ABSTRACT LEADERSHIP MASS IN ACTION MOBILIZING MASS (Case Study of Anti-Corruption Action Day 2011 By BEM U KBM Unila) by Juharis Muba Andreas Ginting

(1)

(Case Study of Anti-Corruption Action Day 2011 By BEM U KBM Unila) by

Juharis Muba Andreas Ginting

Movement of students respond to different situations and conditions on the basis of moral awareness, intellectual responsibility, social service and political awareness. The student movement has always emerged as a pioneer and initiator of an uprising that sparked support and similar acts of political and social

elements of other, sometimes in the escalating movement student movement eventually allied with elements of another power struggle until goal is reached. Movement capable students are able to turn a old system of government in power to a new system in accordance with the interests of society and the state, clearly illustrated the student movement as undermining the new order on the dictatorial regime of downy mildew May 1998 which changed with the new system in accordance with the expectations of society and state.

The study uses a case study type of research is more focused this study on the leadership of the mass demonstration commemorating the anti-corruption day, kesinergisan action takes place and action leader in the ordinance commanding such a large mass, to be able to know how to mobilize the leadership of a communicator in a large mass.

Demonstration of leadership in order to celebrate the anti-corruption worldwide on December 9, 2011 in Bandar Lampung was carried out which is the level of a local action, the action structure which is well established without a written memorendum or structure, because the structure of organizational communication is to be formed informal hose is formed only one day before and finished after the action took place so that there is a statment that the action of the existing structure is a structure of four-five hours. Leadership of the leadership actions were well received and arouse feelings of demonstrators, who delivered speeches highly evocative and moving the demonstrators.


(2)

(Studi Kasus Aksi Hari Anti Korupsi 2011 Oleh BEM UKBM Unila) Oleh

Juharis Muba Andreas Ginting

Gerakan mahasiswa merespon berbagai situasi dan kondisi tersebut atas dasar kesadaran moral, tanggung jawab intelektual, pengabdian sosial dan kepedulian politiknya. Gerakan mahasiswa selalu muncul sebagai pelopor dan inisiator dari sebuah aksi perlawanan yang memicu dukungan serta aksi-aksi sejenis dari unsur-unsur sosial politik lain, dalam eskalasi gerakan terkadang pergerakan mahasiswa akhirnya beraliansi dengan unsur-unsur kekuatan lain hingga tujuan perjuangan tercapai. Gerakan mampu mahasiswa mampu merubah suatu sistem lama dari pemerintahan yang berkuasa kepada sistem yang baru sesuai dengan kepentingan masyarakat dan negara, gerakan mahasiswa tergambar jelas saat meruntuhkan rezim diktator orde baru pada bulai mei 1998 yang berganti dengan sistem baru yang sesuai dengan harapan masyarakat dan negara.

Penelitian menggunakan tipe penelitian studi kasus yang lebih memfokuskan penelitian ini pada kepemimpinan massa aksi demonstrasi memperingati hari anti korupsi, kesinergisan aksi yang berlangsung serta tata cara pemimpin aksi dalam mengomandoi massa yang begitu besar, untuk dapat mengetahui bagaimana kepemimpinan seorang komunikator dalam memobilisasi massa yang besar. Kepemimpinan aksi demonstrasi dalam rangka memperingati hari anti korupsi sedunia pada tanggal 9 Desember 2011 ini dilaksanakan di Bandar lampung yang merupakan tingkatan sebuah aksi lokal, struktur aksi yang sudah terbentuk dengan baik tanpa ada sebuah memorendum atau struktur tertulis, karena struktur

komunikasi organisasi yang terbentuk ini bersifat informal yaitu hanya terbentuk selang satu hari sebelum dan selesai setelah aksi berlangsung sehingga ada sebuah statmentbahwa struktur aksi yang ada merupakan struktur empat kali lima jam. Kepemimpinan dari pimpinan aksi dapat diterima dengan baik dan menggugah perasaan peserta aksi, orasi-orasi yang disampaikan sangat menggugah dan menggerakan peserta aksi.


(3)

A. Latar Belakang Masalah

Rantai pergerakan mahasiswa lahir dari kondisi yang dihadapi masyarakat yang sudah tidak sesuai lagi dengan cita-cita negara dan harapan masyarakat. Ada jarak terbentang antara antara realitas dengan idealitas yang diharapkan.

Gerakan mahasiswa merespon berbagai situasi dan kondisi tersebut atas dasar kesadaran moral, tanggung jawab intelektual, pengabdian sosial dan kepedulian politiknya. Gerakan mahasiswa selalu muncul sebagai pelopor dan inisiator dari sebuah aksi perlawanan yang memicu dukungan serta aksi-aksi sejenis dari unsur-unsur sosial politik lain, dalam eskalasi gerakan terkadang pergerakan mahasiswa akhirnya beraliansi dengan unsur-unsur kekuatan lain hingga tujuan perjuangan tercapai. Gerakan mampu mahasiswa mampu merubah suatu sistem lama dari pemerintahan yang berkuasa kepada sistem yang baru sesuai dengan kepentingan masyarakat dan negara, gerakan mahasiswa tergambar jelas saat meruntuhkan rezim diktator orde baru pada bulai mei 1998 yang berganti dengan sistem baru yang sesuai dengan harapan masyarakat dan negara.


(4)

Era reformasi telah memberikan perubahan yang cukup mendasar khususnya terhadap kehidupan demokrasi Indonesia setelah sekian lama rezim orde baru yang represif membelenggu kehidupan demokrasi. Sejak munculnya masa reformasi di Indonesia, demonstrasi menjadi suatu hal yang sangat lumrah dan biasa terjadi di negeri ini, tidak hanya di kota besar seperti ibu kota, di kota-kota kecil pun demo bisa terjadi karena berbagai penyebab.

Pemerintahan yang sudah tidak lagi berpihak kepada kesejahteraan rakyat dan lebih menyukai kepentingan politiknya dibandingkan pemenuhan atas kehidupan rakyat yang dipimpinnya merupakan salah satu faktor yang membuat aksi unjuk rasa berlangsung, rakyat yang telah mengalamai kebuntuan menghadapi tekanan kehidupan di bidang sosial ekonomi serta tidak adanya sebuah perubahan yang dirasakan oleh masyarakat akan kehidupan yang layak dan ketidakadilan yang sering terjadi ditengah masyarakat.

Melihat berbagai ketidakpuasan yang terjadi di masyarakat atas kebijakan pemerintah yang tidak begitu berpihak kepada masyarakat cukup membuat mahasiswa tergugah untuk dapat memainkan fungsi dan perannya sebagai intelektual akademisi yaitu mahasiswa adalah intelektual-intelektual muda yang merupakan aset bangsa yang paling berharga, cadangan masa depan (iron stock) yaitu perjalanan sang waktu menjadikan regenerasi menjadi sebuah keniscayaan dimana mahasiswa adalah calon-calon pemimpin dimasa yang akan datang, agen perubahan (agent of change) yaitu mahasiswa sering kali menjadi pemicu dan pemacu perubahan dalam masyarakat dimana perubahan yang diinisiasi oleh


(5)

mahasiswa terjadi dalam bentuk teoritis maupun praktis harus dapat memberikan sumbangsih atas amanah yang diembankan kepadannya sebagai bagian intergral dari perguruan tinggi yang dikenal sebagai simbol intelektual maka pengabdian kepada masyarakat sesuai kompentensi intelektualnya merupakan tanggung jawab secara moral dan secara intelektual, sebuah gerakan mahasiswa juga pada

hakikatnya adalah gerakan intelektual karena intelektualitas merupakan ciri khas yang inheren dalam diri mahasiswa sebagai kelas menengah terdidik.

(Kusumah,2007:24).

Unjuk rasa atau demonstrasi (“demo”) adalah sebuah gerakan protes yang

dilakukan sekumpulan orang di hadapan umum. Unjuk rasa sebagai salah satu perwujudan demokrasi secara sosiologis merupakan hal yang wajar karena unjuk rasa juga merupakan katup penyelamat bagi kebuntuan (safe valve) aspirasi masyarakat. Dilihat dari aspek pengelolaan konflik unjuk rasa juga dapat dilihat as a tool of social engineeringsehingga adanya unjuk rasa memberikan harapan terjadinya perubahan kebijakan, karena terjadinya unjuk rasa juga disebabkan oleh tidak berfungsinya lembaga dan struktur sosial yang diharapkan, hal itu bahkan juga dianggap sebagai salah stau solusi dalam perubahan kebijakan. Unjuk rasa tidak hanya digunakan untuk menyatakan ketidaksetujuan tapi juga dimanfaatkan untuk mendukung suatu keadaan sehingga muncul pro dan kontra terhadap satu keadaan(Harahap, 2010 dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi).

Salah satu hal yang mendorong masyarakat, terutama para mahasiswa untuk mengadakan aksi demonstrasi adalah korupsi, tidak bisa dipungkiri, negeri kita ini


(6)

memiliki banyak sekali kasus korupsi yang kebanyakan dilakukan oleh para pejabat atau petinggi negara. Demonstrasi korupsi adalah suatu bentuk protes karena terjadinya korupsi yang dilakukan seseorang atau suatu lembaga. Korupsi yang merupakan perilaku pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri sendiri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalah gunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.

Korupsi adalah penyakit terbesar atas kebobrokan mental bangsa ini, korupsi sudah menjadi musuh besar dalam perjuangan bangsa Indonesia untuk menjadi negara yang maju, fenomena luar biasa tentang korupsi sudah menjadi bahasan disemua negara hingga tercetus sebuah hari yang senantiasa menghidupkan semangat anti korupsi yaitu hari anti korupsi. Hari anti korupsi global pada

tanggal 9 Desember ini tercetus setelah PBB merativikasi konvensi anti korupsi di Merida Mexico pada tanggal 9 Desember 2003, kemudian pada tahun berikutnya pemerintah Indonesia menetapkan tanggal 9 Desember diperingati sebagai hari anti korupsi nasional yang ditandai dengan dikeluarkannya Inpres No. 5 tahun 2004 tentang percepatan pemberantasan korupsi. Setiap tahunnya hari itu menjadi peringatan besar bagi mahasiswa untuk menyadarkan masyarakat akan kerugian yang ditimbulkan oleh praktek-praktek korupsi tersebut serta menumbuhkan semangat penolakan terhadap bentuk penyalahgunaan kekuasaan serta

mengingatkan para pemimpin bangsa ini agar tidak jadi lupa diri atas amanah yang mereka emban hanya karena kesenangan duniawi atas uang.


(7)

Keberhasilan akan semnagat perubahan suatu sistem lama dengan sistem baru dalam pemberantasan korupsi yang dilakukan mahasiswa dalam sebuah aksi demonstrasi berada di tangan pemimpin pergerakan mahasiswa yang secara resmi telah ditetapkan oleh massa aksi. Kepemimpinan massa aksi sangat berperan penting dalam keberlangsungan aksi yang akan dilakukan agar arah gerakan mahasiswa tepat sasaran dan menghasilkan sebuah era perubahan yang cukup baik ke depan dan tidak ditunggangi pihak manapun, karena pemimpin pergerakan memainkan beberapa fungsi yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakkan (actuating), pengawasan (controlling). Pemimpin-pemimpin dalam aksi demonstrasi di lapangan yang sangat berperan penting yaitu kordinator lapangan, komandan lapangan dan dinamisator lapangan. Kordinator lapangan adalah pemimpin keseluruhan aksi, ia yang memandu berjalannya aksi sesuai dengan rencana yang disusun oleh tim konseptor, komandan lapangan berperan sebagai pemegang komando yang langsung berkomunikasi dengan peserta aksi, sedangkan dinamisator lapangan berperan sebagai tim yang mendinamisasikan agenda-agenda aksi. (Kusumah, 2007: 67).

Gerakan-gerakan yang dilakukan mahasiswa memberikan sebuah perubahan pada suatu sistem dengan ketekunannya berjalan pada jalan ideologinya, sebuah

keberhasilan yang tercipta untuk membentuk karakter perjuangan bangsa dalam mencapai suatu era baru yang lebih baik dengan membongkar era yang lama dengan gerakan aksi demonstrasi mahasiswa yang dpimpin oleh pemimpin aksi demonstrasi telah terbukti keberhasilan dalam merubah satu sistem alam yang tidak lagi sesuai dengan harapan masyarakat dan negara ke arah sistem yang baru


(8)

yang lebih baik. Dari latar belakang di atas peneliti mulai mengamati dan menganalisis bagaimana kepemimpinan massa aksi dalam memobilsisasi massa yang menjadi ujung tombak demonstrasi-demonstrasi besar yang memberikan era baru sepanjang sejarah pergerakan di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan di atas, maka peneliti merumuskan masalah yang akan di teliti tentang bagaimana kepemimpinan massa aksi hari anti korupsi dalam memobilisasi massa?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana Kepemimpianan massa aksi hari anti korupsi dalam memobilisasi massa?

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini yaitu : 1. Secara Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu komunikasi dan juga dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya khususnya yang berkaitan dengan penelitian mengenai peninjauan tentang kepemimpinan seorang komunikator dalam sebuah kelompok aksi dapat memobilisasi massa yang besar.


(9)

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran penulis memberikan gambaran dan informasi yang manfaat bagi rekan-rekan mahasiswa dan masyarakat.


(10)

B. Tinjauan Kepemimpinan dan Kelompok 1. Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan cabang dari kelompok ilmu administrasi. Dalam kepemimpinan itu terdapat hubungan antara manusia yaitu hubungan mempengaruhi (dari pemimpin) dan hubungan kepatuhan-ketaatan para pengikut/bawahan karena dipengaruhi oleh kewibawaan pemimpin. Para pengikut terkena pengaruh kekuatan dari pemimpinnya, dan bangkitlah secara spontan rasa ketaatan pada pemimpin.

Kepimimpinan dimaksudkan dalam kategori ilmu terapan dari ilmu-ilmu sosial, sebab prinsip-prinsip, definisi, dan teori-teorinya diharapakan dapat bermanfaat bagi usaha peningkatan taraf hidup manusia. Kepemimpinan sebagai cabang ilmu bertujuan untuk (Kartono,2004:31) :

1. Memberikan pengertian mengenai kepemimpinan secara luas 2. Menafsirkan dari tingkah laku pemimpin

3. Pendekatan terhadap permasalahan sosial yang dikaitkan dengan fungsi Pemimpin

Teori kepemimpinan (Kartono,2004:31) adalah :

1. Suatu penggeneralisasian dari suatu seri fakta mengenai sifat-sifat dasar dan perilaku pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinan.

2. Dengan menekankan latar belakang historis dan sebab-musabab timbulnya kepemimpinan serta persyaratan untuk menjadi pemimpin.


(11)

3. Sifat-sifat yang diperlukan oleh seorang pemimpin, tugas-tugas pokok dan fungsinya, serta etika profesi yang perlu dipakai oleh pemimpin.

Kepemimpinan terdapat di segenap organisasi, dari tingkat yang paling kecil dan intim, yaitu keluarga sampai ke tingkat desa, kota, negara, dari tingkat lokal, regional sampai nasional dan internasional, di mana pun dan kapan pun juga. Kepemimpinan adalah masalah relasi dan pengaruh antara pemimpin dan yang dipimpin. Kepemimpinan tersebut muncul dan berkembang sebagai hasil dari interaksi otomatis diantara pemimpin dan individu-individu yang dipimpin (ada relasi interpersonal). Kepemimpinan bisa berfungsi atas dasar kekuasan pemimpin untuk mengajak, mempengaruhi, dan menggerakan orang-orang lain guna melakukan sesuatu, keberadaan pemimpin itu selalu ada di tengan-tengah kelompoknya (anak buah, bawahan, rakyat).

Kepemimpinan muncul bersama-sama adanya peradaban manusia yaitu sejak zaman nabi-nabi dan nenek moyang manusia yang berkumpul bersama, lalu bekerja bersama-sama untuk mempertahankan eksistensi hidupnya menantang kebuasan binatang alam sekitarnya. Sejak itulah terjadi kerja sama

antarmanusia, dan unsur kepemimpinan. Pada saat itu pribadi yang di tunjuk sebagai pemimpin ialah orang-orang yang paling kuat, paling cerdas, dan paling berani. Sebagai contoh kautilya dengan tulisannya (Arthasastra,321 sebelum masehi) menuliskan ciri-ciri khas seorang perwira yang ditunjuk sebagai pemimpin ialah :

1. Pribumi, lahir dari keturunan 2. Sehat, kuat, berani, ulet


(12)

4. Punya watak yang murni, dengan sifat-sifat utama: penuh kebaktian, setia taat pada kewajiban, punya harga diri kokoh pendiriannya memiliki antusiasme, bijaksana, mampu, melihat jauh ke depan 5. Ramah-ramah. baik hati, sopan santun

6. Terampil, terlatih baik dalam bidang seni 7. Mempunyai pengaruh (Kartono,2004:31)

Dengan dapat dinyatakan pemimpin dan kepemimpinan itu dimana pun juga dan kapan pun juga selalu diperlukan, khususnya pada zaman modern sekarang dan di masa-masa mendatang.

Dalam setiap generasi seorang pemimpin tidak muncul begitu saja tanpa ada hal yang melandasainya untuk dapat menjadi tokoh yang dominan dalam setiap kelompok. menurut Kartono( 2004:31) ada beberapa teori yang menggambarkan landasan munculnya seorang pemimpin antara lain: a. Teori genetis menyatakan sebagai berikut :

1. Pemimpin itu tidak di buat, akan tetapi lahir jadi pemimpin oleh bakat-bakat alami yang luar biasa sejak lahirnya.

2. Dia ditakdirkan lahir menjadi pemimpin dalam situasi kondisi yang bagaimanapun juga, yang khusus.

3. Secara filosofi, teori tersebut menganut pandangan deterministis b. Teori Sosial (lawan teori genetis) menyatakan sebagai berikut :

a. Pemimpin itu harus di siapakan, dididik, dan dibentuk, tidak dilahirkan begitu saja

b. Setiap orang bisa menjadi pemimpin, melalui usaha penyiapan dan pendidikan serta didorong oleh kemauan sendiri.


(13)

c. Teori Ekologis atau sintetis (muncul sebagai reaksi dari kedua teori di atas terdahulu).

Menyatakan bahwa seseorang akan sukses menjadi pemimpin, bila sejak lahirnya dia telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan, dan bakat-bakat ini sempat dikembangkan melalui pengalaman dan usaha pendidikan, juga sesuai dengan tuntutan lingkungan ekologisnya. (Kartono,2004:31)

Pemimpin itu mempunyai sifat, kebiasaan, temperamen, watak dan kepribadian sendiri yang unik khas sehingga tingkah laku dan gayanya yang membedakan dirinya dari orang lain. Gaya ataustylehidupnya ini pasti akan mewarnai perilaku dan tipe kepemimpinannya, sehingga munculah beberapa tipe kepemimpinan. Misalnya tipe-tipe karismatis, paternalistis, militeristis, otokratis,laissez faire, populis, administratif, demokratis. (Wahjosumidjo, dalam Kartono, 2004:34) menggambarakan beberapa watak dan tipe-tipe pemimpin atas tiga pola dasar, yaitu: berorientasi tugas (task orientation), berorientasi hubungan kerja (relationship orientation),berorientasi hasil yang efektif(effectives orientation.)

Dari penggambaran tiga pola dasar pemimpin dan tipe-tipenya kemudian Wahjosumidjo menjelaskan pola dasar tersebut kedalam delapan tipe kepemimpinan yaitu:

1. Tipe deserter (pembelot)

Sifatnya : bermoral rendah, tidak memiliki rasa keterlibatan, tanpa pengabdian, tanpa loyalitas dan ketaatan, sukar diramalkan. 2. Tipe birokrat

Sifatnya:correct, kaku, patuh pada peraturan dan norma-norma, ia adalah manusia organisasi yang tepat, cermat, berdisplin , dan keras.

3. Tipe misionaris (missionary)


(14)

4. Tipedeveloper(pembangun)

Sifatnya: kreatif, dinamis, inovatif, memberikan/melimpahkan wewenang dengan baik, menaruh kpercayaan pada bawahan.

5. Tipe otokrat

Sifatnya: keras, diktatoris, mau menang sendiri, keras kepala, sombong, bandel.

6. Benevolent autocrat(otokrat yang bijak)

Sifatnya: lancar, tertib, ahli dalam mengorganisir, besar rasa keterlibatan diri.

7. Tipecompromiser(kompromis)

Sifatnya: plintat-plintut, selalu mengikuti angin tanpa pendirian, tidak mempunyai keputusan, berpandangan pendek dan sempit.

8. Tipe eksekutif

Sifatnya: bermutu tinggi, dapat memberikan motivasi yang baik, berpandangan jauh, tekun.

Pemimpin merupakan seorang sosok yang sangat penting dalam memberikan jalan terang bagi para pengikutnya agar tidak salah arah, karena pemimpin dianggap lebih cerdas dalam menentukan pilihan yang baik untuk para pengikutnya serta dapat menggerakan para pengikutnya dengan

kemampuannya, berikut ini konsepsi mengenai persyaratan kepemimpinan: 1. Kekuasaan ialah kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan

wewenang kepada pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakan bawahan untuk berbuat sesuatu

2. Kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan, keutamaan, sehingga orang

mampu “mbawani” atau mengatur orang lain, sehingga orang tersebut

patuh pada pemimpin, dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.

3. Kemampuan ialah segala daya, kesanggupan, kekuatan dan

kecakapan/keterampilan teknis maupun sosial, yang dianggap melebihi dari kemampuan anggota biasa ( Kartono,2004:36)


(15)

Beberapa pendapat lain mengenai syarat-syarat kepemimpin bermunculan sesuai dengan kriteria dan pandangan masing-masing, Pemimpin harus memliki beberapa kelebihan (Stogdill, 1974 dalam Kartono, 2004:36) yaitu:

1. Kapasitas: kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara atauverbal facility,keaslian, kemampuan menilai.

2. Prestasi/achievement: gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan, perolehan dalam olahraga dan atletik dan lain-lain.

3. Tanggung jawab: mandiri, berinisiatif, tekun, ulet, percaya diri, agresif, dan punya hasrta untuk unggul.

4. Partispasi: aktif, memilki sosiabilitas tinggi, mampu bergaul, kooperatif atau suka bekerja sama, mudah menyesuaikan diri, punya rasa humor. 5. Status: meliputi kedudukan sosial ekonomi yang cukup tinggi, popular,

tenar.

Dari pendapat tentang syarat seorang pemimpin, adapun kemampuan

pemimpin dan syarat yang harus dimiliki ialah (Nightingale and Schult,1965 dalam Kartono, 2004:37):

1. Kemandirian, berhasrat memajukan diri sendiri (induvidualism)

2. Besar rasa ingin tahu , dan cepat tertarik pada manusia dan benda-benda (curious)

3. Multiterampil atau memiliki kepandaian beraneka ragam. 4. Memilki rasa humor, antusiasme tinggi, suka berkawan. 5. Perfeksionis, selalu ingin mendapatkan yang sempurna 6. Mudah menyesuaikan diri, adaptasinya tinggi

7. Sabar namun ulet, serta tidak “mandek” berhenti

8. Waspada, peka, jujur, optimistis, berani, gigih, ulet, realistis. 9. Komunikatif, serta pandai berbicara atau berpidato

10. Berjiwa wiraswasta

11. Sehat jasmaninya, dinamis, sanggup dan suka menerima tugas yang berat, serta berani mengambil resiko.

12. Tajam firasatnya, tajam, dan adil pertimbangannya 13. Berpengetahuan luas, dan haus akan ilmu pengetahuan

14. Memiliki motivasi tinggi, dan menyadari target atau tujuan hidupnya yang ingin dicapai, dibimbing oleh idealism tinggi

15. Punya imajinasi tinggi, daya kombinasi dan daya inovasi.

Pemimpin itu harus memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan anggota-anggota biasa lainnya.Sebab karena kelebihan-kelebihan tersebut dia bisa berwibawa dan dipatuhi oleh bawahannya.Terutama sekali ialah kelebihan di


(16)

bidang moral dan akhlak, semangat juang, ketajaman inteligensi, kepekaan terhadap lingkungan, dan ketekunan-keuletan(Ausdauer), pemimpin yang penting lainnya ialah memilki integritas kepribadian tinggi, sehingga dia menjadi dewa-matang, bertanggung jawaban, dan susila.

Melihat dari semua persyaratan dan beberapa tipe serta gaya seorang pemimpin , seorang pemimpin juga memiliki sebuah pedoman yang akhirnya layak untuk dijadikan sebuah cerminan bagi bawahannya. Perkataan pemimpin/leader mempunyai macam-macam pengertian yaitu sebanyak pribadi yang meminati masalah pemimpin tersebut. karena itu kepemimpinan merupakan dampak interaktif dari faktor-faktor individu/pribadi dengan faktor situasi. Beberapa definisi dapat disebutkan dibawah ini: (Fairchild,1960:174 dan Alle,1969:214 dalam Kartono, 2004:39)

1. Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan kelebihan di satu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Jadi

pemimpin itu ialah seorang yang memiliki satu atau beberapa kelebihan sebagai predisposisi (bakat yang dibawa sejak lahir) dan merupakan kebutuhan dari satu situasi zaman, sehingga dia mempunyai kekuasaan dan kewibawaan untuk mengarahkan dan membimbing bawahan. Dia juga mendapatkan pengakuan serta dukungan dari bawahannya, dan mampu menggerakan bawahan kearah tujuan tertentu.


(17)

2. Pemimpin dalam pengertian luas ialah seorang yang memimpin dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir atau mengontrol usaha/upaya orang lain, atau melalui prestise,kekuasaan atau posisi. Dalam pengertian terbatas, pemimpin ialah seorang yang membimbing, memimpin dengan bantuan kualitas-kualitas persuasifnya, dan penerimaan secara sukarela oleh para pengikutnya. 3. Pemimpin itu ialah pemandu, petunjuk, penuntun, komandan.

4. Pemimpin ialah kepala aktual dari organisasi partai di kota, dusun atau subdivisi-subdivisi/bagian-bagian lainnya. Sekalipun dia itu secara nominal saja dipilih secara langsung atau tidak langsung oleh pemilih-pemilih pemberi suara partai, secara aktual dia itu sering dipilih atau satu klik kecil atausupervisorlangsung dari partai. Perbedaan antara boss (kepala, atasan, majikan) dan pemimpin, sebagian besar tergantung pada metode pemilihan dan tokoh pemimpinnya yang melaksanakan kekuasaan. 5. Pemimpin adalah pribadi yang memiliki kecakapan khusus, dengan

atau tanpa pengangkatan resmi dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya, untuk melakukan usaha bersama mengarah pada pencapaian sasaran-sasaran tertentu.

Dahulu orang menyatakan bahwa kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang pemimpin itu merupakan ciri bawaan sejak lahir, yang khusus ada pada dirinya, dan tidak dipunyai oleh orang lain. Sehingga dia disebut sebagaiborn leader(dilahirkan sebagai pemimpin). Karena itu sifat-sifat kepemimpinannya tidak perlu di ajarkan pada dirinya juga tidak bisa di tiru oleh orang lain. Dia


(18)

memiliki kepribadian unggul yang luar biasa, dengan bakat dan karisma yang cemerlang, di samping punya bakat seni memimpin yang tidak ada duanya. Seni memimpin ialah bakat, kreativitas, kemahiran yang luar biasa dari seseorang, dengan kepribadian yang unik, dengan teknik dan cara-cara memimpin yang istimewa guna mempengaruhi orang lain untuk berbuat

sesuatu mencapai tujuan bersama. Kepribadian pemimpin ialah “born leader”, memancarkan daya tarik yang luar biasa, sehingga menggugah rasa simpati, respek, kekaguman, afeksi, kesenangan dan emosi-emosi indah lainnya pada para pengikutnya. Pribadi pemimpin sedemikian itulah disebut memiliki bakat seni memimpin yang tidak bisa ditiru oleh orang lain.

Dalam menilai sukses atau gagalnya seorang dalam dapat dilakukan beberapa upaya dengan mengamati dan mencatat sifaat-sifat dan kualitas/mutu

perilakunya, yang dipakai sebagai kriteria untuk menilai kepemimipinan. Berikut ini sepuluh sifat pemimpin yaitu: (Tead,1963 dalam Kartono, 2004:44-45).

1. Energi jasmaniah dan mental (physical and nervous energy)

Hampir setiap pribadi pemimpin memiliki tenaga jasmani dan rohani yang laur biasa yaitu mempunyai daya tahan, keuletan, kekuatan atau tenaga yang istimewa yang tampaknya sepertio tidak akan pernah habis. 2. Kesadaran akan tujuan dan arah (A sense of purpose and direction)

Ia memiliki keyakinan yang teguh akan kebenarandan kegunaan dari semua perilaku yang dikerjakan, dia tahu persisi kemana arah yang akan ditujunya, serta pasti memberikan kemanfaatan bagi diri sendiri maupun bagi kelompok yang dipimpinnya.

3. Antusiasme (enthusiasm;semangat, kegairahan, kegembiraan yang besar) Pekerjaan yang dilakukan dan tujuan yang akan dicapai itu harus sehat, berarti, bernilai, memberikan harapan-harapan yang menyenangkan, memberikan sukses, dan menimbulkan semangat sertaesprit de corps. Semua ini membangkitkan antusiasme, optimism, dan semngat besar pada pribadi pemimpin mupun para anggotakelompok.


(19)

4. Keramahan dan kecintaan (friendliness and affection)

Affectionitu berarti kesayangan, kasih sayang, cinta simpati yang tulus, disertai kesedian berkorban bagi pribadi-pribadi yang disayangi.Sebab pemimpin ingin membuat mereka senang, bahagia, dan sejahtera.Maka kasih sayang dan dedikasi pemimpin bisa menjadi tenaga penggerak yang positif untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang menyenagkan bagi semua pihak.

5. Integritas (integrity;keutuhan, kejujuran, ketulusan hati)

Pemimpin itu harus bersifat terbuka, merasa utuh bersatu, sejiwa dan sepeersaan dengan anak buahnya bahkan merasa senasib dan

sepenanggungan dalam satu perjuangan yang sama. 6. Penguasaan teknis (technical mastery)

Setiap pemimpin harus memiliki satu atau beberapa kemahiran teknis tertentu, agar ia mempunyai kewibawaan dan kekuasaan untuk memimpin kelompoknya.

7. Ketegasan dalam mengambil keputusan (decisiyeness)

Pemimpin berhasil itu pasti dapat mengambil keputusan secara tepat, tegas dan cepat, sebagai hasil dari kearifan dan pengalamannya.

8. Kecerdasan (intelleigence)

Kecerdasan yang dimiliki oleh setiap pemimpin itu merupakan

kemampuan untuk melihat dan memahami dengan baik, mengerti sebab dan akibat kejadian, menem,ukan hal-hal yang krusial dan cepat

menemukan cara penyelesaiannya dalam waktu singkat. 9. Keterampilan mengajar (teaching skill)

Pemimpin yang baik itu adalah seseorang guru yang mampu menuntun, mendidik, mengarahkan, mendorong, dan menggerakan anak

buahnyauntuk berbuat sesuatu. 10. Keprcayaan (faith)

Keberhasilan pemimpin itu pada umunya selalu didukung oleh keprcayaan anak buahnya. Yaitu kepercayaan bahwa para anggota pasti dipimpin oleh dengan baik, dipengaruhi secara positif, dan diarahkan pada sasaran-sasaran yang benar.

Sedangkan George R. Terry dalam Kartono (2004: 47) menuliskan pemikrannya tentang sepuluh sifat pemimpin yang unggul, yaitu: : 1. Kekuatan

Kekuatan badaniah dan raohaniah merupakan syarat pko bagi pemimpin yang harus bekerja lama dan berat pada waktu-waktu yang lama serta tidak teratur, dan di tengah-tengah situasi-situasi yang sering tidak menentu. 2. Stabilitas emosi

Pemimpin yang baik itu memiliki emosi yang stabil artinya dia tidak mudah marah, tersinggung persaan, dan tidak meledak-ledak secara emosional.


(20)

Salah satu tugas pokok pemimpin ialah memajukan dan mengembangkan semua bakat serta potensi anak buah untuk bisa bersama-sama maju dan mengecap kesejahteraan.

4. Kejujuran

Pemimpin yang baik itu harus memiliki kejujuran yang tinggi yaitu jujur pada diri sendiri dan pada orang lain (terutama bawahannya).

5. Objektif

Pertimbangan pemimpin itu harus berdasarkan hati nurani yang bersih, supaya objektif (tidak subjektif, berdasar prasangka sendiri).

6. Dorongan pribadi

Keinginan dan kesedian untuk menjadi peimimpin itu hatus mincul dari dalam hati sanubari sendiri. Dukungan dari luar akan memperkuat hasrat sendiri untuk memberikan pelayanan dan pengabdian diri kepada

kepentingan orang banyak. 7. Keterampilan berkomunikasi

Pemimpin diharapkan mahir menulis dan berbicara, mudah menangkap maksud orang lain, cepat menangkap esensi pernyataan orang luar dan mudah memahami maksud para anggotanya.Juga pandai

mengkordinasikan macam-macam sumber tenaga manusia dan mahir mengintegrasikan berbagai opini serta aliran yang berbeda-beda untuk mencapai kerukunan dan keseimbangan.

8. Kemampuan mengajar

Pemimpin yang baik itu di harapkan juga menjadi guru yang

baik.Mengajar itu adalah membawa siswa secara sistematis dan intensional pada sasaran-sasaran tertentu, guna mengembangkan pengetahuan,

keterampilan/kemahiran teknis tertentu, dan menambah pengalaman mereka.

9. Keterampilan sosial

Pemimpin juga diharapkan memiliki kemampuan untuk “mengelola”

manusia, agar mereka dapat mengambangkan bakat dan

potensinya.Pemimpin dapat mengenali segi-segi kelemahan dan kekuatan setiap anggotanya, agar bisa ditempatkan pada tugas-tugas yang cocok dengan pembawaan masing-masing.Pemimpin juga mampu mendorong setiap orang yang dibawahnya untuk berusaha dan mengembangkan diri dengan cara-caranya sendiriyang dinggap paling cocok.

10. Kecakapan teknis dan kecakapan manajerial

Pemimpin harus superior dalam satu atau beberapa kemahiran teknis tertantu, juga memiliki kemahiran manajerial untuk membuat rencana, mengelola, menganalisa keadaan, membuat keputusan, mengarahkan, mengontrol dan memperbaiki situasi yang tidak mapan.(Terry,1960:)


(21)

2. Tinjauan Kelompok

Massa Aksi di gambarkan sebagai Kelompok Aksi oleh peneliti.

Groupatau kelompok yaitu sejumlah orang yang ada antarhubungan satu sama lain dan antarhubunganitu bersifat sebagai sebuah struktur. Sebuah kumpulan orang tanpa antar-hubungan adalah seperti segenggam pasir kering yang

cerai-berai kalau dilepaskan.Orang menyebutnya sebagai “agregasi”. Dengan

struktur sebuah kelompok orang dimaksudkan suatu susunan dari pola antarhubungan intern yang agak stabil. Biasanya sebuah struktur kelompok terdiri atas (Polak, 1985:137) :

1. Suatu rangkaian status-status atau kedudukan-kedudukan para anggotanya yang hirarki (dari atas ke bawah)

2. Social rolesatau peranan-peranan sosial yang berkaitan dengan status-status itu.

3. Unsur-unsur kebudayaan (nilai-nilai, norma-norma, model-model, dan sebagainya) yan mempertahankan, membenarkan, dan menggunakan struktur itu.

Dari struktur kelompok yang dijelaskan di atas, struktur tersebut memiliki khasiat sebagai berikut:

1. Menjamin kelangsungan hidup atau kontinuitas daripada kelompok. 2. Memungkinkan pelaksanaan fungsinya.

Ada kumpulan-kumpulan orang yang mengenal antarhubungansatu sama lain, tetapi yang tidak bersifat struktur yang dinamakan kolektivitas(collectiviteiten) (Doorn and Lammers, 1952 dalam (Polak, 1979:137)).


(22)

Norbet Elias menggunakan istilah “figurasi” yang lebih umum lagi dan

mencakup segala macam antar-hubungan. Sering sebuah kolektivitas yang tidak berstruktur dapat diberikan sebuah struktur dimana sifatnya struktur rabel. Misalnya sejumlah pemuda yang ber-antar-hubungan tetapi tanpa struktur merupakan sebuah kolektivitas. Tetapi bilamana orang mendirikan sebuah perkumpulan pemuda maka orang memberikan sebuah struktur kepadanya dan kolektivitas itu menjadi kelompok. struktur buatan sengaja itu

disebut “organisasi” (Elias, 1972 dalam Polak, 1979:137).

Gurvitch tidak memakai istilah group melainkan “groupment” (pengelompokan) yang olehnya dibagi dalam (Gurvitch, 1963: 310):

1. Yang tanpa struktur ( pada kita disebut: agregasi) 2. Yang berstruktur (pada kita disebut: kelompok)

3. Yang srtukturabel atau dapat diberikan struktur (dapat disebut kolektivitas)

a. Macam-macam Kelompok Sosial

Dalam tatanan kehidupan masyarakat ada kelompok-kelompok yang terbentuk dalam rangka menghimpun usaha-usaha manusia untuk mencapai tujuan bersama, kelompok-kelompok yang ada di tengah masyarakat itu diklasifikasi dalam berbagai macam kelompok (Abdulsyani, 2002, 2007: 105-113) yaitu

1. Kelompok kekerabatan

Dasar kekuatan ikatan dari kelompok semacam ini adalah system kekerabatan yang terdiri dari anggita keluarga, termasuk pula atas dasar persamaan pekerjaan atau sosial dalam masyarakat. Keanggotaan


(23)

kelompok masing-masing mempunyaiprestisetertentu sesuai dengan adat-istiadat yang berlaku. Ukuran yang paling utama bagi kelompok kekerabatan ini adalah bahwa individu lebih dekat atau tertarik dengan dengan kehidupan keluarga, tetangga atau individu lain yang dianggap dapat berfungsi membina kerukunan-kerukunan sosial dalam kehidupan mereka.

2. Kelompok utama dan kelompok skunder

Kelompok utama dan kelompok sekunder, oleh para ahli sering disebut sebagaiprimary groupdansecondary group,sebagian ahli lainnya menyebut sebagai kelompok kecil dan kelompok besar. Secara sosiologis kelompok ini sering disebut sebagaiwe feeling,dimana perasaan memiliki anggota terhadap kelompok yang besar. Para anggotanya saling membagi pengalaman, berencana dan memecahkan masalah bersama serta berusaha berusaha bersama dalam memenuhi kebutuhan bersama. Pengertiannya realtif sama, pembedannya, kelompok kecil dimana hubungan antar anggotanya leboh dekat(face to face), sedangkan kelompok-kelompok yang lebih besar, dimana hubungan antar anggotannya relatif jauh dan lebih luas. Charles H. Cooley memberikan sumbangan yang berharga untuk pengertian kelompok ialah dengan ajaran-ajaran tentang kepentingan kelompok-kelompok primer dalam proses pembetukan kepribadian. Dengan kelompok dimaksud sebagai kelompok yang mengenal antarhubungan langsung dan luas serta erat (Polak,1985:141). Alam hal ini ditunjukan kepada apa yang dikatakan diatas tentang perkembangan kesadaran tentang diri sebagaithe looking glass selfdan


(24)

tentang identifikasi serta pembentukan superego. Istilah kelompok primer adalah tepat jika diperhatikan bahwa kelompok-kelompok demikian, memanglah dialami pertama oleh manusia dalam kehidupannya ialah dengan lahirnya dalam sesuatu keluarga. Tetapi pula umat manusia mengalaminya pertama dalam evolusi sosial karena dalam keadaan primitive kelompok-kelompok biasanya amat kecil dan antarhunbungan sangat erat dan luas sekali. Disamping sifatnya yang pertama maka pengaruhnya juga utama dalam hal meletakan struktur dasar kepribadian. Dalam masyarakat modern terdapat amat banyak kelompok yang tidak mengenal antarhubungan langsung dan erat serta luas dan oleh karena itu, disebut kelompok sekunder, guna membedakannya dari kelompok primer. Antarhubungan perseorangan dan pribadi tidak lagi merupakan unsur khas bagi kelompok semacam itu. Seperti kita dapat menjumpainya amat banyak dalam kota besar modern. Apabila beberapa diantara kelompok tersebut masih mengenal kontak langsung, maka sifatnya adalah sering tidak pribadi tetapi terbatas, spesifik danzakelijk(tanpa peranaan, berdasarkan perhitungan). Dalam alat-alat komunikasi modern, terutama film, radio televisi mempunyai khasiat untuk memperkecil jarak dari kita seolah-olah berdekatan.

3. Gemeinschaft dan Gesellschaft

Adalah pokok pikiran tentang kelompok masyrakat yang dicetuskan Ferdinand Tonnies.Gemeinschaftadalah bentuk kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni,


(25)

bersifat alamiah dan bersifat kekal. Dasar dari hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang telah dikodratkan, kehidupan tersebut juga dinamakan juga bersifat nyata dan organis. Gesellschaftadalah kelompok yang didasari oleh ikatan lahiriah yang jangka waktunnya hanya terbatas.Gesellschafthanya bersifat sebagai suatu bentuk pikiran belaka serta sruktur-strukturnya bersifat mekanis sebagaimana dapat diumpamakan dengan sebuah mesin.

4. Kelompok formal dan informal

Kelompok formal adalah kelompok-kelompok yang sengaja diciptakan dan didasarkan pada aturan-aturan yang tegas. Aturan-aturan yang ada dimaksudkan sebagai sarana untuk mengatur hubungan antar anggotanya didalam setiap usaha mencapai suatu tujuannya. Status-status yang dimiliki oleh anggota-anggotannya diatur pula sesuai dengan pembatasan tugas dan wewenangnya. Sedangkan kelompok informal adalah kelompok-kelompok yang terbentuk karena kuantitas pertemuan yang cukup tinggi dan berulang-ulang. Setiap pertemuan dilakukan atas dasar kepentngan pengalaman masing-masing yang relatif sama.

5. Membership group dan Reference group

Membership groupmerupakan kelompok dimana setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut. Menurut Merton pengertiannya sama dengan apa yang disebut denganinformal group, hanya saja dalam kelompok ini anggota-anggotanya sering melakukan interaksi untuk membentuk kelompok-kelompok.Reference groupadalah kelompok sosial yang dijadikan sebagain perbandingan atau contoh bagi seseorang


(26)

yang bukan sebagai anggotannya, kemudian seseorang yang bersangkutan melakukan indentifikasi dirinya. Teori mengenaireferences goupyang dikembangkan sejak 1950 oleh R.K Merton merupakan suatu

perlengkapan penting dari pada pandangan summer mengenaiin group dan out groupyang ternyata terlalu sederhana. Belum tentulah seorang anggota suatu selalu merasakanout group feeling terhadap kelompok lain ada kemungkinan ia menerima norma-norma kelomok-kelompok lain, karena ia mengaguminya atau ingin menjadi angggotanya (Merton, 1950:128,158). Dalam masyarakat kita yang berbelit-belit, keanggotaan saja tidak muncukupi untuk menafsirkan gejala penyesuain dan

identifikasi. Yang menjadi penting ialah apa yang menjadi teladan, apakah kelompoknya sendiri? Atau apakah suatu kelompok ialahrefrences group seseorang.

Dipandang dari sudut adanya lapisan-lapisan dalam masyarakat, orang dapat pula membedakan antara kelompok horizontal dan kelompok vertikal. Artinya, sudah nampak dari istilah horizontal, bahwa para anggota kelompok yang bersangkutan ada pada suatu tingkat sosial yang sama. Sebaliknya, kelompok vertikal berarti bahwa para anggota ada pada berbagai tingkat, dari tingkat tinggi sampai tingkat rendah.Sebagai contoh suatu kelompok

horizontal dapatlah disebut serekat buruh (terutama pada saat permulaan perkembangannya). Sebagai contoh suatu kelompok vertikal dapatlah disebut jamaah keagamaan atau gereja. Apabila kita berukuran pada jenis fungi kelompok maka kita dapat membedakan antara kelompok agama, kelompok


(27)

orang yang mengikuti suatu pendidikan tertentu, kelompok penggemar olahraga, kelompok pengejar kesenangan, kelompok politik dan sebagainya.

Ada kelompok-kelompok yang sangat mementingkan banyak anggota, yakni yang coraknya massal tetapi ada pula yang menitiberatkan nilai anggota, jadi yang bersifat elite (orang terpilih) atau kader. Sebagai contoh pertama dapat disebutkan berbagai elite informal, dari orang kaya atau tinggi. Ataupun kriteria elite dapat berdasarkan prestasi ilmiah, kedudukan terkemuka dalam suatu jabatan dan sebagainya. Apabila kita lihat segala pembedaan kelompok yang tersebut di atas, maka patutlah diperhatikan dua hal. Pertama pembedaan kelompok itu biasanya bersifat dikhotomi, tetapi sebetulnya mengenla banyak bentuk peralihan di antara kedua ujungnya.Kedua hendaklah diperhatikan bahwa satu kelompok sering tidak hanya memenuhi satu, melainkan beberapa kritera sekaligus. Terdapat kelompok-kelompok yang bersifat sekaligus horizontal, tidak legal maupun bertindak terang-terangan.

b. Perasaan Dalam dan Luar Kelompok

Pengertian tentang kelompok mendapat suatu sumbangan penting, yang masih tetap berharga, dari William Graham Sumner dengan ajaranya tentangin group and out group feelingyaitu antara anggota suatu kelompok terdapat perasaan ikatan dari satu terhadap yang lain, yang disebut perasaan dalam kelompok atauin group , sebaliknya terhadap orang dari luar terdapat perasaan yang disebut luar kelompok atauout group(Polak,1979:141). Anggota grup sedikit di pandang sebagai orang kita bukan orrang lain,


(28)

keluarga sendiridan sebagainya, yakni ada sedikit banyak identifikasi diantara oknum dengan kelompoknya. Anggota kelompok lain dipandang asing, orang lain bukan orang kita. Apabila suasana kurang memuaskan maka tidak jarang orang dari kategori lain itu disebut atau dipanggil dengan nama ejekan

kategoris.

Perasaan dalam dan di luar kelompok merupakan dasar untuk sikap yang

disebutkan “etnhosentrisme”.Anggota dalam lingkungan suatu kelompok mempunyai kecenderungan untuk menganggap segala yang termasuk kebudayaan kelompok sendiri sebagai utama. Sesuai dengan kodrat, dan sebagainya, dan segala yang berbeda dan tidak termasuk kelompok sendiri dipandang kurang baik, ajaib, tidak susila, bertentangan dengan kehendak alam dan sebagainya. Kecenderungan ini disebut ethnosentris, yaitu sikap untuk menilai unsur-unsur kebudayaan lain dengan mempergunakan kebudayaan sendiri.

Kelompok Konvensional dan Informal: Banyak kelompok dalam masyarakat

bersifat sebagai “tertera”. Orang mmengetahuinya dan mempunyai kriteria -kriteria tentang siapa menjadi anggota dan siapa tidak, tetapi apabila kita melepaskan diri dari kriteria formal, maka tampaklah adanya banyak

kelompok-kelompok informal yang terkadang kehidupannya kurang stabil dan batas-batasnya kurang jelas, tetapi yang walaupun demikian sering memegang peranan penting dalam tubuh suatu kelompok formal yang lebih luas


(29)

Orang sering menamakannya pula sub-kelompok informal. Dipandang dari sudut oknum, maka kelompok-kelompok pekerja informal ini merupakan lingkungan-lingkungan pribadi, yang mempermudah integrasinya dalam organisasi perusahaan-perusahaan yang besar-besaran danzekelijkserta dingin dan ifisien. Dia tidak sendiri lagi menghadapi suatu organisasi raksasa yang teknis dan rasional semata-mata. Ia mempunyai kawan-kawan yang mengenal perasaanin groupsatu sama lain. Disamping peranaan sosialnya sebagai buruh (informal) yang hanya merupakan nomor belaka, ia mendapatkan status dan peranan sosial pribadi sebagai oknum dalam kelompok informalnya.

C. Tinjauan Tentang Aksi

Ada beberapa pendapat mengenai definisi atau pengertian tentang aksi. Aksi adalah gerakan, tindakan, sikap (gerak-gerak, tingkah laku) yang dibuat-buat kamu besar bahasa Indonesia (1998: 19). Aksi adalah suatu gerak perlawanan dan merupakan bagian atau tingkat awal dari suatu revolusi, maka setiap aksi

bagaimanapun sifat dan tingkatannya baik bersifat nasional atau daerah atau lokal, bersifat bersama-sama atau sendiri-sendiri, terkordinasi atau terpisah-pisah, meluas atau sporadik, maupun tingkatannya besar atau kecil, berat atau ringan semua merupakan bagian yang tidak dapat lepas dari jalan menuju revolusi (Sastro dalam Rizco, 2008 : 17).

Berdasarkan beberapa definisi tentang aksi diatas maka dapat disimpulkan bahwa aksi adalah suatu gerakan sekaligus komunikasi politik dan merupakan


(30)

manifestasi dan tingkat kesadaran manusia terhadap realitas dan merupakan tingkat awal dari sautu perubahan.

1. Sifat-Sifat Aksi

Dalam suatu aksi terlebih dahulu kita harus tahu dan mengerti tentang sifat aksi yang akan dilakukan .sebuah aksi dapat bersifat politik, ekonomi, dan sosial. Aksi juga dapat bersifat nasional dan lokal (kedaerahan). Disamping itu, sebuah aksi juga dapat bersifat bersama atau kelompok dan bersifat sendiri-sendiri atau individu.Terkordinasi atau terpisah-pisah, meluas atau sporadis. (Lembaga penelitian dan pengembangan sosial (2001:1) dalam Rizco, 2008 : 18).

2. Sasaran Aksi

Sasaran aksi pada pokonya ada tiga macam yaitu aksi politik, ekonomi, dan sosial, namun sasaran aksi yang sering disebutkan hanya ada dua macam yaitu aksi politik dan sosial ekonomi, karena aksi sosial dan ekonomi sering sangat berhubungan, kadang-kadang tidak jelas batasnnya

a. Aksi politik

Aksi politik aksi yang paling tinggi dan paling berat. Tinggi dalam arti kualitasnya dan berat dalam arti konsekuensinya atau resikonya.Aksi politik ini berhadapan dengan kekusaan pemerintah seperti aksi menuntut pemecatan dan penggantian jabatan pemerintah yang merugikan


(31)

menuntut dibatalkan atau dijalankannya suatu undang-undang atau peraturan pemerintah.

b. Aksi Sosial Ekonomi

Aksi sosial ekonomi adalah aksi yang langsung menyangkut kepentingan sosial ekonomi bagi mereka yang melakukan aksi. Aksi sosial ekonomi adalah aksi yang langsung dan konkrit artinya pribadi-pribadi yang melakukan aksi biasa konkrit menerima dan langsung merasakan

kemenangan aksi. Aksi-aksi sosial ekonomi adalah tuntutan kenaikan upah atau gaji. Tunjangan keluarga, perbaikan makanan, perbaikan kesehatan dan obat-obatan, tuntutan cuti dan sebagainya (Lembaga penelitian dan pengembangan sosial (2001: 3-4) dalam Rizco, 2008 : 19).

3. Tingkatan Aksi

Proses aksi dari yang paling ringan sampai yang paling berat yaitu dimulai dari bertanya, usul, menuntut dan sampai berlawanan. Di samping itu proses aksi dapat dimulai dari

a. Hal yang paling kecil sampai paling besar yaitu dimulai dari delegasi kecil sampai delegasi besar dari aksi sebagian-sebagian sampai aksi total

menyeluruh.

b. Aksi jangka pendek sampai jangka panjang c. Aksi di tempat (lokal) sampai aksi nasional

Tingkatan-tingkatan itu tidak berarti setiap aksi harus dimulai dari yang paling ringan atau dari yang paling kecil dulu. Tetapi bisa juga dimulai tidak


(32)

dari yang paling rendah atau ringan, itu tergantung pada persoalan dan syarat-syaratnya (Lembaga penelitian dan pengembangan sosial (2001: 3-4) dalam Rizco, 2008 : 20).

4. Syarat-syarat Aksi

Syarat-syarat aksi harus serius sebelum aksi itu dimulai atau dilakukan jika syarat-syarat aksi kurang diperhatikan (diabaikan, diremehkan, kurang serius), maka aksi bias subjektif yang akibatnya bias merusak barisan kekuatan karena sasarannya lebih besar daripada kekuatannya terlalu maju sampai melalui batas kekuatan karena sasarannya lebih kecil daripada kekuatannya(terlalu lamban dan jauh dari sasaran yang semestinya bisa dicapai).

Adapun syarat-syarat aksi adalah :

a. Motivasinya jelas, artinya dasar atau alasannya konkrit mengapa aksi itu dilakukan.

b. Tuntutannya objektif , artinya tuntutannya wajar hingga bukan tidak mungkin bisa dipenuhi oleh yang dituntut.

c. Sasarannya tepat, artinya aksi ditujukan langsung pada persoalan yang objektif dan pada pemegang kendalinya

d. Dipahami dan didukung oleh massa yang berkepentingan e. Dapat menarikfrontatau tidak menambah lawan

f. Persiapan cukup artinya tidak spontan atau tidak dengan perhitungan-perhitungan yang sudah matang.


(33)

g. Keberanian melawan massa yang berkepentingan sudah timbul, artinya massa yang berkepentingan sudah berani untuk bangkit berlawanan melakukan aksi.

Syarat-syarat diatas harus sudah siap sebelum aksi dilakukan sedangkan jika ada kekurangan (kelemahan) pada saat aksi berjalan, maka kekurangan itu harus cepat diatasi (Lembaga penelitian dan pengembangan sosial (2001: 6) dalam Rizco, 2008 : 21).

Dalam melaksanakn saebuah aksi akan ada massa aksi yang mendukung agar sebuah aksi dapat berjalan dengan baik, massa aksi dalam sebuah aksi

demonstrasi sangat penting perannya untuk memberi sebuah posisi tawar dalam sebuah aksi.

Konsep massa aksi Bung Karno banyak dipengaruhi oleh tulisan serupa dari Tan Malaka, ditambah pengalaman partai sosialis demokrat di Belanda dan Jerman. Tan Malaka misalnya mengatakan: panggil dan himpunkannlah orang-orang yang berjuta-juta dari kota dan desa, pantai dan gunung, ke bawah panji-panji revolusioner.

Menurut Bung Karno massa bukanlah Cuma rakyat jelata yang berjuta-juta saja, melainkan kata rakyat jelata yang sudah meleburkan semangatnya menjadi satu, kemauan satu, dan tekad yang satu. Massa aksi adalah aksinya rakyat jelata yang karena tumpukan penindasan yang sudah tidak tertahankan, menjadi sadar dan berkehendak membuat perubahan radikal. Sebuah massa aksi yang benar-benar menggambarakan sebuah massa aksi yang

sesungguhnya jikalau rakyat jelata sudah berniat membongkar semua keadaan tua (sistem sosial lama) dan menggantinya dengan keadaan baru (sistem sosial


(34)

baru). Suatu massa aksi mesti dipandu oleh cita-cita idealisme masyarakat baru ini pula yang membedakan massa aksi dengan massal aksi, massa yang radikal tapi hanya sesaat saja. Bung karno menegaskan memang massa itu selamanya radikal, selamanya berjuang menjebol keadaan lama dan membangun masyarakat baru.

D. Tinjauan Tentang Mobilisasi

Mobilisasi adalah tindakan pengerahan dan penggunaan secara serentak sumber daya nasional serta sarana dan prasarana nasional yang telah dibina dan

dipersiapkan sebagai komponen kekuatan pertahanan keamanan negara untuk digunakan secara tepat, terpadu, dan terarah bagi penanggulangan setiap ancaman, baik dari luar maupun dari dalam negeri. Lawan kata dari mobilisasi adalah

demobilisasi.

Dalam hal ini seluruh atau sebagian wilayah negara dalam keadaan bahaya, Presiden dapat menyatakan mobilisasi. Mobilisasi dikenakan terhadap warga negara, sumber daya alam, sumber daya buatan, serta sarana prasarana nasional yang dimiliki negara, swasta, dan perseorangan termasuk personel yang

mengawakinya.

1. Asas Penyelenggaraan Mobilisasi

Penguasa penyelenggaraan mobilisasi adalah penguasa keadaan bahaya berdasarkan peraturan perundang-undangan.


(35)

a. Asas kesemestaan, menjangkau seluruh masyarakat di segala aspek kehidupan nasional secara adil dan merata

b. Asas manfaat, mengarah kepada peningkatan upaya mewujudkan kepentingan keamanan nasional

c. Asas kebersamaan, setiap warga negara dalam lapisan masyarakat secara bersama-sama harus memperoleh dan menggunakan kesempatan yang sama dalam peran serta membela negara

d. Asas legalitas, upaya pertahanan keamanan negara dikembangkan

berdasarkan ketentuan hukum sehingga saat diperlukan dapat digerakkan secara formal dan sah

e. Asas selektivitas, Potensi kekuatan pertahanan keamanan negara

dilaksanakan secara selektif dengan mendahulukan yang paling siap dan paling tepat sebagai bagian kekuatan operasional pertahanan keamanan. f. Asas efektifitas, pengembangan kekuatan pertahanan keamanan negara

harus dijamin efektif dalam pelipat gandaan kekuatan melalui mekanisme mobilisasi, baik ragam, jumlah maupun mutu

g. Asas efisiensi, pengembangan kekuatan pertahanan keamanan negara harus dijamin efektif dalam pelipat gandaan kekuatan melalui mekanisme mobilisasi, baik dalam waktu, proses maupun penyaluran kekuatan; dan h. Asas kejuangan, penyelenggara dan seluruh rakyat harus memiliki mental,

tekad, jiwa dan semangat pengabdian, kerelaan berkorban, dan disiplin yang tinggi dengan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara serta dilaksanakan dengan penuh kejujuran, kebenaran, dan keadilan.


(36)

2. Mobilisasi dalam Sejarah

Mobilisasi adalah tindakan mengumpulkan dan membentuk pasukan dan suplai untuk persiapan perang. Rencana mobilisasi yang rumit merupakan salah satu sebab Perang Dunia I, karena pada tahun 1914, berdasarkan hukum dan kebiasaan perang pada masa itu, mobilisasi umum dari kekuatan militer suatu negara dianggap sebagai pernyataan perang. Pada tanggal 28 Juli1914, Tsar Nicholas II dari Rusia memerintahkan mobilisasi parsial untuk

menghadapi Austro-Hungaria. Dia hanya memerintahkan mobilisasi parsial karena dia tidak berperang dengan Jerman, dan rencana militer Rusia pada saat itu berdasarkan asumsi bahwa Rusia akan berperang dengan Austro-Hungaria dan Jerman pada saat bersamaan. Militerisme sangat kuat sehingga para pemimpin militer takut akan terjadi kekacauan jika rencana ini berubah, sehingga pada 29 Juli1914, Tsar memerintahkan mobilisasi penuh. Karena hal ini maka Jerman menyatakan perang terhadap Rusia. Tentara Jerman

dimobilisasi berdasarkan Rencana Schlieffen, yang menggunakan asumsi perang dua front dengan Rusia dan Perancis. Seperti Rusia, Jerman

memutuskan untuk mengikuti rencana dua front meskipun hanya menghadapi satu front. Jerman menyatakan perang dengan Perancis pada 3 Agustus1914, sehari setelah mengeluarkan ultimatum terhadap Belgia untuk meminta hak bagi pasukannya untuk melewati wilayah Belgia sebagai bagian dari manuver putar. Akhirnya Inggris menyatakan perang terhadap Jerman karena

melanggar netralitas Belgia. Aliansi dari Triple Alliance dan Triple Entente membuat rencana mobilisasi yang rumit dan menyeret semua negara adikuasa di Eropa ke dalam Perang Dunia I.


(37)

E. Tinjauan Komunikasi Organisasi, Kelompok dan retorika dalam Kepemimpinan

1. Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah. Komunikasi organisasi mengandung tujuh konsep kunci yaitu proses, pesan, jaringan, saling tergantung, hubungan, lingkungan dan ketidakpastian.

a. Poses

Suatu organisasi adalah suatu sistem terbuka yang dinamis yang

menciptakan dan saling menukar pesan di antara anggotanya. Karena gejala menciptakan dan menukar informasi ini berjalan terus menerus dan tidak ada henti-hentinya maka dikatakan sebagai suatu proses.

b. Pesan

Pesan adalah susunan simbol yang penuh arti tentang orang, objek, kejadian yang dihasilkan oleh interaksi dengan orang. Untuk berkomunikasi

seseorang harus sanggup menyusun suatu gambaran mental, memberi gambaran itu nama dan mengembangkan suatu perasaan terhadapnya. Komunikasi tersebut efektif kalu pesan yang dikirimkan itu diartikan sama dengan apa yang dimaksudkan oleh si pengirim. Misalkan seorang pimpinan melihat pekerjaan bawahannya tidak beres, lalu berkata dengan suara keras

“apa ini pekerjaan kamu?” sambil menepuk meja. Isi pesan adalah


(38)

komunikasi organisasi kita mempelajari ciptaan dan pertukaran pesan dalam seluruh organisasi. Pesan dalam organisasi dapat melihat menurut beberapa klasifikasi yang berhubungan dengan bahasa, penerima yang dimaksud, metode difusi, dan arus tujuan dari pesan.

c. Jaringan

Organisasi terdiri dari satu seri orang yang tiap-tiapnya memduduki posisi atau peranan tertentu dalam organisasi. Ciptaan dan pertukaran pesan dari orang-orang tersebut sesamanya terjadi melewati suatu set jalan kecil yang dinamakan jaringan komunikasi. Suatu jaringan komunikasi ini mungkin hanya mencakup dua orang, bebrapa orang atau keseluruhan organisasi. Hakikat dan luas dari jaringan ini dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain hubungan peranan, arah dan arus pesan, hakikat seri dari arus pesan, dan isi dari pesan. Faktor yang mempengaruhi jaringan komunikasi, yaitu :

a. Peranan tingkah laku dalam suatu organisasi atau posisi.

b. Arah dari jaringan. Secara tradisional ada tiga arah dari jaringan komunikasi yaitu komunikasi kepada bawahan, komunikasi kepada atasan, komunikasi horizontal.

c. Proses serial dari pesan. Proses serial ini adalah suatu istilah komunikasi yang maksudnya selangkah demi selangkah atau dari orang kepada orang lain.

d. Keadaan saling Tergantung

Konsep kunci komunikasi organisasi keempat adalah keadaan yang saling tergantung satu bagian dengan bagian lainnya. Hal ini telah


(39)

menjadi sifat dari suatu organisasi yang merupakan suatu sistem terbuka. Bila suatu bagian dari organisasi mengalami gangguan maka akan berpengaruh kepada bagian lainnya dan mungkin juga akan berpengaruh kepada seluruh sistem organisasi. Begitu juga halnya dengan jaringan komunikasi dalam suatu oraganisasi, saling melengkapi. Implikasinya, bila pimpinan membuat suatu keputusan dia harus memperhitungkan implikasi keputusan itu terhadap organisasinya secara menyeluruh.

e. Hubungan

Organisasi adalah suatu sistem terbuka, sistem kehidupan sosial maka untuk berfungsinya bagian-bagian itu terletak pada tangan manusia. Dengan kata lain, jaringan melalui mana jalannya arus pesan dalam organisasi

dihubungkan oleh manusia. Oleh karena itu hubungan manusia dalam suatu organisasi yang memfokuskan kepada tingkah laku komunikasi dari orang yang terlibat dalam suatu hubungan perlu dipelajari.

Sikap,skill,moral dari seseorang pengawas misalnya mempengaruhi dan dipengaruhi oleh hubungan yang bersifat organisasi. Hubungan manusia dalam organisasi berkisar mulai dari yang sederhana yaitu hubungan diantara dua orang atau diadik sampai kepada hubungan yang kompleks yaitu hubungan dalam kelompok-kelompok kecil maupun besar, dalam organisasi. Hubungan ini dibedakan menjadi hubungan yang bersifat hubungan individual, kelompok dan hubungan organisasi.


(40)

f. Lingkungan

Yang dimaksud dengan lingkungan adalah semua totalitas secara fisik dan faktor sosial yang diperhitungkan dalam pembuatan keputusan mengenai individu dalam suatu sistem. Lingkungan ini dapat dibedakan atas lingkungan internal dan lingkungan eksternal.

Lingkungan internal adalah personalia (karyawan), staf, golongan fungsional dari organisasi, dan komponen organisasi lainnya seperti tujuan, produk dan sebagainya. Sedangkan lingkungan eksternal dari organisasi adalah

langganan, leveransir, saingan dan teknologi. Komunikasi organisasi terutama berkenaan dengan traksaksi yang terjadi dalam lingkungan internal organisasi yang terdiri dari organisasi dan kulturnya, dan antara organisasi itu dengan lingkungan eksternalnya. Yang dimaksud dengan kultur

organisasi adalah pola kepercayaan dan harapan dari anggota organisasi yang menghasilkan norma-norma yang membentuk tingkah laku individu dan kelompok dalam organisasi.

Organisasi sebagai suatu sistem terbuka harus berinteraksi dengan

lingkungan eksternalnya, seperti teknologi, ekonomi, Undang-undang dan faktor sosial. Dewasa ini organisasi harus memonitor faktor lingkungan eksternalnya meliputi Peraturan Pemerintah (PP), isu dalam masyarakat, kontroversi politik, perbedaan kultur dan sebagainya. Karena lingkungan berubah-ubah maka organisasi memerlukan informasi baru. Informasi ini harus dapat mengatasi perubahan dalam lingkungan dan dengan


(41)

menciptakan dan pertukaran pesan, baik secara internal dalam unit-unit yang relevan maupun terhadap kepentingan umum secara eksternal.

g. Ketidakpastian

Yang dimaksud dengan ketidakpastian adalah perbedaan informasi yang tersedia dengan informasi yang diharapkan. Misalnya suatu organisasi memerlukan informasi mengenai aturan pemerintah yang berpengaruh terhadap produksi barang-barangnya. Jika organisasi ini banyak informasi mengenai hal ini maka mereka akan lebih pasti dalam memproduksi hasil organisasinya yang sesuai dengan standar yang ditentukan oleh pemerintah. Tetapi bila mereka tidak memperoleh informasi tersebut maka mereka ragu-ragu memproduksi barang-barangnya, apakah sesuai dengan standar yang ditentukan.

Untuk menguruangi faktor ketidakpastian ini organisasi menciptakan dan menukar pesan diantara anggota, melakukan suatu penelitian,

pengembangan organisasi, dan menghadapi tugas-tugas yang kompleks dengan integrasi yang tinggi. Ketidakpastian dalam suatu organisasi juga disebabkan oleh terlalu banyaknya informasi yang diterima daripada sesungguhnya diperlukan untuk menghadapi lingkungan mereka. Oleh karena itu, salah satu urusan utama dari komunikasi organisasi adalah menentukan dengan tepat seberapa banyaknya informasi yang diperlukan untuk mengurangi ketidakpastian tanpa informasi yang berlebih-lebihan.


(42)

Jadi ketidakpastian dapat disebabkan oleh terlalu sedikit informasi yang diperlukan dan terlalu banyaknya informasi yang diterima.

2. Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok(group communication)berarti komunikasi yang berlangsung antara seorang komuniator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang. Seprti telah diterangkan apabila komunikan seorang atau dua orang itu termasuk komunikasi antar pribadi. Sekelompok orang yang menjadi komunikan itu bisa sedikit, bisa banyak. Apabila jumlah orang yang dalam kelompok itu sedikit yang berarti kelompok itu kecil,

komunikasi yang berlangsung disebut komunikasi kelompok kecil (small group communication), jika jumlahnya banyak yang berarti kelompoknya besar dianamakan komunikasi kelompok besar(large group communiucation).

Sehubungan dengan itu sering timbul pertanyaan, yang termasuk komuniasi kecil itu jumlah komunikannya berapa orang, demikian pula komunikasi kelompok besar.Apakah 100 orang atau 200 orang itu termasuk itu termasuk kelompok kecil atau kelompok besar? Secara teoritis dalam ilmu komunikasi untuk membedakan komunikasi kelompok kecil dari komunikasi kelompok besar tidak didasarkan pada jumlah komunikan dalam hubungan secara matematik, melainkan pada kualitas proses komunikasi.


(43)

a. Karakteristik Komunikasi Kelompok

Karakteristik yang membedakan komunikasi kelompok kecil dari kelompok besar dapat dikaji dalam paparan berikut ini (Effendy, 1984:55).

1. Komunikasi Kelompok Kecil

Komunikasi kelompok kecil(small/micro group communication)adalah komunikasi yang ditujukan kepada kognisi komunikan, prosesnya berlangsung secara dialogis. Dalam komunikasi kelompok kecil

komunikator menunjukan psannya dalam benak atau pikiran komunikan, misalnya kuliah, ceramah, diskusi, seminar, rapat, dan lain-lain. Dalam situasi komunikasi seperti itu logika berperan penting. Komunikan akan dapat menilai logis tidaknya uraian komunikator. Ciri yang kedua dari komunikasi kelompok kecil ialah bahwa prosesnya berlangsung secara dialogis, tidak liner, melainkan sirkular. Umpan balik terjadi secara verbal.Komunikan dapat menganggap uraian komunikator, bisa bertanya jika tidak di mengerti dapat menyanggah bila tidak setuju dan lain sebagainya.

Dalam kehidupan sehari-hari begitu banyak jenis komunikasi kelompok kecil, antara lain, seperti telah di singgung di atas : yaitu rapat (rapat kerja, rapat pimpinan, rapat mingguan), kuliah, ceramah, brifing, penataran, lokakarya, diskusi panel, forum symposium, seminar, konferensi, kongres, curah saran (brainstorming)dan lain-lain. Di Indonesia sering dijummpai kesalahan dalam memberikan istilah mengenal suatu pertemuan tertentu.


(44)

bahasa inggrispanel discussion.Contoh lainnya adalah “seminar sehari”,

padahal kenyataannya bukan seminar melainkan symposium. Seminar tidak mungkin satu hari, sebab dalam seminar masalah yang dibahas untuk menghasilkan kesimpulan, harus ada sidang pleno dan sidang komisi. Seminar adalah pertemuan ilmiah, dimana para pesertannya adalah undangan yang diminta meyumbangkan pemikirannya. Oleh karena itu peserta seminar diberi biaya akomodasi, transportasi, konsumsi, di samping uang sidang bukannya harus membayar seperti yang biasa terjadi dalam seminar sehari.

2. Komunikasi Kelompok besar

Sebagai kebalikan dari komunikasi kelompok kecil, komunikasi kelompok besar (large/macro communication)adalah komunikasi yang ditujukan kepada efeksi komunikan, prosesnya berlangsung secara linear, Pesan yang disampaikan oleh komunikator dalam situasi komunikasi kelompok besar, ditujukan kepada afeksi komunikan, kepada hatinya atau persaannya. Contoh untuk komunikasi kelompok besar adalah misalnya rapat raksasa di sebuah lapangan. Jika komunikan pada komunikasi kelompok kecil pada umumnya bersifat homogen (antara lain sekelommpok orang yang sama jenis kelaminnya, sama pendidikannya, sama status sosialnya), maka komunikan pada komunikasi kelompok besar umunya bersifat heterogen, meraka terdiri dari individu-individu yang beraneka ragam dalam jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, agama, dan lain sebagainya.


(45)

Mereka heterogen dalam jumlah yang relatif sangat banyak dan berada di suatu tempat seperti di sebuah lapangan seperti itu, dalam psikologi disebut massa, yang dipelajari oleh psikologi massa.

Dalam situasi seperti itu khalayak yang diterpa suatu pesan komunikasi, menanggapinya lebih banyak dengan persaan ketimbang pikiran logika tidak berjalan. Mereka tidak sempat berpikir logis tidaknya pesan komunikator yang disampaikan kepadanya. Oleh karena pikiran didominasi oleh perasaan, maka dalam situasi kelompok besar terjadi apa yang dinamakan

contagion mentale” yang berarti wabah mental. Seperti halnya dengan wabah yang cepat menjalar, maka dalam situasi komunikasi seperti itu jika satuu orang menyatakan sesuatu akan segera diikuti oleh orang berteriak :

“Hidup bapak Pembangunan”, di ikuti oleh seluruh khalayak secara serentak “hidup”. Komunikator yang muncul dalam situasi kelompok besar yang menghadapi massa rakyat dinamakan orator atau retor, yang mahir memukau khalayak. Ia menyampaikan pesannya dengan suara keras dan lantang, nadanya bergelombang, tidak menonton, dan kata-katanya bombastis.

Khalayak tidak diajak berpikir logis, melainkan diajak berperasaan gairah. Seperti halnya dengan Hitler di Stadium Neurenberg semasa pearng dunia II, dalam situasi komunikasi seperti itu terjadi apa yang disebutinfectious exaltationatau penjalaran semangat yang bernyala-nyala, sejenis histeris


(46)

atau hipnotis secara kolektif atau hipnotis secara kolektif yang mempengaruhi pikiran atau tindakan.

Proses komunikasi kelompok besar bersifat linear, satu arah dari titik yang satu ke titik lain, dari komunikator ke komunikan. Tidak seperti pada

komunikasi kelompok kecil yang seperti telah di terangkan tadi berlangsung secara sirkular, dialogis, bertanya jawab.

3. Komunikasi Massa

Komunikasi melalui media massa modern yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum, dan film yang dipertunjukan di gedung-gedung bioskop. Hal tersebut dijelaskan karena pakar di antranya Everett M. Rogers yang

menyatakan bahwa selain media massa modern terdapat media massa tradisional yang meliputi teater rakyat, juru dongeng keliling, juru pantun dan lain-lain. Lazimnya media massa modern menunjukan seluruh sistem dimana pesan-pesan diproduksi, dipilih, disiarkan, diterima dan ditangkap. Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan, dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan media.

Melakukan kegiatan komunikasi massa jauh lebih sukar dari pada

komunikasi antar pribadi. Seorang komunikator yang menyampaikan pesan kepada ribuan pribadi yang berbeda pada saat yang sama, tidak akan bisa


(47)

menyesuaikan harapannya untuk memperoleh tanggapan secara pribadi. Suatu pendekatan yang bisa merenggakan kelompok lainnya. Seorang komuniktor melalui media massa yang mahir adalah seorang yang berhasil menemukan metode yang tepat untuk menyiarkan pesannya guna membina empati dengan jumlah terbanyak diantara komunikannya. Meskipun jumlah komunikan bisa mencapai jutaan, kontak yang fundamental adalah dua orang benak komunikator harus mengenai benak setiap komunikan.

Komunikasi massa yang berhasil ialah kontak pribadi dengan pribadi yang diulangi ribuan kali secara serentak.

Jadi ada dua tugas komunitor dalam media massa mengetahui apa yang ia ingin pesannya dalam rangka melancarkan penetrasi kepada benak

komunikan. Sebuah pesan yang isinya lemah dan dengan lemah pula disampaikan kepada tujuan orang bisa menimbulkan pengaruh yang kurang efektif sama sekali dibandingkan dengan pesan yang disampaikan dengan baik kepada komunikan yang jumlahnya kecil.

Komunikator yang muncul dalam situasi kelompok besar yang menghadapi massa rakyat yang besar dinamakan orator atau retor, yang mahir memukau khalayak. Ia menyampaikan pesannya dengan suara keras dan lantang, nadanya bergelombang, tidak menonton, dan kata-katanya bombastis. Khalayak tidak diajak berpikir logis, melainkan diajak berperasaan gairah. Seperti halnya dengan Hitler di Stadium Neurenberg semasa pearng dunia II, dalam situasi komunikasi seperti itu terjadi apa yang disebutinfectious


(48)

exaltationatau penjalaran semangat yang bernyala-nyala, sejenis histeris atau hipnotis secara kolektif atau hipnotis secara kolektif yang

mempengaruhi pikiran atau tindakan. Proses komunikasi kelompok besar bersifat linear, satu arah dari titik yang satu ke titik lain, dari komunikator ke komunikan. Tidak seperti pada komunikasi kelompok kecil yang seperti telah di terangkan tadi berlangsung secara sirkular, dialogis, bertanya jawab. Komunkator yang yang dapat berbicara di tempat yang luas dengan massa yang besar dan memberi pengaruh yang besar dalam setiap pesan-pesan orasi merupakan komunkatir yang telah cukup baik memahami seluk beluk dari teori retorika sehingga dapat menjadi orator yang baik.

3. Retorika dalam Kepemimpinan

Retorika atau dalam bahasa Inggrisrhetoricbersumber dari perkataan latin rhetoricayang berarti ilmu bicara. Retorika sebagai theart of using language effectivelyatau seni penggunaan bahasa secara efektif. Retorika mempunyai pengertian sempit: mengenai berbicara dan pengertian luas: penggunaan bahasa, bisa juga lisan, dapat juga tulisan. Oleh karena itu, ada sementara orang yang mengartikan retorika sebagaipublic speakingatau pidato di depan umum, banyak juga yang beranggapan bahwa retorika tidak hanya berarti pidato di depan umum, tetapi juga termasuk seni menulis (Effendy, 1984:55).

Apabila ditinjau dari ilmu komunikasi, bahasa sebagai lambang dalam proses komunikasi itu tidak berdiri sendiri, tetapi bertautan dengan komponen-komponen komunikasi lainnya: komunikator yang menggunakan bahasa itu,


(49)

pesan yang dibawakan oleh bahasa itu, media yang akan meneruskan bahasa itu, komunikan yang dituju oleh bahasa itu, dan efek yang diharapkan dari

komunikan dengan menggunakan bahasa itu.

Anda, para penulis retorika, terutama menggelorakan emosi. Ini memang baik tetapi ucapan-ucapan anda lalu tidak dapat dipertanggungjawabkan (Effendy, 1984:55). Tujuan retorika yang sebernanya adalah membuktikan maksud pembicaraan atau menampakkan pembuktiannya. Ini terdapat pada logika. Retorika hanya menimbulkan perasaan pada suatu ketika kendatipun lebih efektif daripada silogisme. Pernyataan yang menjadi pokok bagi logika dan juga bagi retorika akan benar bila telah diuji oleh dasar-dasar logika (Effendy,

1984:55)). Keindahan bahasa hanya dipergunakan untuk empat hal yaitu: membenarkan(corrective),memerintah(instructive),mendorong(sugestive), mempertahankan(defensive).Tiga bagian dalam membedakan struktur-struktur pidato yaitu pendahuluan, badan, kesimpulan. Dan dalam retorika suatu urain harus singkat, jelas, menyakinkan (Effendy, 1984:55)).

a. Retorika dalam Kepemimpinan

Seorang nasional bernama Manadi pada zaman penjajahan Belanda pernah

menulis artikel dalam surat kabar Fikiran Ra’jat tahun 1933 berdasarlan penyelidikan apakah semboyan yang berbunyi “janganlah bicara, tetapi berkerjalah” benar atau tidak. Kesimpulan Manadi ialah bahwa semboyan tersebut tidak benar. Semboyan kata menurut nasionalis tersebut, haruslah


(50)

Pendapat Manadi itu telah didukung sepenuhnya oleh Ir. Soekarno dalam artikelnya pada surat kabar yang sama dengan judul “sekali lagi ‘bukan jangan bicara, bekerjalah!” tetapi ‘banyak bicara, banyak bekerja!”. Dalam artikelnya

itu Bung karno dengan gayanya yang khas menandaskan betapa pentingnya

retorika dengan mengatakan antara lain: “titik berat pusatnya, pusatnya kita punya aksi haruslah terletak dalampolitieke bewustmak kingdanpilitieke actie,yakni didalam menggugahkan keinsyafan politik daripada rakyat dan didalam perjuangan politik daripada rakyat.

Sebagai seorang orator politik, siapa pun harus memiliki persyaratan yang meliputi aspek-aspek psikis maupun fisik, aspek teoritis dengan dilengkapi kegiatan praktek. Pada diri seorang orator politik harus terdapat faktor-faktor ethos, phatos,danlogos.Sejauh mana faktor-faktor tersebut dimiliki Bung Karno sebagai Proklamator Kemerdekaan Bangsa dan Negara menjelang 17 Agustus 1945? Faktor-faktorethos, phatos,danlogosyang tercakup oleh retorika dan dapat dijumpai padanya.

1. Ethosyang merupakan kredibilitas sumber(source credibility)tidak disangsikan lagi karena jelas perjuangannya untuk tanah air dan bangsa, jelas pengetahuannya berlandaskan pendidikan formal ditambah hasil studi literatur mengenai aspek kehidupan yang begitu mendalam dan meluas. Bagi Bung Karno, masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia merupakan life laboratory


(51)

2. Pathosmenunjukan imbauan emosional (emotional appeals). Dengan kata-kata yang terpilih, dengan kalimat bervariasi , dengan contoh-contoh sejarah sebagai ilustrasi, disertai gaya pengucapan yang kadang-kadang keras mengguntur, sekali-sekali lembut memelas, pandai sekali Bung Karno membuat orang yang mendengarkannya mempunyai perasaan menjadi manusia yang memiliki harga diri sebagai bangsa yang besar. 3. Logosmenunjukan imbauan logis (logical appeals)yang diketengahkan

dalam suatu pidato berdasarkan pemikiran yang mantap. Dimensi ini sering tampak pada Bung Karno manakala dia menghadapi khalayak cendikiawan, baik di kampus-kampus perguruan tinggi maupun pada berbagai kesempatan lainnya. Retorika memegang peranan penting dalam kepemimpinan (Effendy, 1984:61)

F. Kerangka pikir

Berbagai kondisi yang terjadi saat ini tidak lagi sesuai dengan apa yang di cita-cita negara pada umumnya dan jauh dari harapan masyarakat, ada jarak terbentang antara realitas dengan idealita yang diharapkan oleh masyrakat pada umunya. Mahasiswa yang merupakan bagian dari sebuah masyarakat yang terdidik sangat merespon berbagai situasi dan kondisi tersebut atas dasar kesadaran moral,

tanggung jawab intelektual, pengabdian sosial dan kepedulian politiknya. Sebagai agen perubahan yang mahasiswa bergerak melakukan tuntutan kepada pemerintah atas apa yang tidak seharusnya terjadi dalam masyarakat melalui aksi unjuk rasa dalam rangka untuk menggapai tuntutan mereka, dalam melaksanakan aksi unjuk


(52)

rasa mahasiswa harus menyiapakan segala sesuatunya terlebih dahulu terutama pemimpin massa aksi.

Peranan dari kepemimpinan massa aksi sangat berpengaruh penting atas

keberhasilan aksi unjuk rasa yang akan berlangsung. Kepemimpinan massa aksi yang baik akan menghasilkan akhir yang cukup baik juga bagi aksi unjuk rasa yang dilaksanakan, kepemimpinan massa aksi dapat menguasai massa aksi yang di pimpinnya dalam sebuah kelompok aksi yang heterogen. Dalam teori

komunikasi kelompok kepemimpinan massa aksi yang merupakan komunkator pada kelompok besar dengan massa yang cukup besar dapat mempengaruhi berbagai massa yang heterogen sebagai komunikannya. Pemimpin massa aksi harus mampu menguasai semua seluk beluk tentang aksi yang akan dilaksanakan serta apa yang akan di arahkan melaui pesan-pesan orasinya dengan penyampain yang baik sehingga dapat menunjukan kredibilitas kepemimpinan massa sebagai komunikator dalam komunikasi kelompok dengan massa yang begitu besar.


(53)

Kerangka Pikir

Bagan 1 Kerangka Pikir Mobilisasi Massa Aksi

Mahasiswa Fenomena di

masyarakat

Kepemimpinan dalam Kelompok Aksi

Komunikasi Organisasi

dan Teori Retorika

Ethos Pathos Logos


(54)

A. Penelitian Terdahulu

Penenlitian terdahulu dalam tinjauan pustaka untuk memudahkan peneliti

menentukan langkah-langkah yang sistematis. Penelitian terdahulu menjadi acuan atau gambaran untuk menunjang dan membantu proses penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian terdahulu kali ini peneliti mengambil penelitian yang berkaitan tentang gerakan sosial dan aksi demonstrasi yang menjadi sorotan utama peneliti dalam memahami bagaimana kepemimipinan dalam sebuah aksi

demonstrasi dapat mengkondisikan massa aksi. Berikut ini adalah tabel penelitian terdahulu yang dapat dilihat dibawah ini:


(55)

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. (Maleong, 2004: 6). Penelitian kualitatif sendiri adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Metode studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu (Bogdan dan Bikien, 1982). Surachrnad (1982) membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci. SementaraYin (1987) memberikan batasan yang lebih bersifat teknis dengan penekanan pada ciri-cirinya. Studi kasus hendaknya peneliti berusaha menguji unit atau individu secara mendalarn. Para peneliti berusaha menernukan sernua variabel yang penting (Ary, Jacobs, dan Razavieh, 1985).


(56)

Berdasarkan batasan tersebut dapat dipahami bahwa batasan studi kasus meliputi: (1) sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa, latar, dan dokumen; (2) sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu totalitas sesuai dengan latar atau konteksnya masing-masing dengan maksud untuk mernahami berbagai kaitan yang ada di antara variabel-variabelnya.

Peneliti menggunakan metode penelitian studi kasus jenis studi kasus observasi, yaitu mengutamakan teknik pengumpulan datanya melalui observasi peran serta atau pelibatan (participant observation), sedangkan fokus studinya pada suatu organisasi tertentu. Bagian-bagian organisasi yang menjadi fokus studinya antara lain: (a) suatu tempat tertentu di dalam organisasi; (b) satu kelompok anggota; (c) kegiatan organisasi.

Penelitian kualitatif ini juga dimaknai dengan serangkaian kegiatan penelitian yang mengembangkan pola pikir induktif dalam menarik suatu kesimpulan dari suatu fenomena tertentu. Pola pikir induktif ini adalah cara berpikir dalam rangka menarik kesimpulan dari sesuatu yang lengkap dari permasalahan yang bersifat khusus kepada yang sifatnya umum. Dengan pendekatan ini penulis dapat

memperoleh gambaran yang lengkap dari permasalahan yang dirumuskan dengan memfokuskan pada proses pencarian makna di balik fenomena yang muncul dalam penelitian. Dengan harapan agar informasi yang dikaji lebih bersifat komprehensif, mendalam, alamiah, dan apa adanya.


(57)

B. Fokus Penelitian

Penelitian ini akan memfokuskan pada pengamatan mengenai bagaimana

Kepemimpianan Massa Aksi Hari Anti Korupsi dalam Memobilisasi Massa pada bulan Desember 2011.

C. Kriteria Informan

Teknik pemilihan informan adalah teknikpurposive(disengaja). Teknikpurposive bersifat tidak acak, dimana subjek penelitian dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. (Singarimbun dan Effendi. 2000: 35)

Dalam penelitian ini yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah kordinator lapangan, komandan lapangan, dan dinamisator lapangan dari demonstrasi hari anti korupsi serta aktivis-aktivis yang ikut serta dalam

demonstrasi dan masyarakat yang berada disekitar aksi dengan kriteria sebagai berikut:

1. Informan telah lama terlibat dengan satu kegiatan yang menjadi sasaran perhatian peneliti.

2. Informan yang masih terkait secara penuh dan aktif pada lingkungan atau kegiatan yang menjadi sasaran.

3. Informan yang mempunyai cukup informasi, banyak waktu dan

kesempatan untuk diminta keterangan dan data yang dibutuhkan terkait masalah penelitian.


(1)

SANWACANA

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat, nikmat dan kehendak-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu dengan judul Kepemimpinan Massa Aksi Dalam Memobilisasi Massa (Studi Kasus Aksi Hari Anti Korupsi 9 Desember 2011 Oleh BEM U KBM Unila)“ sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan maupun penyususnan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritiknya yang membangun demi perbaikan yang lebih baik lagi. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dikemudian hari.

Berbekal kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, tanpa adanya bantuan, motivasi, dukungan dan semangat dari berbagai pihak skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar–besarnya kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu mengiringi langkah dan menguatkan dalam menghadapi semua cobaan hidup.

2. Orang tua ku tercinta, ayah ku Darlan Ginting yang telah memberikan sebuah gambaran hidup yang harus dijalani kedepannya setelah ini dan ketenangannya dalam menghadapi berbagai masalah yang telah membuat


(2)

turut untuk belajar. Untuk Ibuku yang jauh disana tapi kasih sayang sungguh sangat terasa dalam setiap jejak langkah yang tak pernah lelah untuk mencapai impian yang engaku harapkan. Terima kasih atas semua limpahan kasih sayang, dukungan nasehat, doa dan perhatian kalian. Semoga apa yang aku lakukan dari karya kecilku ini dapat memberikan sedikit kebahagiaan dan kebanggaan kepada kalian. Semoga karya kecilku ini dapat membalas setiap keringat kerja keras dan air mata pada setiap doa yang kalian panjatkan untukku.

3. Untuk Bibiku yang telah banyak tersusahkan oleh seorang juharis yang begitu merepotkan, semoga setelah aku tidak merepotkan lagi dan memberikan sebuah bahagia bagi semua keluh kesah yang selama telah ku buat, untuk kakak saya Risma Wati Rosa Ginting S.E. Terimakasih atas doa, semangat, dan dukungan moral dan materiil yang telah diberikan. Abangku Tumbur Halomoan Saverius Ginting Terimakasih atas doa, semangat, dan dukungan moral dan materiil yang telah diberikan. Untuk seluruh keluarga besarku, dan sepupu-sepupuku yang selalu memberikan kecerian dalam setiap kebersamaan. Semoga kita tetap selalu bisa menjaga nama baik keluarga, sukses untuk kita semua.

4. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Sarwoko, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi, yang telah memberikan penulis banyak ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat dalam perkuliahan maupun dalam kehidupan. Untuk keikhlasannya membantu mahasiswa dan keramah tamahan Bapak selama ini yang membuat mahasiswa dekat dengan Bapak.


(3)

6. Ibu DR. Nina Yudha Aryanti, S.Sos, M.si selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak jalan keluar dari setiap kesulitan yang dihadapi penulis sehingga dapat terlesaikan pengerjaan skripsi ini, untuk semua masukan, saran dan perbaikan dalam penulisan skripsi Penulis. Untuk semua buku-buku yang dipinjamkan kepada penulis sangat membantu dan terima kasih banyak bu Nina atas semua waktunya yang telah di ganggu oleh penulis karena bimbingan skripsi, Ibu dosen yang baik, ramah, namun tetap tegas selalu mengingatkan penulis untuk penyelesaian perbaikan-perbaiakan skripsi dan semua EYD saya yang selalu berantakan dalam tiap lembar skripsi terima kasih bu.

7. Pak Abdul Firman Ashaf, S.ip, M.si selaku dosen pembahas skripsi yang banyak menginspirasi penulis untuk lebih giat lagi membaca buku dan memperkaya wawasan dengan berbagai ilmu pengetahuan, terima kasih banyak pak atas semua saran dan masukannya untuk perbaikan skripsi penulis. Terima kasih banyak atas segala informasi dan saran-saranya pak. 8. Ibu Dhanik Sulistyarini,S.Sos., M. Comm & MediaSt. selaku dosen

pembimbing akademik penulis.

9. Dosen di Jurusan Ilmu Komunikasi : Ibu Hestin, Ibu Nina, Ibu Wulan, Ibu Anna, Ibu Windah, Pak Agung, Pak Tony, Pak Andy, Pak Riza, Pak Teguh, Pak Teguh, Pak Cahyono, Pak Rudy dan semuanya. Semoga Allah selalu memberikan rahmatNya atas semua ilmu yang kalian berikan. 10. Seluruh staf administrasi dan karyawan FISIP Universitas Lampung,

khususnya Jurusan Ilmu Komunikasi, Mas Tur, Mas Jul dan Pak Pitoyo yang telah membantu kelancaran seminar dan ujian skripsi penulis.


(4)

11. Teman-teman Sembalas yang tetap solid walaupun sudah pada sibuk Deni, Elvan, Riski, triana.

12. Teman-teman “liar” yang sedang berusaha untuk mencapai titik akhir ini juga ayo semangat duy, Arde, Tia dan rekan-rekan yang tetap aktif selalu mbak Erwi, Midha, Yuni, bung Nugroho semua rekan BEM FISIP Unila Bersatu dan membangun.

13. Teman-teman komunikasi 2008 : Achi (terima kasih banyak untuk pinjeman laptopnya dan ngprintnya ya nur), Anggun (terima kasih banyak untuk pinjeman laptopnya dan editor EYD bersamja nur), Ledia, Felin, Memey Jemeita (terima kasih banyak untuk pinjeman laptopnya dan hutang2 pulsanya mi), Intong (terima kasih banyak untuk bantuin ngeditin film akksinya), Herda, Ari ( Nyablon gi gak? Hehehe), Faruk, Indra, Embun, Helda Wati, HeldaNur, Pinta, Arimay, Puji, Dwi, Ibu Polwan Grace, Zilfin (terima kasih banyak untuk pinjeman laptopnya dan bantuan-bantuan untuk skripsinya), Ajeng, Anita, Vera, Diah, Nova, Anggel, Rani, Bastian, Puspa, Tiya, Sulis, Yuilis, Nadya, Rara, Uni Ayu, Fitri, Dora, Sandy, Fitra, fita, elok, isti, jesika, yuda, rangga (terima kasih banyak untuk pinjeman laptopnya dan oborolan skripsinya semoga kedepannya jadi lebih baik ga), Bagus Jafar ( bung yang selalu memotivasi penulis ini biar cepat ngerjain skripsi, sohib panel skripsi benar “ penghematan”always) , Mamix (bujang orgen, ditunggu nanti jadi kepala stasium kereta api “santai mix pasti ada rezekinya), Hendy, Joni, Miftah, Willy, Yudi, Duwi, Bastian RM, Aulia, Satria, Reza Bean, Okky, Amri, Arya (terima kasih banyak untuk pinjeman handycamnya untuk ngeliput demonstrasi), Eka, Aji, Patrik, Evan, Ali, Barni, Amal. Terimakasih


(5)

banyak teman-teman semua yang telah memberikan warna dalam hidup ini. Sukses untuk kita semua Komunikasi 2008 !!

14. Rekan-rekan aktivis mahasiswa FISIP Unila, BEM UKBM Unila, REPUBLICA, BEM FISIP Unila dan semua rekan-rekan seperjuangan di di kampus.

15. Teman-teman Komunikasi 2009-2011 Maaf tidak bisa menyebutkan semuanya. Semangat dan segera menyusul ya..!!

16. Teman-teman KKN di Pesawaran Indah, maaf tidak bisa disebutkan satui persatu, terimakasih untuk kebersamaannya selama 40 hari yang memberikan banyak ilmu yang bermanfaat.

17. Teman-teman @spal yang tidak akan berhenti untuk menggapai tujuan, terima kasih semua masukan dan kebersamaan kita semua.

18. Untuk dekara mou yang telah benar-benar memberikan cahaya terang untuk menjalankan semua langkah gerak kai ini, terima kasih wahai cahaya kesejukan ku.

19. Serta kepada anda yang membaca skripsi ini, semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi anda khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.

Penulis,


(6)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya :

Nama : Juharis Muba Andreas Ginting

NPM : 0856031026

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Almat Rumah : Jalan beringin gang buntu no. 35a Kota sepang II Kedaton Bandar Lampung

No HP/Tlp Rumah : 085768373179

Dengan ini menyatakan, bahwa skripsi saya yang berjudul Kepemimpinan Massa Aksi Dalam Memobilisasi Massa (Studi Kasus Aksi Hari Anti Korupsi 9 Desember 2011 Oleh BEM U KBM Unila)adalah benar–benar hasil karya sendiri, bukan Plagiat (milik orang lain) ataupun dibuatkan oleh orang lain.

Apabila dikemudian hari hasil penelitian/skripsi saya, ada pihak–pihak yang merasa keberatan maka saya akan bertanggung jawab sesuai dengan peraturan yang berlaku dan siap untuk dicabut gelar akademik saya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dalam tekanan pihak–pihak manapun.

Bandar Lampung, 14 Februari 2012 Saya yang menyatakan,

Juharis Muba Andreas Ginting NPM. 0856031026