12
B. Bengkel Praktik Kerja
Pendidikan kejuruan memerlukan peralatan yang spesifik untuk tiap jenis bidang kejuruan, karena program keterampilan kejuruan akan berhasil dengan
memuaskan, jika disediakan peralatan praktik yang layak, dan kompetensi yang menyangkut ranah keterampilan tidak dapat dicapai hanya dengan teori saja
Storm, 1995: 69 dalam Purnomo Dahono 2009: 15. Hal tersebut memberi arti bahwa untuk menanamkan suatu kompetensi, siswa harus dididik mendekati
kondisi nyata atau lingkungan sebenarnya seperti di tempat kerja, sehingga bengkel beserta isinya harus benar-benar komplit dan mencukupi seperti kondisi
sebenarnya. Menurut Their 1970: 7 dalam Purnomo Dahono 2009: 15, bengkel
praktik kerja merupakan tempat yang digunakan untuk melakukan eksperimen secara ilmiah dalam rangka untuk pemahaman suatu ilmu pengetahuan. Siswa dan
guru memanfaatkan bengkel praktik kerja tersebut untuk memperoleh hal yang nyata dan menggunakannya untuk pemahaman serta pengembangan ilmu. Siswa
dapat mengembangkan beberapa konsep dan menciptakan apresiasi untuk suatu ilmu pengetahuan melalui kegiatan di bengkel praktik kerja.
Bengkel merupakan tempat untuk mendidik siswa dalam mengembangkan kemampuan keterampilan motoriknya, dan bengkel ditengarai dengan adanya
mesin dan peralatan yang sifatnya besar, tidak dapat dipindah serta mengacu pada kelengkapan peralatan industri. Dilihat dari hakekatnya bengkel praktik kerja
mempunyai fungsi untuk tempat praktik siswa dan untuk melatih serta mengembangkan kemampuan siswa dalam menekuni bidang kejuruannya.
13 Depdiknas 2004, menjelaskan bahwa bengkel yang baik harus memenuhi
ketentuan-ketentuan penting sebagai berikut : 1 kesempurnaan dari semua factor yang berpengaruh terhadap tata letak bengkel, 2 pemanfaatan mesin, tenaga
kerja personil dan ruang bengkel; 3 pengaturan tata letak yang memudahkan pelayanan fleksibel; 4 dapat berlaku bagi rencana perubahan produk; 5 jarak
yang paling pendek untuk gerak penyediaan pekerjaan; 6 keteraturan, kebersihan bengkel, dan 7 keselamatan kerja dan lingkungan.
Ada tiga tipe bengkel praktik kerja yang telah didesain untuk sekolah teknik dan kejuruan yaitu : 1 Unit laboratory, 2 General unit laboratory, 3
General laboratory Brown, 1979: 17 dalam Purnomo Dahono 2009: 16.
Unit laboratory , fungsinya untuk memberikan pengalaman spesifik dan
mendalam yang sifatnya luas meliputi cakupan keteknikan. General unit laboratory
, lebih luas dan komprehensif dari pada unit laboratory, sifatnya mencakup kegiatan yang ada di bidang industri. General laboratory, didesai lebih
luas, lebih umum dan diarahkan untuk pengembangan, karakteristiknya paling tidak melingkupi tiga jenis industri sebagai kelengkapan alat-alatnya, misalnya
kombinasi antara logam, kayu dan listrik atau yang lainnya. Bengkel praktik kerja sebetulnya juga jenis laboratorium, perbedaan
pokoknya terletak pada jenis peralatanmesin dan jenis kegiatan yang dilakukan pada masing-masing program kegiatan yang telah dibakukan. Jenis kegiatan pada
bengkel kerja praktik pada prinsipnya cenderung sebagai tempat untuk melatih atau membentuk keterampilan psikomotorik siswa dalam rangka penguasaan
kompetensi minimal yang harus dikuasai setelah mengikuti kegiatan praktik.
14 Bengkel, sifat dan jenis mesinperalatannya dalam arti wujud fisik dapat
dikategorikan kelas berat, sedang laboratorium, sifat dan jenis mesinperalatannya dapat dikategorikan ringan. Menurut Council of Educational Facility Planners
CEFP, 1969, bengkel praktik kerja dapat diistilahkan shop yaitu bengkel yang dirancang sesuai dengan kondisi yang sebenarnya, sebagai tempat aktivitas
praktikum pendididikan menengah kejuruansekolah teknik vocational high school
, technical schools, yang tipenya disesuaikan dengan spesialisasi masing- masing, misalnya bengkel listrik, bengkel permesinan, bengkel kayu, bengkel
logam, bengkel pengecatan, pertanian, dan sebagainya.
C. Manajemen Bengkel Praktik Kerja