PENGEMBANGAN ALAT PERAGA FISIKA PADA MATERI VISKOSITAS SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN

(1)

Sumirat Dyah Wulandari

ABSTRAK

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA FISIKA PADA MATERI VISKOSITAS SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN

Oleh

Sumirat Dyah Wulandari

Media pembelajaran merupakan sesuatu yang sangat penting di dalam proses pembelajaran karena dapat menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan

pembelajaran. Pemanfaatan media pembelajaran fisika terutama alat peraga sangat diperlukan untuk mengefektifkan kegiatan pembelajaran. Tujuan penelitian ini yaitu menghasilkan alat peraga viskositas beserta lembar kerja siswa (LKS). Prosedur pengembangan alat peraga ini meliputi : analisis kebutuhan,

merumuskan tujuan pembelajaran, merumuskan butir-butir materi, menyusun naskah media, produk awal, validasi ahli, uji coba lapangan, dan produk akhir. Validasi ahli dilakukan oleh pakar fisika dan guru fisika. Hasil uji validasi ahli menyatakan bahwa alat peraga viskositas dan LKS sebagai penuntun praktikum telah sesuai dengan desain yang direncanakan dan layak untuk digunakan sebagai media pembelajaran. Uji coba lapangan dilakukan di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung sebanyak dua kali, yaitu uji coba satu lawan satu dan uji kelompok kecil. Pada tahap uji satu lawan satu dilakukan terhadap 4 orang siswa dan uji kelompok kecil dilakukan terhadap 20 orang siswa kelas XI IPA. Hasil


(2)

Sumirat Dyah Wulandari dari uji coba lapangan menunjukan bahwa alat peraga viskositas dan LKS

penuntun praktikum yang dihasilkan sangat bermanfaat bagi pembelajaran, selain itu alat peraga yang dihasilkan desainnya sangat menarik, mudah digunakan, dan bahan- bahan yang digunakan relatif murah.

Kata kunci : alat peraga, media pembelajaran, penelitian pengembangan, dan viskositas.


(3)

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA FISIKA PADA MATERI VISKOSITAS SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN

Oleh

Sumirat Dyah Wulandari

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(4)

Judul Skripsi : PENGEMBANGAN ALAT PERAGA FISIKA PADA MATERI VISKOSITAS SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN

Nama Mahasiswa : Sumirat Dyah Wulandari Nomor Pokok Mahasiswa : 0913022069

Program Studi : Pendidikan Fisika

Jurusan : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Undang Rosidin, M.Pd. Dr. Abdurrahman, M.Si.

NIP 19600301 198503 1 003 NIP 19681210 199303 1 002

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Undang Rosidin, M.Pd.

Sekertaris : Dr. Abdurrahman, M.Si.

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Agus Suyatna, M.Si.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(6)

SURAT PERTANYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah: Nama : Sumirat Dyah Wulandari NPM : 0913022069

Fakultas / Jurusan : KIP / Pendidikan MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika

Alamat : Jl.Purnawirawan 2 no.5 Gunung Terang, Bandar Lampung Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung,17 Mei 2013

Sumirat Dyah Wulandari NPM 913022069


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 4 Oktober 1991, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara oleh pasangan Bapak Jumari dan Ibu Astuti Rahayu.

Penulis mengawali pendidikan formal tahun 1995 di TK Dwi Karsa, Gunung Terang, Bandar Lampung. Pada tahun 1997 penulis melanjutkan pendidikan di SDN 1 Gunung Terang, Bandar Lampung dan tamat pada tahun 2003. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 25 Bandar Lampung hingga tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan di SMA Al-Kautsar, Bandar Lampung dan tamat pada tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan

Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN.

Pada tahun 2012, penulis melaksanakan praktik mengajar melalui Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMPN 1 Sukadana, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Lampung Timur dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Pasar Sukadana, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Lampung Timur.


(8)

MOTTO

Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholatmu sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar

(Al-Baqarah: 153)

Hal yang besar bermula dari hal yang kecil, maka lakukanlah suatu kebaikan walau itu hanya hal yang kecil


(9)

PERSEMBAHAN

Teriring do’a dan rasa syukur kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat dan karunia-NYA. Skripsi ini ku persembahkan sebagai tanda cinta dan kasihku yang tulus kepada:

1. Bapak Jumari dan Ibu Astuti Rahayu tercinta yang telah tulus membesarkanku, mendidikku, mengarahkanku, mendo’akanku, dan memberikan yang terbaik untuk masa depanku.

2. Adik-adikku Retno Ningtyas dan Bagus Wicaksono yang telah memberiku semangat, keceriaan, dan menjadikanku lebih dewasa dalam berpikir dan bertindak.

3. Keluarga besar Mbah Wakijo dan Mbah Pawiro Ali terimakasih atas doa dan dukungannya.

4. Keluarga besar Pendidikan Fisika 2009. 5. Almamaterku tercinta Universitas Lampung.


(10)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena kasih sayang dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “ Pengembangan Alat Peraga Fisika pada Materi Viskositas Sebagai Media Pembelajaran” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan FKIP Unila. 2. Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Dr. Agus Suyatna, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika sekaligus selaku pembahas yang selalu memberikan bimbingan dan saran atas perbaikan skripsi ini.

4. Dr. Undang Rosidin, M.Pd. selaku Pembimbing akademik sekaligus Pembimbing I atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi selama penyusunan skripsi ini.

5. Dr. Abdurrahman, M.Si. selaku Pembimbing II atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi selama penyusunan skripsi ini.


(11)

6. Bapak dan ibu dosen serta staf Program Studi Pendidikan Fisika dan Jurusan Pendidikan MIPA.

7. Bapak Drs. Feriansyah Sesunan, M.Pd. selaku evaluator uji ahli, terimakasih atas waktu dan masukannya

8. Ibu Dra. Iswani selaku Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung.

9. Ibu Suharti Ningsih, S.Pd. selaku guru mitra yang telah memberikan bantuan dan kerjasamanya selama penelitian berlangsung.

10. Bapak dan ibu dewan guru beserta staf tata usaha dan siswa kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung.

11. Sahabat terdekatku dalam menulis skripsi ini.

12. Kakak sepupu ku Dwi Ratno yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Sahabat–sahabat ku tercinta Yeda Espita, Citra Pangestu dan Dimas Permadi. 14. Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermaanfaat bagi kita semua, Amin.

Bandar Lampung, April 2013


(12)

ix DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran ... 6

B. Media Pembelajaran... 8

C. Alat Peraga ... 15

D. LKS ... 17

E. Viskositas ... 20

III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 24

B. Prosedur Pengembangan ... 25

1. Analisis Kebutuhan dan Karakteristik Siswa ... 26

2. Merumuskan Tujuan Pembelajaran ... 26

3. Merumuskan Butir-Butir Materi ... 26


(13)

x

5. Produk Awal ... 27

6. Melakukan Validasi Ahli ... 27

7. Melakukan Uji Coba/Tes dan Revisi ... 27

8. Produk Akhir ... 28

C. Teknik Pengumpulan Data ... 28

D. Teknik Analisis Data... 28

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 32

B. Pembahasan ... 39

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 43

B. Saran ... 43


(14)

xi DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Koefisien viskositas ... 22

3.1 Skor Penilaian Uji Coba Lapangan ... 30

3.2 Konversi Skor Penilaian ... 30

4.1 Hasil Validasi Ahli ... 35

4.2 Hasil tes evaluasi siswa kelas XI IPA 1 ... 36

4.3 Hasil tes evaluasi siswa kelas XI IPA 2 ... 36

4.4 Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 37

LP4.a. Pemetaan SK/KD ... 49

LP6.a. Silabus Pembelajaran ... 57

LP9.a. Format Asessmen Kinerja Proses ... 67

LP10.a. Penilaian Kinerja Siswa ... 68

LP11.a. Penilaian Afektif ... 69

LP12.a. Koefisien Viskositas Fluida ... 73

LP13.a. Instrumen Uji Kelayakan ... 78

LP14.a. Tabel Spesifikasi Lembar Penilaian ... 81

LP15.a. Angket Pengungkap Kebutuhan Guru ... 82

LP16.a. Lembar Uji Ahli Alat Peraga ... 84

LP17.a. Instrumen Uji Kelayakan Isi ... 86

LP17.b. Instrumen Uji Kesesuaian Isi... 87

LP17.c. Instrumen Uji Kelayakan Penyajian ... 88

LP17.d. Instrumen Uji Kelayakan Bahasa ... 89

LP18.a. Instrumen Uji Coba Lapangan ... 90

LP21.a. Hasil Angket Pengungkap Kebutuhan Guru... 95


(15)

xii

LP23.a. Hasil Instrumen Uji Kelayakan Isi ... 100

LP23.b. Hasil Instrumen Kesesuaian Isi ... 101

LP23.c. Hasil Instrumen Uji Kelayakan Penyajian ... 102

LP23.d. Hasil Instrumen Uji Kelayakan Bahasa ... 103

LP24.a. Hasil Angket Penggunaan Alat Uji Satu Lawan Satu ... 105

LP24.b. Hasil Penilaian Kognitif Uji Satu Lawan Satu ... 105

LP25.a. Hasil Angket Penggunaan Alat Uji Kelompok Kecil ... 106


(16)

xiii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerucut Pengalaman Dale ... 12

2.2 Bagan Teknik Pemilihan Media menurut Anderson ... 14

2.3 Posisi Alat Peraga dan Media sebagai sumber belajar ... 16

3.1 Prosedur Pengembangan Media Pembelajaran ... 25

4.1 Produk Akhir ... 39

LP5.a. Tabung neon ... 55

LP5.b. Bola besi ... 55

LP5.c. Lempeng aklirik sebagai pengait antar tabung ... 55

LP5.d. Balok kayu sebagai dudukan tabung ... 55

LP5.e. Batang aluminium sebagai pemutar tabung ... 55

LP5.f. Kayu sebagai penyangga tabung. ... 56

LP5.g. Magnet ... 56

LP5.h. Stopwatch digital ... 56

LP5.i. Kabel ... 56

LP5.j. Saklar ... 56

LP5.k. Microswitch ... 57

LP5.g. Desain alat. ... 57

LP26.a. Produk akhir ... 109


(17)

xiv DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN Halaman

1. Instrumen Wawancara Siswa ... 47

2. Instrumen Wawancara Guru ... 48

3. Format LKS yang direncanakan ... 49

4. Pemetaan SK/KD ... 50

5. Skenario Pengembangan dan Spesifikasi Produk ... 53

6. Silabus Pembelajaran ... 58

7. RPP ... 61

8. LP Produk ... 65

9. LP Proses ... 68

10. LP Psikomotor ... 69

11. LP Penilaian Afektif ... 70

12. Buku Siswa ... 72

13. LKS ... 77

14. Tabel Spesifikasi Penilaian Tes Evaluasi ... 81

15. Angket Analisis Kebutuhan ... 82

16. Angket Uji Ahli Alat Peraga ... 84

17. Angket Uji LKS ... 86

18. Instrumen Uji Coba Lapangan ... 90

19. Hasil Wawancara Siswa ... 92

20. Hasil Wawancara Guru ... 94

21. Hasil Angket Analisis Kebutuhan ... 95

22. Hasil Angket Uji Ahli Alat Peraga ... 98

23. Hasil Angket Uji LKS ... 100


(18)

xv 25. Hasil Uji Kelompok Kecil ... 106 26. Produk Akhir ... 109 27. Foto Penelitian ... 110


(19)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Media pembelajaran merupakan sesuatu yang sangat penting di dalam proses pembelajaran karena dapat menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran. Pemanfaatan media pembelajaran fisika terutama alat peraga sangat diperlukan untuk mengefektifkan kegiatan pembelajaran. Media pembelajaran yang digunakan hendaknya mampu meningkatkan aktifitas belajar dan minat siswa. Selain itu, media pembelajaran juga memiliki peran penting dalam kegiatan pembelajaran. Media pembelajaran dapat berfungsi sebagai sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa antara lain untuk mendorong motivasi belajar, memperjelas dan

mempermudah konsep yang abstrak, serta mempertinggi daya serap siswa.

Pemilihan media pembelajaran haruslah sesuai dengan isi materi pelajaran dan metode pembelajaran. Fisika salah satu mata pelajaran yang memerlukan media pembelajaran khusus seperti alat peraga untuk menunjukan fenomena dan konsep-konsep yang abstrak, sehingga sulit dipahami bila hanya

dijelaskan secara verbal atau melalui gambar visualnya. Siswa dapat dengan mudah memahami materi dengan melihat langsung fenomena yang terjadi. Oleh karena itu diperlukan adanya alat peraga yang dapat memberikan pengalaman secara langsung kepada siswa melalui praktikum ataupun


(20)

2 demonstrasi yang dilakukan oleh guru. Sehingga proses belajar yang terjadi akan memberikan pengalaman yang lebih banyak dan hasil yang lebih bermakna dibandingkan hanya memberikan pengalaman yang abstrak dan sulit dipahami oleh siswa.

Alat peraga juga dapat digunakan siswa untuk memperoleh data-data pengamatan melalui demonstrasi atau praktikum. Agar lebih lengkap,

penggunaan alat peraga sebagai media pembelajaran perlu dilengkapi dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai penuntun praktikum. Dibantu dengan (LKS), siswa dipandu untuk menarik kesimpulan melalui hubungan data-data hasil pengamatan. Selanjutnya guru memberi penguatan, penambahan, dan pembenaran bila terdapat kesimpulan yang kurang tepat. Namun dalam hal ini penggunaan alat peraga di sekolah sebagai salah satu media pembelajaran masih sangatlah kurang.

Hasil wawancara yang dilakukan pada 5 orang siswa SMA di Bandar Lampung menyatakan bahwa penggunaan alat peraga masih sangatlah kurang. Ketika proses belajar mengajar berlangsung siswa hanya diberikan penjelasan secara verbal. Siswa juga hampir tidak pernah melakukan

praktikum di laboratorium. Wawancara juga dilakukan dengan 1 orang guru fisika SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung. Setelah dilakukan

wawancara maka dapat diketahui bahwa kendala-kendala yang menyebabkan guru tidak menggunakan alat peraga dalam proses pembelajaran adalah karena kurangnya ketersediaan alat-alat di laboratorium. Sebagai contohnya pada materi pokok fluida statis, tentang viskositas. Alat peraga yang berkaitan


(21)

3 dengan materi viskositas tidak tersedia di sekolah. Siswa hanya diberi

pembelajaran secara verbal dari buku tanpa adanya praktikum.

Pada penelitian sebelumnya Marfiana (2008) juga telah mengembangkan alat peraga viskositas dengan menggunakan sensor cahaya. Namun pada hasil pengembangan alat peraga tersebut masih terdapat beberapa kekurangan. Alat yang dihasilkan pada penelitian sebelumnya hanya menggunakan satu jenis fluida saja, sehingga siswa tidak dapat membandingkan waktu yang

digunakan benda bergerak pada fluida yang berbeda kekentalannya.

Pada pengembangan yang dibuat kali ini menggunakan tiga jenis fluida yang berbeda kekentalannya. Selain itu pada proses pembuatan tabung kaca pada alat sebelumnya dinilai cukup rumit karena tidak semua permukaan kaca akan rata pada saat pemotongan, untuk mengatasi permasalahan tersebut peneliti menggunakan tabung bekas lampu neon agar permukaan tabung rata satu sama lainnya. Menggunakan tabung bekas lampu neon juga dinilai hemat karena dapat memanfaatkan barang yang masih layak pakai. Pada penelitian ini penghitungan waktu juga dilakukan secara otomatis. Perbedaan pada penelitian sebelumnya alat yang digunakan untuk mengukur waktu secara otomatis adalah dengan menggunakan sensor cahaya, sedangkan pada penelitian yang dilakukan sekarang alat pengukur waktu otomatis menggunakan alat, yaitu microswitch.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti telah


(22)

4 berbeda untuk menambah variasi media pembelajaran yang sudah ada

sebelumnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah penelitian pengembangan ini sebagai berikut :

a. Dibutuhkan alat peraga fisika pada materi viskositas beserta LKS penuntun praktikum sebagai media pembelajaran.

b. Kurangnya variasi sumber belajar menarik bagi siswa yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut :

a. Menghasilkan suatu alat peraga fisika pada materi viskositas beserta LKS penuntun praktikum sebagai salah satu media pembelajaran.

b. Menyediakan variasi sumber belajar menarik bagi siswa yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut :

a. Memberikan alternatif pemecahan masalah dalam kekurangan media pembelajaran di SMA/MA.


(23)

5 b. Tersedianya sumber belajar bagi siswa yang dapat digunakan dalam

proses pembelajaran.

c. Memberikan motivasi kepada guru untuk lebih terampil dan kreatif dalam menggunakan dan mengembangkan media pembelajaran.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup pada penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut : a. Penelitian pengembangan yang dimaksud adalah pembuatan alat peraga

fisika pada materi pokok viskositas sebagai salah satu media pembelajaran. b. Pengembangan alat peraga viskositas yang dimaksud adalah untuk

membandingkan waktu benda bergerak pada fluida yang berbeda kekentalannya. Pengukur waktu menggunakan stopwatch digital yang telah dimodifikasi dengan microswitch agar dapat berhenti secara otomatis.

c. Materi pokok yang disajikan dalam penelitian ini adalah materi tentang viskositas.

d. Uji coba produk penelitian pengembangan ini dilakukan pada siswa kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung.

e. Metode pengembangan yang digunakan diadaptasi dari Sadiman dalam Asyhar (2011: 94-100) sampai tahap dihasilkan produk akhir.


(24)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku dimana pun dan kapan pun. Di dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar siswa dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai suatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor). Menurut Komalasari (2010: 3-4 ),

Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar siswa dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

Pembelajaran juga dapat dipandang dari dua sudut, pertama

pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem. Pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisasi antara lain tujuan

pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran. Kedua, pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membantu siswa belajar. Proses tersebut meliputi :

1. Persiapan, dimulai dari merencanakan program pengajaran tahunan, semester, dan penyusunan persiapan mengajar serta penyiapan perangkat kelengkapannya seperti alat peraga dan alat-alat evaluasi. Persiapan pembelajaran ini juga mencakup kegiatan guru untuk membaca buku-buku atau media cetak lainnya yang akan disajikan kepada siswa.


(25)

7 2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada

persiapan pembelajaran yang telah dibuat. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran ini, struktur dan situasi pembelajaran yang

diwujudkan guru akan banyak dipengaruhi oleh pendekatan atau strategi dan metode-metode pembelajaran yang telah dipilih dan dirancang penerapannya.

3. Menindaklanjuti pembelajaran yang telah dikelolanya. Kegiatan setelah pembelajaran ini dapat berbentuk pengayaan, dapat pula pemberian remedial.

Sedangkan menurut Miarso dalam Yamin (2011: 71)

Istilah pembelajaran dalam penggunaan sehari-hari sering disamakan dengan istilah pengajaran. Padahal keduanya memiliki asal kata yang berbeda. Pembelajaran berasal dari kata dasar “belajar” sedangkan pengajaran berasal dari kata dasar “mengajar”. Dengan demikian istilah pembelajaran lebih berfokus pada proses belajar yang terjadi pada peserta didik, sedang istilah pengajaran lebih berorientasi pada proses mengajar. Jadi pembelajaran adalah usaha mengelola

lingkungan belajar dengan sengaja agar seseorang membentuk diri secara positif dalam kondisi tertentu.

Selain itu Hamalik (2011: 57) mengemukakan bahwa,

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Manusiawi meliputi guru, siswa, dan tenaga lainnya. Material meliputi buku, kapur, papan tulis, spidol. Perlengkapan meliputi ruang kelas, audio visual, laboratorium. Prosedur meliputi metode penyampaian, ujian, belajar, dan praktik.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan guru agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan konsep serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Selain itu


(26)

8 didik agar dapat belajar dengan baik. Pembelajaran juga memiliki ciri-ciri seperti yang dikemukakan Hamalik (2011: 58) yaitu,

1. Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur yang merupakan unsur-unsur dalam sistem pembelajaran dalam suatu rencana pembelajaran.

2. Kesaling tergantungan antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan.

3. Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Dengan proses mendesain sistem pembelajaran guru membuat rancangan untuk memberikan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan sistem pembelajaran tersebut.

Oleh karena itu dalam pembelajaran hendaknya seorang guru dapat

mendesain sistem pembelajaran dengan sangat baik agar tujuan pembelajaran dapat terlaksana. Pembelajaran juga dapat terlaksana dengan efektif dan efisien karena adanya bantuan media pembelajaran seperti alat peraga.

Karena dengan menggunakan alat peraga siswa dapat lebih memahami materi pembelajaran yang diberikan.

B.Media Pembelajaran

Proses belajar dapat terjadi melalui interaksi seseorang dengan sumber belajarnya. Salah satu jenis sumber belajar yang secara terencana digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran yang disebut dengan media pembelajaran. Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Media ini merupakan alat saluran komunikasi dalam pembelajaran. Media merupakan alat

menyampaikan pesan, sedangkan metode merupakan prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi dari pesan tersebut guna mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran dengan


(27)

9 menggunakan media dan metode pembelajaran dapat membantu siswa lebih memahami materi yang disampaikan oleh guru.

Media mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar yaitu dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi yang disampaikan oleh guru, mengarahkan dan meningkatkan perhatian siswa, serta mengefektifkan dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Selain itu media pembelajaran juga dapat digunakan oleh siswa sebagai sarana belajar mandiri atau bersama dengan siswa lainnya. Heinrich dalam Riyana (2008: 24) menjelaskan bahwa,

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti “perantara” yaitu perantara sumber pesan dengan penerima pesan. Heinrich mencontohkan media ini dapat berupa film, televisi, diagram, bahan cetak, komputer, dan instruktur. Media-media tersebut dapat dipertimbangkan sebagai media pembelajaran jika membawa pesan-pesan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Riyana (2008: 25-26) menjelaskan,

Media dapat digunakan sebagai alat bantu visual yaitu berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa antara lain untuk mendorong motivasi belajar, memperjelas dan mempermudah konsep yang abstrak dan mempertinggi daya serap.

Menurut Critos dalam Santyasa (2007: 3),

Menyatakan bahwa salah satu komponen komunikasi dalam

pembelajaran, yaitu sebagai pembawa pesan dari guru menuju siswa. Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.


(28)

10 Berdasarkan pengertian media di atas dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar. Dengan demikian keberhasilan media bergantung dari kesamaan pesan yang dikirim guru dan diterima oleh siswa. Media pembelajaran ini merupakan bagian dari sumber belajar yang sengaja dibuat guna mendukung proses pembelajaran. Secara umum manfaat media pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih efektif dan efisien. Menurut Sudjana dalam Sukiman (2012: 43),

Kegunaan atau manfaat media pembelajaran dalam proses belajar, yaitu:

1. Pembelajaran akan lebih menarik sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat dengan mudah dipahami oleh peserta didik dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuntun kata-kata oleh guru, sehingga peserta didik tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga.

4. Peserta didik dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga dapat melakukan aktifitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.

Selain itu Sadiman, dkk (2010: 17),

Secara umum media pembelajaran mempunyai kegunaan sebagai berikut:

1. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan indra. 3. Menimbulkan gairah belajar.

4. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, audiotori dan kinestetikanya.

5. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan persepsi yang sama.


(29)

11 Berdasarkan beberapa manfaat media pembelajaran yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran memiliki pengaruh yang besar terhadap pemahaman isi

pelajaran. Siswa yang belajar hanya dengan mendengarkan saja akan berbeda tingkatnya dalam mengingat materi pelajaran dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan melihat atau sekaligus mendengar dan melihat. Media pembelajaran juga mampu membangkitkan dan membawa siswa ke dalam suasana senang dan gembira, dimana ada keterlibatan emosional dan mental. Tentu hal ini berpengaruh terhadap semangat belajar dan kondisi

pembelajaran yang lebih hidup dan nantinya bermuara kepada peningkatan pemahaman materi pelajaran.

Alat peraga merupakan salah satu media pembelajaran dimana dalam

pemilihan alat peraga dapat mempengaruhi tujuan pembelajaran. Alat peraga juga dapat digunakan untuk membantu siswa dalam memahami sebuah konsep dalam materi pelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga akan mempermudah guru menerapkan strategi dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu dengan adanya media pembelajaran berupa alat peraga sangat berpengaruh dengan keberhasilan dalam proses belajar mengajar.

Selain manfaat media, karakteristik dan kemampuan masing-masing media perlu diperhatikan oleh guru agar mereka dapat memilih media mana yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. Edgar Dale dalam Santyasa (2007: 8) menyatakan bahwa,


(30)

12 Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu pembelajaran, Edgar mengklasifikasikan media dari tingkatan yang paling kongkret ke tingkatan paling abstrak. Klasifikasi ini lebih dikenal dengan “kerucut pengalaman Dale” (Gambar 2.1) ini dapat digunakan untuk mempermudah dalam menentukan alat bantu yang paling sesuai untuk pengalaman belajar.

Gambar 2.1. Kerucut Pengalaman Dale dalam Santyasa (2007: 8)

Kerucut pengalaman Dale tersebut memberi gambaran bahwa pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses perbuatan atau siswa mengalami sendiri apa yang dipelajari. Pengetahuan akan semakin abstrak apabila pesan yang disampaikan hanya melalui kata verbal. Artinya siswa hanya mengetahui tentang kata, tanpa memahami dan mengerti makna yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu pemilihan media yang tepat perlu dilakukan agar tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik.


(31)

13 Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam memilih media

pembelajaran. Secara teoritik setiap media memiliki kelebihan dan kekurangan yang memberikan pengaruh kepada efektifitas program pembelajaran. Riyana (2008: 69-72) mengemukakan,

Ada beberapa kriteria umum yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media pembelajaran. Adapun kriteria umum tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran

2. Kesesuaian dengan materi pembelajaran, yaitu bahan atau kajian apa yang akan diajarkan pada program pembelajaran tersebut. 3. Kesesuaian dengan karakteristik siswa, yaitu mengkaji sifat dan

ciri media yang sesuai dengan karakteristik yang dimiliki siswa. 4. Kesesuaian dengan teori, media yang dipilih bukan karena

fanatisme guru terhadap suatu media yang paling disukai dan paling bagus, namun didasarkan atas teori yang diangkat dari penelitian yang telah teruji validitasnya.

5. Kesesuaian dengan gaya belajar siswa, kriteria ini didasarkan atas kondisi psikologis siswa, bahwa siswa belajar dipengaruhi pula oleh gaya belajar.

6. Kesesuaian dengan kondisi lingkungan, bagaimana bagusnya suatu media apabila tidak didukung oleh fasilitas dan waktu yang tersedia, maka kurang efektif.

Anderson dalam Sadiman (2010: 89) menjelaskan,

Pemilihan media sebagai bagian dari pengembangan instruksional. Untuk keperluan itu, Anderson telah membagi media dalam sepuluh kelompok, yaitu: (1) media audio, (2) media cetak, (3) media cetak bersuara, (4) media proyeksi diam, (5) media proyeksi dengan suara, (6) media visual gerak, (7) media audio visual gerak, (8) objek, (9) sumber manusia dan lingkungan dan (10) media komputer. Lebih lanjut Anderson menjelaskan prosedur pemilihan media tersebut dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan apakah pesan yang akan disampaikan bersifat informasi/hiburan atau pesan instruksional. Apabila pesan instruksional yang ingin ditampilkan, apakah akan berfungsi sebagai sarana belajar (media) atau sarana mengajar (peraga). Prosedur selanjutnya ialah menentukan strategi

instruksionalnya, yaitu apakah ingin memberi pengalaman sikap, ketrampilan fisik, atau kognitif.


(32)

14 Teknik dalam pemilihan dan pengembangan media pembelajaran menurut Anderson dalam Sadiman (2010: 90) dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Bagan teknik pemilihan media menurut Anderson dalam Sadiman (2010: 90)

Langkah-langkah pemilihan dan pengembangan tersebut perlu ditempuh agar penggunaan media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran dapat berfungsi dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Akan tetapi Anderson lebih menekankan pada fokus pengembangan media, yaitu tujuan, metode dan karakteristik media itu sendiri. Tujuannya berkaitan dengan efektivitas (baik atau tidaknya pemilihan media) yang dapat dilihat dari ketercapaian

tujuannya. Semakin banyak tujuan pembelajaran tercapai maka semakin baik media tersebut, begitu juga sebaliknya.

Pesan

Informasi Instruksi

Tentukan metode pemindahan Media pembelajaran

Tentukan ciri pembelajaran

Pemilihan media

Evaluasi kelebihan/ kekurangan media

Media cocok Media tidak

cocok

Merencanakan pengembangan dan produksi media

Langkah I Langkah II

Langkah III

Langkah IV

Langkah VI Langkah V


(33)

15 C. Alat Peraga

Alat peraga merupakan sesuatu yang dapat digunakan untuk membantu proses pembelajaran dalam menerangkan/mewujudkan suatu konsep. Russefendi dalam Lestari (2006: 2) menyatakan bahwa,

Alat peraga digunakan sebagai media atau perlengkapan untuk membantu para pengajar.

Awan (2008: 2) menjelaskan,

Tiap-tiap benda yang dapat menjelaskan suatu ide, prinsip, gejala atau hukum alam dapat disebut alat peraga. Fungsi dari alat peraga ialah memvisualisasikan sesuatu yang tidak dapat dilihat atau sukar dilihat, hingga nampak jelas dan dapat menimbulkan pengertian atau

meningkatkan persepsi seseorang. Lebih lanjut Awan menambahkan bahwa alat peraga memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Selain itu, alat peraga juga merupakan salah satu faktor untuk mencapai efisiensi hasil belajar.

Berdasarkan beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa alat peraga merupakan seperangkat benda kongkret (alat bantu) yang dibuat atau disusun secara sengaja untuk membantu memvisualisasikan sesuatu yang tidak dapat dilihat atau sukar dilihat. Pada proses pembelajaran alat peraga dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar lebih efektif dan efisien.

Alat peraga sebagai salah satu sumber belajar untuk siswa memiliki peran penting dalam proses pembelajaran. Istilah alat peraga berkaitan dengan istilah media pembelajaran. Kedua hal ini sulit dipisahkan namun dapat dibedakan.


(34)

16 Rohani (2009: 2) perbedaan kedua hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut:

Gambar 2.3 Posisi alat peraga dan media sebagai sumber belajar, menurut Rohani (2009: 5)

Berdasarkan gambar di atas Rohani (2009: 4-5) menjelaskan,

Pada pola (I), anak didik hanya menggunakan sumber belajar berupa orang. Guru sebagai pengajar memegang kendali penuh terhadap kegiatan belajar mengajar. Pola (II), anak didik dibantu oleh

bahan/sumber belajar lainnya yang berfungsi sebagai alat bantu atau alat peraga, guru masih memegang kendali namun tidak mutlak. Pola (III), anak didik menggunakan sumber belajar orang dan sumber belajar lain berdasarkan suatu pembagian tanggung jawab. Sumber belajar lain ini merupakan bagian integral dari keseluruhan kegiatan belajar dan disebut sebagai media. Pola (IV), anak didik hanya menggunakan sember belajar bukan manusia (media). Dilihat dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa suatu sumber belajar dikatakan alat peraga jika fungsinya hanya sebagai alat bantu saja. Namun dikatakan media jika merupakan bagian integral dari seluruh kegiatan belajar dan ada pembagian tanggung jawab antara guru dan sumber belajar lain. Dengan demikian antara media dan alat peraga terletak pada fungsinya bukan pada substansinya.

Alat peraga dapat dikelompokkan menjadi dua dari segi pengadaannya yaitu, alat peraga sederhana dan alat peraga buatan pabrik. Pembuatan alat peraga

Kurikulum

Alat peraga

Pengajar

Pengajar Pengajar Media Media


(35)

17 sederhana biasanya memanfaatkan lingkungan sekitar dan dapat dibuat

sendiri. Namun alat peraga buatan pabrik pada umumnya berupa perangkat keras dan lunak yang pembuatannya memiliki ketelitian ukuran serta memerlukan biaya besar.

Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran juga dimaksudkan agar dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa sehingga siswa merasa tertarik, senang dan lebih mudah dalam memahami konsep yang terkandung di dalamnya. Menggunakan alat peraga, hal-hal yang abstrak dapat disajikan dalam bentuk model-model berupa benda kongkret yang dapat dilihat dan dipegang, sehingga dapat lebih mudah dipahami.

D. LKS

Peran LKS sangatlah besar dalam proses pembelajaran karena dapat

meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar dan dapat membantu guru untuk mengarahkan siswanya menemukan konsep-konsep melalui aktifitasnya sendiri. Disamping itu LKS juga dapat mengoptimalkan hasil belajar. LKS merupakan salah satu dari sekian banyak media yang digunakan dalam proses belajar mengajar di sekolah. LKS banyak digunakan untuk memancing aktivitas belajar siswa.

Hal ini karena dengan LKS siswa akan merasa diberikan tanggung jawab moril untuk menyelesaikan sesuatu tugas dan merasa harus mengerjakannya, terlebih lagi apabila guru memberikan perhatian penuh terhadap hasil


(36)

18 siswa agar lebih aktif dan mandiri dalam memahami suatu materi pelajaran. Menurut Kusnandiono (2009: 1),

LKS adalah lembar kerja bagi siswa yang disusun secara terprogram yang berisi tugas untuk mengamati dan mengumpulkan data yang tersaji untuk didiskusikan atau untuk dijawab sehingga siswa dapat menguji dirinya sendiri.

Sedangkan menurut Tabatabai (2009: 1) menyatakan bahwa,

Panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan

penyelidikan atau pemecahan masalah. Dalam proses pembelajaran LKS digunakan sebagai media bagi siswa untuk mendalami materi yang sedang dipelajari.

Penggunaan LKS dalam pembelajaran memiliki beberapa tujuan. Menurut Alfad (2010: 2),

Tujuan penggunaan LKS tersebut adalah :

1. Memberikan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh peserta didik.

2. Mengecek tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah disajikan.

3. Mengembangkan dan menerapkan materi pelajaran yang sulit disampaikan secara lisan.

LKS merupakan salah satu dari sekian banyak media yang digunakan dalam proses belajar mengajar di sekolah. LKS banyak digunakan untuk memancing aktivitas belajar siswa. Hal ini karena dengan LKS siswa akan merasa

diberikan tanggung jawab untuk menyelesaikannya. Pembelajaran dengan menggunakan LKS, guru menuntut siswa agar lebih aktif dan mandiri dalam memahami suatu materi pembelajaran. Tabatabai (2009: 2) menjelaskan bahwa,


(37)

19 Pada proses belajar mengajar LKS memiliki dua fungsi, yaitu :

1. Sebagai sarana belajar siswa baik di kelas, di ruang piket, di ruang praktek maupun di luar kelas. Sehingga siswa berpeluang besar untuk mengembangkan kemampuan, menerapkan pengetahuan, melatih ketrampilan, memproses sendiri untuk mendapatkan perolehannya. 2. Melalui LKS, guru dalam menyelenggarakan kegiatan belajar

mengajar sudah menerapkan metode membelajarkan siswa.

Fungsi LKS juga dapat ditinjau dari tahapan pembelajaran. LKS dapat digunakan sebagai media pembelajaran sendiri, mendidik siswa untuk mandiri, percaya diri, disiplin, bertanggung jawab, dan dapat

mengambil keputusan. LKS dalam kegiatan belajar mengajar dapat dimanfaatkan pada tahap penanaman konsep (menyampaikan konsep baru) atau pada tahap pemahaman konsep (tahap lanjutan dari

penanaman konsep). Pemanfaatan lembar kerja pada tahap

pemahaman konsep berarti LKS dimanfaatkan untuk mempelajari suatu topik dengan maksud memperdalam pengetahuan tentang topik yang telah dipelajari pada tahap sebelumnya yaitu penanaman konsep.

Berdasarkan uraian di atas tentang fungsi LKS, dapat diketahui bahwa LKS merupakan suatu panduan bagi siswa dalam proses belajar yang berbentuk tertulis dan memiliki fungsi sebagai media untuk membuat siswa menjadi aktif. LKS tidak hanya berisi pertanyaan-pertanyaan tugas atau petunjuk teknis (praktikum misalnya) tetapi berisi alur pemahaman konsep yang menggiring siswa untuk menyimpulkan materi yang dipelajari secara utuh. Menurut Kusnandiono (2009: 2),

Secara lebih rinci menjelaskan agar dapat berfungsi dengan baik, LKS harus memenuhi beberapa kriteria berikut :

1. Desainnya menarik atau indah.

2. Kata-kata yang digunakan sederhana dan mudah dimengerti. 3. Susunan kalimatnya singkat namun jelas artinya.

4. LKS harus dapat membantu atau memotivasi siswa untuk berfikir kritis.

5. Penjelasan atau informasi yang penting hendaknya dibuat dalam lembaran catatan siswa.

6. LKS harus dapat menunjukan secara jelas bagaimana cara merangkai atau menyusun alat yang dipakai dalam suatu kegiatan.


(38)

20 7. Urutan kegiatan harus logis (tujuan, alat/bahan, cara kerja, data,

pertanyaan dan kesimpulan).

8. LKS disusun berdasarkan dengan kisi-kisi soal yang sesuai dengan kurikulum.

9. LKS dibuat sesuai dengan kompetensi dasar suatu pelajaran.

Lebih lanjut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tahun 2006 telah mengeluarkan format instrumen penilaian buku pelajaran fisika untuk SMA/MA. Instrumen penilaian tersebut meliputi: (1) komponen kelayakan; (2) komponen kebahasaan; dan (3) komponen penyajian. Di dalam

komponen-komponen tersebut terdapat butir-butir penilaian yang lebih rinci. Komponen kelayakan terdapat butir-butir diantaranya: (1) cakupan materi, (2) akurasi materi, dan (3) kemuktahiran. Komponen kebahasaan terdapat butir-butir diantaranya: (1) kesesuaian bahasa yang digunakan dengan

perkembangan peserta didik, (2) komunikatif, interaktif, lugas, sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar, dan (3) penggunaan istilah dan

simbol/lambang. Komponen penyajian terdapat butir-butir diantaranya: (1) teknik penyajian, (2) pendukung penyajian materi, dan (3) penyajian

pembelajaran. Standar-standar tersebut perlu diperhatikan oleh penyusun agar media cetakan yang dihasilkan berkualitas baik sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

E. Viskositas

Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau fluida . Beberapa cairan ada yang dapat mengalir cepat dan ada juga yang mengalir lambat. Cairan yang mengalir cepat contohnya air, alkohol, dan


(39)

21 bensin. Sedangkan cairan yang mengalir lambat contohnya yaitu oli, minyak sayur, dan madu.

Menurut Harinaldi (2003: 73-76),

Viskositas (kekentalan) cairan akan menimbulkan gesekan antar bagian atau lapisan cairan yang bergerak satu terhadap yang lain. Hambatan atau gesekan yang terjadi ditimbulkan oleh gaya kohesi di dalam zat cair. Viskositas gas ditimbulkan oleh peristiwa tumbukan antara molekul-molekul gas. Adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi viskositas adalah sebagai berikut:

1. Tekanan; viskositas cairan naik dengan naiknya tekanan, sedangkan viskositas gas tidak dipengaruhi oleh tekanan.

2. Temperatur; viskositas zat cair berkurang dengan kenaikan temperatur, sementara untuk gas peningkatan temperatur

menyebabkan peningkatan viskositas. Perbedaan dalam pengaruh temperatur terhadap viskositas pada zat cair dan gas dapat ditinjau dari perbedaan struktur molekul. Molekul zat cair jaraknya berdekatan dengan gaya kohesi yang kuat antar molekul dan hambatan terhadap gerak relatif, antara lapisan-lapisan fluida yang bersebelahan

berhubungan dengan gaya antar molekul ini. Meningkatnya temperatur, gaya kohesi ini berkurang dan mengakibatkan

berkurangnya hambatan terhadap gerakan. Karena viskositas adalah indeks dari hambatan ini maka viskositas berkurang dengan

meningkatnya temperatur.

Namun di dalam gas, molekul-molekulnya terpisah jauh dan gaya antar molekulnya diabaikan. Dalam hal ini hambatan terhadap gerak relatif timbul karena pertukaran momentum antara molekul gas dengan lapisan-lapisan fluida yang bersebelahan. Karena molekul-molekul berpindah dengan gerakan acak dari satu tempat yang kecepatannya rendah dan bercampur dengan molekul di tempat yang kecepatannya tinggi. Maka akan terdapat pertukaran momentum efektif yang melawan gerakan relatif antara lapisan-lapisan. Dengan meningkatnya temperatur gas, maka aktivitas molekul yang acak tersebut akan meningkat dan mengakibatkan viskositas meningkat. 3. Kehadiran zat lain

Penambhan gula tebu meningkatkan viskositas air. Adanya bahan tambahan seperti bahan suspensi menaikkan viskositas air. Pada minyak ataupun gliserin adanya penambahan air akan menyebabkan viskositas akan menurun karena gliserin maupun minyak akan semakin encer, sehingga waktu alirnya semakin cepat.


(40)

22 Menurut Supiyanto (2005: 181- 182),

Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besar kecilnya gesekan di dalam fluida. Semakin besar viskositas fluida maka semakin sulit suatu fluida untuk mengalir dan juga menunjukan semakin sulit suatu benda bergerak di dalam fluida tersebut. Di dalam zat cair, viskositas dihasilkan oleh gaya kohesi antara molekul zat cair. Sedangkan dalam gas, viskositas sebagai akibat tumbukan antara molekul gas.

Viskositas zat cair dapat ditentukan secara kuantitatif dengan besaran yang disebut, koefisien viskositas dan dinyatakan dengan simbol �. Satuan SI untuk satuan viskositas adalah N s m-2 atau pascal sekon (Pa s). Koefisien viskositas beberapa fluida dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1. Koefisien viskositas berbagai fluida Fluida Suhu (0

C)

Koefisien Viskositas h (Pas)

Air 0 1,8 x 10-3

20 1,0 x 10-3

100 0,3 x 10-3

Darah 37 4 x 10-3

Plasma darah 37 1,5 x 10-3

Etil alkohol 20 1,2 x 10-3

Oli 30 200 x 10-3

Gliserin 20 1500 x 10-3

Udara 20 0,018 x 10-3

Hidrogen 0 0,009 x 10-3

Uap air 100 0,013 x 10-3

Apabila suatu benda bergerak dengan kelajuan dalam suatu fluida kental yang koefisien viskositasnya η, maka benda tersebut akan mengalami gaya gesek fluida sebesar:

� = � ………. (1)

dengan adalah konstanta yang bergantung pada ntuk geometris benda. Berdasarkan perhitungan laboratorium, pada tahun 1845 Sir George Stokes menunjukan bahwa untuk benda berupa bola nilai

= 6 . Bila disubsitusikan ke persamaan 1, maka diperoleh: � = 6 � ………...(2)

dengan:


(41)

23 � = kofisien viskositas fluida (Pa s)

= jari-jari bola (m)

= kelajuan bola (m/s)

Persamaan 2 ini kemudian dikenal dengan hukum Stokes. Gejala viskositas dapat diamati ketika kita menjatuhkan sebutir kelereng kedalam gelas kaca yang berisi minyak goreng. Kelereng akan bergerak diperlambat akibat gesekan dengan fluida. Ketika kelereng dijatuhkan ke dalam minyak goreng, pada selang waktu tertentu kelereng akan mengalami kecepatan konstan. Kecepatan itu deisebut dengan kecepatan batas (terminal velocity). Saat berada dalam minyak goreng, kelereng mengalami tiga gaya yaitu gaya berat ( ), gaya Archimedes (FA), dan gaya gesekan fluida ( ). Karena kelereng bergerak dengan kecepatan konstan maka ƩF = 0 atau

= −FA……….(3)

Dengan = 6 � , = � , dan FA = �� � Subtitusi ke persamaan 3:

= −FA

6 � = � − ��

6 � = � ( − �� )

� = � ( − �� )

6

Dimana � = 4 3

3

� = 4

3 3 ( − �� )

6

=

2

2 (

�� )

6 ………(4)

Dimana

=

jari-jari kelereng (m) = kecepatan batas (m/s) = gaya gesekan (N)

=

gaya gravitasi (m/s2)

=

koefisien viskositas (N.s/m2) = massa jenis benda (kg/m3) �� = massa jenis fluida (kg/m3)


(42)

24

III. METODE PENELITIAN

A.Desain Pengembangan

Metode penelitian yang digunakan, yaitu research and development atau penelitian pengembangan. Pengertian penelitian pengembangan menurut Borg , Gall, & Gall (2002: 570) adalah,

Penelitian pengembangan dalam pendidikan adalah sebuah model pengembangan berbasis industri dimana temuan penelitian digunakan untuk merancang produk dan prosedur baru yang kemudian secara sistematis diuji di lapangan, dievaluasi dan disempurnakan sampai memenuhi kriteria tertentu.

Penelitian dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung. Pada penelitian pengembangan ini berupa pembuatan alat peraga viskositas yang dilengkapi dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai penuntun praktikum. Alat peraga yang dikembangkan dapat digunakan untuk mengamati fenomena viskositas dengan metode eksperimen atau demonstrasi.

Pada tahap pengembangan ini dilakukan validasi ahli terlebih dahulu sebelum alat peraga diuji cobakan kepada siswa kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung. Setelah dilakukan validasi ahli oleh satu orang dosen P. MIPA dan satu orang guru fisika SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung, maka selanjutnya dilakukan uji coba lapangan yang akan dilakukan oleh


(43)

25 siswa kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung. Pada uji coba lapangan terdiri dari uji satu lawan satu dan uji kelompok kecil yang

bertujuan untuk mengetahui tingkat kemenarikan, kemudahan penggunaan, dan kemanfaatan alat peraga yang telah dibuat.

B. Prosedur Pengembangan

Penelitian pengembangan ini menggunakan metode penelitian pengembangan yang diadaptasi dari prosedur pengembangan menurut Sadiman dalam Asyhar (2011: 94-100). Perancangan alat peraga ini meliputi:1) menganalisis

kebutuhan , 2) merumuskan tujuan pembelajaran, 3) merumuskan butir-butir materi, 4) menyusun naskah media, 5) produk awal, 6) validasi ahli, 7) uji coba lapangan, 8) produk akhir. Secara umum prosedur pengembangan alat peraga dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut:

Gambar 3.1 Prosedur Pengembangan Media Menganalisis

Kebutuhan

Perumusan Tujuan Pembelajaran

Perumusan Butir-Butir Materi

Menyusun Naskah Media

Uji Coba Lapangan

Validasi Ahli

Produk Akhir Revisi


(44)

26 1. Analisis Kebutuhan dan Karakteristik Siswa

Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang apa yang dibutuhkan siswa dan guru pada khususnya serta sekolah pada umumnya. Ketersediaan sumber dan media pembelajaran yang

diobservasi meliputi ketersediaan buku fisika SMA di perpustakaan dan buku penunjang lain, serta keadaan laboratorium fisika meliputi

ketersediaan alat peraga viskositas.

2. Merumuskan Tujuan Pembelajaran

Setelah dilakukan analisis kebutuhan maka langkah selanjutnya, yaitu merumuskan tujuan pembelajaran. Suatu kegiatan pembelajaran pasti memiliki tujuan yang akan dicapai. Tujuan pembelajaran ini yang akan dijadikan acuan dalam melakukan upaya untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan pembelajaran pada pembuatan alat peraga ini yaitu dengan melakukan eksperimen siswa dapat menjelaskan konsep viskositas.

3. Merumuskan Butir-Butir Materi

Perumusan butir-butir materi harus didasarkan pada perumusan tujuan pembelajaran. Perumusan butir-butir materi dalam hal ini diperoleh berdasarkan materi pokok yang akan menjadi dasar teori pengembangan alat peraga viskositas sebagai media pembelajaran. Berikut ini adalah butir-butir materi yang harus dikuasai siswa, yaitu :

a. Menjelaskan pengertian viskositas

b. Menghitung waktu bola bergerak pada jenis fluida yang berbeda. c. Menentukan koefisien viskositas fluida.


(45)

27 4. Menyusun Naskah/Draft Media

Naskah/draft digunakan sebagai pedoman sehingga tujuan pembelajaran dan materi ajar dapat dituangkan dengan kemasan sesuai dengan jenis media, sehingga media yang dibuat benar-benar sesuai dengan keperluan. Pada penelitian ini naskah yang digunakan berisi pedoman tertulis tentang informasi dalam bentuk visual dan grafis yang dijadikan acuan dalam pembuatan media yang akan dikembangkan (lampiran 5).

5. Produk Awal

Setelah dibuat skenario pengembangan alat peraga maka langkah selanjutnya adalah membuat produk awal berupa alat peraga viskositas.

6. Melakukan Validasi Ahli

Validasi ahli dilakukan sebelum melakukan uji coba lapangan. Validasi ahli terdiri validasi mengenai kesesuaian desain dan kesesuaian materi yang ada di LKS dengan produk yang dikembangkan. Validasi ahli ini akan dilakukan oleh satu orang dosen P. MIPA dan satu orang guru fisika SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung.

7. Melakukan Uji Coba/Tes dan Revisi

Media yang sudah selesai dibuat selanjutnya diuji cobakan dalam kegiatan pembelajaran. Uji coba ini dimaksudkan untuk melihat kesesuaian dan efektivitas media yang telah dibuat dalam proses pembelajaran. Hal ini diperlukan karena kadang-kadang apa yang telah dikonsepkan belum tentu sesuai dengan kenyataan dilapangan. Pada uji ini, produk yang telah dihasilkan diperagakan kepada siswa sebagai media pembelajaran.


(46)

28 Kemudian siswa diberikan berupa lembar angket yang berisi tentang : 1) kemenarikan, 2) kemudahan, dan 3) kemanfaatan. Hasil uji coba lapangan tersebut akan dijadikan bahan perbaikan dan penyempurnaan media pembelajaran yang dibuat.

8. Produk Akhir

Setelah dilakukan uji coba lapangan maka langkah selanjutnya, yaitu menghasilkan produk akhir. Produk akhir ini dihasilkan setelah adanya perbaikan dari hasil uji coba lapangan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian pengembangan ini diperoleh melalui observasi, yaitu berupa wawancara, instrumen angket, dan tes tertulis. Wawancara dan angket analisis kebutuhan dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai

kebutuhan sekolah, guru, dan siswa dalam proses pembelajaran. Instrumen angket digunakan pada uji validasi ahli untuk mengumpulkan data tentang kelayakan produk berdasarkan isi materi dan kesesuaian desain. Instrumen angket digunakan pada uji coba lapangan untuk mengumpulkan data tingkat kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan produk. Terakhir yaitu berupa tes tertulis kepada siswa untuk mengumpulkan data tingkat keefektifan produk dalam pembelajaran.

D. Teknik Analisis Data

Data hasil angket analisis kebutuhan yang diperoleh dari guru dan siswa digunakan untuk menyusun latar belakang dan mengetahui tingkat kebutuhan


(47)

29 produk yang dikembangkan. Data kesesuaian materi pembelajaran dan desain pada produk diperoleh dari ahli materi dan ahli desain melalui uji validasi ahli. Data hasil validasi ahli tersebut digunakan untuk mengetahui kelayakan produk yang dihasilkan. Data kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan produk diperoleh dari uji coba lapangan yang dilakukan secara langsung kepada siswa. Terakhir yaitu data tingkat keefektifan produk diperoleh melalui tes tertulis pada tahap uji coba lapangan.

Analisis data yang dilakukan berdasarkan instrumen uji validasi ahli dan uji coba lapangan bertujuan untuk menilai sesuai atau tidak produk yang dihasilkan sebagai salah satu media pembelajaran. Pada instrumen angket penilaian uji validasi ahli memiliki 2 pilihan jawaban yang sesuai dengan konten pertanyaan. Instrumen penilaian kesesuaian materi dan kesesuaian desain memiliki 2 pilihan jawaban, yaitu : “ Ya” dan “Tidak”. Masing-masing pilihan jawaban mengartikan tentang kelayakan produk menurut ahli.

Data kemenarikan produk diperoleh dari siswa pada tahap uji coba lapangan. Instrumen angket terhadap penggunaan produk memiliki 4 pilihan jawaban yang sesuai dengan konten pertanyaan, yaitu : “tidak menarik”,”cukup menarik”,”menarik”, dan “sangat menarik”. Pada instrumen angket untuk memperoleh data kemudahan produk memiliki 4 pilihan jawaban, yaitu : “tidak mudah”,” cukup mudah”,”mudah”, dan “sangat mudah”. Dan untuk

memperoleh data kemanfaatan produk juga memiliki 4 pilihan jawaban, yaitu : “tidak bermanfaat”,”cukup bermanfaat”,”bermanfaat”, dan “sangat


(48)

30 Penilaian instrumen total dilakukan dari jumlah skor yang diperoleh kemudian dibagi dengan jumlah total skor dan hasilnya dikali dengan banyaknya pilihan jawaban. Skor penilaian tiap pilihan jawaban ini dapat dilihat dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Skor Penilaian Uji Coba Lapangan Pilihan Jawaban

Skor Uji Kemenarikan Uji Kemudahan Uji Kemanfaatan

Sangat Menarik Sangat Mudah Sangat Bermanfaat 4

Menarik Mudah Bermanfaat 3

Cukup Menarik Cukup Mudah Cukup Bermanfaat 2

Tidak Menarik Tidak Mudah Tidak Bermanfaat 1

Instrumen yang digunakan memiliki 4 pilihan jawaban, sehingga penilaian total dapat dicari dengan menggunakan rumus :

� � = �ℎ �� � ℎ

�ℎ � �� × 4

Hasil penilaian tersebut kemudian dicari rata-ratanya dari sejumlah subjek sampel uji coba dan dikonversikan ke pernyataan penilaian untuk menentukan kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan produk yang dihasilkan.

Hasil konversi ini diperoleh dengan melakukan analisis secara deskriptif terhadap skor penilaian yang diperoleh. Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini dapat dilihat dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Konversi Skor Penilaian

Skor Penilaian Rerata Skor Klasifikasi 4 3,26 – 4,00 Sangat baik

3 2,51 – 3,25 Baik

2 1,76 – 2,50 Kurang baik 1 1,01 – 1,75 Tidak baik


(49)

31 Untuk data hasil tes tertulis digunakan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran fisika di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung. Produk dikatakan layak dan efektif digunakan apabila 75% nilai siswa mencapai KKM.


(50)

43

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Kesimpulan penelitian pengembangan ini adalah :

1. Dihasilkan alat peraga viskositas sebagai media pembelajaran yang telah teruji dan layak untuk digunakan.

2. Alat peraga viskositas yang dihasilkan teruji efektif digunakan sebagai media pembelajaran berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan terhadap siswa kelas XI IPA di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung.

B. Saran

Saran penelitian pengembangan ini adalah :

1. Hendaknya dalam membelajarkan konsep viskositas guru menggunakan alat peraga viskositas yang telah dikembangkan oleh penulis agar dapat membantu siswa untuk lebih memahami konsep viskositas.

2. Guru hendaknya lebih kreatif dalam melakukan variasi pembelajaran, agar pembelajaran tidak monoton.

3. Harapannya untuk peneliti-peneliti selanjutnya dapat mengembangkan alat peraga ini dengan desain yang berbeda dari yang sudah ada.


(51)

44

DAFTAR PUSTAKA

Alfad, Haritsah.2010. Pengembangan LembarKerja Siswa. http://haritsah. ifastnet.com/home . Diunduh pada 12 Oktober 2012, pukul 20.00 WIB. Asyhar, Rayanda.2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta:

Gaung Persada Press.

Awan.2008. Pentingnya Alat Peraga dalam MengajarIPA.

http:adinmuh.blogspot.com . Diunduh pada 10 Oktober 2012, pukul 19.30 WIB.

Borg,D. Walter, Joyce P. Gall and Meredith D. Gall. 2002. Education Research. USA: Library of Congress Cataloging in Publication Data.

BSNP.2006. Instrumen Penilaian Buku Teks Pelajaran SMP dan SMA. Jakarta: BSNP.

Hamalik, Oemar.2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Harinaldi. 2003. Mekanika Fluida. Jakarta: Erlangga.

Komalasari, Kokom.2010. Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT.Refika Aditama.

Kusnandiono.2009. Lembar Kerja

Siswa.http://kusnan-kentus.blogspot.com/2009/05/lks.html. Diunduh pada 12 Oktober 2012, Pukul 19.00 WIB.

Lestari, Linda Puji. 2006. Keefektifan pembelajaran dengan alat peraga. http://digilib.unnes.ac.id.skripsi/archives/doc.pdf. Diunduh pada 12 Oktober 2012. Pukul 19.25 WIB

Riyana, Cepi.2008. Konsep dan Aplikasi Media Pembelajaran. Jakarta: Mercubuana.

Rohani, Ahmad.2009. Media Instuksional Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta. Sadiman, A.S., Raharjo,R., Haryono,A., & Raharjito.2010. Media Pendidikan

Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Pustekom dan Raja Grafindo Persada.

Santyasa, I Wayan.2007. Landasan Konseptual Media Pembelajaran. Yogyakarta: UNDIKSHA.


(52)

45 Sukiman.2012. Pengembangan Media Pembelajaran. Jogyakarta: PT. Pustaka

Insan Madani.

Supiyanto.2005. Fisika SMA. Jakarta: Erlangga.

Tabatabai, Husein.2009. Pengembangan Lembar Kerja Siswa.http://tartocute. Blogspot.com/2009/06/lembar-kerja-siswa.html. Diunduh pada 10 Oktober 2012, Pukul 20.00 WIB.

Yamin, Martinis.2011. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada.


(1)

29 produk yang dikembangkan. Data kesesuaian materi pembelajaran dan desain pada produk diperoleh dari ahli materi dan ahli desain melalui uji validasi ahli. Data hasil validasi ahli tersebut digunakan untuk mengetahui kelayakan produk yang dihasilkan. Data kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan produk diperoleh dari uji coba lapangan yang dilakukan secara langsung kepada siswa. Terakhir yaitu data tingkat keefektifan produk diperoleh melalui tes tertulis pada tahap uji coba lapangan.

Analisis data yang dilakukan berdasarkan instrumen uji validasi ahli dan uji coba lapangan bertujuan untuk menilai sesuai atau tidak produk yang dihasilkan sebagai salah satu media pembelajaran. Pada instrumen angket penilaian uji validasi ahli memiliki 2 pilihan jawaban yang sesuai dengan konten pertanyaan. Instrumen penilaian kesesuaian materi dan kesesuaian desain memiliki 2 pilihan jawaban, yaitu : “ Ya” dan “Tidak”. Masing-masing pilihan jawaban mengartikan tentang kelayakan produk menurut ahli.

Data kemenarikan produk diperoleh dari siswa pada tahap uji coba lapangan. Instrumen angket terhadap penggunaan produk memiliki 4 pilihan jawaban yang sesuai dengan konten pertanyaan, yaitu : “tidak menarik”,”cukup menarik”,”menarik”, dan “sangat menarik”. Pada instrumen angket untuk memperoleh data kemudahan produk memiliki 4 pilihan jawaban, yaitu : “tidak mudah”,” cukup mudah”,”mudah”, dan “sangat mudah”. Dan untuk

memperoleh data kemanfaatan produk juga memiliki 4 pilihan jawaban, yaitu : “tidak bermanfaat”,”cukup bermanfaat”,”bermanfaat”, dan “sangat


(2)

30 Penilaian instrumen total dilakukan dari jumlah skor yang diperoleh kemudian dibagi dengan jumlah total skor dan hasilnya dikali dengan banyaknya pilihan jawaban. Skor penilaian tiap pilihan jawaban ini dapat dilihat dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Skor Penilaian Uji Coba Lapangan Pilihan Jawaban

Skor Uji Kemenarikan Uji Kemudahan Uji Kemanfaatan

Sangat Menarik Sangat Mudah Sangat Bermanfaat 4

Menarik Mudah Bermanfaat 3

Cukup Menarik Cukup Mudah Cukup Bermanfaat 2 Tidak Menarik Tidak Mudah Tidak Bermanfaat 1

Instrumen yang digunakan memiliki 4 pilihan jawaban, sehingga penilaian total dapat dicari dengan menggunakan rumus :

� � = �ℎ �� � ℎ

�ℎ � �� × 4

Hasil penilaian tersebut kemudian dicari rata-ratanya dari sejumlah subjek sampel uji coba dan dikonversikan ke pernyataan penilaian untuk menentukan kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan produk yang dihasilkan.

Hasil konversi ini diperoleh dengan melakukan analisis secara deskriptif terhadap skor penilaian yang diperoleh. Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini dapat dilihat dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Konversi Skor Penilaian

Skor Penilaian Rerata Skor Klasifikasi 4 3,26 – 4,00 Sangat baik

3 2,51 – 3,25 Baik

2 1,76 – 2,50 Kurang baik 1 1,01 – 1,75 Tidak baik


(3)

31 Untuk data hasil tes tertulis digunakan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran fisika di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung. Produk dikatakan layak dan efektif digunakan apabila 75% nilai siswa mencapai KKM.


(4)

43

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Kesimpulan penelitian pengembangan ini adalah :

1. Dihasilkan alat peraga viskositas sebagai media pembelajaran yang telah teruji dan layak untuk digunakan.

2. Alat peraga viskositas yang dihasilkan teruji efektif digunakan sebagai media pembelajaran berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan terhadap siswa kelas XI IPA di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung.

B. Saran

Saran penelitian pengembangan ini adalah :

1. Hendaknya dalam membelajarkan konsep viskositas guru menggunakan alat peraga viskositas yang telah dikembangkan oleh penulis agar dapat membantu siswa untuk lebih memahami konsep viskositas.

2. Guru hendaknya lebih kreatif dalam melakukan variasi pembelajaran, agar pembelajaran tidak monoton.

3. Harapannya untuk peneliti-peneliti selanjutnya dapat mengembangkan alat peraga ini dengan desain yang berbeda dari yang sudah ada.


(5)

44

DAFTAR PUSTAKA

Alfad, Haritsah.2010. Pengembangan LembarKerja Siswa. http://haritsah. ifastnet.com/home . Diunduh pada 12 Oktober 2012, pukul 20.00 WIB. Asyhar, Rayanda.2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta:

Gaung Persada Press.

Awan.2008. Pentingnya Alat Peraga dalam MengajarIPA.

http:adinmuh.blogspot.com . Diunduh pada 10 Oktober 2012, pukul 19.30 WIB.

Borg,D. Walter, Joyce P. Gall and Meredith D. Gall. 2002. Education Research. USA: Library of Congress Cataloging in Publication Data.

BSNP.2006. Instrumen Penilaian Buku Teks Pelajaran SMP dan SMA. Jakarta: BSNP.

Hamalik, Oemar.2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Harinaldi. 2003. Mekanika Fluida. Jakarta: Erlangga.

Komalasari, Kokom.2010. Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT.Refika Aditama.

Kusnandiono.2009. Lembar Kerja

Siswa.http://kusnan-kentus.blogspot.com/2009/05/lks.html. Diunduh pada 12 Oktober 2012, Pukul 19.00 WIB.

Lestari, Linda Puji. 2006. Keefektifan pembelajaran dengan alat peraga. http://digilib.unnes.ac.id.skripsi/archives/doc.pdf. Diunduh pada 12 Oktober 2012. Pukul 19.25 WIB

Riyana, Cepi.2008. Konsep dan Aplikasi Media Pembelajaran. Jakarta: Mercubuana.

Rohani, Ahmad.2009. Media Instuksional Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta. Sadiman, A.S., Raharjo,R., Haryono,A., & Raharjito.2010. Media Pendidikan

Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Pustekom dan Raja Grafindo Persada.

Santyasa, I Wayan.2007. Landasan Konseptual Media Pembelajaran. Yogyakarta: UNDIKSHA.


(6)

45 Sukiman.2012. Pengembangan Media Pembelajaran. Jogyakarta: PT. Pustaka

Insan Madani.

Supiyanto.2005. Fisika SMA. Jakarta: Erlangga.

Tabatabai, Husein.2009. Pengembangan Lembar Kerja Siswa.http://tartocute. Blogspot.com/2009/06/lembar-kerja-siswa.html. Diunduh pada 10 Oktober 2012, Pukul 20.00 WIB.

Yamin, Martinis.2011. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada.