PENGEMBANGAN ALAT KONVERSI ENERGI SEBAGAI ALAT PERAGA MATERI PERUBAHAN ENERGI

PENGEMBANGAN ALAT KONVERSI ENERGI SEBAGAI ALAT
PERAGA MATERI PERUBAHAN ENERGI

Oleh
FAJAR SWASONO

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013

ABSTRAK
PENGEMBANGAN ALAT KONVERSI ENERGI SEBAGAI ALAT

PERAGA MATERI PERUBAHAN ENERGI
Oleh
FAJAR SWASONO

Alat peraga sebagai salah satu sumber belajar memiliki peran penting dalam
proses pembelajaran digunakan untuk membantu guru agar lebih efektif dan
efieisen, dan memberikan motivasi agar siswa lebih tertarik saat proses
pembelajaran. Metode penelitian ini adalah research and development atau
penelitian dan pengembangan. Metode penelitian pengembangan adalah metode
penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji
keefektifan produk. Pengembangan alat peraga ini mengadaptasi model
pengembangan menurut Sadiman. Model pengembangan tersebut meliputi:
analisis kebutuhan dan karakteristik siswa, perumusan tujuan pembelajaran,
perumusan butir-butir materi penyusunan instrumen evaluasi, penulisan naskah
media berupa spesifikasi pengembangan produk, produk awal, validasi ahli, uji
coba lapangan yang terdiri dari uji coba satu lawan satu dan kelompok kecil, dan
produk akhir berupa alat peraga konversi energi yang dilengkapi dengan LKS.
Hasil uji ahli menunjukkan alat peraga sesuai dengan teori dan layak digunakan
sebagai alat peraga pembelajaran. Hasil uji lapangan menunjukkan alat peraga dan
LKS efektif digunakan sebagai media pembelajaran (100 % siswa tuntas KKM)


Fajar Swasono
baik secara mandiri atau berkelompok. Tahap pengujian satu lawan satu dan
kelompok kecil, dilakukan terhadap 2 siswa dan 10 siswa SMP kelas VIII sebagai
pengguna menunjukkan kualitas alat peraga konversi energi: sangat menarik,
sangat mudah digunakan, dan sangat bermanfaat.

Kata kunci: penelitian pengembangan, alat peraga dan LKS perubahan energi.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Alat peraga memiliki peran penting dalam kegiatan pembelajaran. Alat peraga
mampu memberikan pengalaman visual kepada siswa secara langsung antara
lain untuk mendorong motivasi belajar, memperjelas dan mempermudah
konsep yang abstrak dan mempertinggi daya serap belajar.

Fenomena dalam fisika yang tidak mampu dilihat secara langsung oleh mata
memerlukan alat peraga untuk mampu memvisualisasikannya. Materi energi

dan perubahannya misalnya, diperlukan alat peraga khusus untuk menunjukan
fenomena perubahan energi yang sulit dipahami bila hanya dijelaskan secara
verbal saja. Pembelajaran secara langsung melalui demonstrasi maupun
praktikum dengan alat peraga akan membantu siswa mampu memahami
konsep-konsep secara lebih mudah, efektif, menarik dan efisien.

Penggunaan alat peraga sebagai media pembelajaran dilengkapi dengan LKS
sebagai panduan penggunaannya. Alat peraga dapat digunakan siswa untuk
memberikan pengalaman secara nyata dalam pembelajaran.

Hasil observasi di SMP Negeri Satu Atap 1 Kedondong kabupaten Pesawaran,
penggunaan alat peraga dan LKS sebagai media pembelajaran khususnya untuk
materi energi dan perubahannya masih jarang digunakan oleh guru.

2
Kebanyakan guru lebih suka membelajarkannya secara verbal kepada siswa
tanpa ada alat peraga yang mendukung. Salah satu penyebabnya adalah tidak
tersedianya alat peraga seperti alat peraga konversi energi.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, secara rinci teridentifikasi

masalah belum ada alat peraga dan LKS untuk mempelajari konsep perubahan
energi khususnya di SMP Negeri Satu Atap 1 Kedondong. Oleh karena itu,
telah dikembangkan alat peraga energi dan perubahannya yakni berupa alat
konversi energi beserta LKS untuk memberikan alternatif pemecahan masalah
tersebut.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian pengembangan ini adalah diperlukan alat
peraga konversi energi beserta LKS untuk siswa/i SMP/MTs kelas VIII
semester II.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian pengembangan ini adalah untuk menghasilkan alat peraga
konversi energi beserta LKS untuk siswa/i SMP/MTs kelas VIII semester II.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian pengembangan ini adalah:

1. Memberikan alternatif kekurangan alat peraga di SMP/MTs khususnya
untuk mempelajari materi perubahan energi.

3
2. Menyediakan sumber belajar yang menarik bagi siswa yang dapat
digunakan baik secara mandiri maupun bersama kelompok belajarnya
dalam proses pembelajaran untuk mencapai penguasaan konsep.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian pengembangan ini dibatasi dalam ruang lingkup berikut:
1. Pengembangan merupakan proses menerjemahkan spesifikasi desain ke
dalam suatu wujud fisik tertentu.
2. Pengembangan yang dimaksud adalah pembuatan alat peraga beserta LKS
praktikum untuk membelajarkan materi perubahan energi.
3. Metode pengembangan yang digunakan diadaptasi dari Sadiman, dkk
(2011: 94-100) sampai tahap dihasilkan produk akhir.
4. Alat konversi yang telah dibuat adalah alat konversi energi kinetik/gerak
menjadi energi listrik, energi listrik menjadi energi gerak, energi listrik
menjadi energi cahaya, energi listrik menjadi energi bunyi, energi listrik

menjadi energi panas dan energi matahari menjadi energi listrik
5. Uji coba produk penelitian pengembangan dilakukan pada siswa kelas VIII
SMP Negeri Satu Atap 1 Kedondong tahun 2012/2013.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Alat Peraga

Alat peraga merupakan sesuatu yang dapat digunakan untuk membantu proses
pembelajaran dalam menerangkan/mewujudkan suatu konsep. Anderson
dalam Lestari (2006: 2), alat peraga digunakan sebagai media atau
perlengkapan untuk membantu para pengajar. Alat peraga pengajaran adalah
alat atau bahan yang digunakan oleh pembelajar untuk: (l) membantu
pembelajar dalam meningkatkan keterampilan dan pengetahuan pembelajar;
(2) mengilustrasikan dan memantapkan pesan dan informasi; dan
(3) menghilangkan ketegangan dari hambatan dan rasa malas peserta didik.

Ruiz dkk. dalam Asyhar (2011: 11) mengatakan alat peraga digunakan oleh
guru untuk memberi penekanan pada informasi, memberikan stimulasi
perhatian, dan memfasilitasi proses pembelajaran. Alat peraga memiliki

spektrum yang cukup luas mulai dari media sederhana hingga media canggih
dalam bentuk aural, visual, atau computerized. Beberapa definisi tentang alat
peraga menurut beberapa ahli dalam Asyhar (2007: 12) yang lainnya adalah
sebagai berikut,
(1) Menurut Estiningsih, alat peraga merupakan media pembelajaran yang
mengandung atau membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari.

5
(2) Sementara Sanaky mengartikan alat peraga sebagai suatu alat bantu yang
dipergunakan oleh pembelajar untuk memperagakan materi pelajaran. Alat
peraga bisa berbentuk benda atau perbuatan.

Dalam proses pembelajaran alat peraga digunakan dengan tujuan membantu
guru agar proses belajar mengajar lebih efektif dan efisien. Selain itu,
penggunaan alat peraga dalam pembelajaran fisika juga dimaksudkan agar
siswa meningkatkan minat dan motivasi siswa sehingga siswa merasa tertarik,
senang dan lebih mudah dalam memahami konsep yang terkandung di
dalamnya.

Alat peraga sebagai salah satu sumber belajar untuk siswa memiliki peran

penting dalam proses pembelajaran. Istilah alat peraga berkaitan dengan
istilah media pembelajaran. Kedua hal ini sulit dipisahkan namun dapat
dibedakan. Perbedaan kedua hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut:

Kurikulum

Alat peraga

Pengajar

Pengajar

Pengajar

Media

Media

Anak didik


Gambar 2.1 Posisi alat peraga dan media sebagai sumber belajar, menurut
Rohani (2009:5)
Pola (I), anak didik hanya menggunakan sumber belajar berupa orang. Guru
sebagai pengajar memegang kendali penuh terhadap kegiatan belajar

6
mengajar. Pola (II), anak didik dibantu oleh bahan/ sumber belajar lain yang
berfungsi sebagai alat bantu atau alat peraga, guru masih memegang kendali
namun tidak mutlak. Pola (III), anak didik menggunakan sumber belajar
orang dan sumber belajar lain berdasarkan suatu pembagian tanggung jawab.
Sumber belajar lain itu merupakan bagian integral dari keseluruhan kegiatan
belajar dan disebut sebagai media,. Pola (IV), anak didik hanya menggunakan
sumber belajar bukan manusia (media). Rohani (2009:4-5).

Berdasarkan penjelasan Gambar 2.1 tersebut dapat diketahui bahwa suatu
sumber belajar dikatakan alat peraga jika fungsinya hanya sebagai alat bantu
saja, namun dikatakan media jika merupakan bagian integral dari seluruh
kegiatan belajar dan ada pembagian tanggung jawab antara guru dan sumber
belajar lain. Disimpulkan perbedaan antara media dan alat peraga terletak
pada fungsinya bukan pada substansinya.


Hamalik dalam Herlina (2010:1) mengatakan bahwa alat peraga dalam
pengajaran dapat bermanfaat sebagai berikut: meletakkan dasar-dasar yang
kuat untuk berpikir sehingga mengurangi verbalisme, dapat memperbesar
perhatian siswa, meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan
belajar, sehingga belajar akan lebih mantap. Dengan melihat peranan alat
peraga dalam pengajaran, maka pelajaran fisika merupakan pelajaran yang
paling membutuhkan alat peraga, karena pada pelajaran ini siswa berangkat
dari yang abstrak yang akan diterjemahkan ke sesuatu yang konkret.
Dengan alat peraga, hal-hal yang abstrak dapat disajikan dalam bentuk
model-model yang berupa benda konkret yang dapat dilihat, dipegang,

7
diputarbalikkan sehingga dapat lebih mudah dipahami. Fungsi utamanya
adalah untuk menurunkan keabstrakan konsep agar siswa mampu menangkap
arti konsep tersebut.

Dari segi pengadaannya, alat peraga dapat dikelompokkan sebagai alat peraga
sederhana dan alat peraga buatan pabrik. Pembuatan alat peraga biasanya
memanfaatkan lingkungan sekitar dan dapat dibuat sendiri, sedangkan alat

peraga buatan pabrik pada umumnya berupa perangkat keras dan lunak yang
pembuatannya memiliki ketelitian ukuran serta memerlukan biaya tinggi.
Nilai-nilai penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran diantaranya
adalah sebagai berikut:
(1) Dapat mengurangi terjadinya verbalisme,
(2) Dapat memperbesar minat dan perhatian siswa,
(3) Hasil belajar bertambah mantap,
(4) Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan
berusaha sendiri pada setiap siswa,
(5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan,
(6) Membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya bahasa,
(7) Membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar.

Prinsip-prinsip penggunaan alat peraga ialah sebagai berkut:
(1) Menentukan alat peraga dengan tepat,
(2) Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat,
(3) Menyajikan alat peraga dengan tepat,

8
(4) Menempatkan atau memperlihatkan alat peraga tepat waktu, tempat, dan
situasi yang tepat.

B. Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS adalah salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan sebagai
sarana belajar siswa. Dalam proses pembelajaran, LKS digunakan sebagai
media bagi siswa untuk mendalami materi fisika yang sedang dipelajari.
Menurut Tabatabai (2009: 1),
LKS adalah lembar kerja yang berisi informasi dan perintah/instruksi
dari guru kepada siswa untuk mengerjakan suatu kegiatan belajar
dalam bentuk kerja, praktik, atau dalam bentuk penerapan hasil belajar
untuk mencapai suatu tujuan.

Berdasarkan pengertian LKS dalam kedua kutipan tersebut, diketahui bahwa
LKS memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran dengan bantuan
LKS siswa dituntut untuk mengemukakan pendapat, melakukan kerja,
praktik, berdiskusi dan mampu membuat kesimpulan serta menguji
kemampuan dan pemahamannya. Hal ini menunjukkan bahwa LKS berfungsi
sebagai media yang dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran. Penggunaan LKS dalam pembelajaran memiliki beberapa
tujuan. Menurut Alfad (2010:2) tujuan penggunaan LKS tersebut adalah:
(1) Memberi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang perlu dimiliki
oleh peserta didik.
(2) Mengecek tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang
telah disajikan.
(3) Mengembangkan dan menerapkan materi pelajaran yang sulit
disampaikan secara lisan.

9
Tabatabai (2009: 2) menjelaskan bahwa dalam proses belajar mengajar LKS
memiliki dua fungsi, yaitu:
(1) Sebagai sarana belajar siswa baik di kelas, di ruang praktek maupun
di luar kelas sehingga siswa berpeluang besar untuk
mengembangkan kemampuan, menerapkan pengetahuan, melatih
keterampilan, memproses sendiri untuk mendapatkan perolehannya.
(2) Melalui LKS, guru dalam menyelenggarakan kegiatan belajar
mengajar sudah menerapkan metode “membelajarkan siswa” dengan
kadar SAL (Student active learning) yang tinggi.

Fungsi LKS juga dapat ditinjau dari tiap tahapan pembelajaran. LKS dapat
digunakan sebagai media pembelajaran sendiri, mendidik siswa untuk
mandiri, percaya diri, disiplin, bertanggung jawab dan dapat mengambil
keputusan. LKS dalam kegiatan belajar mengajar dapat dimanfaatkan pada
tahap penanaman konsep (menyampaikan konsep baru) atau pada tahap
penanaman konsep (tahap lanjutan dari penanaman konsep). Pemanfaatan
lembar kerja pada tahap pemahaman konsep berarti LKS dimanfaatkan untuk
mempelajari suatu topik dengan maksud memperdalam pengetahuan tentang
topik yang telah dipelajari pada tahap sebelumnya yaitu penanaman konsep

Berdasarkan uraian tentang pengertian dan fungsi LKS tersebut, dapat
disimpulkan bahwa LKS merupakan suatu panduan bagi siswa dalam proses
belajar yang berbentuk tertulis dan memiliki fungsi sebagai media untuk
membuat siswa menjadi aktif. LKS tidak hanya berisi pertanyaan-pertanyaan,
tugas, atau petunjuk teknis (praktikum misalnya) tetapi berisi alur pemahaman
konsep yang menggiring siswa untuk menyimpulkan materi yang dipelajari
secara utuh.

10
Terdapat banyak jenis dan metode yang diterapkan dalam penyusunan sebuah
LKS. Salah satunya yaitu menggunakan penerapan metode eksperimen.
Suyanto (2009: 23) telah mengembangkan suatu model pembelajaran yang
memperhatikan bekal ajar awal siswa dengan prinsip eksplicitisme dan
ketuntasan serta menerapkan pendekatan keterampilan proses untuk
mengembangkan suatu LKS. Model pembelajaran tersebut disajikan secara
tercetak, dalam bentuk LKS dengan format sebagai berikut:
(1) Judul: Berupa judul suatu topik pembelajaran,
(2) Tujuan Pembelajaran: Berupa tujuan pembelajaran khusus (TPK), yang
pengembangannya melalaui Analisis Materi Pelajaran (AMP),
(3) Wacana-wacana materi prasyarat berupa pendahuluan, sebagai
pengetahuan dan keterampilan yang merupakan bekal awal ajar,
(4) Wacana Utama yang sesuai dengan topik pembelajaran. Wacana ini
dapat berupa bahan ceramah, tuntunan menggunakan bahan kepustakaan
atau tugas-tugas laboratoris, contoh permasalahan, pemecahkan masalah
dengan prosedur ilmiah, atau latihan menyelesaikan tugas memecahkan
masalah secara laboaratoris,
(5) Kegiatan pralaboratorium: Berupa penyajian masalah yang harus
disampaikan guru untuk dipecahkan oleh siswa dengan prosedur ilmiah.
Berisi pula tuntunan merumuskan hipotesis, tuntunan merencanakan
suatu kegiatan kerja untuk menguji rumusan hipotesis yang telah
dirumuskan.
(6) Kegiatan Laboratorium: Berupa instruksi untuk melaksanakan kegiatan
kerja yang telah direncanakan dan telah diperiksa guru, bimbingan

11
pengumpulan data, bimbingan analisis data, dan bimbingan penarikan
kesimpulan. Semua bimbingan berupa pertanyaan-pertanyaan yang
jawabannya merupakan tuntunan melakukan setiap langkah prosedur
ilmiah.

LKS dan buku teks pembelajaran yang dibuat baik yang berbasis cetakan
maupun berbasis elektronik (e-Book) harus melalui tahapan pengujian untuk
menilai kelayakan isi, agar sesuai dengan sasaran pengguna. LKS yang baik
harus memenuhi persyaratan konstruksi dan didaktik. Persyaratan konstruksi
tersebut meliputi syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa,
susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran dan kejelasan yang pada
hakekatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh pihak
pengguna LKS yaitu peserta didik sedangkan syarat didaktif artinya bahwa
LKS tersebut haruslah memenuhi asas-asas yang efektif.

Kusnandiono (2009:2) secara lebih rinci menjelaskan agar dapat berfungsi
dengan baik, LKS harus memenuhi beberapa kriteria berikut :
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

Desainnya menarik atau indah,
Kata-kata yang digunakan sederhana dan mudah dimengerti,
Susunan kalimatnya singkat namun jelas artinya,
LKS harus dapat membantu atau memotivasi siswa untuk berfikir
kritis,
Penjelasan atau informasi yang penting hendaknya dibuat dalam
lembaran catatan siswa,
LKS harus dapat menunjukkan secara jelas bagaimana cara
merangkai atau menyusun alat yang dipakai dalam suatu kegiatan,
Urutan kegiatan harus logis (tujuan, alat/bahan, cara kerja, data,
pertanyaan dan kesimpulan),
LKS disusun berdasarkan dengan kisi-kisi soal yang sesuai dengan
kurikulum,
LKS dibuat sesuai dengan kompetensi dasar suatu pelajaran.

12
Lebih lanjut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tahun 2006 telah
mengeluarkan format instrumen penilaian buku pelajaran Fisika untuk
SMA/MA. Instrumen penilaian tersebut meliputi: (1) Komponen kelayakan
isi, (2) Komponen kebahasaan, dan (3) Komponen penyajian. Di dalam
komponen-komponen tersebut terdapat butir-butir penilaian yang lebih rinci.
Komponen kelayakan isi terdapat butir-butir di antaranya: (1) Cakupan materi,
(2) Akurasi materi, dan (3) Kemuktahiran. Komponen kebahasaan terdapat
butir-butir di antaranya: (1) Kesesuaian bahasa yang digunakan dengan
perkembangan peserta didik, (2) Komunikatif, interaktif, lugas, sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia yang benar, dan
(3) Penggunaan istilah dan simbol/lambang. Komponen penyajian terdapat
butir-butir di antaranya: (1) Teknik penyajian, (2) Pendukung penyajian
materi, dan (3) Penyajian pembelajaran. Standar-standar tersebut perlu
diperhatikan oleh penyusun agar media cetakan yang dihasilkan berkualitas
baik sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

C. Metode Eksperimen

Metode eksperimen merupakan metode pembelajaran untuk mengaktifkan
siswa melalui prosedur yang telah dirancang sebelumnya. Prosedur tersebut
digunakan untuk mengarahkan siswa belajar dan memahami suatu konsep
melalui proses pengamatan, pengumpulan data, dan penarikan kesimpulan.
Ismanto (2008:14) menjelaskan,
Metode eksperimen adalah suatu cara membelajarkan, dimana siswa
melakukan suatu percobaan tentang suatu hal; mengamati prosesnya
serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu
disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.

13
Sejalan dengan pendapat Ismanto, Djamarah (2002: 13) menjelaskan bahwa
metode eksperimen merupakan cara penyajian pembelajaran, dimana siswa
melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu
yang dipelajari. Dalam pembelajaran dengan metode percobaan ini siswa
diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri,
mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan
dan menarik kesimpulan sendiri mengenai objek, keadaan atau suatu proses.
Dengan demikian siswa dituntut mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau
mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atau
proses yang dialaminya itu. Sedangkan menurut Sukarto (2011:1),
Metode eksperimen merupakan metode pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk melakukan percobaan sendiri proses
yang telah dirancang oleh guru. Metode eksperimen ini dapat
digunakan untuk mempertinggi efektivitas pembelajaran.
Dari ketiga kutipan tentang pengertian metode eksperimen tersebut dapat
diketahui bahwa dengan menerapkan metode eksperimen ini, siswa
diharapkan mampu mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui
pengamatan secara langsung. Guru sebagai pembimbing dapat membantu
siswa dengan cara mengarahkan proses pengkonstruksian pengetahuannya
melalui desain percobaan yang direncanakan dan memberi penguatan setelah
siswa menarik kesimpulan melalui eksperimen yang ia lakukan.
Sukarto (2011:2) menjelaskan metode eksperimen ini dapat diterapkan
melalui langkah-langkah berikut:
(1) Merumuskan tujuan yang jelas tentang kemampuan apa yang akan
dicapai siswa.
(2) Mempersiapkan semua peralatan yang dibutuhkan.
(3) Memeriksa kelengkapan dan memastikan peralatan dapat berfungsi
dengan baik.

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

14
Menetapkan langkah-langkahnya agar pelaksanaanya lebih efesien.
Memberikan penjelasan secukupnya tentang apa yang harus
dilakukan saat eksperimen
Menjelaskan taahapan yang harus ditempuh, variabel yang perlu
diamati dan yang perlu dicatat.
Menentukan langkah pokok dalam membantu siswa selama
eksperimen.
Menetapkan tindak lanjut setelah eksperimen.

Metode eksperimen memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan
metode eksperimen: (1) membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau
kesimpulan berdasarkan percobaannya, (2) membina siswa untuk membuat
terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan
bermanfaat bagi kehidupan manusia. (3) hasil-hasil percobaan yang berharga
dapat dimanfaatkan lebih lanjut. Sedangkan kekurangannya: (1) lebih sesuai
dengan bidang-bidang sains dan teknologi, (2) memerlukan berbagai fasilitas
peralatan dan bahan yang terkadang tidak selalu mudah diperoleh, (3)
menuntut ketelitian, keuletan, dan ketabahan, (4) setiap percobaan tidak
selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor
tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan/pengendalian. (Djamarah,
2002: 95).

D. Konsep Energi dan Bentuk Perubahannya

Energi merupakan suatu kemampuan untuk melakukan kerja. Contohnya:
a. Manusia bekerja karena memiliki energi yang berasal dari zat makanan
b. Mesin mobil dapat menggerakkan mobil, karena mobil mempunyai energi
dari bahan bakar.

15
Sumber energi adalah benda atau makhluk yang dapat memberikan atau
menghasilkan energi. Contohnya matahari, angin, air terjun, gas, listrik, batu
baterai, batu bara, panas bumi, zat makanan, bahan bakar, dan sebagainya.
Satuan energi dalam satuan internasional adalah joule (J). Satuan yang lain
adalah kalori.
Macam – macam bentuk energi:
a. Energi mekanik adalah energi yang terdapat pada benda yang memiliki
energi kinetik dan energi potensial atau pada mesin. Contohnya pada
mesin kendaraan bermotor.
b. Energi listrik adalah energi yang dimiliki oleh arus listrik yang mengalir.
Contohnya ketika baterai digunakan arus listrik mengalir.
c. Energi kimia adalah energi yang dimiliki oleh suatu zat yang mengandung
bahan kimia. Contohnya bahan bakar, zat makanan, batu bara, batu baterai,
dan aki.
d. Energi nuklir adalah energi yang dimiliki di dalam inti atom suatu unsur
kimia. Contohnya bom atom, dan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).
e. Energi cahaya adalah energi yang dimiliki oleh benda yang dapat
menghasilkan cahaya. Contohnya matahari, lampu, TV, dan lilin.
f. Energi bunyi adalah energi yang dimiliki oleh benda yang dapat
menghasilkan bunyi. Contohnya TV, radio, tape recorder, VCD player,
dan sebagainya.

16
g. Energi kalor adalah energi yang dimiliki oleh benda yang dapat
menghasilkan panas. Contohnya api, matahari, kompor yang menyala, lilin
yang menyala, dan sebagainya.
h. Energi potensial adalah energi yang dimiliki oleh benda yang akan
bergerak atau karena kedudukannya yang dipengaruhi oleh gravitasi bumi.
Contohnya air terjun, benda yang diam, dan sebagainya.
i. Energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh benda yang sedang
bergerak. Contohnya benda yang sedang bergerak.

Macam-macam perubahan bentuk energi:
a. Energi kimia menjadi energi listrik,
contohnya: pada batu baterai yang sedang digunakan, aki yang sedang
digunakan
b. Energi listrik menjadi energi kimia,
Contohnya: pada waktu menyetrum aki, pelapisan logam oleh logam
lainnya (penyepuhan)
c. Energi gerak atau kinetik menjadi energi listrik,
contohnya: pada waktu dinamo sepeda digunakan, pada waktu generator
digunakan
d. Energi listrik menjadi energi kinetik,
contohnya: Blander yang digunakan,kipas angin listrik, bor listrik
e. Energi listrik menjadi energi cahaya,
contohnya: lampu pijar yang digunakan, lampu neon, televisi

17
f. Energi listrik menjadi energi bunyi,
contohnya: radio, televisi, vcd player
g. Energi listrik menjadi energi kalor atau panas,
contohnya: kompor listrik yang digunakan, solder listrik, heater
h. Energi nuklir menjadi energi listrik,
contohnya PLTN
i. Energi matahari menjadi energi listrik,
contohnya pada system solar cell
j. Energi panas atau kalor menjadi energi listrik,
contohnya : energi panas bumi menjadi listrik (PLTG), energi uap
menjadi listrik (PLTU)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian ini adalah research and development atau penelitian dan
pengembangan. Metode penelitian pengembangan adalah metode penelitian
yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan
produk tersebut (Sugiyono, 2010: 407). Secara sederhana research and
development bisa didefiniskan sebagai metode penelitian yang secara sengaja,
sistematis, bertujuan/diarahkan untuk mencaritemukan, merumuskan,
memperbaiki, mengembangkan, menghasilkan, menguji keefektifan produk,
model, metode/strategi/cara, jasa, prosedur tertentu yang lebih unggul, baru,
efektif, efisien, produktif, dan bermakna.

Model research and development menurut Sugiyono (2009:409) memiliki
prosedur yaitu : (1) Potensi dan masalah, (2) Pengumpulan data, (3) Desain
produk, (4) Validasi desain, (5) Revisi desain, (6) Uji coba produk, (7) Revisi
produk, (8) Uji coba pemakaian, (9) Revisi produk, dan (10) Produksi massal.

Pengembangan yang dilakukan adalah pembuatan alat peraga sebagai media
pembelajaran berupa alat peraga konversi energi beserta LKSnya untuk SMP
pada konsep perubahan energi. Alat peraga yang dikembangkan dapat
digunakan untuk mengamati fenomena perubahan energi dalam kehidupan

19
sehari-hari dengan metode eksperimen dan/atau demonstrasi, sedangkan
LKSnya dijadikan sebagai pelengkap dan penuntun praktikum mulai dari
kegiatan pra-praktikum hingga praktikum.
Sasaran pengembangan program ditujukan untuk siswa kelas VIII SMP
semeseter 2.

B. Subjek Penelitian Pengembangan

Penelitian Pengembangan ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran
2012/2013 di SMP Negeri Satu Atap 1 Kedondong. Obyek penelitian
pengembangan ini adalah alat peraga konversi energi berserta LKSnya pada
materi perubahan energi. Sedangkan subjek dalam penelitian ini adalah para
ahli yang menguji kevalidan alat peraga konversi energi beserta LKSnya yang
terdiri dari, yaitu ahli media pembelajaran, guru mata pelajaran IPA SMP
Negeri Satu Atap 1 Kedondong, dan siswa kelas VIII sebagai pengguna yang
menilai tingkat kemenarikan, kemanfaatan, dan kemudahan, serta keefektifan
alat peraga tersebut.

C. Prosedur Pengembangan

Penelitian pengembangan ini menggunakan metode penelitian yang diadaptasi
dari prosedur pengembangan media pembelajaran menurut Sadiman, dkk.
dalam Asyhar (2011:94-100). Alat percobaan yang dihasilkan berupa alat
peraga konversi energi yang dapat digunakan untuk pembelajaran materi
perubahan energi.

20
Perancangan alat peraga ini meliputi: (1) Menganalisis kebutuhan dan
karakteristik siswa; (2) Merumuskan tujuan pembelajaran; (3) Merumuskan
butir-butir materi; (4) Menyusun instrumen evaluasi; (5) Menulis naskah
media; (6) Produk awal; (7) Validasi ahli; (8) Uji coba lapangan; (9) Produk
akhir.

Secara umum, prosedur pengembangan alat percobaan dapat dilihat pada
Gambar 3.2 berikut:
Perumusan Butir
Materi
Menganalisis
Kebutuhan dan
Karakteristik siswa

Penyusunan
Instrumen
Evaluasi
Revisi

Perumusan Tujuan
Pembelajaran

Menulis Naskah
Media/Prototipe
Produk
Awal
Validasi
Ahli

Produk
Akhir

Uji Coba
Lapangan
Sumber: Asyhar (2011: 94)

Gambar 3.2. Prosedur Pengembangan Media Pembelajaran

(1) Analisis Kebutuhan dan Karakteristik Siswa
Hal inilah yang digunakan sebagai dasar dalam pengembangan alat
percobaan yang akan dibuat. Analisis kebutuhan dilakukan untuk

21
mengumpulkan informasi tentang apa yang dibutuhkan siswa dan guru
pada khususnya, dan sekolah pada umumnya. Ketersediaan sumber dan
media pembelajaran yang diobservasi meliputi ketersediaan buku IPA di
perpustakaan dan buku penunjang lain, serta keadaan laboratorium IPA
meliputi ketersedian alat peraga energi dan perubahannya.
(2) Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Setelah teridentifikasi bahwa alat peraga konversi energi dibutuhkan, maka
langkah selanjutnya merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Tujuan pembelajaran ini dijadikan acuan atau panduan dalam melakukan
upaya untuk mencapai tujuan tersebut.
(3) Merumuskan Butir-Butir Materi
Perumusan butir materi didasarkan pada rumusan tujuan. Perumusan butirbutir materi diperoleh berdasarkan materi pokok yang akan menjadi dasar
materi perubahan energi. Butir-butir materi yang harus dikuasai siswa,
yaitu mampu menunjukan dan menjelaskan perubahan bentuk energi
(4) Menyusun Instrumen Evaluasi
Instrumen ini disusun bertujuan untuk mengukur pencapaian
pembelajaran. Instrumen evaluasi yang telah dibuat berupa angket yang
ditujukan kepada guru dan siswa.
(5) Menyusun Naskah/Draft Media
Naskah/draft digunakan sebagai pedoman sehingga tujuan pembelajaran
dan materi ajar dapat dituangkan dengan kemasan sesuai dengan jenis
media. Media yang dibuat sesuai dengan keperluan.

22
(6) Produk awal
Perwujudan dari pengembangan ini membuat produk awal berupa alat
peraga konversi energi pada materi perubahan energi. Alat ini terdiri dari
satu paket percobaan beserta LKS praktikum, yang meliputi baterai,
lampu, balimg-baling, motor listrik, kabel logam, buzzer, sakelar,
sterofom, panel surya, dan lain-lain yang dikemas dalam satu paket
dengan nama alat peraga konversi energi
(7) Melakukan Validasi Ahli
Validasi ahli dilakukan sebelum melakukan uji coba lapangan yang
dilakukan ahli media pembelajaran. Validasi ini terdiri dari validasi
mengenai kesesuaian desain dengan spesifikasi yang direncanakan,
evaluasi dalam perencanaan pembelajaran, dan kesesuaian LKS dengan
produk yang dikembangkan. Validasi ini dilakukan untuk kesesuaian
desain dengan spesifikasi yang direncanakan dilakukan oleh dosen
program studi Pendidikan Fisika Unila.
(8) Melakukan Uji Coba/Tes dan Revisi
Media yang telah dibuat diujicobakan dalam kegiatan pembelajaran. Uji
coba ini dimaksudkan untuk melihat kesesuaian media dalam
pembelajaran. Uji coba ini dilakukan sebanyak dua kali, yaitu uji coba satu
lawan satu dan uji coba kelompok kecil. Pada uji coba satu lawan satu
dilakukan kepada dua orang siswa pada kelas subjek penelitian untuk
mengetahui kekurangan dari alat percobaan yang dikembangkan dan
selanjutnya dilakukan perbaikan. Setelah itu, selanjutnya dilakukan uji

23
coba kelompok kecil. Pada uji coba kelompok kecil dilakukan kepada
sepuluh orang pada kelas subjek penelitian untuk mengetahui
keoperasionalan alat percobaan yang dikembangkan.
(9) Produk Akhir
Hasil dari uji coba ini dijadikan bahan perbaikan dan penyempurnaan alat
peraga yang telah dibuat, sehingga dapat menghasilkan produk akhir yang
siap digunakan di sekolah.

D. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian pengembangan ini diperoleh melalui observasi,
wawancara, serta menggunakan instrumen angket dan tes. Observasi, angket
dan wawancara digunakan untuk menganalisis kebutuhan sekolah, guru dan
siswa dalam proses pembelajaran. Instrumen angket uji ahli digunakan untuk
mengumpulkan data tentang kelayakan produk berdasarkan kesesuaian desain
dan isi materi. Instrumen angket respon pengguna digunakan untuk
mengumpulkan data tingkat kemenarikan, kemudahan dan kemanfaatan
produk pada alat peraga konversi energi. Instrumen tes khusus digunakan
untuk mengetahui tingkat efektivitas ketergunaan produk yang dihasilkan
sebagai media pembelajaran pada siswa.

E. Teknik Analisis Data

Data hasil analisis kebutuhan yang diperoleh dari guru dan siswa digunakan
untuk menyusun latar belakang dan mengetahui tingkat keterbutuhan program

24
pengembangan. Data hasil identifikasi kebutuhan ini kemudian dilengkapi
dengan data hasil identifikasi sumber daya digunakan untuk menentukan
spesifikasi produk yang mungkin dikembangkan.

Data kesesuaian desain dan materi pembelajaran pada produk diperoleh dari
ahli materi, ahli desains atau praktisi melalui uji internal produk. Data
kesesuaian tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk
yang dihasilkan untuk digunakan sebagai media pembelajaran. Data
kemenarikan, kemudahan penggunaan dan kemanfaatan produk diperoleh
melalui uji eksternal kepada pengguna secara langsung. Sedangkan data hasil
belajar yang diperoleh melalui tes setelah penggunaan produk digunakan
untuk menentukan tingkat efektivitas produk sebagai media pembelajaran.
Analisis data berdasarkan instrumen uji internal dan eksternal dilakukan
untuk menilai sesuai atau tidaknya produk yang dihasilkan sebagai sumber
belajar dan media pembelajaran. Instrumen penilaian uji internal baik uji
spesifikasi maupun uji kualitas produk oleh ahli desains dan ahli isi/materi,
memiliki pilihan 4 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, misalnya:
“sangat sesuai”, “sesuai”, “kurang sesuai” dan “tidak sesuai”. Masing-masing
pilihan jawaban tersebut memiliki skor berbeda yang mengartikan tingkat
kelayakan produk menurut ahli.

Data kemanfaatan produk diperoleh dari guru dan siswa sebagai pengguna.
Angket respon terhadap penggunaan produk memiliki 4 pilihan jawaban
sesuai konten pertanyaan, misalnya: “sangat menarik”, “menarik”, “kurang

25
menarik” dan “tidak menarik” atau “sangat sesuai”, “sesuai”, “kurang sesuai”
dan “tidak sesuai”. Masing-masing pilihan jawaban memiliki skor berbeda
yang mengartikan tingkat kesesuaian produk bagi pengguna. Penilaian
instrumen total dilakukan dari jumlah skor yang diperoleh kemudian dibagi
dengan jumlah total skor kemudian hasilnya dikalikan dengan banyaknya
pilihan jawaban. Skor penilaian dari tiap pilihan jawaban ini dapat dilihat
dalam Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Skor penilaian terhadap pilihan jawaban.
Pilihan Jawaban
Sangat menarik
Menarik
Kurang menarik
Tidak menarik

Pilihan Jawaban
Sangat sesuai
Sesuai
Kurang sesuai
Tidak sesuai

Skor
4
3
2
1

Instrumen yang digunakan memiliki 4 pilihan jawaban, sehingga skor
penilaian total dapat dicari dengan menggunakan rumus:

Hasil dari skor penilaian tersebut kemudian dicari rata-ratanya dari sejumlah
subyek sampel uji coba dan dikonversikan ke pernyataan penilaian untuk
menentukan kualitas dan tingkat kemanfaatan produk yang dihasilkan
berdasarkan pendapat pengguna. Pengkonversian skor menjadi pernyataan
penilaian ini dapat dilihat dalam Tabel 3.2.

26
Tabel 3.2 Konversi skor penilaian menjadi pernyataan nilai kualitas
(Suyanto, 2009:227)
Skor Penilaian

3,26 - 4,00
2,51 – 3,25
1,76 – 2,50
1,01 – 1,75

Pernyataan Penilaian
Kemenarikan

Sangat menarik
Menarik
Kurang menarik
Tidak menarik

Pernyataan Penilaian
Kualitas

Sangat baik
Baik
Kurang baik
Tidak baik

Sedangkan untuk data hasil tes, digunakan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) mata pelajaran fisika di sekolah sebagai pembanding. Apabila 75%
nilai siswa yang diberlakukan uji coba telah mencapai KKM, dapat
disimpulkan produk pengembangan layak dan efektif digunakan sebagai
media pembelajaran.

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan dari penelitian pengembangan ini adalah:
1. Dihasilkan alat peraga konversi energi sebagai alat peraga dalam
pembelajaran materi perubahan energi yang telah teruji secara internal
dengan kualitas layak dan sesuai dengan teori, serta telah teruji secara
eksternal dengan kualitas: sangat menarik, sangat mudah digunakan, dan
sangat bermanfaat menurut pengguna.
2. Dihasilkan LKS perubahan energi sebagai media pembelajaran pelengkap
alat peraga yang telah teruji secara internal oleh ahli dengan kualitas layak
dan sesuai dengan teori, serta telah teruji secara eksternal dengan
kualitas: menarik, mudah digunakan dan bermanfaat menurut pengguna.
3. Alat peraga dan LKS perubahan energi telah teruji dan dinyatakan efektif
digunakan sebagai media pembelajaran baik terhadap individu secara
mandiri maupun berkelompok berdasarkan perolehan hasil belajar siswa
pada uji eksternal terhadap siswa kelas VIII semesterTahun 2012/2013,
yaitu 100 % siswa uji tuntas KKM dengan hasil belajar secara
keseluruhan berkriteria baik.

50
B. Saran

Saran dari penelitian pengembangan ini adalah:
1. Mengembangkan alat peraga konversi energi lanjut dengan mengusahakan
mampu menampilkan kuantitas perhitungan.
2. Mengubah sistem-sistem manual yang ada pada alat peraga menjadi sistem
otomatis sehingga lebih mempermudah lagi penggunaan dan pengoprasian
alat peraga.
3. Melakukan penelitian lanjutan berupa pengembangan alat peraga beserta
LKS fisika dengan menerapkan pembelajaran metode eksperimen atau
demonstrasi untuk pokok bahasan yang lain atau pengembangan LKS
fisika menggunakan pendekatan, model, atau metode pembelajaran yang
lain.
4. Menggiatkan pengujian penggunaan alat peraga beserta LKS hasil
pengembangan dalam skala yang lebih besar untuk mengetahui kelebihan
dan tingkat efesiensi penggunaan alat peraga dan LKS sebagai media dan
sumber belajar bagi siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Alfad, Haritsah. 2010. Pengembangan Lembar Kerja Siswa. http://haritsah.
ifastnet.com/home/38/50-lks.html. 19 Novemver 2012, pukul 17.00 WIB.
Awan, Dede. 2008. Pentingnya Alat Peraga dalam Mengajar IPA.
http:adinmuh2.blogspot.com. 15 November 2013, pukul 9.00 WIB.
Asyhar, Rayanda. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta :
Gaung Persada (GP) Press Jakarta.
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta : Rajawali Press
Setiono, Budi. 2011. Pengembangan Alat Perekam Getaran Sebagai Media
Pembelajaran Konsep Getaran. Bandar Lampung : Universitas Lampung
BSNP. 2006. Instrumen Penilaian Buku Teks Pelajaran SMP/MTs dan SMA/MA.
BSNP. Jakarta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka
Cipta.
Herlina, Cici. 2010. Alat Peraga. http://pendidikanmatematika.files.wordpress.
com. 18 November 2012, pukul 19.00 WIB.
Ismanto, Arif. 2008. Pengembangan LKS Menggunakan Pendekatan
Konstruktivisme pada Materi Pokok Fluida Melalui Metode Eksperimen.
Skripsi. Unila. Bandarlampung.
Kusnandiono. 2009. Lembar kerja Siswa. http://kusnan-kentus.blogspot.com/
2009/05/lks.html. 21 November 2012 Pukul 19.30 WIB.
Lestari, Linda Puji. 2006. Keefektifan Pembelajaran dengan Menggunakan Alat
Peraga dan LKS. http://digilib.unnes.ac.id.skripsi/archives/doc.pdf. 15
Maret 2013, pukul 9.00WIB.
Riyana, Cepi. 2008. Konsep dan Aplikasi Media Pembelajaran. Jakarta :
Mercubuana.
Rohani, Ahmad. 2009. Media Instruksional edukatif. Jakarta : Rineka Cipta.

52
Sadiman, A.S., Raharjo,R., Haryono, A., & Rahardjito. 2010. Media pendidikan
Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatanya. Jakarta : Pustekom dan
Raja Grafindo Persada.
Sardiman, A. M. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
Sanjaya,Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta :
Kencana Prenada Media Group.
Santyasa, I Wayan. 2007. Landasan Konseptual Media Pembelajaran.
UNDIKSHA. Yogyakarta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta.
Sukarto. 2011. Metode Pembelajaran dan Eksperimen. http://id.shvoong.com/
social-sciences/education/2098574-metode-pembelajaran-dan-eksperimen/.
21 November, pukul 19.30 WIB
Suyanto, Eko. 2009. Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika Siswa dengan
Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka dan Keterampilan
Proses Untuk SMA Negeri 3 Bandarlampung. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan 2009. Unila. Lampung.
Tabatabai, Husein. 2009. Pengembangan Lembar Kerja Siswa. http://tartocute.
blogspot.com/2009/06/lembar-kerja-siswa.html. 18 November Pukul 19.30
WIB.