LAPORAN PENGAMATAN viska
LAPORAN PENGAMATAN
KESULITAN BELAJAR PADA SMP NEGERI DRIYOREJO GRESIK Untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum BK Belajar
Semester 5
Oleh :
Viska Lukitasari 121014021 BK 2012 B
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PSIKOLOGI PENDIDIKAN BIMBINGAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
2014
(2)
Terima kasih penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
Laporan ini penulis susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktik BK Belajar. Rasanya tidak berlebihan jika penulis menyampaikan rasa terima kasih sedalam - dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis sehingga laporan ini bisa terselesaikan dengan baik.
Ucapan terima kasih ini terutama penulis sampaikan kepada:
1. Ibu Elisabeth Christiana, MPd dan Bapak Bambang Dibyo W, MPd selaku dosen pengampu mata kuliah Praktikum BK Belajar.
2. Teman-teman kelompok observasi yang telah banyak membantu. 3. Kepada konselor sekolah SMP NEGERI DRIYIREJO
4. Dan kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya laporan ini.
Penulis sanggat menyadari atas banyak kekurangan dari penyusunan laporan ini dengan demikian penulis sanggat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan laporan ini selanjutnya. Semoga dapat berguna untuk perbaikan penelitian ini dikemudian hari. Dan besar harapan kami laporan ini dapat nilai terbaik dalam pengumpulan tugas.
Surabaya, 21 November 2014
Penulis,
(3)
KESULITAN BELAJAR SMP NEGERI DRIYOREJO
A. IDENTITAS SISWA
1. Nama Siswa : Bahtiar adji P
2. Kelas : VIII B
3. Nomor absen : 02
4. Sekolah : SMP NEGERI DRIYREJO
5. Kasus yang menunjukan kesulitan belajar : baru-baru ini pernah pulang saat pelajaran agama dengan alasan tidak bisa ketika suruh menghafal doa Qunut.
B. TINDAKAN YANG DILAKUKAN KONSELOR
Tahap Analisis
Dalam kaitannya dengan hal ini konselor pada sekolah tersebut mengidentifikasi kasus kesulitan belajar siswa dengan cara melihat dari perolehan nilai yang berdasarkan hasil ulangan harian maupun ulangan semester dengan pertimbangan dari situlah dapat di ketahui pemahaman siswa terhadap materi yang di berikan pada masing-masing mata pelajaran dengan menetapkan standar penilaian minimum pada sekolah tersebut 75,dimana jika ditemukan nilai siswa yang tidak memenuhi KKM dengan periode perolehan yang berulang-ulang maka siswa tersebut dapat di identifikasi sebagai siswa berkesulitan belajar.Selain hanya berpacu pada nilai ulangan, konselor di sekolah tersebut juga menjalin kerja sama dengan guru mata pelajaran untuk memantau perkembangan siswa di kelas, dimana konselor menampung laporan dari guru-guru mata pelajaran terkait dengan hambatan-hambatan siswa dalam mengikuti prosese pembelajaran di kelas.
Tahap Sintesis
Untuk meninjau jenis kesulitan belajar yang dialami siswa, selain hanya berupaya meninjau dari hasil ulangan dan laporan guru bidang studi konselor juga melakukan proses wawancara langsung dengan siswa yang bersangkutan pada proses konseling, dan juga mengunakan instrumen tertentu dalam mengkaji informasi lebih lanjut, dimana instrumen yang digunakan dalam sekolah ini adalah jenis instrumen non tes berupa AUM (alat ukur masalah) yang bertujuan mengidentifikasi jenis kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Untuk sementara ini instrumen yang dikembangkan oleh sekolah tersebut dalam kaitannya dengan kasus kesulitan belajar masih hanya AUM saja, instrumen-instrumen yang lainya hanya bersifat secara umum. Selain
(4)
mengunakan instrumen AUM konselor di sekolah tersebut mengatakan juga mengamati dan memperhatikan ciri-ciri kesulitan belajar yang nampak pada beberapa siswa, seperti sering melamun, tidak berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran, ramai sendiri dan lain sebagainya.
Tahap Diagnosis
Melalui instrumen pengumpulan data yang digunakan dan upaya mengamati ciri-ciri siswa dengan kesulitan belajar serta memangil siswa bersangkutan untuk mendapatkan informasi terkait dengan hal ini dengan demikian konselor dapat mendiagnosis faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah tersebut. Berhubungan dengan kasus kesulitan belajar yang dimiliki oleh siswa bernama bahtiar konselor mendiagnosis faktor yang mempengaruhi adalah terkait dengan masalah keluarga, siswa tersebut berlatar belakang korban keluarga broken home dimana ayahnya bekerja sebagai polisi yang jarang punya banyak waktu untuk nya dan ibunya berada diluar daerah dengan dia. Siswa tersebut setiap harinya tinggal dirumah sendirian jika ayahnya sedang dinas sehingga tidak ada yag memantau belajarnya, ia juga mengakui sering merasa rindu kepada ibunya ketika di tanyai guru mata pelajaran yang sering menemui dirinya melamun di kelas saat mata pelajaran berlangsung.
Tahap Prognosis
Dalam kaitanya dengan kasus kesulitan belajar yang dialami salah satu siswa ini konselor pada sekolah tersebut merencanakan adanya beberapa upaya bantuan yang diberikan kepada siswa dari memberikan tugas yang berisikan surat peryataan tidak mengulanggi perilakunya dengan mengetahui ornangtua, memberikan konseling individual, memanggil orangtua hingga kunjungan rumah sebagai upaya mengetahui secara langsung kondisi lingkungan sekitar siswa.
Tahap Treatment
Menetapkan bantuan yang diberikan kepada siswa dengan kasus kesulitan belajar pada konteks ini konselor pertama-tama menugaskan siswa untuk membuat surat peryataan yang berisikan tidak akan mengulangi perilaku yang sama dikemudain hari dan jika tetap melakukan maka siap atas konsekuensi yang ditetapkan, dimana surat peryataan tersebut terlampirkan tanda tanggan siswa bersangkutan, orangtua dan konselor sendiri. Tujuan dari penugasan surat peryataan tersebut adalah sebagai upaya membuat kontrak tertulis yang
(5)
diketahui orantuanya agar siswa tidak mengulanggi perilaku yang sama di kemudian hari. Lalu treatmen yang diberikan dapat dilanjutkan dengan melakukan konseling individu dengan tujuan dapat memberikan beberapa nasihat dan bimbingan kepada siswa terkait hambatan yang ia alami, hingga memangil orangtua siswa sebagai bentuk komunikasi pihak sekolah terkait masalah belajar siswa di sekolah dengan harapan orangtua siswa ikut serta berkontribusi dalam membimbing putranya di luar jam belajar di sekolah. Tahap Tindak Lanjut
Setelah pemberian treatmen yang dilakukan konselor dalam kasus tersebut, konselor sendiri mengungkapkan belum adanya perkembangan yang nampak signifikan dari siswa terkait dengan masalah belajarnya. Hanya saja dalam kasus membolos jam pelajaran sudah sedikit berkurang, sehubungan dengan hal tersebut pihak sekolah dan konselor memutuskan untuk melakukan home visit sebagai upaya tindak lanjut lebih mendalam harapannya konselor dapat menjalin komunikasi lebih intens dengan keluarga dan juga mengetauhi secara langsung kondisi lingkungan siswa di luar sekolah. Hasil dari upaya tidak lanjut kunjungan rumah yang dilakukan konselor dapat menjalin komunikasi dengan baik dengan ayah siswa sehingga saling memantau perkembangan siswa bahkan orangtua hingga mempercayakan kepada konselor untuk mencarikan guru les private yang dapat membantu siswa tersebut.
LAMPIRAN PELAKSANAAN WAWANCARA
1. Hari / Tanggal : Rabu, 19 dan 26 November 2014
2. Tempat wawancara : Ruang BK SMP NEGERI DRIYOREJO GRESIK 3. Nara sumber : Guru BK kelas VII GHI, VIII ABC
4. Topik wawancara : Hambatan dan Kesulitan Belajar Siswa 5. Pukul : 07.30-09.30
(6)
6. Durasi waktu : 120 menit
PEDOMAN WAWANCARA
1. Bapak/ ibu saat ini sedang mengampu pada kelas berapa?
2. Dari beberapa kelas yang ibu ajar tersebut kiranya adakah kasus kesulitan belajar yang ibu temui?
3. Apa saja jenis-jenis kesulitan belajar yang banyak ibu temukan?
4. Jika meninjau dari beberapa kelas yang ibu ampu saat ini mayoritas adanya kesulitan belajar terdapat di kelas mana ?
5. Dari mana ibu dapat mengidentifikasi bahwa seorang siswa mengalami kesulitan belajar ?
6. Sebagai upaya pendukung kelengkapan informasi tentang masalah siswa adalakah instrumen-instrumen tertentu yang di terapkan ?
7. Adakah beberapa ciri-ciri tertentu yang dapat menunjukan siswa mengalami kesulitan belajar, terutama ciri-ciri pada saat mengikuti KBM di kelas ?
8. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pemicu adanya kesulitan belajar yang dialami oleh siswa?
9. Jika terjadi hal seperti demikian rencana kemungkinan bantuan apakah yang mungkin dapat di lakukan?
10. Pada realitanya menghadapi situasi yang seperti ini bantuan apa yang biasa nya anda terapkan kepada siswa?
11. Setelah dilakukan program bantuan kepada siswa adakah perkembangan ke arah yang lebih positif?
12. Bagaimana upaya evaluasi dan tindak lanjut yang dilakukan dalam kaitannya dengan masalah ini?
(7)
Proses wawancara yang dilaksanakan di SMP NEGERI DRIYOREJO ini bertemu langsung dengan nara sumber yaitu salah seorang guru BK yang bernama Lilis Suwantin yang kebetulan mengampu pada kelas VII GHI dan VIII ABC. Pada awalnya beliau menyebutkan bahwa masalah-masalah yang berkaitan dengan kesulitan belajar siswa tergolong sanggat jarang di sekolah tersebut adapun masalah hambatan belajar di sekolah itu hanya seperti kurang konsentrasi pada pelajaran dan lain sebagainya yang dikarenakan adanya faktor masalah keluarga dan masalah-masalah peribadi lainnya. Seperti saja pada kasus salah seorang siswa yang di bahas dalam hal ini sebagai siswa yang mengalami hambatan belajar dengan latar belakanh faktor keluarga broken, konselor pada sekolah ini mengidentifikasi siswa dengan kesulitan belajar dengan cara meninjau dari hasil nilai ulangan harian dan juga laporan dari beberapa guru bidang studi. Diamana siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar jika nilai yang diperoleh selalu dibawah KKN yang ditetepkan, pada sekolah tersebut KKN yang ditetapkan adalah 75. Untuk meninjau kelengkapan informasi yang diperoleh konselor mengupayakan untuk memangil siswa dan melakukan wawancara langsung dengan yang bersangkutan selai dari pada itu konselor juga menerapkan instrumen non tes berupa AUM dalam memperoleh informasi lengkap terkait dengan jenis kesulitan belajar siswa. Konselor juga memperhatikan beberapa perilaku yang menunjukan siswa mengalamiu kesulitan belajar seperti sering melamun didalam kelas, clometan dan akirnya konsentrasi terhadap materi menjadi sanggat kurang.
Berkaitan dengan upaya membantu siswa dengan hambatan belajar ini konselor pada sekolah tersebut melakukan pendekatan konseling individu sebagai bentuk memeberikan bimbingan dan treatmen kepada siswa, selain itu juga melakukan komunikasi dengan wali murid dengan cara memanggil orangtua wali untuk bekerja sama dalam memantau perkembangan siswa. Hasil yang didapatkan pada upaya konseling individu ada kalanya kurang mendapatkan perkembangan yang signifikan terkait dengan nilai siswa untuk menindak lanjuti hal seperti ini konselor melakukan home visit sebagai bentuk mengamati secara langsung lingkungan di sekitar siswa dan juga memperdalam kerja sama dengan orangtua.
(8)
Gambar 1.1 Surat peryataan yang dibuat siswa
(9)
1.3 Program kerja BK (bimbingan klasikal)
1.4 Dokumentasi observasi
(1)
mengunakan instrumen AUM konselor di sekolah tersebut mengatakan juga mengamati dan memperhatikan ciri-ciri kesulitan belajar yang nampak pada beberapa siswa, seperti sering melamun, tidak berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran, ramai sendiri dan lain sebagainya.
Tahap Diagnosis
Melalui instrumen pengumpulan data yang digunakan dan upaya mengamati ciri-ciri siswa dengan kesulitan belajar serta memangil siswa bersangkutan untuk mendapatkan informasi terkait dengan hal ini dengan demikian konselor dapat mendiagnosis faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah tersebut. Berhubungan dengan kasus kesulitan belajar yang dimiliki oleh siswa bernama bahtiar konselor mendiagnosis faktor yang mempengaruhi adalah terkait dengan masalah keluarga, siswa tersebut berlatar belakang korban keluarga broken home dimana ayahnya bekerja sebagai polisi yang jarang punya banyak waktu untuk nya dan ibunya berada diluar daerah dengan dia. Siswa tersebut setiap harinya tinggal dirumah sendirian jika ayahnya sedang dinas sehingga tidak ada yag memantau belajarnya, ia juga mengakui sering merasa rindu kepada ibunya ketika di tanyai guru mata pelajaran yang sering menemui dirinya melamun di kelas saat mata pelajaran berlangsung.
Tahap Prognosis
Dalam kaitanya dengan kasus kesulitan belajar yang dialami salah satu siswa ini konselor pada sekolah tersebut merencanakan adanya beberapa upaya bantuan yang diberikan kepada siswa dari memberikan tugas yang berisikan surat peryataan tidak mengulanggi perilakunya dengan mengetahui ornangtua, memberikan konseling individual, memanggil orangtua hingga kunjungan rumah sebagai upaya mengetahui secara langsung kondisi lingkungan sekitar siswa.
Tahap Treatment
Menetapkan bantuan yang diberikan kepada siswa dengan kasus kesulitan belajar pada konteks ini konselor pertama-tama menugaskan siswa untuk membuat surat peryataan yang berisikan tidak akan mengulangi perilaku yang sama dikemudain hari dan jika tetap melakukan maka siap atas konsekuensi yang ditetapkan, dimana surat peryataan tersebut terlampirkan tanda tanggan siswa bersangkutan, orangtua dan konselor sendiri. Tujuan dari penugasan surat peryataan tersebut adalah sebagai upaya membuat kontrak tertulis yang
(2)
diketahui orantuanya agar siswa tidak mengulanggi perilaku yang sama di kemudian hari. Lalu treatmen yang diberikan dapat dilanjutkan dengan melakukan konseling individu dengan tujuan dapat memberikan beberapa nasihat dan bimbingan kepada siswa terkait hambatan yang ia alami, hingga memangil orangtua siswa sebagai bentuk komunikasi pihak sekolah terkait masalah belajar siswa di sekolah dengan harapan orangtua siswa ikut serta berkontribusi dalam membimbing putranya di luar jam belajar di sekolah. Tahap Tindak Lanjut
Setelah pemberian treatmen yang dilakukan konselor dalam kasus tersebut, konselor sendiri mengungkapkan belum adanya perkembangan yang nampak signifikan dari siswa terkait dengan masalah belajarnya. Hanya saja dalam kasus membolos jam pelajaran sudah sedikit berkurang, sehubungan dengan hal tersebut pihak sekolah dan konselor memutuskan untuk melakukan home visit sebagai upaya tindak lanjut lebih mendalam harapannya konselor dapat menjalin komunikasi lebih intens dengan keluarga dan juga mengetauhi secara langsung kondisi lingkungan siswa di luar sekolah. Hasil dari upaya tidak lanjut kunjungan rumah yang dilakukan konselor dapat menjalin komunikasi dengan baik dengan ayah siswa sehingga saling memantau perkembangan siswa bahkan orangtua hingga mempercayakan kepada konselor untuk mencarikan guru les private yang dapat membantu siswa tersebut.
LAMPIRAN PELAKSANAAN WAWANCARA
1. Hari / Tanggal : Rabu, 19 dan 26 November 2014
2. Tempat wawancara : Ruang BK SMP NEGERI DRIYOREJO GRESIK 3. Nara sumber : Guru BK kelas VII GHI, VIII ABC
4. Topik wawancara : Hambatan dan Kesulitan Belajar Siswa
(3)
6. Durasi waktu : 120 menit PEDOMAN WAWANCARA
1. Bapak/ ibu saat ini sedang mengampu pada kelas berapa?
2. Dari beberapa kelas yang ibu ajar tersebut kiranya adakah kasus kesulitan belajar yang ibu temui?
3. Apa saja jenis-jenis kesulitan belajar yang banyak ibu temukan?
4. Jika meninjau dari beberapa kelas yang ibu ampu saat ini mayoritas adanya kesulitan belajar terdapat di kelas mana ?
5. Dari mana ibu dapat mengidentifikasi bahwa seorang siswa mengalami kesulitan belajar ?
6. Sebagai upaya pendukung kelengkapan informasi tentang masalah siswa adalakah instrumen-instrumen tertentu yang di terapkan ?
7. Adakah beberapa ciri-ciri tertentu yang dapat menunjukan siswa mengalami kesulitan belajar, terutama ciri-ciri pada saat mengikuti KBM di kelas ?
8. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pemicu adanya kesulitan belajar yang dialami oleh siswa?
9. Jika terjadi hal seperti demikian rencana kemungkinan bantuan apakah yang mungkin dapat di lakukan?
10. Pada realitanya menghadapi situasi yang seperti ini bantuan apa yang biasa nya anda terapkan kepada siswa?
11. Setelah dilakukan program bantuan kepada siswa adakah perkembangan ke arah yang lebih positif?
12. Bagaimana upaya evaluasi dan tindak lanjut yang dilakukan dalam kaitannya dengan masalah ini?
(4)
Proses wawancara yang dilaksanakan di SMP NEGERI DRIYOREJO ini bertemu langsung dengan nara sumber yaitu salah seorang guru BK yang bernama Lilis Suwantin yang kebetulan mengampu pada kelas VII GHI dan VIII ABC. Pada awalnya beliau menyebutkan bahwa masalah-masalah yang berkaitan dengan kesulitan belajar siswa tergolong sanggat jarang di sekolah tersebut adapun masalah hambatan belajar di sekolah itu hanya seperti kurang konsentrasi pada pelajaran dan lain sebagainya yang dikarenakan adanya faktor masalah keluarga dan masalah-masalah peribadi lainnya. Seperti saja pada kasus salah seorang siswa yang di bahas dalam hal ini sebagai siswa yang mengalami hambatan belajar dengan latar belakanh faktor keluarga broken, konselor pada sekolah ini mengidentifikasi siswa dengan kesulitan belajar dengan cara meninjau dari hasil nilai ulangan harian dan juga laporan dari beberapa guru bidang studi. Diamana siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar jika nilai yang diperoleh selalu dibawah KKN yang ditetepkan, pada sekolah tersebut KKN yang ditetapkan adalah 75. Untuk meninjau kelengkapan informasi yang diperoleh konselor mengupayakan untuk memangil siswa dan melakukan wawancara langsung dengan yang bersangkutan selai dari pada itu konselor juga menerapkan instrumen non tes berupa AUM dalam memperoleh informasi lengkap terkait dengan jenis kesulitan belajar siswa. Konselor juga memperhatikan beberapa perilaku yang menunjukan siswa mengalamiu kesulitan belajar seperti sering melamun didalam kelas, clometan dan akirnya konsentrasi terhadap materi menjadi sanggat kurang.
Berkaitan dengan upaya membantu siswa dengan hambatan belajar ini konselor pada sekolah tersebut melakukan pendekatan konseling individu sebagai bentuk memeberikan bimbingan dan treatmen kepada siswa, selain itu juga melakukan komunikasi dengan wali murid dengan cara memanggil orangtua wali untuk bekerja sama dalam memantau perkembangan siswa. Hasil yang didapatkan pada upaya konseling individu ada kalanya kurang mendapatkan perkembangan yang signifikan terkait dengan nilai siswa untuk menindak lanjuti hal seperti ini konselor melakukan home visit sebagai bentuk mengamati secara langsung lingkungan di sekitar siswa dan juga memperdalam kerja sama dengan orangtua.
(5)
Gambar 1.1 Surat peryataan yang dibuat siswa
(6)
1.3 Program kerja BK (bimbingan klasikal)
1.4 Dokumentasi observasi