Asam Mefenamat Antibiotika TINJAUAN PUSTAKA

Deksametason bekerja dengan cara mempengaruhi kecepatan sintesis protein. Molekul hormone memasuki sel jarangan melalui membran plasma secara difusi pasif dijaringan target, kemudian bereaksi dengan reseptor protein yang spesifik dalam sitoplasma sel jaringan dan membentuk kompleks reseptor steroid. Kompleks ini mengalami perubahan konformasi, lalu bergerak menuju nukleus dan berikatan dengan kromatin. Ikatan ini menstimulasi transkripsi RNA dan sintesis protein spesifik. Induksi sintesis protein ini merupakan perantara efek fisiologi steroid Suherman, 2007. Deksametason menurunkan dan menghambat lomfosit dan makrofag perifer memegang peranan, selain itu penghambatan fosfolipase A 2 secara tidak langsung yang menghambat pelepasan asam arakidonat, dan prostaglandin Mycek, 2001. . Pada tikus, pemberian deksametason dapat diberikan secara oral dengan dosis 0,5 mgKg BB hari Da Silva dkk., 2007.

2.5 Asam Mefenamat

Asam mefenamat merupakan derivat asam antranilat dengan khasiat analgetis, antipiretis, dan antiradang yang cukup baik dan termasuk kedalam golongan obat Anti Inflamasi Non Steroid OAINS. Dalam pengobatan, asam mefenamat digunakan untuk meredakan nyeri dan rematik. Obat ini cukup toksik terutama untuk anak - anak dan janin, karena sifat toksiknya asam mefenamat tidak boleh dipakai selama lebih dari 1 minggu dan sebaiknya jangan digunakan untuk anak - anak yang usianya di bawah 14 tahun Munaf,1994. Asam mefenamat mempunyai khasiat sebagai analgetik dan anti inflamasi. Asam mefenamat merupakan satu - satunya fenamat yang menunjukkan kerja saraf pusat dan juga pada saraf perifer. Mekanisme kerja asam mefenamat adalah dengan menghambat kerja enzim siklooksigenase Goodman, 2007. Asam mefenamat merupakan bahan yang dapat menembus barrier mukosa lambung sehingga sering dilaporkan asam mefenamat memberi efek iritasi terhadap mukosa lambung. Asam mefenamat dapat menyebabkan pengelupasan pada sel epitel permukaan dan mengurangi sekresi mukus yang merupakan barrier protektif terhadap asam Loho, 2002. Asam mefenamat bekerja dengan cara menekan produksi prostaglandin Setiawan, 2010. Oleh karena itu pemberian obat ini harus dipertimbangkan sejak awal terapi, terutama menyangkut cara pemberian, dosis, dan lama pemberian. Pada tikus, asam mefenamat dapat diberikan secara oral dengan dosis 45 mgkg BB Romadhoni, 2012. Konsentrasi puncak asam mefenamat dalam plasma tercapai dalam 2 sampai 4 jam. Pada manusia, sekitar 50 dosis asam mefenamat diekskresikan dalam urin sebagai metabolit 3-hidroksimetil terkonjugasi dan 20 obat ini ditemukan dalam feses sebagai metabolit 3-karboksil yang tidak terkonjugasi Goodman, 2007.

2.6 Antibiotika

Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain Gunawan dkk, 2007. Definisi lain menyebutkan bahwa antibiotika merupakan obat yang digunakan untuk membasmi mikroba penyebab infeksi pada manusia, yang harus memiliki sifat toksisitas yang selektif, artinya obat tersebut bersifat toksik pada mikroba, tetapi tidak toksik pada manusia Pelczar, 1988. Salah satu contoh antibiotika yang umum digunakan adalah amoksisilin. Amoksisilin sering diberikan dalam bentuk sediaan injeksi kering dan pemberian secara oral. Sediaan injeksi kering diformulasikan untuk senyawa - senyawa yang tidak stabil dalam bentuk larutan tetapi stabil dalam bentuk kering. Injeksi ini diberikan dalam bentuk serbuk kering yang telah disterilkan dan dalam kemasannya disertai dengan pelarutnya aqua pro injeksi. Dalam penggunaanya, air ditambahkan secara aseptis ke dalam vial obat untuk menghasilkan obat suntik yang diinginkan Ansel, 1989. Mekanisme kerja amoksisilin adalah menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba Istiantoro dan Ganiswarna, 1995. Amoksisilin digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram – negatif seperti Neisseria gonorrhoeae, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Proteus mirabilis, Salmonella. Amoksisilin juga digunakan untuk menyembuhkan infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram – positif seperti Streptococcus pneumoniae, Enterococci, Listeria dan Staphylococcus yang tidak menghasilkan penisilinase McEvoy, 2002. Pada tikus, penggunaan amoksisilin dapat diberikan dengan dosis 150 mg kg BB per hari secara oral Bishop, 1996.

2.7 Tikus Putih Rattus norvegicus

Dokumen yang terkait

PERBANDINGAN TINGKAT KESEMBUHAN LUKA BAKAR DENGAN PEMBERIAN MADU DIBANDINGKAN DENGAN PEMBERIAN MUPIROSIN PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

4 38 62

PERBANDINGAN TINGKAT KESEMBUHAN LUKA BAKAR ANTARA PEMBERIAN MADU DAN KLINDAMISIN SECARA TOPIKAL PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

2 16 60

PERBANDINGAN TINGKAT KESEMBUHAN LUKA BAKAR DENGAN PEMBERIAN MADU DAN PEMBERIAN GENTAMISIN TOPIKAL PADA TIKUS PUTIH (Rattus Norvegicus)

1 17 71

PENGARUH PENGGUNAAN KRIM KOMBINASI MADU DAN PROPOLIS TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGI KETEBALAN EPITEL PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA TIKUS PUTIH (Rattus Norvegicus)

0 6 80

PERBEDAAN KECEPATAN KESEMBUHAN LUKA INSISI ANTARA OLESAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK DAN POVIDONE IODINE PADA TIKUS PUTIH

0 3 83

PERBEDAAN KECEPATAN KESEMBUHAN LUKA INSISI ANTARA OLESAN GEL DAUN LAMTORO (Leucaena Leucocephala) DAN POVIDONE IODINE PADA TIKUS PUTIH (Rattus Norvegicus)

0 3 78

PERBEDAAN KECEPATAN KESEMBUHAN LUKA INSISI ANTARA OLESAN GEL LIDAH BUAYA (aloe vera) DAN OLESAN EKSTRAK ETANOL RIMPANG KUNYIT (curcuma longa linn) PADA TIKUS PUTIH (rattus norvegicus)

0 4 80

KECEPATAN KESEMBUHAN LUKA INSISI YANG DIBERI AMOKSISILIN DAN DEKSAMETASON PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus).

1 24 28

KECEPATAN KESEMBUHAN LUKA INSISI YANG DIBERI AMOKSISILIN DAN ASAM MEFENAMAT PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus).

0 2 29

Efek Serbuk Daun Gulma Babadotan (Ageratum conyzoides L) Terhadap Kesembuhan Luka Insisi Pada Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus) - UWKS - Library

0 0 14