Tugas mandiri Pedidikan Pancasila

PANCASILA

OLEH:

GUSTI PUTU AGUS SADYA EKA PUTRA

NIM.1412021005

EED 1A

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

1. Pancasila sebagai Dasar Negara
Dasar Negara adalah fondasi awal dari berdirinya Negara itu sendiri, tanpa
adanya fondasi yang kuat, sebuah Negara tidak akan dapat berdiri kokoh, sama
halnya dengan sebuah rumah, fondasi rumah haruslah kokoh agar bangunan
rumah akan berdiri dengan kokoh pula, selain itu fondasi juga adalah rancangan
dari sebuah rumah. Begitu pula dengan dasar Negara, sebagai Dasar Negara
Pancasila merupakan fondasi atau kaidah pokok negara yang fundamental yang

harus menyentuh dan menjangkau seluruh pelaksanaan kehidupan sehari-hari
bangsa Indonesia.
Kedudukan Pancasila sebagai dasar Negara dapat dibedakan menjadi tiga
tingkatan yaitu:1)Sebagai dasar Negara yang bersifat abstrak-universal seperti
tercantum pada Pembukaan UUD 1945, 2)Sebagai pedoman penyelenggaraan
Negara yang bersifat umum atau kolektif seperti tercantum pada Pasal-pasal UUD
1945, dan 3) sebagai petunjuk kebijakan penyelenggaraan Negara bersifat khususkonkret seperti pada UU, PP,Peraturan pemerintah, dan sebagainya.
Kedudukan Pancasila sebagai dasar Negara atau kaidah pokok Negara
merupakaan kedudukan yuridis formil, karena tertuang dalam Pembukaan UUD
1945 alinea ke IV. Jadi, Pancasila harus dijadikan acuan dan menjiwai sikap,
keputusan, dan tindakan, baik dalam kehidupan pribadi, masyarakat, dalam
organisasi, serta kehidupan berbangsa maupun bernegara. Sebagai fondasi Negara,
Pancasila harus dijadikan suatu dasar atau pegangan bagi seluruh rakyat
Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara mengandung makna bahwa nilai-nilai
yang

terkandung dalam

Pancasila


menjadi dasar atau pedoman

bagi

penyelenggaraan bernegara.
Penyelenggaraan bernegara mengacu dan memiliki tolok ukur, yaitu tidak
boleh menyimpang dari nilai-nilai Ketuhanan, nilai Kemanusiaan, nilai Persatuan,
nilai Kerakyatan, dan nilai Keadilan. Nilai-nilai Pancasila terdapat dalam alenia
ke-IV Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, oleh karena itu Pancasila juga
merupakan pokok kaidah negara yang fundamental. Hal ini berarti bahwa
Pancasila merupakan peraturan hukum yang sangat fundamental yang ada di
Negara Republik Indonesia.

Kedudukan Pancasila sebagai dasar Negara tersebut dapat dirinci sebagai
berikut:
a. Pancasila sebagai dasar Negara adalah merupakan sumber dari segala
sumber hukum (sumber tertib hukum) Indonesia.
b. Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar Negara (baik hukum
tertulis maupun tidak tertulis).
c. Mengandung norma yang mengharuskan Undang-Undang Dasar

mengandung

isi

yang

mewajibkan

pemerintah

dan

lain-lain

penyelenggara Negara memegang teguh cita-cita moral rakyat yang
luhur.
d. Merupakan sumber semangat bagi Undang-Undang Dasar 1945, bagi
penyelenggara Negara, para pelaksanaan pemerintahan (juga para
penyelenggara partai dan golongan fungsional), dan seluruh rakyat
Indonesia.

Kemudian fungsi pokok Pancasila sebagai dasar negara didasarkan pada
Ketetapan MPRS No.XX/MPRS/1966 (jo Ketetapan MPR No.V/MPR/1973, jo
Ketetapan MPR No.IX/MPR/1978) yang menjelaskan bahwa Pancasila sebagai
sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib hukum Indonesia yang pada
hakikatnya adalah merupakan suatu pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita
hukum serta cita-cita moral yang meliputi suasana kebatinan serta watak dari
bangsa Indonesia.
2. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa
Pandangan hidup merupakan suatu hal yang bukan sembarangan. Pandangan
hidup haruslah merupakan pedoman atau falsafah yang berisi wejangan dan
kaidah-kaidah bagi setiap orang dalam kehidupannya. Begitu halnya dengan
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa. Pancasila dijadikann sebagai acuan
utama dalam kehidupan sehari-hari. Jiwa yang ada dalam Pancasila adalah jiwa
bangsa Indonesia yang harus dijadikan sebagai pandangan hidup, selalu muncul
dalam benak diri seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila sebagai sistem
nilai budaya telah bersemi dan tumbuh sejalan dengan pertumbuhan bangsa
Indonesia. Sistem nilai budaya itu menjadi dasar dan pedoman bagi perilaku
pribadi dan bangsa sehingga menjadi kultur normatif. Nilai budaya sebagai
pengejawantahan dari kontak manusia terhadap lingkungan alam dan sosial


tercermin dalam perbuatan dan tindak-tanduk masyarakat. Pancasila sebagai
sistem nilai budaya ini adalah pandangan hidup bagi bangsa Indonesia yang
merupakan filsafat implisit atau way of life bangsa Indonesia. Dijadikannya
sebagai pandangan hidup karena Pancasila merupakan nilai-nilai budaya bangsa
yang berurat akar dalam kehidupan bangsa Indonesia sejak zaman dahulu, nilainilai budaya telah dimatangkan oleh perjuangan kemerdekaan melawan penjajah
sehingga timbul rasa nasionalisme, patriotisme, dan keadilan, kemudian nilai-nilai
budaya diperkaya dengan gagasan besar dunia dan nilai-nilai budaya itu
dikristalisasi menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia yang merupakan
perjanjian luhur bangsa Indonesia.
3. Pancasila sebagai Ideologi Negara
Ideologi muncul pertama kali dalam bahasa Prancis yaitu ideologie
diperkenalkan oleh filsuf yang bernama Desttut de Tracy. Ia berpendapat bahwa
ideologi adalah Ilmu pengetahuan tentang ide-ide hasil adaptasi epistemology.
Ideologi juga memiliki beberapaa karakter seperti :
1 Merupakan sebuah teori yang menjelaskan komprehensif hubungan antara
2

manusia dengan manusia.
Memberikan arah atau tujuan, dalam arti umum dan abstrak pada sebuah


3
4

organisasi politik.
Realisasi program-program tersebut melalui perjuangan.
Bukan hanya untuk menarik perhatian pengikut,

5

menyuntikan keyakinan yang menuntut adanya komitmen untuk berjuang.
Sasarannya masyarakat luas, namun berdasarkan pada pemikiran

6

intelektual.
Kecenderungan tertutup, terbuka, sakral, utois, universal dan partikularistik.

nammun

juga


Dari ke-enam karkter dari ideology tersebut terdapat atau dimiliki oleh Pancasila.
Adapun Makna dari Pancasila sebagai ideology nasional atau bangsa adalah
bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi cita-cita normatif
dalam penyelenggaraan Negara. Secara luas dapat diartikan bahwa visi atau arah
dari penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia adalah
terwujudnya kehidupan yang ber-ketuhanan, ber-kemanusiaan, ber-persatuan, berkerakyatan, dan berkeadilan.
4. Pancasila sebagai Permesatu Bangsa
Seribu lidi tidak akan berguna apabila tidak ada tali yang mengikatnya, begitu
pula dengan Indonesia yang terdiri dari beragam perbedaan atau heterogenitas

SARA( Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan) tidak akan mampu hidup
makmur dan sejahtera apabila tidak diikat oleh Pancasila. Sebagai pemersatu
Pancasila memeiliki peran yang sangat luar biasa. Indonesia dapat bersatu karena
Pancasila, Pancasila merangkum semua heterogenitas yang ada di Indonesia. Dan
perlu diingat kembali bahwa Indonesia bukan persatuan alami namun persatuan
etis dan moral bangsa Indonesia yang didasari oleh niat dan kemauan serta adanya
prinsip senasib dan sepenanggungan. Maka dari itu Pancasila hadir sebagai
pemersatu yang bersifat universal, dan menjadi pengikat kehidupan bangsa
Indonesia dalam menuju Negara yang makmur. Nilai-nilai yang ada pada

Pancasila merupakan persetujuan bersama dan oleh karena itu menjadi
pemersatu(integrasi) masyarakat Indonesia.
5. Pancasila sebagai Etika Politik
Etika politik adalah merupakan prinsip-prinsip dasar dalam berprilaku di
dunia politik. Politik bukan hanya milik orang-orang besar atau pejabat. Namun,
politik dapat semua orang lakukan, contoh politik mencari kawan, politik uang,
dan lain sebagainya. Etika politik adalah sebuah cabang ilmu yang membahas
tentang hakikat manusia sebagai makhluk politik dan dasar-dasar norma yang
dipakai dalam kegiatan berpolitik. Dalam melakukan perilaku berpolitik, bangsa
Indonesia juga hendaknya harus berpegangan erat dengan Pancasila. Karena
Pancasila juga merupakan sumber dari etika dalam berpolitik. Dengan prinsipprinsip moral etika politik Pancasila akan mampu menelaah dan dimulai dari
tingkatan

praksis

dalam

bentuk

peraturan


perundang-undangan

dan

pelaksanaannya di Republik Indonesia, hingga ke akar permasalahannya. Harkat
dan martabat adalah kunci utama dalam menyelesaikan sebuah masalah dengan
menggunakan Pancasila.
6. Pancasila sebagai Sumber Dari Segala Sumber Hukum
Sumber dari segala sumber hukum itu berarti Pancasila adalah landasan
konstitusional tertinggi yang ada di Indonesia. Keberadaan Pancasila menjadi
penyebab dari adanya segala peraturan perundang undangan yang ada di
Indonesia, baik itu Perpres, Permen, Perpu, dan berbagai undang-undang lainnya.
Segala undang-undang tersebut harus berpedoman atau berdasar dan tidak
menyeleweng dari Pancasila. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum
ini dijelaskan kembali dalam Ketetapan MPR No.III/MPR/2000 tentang sumber

hukum dan tata urutan peraturan perundang-undangan pada Pasal 1 ayat (3) yang
menyatakan bahwa sumber hukum dasar nasional adalah Pancasila. Dengan
terbentuknya UU No.10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan, sebagaimana yang termuat dalam Pasal 2 UU No.10 tahun 2004 yang

menyatakan bahwa ”Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum
negara”, dengan tegas menyebutkan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum sebagai berikut: ”Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala
sumber hukum negara adalah sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 yang
menempatkan Pancasila sebagai dasar ideologi negara serta sekaligus dasar
filosofis bangsa dan negara, sehingga setiap materi muatan peraturan perundangundangan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila”.
7. Pancasila sebagai Nilai, Norma, dan Moral Bangsa
Nilai adalah sesuatu yang berguna, berharga, yang baik, yang patut dijadikan
panutan. Ada tiga macam nilai menurut NotoNegoro, antara lain:
a. Nilai Material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan manusia
yang menyangkut jasmani/ material manusia.
b. Nilai Vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
mengadakan aktifitas/ kegiatan.
c. Nilai Kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Nilai ini dapat dibedakan atas:
1) Nilai Kebenaran, yang bersumber pada akal manusia.
2) Nilai Keindahan, yang bersumber pada perasaan manusia.
3) Nilai Kebaikan/ moral, yang bersumber pada kehendak manusia.
4) Nilai Religius, yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak

bersumber pada kepercayaan dan keyakinan manusia.
Nilai-nilai luhur Pancasila.
a. Ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan dan nilai
keadilan.
b. Nilai Ideal, nilai material, nilai spritual, nilai pragmatis dan nilai positif.

c. Nilai Logis (kebenaran), nilai estetis, nilai etis, nilai sosial dan nilai religius.
Kemudian Norma merupakan perwujudan martabat manusia sebagai makhluk
berbudaya, sosial, moral dan religi. Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap
luhur yang dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi. Norma memiliki kekuatan
untuk dipatuhi yang dikenal dengan sanksi, misalnya:
a. Norma agama sanksinya dari Tuhan.
b. Norma Kesusilaan, sanksinya rasa malu dan menyesal terhadap diri sendiri.
c. Norma Adat, sanksinya berupa pengucilan dalam pergaulan di masyarakat.
d. Norma Hukum, sanksinya berupa penjara, kurungan, denda yang
dipaksakan.
Norma adalah sistem pemikiran atau kumpulan dari perwujudan nilai yang
berguna menjadi pembatas dalam menjalankan perilaku, mengontrol setiap
perilaku dan sikap yang kita lakukan. Moral adalah perwujudan dari pelaksanaan
moral itu sendiri yang memunculkan moral baik dan juga moral yang buruk.
Antara nilai, norma, dan moral sama-sama memiliki hubungan yang erat, yang
saling memunculkan. Dalam hal ini Pancasila merupakan perwujudan abstrak
nilai kehidupan bangsa Indonesia yang dapat menjadi nilai, norma, dan juga moral
bagi bangsa Indonesia. Sedangkan moral merupakan ajaran tentang hal yang baik
dan buruk yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia.Nilai, norma,
moral secara bersama mengatur kehidupan masyarakat dalam berbagai aspek.
8. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa.
Kepribadian adalah kumpulan dari sifat-sifat yang menjadi sebuah ciri atau
karakteristik sesuatu. Kepribadian Indonesia ialah keseluruhan ciri-ciri khas
bangsa Indonesia, yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa
lainnya. Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia adalah pencerminan dari
garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia sepanjang masa. Garis
pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia yang ditentukan oleh
kehidupan budi bangsa Indonesia dan dipengaruhi oleh tempat, lingkungan dan
suasana waktu sepanjang masa. Walaupun bangsa Indonesia sejak dahulu kala
bergaul dengan berbagai peradaban kebudayaan bangsa lain (Hindu, Tiongkok,

Portugis, Spanyol, Belanda dan lain-lain) namun kepribadian bangsa Indonesia
tetap hidup dan berkembang. Mungkin di sana-sini, misalnya di daerah-daerah
tertentu atau masyarakat kota kepribadian itu dapat dipengaruhi oleh unsur-unsur
asing, namun pada dasarnya bangsa Indonesia tetap hidup dalam kepribadiannya
sendiri. Bangsa Indonesia secara jelas dapat dibedakan dari bangsa-bangsa lain.
Apabila kita memperhatikan tiap sila dari Pancasila, maka akan tampak dengan
jelas bahwa tiap sila Pancasila itu adalah pencerminan dari bangsa kita. Pancasila
memberikan corak yang khas kepada bangsa Indonesia dan tak dapat dipisahkan
dari bangsa Indonesia, serta merupakan ciri khas yang dapat membedakan bangsa
Indonesia dari bangsa yang lain.
9. Pancasila sebagai Cita-Cita Bangsa.
Cita-Cita, angan-angan pada intinya adalah sebuah harapan yang ingin
diwujudkan melalui sebuah proses. Pancasila yang dirumuskan sebagai dasar
negara juga dibuat untuk menjadi tujuan negara dan cita cita bangsa. Kita sebagai
bangsa Indonesia haruslah mengidamkan sebuah negara yang ber-ketuhanan,
memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi, bersatu serta solid, selalu bermusyawarah
dan juga munculnya keadilan sosial. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan Bangsa
Indonesia. Cita-cita luhur Negara Indonesia tegas dimuat dalam pembukaan
Undang-undang Dasar 1945. Karena pembukaan Undang-undang Dasar 1945
merupakan penuangan jiwa proklamasi yaitu jiwa Pancasila, sehingga Pancasila
merupakan cita-cita dan tujuan bangsa indonesia. Cita-cita luhur inilah yang akan
dicapai oleh Bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Rindjin, Ketut. 2012. Pendidikan Pancasila. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Sinamo, Nomensen. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT. Bumi
Intitama Sejahtera.
Winarno. 2007. Paradigma baru Pendidikan Kewarganegaraan Panduan Kuliah
Perguaruan Tinggi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.