PERJANJIAN KERJASAMA BENGKEL RESMI SUZUKI ANTARA PT INDOMOBIL SUZUKI INTERNATIONAL DENGAN SUZUKI NOVALIA (STUDI PADA SUZUKI NOVALIA MOTOR)

(1)

i ABSTRAK

PERJANJIAN KERJASAMA BENGKEL RESMI SUZUKI ANTARA PT INDOMOBIL SUZUKI INTERNATIONAL DENGAN SUZUKI NOVALIA

(STUDI PADA SUZUKI NOVALIA MOTOR)

Oleh

WAHYU SETIAWAN

Usaha kecil merupakan usaha yang mampu bertahan dikrisis ekonomi dan mampu mengurangi jumlah pengangguran. Usaha kecil demi pengembangan usahanya memerlukan hubungan kerjasama. Untuk meningkatkan kualitas akan usaha yang dibangun, perusahaan membangun kerjasama agar dalam suatu usaha dapat memenuhi kebutuhan konsumen, contohnya perjanjian antara usaha kecil dengan usaha menengah dengan kata lain Suzuki Novalia Motor dengan PT ISI (Indomobil Suzuki International) dengan perantara Main Dealer CV Suzuki Centre melakukan hubungan kerjasama untuk memperluas jaringan bengkel resmi Suzuki. Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah syarat dan prosedur untuk menjadi bengkel resmi Suzuki, hak dan kewajiban para pihak, serta penyelesaian sengketa apabila terdapat wanprestasi antara PT Indomobil Suzuki International dengan Suzuki Novalia Motor?”. Tujuan penelitian ini untuk memahami tentang syarat dan prosedur untuk menjadi bengkel resmi Suzuki, memahami hak dan kewajiban para pihak dan upaya penyelesaian sengketa apabila terdapat wanprestasi. Jenis penelitian yang digunakan adalah hukum normatif terapan dengan tipe penelitian deskriptif. Penelitian normatif terapan adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan atau penerapan hukum normatif secara in action pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat. Pendekatan masalah adalah pendekatan normatif terapan. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka, studi dokumentasi dan wawancara. Analisis data dilakukan secara kualitatif, yaitu dengan cara menguraikan dan menjelaskan data yang diperoleh secara sistematis dan terperinci, kemudian dilakukan interprestasi dalam suatu kalimat selanjutnya ditarik


(2)

ii

kesimpulan yang bersifat dedukatif yang merupakan jawaban permasalahan hasil penelitian.

Hasil penelitian dan pembahasan menunjukan bahwa dalam perjanjian kerjasama bengkel resmi Suzuki harus memenuhi syarat dan prosedur yang ditentukan oleh PT Indomobil Suzuki International yang mengacu dalam Pasal 1320 KUHPdt dan bersedia mengikuti pembinaan oleh Main Dealer Di wilayahnya serta menaati peraturan-peraturan yang berlaku. Dengan ditandatanganinya perjanjian kerjasama bengkel resmi Suzuki maka secara langsung telah terikat dengan isi perjanjian yang telah ditetapkan oleh pihak PT Indomobil Suzuki International serta menimbulkan hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kerjasama bengkel resmi Suzuki. Hak dari pihak Suzuki Novalia Motor adalah mendapatkan pembinaan jaringan servis kewajibannya adalah mengikuti peraturan yang telah ditetapkan PT Indomobil Suzuki International, sedangkan hak yang diperoleh PT Indomobil Suzuki International adalah tercapainya hubungan yang baik oleh pihak pertama demi meningkatkan potensi Suzuki di wilayah Bandar Lampung dan sekitarnya dan kewajibannya adalah bertanggung jawab secara hukum akan pembinaan menjadi bengkel resmi Suzuki. Penyelesaian sengketa apabila terjadi wanprestasi adalah dengan cara musyawarah oleh para pihak, apabila tidak tercapai kesepakatan, pihak pertama dan pihak kedua sepakat untuk menyelesaikannya melalui mekanisme dan ketentuan pihak kedua yaitu pembatalan perjanjian, dengan syarat ketiga pihak menyetujui bahwa perjanjian ini berakhir karena pihak pertama memutuskan untuk membatalkan sebelum masa berakhir.


(3)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kondisi perekonomian Indonesia saat ini telah memaksa usaha kecil bersaing di era Globalisasi untuk lebih kreatif dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif. Saat ini merupakan persoalan bagi setiap perusahaan agar dapat bersaing dengan usaha lain, menciptakan lapangan pekerjaan, serta membuka peluang investasi baru dan atau mempertahankan dan memajukan usaha-usaha yang telah ada yang memberikan perkembangan ekonomi. Untuk meningkatkan kualitas akan usaha yang dibangun, perusahaan membangun kerjasama agar dalam suatu usaha dapat memenuhi kepuasan konsumen, contohnya perjanjian antara usaha kecil dengan usaha menengah dengan kata lain Suzuki Novalia Motor dengan PT ISI (Indomobil Suzuki International) dengan perantara Main Dealer CV Suzuki Centre melakukan hubungan kerjasama demi mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi untuk memperluas jaringan bengkel resmi Suzuki. artinya apabila dihitung berdasarkan populasi yang ada belum memungkinkan untuk menambah jumlah bengkel resmi, sehingga dibutuhkan kerjasama.


(4)

PT ISI (Indomobil Suzuki International) selaku pusat dari perusahaan Suzuki, memberi kesempatan kepada bengkel umum agar dapat mengajukan menjadi bengkel resmi sepeda motor Suzuki, dengan kondisi bengkel sudah tersedia dan sudah beroperasi sebagai bengkel umum, atau bengkelnya belum ada hanya tersedia lahan, namun dalam tahap perencanaan pendirian bengkel. Di setujui atau tidaknya suatu perjanjian untuk diajukan menjadi bengkel resmi sepeda motor Suzuki ditentukan oleh populasi kendaraan Suzuki setempat/ wilayah yang bersangkutan.

Perjanjian kerjasama dalam pengajuan bengkel umum menjadi bengkel resmi melibatkan tiga pihak yang saling berkesinambungan yaitu:1

1. Novalia Motor sebagai Pihak Pertama yang mengajukan bengkel umum menjadi bengkel resmi

2. PT ISI (Indomobil Suzuki International) sebagai Pihak Kedua yang bertindak atas persetujuan perjanjian tersebut

3. Main Dealer : CV Suzuki Centre sebagai Pihak Ketiga yang bertanggung jawab untuk membina Pihak Pertama dalam hal pengelolaan aktivitas servis.

Atas dasar perjanjian yang telah disetujui oleh para pihak, secara yuridis para pihak akan terikat dengan hak dan kewajiban masing-masing, selanjutnya isi perjanjian tersebut harus dilaksanakn dengan iktikad baik atau good faith dan tidak dapat dibatalkan secara sepihak. Kewajiban dari perusahaan yang memberikan persetujuan perjanjian kerjasama bengkel resmi Suzuki adalah membina, mengawasi aktivitas

1

Tertera dalam naskah Perjanjian kerjasama bengkel resmi Suzuki No: ISI/SASS/137/SC-NM/VII/2003


(5)

bengkel resmi Suzuki, sedangkan kewajiban dari pihak perusahaan kecil adalah menaati peraturan, syarat dan prosedur, serta pelaksanaan menjadi bengkel resmi Suzuki.

Perjanjian kerjasama tersebut berupaya untuk mengembangkan usaha kecil yang konsentrasi pada bidang perjasaan, di sisi lain telah memungkinkan untuk lebih optimal melakukan persaingan diantara usaha-usaha kecil lainnya, sebagai salah satu solusi untuk mengatasi kesenjangan antara pengusaha besar dan pengusaha kecil, sehingga upaya dalam membangun kemitraan adalah terciptanya suatu penghubung antar berbagai perusahaan untuk meningkatan potensi usaha di Indonesia tidak hanya secara kuantitas, kualitasnya pun terus meningkat seiring dengan perubahan ekonomi.

Menurut ketentuan Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana di atur dalam undang-undang usaha kecil, dasar dari pemberlakuan ketentuan ini adalah aspek yang mendasari terciptanya suatu hubungan kerjasama/kemitraan adalah Pasal 11 Undang-Undang No. 20 tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah:

a. mewujudkan kemitraan antar-Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;

b. mewujudkan kemitraan antara Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Usaha Besar; c. mendorong terjadinya hubungan yang saling menguntungkan dalam pelaksanaan d. transaksi usaha antar-Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;

e. mendorong terjadinya hubungan yang saling menguntungkan dalam pelaksanaan transaksi usaha antara Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Usaha Besar;

f. mengembangkan kerjasama untuk meningkatkan posisi tawar Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;


(6)

g. mendorong terbentuknya struktur pasar yang menjamin tumbuhnya persaingan usaha yang sehat dan melindungi konsumen; dan

h. mencegah terjadinya penguasaan pasar dan pemusatan usaha oleh orang perorangan atau kelompok tertentu yang merugikan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

Di lihat dari pasal tersebut, perjanjian kerjasama dibuat untuk meningkatkan keuntungan serta hubungan kerjasama untuk memberikan pelayanan pada jasa service, spare part dan penjualan. Perjanjian kemitraan ini dibuat oleh masing-masing pihak yang harus memenuhi persyaratan dan memenuhi prosedur dari pelaksanaan perjanjian kerjasama agar dapat dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat, contohnya dalam naskah perjanjian kerjasama dalam pengajuan bengkel umum menjadi bengkel resmi Suzuki yaitu di mana ada suatu lokasi yang strategis, kondisi bangunan yang memungkinkan untuk digunakan sebagai lahan usaha, ruang kerja bengkel, peralatan standar reparasi kendaraan bermotor, administrasi, struktur organisasi dan ketentuan-ketentuan lain sebagai penunjang perjanjian tersebut terlaksana.

Pengertian perjanjian itu sendiri menurut pasal 1313 KUHPdt adalah suatu perbuatan dengan mana satu pihak atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Dari peristiwa ini timbul hak dan kewajiban para pihak yang tercipta hubungan timbal balik agar tidak tercipta suatu wanprestasi atau ingkar janji, sehingga dalam perjanjian kerjasama bengkel resmi Suzuki harus ada suatu pelaksanaan yang harus di laksanakan masing-masing pihak yang berjanji demi terciptanya hubungan kerjasama.

Perjanjian kerjasama tersebut bertujuan untuk memberikan keuntungan kedua belah pihak sehingga membuka peluang bisnis baru dan efisiensi bagi


(7)

perusahaan-perusahaan yang beroperasi, namun di sisi lain, dalam perjanjian kerjasama terbentuk ada saja salah satu pihak melakukan ingkar janji atau wanprestasi di mana pihak tersebut melakukan perbuatan yang diluar dari kesepakatan masing-masing pihak, sehingga perbuatan tersebut bisa merugikan pihak dalam perjanjian kemitraan. Adanya suatu kesepakatan menciptakan suatu prestasi atau pemenuhan janji, yaitu menjalin kerjasama, keuntungan, peningkatan kemampuan dan kewirausahaan, peningkatan kualitas penguasaan teknologi khususnya di bidang perjasaan, di mana masing-masing pihak memperoleh prestasinya, apabila ada suatu sengketa ataupun wanprestasi antara masing-masing pihak dalam pelaksanaan perjanjian tersebut, maka pihak dalam perjanjian kemitraan tersebut bisa diselesaikan secara hukum ataupun secara musyawarah dengan begitu tercapailah hak dan kewajiban diantara masing-masing pihak. Kesepakatan dalam perjanjian kerjasama tersebut menciptakan hubungan hukum yang mengakibatkan adanya suatu perikatan untuk memberikan syarat dan prosedur yang akan dilaksanakan agar tidak terciptanya suatu ingkar janji atau hal yang tidak diinginkan dalam pengajuan/ pengangkatan menjadi bengkel resmi Suzuki, sehingga bila terjadi sengketa atau pun hal yang bermasalah dalam perjanjian kedua belah pihak tersebut dapat diketahui apa permasalahan diantara para pihak yang berjanji, sehingga untuk menekan resiko terjadinya wanprestasi maka perusahaan PT Indomobil Suzuki International sebelum membuat perjanjian kerjasama, pihak perusahaan kecil harus mentaati terlebih dahulu syarat dan prosedur yang telah ditetapkan PT Indomobil Suzuki International sebelum perjanjian dibuat.


(8)

Berdasarkan hubungan hukum tersebut, maka dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama ini timbul hak dan kewajiban masing-masing pihak di mana salah satu pihak memiliki hak untuk memperoleh prestasi sedangkan pihak yang lain diberikan kewajiban untuk menunaikan prestasi sehingga tercapai tujuan bersama, di mana dalam perjanjian kerjasama tersebut, diuraikan secara jelas apa yang menjadi hak dan kewajiban pihak pertama untuk pengangkatan menjadi bengkel resmi.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan

membuatnya dalam bentuk skripsi dengan judul “PERJANJIAN KERJASAMA

BENGKEL RESMI SUZUKI ANTARA PT INDOMOBIL SUZUKI

INTERNATIONAL DENGAN SUZUKI NOVALIA (Studi pada Suzuki Novalia Motor)”.

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup

1.2.1 Permasalahan

Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya maka yang menjadi fokus dalam skripsi ini mengenai perjanjian kerjasama mengenai permohonan agar menjadi bengkel resmi adalah:

1. Bagaimanakah syarat dan prosedur perjanjian pengajuan bengkel resmi antara PT Indomobil Suzuki International dengan Suzuki Novalia Motor ?

2. Bagaimanakah hak dan kewajiban para Pihak di dalam perjanjian pengajuan bengkel resmi antara PT Indomobil Suzuki International dengan Suzuki Novalia Motor?


(9)

3. Bagaimanakah cara penyelesaian sengketa apabila terjadi wanprestasi?

1.2.2 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penulisan ini termasuk bidang ilmu Hukum Keperdataan yang secara khusus mengenai Hukum perjanjian dengan kajian materi tentang perjanjian perusahaan kecil.

Lingkup materi penelitiannya meliputi:

1. Syarat dan prosedur perjanjian pengajuan bengkel resmi antara PT Indomobil Suzuki International dengan Suzuki Novalia Motor

2. Hak dan kewajiban para Pihak di dalam perjanjian pengajuan bengkel resmi antara PT Indomobil Suzuki International dengan Suzuki Novalia Motor

3. Cara penyelesaian sengketa apabila terjadi wanprestasi

1.2.3 BatasanMasalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

Penelitian ini hanya dilakukan pada Suzuki Novalia Motor bertempat di jalan Ratu Dibalau no 38 Tanjung Senang Bandar Lampung.


(10)

1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah untuk memahami tentang:

1. Syarat dan prosedur perjanjian pengajuan bengkel resmi antara PT Indomobil Suzuki International dengan Suzuki Novalia Motor.

2. Hak dan kewajiban para Pihak di dalam perjanjian pengajuan bengkel resmi antara PT Indomobil Suzuki International dengan Suzuki Novalia Motor.

3. Penyelesaian sengketa apabila terjadi suatu wanprestasi

1.3.2 Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk perkembangan ilmu pengetahuan hukum, dalam lingkup hukum keperdataan, khususnya dalam bidang hukum perjanjian.

b. Kegunaan Praktis

1) Sebagai salah satu syarat bagi peneliti untuk menyelesaikan studi pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2) Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai Ilmu Hukum khususnya hukum keperdataan mengenai hukum perjanjian.


(11)

3) Memberikan informasi atau data-data dan bahan bacaan bagi pihak yang membutuhkan referensi mengenai perjanjian kerjasama demi kemajuan pendidikan dalam program studi Ilmu Hukum.

4) Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana hukum pada bagian hukum keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung.


(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perjanjian

2.1.1 Pengertian Perjanjian

Perjanjian dirumuskan dalam pasal 1313 KUHPdt, yaitu suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya.

Perjanjian sebagai suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada orang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.2 Sebagai perwujudan tertulis dari perjanjian maka seseorang membuat suatu naskah perjanjian, kontrak adalah salah satu dari dua dasar hukum yang ada selain undang-undang yang dapat menimbulkan perikatan, sedangkan perikatan adalah suatu keadaan hukum yang mengikat satu atau lebih subjek hukum dengan kewajiban-kewajiban yang berkaitan satu sama lain, sehingga dengan adanya perjanjian seseorang memiliki akibat hukum yang menciptakan suatu prestasi (janji) yang harus dilaksanakan.

2


(13)

Suatu perjanjian terjadi dengan persetujuan pihak-pihak yang bersangkutan, sedangkan perikatan bukan dengan janji pun terjadi, tidak ada persetujuan pihak-pihak yang bersangkutan.3

Perjanjian-perjanjian itu pada umumnya berbentuk bebas, artinya dapat diadakan secara lisan, dan apabila itu diterapkan dalam suatu tulisan, yang sifatnya sebagai alat pembuktian semata.4

Perjanjian yang dirumuskan pada Pasal 1313 KUHPdt terlalu luas karena dapat mencakup perbuatan di dalam lapangan hukum keluarga, seperti janji kawin, yang merupakan perjanjian juga, tetapi sifatnya berbeda dengan perjanjian yang diatur dalam KUHPdt Buku III yang kriterianya dapat dinilai secara materiil, dengan kata lain dinilai dengan uang.5

Perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal mengenai harta kekayaan.6

Apabila diperinci, maka perjanjian itu mengandung unsur-unsur sebagai berikut :

a. Adanya pihak-pihak, sedikitnya dua orang (subjek) b. Adanya persetujuan antara pihak-pihak itu (consensus)

3

C.S.T Kansil, Modul Hukum Perdata, termasuk asas-asas hukum perdata (Jakarta: Pradnya Paramita, 2004), hlm. 209.

4

H.F.A Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1995), hlm. 128.

5

Mariam Darus Badrulzaman Dkk, Kompilasi Hukum Perikatan (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001), hlm. 65.

6

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000), hlm. 255.


(14)

c. Adanya objek berupa benda

d. Adanya tujuan bersifat kebendaan (mengenai harta kekayaan) e. Adanya bentuk tertentu, lisan atau tertulis.

Perjanjian secara umum, mempunyai arti luas dan sempit, perjanjian dalam arti luas adalah perjanjian yang menimbulkan akibat hukum sebagai yang dikehendaki (atau dianggap dikehendaki) oleh para pihak, termasuk di dalamnya perkawinan, perjanjian kawin dan lain-lain, dalam arti sempit “perjanjian” disini hanya ditujukan kepada hubungan-hubungan hukum kekayaan saja seperti yang dimaksud oleh Buku III KUHPdt.7

Berdasarkan uraian dari beberapa ahli diatas, dapat dikatakan bahwa perjanjian adalah suatu hubungan hukum yang terjadi karena ada kata sepakat atau persesuaian (pernyataan) kehendak yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk melaksanakan suatu hal tertentu dalam lapangan harta kekayaan yang dituangkan dalam bentuk tertentu.

Perjanjian sering dibuat sebagai pedoman atau pegangan didalam pelaksanaan transaksi bisnis atau penyelesaian sengketa apabila ada perselisihan antara pihak dalam perjanjian (kontrak) yang telah dibuat, untuk itu perlu dibuat secara cermat dan teliti untuk dapat digunakan didalam prakteknya, dan juga perlu disimpan dengan

7

J.Satrio, Hukum Perikatan, perikatan yang lahir dari perjanjian (Jakarta: Citra Aditya Bakti, 2001), hlm. 28.


(15)

baik sebagai dokumen untuk dijadikan bukti apabila terjadi sengketa dikemudian hari serta dapat digunakan untuk mengurangi resiko bisnis.

Di dalam perjanjian ada hak dan kewajiban yang harus dipenuhi antara kedua belah pihak, hal itu di maksudkan agar pihak-pihak dalam perjanjian memenuhi janjinya, sehingga terikat kepada akibat hukum yang muncul karena kehendaknya sendiri yang memungkinkan untuk menunaikan prestasi.

Persetujuan kedua belah pihak atau lebih menciptakan suatu keterikatan janji yang tegas ditentukan di dalam suatu perjanjian, dengan kata lain suatu keselarasan agar terciptanya suatu perbuatan yang dirasa sama rata antar para pihak, sehingga perjanjian dilaksanakan berdasarkan syarat dan prosedur yang telah diperjanjikan untuk menciptakan kesepakatan para pihak yang bersangkutan.

2.1.2 Asas-asas Perjanjian

Di dalam hukum perjanjian mengenal beberapa asas penting, yaitu asas kebebasan berkontrak, asas pelengkap, asas konsensual, asas obligator, yang merupakan dasar kehendak pihak-pihak dalam mencapai tujuan, yaitu :

a. Asas kebebasan berkontrak

Kehendak para pihak yang diwujudkan dalam kesepakatan adalah merupakan dasar mengikatnya suatu perjanjian, kehendak dapat dinyatakan dengan berbagai cara baik lisan maupun tertulis dan mengikat para pihak dengan segala akibat hukumnya.8 Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat (1)

8


(16)

KUHPdt, yang berbunyi: “Semua Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.”9 Asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk membuat atau tidak membuat perjanjian, mengadakan perjanjian dengan siapapun, menentukan isi perjanjian, dan menentukan bentuk perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.10

b. Asas pelengkap

Asas ini mengandung arti bahwa ketentuan undang-undang boleh tidak diikuti apabila pihak-pihak menghendaki dan membuat ketentuan-ketentuan sendiri yang menyimpang dari ketentuan undang-undang, tetapi apabila dalam perjanjian yang mereka buat tidak ditentukan lain, maka berlakulah ketentuan undang-undang. Asas ini hanya mengenai hak dan kewajiban pihak-pihak saja.

c. Asas Konsensual

Asas ini mengandung arti bahwa perjanjian itu terjadi saat tercapainya kata sepakat antara pihak-pihak mengenai pokok perjanjian.

d. Asas obligator

Asas ini mengandung arti bahwa perjanjian yang dibuat pihak-pihak itu baru dalam tahap menimbulkan hak dan kewajiban saja, belum memindahkan hak milik.11

9

Muhammad op.cit., hlm. 226.

10

Ibid.

11


(17)

2.1.3 Syarat-syarat Sah Perjanjian

Syarat sah perjanjian dapat dikaji berdasarkan hukum perjanjian yang terdapat di dalam KUHPdt (Civil law), dalam hukum Eropa Kontinental, syarat sahnya perjanjian diatur dalam Pasal 1320 KUHPdt, yaitu:

a. adanya kesepakatan kedua belah pihak;

b. kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum; c. adanya objek; dan

d. adanya causa yang halal.

Keempat hal itu, dikemukakan berikut ini:

a. Kesepakatan (Toesteming/Izin) kedua belah pihak

Syarat yang pertama sahnya kontrak adalah adanya kesepakatan atau konsensus pada pihak. Kesepakatan ini diatur dalam Pasal 1320 ayat (1) KUHPdt, yang dimaksud dengan kesepakatan adalah persesuaian kehendak antara satu orang atau lebih dengan pihak lainnya. Pada dasarnya, cara yang paling banyak dilakukan oleh para pihak, yaitu dengan bahasa yang sempurna secara lisan dan secara tertulis. Tujuan pembuatan perjanjian secara tertulis adalah agar memberikan kepastian hukum bagi para pihak dan sebagai alat bukti yang sempurna, di kala timbul sengketa dikemudian hari.12

b. Kecakapan bertindak

Kecakapan bertindak adalah kecakapan atau kemampuan untuk melakukan perbuatan hukum. Perbuatan hukum adalah perbuatan yang akan menimbulkan akibat hukum. Orang-orang yang akan mengadakan perjanjian haruslah orang-orang yang cakap dan

12


(18)

mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum, sebagaimana yang ditentukan oleh undang-undang.

Orang yang termasuk tidak cakap untuk membuat persetujuan perjanjian menurut Pasal 1330 KUHPdt adalah anak di bawah umur (minderjarigheid), orang yang ditaruh dibawah pengampuan, dan istri, akan tetapi dalam perkembangannya istri dapat melakukan perbuatan hukum, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 31 Undang-Undang nomor 1 Tahun 197413 jo. SEMA nomor 3 Tahun 1963, dengan dikeluarkannya Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) nomor 3 Tahun 1963 orang perempuan dalam status pernikahan dianggap cakap untuk melakukan perbuatan hukum atau membuat suatu perjanjian, sehingga Pasal 108 dan Pasal 110 KUHPdt tidak berlaku.14 Akibat dari perjanjian yang dibuat oleh pihak yang tidak cakap adalah batal demi hukum (Pasal 1446 KUHPdt).

c. Adanya Objek Perjanjian (Onderwerp der Overeenskomst)

Objek perjanjian adalah prestasi (pokok perjanjian). Prestasi adalah apa yang menjadi kewajiban Debitur dan apa yang menjadi hak Kreditur. Prestasi terdiri dari perbuatan positif dan negatif. Prestasi terdiri dari suatu hal memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, dan tidak berbuat sesuatu (Pasal 1234 KUHPdt). Objek perjanjian itu harus tertentu atau sekurang kurangnya dapat ditentukan. Barang yang dimaksudkan dalam perjanjian paling sedikit sudah dapat diketahui jenisnya, bahwa barang itu sudah ada

13

Pasal 31 Undang-Undang nomor 1 Tahun 1974 menjelaskan bahwa hak dan kedudukan istri seimbang dengan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam

masyarakat, karena masing-masing pihak cakap hukum, suami adalah kepala keluarga dan isteri ibu rumah tangga walaupun memiliki perannya masing-masing tetapi memiliki kewajibannya tersendiri.

14


(19)

atau sudah berada di tangannya si berutang pada waktu perjanjian dibuat. Kejelasan mengenai pokok perjanjian atau objek perjanjian ialah memungkinkan pelaksanaan hak dan kewajiban pihak-pihak. Contohnya, jual beli rumah, yang menjadi prestasi/ pokok perjanjian adalah menyerahkan hak milik atas rumah dan menyerahkan uang harga dan pembelian rumah itu.15

d. Adanya causa yang Halal (Geoorloofde Oorzaak)

Pasal 1320 KUHPdt tidak dijelaskan pengertian orzaak (causa yang halal) sedangkan dalam Pasal 1337 KUHPdt hanya menyebutkan causa yang terlarang. Suatu sebab adalah terlarang apabila bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan, dan ketertiban umum.

Syarat pertama dan kedua menyangkut subjektif, karena menyangkut pihak-pihak yang mengadakan perjanjian, sedangkan syarat ketiga dan keempat disebut syarat objektif, karena menyangkut objek perjanjian. Terdapatnya cacat kehendak (keliru, paksaan, penipuan) atau tidak cakap untuk membuat perikatan, mengenai subyek mengakibatkan perjanjian dapat dibatalkan, artinya, bahwa salah satu pihak dapat mengajukan kepada Pengadilan untuk membatalkan perjanjian yang disepakatinya, tetapi apabila para pihak tidak ada yang keberatan maka perjanjian itu tetap dianggap sah, apabila syarat ketiga dan keempat mengenai obyek tidak terpenuhi, maka perjanjian batal demi hukum, artinya bahwa dari semula perjanjian itu dianggap tidak ada,16 sehingga penulis menyimpulkan perjanjian merupakan kegiatan hukum yang melibatkan kedua belah pihak atau lebih, mengikatkan dirinya karena ada unsur

15

Ibid., hlm. 34.

16


(20)

kesepakatan yang menimbulkan suatu hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan yang berjanji, dan harus dilaksanakan agar tidak terjadi suatu wanprestasi.

2.1.4 Akibat Perjanjian

Pasal 1338 ayat (1) KUHPdt, yang menyatakan bahwa suatu perjanjian yang dibuat secara sah, mengikat sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya, dari bunyi pasal ini dapat disimpulkan adanya asas kebebasan berkontrak, akan tetapi kebebasan ini dibatasi oleh hukum yang sifatnya memaksa, sehingga para pihak yang membuat perjanjian harus menaati hukum yang sifatnya memaksa. Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau undang-undang. Suatu perjanjian tidak diperbolehkan membawa kerugian kepada pihak ketiga.

Sebagai konsekuensi dari asas personalia, yang hanya mengikat diantara para pihak yang membuatnya, dan khusus kewajiban Debitur yang senantiasa melekat pada dirinya pribadi hingga ia dibebaskan, pasal 1338 ayat (2) KUHPdt menentukan

bahwa “perjanjian-perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang

dinyatakan cukup untuk itu”, dengan ketentuan tersebut jelas bahwa apa yang sudah disepakati oleh para pihak tidak boleh diubah oleh siapapun juga, kecuali jika hal


(21)

tersebut memang dikehendaki secara bersama oleh para pihak, ataupun ditentukan demikian oleh undang-undang berdasarkan suatu perbuatan hukum atau peristiwa hukum atau keadaan hukum tertentu.17

2.1.5 Wanprestasi

Apabila si berutang (Debitur) tidak melakukan apa yang dijanjikannya, maka

dikatakan ia melakukan “wanprestasi”. Ia alpa atau “lalai” atau ingkar janji. Atau

juga ia melanggar perjanjian, bila ia melakukan atau berbuat sesuatu yang tidak boleh dilakukannya.18 Wanprestasi seorang Debitur dapat berupa empat macam :

a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya;

b. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan; c. Melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat;

d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.

Ada 4 akibat yang dapat terjadi jika salah satu pihak melakukan wanprestasi yaitu:

1. Membayar kerugian yang diderita oleh pihak lain berupa ganti rugi; 2. Dilakukan pembatalan perjanjian;

3. Peralihan resiko;

4. Membayar biaya perkara jika sampai berperkara dimuka Hakim.

Ganti rugi atas wanprestasi menurut hukum perdata Belanda hanya dapat ditentukan dalam bentuk uang, jika objek perjanjian uang. Ada dua sebab timbulnya ganti rugi,

17

Kartini Muljadi & Gunawan Widjaja, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 166.

18


(22)

yaitu ganti rugi karena wanprestasi dan perbuatan melawan hukum. Ganti rugi karena wanprestasi diatur dalam buku III KUHPdt, sedangkan ganti rugi karena perbuatan melawan hukum disebabkan karena adanya kesalahan, bukan karena adanya perjanjian, jadi dibebankan kepada pihak yang telah menimbulkan kesalahan kepada pihak yang dirugikannya, sehingga dilihat dari uraian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa ganti rugi karena wanprestasi adalah suatu bentuk ganti rugi yang dibebankan kepada Debitur yang tidak memenuhi isi perjanjian yang telah dibuat antara Kreditur dan Debitur. Apabila debitur tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya maka kreditur dapat meminta ganti rugi atas apa yang Debitur perbuat sehingga dalam pelaksanaan apa yang dijanjikan Debitur melakukan wanprestasi, sebagaimana yang dijanjikan, Debitur juga membayar ganti kerugian apabila tidak melaksanakan apa yang dijanjikannya namun terlambat untuk menunaikan prestasi atau di karenakan debitur lalai melaksanakannya, untuk itu Debitur harus melakukan sesuatu yang menurut perjanjian harus dilaksanakan.

2.2 Perjanjian Kerjasama

2.2.1 Pengertian Perjanjian Kemitraan

Perjanjian kemitraan merupakan perjanjian yang dikenal dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dan Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 1997 tentang Kemitraan.

Kemitraan menurutPasal 1 angka 13 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah:


(23)

” kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan

yang melibatkan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dengan Usaha Besar.”

sedangkan menurut Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 1997 tentang Kemitraan adalah:

“kerjasama usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah dan atau dengan Usaha Besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh Usaha Menengah dan atau Usaha Besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat

dan saling menguntungkan.”

Kerjasama merupakan kegiatan usaha atau usaha yang dilakukan antara usaha kecil dengan usaha menengah dan atau besar untuk lebih memberdayakan usaha kecil agar dapat tumbuh dan berkembang semakin kuat dan memantapkan struktur perekonomian nasional. Pembinaan dan pengembangan merupakan usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna oleh usaha menengah dan usaha besar terhadap usaha kecil sehingga usah kecil usaha kecil dapat berkembang. Pembinaan dan pengembangan itu dapat dilakukan dalam satu atau lebih aspek pemasaran, pembinaan dan permodalan, manajemen, dan teknologi.19 Munculnya usaha besar dan menengah di Indonesia berawal dari fasilitas kemudahan yang diberikan oleh pemerintah. Bantuan dan berbagai fasilitas kemudahan ini diberikan merupakan keputusan politik pemerintah pada masa lalu yang kelak terbukti kurang menguntungkan kondisi perekonomian secara nasional.20 Fasilitas kemudahan yang diberikan menyebabkan tumbuhnya usaha besar yang tidak efisien, kurang produktif dan tidak mampu bersaing. Berbeda dengan usaha besar dan

19

Salim HS, Perkembangan Hukum Kontrak diluar KUHPerdata (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 177-178.

20

Mohammad Jafar Hafsah, Kemitraan Usaha (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2000), hlm. 35.


(24)

menengah, usaha kecil tampaknya lebih mampu bertahan terhadap berbagai perubahan kondisi ekonomi bahkan menjadi tumpuan harapan dalam menggerakan perekonomian nasional,21 hal ini disebabkan melalui usaha kecil dapat memperluas lapangan kerja, memberikan pelayanan yang luas kepada masyarakat, mewujudkan pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan stabilitas nasional, khususnya di bidang ekonomi.

Perjanjian kerjasama merupakan kontrak atau perjanjian yang dibuat antara usaha kecil dengan usaha menengah dan atau besar, di mana usaha menengah dan atau besar berkewajiban memberikan program kemitraan, pembinaan dan pengembangan kepada usaha kecil, dan usaha kecil berhak untuk menerima program tersebut sesuai kesepakatan yang telah dibuat. Subjek hukum dalam perjanjian kerjasama adalah usaha kecil, usaha menengah dan atau usaha besar.

2.2.2 Para Pihak dan Objek Perjanjian Kerjasama

Para pihak yang terkait dalam perjanjian kemitraan (kerjasama) adalah pihak usaha kecil dengan usaha menengah atau besar. Ukuran yang digunakan untuk menentukan usaha kecil, usaha menengah atau besar di lihat dari aspek permodalan.

Usaha menengah dan atau usaha besar modalnya lebih besar dari usaha kecil, karena memiliki kekayaan bersih atau penghasilan penjualan tahunan lebih besar.

Objek perjanjian harus memenuhi syarat yaitu :

21


(25)

a. Harus tertentu atau dapat ditentukan

Unsur terjadinya persetujuan suatu objek tertentu, ditafsirkan sebagai dapat ditentukan. Perjanjian dengan objek yang dapat ditentukan diakui sah. Perjanjian tidak sah, jika objeknya tidak tertentu atau tidak dapat ditentukan. Objek dalam perjanjian kemitraan (kerjasama) berupa program kemitraan, pembinaan dan pengembangan. Program kemitraan merupakan program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil.

b. Objek Diperkenankan

Menurut Pasal 1335 dan 1337 KUHPdt, persetujuan tidak dapat menimbulkan perikatan jika objeknya bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan atau dilarang oleh undang-undang.

c. Prestasi Dimungkinkan

Untuk berlakunya persetujuan yang diisyaratkan prestasi harus dimungkinkan untuk dilaksanakan. Sehubungan dengan itu dibedakan antara ketidak mungkinan objektif dan subjektif. Perbedaan antara ketidakmungkinan objektif dan subjektif pada pemikiran bahwa dalam hal pertama setiap orang mengetahui bahwa prestasi tidak mungkin dilaksanakan dan karenanya Kreditur tidak dapat mengharapkan pemenuhan prestasi tersebut, sedangkan dalam hal yang kedua ketidakmungkinan itu hanya diketahui oleh Debitur yang bersangkutan, sehingga Debitur yang dengan janjinya menimbulkan kepercayaan kepada Kreditur bahwa ia mampu melaksanakan prestasi harus bertanggung jawab atas pemenuhan prestasi.


(26)

2.2.3 Isi Perjanjian Kerjasama

Di dalam perjanjian memuat isi perjanjian kemitraan yang akan dibuat antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar telah ditentukan dalam Pasal 34 Undang-Undang nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha mikro, kecil, dan menengah, yaitu perjanjian tertulis yang sekurang-kurangnya mengatur kegiatan usaha, hak dan kewajiban masing-masing pihak, bentuk pengembangan, jangka waktu, dan penyelesaian perselisihan, tidak boleh bertentangan dengan prinsip dasar kemandirian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah serta tidak menciptakan ketergantungan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah terhadap Usaha Besar. Berdasarkan dokumen perjanjian kemitraan yang dibuat antara PT Indomobil Suzuki International dengan Suzuki Novalia Motor, diketahui substansi perjanjian kemitraan, sebagaimana disajikan berikut ini. Hal hal yang dimuat dalam perjanjian kemitraan antara PT Indomobil Suzuki International dengan Suzuki Novalia Motor (usaha kecil) adalah:

a. Judul kontrak;

b. Para pihak dalam perjanjian; c. Persyaratan dan ketentuan; d. Pengangkatan;

e. Masa berlaku perjanjian kerjasama; f. Hak dan kewajiban;

g. Pembatalan perjanjian;

h. Pelaksanaan pembatalan perjanjian; i. Perpanjangan perjanjian kerjasama.


(27)

Dalam perjanjian kerja sama tersebut, pihak pertama harus melakukan kewajiban sesuai dengan yang tertera dalam dokumen perjanjian kerjasama tersebut berdasarkan atas masa berlakunya perjanjian kerjasama tersebut.

Isi perjanjian kerjasama sebelum membuat kesepakatan mengenai perjanjian antara lain:

a. Pihak pertama (usaha kecil) mengajukan permohonan perjanjian kepada pihak kedua (perseroan terbatas) melalui pihak ketiga (Persero) yang bertanggung jawab untuk membina pihak pertama dalam hal pengelolaan aktivitas servis. Pihak pertama menerima penunjukan sebagai bengkel resmi dari pihak kedua dan sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan sebagaimana ditetapkan dalam perjanjian.

b. Jika ketiga pihak menyetujui perjanjian tersebut dibuat, maka pihak pertama sebagai pemohon, berkewajiban menunaikan prestasi.

Perjanjian kerjasama berakhir dikarenakan masa berlaku perjanjian telah berakhir, atau pihak pertama memutuskan untuk membatalkan sebelum masa berakhir, dengan berakhirnya perjanjian kerja sama maka hak dan kewajiban antara para pihak yang membuat kesepakatan perjanjian berakhir juga, hal ini tertera pada isi naskah perjanjian kerjasama pengajuan bengkel umum menjadi bengkel resmi Suzuki, sehingga tidak ada suatu hubungan timbal balik jika para pihak telah mengakhiri perjanjian yang telah disepakati, karena tidak ada prestasi, hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan.


(28)

2.2.4 Hak Dan Kewajiban Pihak-Pihak Dalam Perjanjian Kerjasama

Pelaksanaan perjanjian pada dasarnya selalu berupa pembayaran sejumlah uang, penyerahan suatu benda, pelayanan, atau gabungan dari perbuatan-perbuatan tersebut. Pembayaran sejumlah uang dan penyerahan benda dapat terjadi secara serentak dan dapat pula secara tidak serentak, tetapi pelayanan jasa selalu dilakukan lebih dulu, baru kemudian pembayaran sejumlah uang.22

Kewajiban usaha kecil dalam perjanjian kerjasama adalah menjalin hubungan kerja yang baik, meningkatkan efisiensi kerja, mengikuti peraturan pihak ketiga, mencantumkan nama perusahaan, berhak menerima informasi dari pihak kedua dan ketiga, memberikan pelayanan maksimal sesuai prosedur pihak kedua, mematuhi segala ketentuan yang terdapat dalam ketentuan dan syarat-syarat umum perjanjian kerjasama.

2.3 Pengertian Usaha Kecil

Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang,23 dalam Pasal 6 angka (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Kriteria usaha kecil yang dapat diubah dengan peraturan pemerintah, yaitu:

22

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000), hlm. 236-237.

23

Sanusi Bintang, Pokok-Pokok Hukum Ekonomi dan Bisnis (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000), hlm. 51.


(29)

1. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

Pembinaan usaha kecil melalui undang-undang ini sangat relevan, tetapi masih merupakan konsep kebijakan saja.24

Kelahiran Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sebagai revisi dari Undang-Undang Nomor 9 tahun 1995 tentang usaha kecil ditujukan untuk memberikan dasar hukum dalam pemberdayaan yang tertuju pada usaha kecil, karena sebagaimana disebutkan bahwa usaha kecil sebagai bagian integral dari dunia usaha yang merupakan kegiatan ekonomi rakyat mempunyai kedudukan, potensi, dan peran yang strategis untuk mewujudkan struktur perekonomian nasional yang makin seimbang. Sebagai pelaksanaan undang-undang tersebut telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 tahun 1997 tentang kemitraan.

Pemberdayaan pada usaha kecil tidak hanya pada pemerintah saja, tetapi juga dunia usaha dan masyarakat. Pemberdayaan tersebut dilakukan melalui empat metode, yaitu penciptaan iklim usaha, pembinaan dan pengembangan, pembiayaan dan penjaminan,

24


(30)

serta kemitraan. Pertumbuhan iklim usaha bagi usaha kecil dilakukan melalui penetapan perundang-undangan dan kebijaksanaan meliputi aspek pendanaan, persaingan, prasarana, informasi, kemitraan, perizinan usaha, dan perlindungan.

2.4 Pengertian Bengkel

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bengkel adalah tempat memperbaiki mobil, sepeda, dan sebagainya, artinya tempat di mana bisa mereparasi kendaraan bermotor maupun tidak bermotor ataupun jenis jenis barang yang dapat diperbaiki walau tidak kembali seperti semula, usaha bengkel adalah usaha yang tergolong usaha kecil di bidang jasa mengingat kriteria usaha bengkel merupakan usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) yang tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, yang tertera pada Undang-Undang nomor 20 Tahun 2008, sehingga usaha perbengkelan termasuk kedalam golongan usaha kecil bila berdiri sendiri atau dengan kata lain milik perseorangan dan bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar, dengan adanya usaha di bidang perjasaan tersebut memicu perekonomian untuk lebih maju, Harus diakui bahwa bisnis bengkel kini sangat menggiurkan, bahkan sangat menjanjikan, dan tidak akan mengenal surut.

Bengkel kendaraan bermotor dalam perkembangannya terbagi menjadi dua yaitu bengkel umum dan bengkel resmi.


(31)

1. Bengkel umum

Menurut Pasal 1 ayat (1) dan (2) Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan Nomor 551/Mpp/Kep/10/1999 Tentang Bengkel Umum Kendaraan Bermotor, bengkel umum kendaraan bermotor adalah bengkel umum yang berfungsi untuk membetulkan, memperbaiki, dan merawat kendaraan bermotor agar tetap memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan, dan kendaraan bermotor merupakan alat transportasi yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu, dengan demikian bengkel umum merupakan tempat di mana bisa merawat, memperbaiki kendaraan bermotor yang mengalami kerusakan. Bengkel umum merupakan usaha kecil non resmi sehingga bisa saja peraturan yang dibuat oleh bengkel tersebut dalam pelayanan terhadap konsumen bisa saja semau pemilik bengkel, dan tidak mengikuti standarisasi dari bengkel bengkel yang memiliki status resmi, seperti peralatan untuk mereparasi, keahlian mekanik/ teknisi, biaya perbaikan, harga suku cadang, ruang tunggu, proses kerja dan lain-lain.

2. Bengkel resmi

Bengkel resmi hampir serupa dengan bengkel umum, karena sama-sama mereparasi kendaraan bermotor, hanya saja proses, biaya, teknisi, efisiensi, kenyamanan, dan lain-lain terjamin karena bengkel tersebut cukup modern karena memiliki peralatan yang standar. Dengan begitu dominasi usaha bengkel resmi yang ditemui hampir diseluruh lokasi/ daerah sangat terjangkau, sebagai contoh:


(32)

Dealer Suzuki yang pada saat ini memiliki bengkel resmi, tujuannya dari pelayanan bengkel resmi, diharapkan agar para pemilik motor Suzuki dijamin akan mendapat pelayanan yang terbaik sesuai dengan standar dari pabrikan Suzuki.25

2.5 Gambaran Umum Perusahaan

2.5.1 Sejarah PT Indomobil Suzuki International

PT Indomobil Suzuki International merupakan Jalur distribusi sepeda motor Suzuki dipegang oleh Distributor Tunggal, PT Indomobil Niaga International, yang juga didukung oleh main dealer dan dealer di seluruh Indonesia. Berkantor pusat di Wisma Indomobil, jalan M.T. Haryono Kav. 8 Jakarta, PT Indomobil Suzuki International dengan jumlah karyawan sebanyak kurang lebih 6.914 orang tersebut memiliki beberapa pabrik untuk mendukung kegiatan produksi sepeda motor, yakni Cakung Plant I dan Cakung Plant II sebelumnya dikenal dengan nama PT Suzuki Indonesia Manufacturing, PT Suzuki Engine Industry dan PT Firt Chemical Industry berada di Jalan Raya Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur, berdiri diareal tanah seluas 80.540 M dan didukung oleh kurang lebih 634 karyawan. dengan aktivitas manufaktur komponen mesin dan perakitan mesin dan transmisi, Tambun Plant I di Jalan Raya. Diponegoro Km. 38,2 Tambun, Bekasi, yang sebelumnya dikenal dengan nama PT Indohero Steel & Engineering Co. Plant Tambun I mampu menyerap tenaga kerja sebanyak kurang lebih 1128 orang dengan aktivitas utama manufaktur komponen rangka dan perakitan sepeda motor, untuk menunjang kegiatan After Sales

25


(33)

& Service, bersama dengan divisi kendaraan roda empat, PT Indomobil Suzuki International memiliki Direktorat Servis untuk menunjang kegiatan servis roda dua dan roda empat, dan Suzuki Part Center untuk penyediaan suku cadang, yang keduanya terletak di daerah Tambun, Bekasi.

PT Indomobil Suzuki International (ISI) dirubah menjadi PT Suzuki Indomobil Motor (SIM) merupakan sebuah perusahaan penanaman modal asing (PMA) yang berdiri dengan kekuatan 5 (lima) buah perusahaan. Perusahaan tersebut adalah sebagai berikut :

1. PT Indohero Steel & Engineering Co; 2. PT Indomobil Utama;

3. PT Suzuki Indonesia Manufacturing; 4. PT Suzuki Engine Industry;

5. PT First Chemical Industry.

Lima perusahaan tersebut bergabung (Merger) dengan persetujuan dari Presiden Republik Indonesia melalui surat pemberitahuan tentang persetujuan Presiden dari Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPN) nomor 05 / I / PMA / 90 tertanggal 1 Januari 1990, dan diperingati sebagai berdirinya PT Suzuki Indomobil Motor, yang bergerak dalam bidang usaha Industri Komponen dan Perakitan kendaraan bermotor Merek Suzuki roda dua (Sepeda Motor) dan roda empat (Mobil).


(34)

2.5.2 Struktur Organisasi PT Indomobil Suzuki International

Struktur organisasi adalah susunan penempatan sumber daya manusia, yang memberi gambaran, hirarki wewenang, jalur perintah, jalur tanggung jawab dan jalur komunikasi, dalam rangka menjalankan fungsinya dalam memberikan pelayanan jasa. Struktur organisasi merupakan landasan bagi seluruh karyawan yang ada dalam suatu perusahaan, di mana struktur organisasi ini pada pokoknya mengandung penerapan batas-batas tugas, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing karyawan perusahaan. PT Indomobil Suzuki International menganut struktur organisasi fungsional yang terpusat, di mana setiap fungsional bertanggung jawab atas tiga fungsi besar yaitu produksi, pemasaran, serta keuangan dan administrasi.26 Berikut di bawah ini uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang dari masing-masing fungsi adalah sebagai berikut :

1. Divisi Pemasaran

Merupakan organ yang bertanggung jawab atas proses pembuatan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi dan pengembangan produk yang akan dipasarkan serta mempersiapkan pelayanan purna jual kepada pelanggan berupa promosi, diskon harga, service, spare part, dan menghitung adanya ancaman dan peluang dari pesaing, sehingga dalam suatu pasar bisa di lihat apakah mengalami kerugian ataupun keuntungan berdasarkan kuantitas pengguna kendaraan merek Suzuki, demi mengembangkan dan mengelola aktivitas pemasaran.

26

Wawancara dengan Febri Widianto selaku Mechanics Suzuki Novalia Motor, 1 Februari 2012


(35)

2. Keuangan dan Administrasi

Merupakan organ yang bertugas melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan pencatatan, pengendalian dan pengawasan arus masuk dan keluar keuangan perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Pengaturan sumber daya manusia mulai dari perencanaan, penarikan, penempatan, pengembangan, kompensasi hingga pemutusan hubungan kerja, diatur oleh bagian keuangan dan administrasi, di samping hal tersebut di atas juga mengelola dan mengawasi semua aset perusahaan.

3. Divisi Produksi

Merupakan organ yang bertugas membuat perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi dari semua kegiatan produksi serta standar mutu yang telah di terapkan secara teliti dari bahan baku sampai kebahan jadi, baik bahan yang diimpor maupun yang dibeli lokal oleh produk Suzuki.

PT Indomobil Suzuki International merupakan agen tunggal dari Suzuki Motor Corporation Japan yang merupakan penyalur produksi motor Suzuki ke Indonesia, yang merupakan sebuah perusahaan penanaman modal asing (PMA) yang bergerak di bidang otomotif dengan penggabungan lima buah perusahaan (merger) sehingga nama perusahaan tersebut menjadi PT Suzuki Indomobil Motor (SIM). Perusahaan tersebut adalah pusat dari penjualan, perakitan, produksi, pemasaran, serta bagian penting dalam perencanaan kinerja aktivitas karyawan-karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut dalam hal merakit, merancang desain, mengontrol suku cadang Suzuki agar kualitas kendaraan roda dua maupun roda empat sebelum masuk ke pasar


(36)

tidak mengalami cacat fisik ataupun produk tidak layak jual. PT Indomobil Suzuki International memiliki penyalur disetiap daerah diseluruh Indonesia yang di sebut Main Dealer, Main Dealer di wilayah provinsi Lampung adalah CV Suzuki Centre beralamat di jalan Kartini nomor 17 A/E Tanjung Karang Bandar Lampung yang bertugas sebagai penyalur kendaraan sepeda motor Suzuki, pengiriman kupon servis dari bengkel resmi di seluruh jaringan servis roda dua diwilayah Lampung, serta pembinaan bengkel resmi di wilayah Lampung. Pengajuan menjadi bengkel resmi Suzuki bisa melalui perantara Main Dealer CV Suzuki Centre dengan syarat yang telah ditetapkan PT Indomobil Suzuki International sehingga bengkel resmi Suzuki Novalia Motor yang sebelumnya adalah bengkel umum dapat diajukan menjadi bengkel resmi Suzuki atas persetujuan kerjasama melalui perantara yaitu Main Dealer CV Suzuki Centre, para pihak membuat persetujuan kerjasama tersebut, pihak-pihak harus terlebih dahulu menyiapkan syarat-syarat dan prosedur yang akan diperlukan. Perjanjian kerjasama bengkel resmi Suzuki ini sama layaknya dengan perjanjian-perjanjian lain yang memiliki syarat dan prosedur untuk menyamakan kehendak antara PT Indomobil Suzuki International dengan Suzuki Novalia Motor baik secara lisan maupun tulisan sesuai asas kebebasan berkontrak yang terkandung dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPdt, sehingga perjanjian kerjasama antara PT Indomobil Suzuki International dengan Suzuki Novalia Motor tercipta secara hukum serta mengikat para pihak yang ada dalam perjanjian kerjasama bengkel resmi Suzuki.


(37)

2.5.3 Sejarah Suzuki Novalia Motor

Suzuki Novalia Motor merupakan perusahaan perseorangan yang tergolong perusahaan kecil, kegiatannya bergerak di bidang perjasaan meliputi, pengecer Sparepart, reparasi kendaraan bermotor, serta pelayanan di bidang kendaraan bermotor, sebelum menjadi Suzuki Novalia Motor perusahaan tersebut bernama Novalia Motor, yang usahanya bersifat pribadi (keluarga) mulai dirintis pada tahun 1983 yang tergolong dalam jenis usaha bengkel umum, dengan jenis usaha jasa bengkel sepeda motor, serta usaha dagang dengan modal awal sebesar Rp 30.000.000,- (Tiga Puluh Juta Rupiah) yang nilai modal dan kekayaan bersih perusahaan seluruhnya tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, pemilihan jenis usaha ini dilatarbelakangi oleh pengalaman yang sudah lama yang kurang lebih 5 (lima) tahun lama bekerja sebagai tenaga mekanik pada sebuah bengkel sepeda motor terbesar di Bandar Lampung.

Tahun 1990 Novalia Motor menambah jenis usaha baru yaitu bengkel bubut dan lemer, dengan tujuan untuk melengkapi layanan jasa pelanggan lama dan menjadi daya tarik bagi pelanggan baru sehingga memberikan pelayanan maksimal kepada Konsumen, dan ternyata dari penambahan usaha bengkel bubut dan lemer tersebut selain berdampak terhadap peningkatan pendapatan pada bengkel sepeda motor, juga berkembang menjadi usaha dengan tambahan pendapatan sendiri.

Pada tahun 1992, Novalia Motor menambah jenis usaha baru lagi yaitu bengkel las listrik, yaitu untuk melayani jasa pengelasan serta melayani permintaan para


(38)

pelanggan yang ingin membuat pagar besi, canopy, jendela tralis, tangga besi, tower air, dan barang-barang lainnya yang sejenis. Mulai tahun 2000 usaha bengkel las listrik ini telah memiliki tempat tersendiri yaitu di Jalan Senopati nomor 10 Jati Mulyo Lampung Selatan dan kemudian pindah di Jalan Soekarno Hatta nomor 2 Way Halim Bandar Lampung pada tahun 2007.

Pada tahun 1996 Novalia Motor berhasil menambah usaha baru yaitu perdagangan suku cadang (spareparts) sepeda motor. Tujuannya adalah untuk melayani pelanggan bengkel sepeda motor yang membutuhkan penggantian suku cadang, sehingga tidak perlu ke tempat lain, tetapi bisa langsung dilayani di satu tempat dengan harga yang relatif murah, pada tahun 2003, berhasil menambah dua unit usaha baru lagi, yaitu Bengkel resmi sepeda motor Suzuki, dan sub dealer sepeda motor Suzuki. Perusahaan Novalia yang bertempat di jalan Ratu Dibalau nomor 38 Tanjung Senang Bandar Lampung sampai sekarang, dan berkembang dari tahun ketahun seiring perkembangan jaman. Perusahaan Novalia Motor di samping telah berhasil mengembangkan jenis usaha dari satu macam usaha dari tahun 1983 hingga kini pada tahun 2012 telah berkembang menjadi 6 macam usaha yaitu:

1. Bengkel Umum Sepeda Motor; 2. Bengkel Bubut dan Lemer; 3. Bengkel Las Listrik;

4. Dagang Spareparts sepeda Motor; 5. Bengkel Resmi (khusus) Suzuki; 6. Dagang (Sub Dealer) Motor Suzuki.


(39)

Dengan pengembangan usaha tersebut Novalia Motor bisa memberikan pelayanan maksimal untuk memuaskan Konsumen, dengan kelengkapan jasa-jasa di bidang perbengkelan. Perkembangan jumlah tenaga kerja yang pada awalnya hanya satu orang tenaga mekanik (Pribadi), kini telah berkembang menjadi 17 (tujuh belas) orang. Dan perkembangan aset perusahaan yang pada awalnya hanya kurang lebih Rp30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah) kini telah berkembang menjadi kurang lebih Rp1,2 milyar (satu milyar dua ratus juta rupiah) tidak termasuk aset pribadi.

Hal yang menggembirakan dan patut disyukuri, bahwa dengan keberhasilan usaha ini selain bisa mengantarkan anak-anak untuk belajar sampai jenjang perguruan tinggi, juga telah berhasil mengangkat keluarga dan orang tua (empat orang) melaksanakan ibadah haji ke tanah suci Mekkah.

Karyawan Novalia Motor pada tahun 2012 terdiri dari 12 (dua belas) anggota yang terdiri dari 3 orang dari bengkel Resmi Suzuki, 3 orang bengkel las listrik, 1 orang bengkel Bubut dan Lemer, 3 Orang karyawan yang berada di layanan dagang suku cadang (spareparts)/ Sub agen motor Suzuki, 2 orang Pimpinan/ pemilik usaha, yang semuanya masih bekerja di perusahaan tersebut, sehingga jika ingin mengajukan menjadi bengkel resmi Suzuki salah satu syarat yang harus dipenuhi telah tercapai yaitu struktur organisasi yang sudah ditetapkan oleh pihak Main Dealer CV Suzuki Centre selaku perencana, pembina, dan pengawas bengkel resmi di jaringan service roda dua wilayah Lampung, walaupun karyawan ataupun struktur anggota tidak lengkap, akan tetapi bila sudah memiliki pimpinan, bagian administrasi, serta mekanik maka syarat yang dibutuhkan telah terpenuhi.


(40)

2.5.4 Struktur Organisasi Service Di Bengkel Resmi

Gambar 1.1 Struktur Organisasi Service Sepeda motor di Bengkel Resmi Sumber Data : Suzuki Novalia Motor

Keterangan Gambar :

1. Service Manager

Service Manager adalah orang yang bertanggung jawab atas semua fasilitas, peralatan yang ada di bengkel serta seluruh personil bengkel, untuk itu Service Manager harus memahami ketentuan serta prosedur yang berlaku dan mampu mengkoordinasikan seluruh personil dari masing-masing anggota serta dapat pula menghadapi/ melayani pelanggan. Service Manager bertanggung jawab atas jalannya perusahaan secara total termasuk kegiatan di bengkel serta anggota

Owners

Pimpinan Operasional

Service Manager

Chief Mechanics Service Area & Development

Warranty Claim Training

Finance Service & Spare Mechanics


(41)

lainnya seperti Service Area & Development, Warranty Claim dan Training, Service Manager juga mengorganisir prosedur yang berlaku dibengkel serta membeli peralatan khusus yang dibutuhkan bengkel, dan mengawasi fungsi-fungsi setiap divisi/ bagian dibawahnya.

2. Service Area & Development

Department Service Area & Development adalah orang yang melakukan pengawasan dan pembinaan jaringan servis di wilayahnya, agar jaringan servis selalu mengikuti kebijakan yang di gariskan oleh PT Indomobil Suzuki International yaitu, standarisasi seperti kondisi fisik bangunan, pakaian kerja personil service, peralatan, struktur organisasi, pelayanan pelanggan, pembuatan laporan aktivitas bulanan, keikutsertaan dalam training, teknis pelaksanaan pekerjaan perbaikan dan perawatan kendaraan, dan kebijakan lainnya yang ditetapkan oleh PT Indomobil Suzuki International.

3. Warranty Claim

Warranty Claim adalah orang yang memproses pengajuan penagihan biaya, atas pelayanan seperti Pre Delivery Inspection (PDI) adalah inspeksi/cek kendaraan dengan lengkap dan benar sebelum diserahkan ke pelanggan, Warranty Claim (Klaim Garansi), Free Service Coupon (Kupon Servis Gratis), Dari bengkel Resmi Sepeda motor Suzuki yang telah melaksanakan pekerjaan-pekerjaan tersebut untuk selanjutnya ditagihkan ke PT indomobil Suzuki International dan di bayarkan ke Bengkel Resmi Sepeda motor Suzuki, divisi Warranty Claim juga aktif dalam melakukan penelitian (investigasi) terhadap masalah-masalah mutu produk baik dalam masa garansi ataupun diluar masa


(42)

garansi yang dilakukan sendiri ataupun dibawah koordinasi PT Indomobil Suzuki International.

4. Training

Training adalah orang yang bertanggung jawab dalam pembinaan sumber daya manusia jaringan Service sesuai kebutuhan yang ada karena adanya permasalahan tertentu atau adanya model baru.

5. Chief Mechanic

Chief Mechanic (Kepala Bengkel) adalah orang yang bertanggung jawab mengkoordinasi kegiatan bengkel yaitu:

a. Membina hubungan dengan bagian pelanggan;

b. Memeriksa kondisi tempat kerja, laporan harian bengkel dan Spare parts setiap hari;

c. Membuat rencana untuk pengembangan bengkel; d. Membuat laporan aktivitas bengkel dan Spare parts;

e. Membantu, menyetujui permintaan pembelian material/ jasa dari luar; f. memeriksa peralatan dan perlengkapan bengkel melalui inspeksi mendadak. 6. Administration

Administration adalah orang yang mencatat laporan kedalam buku harian bengkel di mana kegiatannya membuat surat perintah penunjukan luar kerja (bubut/ Press Body dll), memasukan data penjualan Parts, ongkos service ke dalam buku harian bengkel, mengajukan Warranty Claim dan Monitoring perolehan penggantian suku cadang, Administration juga membuat laporan bila ada pihak dari CV Suzuki


(43)

Centre melakukan inspeksi mendadak atau melakukan survey lapangan kondisi bengkel resmi Suzuki di wilayahnya.

7. Service Counter

Service Counter adalah orang yang mempunyai kewenangan dan tanggung jawab terhadap pelanggan yang datang, mencatat kegiatan pelayanan yang diinginkan pelanggan.

8. Spare Parts

Spare Parts adalah divisi atau bagian yang bertugas menyediakan keperluan Spare parts untuk bengkel, administrasi pemakaian, pembelian serta penerimaan Spare parts, melakukan pengawasan penjualan Spare parts, membuat laporan harian, bulanan Spare parts, menjaga kerapihan, kebersihan gudang Spare parts.

9. Mechanics

Mechanics adalah divisi atau bagian yang bertugas memperbaiki kerusakan yang diperintahkan oleh Chief Mechanic, memberitahukan tentang pekerjaan-pekerjaan tambahan yang diperlukan, serta dibuat pada target.

Suzuki Novalia Motor merupakan perusahaan perseorangan di bidang perjasaan yang telah terdaftar di Pemerintahan Kota Bandar Lampung, yang telah memiliki SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan), SITU (Surat Izin Tempat Usaha), STPIK (Surat Tanda Pendaftaran Industri Kecil), NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), sehingga syarat menjadi bengkel resmi Suzuki telah terpenuhi dengan adanya izin usaha tersebut, aspek yang mendasari kewajiban dalam pendaftaran perusahaan sebagai dasar hukum berlakunya perusahaan itu dapat berdiri dan memiliki izin dalam


(44)

aktivitasnya adalah Pasal 5 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 Tentang Wajib Daftar Perusahaan yaitu:

1) Setiap perusahaan wajib didaftarkan dalam Daftar Perusahaan;

2) Pendaftaran wajib dilakukan oleh pemilik atau pengurus perusahaan yang bersangkutan atau dapat diwakilkan kepada orang lain dengan memberikan surat kuasa yang sah;

3) Apabila perusahaan dimiliki oleh beberapa orang, para pemilik berkewajiban untuk melakukan pendaftaran. Apabila salah seorang daripada mereka telah memenuhi kewajibannya, yang lain dibebaskan daripada kewajiban tersebut; 4) Apabila pemilik dan atau pengurus dari suatu perusahaan yang berkedudukan di

wilayah Negara Republik Indonesia tidak bertempat tinggal di wilayah Negara Republik Indonesia, pengurus atau kuasa yang ditugaskan memegang pimpinan perusahaan berkewajiban untuk mendaftarkan.

Di lihat dari bunyi pasal tersebut, Novalia Motor telah melaksanakan kewajibannya sebagai perusahaan perseorangan dalam pendaftaran usahanya, karena usaha tersebut telah memiliki izin usaha yang sah di wilayahnya, sehingga perusahaan di bidang perjasaan tersebut bisa melakukan kegiatan usaha selama perusahaan tersebut masih menjalankan kegiatan usaha perdagangan, pemilik perusahaan pun wajib mendaftarkan kembali apabila sudah jatuh tempo atau habis masa berlakunya izin usaha tersebut, dengan adanya izin usaha tersebut, usaha kecil yang berpotensi untuk lebih berkembang dengan adanya suatu hubungan kerjasama untuk lebih menguasai pasar maka usaha kecil tersebut bisa mengurangi pengeluaran dana serta solusi dalam berwirausaha seperti kekurangan modal usaha, rekan kerja, maupun sarana dan prasarana yang memungkinkan usaha tersebut hanya berhenti di satu tempat saja, untuk itulah perjanjian kerjasama dibuat demi kelancaran usaha serta peningkatan kualitas usaha yang di jalankan, sehingga pembinaan usaha kecil serta pemodalan usaha kecil berguna demi kelancaran dalam aktivitas perdagangan barang dan/ jasa.


(45)

2.6 Kerangka Pikir

Untuk memperjelas dari pembahasan penelitian ini, kerangka pikir dalam penelitian ini sebagai berikut:

Bengkel Novalia Motor selaku Pihak pertama mengajukan perjanjian kerjasama melalui pihak ketiga yaitu Main Dealer untuk mengajukan menjadi bengkel resmi. Pihak ketiga bertanggung jawab untuk membina pihak pertama dalam hal pengelolaan aktivitas servis sebagai perantara dari pihak kedua. Pihak pertama menerima penunjukan sebagai bengkel resmi dari pihak kedua yaitu PT Indomobil Suzuki International. Pihak kedua menunjuk pihak ketiga dalam hal pengelolaan jaringan pelayanan di wilayahnya, sehingga pihak pertama harus mengikuti syarat

PT Indomobil Suzuki International

Novalia Motor

Syarat dan prosedur perjanjian kerjasama

Perjanjian kerjasama

Hak dan kewajiban para pihak

Penyelesaian sengketa jika terjadi wanprestasi


(46)

serta prosedur dalam perjanjian yang telah dibuat oleh pihak ketiga, yang telah ditetapkan oleh pihak kedua. Kemudian pihak pertama yang telah memenuhi syarat dan prosedur tersebut melakukan perjanjian dengan pihak ketiga yaitu perjanjian kerjasama yang mana diketahui pihak kedua dan ditandatanganinya perjanjian kerjasama tersebut maka terjadi hubungan hukum yang menimbulkan keterikatan masing-masing pihak, sehingga pihak pertama melaksanakan hak dan kewajiban yang telah diperjanjiakan oleh para pihak. Perjanjian kerja sama antara pihak-pihak terkait dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan syarat-syarat yang berlaku sehingga perlu diatur apabila terjadi suatu wanprestasi ataupun perbuatan melawan hukum baik yang dilakukan pihak pertama ataupun pihak kedua, harus diselesaikan secara hukum.


(47)

III. METODE PENELITIAN

Metode adalah cara yang dipakai untuk mencapai tujuan, dengan menggunakan metode maka akan menemukan jalan yang baik untuk memecahkan suatu masalah. Setelah masalah diketahui maka perlu diadakan pendekatan masalah dan langkah selanjutnya adalah menentukan metode yang akan diterapkan, dalam hal ini mencakup teknik mencari, mengumpulkan dan menelaah, serta mengolah data tersebut. Metode penelitian hukum adalah ilmu cara melakukan penelitian hukum secara teratur (sistematis).30

3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif-terapan, yaitu penelitian terhadap asas-asas hukum. Penelitian asas-asas hukum dilakukan terhadap kaidah-kaidah hukum yang merupakan patokan-patokan berperilaku dan bersikap tindak yang pantas. Penelitian tersebut dapat dilakukan (terutama) terhadap bahan-bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, sepanjang bahan-bahan tadi mengandung kaedah hukum.31

30

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004), hlm. 57.

31

Soerjono Soekamto dan Sri Mamudji, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1985), hlm. 70.


(48)

Penelitian terhadap asas-asas hukum mungkin bertitik tolak dari bidang-bidang tata hukum (tertulis) tertentu, dengan cara mengadakan identifikasi terlebih dahulu terhadap kaidah-kaidah hukum yang telah dirumuskan, contohnya di dalam perundang-undangan tertentu,32 di dalam penelitian ini, kaidah-kaidah tersebut dapat berupa prosedur untuk mengajukan kerjasama oleh perusahaan dengan melihat isi perjanjian kerjasama untuk mengetahui hak dan kewajiban masing-masing pihak serta melihat kendala apa saja yang mungkin timbul dalam permohonan pengajuan kesepakatan antara para pihak terkait.

3.2 Tipe Penelitian

Berdasarkan permasalahan pada pokok bahasan dalam penelitian ini, maka tipe penelitian adalah tipe deskriptif, yaitu mendeskripsikan secara jelas, rinci dan sistematis tentang proses pengajuan permohonan bengkel umum menjadi bengkel resmi Suzuki dan isi perjanjian kerjasama antara PT Indomobil Suzuki International dengan Suzuki Novalia Motor serta melihat akibat hukum bagi keduanya jika terdapat masalah dalam pelaksanaannya. Penelitian ini akan menggambarkan secara lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku di tempat tertentu dan pada saat tertentu, atau mengenai gejala yuridis yang ada, atau peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat.

3.3 Pendekatan Masalah

Metode pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif–terapan yaitu pendekatan yang berdasarkan pada ilmu tentang kaedah yang membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan rumusan

32


(49)

kaedah hukum, sehingga berpedoman pada studi pustaka, perjanjian kerjasama, KUHPdt, buku-buku dan literatur-literatur serta sumber tertulis lainnya yang berhubungan dengan perjanjian. Pendekaan pustaka ini yang perlu diperhatikan ialah adanya perkembangan dalam ilmu hukum positif, sehingga terdapat pemisahan yang jelas antara ilmu hukum positif yang praktis dengan ilmu hukum positif yang teoritis.33

3.4 Data dan Sumber Data

Berdasarkan jenis penelitian yang dikemukan diatas, maka data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dengan melakukan studi kepustakaan, yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.

1. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum mengikat,34 Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

b. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, Menengah.

c. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan. d. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan.

33

Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Hukum, (Bandung: Mandar Maju, 2008), hlm. 91-92. Bahder Johan Nasution mengklasifikasikan pendekatan menjadi 6 tipe pendekatan yakni; Pendekatan undang-undang atau statuta approach, Pendekatan historis, Pendekatan konseptual, Pendekatan komparatif, Pendekatan politis dan Pendekatan kefilsafatan.

34


(50)

e. Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan Nomor 551/Mpp/Kep/10/1999 Tentang Bengkel Umum Kendaraan Bermotor. f. Dokumen Perjanjian Kerjasama Bengkel Resmi Sepeda Motor Suzuki. 2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan Hukum Sekunder adalah bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer,35 seperti buku-buku, skripsi-skripsi, surat kabar, artikel internet, hasil-hasil penelitian, pendapat para ahli atau sarjana hukum, bahan kepustakaan, literatur-literatur ilmu pengetahuan hukum yang dapat mendukung pemecahan masalah yang diteliti khususnya mengenai perjanjian serta sumber tertulis lainnya seperti makalah, tulisan, pamplet, dan lain-lain.

3.5 Pengumpulan dan Pengolahan Data

3.5.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada umumnya mengenal tiga jenis alat atau cara yaitu studi dokumen atau studi pustaka, pengamatan atau observasi, dan wawancara atau interview.36 Metode pengumpulan data yang dipergunakan di dalam penelitian ini adalah studi pustaka, studi dokumen dan wawancara atau interview sebagai penunjang bahan pustaka.

a. Studi Kepustakaan (Library Research)

Kepustakaan sebagai suatu bahan yang berisi informasi yang diperlukan penelitian perlu mendapatkan seleksi secara ketat dan sistematis, prosedur penyeleksian

35

Ibid.

36


(51)

didasarkan pada relevansi dan kemutakhiran.37 Studi ini dilakukan dengan mengadakan penelaahan terhadap peraturan perundang-undangan, buku-buku, literatur-literatur, dan karya ilmiah lainnya. Teknis yang digunakan adalah mengumpulkan, mengidentifikasikan, lalu membaca untuk mencari dan memahami data yang diperlukan kemudian dilakukan pencatatan atau pengutipan yang berkaitan dengan permasalahan yang dijadikan pokok bahasan.

Penulis mengumpulkan data-data dengan mempelajari:

1) Dokumen-dokumen atau berkas-berkas lainnya yang diperoleh dari Suzuki Novalia Motor.

2) Buku-buku serta bahan pustaka lainnya yang berkaitan dengan pokok-pokok bahasan penelitian.

b. Studi Dokumen (Document Research)

Studi dokumen dilakukan dengan melihat perjanjian kerjasama bengkel resmi Suzuki antara PT Indomobil Suzuki International dengan Suzuki Novalia Motor yang diperoleh pada saat penelitian dilakukan.

c. Metode Wawancara (Interview Research)

Metode wawancara dilakukan untuk mendapat tambahan informasi serta mencari kesesuaian informasi data yang diperoleh penulis termasuk mencari perbandingan lain dari data yang telah ada, dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan Staff di perusahaan Suzuki Novalia Motor, yaitu Febri Widianto selaku mekanik di Suzuki Novalia Motor, serta Bapak Abdul selaku Pimpinan perusahaan Suzuki Novalia Motor.

37


(52)

Wawancara dilakukan secara terbuka kepada penanggung jawab perusahaan mengenai syarat dan prosedur permohonan perjanjian kerjasama, yang artinya dilakukan dengan cara tanya jawab secara langsung di mana semua pertanyaan telah disiapkan secara sistematik, jelas dan terarah sesuai dengan isu hukum yang diangkat dalam penelitian, wawancara terbuka ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi secara transparansi dan benar dari sumber yang ditetapkan, sehingga dapat diolah kembali dan pemecahan masalah bisa lebih mudah.

Teknik dalam mengadakan wawancara adalah pewawancara terlebih dahulu mengenalkan diri kepada orang yang diwawancarai baik secara langsung maupun tidak langsung serta menyampaikan maksud penelitian untuk kemajuan ilmu dan kepentingan bersama serta meminta kesediaan waktu wawancara boleh dimulai; pewawancara harus menciptakan hubungan baik dengan orang yang diwawancarai; menciptakan suasana santai dan tidak tergesa-gesa dalam mengajukan pertanyaan; pewawancara hendaklah menjadi pendengar yang baik dan tidak memotong apapun menggiring orang yang diwawancarai kepada jawaban yang diharapkan; pewawancara harus terampil dalam bertanya.38

3.5.2 Metode Pengolahan Data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengolah data adalah:

a. Editing yaitu memeriksa data yang diperolah untuk segera mengetahui apakah data yang telah di dapat itu relevan dan sesuai dengan bahasan, selanjutnya apabila ada data-data yang salah akan dilakukan perbaikan dan terhadap data yang kurang lengkap akan diadakan penambahan.

38

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hlm. 56.


(53)

b. Klasifikasi data, yaitu mendapatkan data sesuai dengan kelompok dan aturan yang telah ditetapkan dalam pokok bahasan sehingga diperoleh data menurut kerangka yang telah ditetapkan.

c. Sistematika data yaitu data yang telah terkumpul dan diselesaikan selanjutnya disusun data secara sistematis yaitu sesuai dengan pokok bahasan sehingga memudahkan analisis data.

3.6 Analisis Data

Analisis data diperoleh dengan dua macam cara yaitu analisa secara kualitatif dan analisa kuantitatif.39 Analisa kualitatif yaitu menguraikan data ke dalam bentuk kalimat yang disusun secara terperinci, sistematis, dan analitis, sedangkan analisa kuantitatif yaitu menguraikan data dalam bentuk kalimat, tabel-tabel, dan angka-angka, dalam penelitian ini analisis data dilakukan dengan cara kualitatif yaitu dengan cara menguraikan data dalam bentuk kalimat secara terperinci dan sistematis kemudian dilakukan interpretasi data yang ada dengan cara mengartikan data yang telah diperoleh dan telah disusun tersebut di mana pada akhirnya penulisan ini akan mendapat suatu kesimpulan terhadap pokok bahasan yang akan diteliti.

39


(54)

V. PENUTUP

5.1Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. PT Indomobil Suzuki International telah menetapkan mengenai syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu syarat umum terjadinya perjanjian kerjasama bengkel resmi Suzuki mengacu pada Pasal 1320 KUHPdt. Syarat yang telah dipenuhi oleh bengkel yang mengajukan menjadi bengkel resmi Suzuki adalah telah terpenuhinya beberapa berkas dan dokumen sesuai kesepakatan kedua belah pihak yang diperjanjikan dalam naskah perjanjian kerjasama bengkel resmi Suzuki. Sedangkan prosedur perjanjian kerjasama bengkel resmi Suzuki, dilaksanakan melalui sembilan tahap yaitu tahap permohonan, tahap pengecekan dan pemeriksaan lapangan, tahap penerimaan kelengkapan dokumen, tahap penandatanganan perjanjian kerjasama, tahap standarisasi bengkel resmi suzuki, tahap pengaturan kondisi bengkel, tahap permohonan pembagian anggaran tools & equipment, tahap pemeriksaan kelayakan pembagian anggaran, dan realisasi.


(55)

2. Hak dan kewajiban yang mengikat para pihak yang terlibat di dalam perjanjian kerjasama bengkel resmi Suzuki yaitu antara pihak Suzuki Novalia Motor dan PT Indomobil Suzuki International sesuai dengan hak dan kewajiban bengkel resmi Suzuki, baik yang tercantum dalam naskah perjanjian kerjasama bengkel resmi Suzuki maupun dari hasil wawancara dengan pihak Suzuki Novalia Motor, telah dilaksanakan dengan baik oleh masing-masing pihak dan tidak memiliki kendala apapun. Sehingga perjanjian kerjasama bengkel resmi Suzuki berjalan dengan baik.

3. Wanprestasi yang terdapat dalam perjanjian kerjasama bengkel resmi Suzuki terjadi apabila Debitur lalai dalam pemenuhan kewajiban, seperti mencantumkan identitas perusahaan. Hal tersebut diselesaikan dengan cara teguran secara lisan. Penyelesaian wanprestasi jika terjadi adalah dengan cara musyawarah oleh para pihak, apabila tidak tercapai kesepakatan, pihak pertama dan pihak kedua sepakat untuk menyelesaikannya melalui mekanisme dan ketentuan pihak kedua yaitu pembatalan perjanjian, dengan syarat ketiga pihak menyetujui bahwa perjanjian ini berakhir.


(56)

PERJANJIAN KERJASAMA BENGKEL RESMI SUZUKI ANTARA PT INDOMOBIL SUZUKI INTERNATIONAL DENGAN SUZUKI

NOVALIA

(STUDI PADA SUZUKI NOVALIA MOTOR) (Skripsi)

Oleh

WAHYU SETIAWAN

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(57)

PERJANJIAN KERJASAMA BENGKEL RESMI SUZUKI ANTARA PT INDOMOBIL SUZUKI INTERNATIONAL DENGAN SUZUKI

NOVALIA

(STUDI PADA SUZUKI NOVALIA MOTOR) (Skripsi)

Oleh

WAHYU SETIAWAN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum

pada

Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(58)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……….….. i

JUDUL DALAM ………. iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

PERSEMBAHAN ……… vii

MOTTO ……… viii

SANWACANA ... ix

DAFTAR ISI ……… xii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 6

1.2.1 Permasalahan ………. 6

1.2.2 Ruang Lingkup ……….. 7

1.2.3 Batasan Masalah ……… 7

1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan penelitian... 8

1.3.1 Tujuan Penelitian ………... 8

1.3.2 Kegunaan Penelitian ……….. 8

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perjanjian ……….…... 10

2.1.1 Pengertian Perjanjian ………... 10

2.1.2 Asas-asas Perjanjian ……….... 13

2.1.3 Syarat-syarat Sah Perjanjian ………....……….... 15

2.1.4 Akibat Perjanjian ………....……….…….... 18

2.1.5 Wanprestasi ………....……….……... 19

2.2 Perjanjian Kerjasama …………..……….. 20

2.2.1 Pengertian Perjanjian Kemitraan ………. 20

2.2.2 Para Pihak dan Objek Perjanjian Kerjasama ………... 22

2.2.3 Isi Perjanjian Kerjasama ……….. 24

2.2.4 Hak Dan Kewajiban Pihak-Pihak Dalam Perjanjian Kerjasama ……. 26


(1)

Judul Skripsi : PERJANJIAN KERJASAMA BENGKEL RESMI SUZUKI ANTARA PT INDOMOBIL SUZUKI INTERNATIONAL DENGAN

SUZUKI NOVALIA (Studi Pada Suzuki Novalia Motor)

Nama Mahasiswa : Wahyu Setiawan No. Pokok Mahasiswa : 0812011083

Bagian : Hukum Keperdataan

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Marindowati , S.H.,M.H. Nilla Nargis, S.H.,M.Hum. NIP 19491114 198003 2 001 NIP 19570125 198503 2 002

2. Ketua Bagian Hukum Keperdataan

Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum NIP 19580527 198403 1 001


(2)

vii

MOTTO

Bila Kau pernah merasakan jatuh pasti Kamu mencoba untuk bangkit dan mengkoreksi apa yang salah pada dirimu

karena semua keberhasilan yang Kau gapai berawal dari pengalaman

( Wahyu Setiawan )

Kerjakan apa yang akan kau inginkan Karena hasil dari usaha sendiri itu

lebih puas dan bangga akan kerja keras yang kamu perbuat ( My Parents)

Apabila Seseorang berjanji kepada Saudaranya dan ia telah berniat akan menunaikan janjinya, kemudian ia tidak menepati janjinya dan tidak datang pada waktu yang telah ditentukan, maka tidak ada dosa

atasnya (Al Hadist)


(3)

viii

PERSEMBAHAN

Dengan Kerendahan hati dan Harapan, serta berkat yang Maha Kuasa dari Allah SWT

Ku persembahkan skripsi ini teruntuk

Keluargaku Tercinta

Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu menengadahkan kedua tangannya Ketiga kakakku tercinta yang telah memberikan cinta, kasih sayang, kebahagiaan,

doa, motivasi selama ini untuk keberhasilanku agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa.


(4)

ix

SANWACANA

Segala puji hanya milik Allah, Robb yang telah membangunkan istana di surga bagi orang-orang yang beriman, bertaqwa, dan beramal sholeh dan senantiasa istiqomah dalam keimanan, ketaqwaan, dan dalam kesolehannya. Tanpa kehendak dan kerhidoan-Nya tidaklah segala sesuatu akan berjalan dengan baik, begitupun dalam penulisan skripsi ini tanpa adanya kemudahan yang diberikan, takkan mungkin dapat terlaksana. Oleh karenanya hamba bersyukur atas segala yang diberikan. Sholawat dan salam semoga Allah limpahkan kepada Nabi akhir zaman Nabi Muhammad SAW. Beliaulah yang telah memberikan kesejukan dalam sejarah peradaban di dunia dan telah mengubah nuansa kejahiliahan menjadi keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, dalam penulisan ini juga tidak terlepas dari adanya bantuan dari berbagai pihak sehingga karya ini dapat selesai, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum, Ketua Bagian Keperdataan Fakultas Hukum Univeritas Lampung.

3. Ibu Hj. Marindowati S.H,M.H. Pembimbing 1 (satu) yang telah banyak membantu dengan meluangkan waktunya, mencurahkan segenap pemikirannya, memberikan


(5)

x

4. Ibu Hj. Nilla Nargis S.H.,M.Hum. Pembimbing 2 (dua) yang telah banyak membantu dengan meluangkan waktunya dan mencurahkan segenap pemikirannya, memberikan saran serta kritik yang membangun di dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Para pembahas, Ibu Hj. Rosida, S.H. dan Ibu Kasmawti, S.H.,M.H yang telah banyak memberikan saran dan berbagai masukan yang membangun terhadap skripsi ini.

6. Ibu Hj. Wati Rahmi Ria, S.H, M.H. Pembimbing Akademik yang telah membantu penulis menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

7. Seluruh dosen FH Unila yang telah memberikan ilmunya dengan ikhlas dan para staff yang juga tidak kalah pentingnya membantu menyelesaikan karya ini.

8. Seluruh Staff di perusahan Novalia Motor (terima kasih atas semua Informasi demi selesainya skripsi ini).

9. Teristimewa untuk kedua orangtuaku, Ayahanda Hi. Abdul Kholik dan Ibunda Hj. Nurbaiti serta ketiga kakakku tercinta Nova Rizal, Yuliana, dan Tri Susilo yang selalu mengiringi langkahku demi menuntut ilmu, semoga Allah membalas pengorbanan itu dengan nikmat yang tak terhingga.

10. Bapak Tarno dan Mba Siti serta Staf Panitera Hukum Perdata yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data-data.

11. Anggota Parkour Lampung Yogi Setiawan, Akbar Rachmatullah, Asrul Septian Malik, Fauzan Azim, Ronal Rahman, Reza Novembri, Gayoh Fajri, Rian Atmoko, Dedy Kurniawan terima kasih yang telah memberi motivasi (makasih atas semua supportnya, tetap pertahankan kekompakkan kita sampai tua amin).


(6)

xi

12. Teman Hima Perdata Reguler 2008 Abdi Vodka, Riyan Prayoga, Aditya Ilham, Azziza N Nufus, Octa Tri Mandani, Farhan Maulana Makki, Nanang F, Siska, Ririn, Selvy Diah, Nazra F, Widyawati, Daus F Barrus, Muammar Rasyid Mariska Ningrum, Meritha Putri, Laras wijayanti, Hilda silvia, Kurnia, Tiara, Dhea, Indah, Ratih Rohmanita, Rosmawati, Dewi Swanty, Zaini Arlansyah, Lionda Rizka, Karina Devia Putri, Hilda Silvia Yoga, Dewi Clara Kurnia, Ike ari Kesuma, Alfanca Harahap, Choliffatullah, Ika yang telah memberi semangat dan doa serta bantuan baik secara moril maupun materil.

13. Teman-teman seperjuangan Reguler 2008 Afandi Sitamala, Rendy rega, Aulia Akbar, Wahbi Rahman, Nadia Raissofi, Dwi Rahmadita, Teguh Santoso, Devi santoso, Christianto Sitinjak, Bambang Wardoyo, Agung Waluyo, Alvo Guntara Hermawan, Herdi SDA, Tommy Wawaw, Imannuel Tobing (Boim), Iqbal Garth, Iqbal Ade Basri. 14. Untuk Hasti Septaria Veronica dan Dini Putri Wahyuni, yang tiada hentinya

memberikan dorongan, bantuan, arahan, semangat dan motivasi serta pengertiannya kepada penulis

15. Semua pihak yang belum tertulis namanya yang saya yakin bantuannya begitu besar. Semoga tali ikhuwah diantara kita tetap erat dan semoga kita semua dipertemukan kembali Keridho’an-Nya.

Bandar Lampung, 2012 Penulis,