan tentang Pertanian? Wawanc ara dan observasi Keluarga Petani/ Masyarak at, Pola asuh dan pertanian 1. Bagaiman a orang tua mengatur waktu antara mengasuh anak dan bekerja diladang? 2. Pada saat

kapan orang tua mengasuh anak-anak? Wawanc ara dan observasi Keluarga Petani/ Masyarak at,


(5)

(6)

cxxxiv

SKETSA DESA JUMANTUANG

Keterangan:

+++++++ = Batas Desa ________ = sungai

--- = batas dusun